BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Hasil Penelitian 5.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Sebelum menganalisis lebih lanjut estimasi maka perlu diuraikan terlebih dahulu deskripsi data masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Deskriptif data statistik seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan Tabel 5.1 statistik deskriptif untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk menjabarkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standar deviasi) dari variabel terikat yaitu deviden payout ratio, dan variabel bebas Return on Asset, Return on Equity, Current Rasio, dan Size. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel
Minimum
Maksimum
Mean
ROA
0.01
0.41
0.17
ROE
0.05
0.86
0.26
CR
1.62
6.22
3.40
SIZE
8.04
14.39
10.07
DPR
0.01
0.77
0.43
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2017)
Berdasarkan Tabel 5.1 deskriptif data statistik telah menunjukkan 9 (sembilan) sampel perusahaan barang konsumsi yang terdafatar pada Bursa Efek Indonesia pada masa periode tahun 2010 sampai 2015, berikut :
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Deviden Payout ratio memiliki nilai minimum 0.01 pada PT. Merck Tbk tahun 2011, disebabkan menurunnya deviden kas karena kenaikan hutang, bertambahnya modal kerja, beban usaha, dan beban pajak seiring dengan peningkatan nilai asset yang dialokasikan pada kas setara kas, investasi dan entitas asosiasi, sehingga perusahaan lebih mengutamakan laba ditahan lebih besar dibandingkan dengan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan, nilai maksimum sebesar 0.77 pada PT. Gudang Garam Tbk tahun 2015, disebabkan meningkatnya deviden kas karena kenaikan penjualan bersih yang memenuhi laba bersih. Dengan nilai rata-rata 0.43 lebih besar dari standar deviasi 0.26 periode 2010-2015, mencermikan kondisi Deviden Payout ratio mengalami perubahan yang kecil antara satu perusahaan dengan lainnya. Nilai rata-rata sebesar 0.43 mencerminkan jika perusahaan memperoleh laba bersih 100 Rupiah, maka 43 rupiah yang akan dibagikan sebagai deviden. Sedangkan sisanya, 57 Rupiah laba ditahan perusahaan dan masuk ke dalam retained earning. Return On Asset memiliki nilai minimum 0.01 terjadi pada PT. Mandom Indonesia Tbk di tahun 2012, disebabkan laba bersih yang rendah karena tingginya beban umum administrasi serta beban bunga, namun nilai asset semakin besar karena bertambahnya kas setara kas, piuatng usaha dan asset tetap setelah dikurangi biaya penyusutan. Sedangkan nilai maksimum 0.41 terjadi pada PT. Gudang Garam Tbk di tahun 2015, disebabkan kenaikan penjualan bersih yang mempengaruhi peningkatan laba bersih besar dengan peningkatan total asset karena bertambahnya kas setara kas,
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
piutang, persediaan, dan kecilnya pajak dibayar dimuka. Dengan rata-rata 0.17 lebih besar dari standar deviasinya 0.10 periode 2010-2015 yag mencerminkan kondisi return on asset mengalami perubahan yang kecil antara satu perusahaan dengan lainnya nilai rata-rata 0.17 mencerminkan jika perusahaan memiliki 100 rupiah, maka 17 rupiah yang dihasilkan perusahaan. Kemampuan laba bersih dengan jumlah keseluruhan aset yang tersedia didalam perusahaan. jika rasio ini tinggi, maka seberapa besar laba bersih perusahaan yang diperoleh diukur dari nilai asset yang tersedia semakin baik karena posisi perusahaan semakin kuat dengan bertambahnya asset perusahaan. Return On Equity memiliki nilai minimum 0.05 persen terjadi pada PT. Mandom Indonesia Tbk di tahun 2011, disebabkan laba bersih yang rendah karena tingginya beban umum administrasi, namun mengalami peningkatan modal karena bertambahnya saldo laba ditahan dari tahun sebelumnya. Sedangkan nilai maksimum 0.86 persen terjadi pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2012, disebabkan kenaikan penjualan bersih yang mempengaruhi peningkatan laba bersih dan seiring peningkatan modal karena laba ditahan dari tahun sebelumnya, namun peningkatan laba bersih lebih besar dibandingkan modal perusahaan. Dengan rata-rata 0.26 lebih besar dari standar deviasinya 0.17 periode 2010-2015 yag mencerminkan kondisi return on equity mengalami perubahan yang kecil antara satu perusahaan dengan lainnya nilai rata-rata 0.26 mencerminkan jika perusahaan memiliki 100 rupiah Equity, maka mampu menghasilkan 26.6
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rupiah laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Kenaikan laba bersih yang berarti peningkatan efisiensi perusahaan dalam mengeloa modalnya untuk menghasilkan laba bersih menunjukkan tingkat pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan. Sebagaimana, diharapkan oleh investor atau pemegang saham. Jika rasio ini tinggi, maka akan menarik pemegang saham untuk menambah modalnya dan mengundang investor baru menanamkan modalnya yang diinvestasikan pada perusahaan. Current Ratio memiliki nilai minimum 1.620 pada PT. Mayora Indah Tbk tahun 2014, disebabkan meningkatnya hutang lancar karena berkurangnya kas setara kas, piutang pihak ketiga, dan piutang lain-lain. Sedangkan nilai maksimum 6.228 pada PT. Gudang Garam Tbk di tahun 2015, disebabkan kenaikan nilai asset karena bertambahnya kas