BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Kondisi Subjek Kondisi subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek dan antropometri subjek. Analisis kemaknaan terhadap karakteristik subjek dilakukan secara bertahap yang meliputi analisis normalitas, homogenitas, dan komparabilitas.
5.1.1 Karakteristik Subjek Dalam penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah 16 orang wanita, dengan dua jenis perlakuan yaitu penggunaan sapu lidi bertangkai jenis lama dan sapu lidi bertangkai jenis yang baru. Karakteristik subjek meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan pengalaman kerja. Karakteristik subjek disajikan dalam Tabel 5.1 Tabel 5.1 Data Karakteristik Subjek No
Variabel
n
Rerata
Standar
Rentangan
Deviasi 1
Umur (th)
16
38,56
3,58
32-43
2
Berat badan (kg)
16
60,06
6,61
45-72
3
Tinggi badan ( cm)
16
156,00
5,73
145-165
4
Pengalaman kerja (th)
16
9,56
1,41
8-13
74
75
Gambar 5.1 Pengukuran Tinggi Badan Subjek
Gambar 5.2 Subjek Mengisi Kuesioner Sebelum Bekerja
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rerata umur subjek dalam penelitian ini 38.563.58 tahun, rerata berat badan subjek 60.066.61kg, sedangkan tinggi badan subjek reratanya 156,005.73cm dan rerata pengalaman kerjanya 9,561.41tahun. Dari umur, berat badan, dan tinggi badan termasuk dalam kategori normal sedangkan pengalaman kerja subjek termasuk dalam kategori berpengalaman atau cukup lama bekerja. Untuk kesehatan penyapu jalan yang dijadikan subjek penelitian ini yaitu tidak cacat fisik, mental dan dapat bekerja sehari-hari seperti biasanya, tanpa keluhan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan kategori pendidikan yaitu minimal Sekolah Dasar (SD) dan maksimal tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga dalam pengisian kuesioner tidak mengalami kesulitan.
76
5.1.2 Data Antropometri Subjek Data antropometri sangat penting dimiliki oleh para perancang alat untuk mendapatkan ukuran yang paling sesuai. Ukuran yang didapatkan harus disesuaikan dengan ukuran tubuhnya dan nyaman bila digunakan oleh pekerja. Untuk mendapatkan ukuran
yang sesuai maka dilakukan pengukuran
antropometri bagi penyapu jalan. Antropometri subjek yang diukur dalam penelitian ini meliputi panjang tangan, lebar telapak tangan, lingkar tangan, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri.
Gambar 5.3 Pengukuran Antropometri Tangan Subjek
Gambar 5.4 Pengukuran Diameter Genggam Subjek
Pengukuran antropometri subjek tersebut berkaitan dengan alat yang akan dirancang/ desain sapu lidi yang baru bagi penyapu jalan. Data antropometri subjek disajikan dalam Tabel 5.2 di bawah ini.
77
Tabel 5.2 Data Antropometri Subjek No
Antropometri (cm)
n
Persentil 50 17,0
95 18,0
1
Panjang telapak tangan
16
5 16,0
2
Lebar telapak tangan
16
7,0
8,0
9,2
3
Diameter genggaman
16
2,5
3,2
3,8
4
Tinggi siku berdiri
16
91,7
100,5
108,3
5
Tinggi pinggang berdiri
16
87,15
95,0
99,8
Dari Tabel 5.2 data antropometri subjek yang meliputi panjang tangan, lebar telapak tangan, lingkar tangan, tinggi siku berdiri, tinggi pinggang berdiri dan tinggi pinggul berdiri dalam penelitian ini mengunakan persentil 95. Dan selanjutnya dipakai menjadi acuan dalam menentukan panjang tankai dan diameter genggaman terhadap desain sapu lidi bertangkai yang baru. Untuk menentukan panjang tangkai ditetapkan pada persentil 95 diambil dari dimensi tinggi siku berdiri setinggi postur penyapu jalan. Sedangkan untuk genggaman pada tangkai ditetapkan pada persentil 95 dari dimensi diameter genggaman. 5.2 Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Kondisi lingkungan yang diukur selama penelitian ini adalah kecepatan angin, suhu lingkungan yang diukur meliputi suhu kering, suhu basah, Sedangkan kelembaban relatif dicari dalam diagram psikrometri. Untuk hasil pengukuran kondisi lingkungan disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :
78
Tabel 5.3 Kondisi Lingkungan antara Kelompok Periode I dan Kelompok Periode II Periode I Periode II Variabel n Rerata SD rentangan Rerata SD rentangan Suhu Kering (°C) 16 28,71 1,68 27,03-30,39 28,74 1,77 26,97-30,51 Suhu Basah (°C) 16 26,19 0,81 26,01-26,37 26,21 0,77 25,44-26,98 Kelembaban 16 78,74 1,69 77,05-80,43 78,74 1,76 76,98-80,50 Relatif (%) Kecepatan Angin 16 1,05 0,36 0,68-1,42 1,05 0,36 0,69-1,41 (m/s) Pada Tabel 5.3 rerata suhu kering tempat penelitian untuk kelompok periode I 28,71±1.68°C, Sedangkan kelompok periode II 28,74±1,77°C. Untuk rerata suhu basah pada kelompok periode I 26.19±0.81°C, Sedangkan kelompok periode II 26.21±0.77°C. Data suhu kering dan suhu basah dijadikan acuan untuk menentukan kelembaban relatif pada tabel psikometri sehingga diperoleh rerata kelembaban relatif untuk kelompok periode I 78,74±1,69%, Sedangkan kelompok periode II 78,74±1,76%. Dan untuk data kecepatan angin pada kelompok periode I 1,05±0.37 m/s dan kelompok periode II 1,05±0.36 m/s. Selanjutnya data Kondisi lingkungan dianalisis kemaknaan yang meliputi uji normalitas, homogenitas dan komparabilitas antar periode pertama dan periode kedua. 5.2.1 Uji Normalitas Data kondisi lingkungan diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk Test (n<50). Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai kemaknaan (p) kondisi lingkungan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan
kedua
kelompok data berdistribusi normal atau
memiliki
karakteristik lingkungan yang sama. Dan hasil analisis disajikan pada Lampiran 14.
