79 Perpustakaan Unika
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Rangkuman Analisis Subjek Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara, tes proyeksi dan analisis yang telah dilakukan terhadap ketiga subjek, maka dapat dibuat intensitas fenomena kemandirian pada anak tunggal, sebagai berikut: 1. Bebas Pada dasarnya ketiga subjek mampu menghadapi masalah dengan sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Untuk subjek 1 dalam menghadapi masalah sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain tetap mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari orang tua. Pada subjek 2, lebih merasakan bangga apabila subjek bisa menyelesaikan sendiri masalah yang seharusnya dikerjakan secara kelompok. Sejak kecil subjek 3 sudah terbiasa dengan proses belajar terlebih dahulu sebelum mandapatkan apa yang dinginkannya, sehingga membuat subjek lebih nyaman dan lebih fokus apabila dapat mengerjakan sesuatu sendiri. Jadi intensistas kemandirian subjek 1 dan subjek 3 dalam aspek ini tergolong kuat, sedangkan untuk subjek 2 intensitasnya sedang.
80 Perpustakaan Unika
2. Inisiatif Dalam menghadapi masalah dan mencari penyelesaian masalah yang ada, subjek 1 terlebih dahulu mencari sumber dari permasalahan yang ada, subjek cenderung berusaha sendiri terlebih dahulu karena subjek tidak ingin orang tua menjadi terlalu kawatir. Subjek 2 lebih sering meminta pendapat dari orang lain atas masalah yang sedang subjek hadapi. Lain halnya pada subjek 3, subjek memikirkan sendiri cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada, meminta pendapat dari orang lain hanyalah sebagai bahan pertimbangan saja. Intensitas kemandirian subjek 1 dan subjek 3 dalam aspek ini kuat, untuk subjek 3 cenderung lemah.
3. Gigih Pada subjek 1 dan subjek 3 mempunyai semangat yang tinggi dalam menghadapi masalah yang ada. Dengan mengatur strategi dan rela berkorban merupakan suatu sikap yang ditunjukkan subjek 1 saat menghadapi masalah. Subjek 3 menyadari bahwa dirinya harus memikul tanggung jawab untuk bisa membuat orang tua bangga dan bisa meraih cita-citanya, walaupun demikian subjek tidak merasakan hal tersebut sebagai beban yang berat. Subjek 2 mempunyai semangat untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga, maka subjek berusaha dengan cara berjualan pulsa. Saat ini subjek sudah tidak berjualan pulsa karena uang yang dihasilkan sudah habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan sekolah subjek, hal ini menunjukkan subjek kurang berjuang keras dalam menghadapi
81 Perpustakaan Unika
hambatan yang ada. Intensitas kemandirian subjek 1 dan subjek 3 pada aspek ini kuat dan intensitas subjek 2 cenderung lemah.
4. Percaya diri Usaha mencapai kepuasaan diri pada subjek 1 dan subjek 3 terlihat penuh dengan kepercayaan diri. Subjek 1 cenderung optimis dalam menghadapi tantangan dan resiko yang ada, subjek pun mampu bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. Begitu pula pada subjek 3, dengan selalu merasa yakin pada diri sendiri dan mempunyai keberanian untuk mencoba hal yang baru, maka subjek mempunyai semangat yang tinggi pada diri sendiri. Subjek 2 lebih memandang masalah yang ada sebagai beban yang berat bagi hidupnya, sehingga menyebabkan dirinya menjadi lebih pesimis dalam menghadapi masalah, selain itu subjek juga lebih memikirkan dampak yang dapat mrugikan orang lain atas keputusan yang telah diambilnya. Seperti pada aspek sebelumnya, pada aspek percaya diri intensitas subjek 1 dan subjek 3 cukup kuat, sedangkan untuk subjek 2 intensitasnya lemah.
