BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan hasil analisis ini dikemukakan secara garis besar pembuktian tingkat validitas dan reliabilitas dari variabel penelitian dengan menggunakan software SPSS serta pembahasan analytical hierarchy process dengan menggunakan software Expert Choice.
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Hasil Analisis Kuesioner I Berdasarkan judul penelitian ini yaitu evaluasi kinerja pemasok dengan metode analytic hierarchy process maka akan dilihat dari indikator masing – masing variabel. Responden kuisioner bagian I ini merupakan orang yang dianggap memiliki pengalaman dan pertimbangan yang baik mengenai masalah yang sedang dibahas, yaitu bagian purchasing dimana bagian tersebut adalah bagian yang terlibat untuk menentukan awal bisnis dengan supplier, kemudian bagian quality dimana mereka yang terlibat untuk menentukan kualitas barang yang dikirimkan oleh supplier juga bagian PPIC dimana mereka yang terlibat untuk pemesanan barang ke supplier. Dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, maka variabel yang dapat diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban. 1) Untuk jawaban TP, yaitu Tidak Penting diberi skor
: 1
2) Untuk jawaban KP, yaitu Kurang Penting diberi skor
:2
3) Untuk jawaban CP, yaitu Cukup Penting diberi skor
:3
4) Untuk jawaban P, yaitu Penting diberi skor
:4
5) Untuk jawaban SP, yaitu Sangat Penting diberi skor
:5
90 http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
Berikut adalah hasil output kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu responden karyawan PT Aisan Nasmoco Indonesia. 5.1.2. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pengiriman Berikut
ini
disajikan
sejauh
mana
tanggapan
responden
terhadap
pengiriman yang akan diuraikan dalam tabel 5.1 : Tabel 5.1 Uji Validitas Kriteria Pengiriman
Ketepatan waktu pengiriman
Ketepatan
Tidak Pernah
Ketepatan
Jumlah
Minta
Spesifikasi
waktu
Barang Sesuai
Perpanjangan
Barang Sesuai
pengiriman
Order
Waktu
Order
Total
1
1.000
0.687
1.000
0.949
1.000
1
0.687
1.000
0.949
0.687
0.687
1
0.687
0.881
1.000
1.000
0.687
1
0.949
0.949
0.949
0.881
0.949
1
Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Order Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria pengiriman dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing- masing sub kriteria. 5.1.3. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Dan Ketahanan Uji Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden mengenai kualitas dan ketahanan uji yang akan diuraikan dalam tabel 5.2 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
Tabel 5.2 Uji Validitas Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Kondisi
Kondisi
Kemampuan Mengganti
Barang Yang
Pengepakkan Yang
Barang Yang Tidak
Baik
Baik
Sesuai
Total
1
0.661
0.500
0.783
0.661
1
0.756
0.930
0.500
0.756
1
0.894
0.783
0.930
0.894
1
Kondisi Barang Yang Baik Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria kualitas dan ketahanan uji dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.4. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Harga Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap harga yang akan diuraikan dalam tabel 5.3 : Tabel 5.3 Uji Validitas Kriteria Harga Kebijakan Kenaikkan
M emberikan
Harga Yang
Harga Pemasok Sejalan
M erit/Diskon Untuk
Ditawarkan
Dengan Kebijakan
Pembelian Jumlah
Sesuai Target
Perusahaan
Banyak
Total
1
0.778
0.825
0.932
0.778
1
0.733
0.896
0.825
0.733
1
0.939
0.932
0.896
0.939
1
Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijakan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan M emberikan M erit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Total
Sumber : Data olah SPSS
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria harga dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing- masing sub kriteria. 5.1.5. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Ketanggapan/Respon Berikut
ini
disajikan
sejauh
mana
tanggapan
responden
terhadap
ketanggapan/respon yang akan diuraikan dalam tabel 5.4 : Tabel 5.4 Uji Validitas Kriteria Ketanggapan/Respon Garansi
Kemampuan
Yang Sigap
Kecepatan
Melayani Dalam Keadaan Darurat
Untuk
Kemudahan
Menjawab
Claim
Menghubungi
Surat
Barang
Pemasok
Elektronik
1
0.756
0.625
0.500
0.891
0.756
1
0.614
0.661
0.911
0.625
0.614
1
0.749
0.812
0.500
0.661
0.749
1
0.603
0.891
0.911
0.812
0.603
1
Total
Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan Melayani Dalam Keadaan Darurat Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel
diatas
membuktikan
bahwa
hasil
kuesioner
kriteria
ketanggapan/respon dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.6. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Teknis Berikut
