BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Biaya Corporate Sosial Responsibility Salah satu faktor yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kinerja usaha bank yang dikelolah adalah dengan meningkatkan pendapatan operasional perbankan, sebab dengan adanya peningkatan pendapatan usaha bank, maka akan dapat mempengaruhi kinerja bank. Dimana dengan adanya peningkatan kinerja perbankan maka akan berdampak terhadap kontinuitas usaha bank yang dikelola. Dalam rangka mempertahankan citra daripada perbankan, maka salah satu cara yang dilakukan oleh bank adalah dengan melakukan tanggungjawab sosial (Corporate Sosial Responsibility). Pelaksanaan CSR dilakukan dengan memberikan penekanan terhadap peningkatan kualitas kehidupan serta komitmen untuk memberikan kontinuitas terhadap peningkatan ekonomi secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan UU. No. 40 tahun 2007 pasal 74 yang mengemukakan bahwa setiap perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Dan selain itu tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Searah dengan UU. No. 40 tahun 2007 mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan, maka sebelum disajikan data mengenai biaya
sosial dan lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Bank Mega, Tbk. maka terlebih dahulu akan disajikan program CSR yang dilakukan oleh PT. Bank Mega yaitu sebagai berikut : 1. Program CSR tahun 2005 – 2006 Program CSR yang dilakukan oleh PT. Bank Mega, Tbk. dalam periode 2005 – 2006 dapat diuraikan sebagai berikut : a. Program Internal Program internal yang dilakukan oleh PT. Bank Mega dapat dibagi dalam empat program yaitu : -
Program pendidikan khusus Program pendidikan khusus adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pegawai baik skill maupun knowledge. Dimana program pendidikan khusus yang dilakukan oleh PT. Bank Mega adalah dengan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengikuti program MBA khususnya pada Asian Institut of Management.
-
In House Training Program Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam melakukan tugas yang dijalankan selama tahun 2005 – 2006 sebanyak 180 program yang diikuti oleh 6.640 peserta pelatihan dari seluruh jaringan Kantor Bank Mega.
-
Program Kebersamaan pegawai Secara
rutin,
bank
Mega
juga
menyelenggarakan
kegiatan
pengembangan diri non formal lainnya, seperti : program mega berbagi sebagai suatu wujud kepedulian dan tanggungjawab sosial organisasi kepada pegawai dan masyarakat luas. Pada program ini seluruh pegawai Bank Mega berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan. -
Peningkatan kesejahteraan pegawai Sejak awal Bank Mega berupaya memberikan imbal balik maksimal atas kinerja yang telah dilakukan oleh pegawai. Untuk itu selain gaji pokok, Bank Mega juga memberikan fasilitas kesejahteraan lainnya kepada pegawai seperti : tunjangan jaminan sosial tenaga kerja, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya dan tunjangan jabatan.
b. Program Kemanusiaan Sebagai bentuk eksistensi perusahaan sekaligus wujud tanggungjawab Bank Mega terhadap lingkungan di sekitar, Mega peduli menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam kategori kemanusiaan diantaranya : -
Program donor darah Selama tahun 2005 – 2006 Bank Mega telah melakukan program donor darah bekerja sama dengan PMI sebanyak dua kali yang mengambil lokasi pada kantor bank Mega.
-
Bantuan sosial Selama tahun 2005 – 2006 Bank Mega melakukan program Mega berbagi, telah melakukan program selama 3 kali, hal ini bertujuan untuk memupuk kepedulian dan kemanusiaan seluruh manajemen dan pegawai bank Mega terhadap tanggungjawab sosial dan kemasyarakatan, khususnya terhadap masyarakat/penduduk/rakyat yang kurang mampu antara lain Yatim Piatu, orang tua jompo, tuna wisma, orang cacat dan sebagainya yang berada di sektor unit kerja pada PT. Bank Mega, Tbk.