5. Pengendalian diri Ketiga subjek cenderung berkepribadian tertutup dan sulit untuk mengendalikan emosi diri. Subjek 1 termasuk anak yang tertutup baik dengan orang tua maupun teman, karena subjek mempunyai usaha sendiri untuk menghadapi suatu masalah secara benar agar tidak terlalu dikawatirkan oleh orang tuanya, jika
82 Perpustakaan Unika
masalahnya sudah selesai dan sudah mendapatkan hasil barulah subjek bercerita pada orang tuanya. Subjek 2 lebih memendam perasaan
dalam
dirinya
sendiri
dan
menjadikan
hubungan
interpersonal subjek menjadi kurang baik. Subjek 3 cenderung kurang bisa mengendalikan emosinya, walaupun demikian subjek dapat menjalin hubungan interpersonalnya dengan baik. Intensitas kemandirian pada aspek ini terlihat berbeda pada ketiga subjek, untuk subjek1 dan subjek 2 intensitasnya lemah, intensitas sedang ada pada subjek 3.
83 Perpustakaan Unika
Untuk lebih jelasnya penguraian tentang intensitas kemandirian pada subyek penelitian, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Intensitas Fenomena Kemandirian Pada Anak Tunggal Aspek
SI
S II
Bebas
+++ ++
+++ ++++
Inisiatif
+++ +++ +++
++++
S III
Keterangan
+++ Ketiga subjek diberikan dan +++ kepercayaan ++++ bimbingan oleh orang tua, maka ketiga subjek menunjukkan bahwa dirinya dapat menyelesaikan masalah sendiri tanpa meminta bantuan pada orang lain dan tidak tergantung pada orang lain. Orang tua subjek 1 yang terlalu mengkontrol dan mengatur subjek untuk melakukan sesuatu, membuat subjek termotivasi untuk lebih fokus dalam menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain. Subjek 2 merasa bangga ketika bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Subjek 3 merasa lebih nyaman dan lebih fokus apabila mengerjakan sesuatu sendiri. ++++ Munculnya ide untuk ++++ menghadapi dan memecahkan masalah dimiliki subjek 1 dan subjek 3. Subjek 1 terlebih dahulu
84 Perpustakaan Unika
Gigih
+++ +++ +++
++++
Percaya diri
+++ ++++
++
berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa meminta bantuan pada orang tua karena tidak ingin membuat orang tua menjadi kawatir. Subjek 3 sejak kecil terbiasa melalui proses pembelajaran sebelum sesuatu yang diinginkan tercapai, sehingga subjek 3 menjadi terbiasa memikirkan sendiri cara menyelesaikan masalahnya. Subjek 2 cenderung lebih sering meminta pendapat pada orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. +++ Hanya subjek 1 dan 3 yang +++ memiliki kegigihan cukup Semangat pada ++++ kuat. subjek 1 dan 3 cenderung tinggi. Subjek 1 sering mengatur strategi dan rela berkorban dalam menghadapi hambatan yang ada. Subjek 3 mempunyai rasa tanggungjawab yang hanya ditanggung subjek untuk membuat orang tua bangga. Sedangkan subjek 2 cenderung kurang bekerja keras dalam menghadapi masalah dan sering menunda pekerjaan. +++ Percaya diri dan penuh dimiliki oleh +++ optimis ++++ subjek 1 dan 3. Subjek 1 lebih berani menghadapi
85 Perpustakaan Unika
Pengendalian ++++ diri
++
Keterangan +: 9-10 7-8 5-6 3-4 1-2
: : : : :
Intensitas kuat sekali Intensitas kuat Intensitas sedang Intensitas lemah Intensitas lemah sekali
+++ +++
resiko yang ada. Subjek 3 mempunyai keyakinan dan berani mencoba melakukan hal yang baru. Subjek 2 lebih melihat masalah sebagai beban berat yang harus dihadapi. Ketiga subjek cenderung berkepribadian tertutup dan lebih memendam perasaan ke dalam dirinya sendiri. Ketiganya cenderung meluapkan emosi dengan cara menangis. Hanya subjek 3 yang mempunyai hubungan interpersonal yang terjalin dengan baik. Subjek 1 cenderung kurang mampu mengendalikan kecemasan dengan baik.