ini
disajikan
sejauh
mana
tanggapan
kemampuan teknis yang akan diuraikan dalam tabel 5.5 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
responden
terhadap
94
Tabel 5.5 Uji Validitas Kriteria Kemampuan Teknis Kemampuan Menganalisis
Kemampuan
Kemampuan
Masalah Yang
Menyediakan Data
Memberikan
Terjadi
Teknis Barang
Sertifikat Barang
Total
1
0.707
0.516
0.825
0.707
1
0.543
0.833
0.516
0.543
1
0.707
0.825
0.833
0.707
1
Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria kemampuan teknis dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.7. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Stabilitas Keuangan dan Bisnis Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap stabilitas keuangan dan bisnis yang akan diuraikan dalam tabel 5.6 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Tabel 5.6 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Keuangan dan Bisnis Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Buffer Stock
Depresiasi
Memenuhi
Sesuai
Kesanggupan
Tambahan
Kebijakan
Kontrak
Pembelian
Perusahaan
Jangka Panjang
1
0.825
0.524
0.588
0.748
0.825
1
0.645
0.839
0.814
0.524
0.645
1
0.769
0.868
0.588
0.839
0.769
1
0.934
0.748
0.814
0.868
0.934
1
Dies/Tooling Total
Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian Kemampuan Buffer Stock Sesuai Kebijakan Perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas
membuktikan bahwa
hasil kuesioner kriteria stabilitas
keuangan dan bisnis dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.8. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Informasi Perkembangan Proses Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap informasi perkembangan proses yang akan diuraikan dalam tabel 5.7 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
Tabel 5.7 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Informasi Perkembangan Proses Informasi Tepat Waktu
Sharing Informasi Yang
Dalam Setiap Event Project
Diterima Dari Kantor Pusat
Total
1
0.936
0.981
0.936
1
0.986
0.981
0.986
1
Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Total
Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa
hasil kuesioner kriteria informasi
perkembangan proses dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.9. Analisis Tanggapan Responden Mengenai Latar Belakang Yang Baik Dan Stabil Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap latar belakang yang baik dan stabil yang akan diuraikan dalam tabel 5.8 : Tabel 5.8 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Hubungan
Pengalaman
Hubungan
Bisnis Dengan
Mempunyai
Industri
Dengan Kantor
Pelanggan Lain
Sertifikasi ISO
Otomotif
Pusat Aisan
Total
1
0.535
0.626
0.535
0.857
0.535
1
0.707
0.500
0.802
0.626
0.707
1
0.707
0.567
0.535
0.500
0.707
1
0.802
0.857
0.802
0.567
0.802
1
Hubungan Bisnis Dengan Pelanggan Lain Mempunyai Sertifikasi ISO Pengalaman Industri Otomotif Hubungan Dengan Kantor Pusat Aisan Total
Sumber : Data olah SPSS
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria latar belakang yang baik dan stabil dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria. 5.1.10. Uji Reliabilitas Uji
reliabilitas
akan
menguji
ulang
masing-masing
variabel
yang
digunakan dalam penelitian ini. Untuk uji reliabilitas ini menggunakan Teknik Alpha Cronbach. Berikut pengujian reliabilitas nya : a. Uji Reliabilitas Pengiriman Tabel 5.9 Uji Reliabilitas Kriteria Pengiriman Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.903 4 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria pengiriman pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. b. Uji Reliabilitas Kualitas dan Ketahanan Uji Tabel 5.10 Uji Reliabilitas Kriteria Kualitas dan Ketahanan Uji Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.803 3 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria kualitas dan ketahanan uji pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. c. Uji Reliabilitas Harga Tabel 5.11 Uji Reliabilitas Kriteria Harga Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.900 3 Sumber : Data olah SPSS
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria harga pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. d. Uji Reliabilitas Ketanggapan/Respon Tabel 5.12 Uji Reliabilitas Kriteria Ketanggapan/Respon Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.806 4 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria ketanggapan/respon pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. e. Uji Reliabilitas Kemampuan Teknis Tabel 5.13 Uji Reliabilitas Kriteria Kemampuan Teknis Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.667 3 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria kemampuan teknis pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. f.
