BAB V HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian mengenai efektifitas larutan kumur ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap penurunan kadar VSCs pada penderita halitosis. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre and Post Test Design. Pengambilan sampel dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan ekstraksi kayu manis dilakukan di Laboratorium Fitokimia Unhas. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2014. Sampel merupakan mahasiswa kedokteran gigi Unhas yang memenuhi kriteria seleksi sampel yang telah ditentukan sebelumnya, jumlah sampel adalah 30 orang. Halitosis diukur secara langsung dengan menggunakan breath checker. Melalui alat ukur ini akan diperoleh nilai keparahan halitosis dengan rentang nilai 0 hingga 4, mulai dari tidak ada bau hingga halitosis kuat. Pada penelitian ini, pengukuran halitosis dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum sampel diberikan perlakuan dengan kata lain (pretest), dan setelah diberikan perlakuan (posttest) beruapa berkumur dengan larutan kumur konsentrasi ekstrak kayu manis 2%, konsentrasi 4%, dan konsentrasi 8%. Periode wash-out antara perlakuan ditentukan berselang satu hari, untuk menghilangkan efek dari perlakuan sebelumnya. Selanjutnya, seluruh hasil penelitian dikumpulkan dan dilakukan analisis
data dengan menggunakan program SPSS 18.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai berikut.
Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik penelitian Karakteristik sampel penelitian Frekuensi (n) Persen (%) Mean Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 17 – 18 tahun 19 – 20 tahun Status Kebersihan Mulut (OHI-S) Baik Sedang Buruk Total
9 21
30 70
15 15
50 50
30 0 0 30
100 0 0 100
18.50
SD
0.731
Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan karakteristik penelitian. Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang (100%). Tabel 1 memperlihatkan bahwa jumlah perempuan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Terlihat bahwa jumlah laki-laki hanya sembilan orang (30%), sedangkan jumlah perempuan mencapai 21 orang (70%). Rata-rata usia sampel dalam penelitian ini mencapai 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sampel pada kelompok sampel 17-18 tahun dan 19-20 tahun sama banyak, yaitu masing-masing berjumlah 15 orang (50%). Berdasarkan status kebersihan mulut, seluruh sampel dalam penelitian ini memiliki status kebersihan mulut baik (100%), hal ini bertujuan untuk mengurangi bias dalam penelitian.
33
Sumbu Y : Frekuensi Sampel 100% 100 90 80 70 Tidak ada bau
60 43.3% 36.7%
50 40
26.7% 20%
30
33.3% 33.3% 30% 20%
20 10
0% 0%
0%
Bau Normal
43.3%
Halitosis Kurang Halitosis Sedang
10% 3.3%
0%
0 Pretest
Posttest 2%
Posttest 4%
Posttest 8%
Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur
Gambar 5.1. Distribusi kategori halitosis pada masing-masing konsentrasi larutan kumur
Gambar 5.1 memperlihatkan distribusi kategori halitosis pada masing-masing konsentrasi larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel (100%) berada pada kategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 13 orang (43.3%) yang memiliki kategori tidak ada bau, 11 orang (36.7%) yang memiliki kategori bau normal dan enam orang (20%) yang masih berkategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur 4%, terdapat 8 orang (26.7%) yang memiliki kategori tidak ada bau, 13 orang (43.3%) berkategori bau normal, enam orang (20%) kategori halitosis kurang, dan adanya peningkatan tiga orang (10%) yang memiliki kategori halitosis sedang.
34
Adapun, setelah berkumur larutan kumur 8%, hanya sisa 1 orang (3.3%) dengan kategori tidak ada bau, 10 orang (33.3%) dengan kategori bau normal, 10 orang (33.3%) berkategori halitosis kurang, dan 9 orang (30%) memiliki kategori halitosis sedang. Sumbu Y : Frekuensi Sampel 50 45 40 35 30 25
Tidak Ada Bau
20 15 10 5 0
Pretest
Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8%
Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur
Gambar 5.2 Distribusi kategori halitosis yaitu tidak ada bau pada masing-masing konsentrasi larutan
Gambar 5.2 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu tidak ada bau pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tdak mengalami kategori tidak ada bau. Setelah intervensi
35
larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 13 orang (43,3%) yang memiliki kategori tidak ada bau, pada konsentrasi 4% terdapat 8 orang (26,7%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 1 orang (3,3%) dengan kategori tidak ada bau.