86 Perpustakaan Unika
Matriks Antar Tema 4 Fenomena Kemandirian Pada Anak Tunggal A B C D
A
X
++++++++
++++++++
++++++++
X
++++++++
+++++++
B
C
X
D
X
E
X
Keterangan : : Mempengaruhi
A B C D E
E
: Saling berhubungan : Bebas : Inisiatif : Gigih : Percaya diri : Pengendalian diri
Keterangan +: 9-10 : Intensitas kuat sekali 7-8 : Intensitas kuat 5-6 : Intensitas sedang 3-4 : Intensitas lemah 1-2 : Intensitas lemah sekali
87 Perpustakaan Unika
Berdasarkan hasil analisa, intensitas dan hubungan antar tema pada masing-masing subjek, maka dapat dibuat hubungan antar tema pada fenomena kemandirian pada anak tunggal sebagai berikut: Kebebasan saling berpengaruh dengan Inisiatif. Dengan menunjukkan tindakan sesuai dengan keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain , tidak tergantung pada orang lain dan tanpa pengaruh dari orang lain maka muncul ide untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang menjadi problemnya. Kebebasan
mempengaruhi
aspek
Kegigihan,
dengan
menunjukkan tindakan yang sesuai dengan keinginan sendiri maka melakukan tidakan tersebut tanpa putus asa dan dengan tekun mengejar prestasi serta merealisasikan harapan-harapan yang ada. Kebebasan
saling
berpengaruh
dengan
Percaya
diri.
Menunjukkan tindakan sesuai dengan keinginan diri sendiri maka didukung dengan adanya kemantapan dan penuh kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam usaha mencapai kepuasan diri. Inisiatif mempengaruhi Kegigihan, adanya gagasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang ada, maka tanpa putus asa berusaha melakukan gagasan yang ada tanpa putus asa dan penuh dengan ketekunan dalam menyelesaikan masalah. Inisiatif mempengaruhi Percaya Diri, memunculkan ide untuk memecahkan masalah yang ada maka dengan kemantapan dan penuh kepercayaan
terhadap
kemampuan
sendiri
meujudkan
usaha
88 Perpustakaan Unika
memecahkan masalah hingga mencapai prestasi yang diinginkan dan mewujudkan kepuasan diri.
B. Pembahasan Menurut hasil penelitian dari ketiga subjek, maka fenomena kemandirian pada anak tunggal terlihat jelas pada subjek 1 dan 3. Hal ini dikarenakan kedua subjek merupakan anak tunggal yang direncanakan dengan alasan faktor ekonomi yang mendesak. Anak tunggal yang kondisinya direncanakan cenderung lebih mandiri, hal ini dikarenakan kedua orang tua memang dapat menerima keadaan sehingga orang tua berusaha mendidik dengan baik. Dengan situasi demikian orang tua dapat bertindak realistis, tidak memberikan perhatian dan rasa kasih sayang secara berlebihan, sehingga orang tua dapat mengendalikan sikap-sikap yang tidak tepat bagi anak tersebut. Hal ini juga dapat terlihat pada anak tunggal yang kedua orang tuanya bekerja, karena terbiasa ditinggal oleh kedua orang tua untuk bekerja maka anak tunggal dapat menghadapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri ( Gunarsa, 1996, h. 183). Sedangkan pada subjek 2 cenderung kurang mandiri dikarenakan dari latar belakang anak tunggal yang tidak direncanakan, maka subjek cenderung pesimis dalam menghadapi masalah yang ada dan menganggap masalah menjadi suatu beban yang berat bagi diri subjek. Selain itu subjek juga kurang mempunyai semangat dalam menyelesaikan masalah yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
89 Perpustakaan Unika
Gunarsa (1996, h. 172-174), bagi orangtua yang sejak semula menghendaki banyak anak tetapi karena kondisi yang tidak mendukung, dapat membuat orangtua bertindak kurang bijaksana. Dalam mendidik anak, orangtua tersebut bukan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak, tetapi lebih banyak bereaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki orangtua. Hubungan antara orangtua dengan anak sangat erat sehingga tidak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai dengan keinginan masing-masing. Dari hasil tes wartegg yang di dapat, pada subjek 2 terlihat tidak mempunyai kemampuan untuk bertindak konstruktif dan tidak mempunyai usaha yang aktif untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi secara baik. Hal ini sesuai dengan diri subjek yang kurang berjuang keras dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Subjek pun sering menunda-nunda dalam negerjakan suatu tugas. Berbeda dengan subjek 1 dan 3 yang mempunyai kemampuan untuk bertindak kontruktif dan mempunyai usaha aktif untuk menyelesaikan konflik yang sedang dihadapi secara baik. Hal ini diwujudkan subjek dalam menghadapi permasalahan yang ada. Mulai dari mencari sumber dari permasalahan, kemudian memikirkan penyelesaian masalah secara benar, menghadapi resiko yang ada, mampu bertanggung jawab atas keputusan dalam menyelesaikan masalah, sampai berani mencoba hal yang baru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada.