setara kas dibandingkan utang lancar karena kecilnya utang pajak dan pihak ketiga. Dengan nilai rata-rata 3.977 lebih besar daripada standar deviasi 1.323 periode 2010-2015 mencerminkan kondisi current ratio mengalami perubahan kecil dari satu perusahaan dengan lainnya nilai rata-rata 3.977 mencerminkan jika perusahaan mempunyai 100 Rupiah, maka 397.7 Rupiah yang dihasilkan perusahaan. hal ini berarti 3.97 kali dari 100 Rupiah yang menujukkan tingginya current ratio yang disebabkan antara perusahaan satu dan lainnya memiliki kelebihan kas dan setara kas, piutang dan asset lancar lainnya dibandingkan dengan kabutuhan perusahaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas lebih baik maka akan mampu membayar dividen lebih banyak (Suharli, 2007). Semakin besar posisi kas dan likuiditas
63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin lebih besar, karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan. Size Nilai skor minimum 8.04 persen terjadi pada PT Sekar Laut Tbk di tahun 2015, dan skor maksimum 14.39 persen terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk di tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) skor variabel tingkat Size adalah 103.183 persen. Dapat diartikan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan, perusahaan akan tetap membagikan dividennya. Size yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Karena dividen dapat memberikan informasi positif pada pasar dan akan segera mendapatkan reaksi pasar modal dalam bentuk kuat atau semi kuat. 5.1.2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Sebagai salah satu syarat untuk melakukan uji regresi adalah datayang digunakan harus memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Untuk mekaukan uji normalitas data, penulis menggunakan one sample Kolmogorov Smirnov test dan Grafik Normal Probability Plot dengan dasar pengambilan keputusan apabila angka signifikansi (Sig) > 𝛼 = 0,05 maka H₀ diterima yang artinya data berdistribusi normal dan apabila angka signifikansi (Sig) < 𝛼 = 0,05 maka H₀ ditolak yang artinya data tidak berdistribusi normal, dengan menggunakan program SPSS 23.
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Model ROA, ROE, CR, SIZE
KolmogorovSmirnov 0.806
Asymp. Sig. (2-tailed)
Kesimpulan
0.534
0.534 > 0.05 Berdistribusi Normal
Terhadap DPR Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2017)
Dasar dalam pengambilan keputusan adalah jika 2-tailed > 0.05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dan diperjelas dengan melihat grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mendekati garis diagonal. Grafik ini bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitasnya. Besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 806 dan signifikan pada 0.534 . besarnya asymp sig 2tailed ≥ 5%, hal ini berarti H0 diterima yang berarti data terdistribusi nomal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharunya tidak terjadi multikoloniearitas dalam penelitian ini terlihat sebagai berikut :
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel ROA ROE CR SIZE
Nilai Tolerance 0.488 0.66 0.457 0.537
Nilai VIF 2.049 1.515 2.186 1.862
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2017)
Kesimpulan Terbebas dari Multikolineritas Terbebas dari Multikolineritas Terbebas dari Multikolineritas Terbebas dari Multikolineritas
Dengan demikian, nilai VIF variabel rasio profitabilitas ROA, ROE, Rasio likuiditas, dan Size terhadap kebijakan deviden dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas karena nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 10% merupakan cut off yang telah ditetapkan untuk melihat nilai VIF dan tolerance (Ghozali, 2011) . c. Uji Heterokendastisitas Hasil uji heterokendastisitas dapat dilihat pada Gambar 5.1 sebagai berikut:
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2016)
Gambar 5.1 Hasil Uji Heterokendastisitas
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan Gambar di atas maka dapat dijelaskan bahwa pada gambar Scatterplot menunjukkan diagram pencar yang tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Hasil uji autokrorelasi terhadap model penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.4 sebagai berikut :
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Peneltian Nilai statistik d 0< d < dL dL ≤ d ≤ dU dU < d < 4 - dU 1,768 ≤ 1,842 ≤ 4 – 1.768= 2.223 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL 4 – dL ≤ d ≤ 4
Hasil Menolak hipotesis nul; adanya autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nul; tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menolak hipotesis nul; adanya autokorelasi negatif
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2017)
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas menjelaskan bahwa model penelitian memiliki nilai Durbin Watson mendekati 2 yakni 1.842, jika nilai ini dibandingkan dengan tabel DW dengan jumlah observasi n = 54, jumlah variabel independen (k) = 5 dan tingkat signifikansi 0,05 di dapat nilai dl = 1.366 dan nilai du = 1.768. Oleh karena itu DW 1.842 berada di atas du dan di bawah (4-du) 4-1.768 = 2.223, maka dari tabel keputusan menyatakan tidak terdapat autokorelasi sehingga penelitian dapat dipercaya (Ghozali, 2011).