Sumbu Y : Frekuensi Sampel 50 45 40 35 30 25
Bau Normal
20 15 10 5 0
Pretest
Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8%
Sumbu X : Konsentrasi Larutan Kumur
Gambar 5.3 Distribusi kategori halitosis yaitu bau normal pada masing-masing konsentrasi larutan
Gambar 5.3 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu bau normal pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tdak mengalami kategori bau normal. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 11 orang (36,7%) yang memiliki kategori
36
bau normal, pada konsentrasi 4% terdapat 13 orang (43,3%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 10 orang (33,3%) dengan kategori bau normal.
Sumbu Y : Frekuensi Sampel 120 100 80 60
Halitosis Kurang 40 20 0
Pretest
Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8%
Sumbu X : Konsentrasi Larutan
Gambar 5.4 Distribusi kategori halitosis yaitu halitosis kurang pada masing-masing konsentrasi larutan
Gambar 5.4 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu halitosis kurang pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel mengalami kategori halitosis kurang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, terdapat 6 orang (20%) yang memiliki kategori halitosis kurang, pada konsentrasi 4% terdapat 6 orang (20%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 10 orang (33,3%) dengan kategori halitosis kurang.
37
Sumbu Y : Frekuensi Sampel 12 10 8 6
Halitosis Sedang 4 2 0
Pretest
Posttest 2% Posttest 4% Posttest 8%
Sumbu X : Konsentrasi Larutan
Gambar 5.5 Distribusi kategori halitosis yaitu halitosis sedang pada masing-masing konsentrasi larutan
Gambar 5.5 memperlihatkan distribusi kategori halitosis yaitu halitosis sedang pada masing-masing larutan kumur. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, seluruh sampel tidak mengalami kategori halitosis sedang. Setelah intervensi larutan kumur dengan konsentrasi 2% diberikan, tidak terdapat kategori halitosis sedang. Pada konsentrasi 4% terdapat 3 orang (10%) dan pada konsentrasi 8% terdapat 9 orang (30%) dengan kategori halitosis sedang.
38
Tabel 5.2. Distribusi kategori halitosis pada tiap konsentrasi larutan kumur berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian Konsentrasi Larutan dan Kategori Halitosis Pretest Halitosis Kurang Posttest Konsentrasi 2% Tidak ada bau Bau normal Halitosis kurang Posttest Konsentrasi 4% Tidak ada bau Bau normal Halitosis kurang Halitosis sedang Posttest Konsentrasi 8% Tidak ada bau Bau normal Halitosis kurang Halitosis sedang Total
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan n (%) n (%)
Total n (%)
9 (30%)
21 (70%)
30 (100%)
2 (6.7%) 5 (16.7%) 2 (6.7%)
11 (36.7%) 6 (20%) 4 (13.3%)
13 (43.3%) 11 (36.7%) 6 (20%)
0 (0%) 6 (20%) 3 (10%) 0 (0%)
8 (26.7%) 7 (23.3%) 3 (10%) 3 (10%)
8 (26.7%) 13 (43.3%) 6 (20%) 3 (10%)
0 (0%) 1 (3.3%) 5 (16.7%) 3 (10%) 9 (30%)
1 (3.3%) 9 (30%) 5 (16.7%) 6 (20%) 21 (70%)
1 (3.3%) 10 (33.3%) 10 (33.3%) 9 (30%) 30 (100%)
Tabel 2 memperlihatkan distribusi kategori halitosis pada tiap konsentrasi larutan kumur berdasarkan jenis kelamin sampel penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan sebelum perlakuan, terdapat 9 laki-laki (30%) dan 21 perempuan (70%) yang memiliki kategori halitosis kurang. Setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 2%, laki-laki paling banyak memiliki kategori bau normal (5 orang) dan untuk perempuan paling banyak memiliki kategori tidak ada bau (11 orang). Setelah berkumur larutan 4%, pada kategori bau normal, terjadi peningkatan pada kelompok laki-laki menjadi 6 orang (20%), sedangkan untuk kategori tidak ada bau pada kelompok perempuan, terjadi penurunan menjadi delapan orang (26.7%). Adapun, setelah berkumur dengan larutan konsentrasi 8%, jumlah laki-laki paling banyak
39
terdapat pada kategori halitosis kurang, yaitu sebanyak 5 orang (16.7%) dan untuk perempuan, paling banyak pada kelompok kategori bau normal, yaitu sebanyak 9 orang (30%).