90 Perpustakaan Unika
Selain itu pada subjek 2 terlihat mempunyai kemampuan inteligensi yang tergolong cukup dan motivasi yang ada pada diri subjek tergolong tidak tinggi. Hal ini sesuai dengan keseharian subjek yang sering pesimis dalam manghadapi masalah yang ada, karena subjek menganggap masalah yang dihadapi menjadi suatu beban yang berat bagi dirinya. Sehingga subjek lebih memikirkan dampak yang dapat mengenai orang lain atas keputusan yang diambil. Pada subjek 1 dan 3 mampu dan mudah mengerti akan suatu pengetahuan dan mempunyai pemahaman yang baik terhadap pengalaman hidup terutama pada hal-hal yang bersifat umum. Sehingga pada kedua subjek terbiasa mampu menghadapi masalah yang ada tanpa bantuan dari orang lain dan tergantung pada orang lain. Subjek 1 dan 3 pun mampu menghadapi masalah dengan penuh optimis dan kepercayaan pada diri sendiri untuk melakukan hal yang baru dalam menghadapi permasalahan yang ada. Menilik hasil penelitian pada ketiga subyek, fenomena kemandirian pada anak tunggal ada pengaruh yang tidak sama pada setiap aspeknya. Kegigihan merupakan aspek yang tertinggi, terlihat dari hasil penelitian dari ketiga subjek mempunyai semangat yang cukup tinggi, tidak pantang menyerah ketika menghadapi resiko yang ada, serta berani rela berkorban dalam menghadapi masalah yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Masrun dkk ( dalam Nashori, 1999, h.32), yang menyatakan kegigihan Artinya tanpa putus asa berusaha dengan tekun untuk mengejar prestasi dan merealisasikan harapanharapannya.
91 Perpustakaan Unika
Aspek kedua yang mempengaruhi yaitu kebebasan. Dari ketiga subjek, terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bimbingan dari orang tua. Selain itu ketiga subjek anak tunggal ingin memperlihatkan bahwa dirinya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan akan merasa bangga apabila masalah yang ada bisa diselesaikan sendiri. Terlebih apabila ada tugas yang seharusnya diselesaikan secara kelompok tetapi bisa diselesaikan sendiri. Subjek juga merasa lebih nyaman dan fokus ketika menyelesaikan masalah sendiri. Sesuai dengan pendapat Djiwandono (2003, h.102-103), dengan mengajarkan kemandirian maka akan membantu remaja untuk memenuhi kebutuhannya. Bimbingan serta kebebasan yang diberikan dapat membantu remaja mengembangkan tanggung jawab dan mampu berdiri sendiri. Dengan menghadapkan remaja untuk perlahan-lahan mengambil tanggung jawab dan menerima konsekuensi dari pilihan mereka, sekolah dapat membantu mempersiapkan remaja untuk menjadi orang yang dewasa. Dalam menunjukkan ide untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang menjadi problemnya, pada subjek 1 dan 3 terlihat cukup tinggi. Dengan mencari sumber permasalahan dan cara menyelesaikan masalah yang ada, merupakan cara subjek dalam menghadapi masalah yang ada. Pada subjek 1, dari dalam diri subjek terlihat adanya keinginan untuk menunjukkan pada orang tua bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah sendiri tanpa diatur oleh ayah subjek. Untuk subjek 2 terlihat gigih ketika subjek mempunyai keinginan membantu orang tua dari segi ekonomi dengan meringakan
92 Perpustakaan Unika
beban ekonomi keluarga, yaitu dengan usaha berjualan pulsa. Uang yang dihasilkan dari berjualan pulsa, subjek gunakan untuk , membayar kebutuhan tambahan sekolah. Dari segi percaya diri, subjek 3 terlihat cenderung kuat dengan keyakinan yang kuat dan keberanian dalam mencoba sesuatu yang baru serta berani bertanggung jawab dalam menghadapi masalah yang ada maka subjek 3 dengan mantap dan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri berusaha mencapai kepuasaan diri. Begitu pula pada subjek 1 yang penuh dengan optimis dalam menghadapi tantangan yang ada dan berani bertanggung