2. Program CSR 2007 – 2009 Dalam bidang tanggungjawab sosial maka PT. Bank Mega secara konsisten telah menerapkan konsep Sosial Marketing Sustability yang mendukung peran perusahaan terhadap keberlanjutan dan kemandirian. Oleh karena itulah maka program CSR yang dilakukan oleh PT. Bank Mega dari tahun 2007 – 2009 dapat diuraikan sebagai berikut : a. Program Mega Berbagi dengan memberikan santunan kepada masyarakat yang kurang mampu pada saat Hari Raya Idul Fitri. b. Program Kepedulian adalah memberikan bantuan makanan dan obat-obatan kepada korban bencana alam seperti : Banjir, gempa. c. Sebagai bentuk kepedulian sosial di lingkungan perusahaan, Bank Mega bekerja sama dengan Trans TV mendirikan Taman Bermain yang berlokasi di belakang Menara Bank Mega.
Berdasarkan hasil analisis mengenai program CSR yang dilakukan oleh PT. Bank Mega, Tbk. khususnya dalam tahun 2005 – 2009 maka akan disajikan data biaya tanggungjawab sosial yang dikeluarkan khususnya yang terdiri dari biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan yakni dari tahun 2005 – 2009 yang dapat disajikan pada tabel berikut ini : TABEL I PERKEMBANGAN BIAYA SOSIAL MASYARAKAT LOKAL TAHUN 2005 – 2009
2005
Biaya Sosial Masyarakat Lokal (Rp) 1.381.200.000
2006
1.521.300.000
140.100.000
10,14
2007
2.581.480.000
1.060.180.000
69,69
2008
2.782.900.000
201.420.000
7,90
2009
3.021.150.000
238.250.000
8,56
Total
11.288.030.000
1.639.950.000
96,20
Rata-rata pertahun
2.257.606.000
409.987.500
24,05
Tahun
Pertumbuhan Rp.
%
-
-
Sumber : Data diolah dari PT. Bank Mega, Tbk. 2011 Tabel I yakni data pertumbuhan biaya sosial masyarakat lokal seperti : pemberian santunan kepada masyarakat yang kurang mampu, bantuan makanan dan obat-obatan kepada korban bencana alam dan selain itu berupa penyelenggaraan donor darah yang bekerja sama dengan PMI. Sehingga rata-rata biaya sosial masyarakat lokal pertahun yang dikeluarkan oleh PT. Bank Mega, Tbk. sebesar Rp.2.257.606.000. Hal ini dapat diperincikan bahwa untuk tahun 2006 biaya sosial masyarakat lokal untuk tahun 2006 meningkat sebesar Rp.1.060.180.000
atau sebesar 69,69%. Dimana biaya sosial masyarakat lokal meningkat cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh karena banyaknya program CSR yang dilakukan oleh Bank Mega. Sedangkan pada tahun 2008 – 2009 meningkat masing-masing sebesar Rp. 201.420.000 atau sebesar 7,80% dan untuk tahun 2009 meningkat sebesar Rp. 238.250.000 atau sebesar 8,56%. Kemudian akan disajikan biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan PT. Bank Mega, Tbk. selama tahun 2005 – 2009 yang dapat dilihat pada tabel II berikut ini : TABEL II BIAYA LINGKUNGAN TAHUN 2005 – 2009 Tahun
Biaya Lingkungan (Rp)
Pertumbuhan Rp.
%
-
-
2005
691.500.000
2006
792.350.000
100.850.000
14,58
2007
892.800.000
100.450.000
12,68
2008
1.021.900.000
129.100.000
14,46
2009
1.491.450.000
469.550.000
45,95
Total
4.890.000.000
779.950.000
87,67
978.000.000
199.987.500
21,92
Rata-rata
Sumber : Data diolah dari PT. Bank Mega, Tbk. 2011 Tabel II yakni biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan PT. Bank Mega, Tbk. yang menunjukkan bahwa biaya lingkungan yang dikeluarkan rata-rata pertahun sebesar Rp.978.000.000, dimana dapat dilihat bahwa biaya lingkungan meningkat sebesar Rp.100.850.000 atau 14,58%, tahun 2007 meningkat sebesar
Rp.100.450.00 atau sebesar 12,68%, tahun 2008 sebesar Rp.129.100.000 atau sebesar 14,46% dan tahun 2009 meningkat sebesar Rp.469.550.000 atau sebesar 45,95%. Adanya biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan PT. Bank Mega, Tbk. karena adanya peningkatan pelaksanaan program kepedulian lingkungan yang dilakukan oleh PT. Bank Mega, seperti : penyediaan tong sampah disetiap kantor cabang, perbaikan sanitasi untuk setiap lokasi Bank Mega. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan yang bersih dan sehat. Kemudian akan disajikan data pertumbuhan kinerja (laba) yang dicapai oleh bank yang dapat disajikan pada tabel III berikut ini : TABEL III PERTUMBUHAN KINERJA (LABA) TAHUN 2005 – 2009 Tahun
Besarnya Laba Operasional (Rp)
Pertumbuhan Rp.