Uji Reliabilitas Stabilitas Keuangan dan Bisnis Tabel 5.14 Uji Reliabilitas Kriteria Stabilitas Keuangan dan Bisnis Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.843 4 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria stabilitas keuangan dan bisnis pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
g. Uji Reliabilitas Informasi Perkembangan Proses Tabel 5.15 Uji Reliabilitas Kriteria Informasi Perkembangan Proses Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.961 2 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria informasi perkembangan proses pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. h. Uji Reliabilitas Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Tabel 5.16 Uji Reliabilitas Kriteria Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items 0.788 4 Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria latar belakang yang baik dan stabil pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. 5.1.11. Kriteria Penilaian Pemasok Dari hasil analisis kuesioner I, maka didapatkan kriteria penilaian pemasok sebagai berikut : Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria No.
Kriteria Penilaian
Jumlah
Rata-rata
A. Pengiriman 1.
Ketepatan Waktu Pengiriman
44
4.89
2.
Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order
43
4.78
3.
Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu
38
4.22
4.
Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order
44
4.89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria (Lanjutan) B. Kualitas Dan Ketahanan Uji 1.
Kondisi Barang Yang Baik
44
4.89
2.
Kondisi Pengepakkan Yang Baik
43
4.78
3.
Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai
42
4.67
C. Harga 1.
Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target
36
4
2.
Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan
35
3.89
33
3.67
Kebijakan Perusahaan 3.
Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak
D. Ketanggapan/Respon 1.
Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang
42
4.67
2.
Kemudahan Menghubungi Pemasok
43
4.78
3.
Kecepatan Menjawab Surat Elektronik
38
4.22
4.
Kemampuan melayani dalam keadaan darurat
44
4.89
E. Kemampuan Teknis 1.
Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi
39
4.33
2.
Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang
39
4.33
3.
Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang
39
4.33
F. Stabilitas Keuangan Dan Bisnis 1.
Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian
36
4
2.
Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan
38
4.22
3.
Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang
37
4.11
4.
Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling
37
4.11
G. Informasi Perkembangan Proses 1.
Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project
35
3.89
2.
Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat
33
3.67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria (Lanjutan) H. Latar Belakang Yang Baik Dan Stabil 1.
Hubungan bisnis dengan pelanggan lain
34
3.78
2.
Mempunyai sertifikasi ISO
33
3.67
3.
Pengalaman industri otomotif
37
4.11
4.