jawab serta mampu menghadapi resiko yang ada. Hal ini sesuai dengan Mu’tadin (2002) yang mengatakan kemandirian adalah suatu keadaan dimana seseorang yang memilki hasrat untuk bersaing maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasai masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Sedangkan pada subjek 2, cenderung tidak percaya diri karena selalu memandang suatu masalah menjadi beban yang berat dan pada akhirnya subjek 2 merasa pesimis dalam menghadapi masalah yang ada. Sehingga subjek 2 ini selalu memikirkan dampak yang dapat merugikan orang lain atas keputusan yang telah diambilnya. Aspek yang terakhir yaitu pengendalian diri, dari ketiga subjek terlihat cenderung lemah. Hal ini disebabkan karena ketiga subjek tidak dapat mengendalikan emosi yang ada pada dirinya. Hubungan
93 Perpustakaan Unika
interpersonal subjek pun tergolong kurang baik pada subjek 1 dan 2. Ketiga subjek tergolong anak yang tertutup dan cenderung lebih menyimpan perasaan dalam dirinya sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, aspek kemandirian pada anak tunggal yang paling kuat adalah aspek kegigihan
dan
aspek
kebebasan.
Aspek
kebebasan
sangat
mempengaruhi kegigihan pada anak tunggal. Dengan menunjukkan tindakan yang sesuai keinginan sendiri tanpa bantuan, tanpa paksaan dan tidak tergantung tergantung pada orang lain. Maka tanpa putus asa berusaha untuk mengejar prestasi serta merealisasikan harapan yang ada secara sendiri. Dari hasil penelitian ini faktor anak tunggal yang direncanakan sangat mempengaruhi kemandiriannya. Hal ini terlihat pada subjek 1 dan 3 yang jarang meminta bantuan pada orang lain, mencari strategi untuk menghadapi masalah yang ada, mempunyai semangat yang tinggi, berjuang keras dalam menghadapi masalah yang ada, penuh keyakinan pada diri sendiri serta berjuang keras menghadapi hambatan yang ada. Menilik hasil penelitian, aspek kebebasan nampak menonjol intensitasnya pada ketiga subjek. Ketiga subjek dapat menyelesaikan masalah dengan sendiri walaupun ada kontrol, dukungan serta bimbingan dari orang tua. Dengan adanya kontrol dari orang tua, subjek merasa lebih termotivasi untuk menunjukkan bahwa dirinya dapat menyelesaikan masalah secara sendiri. Ketiga subjek merasa bangga apabila dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
94 Perpustakaan Unika
sendiri. Serta merasa lebih fokus ketika menghadapi masalah dan resiko dalan mewujudkan harapan-harapan yang ada. Dapat dikatakan aspek kebebasan merupakan ciri khusus pada anak tunggal yang mandiri. Dengan diberikan kebebasan maka anak tunggal akan semakin tanpa putus asa berusaha dengan tekun untuk mengerjar prestasi dan merealisasikan harapan yang ada. Dengan kata lain dengan diberikan kebebasan dan bimbingan maka anak tunggal akan semakin mandiri. Walaupun peneliti telah melaksanakan penelitian secara maksimal dan telah mendapatkan hasil penelitian, namun peneliti menyadari masih banyak kesulitan atau hambatan yang dialami oleh peneliti, antara lain keterbatasan waktu dan jarak terkhusus bagi subyek-subyek yang berada di luar kota Semarang, sulitnya menyesuaikan waktu untuk mengadakan pertemuan antara peneliti dengan para subyek. Pada saat pengumpulan data khususnya wawancara, penulis menyadari adanya kekurangan dalam menggali data secara mendalam. Pertanyaan yang dibuat penulis pada pedoman wawancara terlalu sugestif sehingga subjek cenderung terstimulus dengan pertanyaan yang diberikan. Serta dalam observasi penulis kurang operasional dalam melakukan observasi. Sampai sejauh ini peneliti telah berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut, namun kembali peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti belumlah dapat dikatakan sempurna dan ideal sesuai dengan harapan peneliti.