%
-
-
2005
182.482.000.000
2006
334.180.000.000
151.698.000.000
83,13
2007
354.899.000.000
520.729.000.000
155,82
2008
2.252.436.000.000
397.537.000.000
46,50
2009
1.789.896.000.000
537.460.000.000
42,91
Total
4.413.893.000.000
1.607.414.000.000
410,46
882.778.600.000
401.853.500.000
82,09
Rata-rata
Sumber : Data diolah dari PT. Bank Mega, Tbk. Cabang Makassar Tabel III yakni pertumbuhan kinerja (laba) yang menunjukkan bahwa rata-rata laba operasional yang dicapai oleh PT. Bank Mega, Tbk. pertahun sebesar Rp.4.882.778.600.000, sedangkan dilihat dari pertumbuhan laba ternyata untuk
tahun 2006 laba operasional yang dicapai oleh Bank Mega meningkat sebesar 83,13%, tahun 2007 sebesar 155,82%, tahun 2008 meningkat sebesar 46,50%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 42,91%. Sehingga dengan adanya peningkatan laba operasional maka dapatlah dikatakan bahwa kinerja Bank Mega selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, salah satu faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kinerja bank adalah karena adanya pengelolaan CSR. Oleh karena itulah maka perlu dilakukan pengujian pengaruh antara CSR dengan kinerja bank.
5.2. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menguraikan atau menggambarkan mean, standar deviasi, maximum dan minimum dari setiap variabel penelitian. Sebelum dilakukan analisis
regresi
maka
terlebih
dahulu
akan disajikan
hasil olahan data
statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS release 17 yang dapat dilihat pada tabel IV berikut ini :
TABEL IV STATISTIK DESKRIPTIF
No.
1.
Variabel
Mean
Standar
Penelitian
(Rata-rata)
Deviasi
2257,61
Biaya
sosial
Maximum
Minimum
N
753,99
3021,15
1381,2
5
978
311,99
149,45
691,5
5
887778,50
6,61
1789896
182482
5
masyarakat lokal 2.
Biaya lingkungan
3.
Kinerja (laba)
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS Tabel IV yakni statistik deskriptif yang menunjukkan bahwa dalam penelitian ditekankan pada biaya CSR yang meliputi : biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan. Sedangkan kinerja diukur dengan laba. Hal ini dapat diuraikan bahwa uantuk biaya sosial masyarakat lokal dengan periode pengamatan 5 tahun (tahun 2005 – 2010) maka rata-rata (mean) pertahun sebesar Rp.2.257,61 juta dengan nilai standar deviasi sebesar Rp.753,99 juta, selanjutnya biaya sosial masyarakat lokal yang tertinggi (maksimum) sebesar Rp.3.021,15 dan terendah sebesar Rp.1.381,20 juta. Kemudian nilai mean (rata-rata) biaya yang dikeluarkan oleh PT. Bank Mega, Tbk.
(n
=
5
tahun)
sebesar
Rp.
978
juta
dengan
standar
deviasi
sebesar Rp.311,99 juta, sehingga biaya lingkungan yang terbesar adalah sebesar Rp.1.491,45 juta dan yang terendah adalah sebesar Rp.691,50 juta, selanjautnya rata-rata (mean) kinerja (laba) sebesar Rp.882.778,60 juta dengan nilai simpangan
baku (standar deviasi) sebesar 6,617, sedangkan nilai yang tertinggi sebesar Rp.1.789.896 juta dan yang terendah adalah sebesar Rp.182.482 juta.