Hubungan dengan kantor pusat Aisan
33
3.67
Sumber : Data Olah 2015
Gambar 5.1 Hasil Penetapan Kriteria Penilaian Terhadap Pemasok Sumber : Data Olah 2015 Dari hasil kuisioner
bagian
I
terlihat
bahwa
rata-rata
responden
berpendapat bahwa kriteria dan sub-kriteria yang tertera dalam kuisioner penting untuk dijadikan kriteria penilaian supplier. Hasil penilaian responden berkisar antara 3.67-4.89, yang menunjukkan bahwa semua kriteria nantinya akan dimasukkan dalam matriks perbandingan berpasangan. 5.1.12. Penilaian Kinerja Pemasok Bobot masing-.masing kriteria utama dan sub-kriteria diperoleh dengan membandingkan tingkat kepentingan antara kriteria dan sub-kriteria. Kuisioner inti
tersebut
diisi
oleh
orang-orang
yang
dianggap
berkompeten
dalam
menentukan keputusan mengenai penilaian supplier. Pengolahan kuisioner inti ini,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
akan diolah dengan Program Expert Choice, dilakukan dengan merata-rata hasil kuisioner tersebut. Rekapitulasi dan kuisìoner inti tersebut pengolahannya dengan program Expert Choice dapat dilihat dalam lampiran. 5.1.12.1. Kuisioner Perbandingan Berpasangan (Kuisioner Inti) Untuk
mendapatkan
penilaian
tersebut,
dibuatlah
kuisioner
yang
bentuknya dapat dilihat pada lampiran. Bentuk kuisioner ini hampir sama dengan kuisioner yang disebarkan pada kuisioner tahap I, dengan menambahkan kuisioner bagian II, yang merupakan matriks berpasangan antara kriteria/sub-kriteria yang telah dibangun berdasarkan hasil dari kuisioner tahap I. Responden diminta untuk melakukan perbandingan berpasangan antara kriteria dan antara sub-kriteria dari kriteria yang sama dengan memilih skala nilai tingkat kepentingan dari 1 sampai dengan 9. Dalam
membandingkan
dua
kriteria/sub-kriteria,
skala
perbandingan
terbagi menjadi 2 bagian dengan aturan pengisian sebagai berikut : 1. Skala perbandingan bagian kiri, yang diisi jika kriteria/sub-kriteria sebelah kiri tingkat
kepentingannya
lebih
tinggi daripada kriteria/sub-kriteria sebelah
kanan. 2. Skala perbandingan bagian kanan yang diisi jika krìteria/sub-krìteria sebelah kanan
tingkat
kepentingannya
lebih
tinggi
daripada
krìteria/sub-kritenia
sebelah kiri. 3. Angka 1 di tengah, dipilih jika tingkat kepentingan kedua kriteria/sub-kriteria sama. 5.1.12.2. Matrix Perbandingan Berpasangan (Kuisioner Inti) Hasil
kuisioner
perbandingan
berpasangan
diolah
dengan
membuat
matriks perbandigan berpasangan antara kriteria/sub-kriteria. Karena kuisioner inti ini diisi oleh 3 orang expert yaitu manajer purchasing, manajer quality dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
manajer PPIC dimana pengambilan keputusan dilakukan secara terpisah, maka perlu dicari satu hasil akhir dan penilaian keseluruhan. Metode yang digunakan adalah metode rata-rata ukur seperti pada persamaan (4.4). Pada table 5.18 akan disajikan matriks hasil kuisioner inti yang telah diolah dengan menggunakan rumus di atas dengan, jumIah responden 3 orang expert yaitu manager purchasing, manager quality dan manager PPIC. Seluruh perhitungan kriteria dan sub-kriteria dapat dilihat di lampiran A. Tabel 5.18 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Kriteria
P
KKU
H
KR
KT
SKB
IP
LTB
P
Pengiriman
1
1/3
4
4
3
3
4
4
KKU
Kualitas & Ketahanan Uji
3
1
4
4
2
4
4
4
H
Harga
1/4
1/4
1
3
2
2
2
2
KR
Ketanggapan/Respon
1/4
1/4
1/3
1
2
3
2
2
KT
Kemampuan Teknis
1/3
1/2
1/2
1/2
1
1/2
1/2
1/2
SKB
Stabilitas Keuangan & Bisnis
1/3
1/4
1/2
1/3
2
1
3
3
IP
Informasi Perkembangan
1/4
1/4
1/2
1/2
2
1/3
1
2
LTB