95 Perpustakaan Unika
C. Dinamika Kemandirian Pada Anak Tunggal Berdasarkan analisa dan hubungan antar tema serta matriks fenomena kemandirian pada anak tunggal diatas, dapat diuraikan dinamika fenomena kemandirian pada anak tunggal sebagai berikut: Dari kelima aspek kemandirian, terlihat jelas muncul pada fenomena kemandirian pada anak tunggal akan tetapi intensitasnya berbeda. Aspek yang nampak jelas menonjol adalah aspek Kegigihan dan aspek Kebebasan. Tanpa putus asa berusaha dengan tekun untuk mengejar prestasi dan merealisasikan harapan-harapannya terlihat jelas pada kemandirian anak tunggal. Hal ini diwujudkan dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi dan rela berkorban demi keberhasilan akan sesuatu yang diharapkan. Didukung dengan menunjukkan tindakan yang disesuaikan keinginan sendiri tanpa pengaruh, paksaan orang lain dan juga tanpa bantuan dari orang lain, sehingga tidak lagi tergantung kepada orang lain. Latar belakang anak tunggal juga mempengaruhi kemandirian pada anak tunggal. Anak tunggal yang direncanakan cenderung mandiri dikarenakan pada situasi demikian orang tua dapat bertindak realistis, tidak memberikan perhatian dan rasa kasih sayang secara berlebihan, sehingga orang tua dapat mengendalikan sikap-sikap yang tidak tepat bagi anak tersebut. Sedangkan pada anak tunggal yang tidak direncanakan cenderung kurang mandiri, hal ini terlihat pada kelima aspek cenderung lemah, walaupun kedua orang tua yang mempunyai anak tunggal tidak direncanakan memberikan pola asuh demokratis sekalipun tetap membuat anak tunggal tidak direncakan
96 Perpustakaan Unika
menjadi kurang mandiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Gunarsa ( 1996, h. 172-174) dalam mendidik anak, orangtua tersebut bukan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak, tetapi lebih banyak bereaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki orangtua. Hubungan antara orangtua dengan anak sangat erat sehingga tidak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai dengan keinginan masingmasing. Dari dinamika psikologis ini dapat dilihat bahwa kemandirian pada anak tunggal terbentuk oleh aspek kemandirian yaitu aspek kegigihan dan kebebasan. Serta latar belakang anak tunggal, yaitu direncanakan atau tidak direncanakan.
97 Perpustakaan Unika
Bagan 5 Fenomena Kemandirian Pada Anak Tunggal PERENCANAAN ANAK TUNGGAL DI RENCANAKAN
TIDAK DIRENCANAKAN
MANDIRI
KURANG MANDIRI
Bebas ++++++++
Bebas +++++
Inisiatif ++++++++
Inisiatif +++
Gigih ++++++++
Gigih ++
Percaya Diri ++++++++
Percaya Diri ++ Pengendalian Diri ++
Pengendalian Diri +++++
FAKTOR-FAKTOR Keterangan : : Mempengaruhi : Saling berhubungan + 9-10: + 7-8 : + 5-6 : + 3-4 : + 1-2 :
Intensitas kuat sekali Intensitas kuat Intensitas sedang Intensitas lemah Intensitas lemah sekali
1. Pola asuh keluarga 2. Interaksi sosial
dalam