5.3. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian regresi maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Dimana menurut Singgih, S. (2010 : 203) yang mengemukakan bahwa sebuah model regresi akan dapat dipakai untuk prediksi jika memenuhi sejumlah asumsi. Oleh karena itulah akan disajikan uji asumsi normalitas, multikolineritas, uji autokorelasi dan uji heterokesdastisitas yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, nilai residual dari regresi mempengaruhi distribusi yang normal. Jika distribusi dengan nilai residual tersebut tidak berdistribusi normal maka dapat dikatakan masalah tersebut tidak memenuhi asumsi klasik. Oleh karena itulah menurut Agus (2009 : 83) bahwa suatu data regresi berdistribusi normal jika nilai sig atau signifikan atau nilai probabilitas diatas 0,05. Adapun hasil olahan data uji normalitas dengan one sample kolmogorov smirnov dapat disajikan pada tabel V yaitu sebagai berikut :
TABEL V KEPUTUSAN UJI NORMALITAS DATA Nama
Nilai Asimp
Taraf
Variabel
Sig
Signifikan
masyarakat lokal
0,870
0,05
Normal
2.
Biaya lingkungan
0,927
0,05
Normal
3.
Kinerja (laba)
0,990
0,05
Normal
No. 1.
Biaya
Keputusan
sosial
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS release 17
Tabel V yakni keputusan dalam uji normalitas data, ternyata dari semua variabel CSR dengan kinerja (laba) memiliki nilai asimp sig yang kurang dari 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil bahwa data regresi sudah memenuhi distribusi normal.
2. Uji Multikolineritas Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable independent, dimana terdapat problem multikolineritas. Menurut Nugroho dalam Agus (2009 : 79) jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolineritas. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, akan disajikan hasil olahan data multikolineritas dengan menggunakan SPSS release 17 yang dapat dilihat pada tabel VI yaitu sebagai berikut :
TABEL VI HASIL UJI MULTIKOLINERITAS Nama
Collineritas Statistik
Batas
No.
Keputusan Variabel
1.
Biaya
sosial
Tollerance
VIF
VIF
0,321
3,114
10
Biaya lingkungan
ada
multikolineritas
masyarakat lokal 2.
Tidak
0,321
3,114
10
Tidak
ada
multikolineritas Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS release 17 Berdasarkan tabel VI yakni hasil uji multikolineritas yang menunjukkan bahwa biaya sosial masyarakat lokal yang memiliki nilai VIF 3,114, sedangkan batas VIF 10, karena nilai VIF kurang dari 10 berarti tidak ada gejala multikolineritas. Sedangkan biaya lingkungan yang memiliki nilai VIF 3,114 karena nilai VIF lebih dari 10 berarti tidak ada gejala multikolineritas.
3. Uji Heterokesdastisitas Uji heterokesdastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dengan satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Singgih, S. (2009 : 211) bahwa jika suatu pola tertentu serta menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokesdastisitas. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas maka akan disajikan uji heterokesdastisitas dengan scatter plot yaitu sebagai berikut :
GAMBAR I SCATTER PLOT
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS Berdasarkan gambar I yakni scatter plot dalam uji heterokesdastisitas ternyata data sudah menyebar berada dengan titik 0 pada sumbu Y, sehinga dapatlah
disimpulkan
heterokesdastisitas.
bahwa
dalam
penelitian
tidak
memenuhi
gejala
5.4. Analisis Regresi dan Korelasi Setelah dilakukan uji asumsi klasik, menunjukkan bahwa data regresi yang akan digunakan dalam pengujian terbebas dari persoalan asumsi klasik, sehingga dapat dilakukan pengujian regresi, dimana dalam pengujian regresi dimaksudkan untuk melihat pengaruh antara biaya CSR (biaya sosial masyarakat lokal dan
biaya lingkungan) dengan kinerja bank yang diukur dengan laba
operasional. Hal ini dapat disajikan melalui tabel VII berikut ini : TABEL VII HASIL OLAHAN DATA REGRESI Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Model 1
Unstandardized
(Constant) Biaya sosial masyarakat
Std. Error
Beta
t
Sig.
