67
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Responden Pakar Analisis strategi melibatkan lima responden pakar yaitu Manufacturing Director, Factory Manager, SCM Manager, Procurement Manager, dan BOD Assistant Manufacture yang ada di perusahaan semen instant. Para pakar yang dilibatkan pada penelitian dengan metode analitycal hierachy process (AHP) ini adal lima orang responden pakar, karena dalam perusahaan semen instant tersebut hanya mempunyai lima orang responden pakar yang mempunyai pengalaman dan wawasan mendalam dibidang supply chain serta mempunyai posisi dalam level managerial dan level strategic, sehingga dipilih sebagai responden pakar. Dasar pemilihan responden pakar juga didasarkan pada model dasar area kinerja supply chain yang meliputi daerah-daerah dimana semua unsur dalam supply chain management harus membuat keputusan secara individu atau bersama sama. Area kinerja tersebut adalah: production, inventory, lokasi, transportasi dan informasi (Hugos-Essential of SCM, 2003). 5.1.2. Pengumpulan Data Untuk mengukur kinerja dengan menggunakan metode SCOR- AHP, maka peneliti membuat questioner yang telah disebarkan kepada lima orang responden pakar. Questioner disusun berdasarkan bagan hierarki AHP, yaitu : 1. Dengan ke lima dimensi SCOR Plan, Source, Make, Deliver dan Return sebagai proses kunci (SCC Council, 2010).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
2. Nilai Tambah, Mutu dan Resiko sebagai parameter kinerja (Chan and Qi ,2003). 3. Speed, Dependalibilty, Flexibility, Competitive Cost, Quality sebagai atribut kerja (Schroeder,2007), (Nigel Slack and Michael Lewis 2003). 4. Lima belas item kinerja supply chain (Salla, 2003), sebagai elemen dalam matriks pengukuran kinerja. Questioner dapat dilihat pada lampiran. 5.1.3. Pengolahan Data Hasil Questioner Hasil dari pengisian questioner para responden pakar tersebut , diolah dengan alat analisis atau software yaitu Expert Choice 2000 (untuk seluruh hasil AHP). Analisis strategi melibatkan lima pakar yaitu Manufacturing Director, Factory Manager, SCM Manager, Procurement Manager, dan BOD Assistant Manufacture yang ada di perusahaan semen instant. Para pakar yang dilibatkan pada penelitian dengan metode analiytical hierarchy process (AHP) ini ada 5 orang responden pakar dengan beberapa diantaranya mengisi questioner dengan lengkap dan konsisten namun ada juga yang mengisi dengan lengkap namun tidak konsisten. Batas konsistensi rasio (CR) yang digunakan pada penelitian ini adalah 0.1 (10%), jika CR yang diperoleh lebih besar atau sama dengan 0.1, maka keputusannya “tidak konsisten”, dengan demikian jika
CR
yang diperoleh kurang dari 0.1,
maka
keputusannya
“Konsisten”(Sumiati, 2006: 5). Adapun goal (tujuan) dari penelitian ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
adalah peningkatan kinerja perusahaan, dengan faktor kunci atau proses kuncinya ada 5 yaitu plan, source, make, deliver, dan return, yang menjadi parameter kinerja yaitu nilai tambah, mutu, dan resiko (Chan and Qi 2003). Sedangkan atribut kinerja terdiri dari kecepatan, kehandalan, flexibilitas, persaingan harga, dan kualitas (Schroeder, 2007). Sementara yang menjadi pengukur kinerja atau strateginya yaitu kinerja pengiriman, lead time pemenuhan pesanan, siklus pemenuhan pemesanan. Pemenuhan janji, fleksibilitas pasokan, stabilitas produksi, total biaya pasokan, persediaan usang, perputaran persediaan, keakuratan
persediaan,
keakuratan nilai, ketepatan peramalan, biaya transportasi, biaya dan waktu pengembalian yang dibutuhkan, kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan. 5.1.3.1. Hasil Analisis Dari hasil analisis menggunakan metode analytical hierarcy process (AHP), yang menjadi alternative strategi atau pengukur kinerja utama adalah ketepatan peramalan dengan bobot komposit sebesar 20.40%, kemudian disusul dengan kinerja pengiriman dengan bobot sebesar 17%, dan yang ketiga yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan sebesar 9.70% dan seterusnya, dimana yang menjadi proses kunci utama adalah Plan (Rencana) dengan bobot komposit sebesar 47.60% yang mendominasi faktor-faktor yang berpengaruh. Kriteria yang menjadi parameter utama atau prioritas utama dalam mengukur/parameter kinerja dalam mencapai market requirement adalah mutu dengan bobot
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
komposit sebesar 65.78% yang didukung dengan atribut kinerja kualitas sebesar 36.40%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 : Ringkasan hasil AHP).