Tabel 5.3. Perbedaan nilai rata-rata halitosis (skala breath checker) sebelum dan sesudah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8% Variabel
Pretest Mean SD
Posttest 2% Mean SD
Nilai halitosis (skala breath 2.00 0.00 0.77 0.774 checker) *Repeated ANOVA test: p<0.05; significant
Posttest 4% Mean SD
Posttest 8% Mean SD
pvalue
1.13
1.90
0.000*
0.937
0.885
Tabel 3 memperlihatkan perbedaan nilai rata-rata halitosis dalam skala breath checker secara keseluruhan sebelum dan setelah intervensi, yaitu berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8%. Seperti yang telah dijelaskan pada tabel sebelumnya, nilai halitosis sebelum intervensi rata-rata sebesar 2.00. Adapun, setelah diberikan intervensi larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, nilai rata-rata halitosis secara keseluruhan menurun menjadi 0.77. Setelah diberikan larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 4%, nilai rata-rata halitosis meningkat menjadi 1.13. Peningkatan kembali terjadi setelah diberikan larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 8%. Nilai rata-rata halitosis meningkat mencapai 1.90. Berdasarkan hasil uji statistik, Repeated ANOVA test, diperoleh nilai p:0.000 (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai halitosis yang signifikan antara sebelum berkumur, larutan kumur konsentrasi 2%, larutan kumur konsentrasi 4%, dan konsentrasi 8% (minimal diantara dua kelompok). Untuk 40
mengetahui perbedaan secara lebih spesifik (antara kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan), maka uji beda lanjut dilakukan (tabel 4).
Tabel 5.4. Hasil uji beda lanjut nilai rata-rata halitosis (skala breath checker) antara kelompok sebelum dan setelah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8% Intervensi (i) Pembanding (j) Mean Difference (i-j) p-value Pretest Posttest 2% 1.233 0.000* Posttest 4% 0.867 0.000* Posttest 8% 0.100 0.541 Posttest 2% Posttest 4% -0.367 0.046* Posttest 8% 1.133 0.000* Posttest 4% Posttest 8% -0.767 0.000* *Pos hoc test: Least Significant Difference (LSD) test: p<0.05: significant
Tabel 4 menunjukkan hasil uji beda lanjut nilai rata-rata halitosis dalam skala breath checker antara kelompok sebelum dan setelah berkumur larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2%, 4%, dan 8%. Terlihat bahwa nilai sebelum berkumur dan setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 2% memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai pretest lebih besar dan beda rata-rata mencapai 1.233. Perbedaan yang signifikan juga ditemukan antara sebelum berkumur dan setelah berkumur larutan kumur konsentrasi 4% dengan beda rata-rata sedikit lebih rendah, yaitu sebesar 0.867. Tidak ditemukan perbedaan nilai halitosis yang signifikan antara sebelum dan setelah berkumur 8%. Bila kelompok konsentrasi 2% dibandingkan dengan 4%, diperoleh perbedaan nilai halitosis yang signifikan, namun nilai rata-rata halitosis pada konsentrasi 2% lebih rendah dibandingkan konsentrasi 4%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa larutan kumur ekstrak kayu manis konsentrasi 2% yang paling
41
efektif dalam menurunkan halitosis. Konsentrasi 8%. tidak efektif dalam menurunkan halitosis.
42