-1233238.86
137820.33
.012
450.091
96.580
0,513
4.660
0,043
1124.631
233.404
0,530
4.818
0,040
lokal Biaya Lingkungan R
= 0,996
Fhit
= 127,569
R2
= 0,984
Sig
= 0,008
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS
Berdasarkan tabel VII yakni hasil olahan data regresi maka dapatlah disimpulkan persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = -1.232.238,86 + 450,091X1 + 1.124,63X2 Dari hasil analisis persamaan regresi yang sebagaimana telah diuraikan di atas maka dapat disajikan interprestasi dari persamaan regresi yaitu sebagai berikut: bo
=
-1.232.238,86 yang diartikan tanpa biaya CSR seperti biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan maka kinerja bank (laba) menurun sebesar 1232.238,86.
b1X1
=
450,091 menunjukkan bahwa peningkatan biaya lingkungan sebesar Rp.1.000.000 maka akan dapat meningkatkan kinerja (laba) sebesar Rp.450,091 juta
b2X2
=
1.124,63 yang diartikan bahwa peningkatan biaya lingkungan sebesar Rp.1.000.000 dapat diikuti oleh peningkatan kinerja (laba) sebesar Rp.1.124,63.
Kemudian dilihat dari nilai korelasi (R) = 0,996, hal ini dapat diartikan bahwa korelasi antara biaya CSR (biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan) memiliki hubungan yang kuat dan positif sebab r positif dan mendekati 1. Selanjutnya dilihat dari angka adjusted R Square yaitu 0,998 atau 99,60% varians tersebut kinerja (laba) dapat dijelaskan oleh variabel CSR yang terdiri dari biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan, selanjutnya akan disajikan hasil uji parsial yaitu sebagai berikut :
a. Uji parsial biaya masyarakat lokal (X1) Sebelum dilakukan uji parsial untuk biaya sosial masyarakat lokal (X1) dengan kinerja (laba) uji hipotesis berikut ini : Ho
= Koefisien regresi tidak signifikan
H1
= Koefisien regresi signifikan
Dalam tabel coefficient diperoleh nilai sig sebesar 0,05, sedangkan nilai sig (menurut SPSS) sebesar 0,043, karena nilai sig 0,043 < 0,05 berarti dapatlah disimpulkan biaya social masyarakat lokal berpengaruh nyata terhadap peningkatakan kinerja (laba). Alasannya karena memiliki nilai sig yang lebih kecil dan batas tolerance yaitu sebesar 0,05 atau 5%. b. Uji parsial biaya lingkungan (X2) Setelah dilakukan uji parsial biaya sosial masyarakat lokal dengan kinerja (laba) maka dapat dilakukan uji parsial biaya lingkungan (X2) dengan kinerja (laba) dengan langkah-langkah sebagai berikut : Ho
= Koefisien regresi tidak signifikan
H1
= Koefisien regresi signifikan
Dalam tabel coefficient diperoleh nilai sig sebesar 0,040. Hal ini membuktikan bahwa biaya lingkungan dengan kinerja (laba) ada pengaruh yang positif dan signifikan, alasannya karena memiliki nilai sig < 0,05. Kemudian dalam uji simultan (uji F) diperoleh F hitung = 127,569 dengan nilai sig = 0,008 dilihat dari uji F, diperoleh F hitung = 127,569 > F tabel (19), sedangkan dilihat dari nilai sig nampak sig < 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa
biaya sosial masyarakat lokal dan biaya lingkungan secara bersama-sama berpengaruh signifikan dengan kinerja bank (laba).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh antara CSR dengan kinerja keuangan yang diukur dengan laba operasional dalam pengelolaan usaha bank maka akan disajikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Hasil analisis pengaruh antara biaya sosial masyarakat lokal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dimana adanya peningkatan biaya sosial masyarakat lokal dapat diikuti oleh adanya kenaikan kinerja perusahaan (laba). 2. Berdasarkan hasil pengujian regresi antara biaya lingkungan dengan kinerja perusahaan (laba) yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan biaya lingkungan dapat diikuti oleh adanya peningkatan kinerja perusahaan (laba), dimana semakin tinggi biaya lingkungan dapat diikuti oleh peningkatan laba.
6.2. Saran-saran Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Disarankan agar perlunya meningkatkan intensitas program CSR, hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan citra PT. Bank Mega di mata masyarakat sehingga akan mempengaruhi kinerjanya di masa yang akan datang.
2. Disarankan pula untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan (laba) pada PT. Bank Mega yakni melalui peningkatan efektivitas pengelolaan usaha bank.