Tabel 5.1: Ringkasan Hasil AHP Keseluruhan Hierarki prioritas
No. A 1 2 3 4 5 B 1 2 3 C 1 2 3 4 5 D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bobot
Prioritas
0.476 0.233 0.088 0.152 0.053
1 2 4 3 5
0.1364 0.6578 0.2056
3 1 2
0.288 0.088 0.204 0.056 0.364
2 4 3 5 1
0.170 0.093 0.035 0.067 0.050 0.055 0.036 0.012 0.040 0.087 0.016 0.204 0.023 0.016 0.097
2 4 11 6 8 7 10 15 9 5 14 1 12 13 3
Proses Kunci Plan Source Make Deliver Return Parameter Kinerja Nilai tambah Mutu Risiko Atribut Kinerja Kecepatan Kehandalan Fleksibilitas Persaingan harga Kualitas Alternatif strategi/Pengukur Kinerja Kinerja pengiriman Lead time Pemenuhan pesanan Siklus pemenuhan pemesanan Pemenuhan janji Fleksibilitas pasokan Stabilitas produksi Total biaya pasokan Persediaan usang Perputaran persediaan Keakuratan persediaan Keakuratan nilai Ketepatan peramalan Biaya transportasi Biaya dan waktu pengembalian yang dibutuhkan Kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan
Sumber : Pengolahan Data Questioner dengan Expert Choice 2000, 2014
Tabel 5.1. di atas merupakan hasil
analitycal hierachy process
secara keseluruhan yang menggambarkan hasil pembobotan secara hierarchy bererapa komponen mulai dari proses kunci dengan unsure plan (perencanaan) mempunyai bobot komposit sebesar 46,7 %, pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
parameter kinerja dengan unsure
mutu mempunyai bobot komposit
sebesar 65,78 %, atribut kinerja dengan unsur kualitas mempunyai bobot komposit sebesar 36,4 %, dan alternative strategi pada unsur ketepatan peramalan dengan bobot komposit sebesar 20,4 %. Strategi ketepatan peramalan menjadi prioritas pertama tidak lepas dari faktor-faktor pendukung, dimana factor utama yang mendukung strategi ini adalah Plan (0.475), artinya dalam mendukung pencapaian ketepatan peramalan, dibutuhkan perencanan yang matang dalam menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan,
perencanaan produksi,
perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan. 5.1.3.2. Peranan Proses Kunci Strategi ketepatan peramalan menjadi prioritas pertama tidak lepas dari faktor-faktor pendukung, dimana proses kunci utama yang paling berpengaruh dalam pencapaian market requirement adalah plan (0.476) sebagai proses kunci/proses bisnis terpenting yang harus diperhitungkan dalam rangka tahapan awal yang harus dipenuhi untuk mendukung penentuan alternative
matrik
pengukuran
kinerja,
artinya
dalam
mendukung pencapaian ketepatan peramalan, dibutuhkan perencanan yang matang
dalam
menaksir
kebutuhan
distribusi,
perencanaan
dan
pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan. Proses kunci terpenting berikutnya adalah source
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
(0.233). Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan penting bagi perusahaan semen instant. Proses tersebut mencakup dalam mendukung pencapaian ketepatan peramalan, perlunya perusahaan mengetahui penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otoritas pembayaran. Kemudian yang menjadi proses kunci ketiga adalah deliver (0.152), artinya perlunya mengetahui manajemen pesanan, transportasi, dan distribusi. Proses kunci keempat adalah make (0.088), artinya ketepatan peramalan menjadi dasar dalam pelaksanaan produksi, yang perlu diperhatikan yaitu penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi, pengetesan kualitas produksi, pemeliharan, dan mengelola barang jadi ataupun setengah jadi. Proses kunci kelima adalah return (0.053), artinya ketepatan peramalan penting dalam mengurangi produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan (diadaptasi dari SCC Council, 2010). 