79
5.2.2 Uji Komparabilitas Perbedaan rerata kondisi lingkungan antar periode, dianalisis dengan uji independent samples test hasilnya disajikan pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Uji Komparabilitas Rerata Kondisi Lingkungan Antar Periode Periode I
Periode II
Variabel Suhu kering (0C) Suhu basah (0C) Kel. relatif ( %) Kec. Angin (m/s)
Rerata
SB
Rerata
SB
28,71 26,19 78,74 1,05
1,77 0,77 1,76 0,36
28,74 26,21 78,74 1,05
1,77 0,77 1,76 0,36
n
t
p
16 16 16 16
0,44 0,22 0,45 0,73
0,69 0,39 0,63 0,17
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas maka kondisi lingkungan pada periode I dan Periode II tidak berbeda (p>0,05). Ini berarti kondisi lingkungan pada kedua periode mempunyai paparan lingkungan yang sama terhadap subjek penelitian. 5.3 Uji Variabel 5.3.1 Uji Normalitas dan Homogenitas Data karakteristik variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dalam penelitian ini diuji normalitasnya dengan Shapiro-Wilk Test (n<50). Hasil analisis menunjukkan data beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan berdistribusi normal (p>0,05), hasilnya disajikan pada lampiran L.12. Sedangkan Uji homogenitas terhadap variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan diuji dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varians pada periode yang sama. Hasil analisis menunjukkan data ketiga variabel homogen (p> 0,05), hasilnya disajikan pada lampiran L.12.
80
5.3.2 Uji Komparabilitas Subjek penelitian berjumlah 16 orang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I sebanyak 8 orang dan 8 orang lainnya menjadi kelompok II. Selanjutnya dilakukan uji t-independent untuk mengetahui perbedaan variabel beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan sebelum kerja pada periode pertama. Hasilnya disajikan pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Hasil Uji Komparabilitas terhadap Beban kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I
Variabel
Kelompok II t
p
n
Rerata
SB
n
rerata
SB
Beban Kerja
8
65,25
2,12
8
66,75
3,69
-0,996
0,336
Keluhan Otot Skeletal
8
45,25
2,96
8
45,63
2,50
-0,273
0,789
Kelelahan
8
47,63
1,77
8
47,13
1,55
0,601
0,557
Hasil analisis pada Tabel 5.5 pada variabel beban kerja menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) dengan nilai t = - 0,996 dan nilai p = 0,336. Artinya beban kerja sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan beban kerja semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Pada variabel keluhan muskuloskeletal menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) karena nilai t = - 0,273 dan nilai p = 0,789. Artinya keluhan muskuloskeletal sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode
81
periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan keluhan muskuloskeletal semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Sedangkan pada variabel kelelahan menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05) karena nilai t = 0,601 dan nilai p = 0,557. Artinya kelelahan sebelum kerja pada kelompok I dengan kondisi sebelum perbaikan dan Kelompok II dengan kondisi sesudah perbaikan dalam periode periode pertama adalah sama, sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan kelelahan sematamata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. 5.3.3 Uji Beda Sampel 5.3.3.1 Hasil Uji Efek Periode (period effect) Efek periode dihitung berdasarkan rerata variabel pada perlakuan I (sapu lama) periode pertama dikurangi dengan rerata variabel perlakuan II (sapu baru) periode kedua untuk Kelompok I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II (sapu baru) periode pertama dikurangi dengan rerata variabel kelompok perlakuan I (sapu lama) periode kedua untuk Kelompok II. Hasil analisis di sajikan pada Tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Hasil Uji Efek Periode terhadap Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I
Kelompok II
Variabel
n
Rerata
SB
n
Rerata
SB
Beban Kerja Keluhan Otot Skeletal Kelelahan
8 8 8
21,11 29,00 19,87
3,89 3,78 5,17
8 8 8
22,21 25,75 20,25
3,92 4,28 4,20
t
p
-0,57 1,61 -0,16
0,58 0,13 0,88
Berdasarkan Tabel 5.6 hasil analisis efek periode menunjukkan bahwa tidak ada
82