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.1.4. Analisis Regresi Untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas rasio profitabilitas (ROA), (ROE), rasio likuiditas (CR), dan Ukuran perusahaan (SIZE) secara bersama-sama terhadap kebijakan deviden return saham dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut :
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Regresi Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Perusahaan Barang Konsumsi di BEI tahun 2010-2015 Variabel
Koefisien Regresi
t hitung
Signifkansi
Konstanta
0.179
0.756
0.453
ROA
0.598
4.415
0.000***
ROE
0.416
3.997
0.024**
CR
0.634
4.375
0.001***
SIZE
0.220
1.706
0.054*
F Hitung
12.736
0.000
Rsquare (R2)
0.525
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 23 (2016) Ket :* = Signifikansi pada taraf nyata = 10% : ** = Signifikansi pada taraf nyata = 5% : *** = Signifikansi pada taraf nyata = 1%
Hasil penelitian diperoleh nilai F hitung signifikan pada 0.000 atau di bawah 0.01%, maka dari itu model regresi dapat dikatakan baik atau goodness of fit Gujarati (2003). Nilai R2 pada Tabel 5.5 menunjukkan angka 0.525 yang berarti 52% kebijakan deviden dipengaruhi oleh variabel yang diteliti yaitu profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya sebanyak 48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 5.5 dapat ditulis persamaan regresi penelitian adalah:
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
DPR = 0.179 + 0.598 ROA + 0.416 ROE + 0.634 CR + 0.222 SIZE… (2) Mengacu pada persamaan (2), diperoleh nilai konstanta sebesar 0.179 dengan signifikansi 0.453. Nilai signifikan tersebut diatas 0.05% maka konstanta tersebut dapat dikatakan tidak signifikan. Selanjutnya hasil pengujian hipotesis secara parsial maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh Return on Asset terhadap Deviden Payout ratio. Berdasarkan uji-t menujukkan bahwa variabel Return on Asset dengan korefisien regresi sebesar β1 = 0.59 mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan dengan tingkat keyakinan 95 persen, dimana nilai probabilitasnya t-statistic 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Interpretasi untuk β1 = 0.59 adalah jika terjadi kenaikan Return on asset sebesar 1 persen, dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan, maka deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi akan mengalami kenaikan sebesar 0.59 persen. 2. Pengaruh Return on Equity terhadap Deviden Payout ratio. Berdasarkan uji-t menujukkan bahwa variabel Return on Equity dengan korefisien regresi sebesar β2 = 0.416 mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan dengan tingkat keyakinan 95 persen, dimana nilai probabilitasnya t-statistic 0.024 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Interpretasi untuk β2 = 0.416 adalah jika terjadi
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kenaikan Return on Equity sebesar 1 persen, dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan, maka deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi akan mengalami kenaikan sebesar 0.41 persen. 3. Pengaruh Current Ratio terhadap Deviden Payout ratio. Berdasarkan uji-t menujukkan bahwa variabel Current Ratio dengan korefisien regresi sebesar β3 = 0.634 mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan dengan tingkat keyakinan 95 persen, dimana nilai probabilitasnya t-statistic 0.001 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Interpretasi untuk β3 = 0. 634 adalah jika terjadi kenaikan Current Ratio sebesar 1 persen, dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan, maka deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi akan mengalami kenaikan sebesar 0.63 persen. 4. Pengaruh Size terhadap Deviden Payout ratio. Berdasarkan uji-t menujukkan bahwa variabel Size dengan korefisien regresi sebesar β4 = 0.220 mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan dengan tingkat keyakinan 90 persen, dimana nilai probabilitasnya t-statistic 0.054 lebih besar dari α = 0.10 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.
70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.2. Pembahasan a. Pengaruh Return on Asset terhadap Deviden Payout ratio. Return on Asset mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan. Hasil empiris berbeda dengan penelitian Dewi, (2008) dan Kurniawan et al (2007) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh
negatif
signifikan.