5.1.4.3. Peranan Parameter Kinerja Berdasarkan Proses Kunci Dalam rangka mencapai peningkatan kinerja perusahaan maka harus didukung dengan parameter kinerja , yang pada bagan Hierarchy ada pada level 2. Dari hasil kajian penelitian ini para parameter kinerja yaitu mutu, resiko, dan nilai tambah (Chan and Qi ,2003). Dan dari hasil pengolahan matriks berpasangan antara Proses Kunci dengan Parameter Kinerja, dapat dilihat pada Tabel 5.2 : Ringkasan Hasil Parameter Kinerja Berdasarkan Proses Kunci.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Tabel 5.2 : Ringkasan Hasil Parameter Kinerja Berdasarkan Proses Kunci Proses Kunci Parameter Kinerja
Plan
Source
Make
Delivery
Return
Nilai tambah
0.208
0.119
0.115
0.097
0.143
0.1364
Mutu
0.647
0.644
0.696
0.647
0.655
0.6578
Risiko
0.144
0.237
0.189
0.256
0.202
0.2056
0
0.02
0
0.02
0
Inconsistency
Rata-Rata
Sumber : Pengolahan Data Questioner dengan Expert Choice 2000 , 2014
Secara
keseluruhan
berdasarkan
hasil
pengolahan
matriks
berpasangan antara proses kunci dengan parameter kinerja, diperoleh hasil bahwa parameter kinerja utama yang paling berpengaruh dalam upaya pencapaian market requirement adalah mutu (0.6578), artinya dengan meningkatkan dan menjaga mutu secara keseluruhan baik dalam material, proses produksi sampai kepada mutu pengiriman akan
meningkatkan
penjualan produk semen dan mengurangi biaya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan semen instant. Parameter kinerja selanjutnya adalah resiko (0.2056), pada dasarnya resiko merupakan hal penting untuk diperhitungkan agar tidak ditanggung oleh satu pihak saja. Misalnya, bahan utama pembuatan semen yang diolah memiliki kualitas yang kurang, hal ini akan mempengaruhi hasil akhir produk. Jika hasil tidak baik atau kurang dari standar mutu yang ditetapkan, maka akan memberikan dampak dalam pengembalian produk cacat sehingga resiko yang ditanggung perusahaan sepenuhnya. Parameter kinerja terakhir adalah nilai tambah (0.1364) dapat dilihat pada tabel 5.2 : Ringkasan Hasil Parameter Kinerja dan Gambar 5.1: Hierarki AHP.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Gambar 5.1. Hierarki AHP Sumber : Hipotek, 2014
5.1.4.4. Peranan Atribut Kinerja terhadap Parameter Kinerja Atribut
kinerja
berperan penting dalam
menentukan
bobot
alternative yang akan ditentukan (Schroeder,2007) dan (Nigel Slack and Michael Lewis 2003) yaitu Speed, Dependalibilty, Flexibility, Competitive Cost, dan Quality. Dari hasil olah data berpasangan antara atribut kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
dengan parameter kinerja diperoleh hasil seperti pada Tabel 5.3. Ringkasan Hasil Atribut Kinerja dengan Parameter Kinerja, dibawah ini Tabel 5.3: Ringkasan Hasil Atribut Kinerja dengan Parameter Kinerja Atribut Kinerja
Parameter Kinerja Nilai Tambah Mutu Risiko
Rata-rata
Kecepatan
0.236
0.403
0.225
0.288
Kehandalan
0.074
0.102
0.087
0.088
Fleksibilitas
0.256
0.187
0.168
0.204
Persaingan harga
0.064
0.049
0.055
0.056
Kualitas
0.369
0.259
0.464
0.364
Inconsistency 0.01 0.01 0.02 Sumber :Pengolahan data Questioner Atribut Kinerja, dengan Expert Choice 2000, 2014
Dalam kerangka analytical hierarchy process (AHP), hal ini dapat dilihat secara sebaliknya, seberapa besar alternative yang dibuat dapat menjawab atribut kinerja yang diinginkan untuk mencapai goal (tujuan). Kriteria atribut kinerja utama yang memiliki bobot terpenting adalah kualitas (0.364), artinya sangat penting bagi perusahaan untuk tetap menjaga kualitas produk.