perbedaan bermakna karena nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Ini berarti bahwa kelompok I tidak berpengaruh terhadap kelompok II dan kelompok II tidak berpengaruh terhadap kelompok I sehingga dapat diasumsikan bahwa peningkatan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan semata-mata disebabkan oleh perbedaan perlakuan. 5.3.3.2 Hasil Uji Efek Residu (carry over effect) Efek residu dihitung berdasarkan rerata variabel pada kelompok perlakuan I (sapu lama) periode pertama ditambah dengan rerata variabel kelompok perlakuan II (sapu baru) pada periode kedua untuk Kelompok I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II (sapu baru) periode periode pertama ditambah dengan rerata variabel kelompok perlakuan I (sapu lama) periode kedua untuk kelompok II. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Hasil Uji Efek Residu terhadap Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan pada Penyapu Jalan Kelompok I
Kelompok II
Variabel
n
Rerata
SB
n
Rerata
SB
Beban Kerja Keluhan Otot Skeletal Kelelahan
8 8 8
86,34 26,75 18,63
4,90 6,30 4,07
8 8 8
87,44 28,00 21,50
6,11 4,04 6,05
t
p
-0,40 -0,47 -1,12
0,70 0,64 0,28
Berdasarkan Tabel 5.7 hasil analisis efek residu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna karena nilai p lebih besar dari 0,05(p>0,05). Ini berarti bahwa tidak ada pengaruh sisa perlakuan terhadap perlakuan berikutnya, sehingga dapat diasumsikan bahwa peningkatan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan kelelahan semata-mata disebabkan oleh perbedaan perlakuan.
83
5.3.3.3 Hasil Uji Efek Perlakuan Efek perlakuan dihitung dari rerata variabel pada kelompok perlakuan I dibandingkan dengan rerata variabel pada kelompok perlakuan II. Selanjutnya karena data berdistribusi normal makan digunakan uji t-paired. Untuk variabel beban kerja antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.8 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Beban Kerja pada Penyapu Jalan
Variabel
n
Perlakuan I
Perlakuan II
Rerata
SB
Rerata
SB
t
p
Denyut Nadi Istirahat
16
64,69
3,24
65,88
3,22
-1,50
0,154
Denyut nadi Kerja
16
118,96
2,26
98,49
2,22
28,69
0,001
Nadi kerja
16
54,27
3,46
32,61
3,25
21,58
0,001
Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa analisis kemaknaan untuk variabel beban kerja pada kelompok sebelum bekerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = -1,50 dan nilai p = 0,154. Hal ini berarti bahwa beban kerja pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan beban kerja yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis beban kerja kelompok sesudah bekerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 28,69 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan beban kerja pada penyapu jalan. Untuk variabel keluhan muskuloskeletal antara kelompok perlakuan I dan
84
perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 5.9 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Penyapu Jalan Perlakuan I Variabel Keluhan Otot Skeletal sebelum kerja Keluhan otot skeletal setelah kerja selisih
Perlakuan II
n
t
p
2,34
0,87
0,397
63,56
2,73
24,98 0,001
18,13
3,79
21,26 0,001
Rerata
SB
Rerata
SB
16
46,13
2,45
45,44
16
91,63
2,70
16
45,50
2,92
Untuk variabel keluhan muskuloskeletal pada kelompok sebelum bekerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = 0,87 dan nilai p = 0,397. Hal ini berarti bahwa keluhan muskuloskeletal pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan keluhan muskuloskeletal yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis keluhan muskuloskeletal kelompok setelah bekerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 24,98 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal pada penyapu jalan. Untuk variabel kelelahan antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II pada penyapu jalan disajikan pada tabel berikut ini:
85
Tabel 5.10 Hasil Uji Efek Perlakuan terhadap Kelelahan pada Penyapu Jalan
Variabel
n
Kelelahan sebelum kerja
Perlakuan I
Perlakuan II
t
p
0,85
0,934
Rerata
SB
Rerata
SB
16
46,50
2,45
46,44
2,34
kelelahan setelah kerja
16
77,69
2,96
57,56
2,94 21,95 0,001
selisih
16
31,19
3,66
11,13
3,12 15,45 0,001
Selanjutnya untuk variabel kelelahan pada kelompok kelelahan sebelum kerja menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan nilai t = 0,85 dan nilai p = 0,934. Hal ini berarti bahwa kelelahan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah komparabel sehingga dapat diasumsikan bahwa penurunan kelelahan yang terjadi semata-mata disebabkan oleh intervensi yang dilakukan. Selanjutnya analisis kelelahan kelompok setelah kerja menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05) dengan nilai t = 21,95 dan nilai p = 0,001. Ini berarti pemakaian sapu lidi bertangkai baru dapat menurunkan kelelahan pada penyapu jalan.