Hasil
empiris
juga
dinyatakan Sartono (2010), menyatakan bahwa Return on Asset menujukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. semakin tinggi Return on Asset, maka pembagian deviden juga akan semakin banyak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arilaha (2009) dan Wahdah (2011) yang menemukan bahwa Return on Asset berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Temuan empiris ini berarti Return on Asset semakin tinggi yang disebabkan laba bersih perusahaan barang konsumsi semakin meningkat yang diperoleh dari penggunaan asset perusahaan, maka semakin tinggi deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersihnya dengan menggunakan seluruh kekayaanya akan semakin tinggi dividen yang akan dibagikan. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen.
71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Pengaruh Return on Equity terhadap Deviden Payout ratio. Return on equity mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan. Hasil empiris berbeda dengan penelitian Rahayuningtyas et al, (2014), Deitiana (2009), dan Oktaviani dan Basana (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan. Hasil empiris juga dinyatakan Sartono (2010) bahwa Return equity ratio merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Salah
satu
alasan
utama
perusahaan
beroperasi
adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar Return on equity mencermikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham yang berdampak terhadap peningkatan deviden. Namun hasil empiris ini sama dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardiyanti (2015), Ramdhani (2014), dan Fajriyah (2010) berpengaruh positif yang menyatakan bahwa Return equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap deviden payout ratio. Temuan empiris ini berarti semakin tinggi Return equity ratio dapat disebabkan laba bersih meningkat dan modalnya ikut meningkat atau peningkatan laba bersih lebih besar yang diikuti peningkatan modal, maka perusahaan barang konsumsi lebih besar pembagian deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham dari pada laba ditahan, maka perusahaan akan mengalami peningkatan nilai perusahaan dimata investor tentu ini akan menguntungkan bagi perusahaan dalam memperoleh modal di pasar modal.
72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ROE berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen, hal ini menggambarkan perusahaan telah mampu memberikan kepercayaan pada investor bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dan mampu memperikan dividen yang manjadi tujuan utama investor. Perolehan laba merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Semakin besar laba bersih yang diperoleh, maka akan semakin tinggi pula DPR yang diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa motivasi untuk meningkatkan dividen yang akan dibagikan ditentukan oleh harapan dan keyakinan manajemen atas capaian laba di tahun-tahun mendatang Gumanti, 2013. c. Pengaruh Current Ratio terhadap Deviden Payout ratio. Current Ratio mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan. Hasil empiris berbeda dengan penelitian Elfianto, (2011) dan Lopulusi, (2013), dan Kuniawan et al, (2007) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan. Hasil empiris juga dinyatakan Sartono (2010) bahwa Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar. Semakin tinggi Current Ratio, semakin besar kemampuan perusahaan membayar deviden. Namun hasil empiris ini sama dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Michell, (2007), dan Duha, (2009) bahwa Current Ratio berpengaruh positif yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap deviden payout ratio. Temuan empiris ini
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berarti Current Ratio semakin tinggi yang disebabkan meningkatnya asset lancar lebih besar dibandingkan dengan peningkatan hutang lancar, kemungkinan laba bersih yang dihasilkan perusahaan barang konsumsi lebih besar dialokasikan sebagai deviden, maka akan semakin besar deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham. Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current Ratio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan Current Ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. Kondisi ini mencerminkan jika current ratio mengalami kenaikan maka akan terjadi kenaikan pula pada dividen payout ratio dan sebaliknya jika current ratio mengalami penurunan maka dividen payout ratio juga mengalami penurunan. Hal ini tentu dapat di mengerti sebab pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya cash yang cukup atau posisi likuiditas harus terjaga sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah, diduga likuiditas yang tinggi oleh perusahaan tidak digunakan untuk membayar dividen kas, melainkan dialokasikan untuk pembelian aset atau digunakan untuk perluasan usahanamun jika tidak didukung oleh posisi cash
yang kuat maka kemampuan pembayaran dividennya rendah. Oleh sebab
74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
itu pihak manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktivaaktiva.
d. Pengaruh Size terhadap Deviden Payout ratio. Size mempengaruhi deviden payout ratio perusahaan barang konsumsi secara positif dan signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian penelitian Dewi (2008), Handayani (2009) dan Anupam (2012), Kuniawan et al (2007), Usman (2006) yang menjelaskan bahwa Size mempengaruhi dividend payout ratio (DPR). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan. Mawanni (2005), dan Putri (2010), Damayanti dan Achyani (2006) yang menemukan bahwa size tidak mempengaruhi dividend payout ratio (DPR). Perusahaan besar memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar arus kasnya sudah positif dan memiliki prospek yang baik untuk jangka waktu yang lama, lebih stabil serta lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan kecil. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset sedikit cenderung membagikan dividen rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan.
75
http://digilib.mercubuana.ac.id/