Atribut kinerja terpenting kedua adalah
kecepatan (0.288), artinya bagaimana perusahaan mampu dalam memenuhi permintaan dalam jangka waktu yang tepat sesuai yang dijanjikan. Atribut kinerja ketiga adalah flexibilitas (0.204), artinya matrik pengukuran kinerja flexibilitas pasokan penting untuk diperhatikan dalam mendukung peramalan.Atribut kinerja keempat adalah kehandalan (0.088), yang berarti bagaimana komitment terhadap jadwal pengiriman mampu dipenuhi dan kelima adalah persaingan harga (0.056), dimana persaingan harga adalah justru merupakan unsure terakhir dengan bobot terendah pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
atribut kerja, yang bisa diartikan menduduki skala prioritas terakhir dalam atribut kerja.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Hasil Uji Sensitivitas Dalam menganalisa lebih dalam dari hierarki proses AHP , yang bertujuan untuk menentukan atau menetapkan strategi supply chain , maka perlu dilakukan uji sensitivitas, dengan tujuan melihat seberapa jauh pengaruh satu elemen terhadap elemen yang lain dalam tiap hierarki proses pada proses kunci. Berdasarkan Gambar Performance Sensitivity (pada lampiran), untuk melihat tingkat sentifitas proses kunci, diketahui bahwa plan yang mempunyai bobot tertinggi. Sehingga, plan yang merupakan acuan dalam melihat pengaruhnya terhadap lainnya. Jika plan ditingkatkan atau dinaikkan, maka source dan deliver menurun.Sedangkan jika plan diturunkan maka source dan deliver meningkat. Artinya, sensitifitas terjadi pada tingkat faktor,secara langsung plan berpengaruh signifikan terhadap source dan deliver atau proses kunci yang paling berpengaruh yaitu source dan deliver, bukan berarti make dan return tidak terpengaruh, hanya saja tidak terlalu sensitive. Namun, faktor plan, source dan lainnya tidak sensitive berpengaruh langsung terhadap perubahan alternative strategi, artinya perubahan bobot pada kriteria atau faktor yang ada tidak mempengaruhi prioritas strategi yang ada. Hanya saja semakin tinggi bobot faktor-faktor yang ada maka bobot ketepatan peramalan dan kinerja pengiriman semakin tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Berdasarkan olah data yang ditunjukan oleh Sesitivity Graphic (pada lampiran) , ketepatan peramalan dan kinerja pengiriman berada pada kuadaran III, yang artinya plan dan source yang tinggi akan mempengaruhi strategi ketepatan peramalan dan
kinerja pengiriman.
Dapat dikatan semakin baik perencanaan dan pengadaan barang/jasa yang baik maka akan memberikan dampak terhadap pencapaian peningkatan kinerja perusahaan. 5.2.2. Hasil Uji Sintesis Dari hasil pembobotan SCOR AHP pada matriks pengukuran kinerja, yang terdiri dari 15 item, dari hasil questioner didapatkan hasil bahwa ketepatan peramalan mempunyai bobot tertinggi sebesar 0.204 sebagai prioritas pertama , yang berarti bahwa ketepatan peramalan menjadi kinerja kunci yang paling berpengaruh dari ke lima belas kinerja lainnya, ketepatan peramalan merupakan kinerja yang menempati prioritas pertama untuk dicarikan strategi perbaikan nya. Kemudian diperingkat kedua pembobotan terbesar adalah pada kinerja pengiriman dengan bobot sebesar 0.170, yang mempunyai arti bahwa kinerja pengiriman sebagai prioritas terpenting ke dua setelah ketepatan peramalan yang akan berpengaruh besar terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan. Dan bobot yang terbesar ketiga adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan, yang mempunyai bobot 0.097 dan menempati priotitas terpenting ketiga yang dapat berpengaruh besar terhadap kinerja rantai pasok. Secara keseluruhan hasil pembobotan matriks pengukuran kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
yang terdiri dari 15 item kinerja, dapat dilihat pada tabel 5.4 : Sintesis Pengukuran Kinerja.
Tabel 5.4 : Sintesis Pengukuran Kinerja Goal Bobot
Prioritas
Kinerjapengiriman
0.17
2
Lead time Pemenuhanpesanan
0.093
4
Siklus pemenuhan pemesanan
0.035
11
Pemenuhan janji
0.067
6
Fleksibilitas pasokan
0.05
8
Stabilitas produksi
0.055
7
Total biaya pasokan
0.036
10
Persediaan usang
0.012
15
Perputaran persediaan
0.04
9
Keakuratan persediaan
0.087
5
Keakuratan nilai
0.016
14
Ketepatanperamalan
0.204
1
Biaya transportasi Biaya dan waktu pengembalian yang dibutuhkan Kemampuan memenuhi kebutuhan pelanggan
0.023
12
0.016
13
0.097
3
Sintesisi
Sumber : Hasil Pengolahan Data Questioner dengan Expert Choice 2000, 2014
Dari hasil sintesis pada tabel diatas, dapat dikembangkan menjadi penentuan alternative strategi melalui sisntesis matrik SCOR AHP diatas. Hasil sintesis matrik atara pengukuran 15 item kinerja dengan atribut kinerja , menghasilkan alternative strategi prioritas, seperti gambar Hasil Sistesis AHP yang digambarkan dari hasil olah data seperti pada lampiran (goal hasil sistesis). Dari hasil sintesis matriks antara atribut kerja dengan pengukuran kinerja di atas, dapat dihasilkan alternative strategi yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
dikembangkan nantinya. Alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5 : Alternatif Strategi , berikut
Tabel 5.5 : Alternatif Strategi Sumber : Hasil Sintesis Matriks antara Atribut Kinerja dengan Pengukuran kinerja dengan Expert choice, 2000, 2014
Penjabaran alternative strategi mengacu pada tabel alternative strategi di atas , adalah yang significant dalam arti yang mempunyai bobot
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
terbesar dan skala prioritas terpenting. Dalam perusahaan semen instant ini, telah dipilih alternative strategi yang berdampak langsung dan berdampak besar terhadap kinerja supply chain secara keseluruhan , meliputi skaa prioritas 1 sampai dengan 3 dari tiga item kinerja supply chain yang diukur. Strategi mencakup pada lima elemen kinerja dengan bobot terbesar, yaitu : 1. Ketepatan Peramalan 2. Kinerja Pengiriman, 3. Kemampuan Perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan 4. Lead Time Pemenuhan Pesanan 5. Keakuratan Persediaan Strategi yang didapatkan, dengan disintesiskan terhadap atribut kinerja yang meliputi : kecepatan, kehandalan, fleksibilitas, harga dan kualitas , dapat dijabarkan, yaitu : 1. Ketepatan peramalan a. Pihak sales harus memberikan forecast secara bulanan dan harus diterima oleh bagian operational manufacture maksimal lima hari sebelum akhir bulan berjalan , tujuannya adalah penting terhadap kesiapan order pemenuhan material untuk memenuhi order tersebut. Jika terlambat, maka akan terlambat pula dalam kedatangan material dan akan menghambat proses produksi dan delivery ke pelanggan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
b. Tingkat akurasi forecast penjulan dari sales, harus diberikan batas toleransi yang semakin ketat, hal ini untuk mengurangi angka ketidak pastian bagi pihak procuremet dalam membuat rencana pembelian, bagi pihak produksi dalam membuat rencana produksi, dan bagi delivery dalam membuat rencana delivery, serta mampu memberikan jaminan kualitas material yang datang. c. Perubahan jumlah pesanan dan item pesanan dalam sales forecast harus dibuatkan batas toleransi yang wajar, karena hal ini akan berpengaruh terhadap perubahan kedatangan material dan jadwal pengiriman. Semakin besar deviasi perubahan jumlah dan item pesanan, maka akan semakin besar penyimpangan rencana pembelian material, produksi dan delivery. Hasil temuan tersebut, serupa dengan hasil penelitian Ning Cao et al (2005) dalam jurnal nya yang berjudul “How are supply chains coordinated? An empirical observation in textile-apparel businesses “ dan Engelhardt et al (2012) dalam jurnal nya yang berjudul “Improving Value Chain Flexibility and Adaptability in Build-toOrder Environments” 2. Kinerja pengiriman. a. Perusahaan semen instant harus melalukan review terhadap performa kendaraan, baik jumlah maupun kualitas. Hal ini untuk mencapai target jumlah kiriman karena masalah keterbatasan jumlah armada, dan resiko keterlambatan karena kerusakan armada akibat dari usia armada yang sudah relative tua diatas 10 tahun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
b. Evaluasi pada waktu yang diperlukan untuk loading (muat) barang kiriman ke pelanggan harus segera dilakukan. Hal ini akan berdampak pada antrian dan lamanya waktu kiriman ke pelanggan. c. Perusahaan harus menetapkan kebijakan berapa jumlah dan jenis armada untuk melayani rute tertentu dan kiriman pada kondisi tertentu (mendesak dan jumlah sedikit), karena kondisi tersebut berkaitan dengan kepuasan pelanggan. d. Perusahaan harus mulai membuat analisa perbandingan harga armada sewa dibandingkan dengan investasi armada sendiri, hal ini berkaitan dengan semakin kompleksnya permasalahan trayek dan kondisi lalu lintas. e. Dilakukan analisa safety didalam proses muat barang. Hal ini untuk mencegah kerusakan barang yang akan dikirim saat muat. Tentunya untuk mengurangi angka pengembalian produk (retur) akibat cacat. Hasil temuan tersebut, serupa dengan hasil penelitian Rodrigues et al (2007) dalam jurnal nya yang berjudul “ Establishing a Transport Operation Focused Uncertainty Model for the Supply Chain”, Cobert (1993) dalam jurnal nya yang berjudul “Delivery Windows – A New View on Improving Manufacturing
Flexibility an On Time Delivery
Performance”, Scho¨nberger et al (2009) dalam jurnal nya yang berjudul “Transport System Responsiveness Improvement”, juga mendapatkan masukan dari jurnal supply chain oleh Gunasekaran et al (2004) yang berjudul “A Framework for Supply Chain Performance Measurement”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
3. Kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan. a. Setting kapasitas produksi, buffer material utama dan pendukung, setting kapasitas gudang, dan delivery khusus untuk melayani order dengan karakteristik tertentu, harus dibuatkan kebijakan tegas oleh perusahaan. Hal ini perlu dilakukan untuk menyikapi order yang mendadak dan dalam jumlah terbatas, bahkan order tersebut merupakan produk khusus dan baru di lounching. b. Standart harga dan minimum order harus ditetapkan dalam menangani order khusus ini, karena potensi kerugian cukup besar tetapi dalam sisi lain hal ini penting untuk mencapai kepuasan pelanggan. Hasil temuan tersebut, serupa dengan hasil penelitian Cousens et al (2008) dalam jurnal nya yang berjudul “A Mrocess for Managing Manufacturing Flexibility”. 4. Lead Time Pemenuhan Pesanan. Pihak perusahaan yang diwakili oleh departemen sales harus mampu memberikan ketegasan dalam kontrak order terhadap pelanggan berkaitan dengan lead time pemenuhan pesanan. Hal ini penting karena jadwal produksi serta delivery harus disetting dengan baik agar semua pesanan yang masuk dapat diproses dengan baik sesuai antrian nya. Hasil temuan tersebut, serupa dengan hasil penelitian Closs et al (2005) dalam jurnal nya yang berjudul “The role of information connectivity in making flexible logistic programs successfully”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
5. Keakuratan Persediaan. Keakuratan persediaan ber awal dari ketepatan angka sales forecast, karena dari sales forecast dibuat perencanaan kebutuhan bahan baku dan pendukung, kebutuhan armada, perencanaan produksi dan lainnya. kemacetan, fluktuasi harga bahan bakar minyak. Hasil temuan tersebut, serupa dengan hasil penelitian Il Ru et al (2008) dalam jurnal nya yang berjudul “The Role of Partnership in Supply Chain Performance”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/