Latar Belakang yang Baik
1/4
1/4
1/2
1/2
2
1/3
1/2
1
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.19 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Pengiriman Sub Kriteria
X1
X2
X3
X4
X1
Ketepatan Waktu Pengiriman
1
5
8
7
X2
Ketepatan Jumlah Barang
1/5
1
6
3
X3
Tidak Perpanjang Waktu
1/8
1/6
1
1/3
X4
Spesifikasi Sesuai Order
1/7
1/3
3
1
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.20 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Sub Kriteria
X5
X6
X7
X5
Kondisi Barang Baik
1
1
3
X6
Kondisi Pengepakkan Baik
1
1
2
X7
Kemampuan Mengganti Barang
1/3
1/2
1
Sumber : Olah Data 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
Tabel 5.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Harga Sub Kriteria
X8
X9
X10
X8
Harga Sesuai Target
1
3
2
X9
Kenaikkan Sesuai Kebijakan
1/3
1
1
X10
Memberikan Merit/Diskon
1/2
1
1
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.22 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Ketanggapan/Respon Sub Kriteria
X11
X12
X13
X14
X11
Garansi Sigap Terhadap Claim
1
2
2
1
X12
Kemudahan Menghubungi
1/2
1
2
1/2
X13
Cepat Menjawab E-mail
1/2
1/2
1
1/2
X14
Mampu Melayani Saat Darurat
2
3
3
2
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.23 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Kemampuan Teknis Sub Kriteria
X15
X16
X17
X15
Kemampuan Analisis Masalah
1
3
3
X16
Menyediakan Data Teknis
1/3
1
1/2
X17
Memberikan Sertifikat Barang
1/3
2
1
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.24 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Sub Kriteria
X18
X19
X20
X21
X18
Kemampuan Tambah Order
1
3
2
2
X19
Mampu Buffer Stock
1/3
1
2
2
X20
Sanggup Long Term Contract
1/2
1/2
1
2
X21
Sanggup Depresiasi Dies/Tooling
1/2
1/2
1/2
1
Sumber : Olah Data 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
Tabel 5.25 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Informasi Perkembangan & Proses Sub Kriteria
X22
X23
X22
Informasi Setiap Event Project
1
3
X23
Sharing info dari Headquarter
1/3
1
Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.26 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Latar Belakang Yang Baik & Stabil Sub Kriteria
X24
X25
X26
X27
X24
Hubungan Bisnis Lain
1
1/4
1/3
1/3
X25
Memiliki Sertifikasi ISO
4
1
4
2
X26
Pengalaman Industri Otomotif
3
1/4
1
1/2
Memiliki Hubungan Dengan
3
1/2
2
1
X27
Aisan Headquarter
Sumber : Olah Data 2015 5.1.12.3. Perhitungan Bobot Parsial Data penilaian selanjutnya diolah dengan menggunakan program aplikasi Expert Choice. Program ini menghitung bobot setiap kriteria dan sub-kriteria. Selain ratio konsistensi setiap matriks juga dihitung, sehingga dapat diketahui apakah penilaian yang diberikan cukup konsisten. Sebagai contoh perhitungan manual, maka berikut ini akan diuraikan perhitungan
bobot
untuk
sub-kriteria
dan
kriteria
pengiriman.
Matriks
perbandingan berpasangannya dapat dilihat pada tabel 5.27 : Tabel 5.27 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Pengiriman Sub Kriteria
X1
X2
X3
X4
X1
Ketepatan Waktu Pengiriman
1
5
8
7
X2
Ketepatan Jumlah Barang
1/5
1
6
3
X3
Tidak Perpanjang Waktu
1/8
1/6
1
1/3
X4
Spesifikasi Sesuai Order
1/7
1/3
3
1
Sumber : Data Olah 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
Langkah 1 : Sintesis Matriks, menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom dalam matriks perbandingan berpasangan. Tabel 5.28 Tabel Sintesis Matriks X1
X2
X3
X4
X1
1
5
8
7
X2
1/5
1
6
3
X3
1/8
1/6
1
1/3
X4
1/7
1/3
3
1
Jumlah
1.468
6.500
18.000
11.333
Sumber : Data Olah 2015 Langkah 2 : Matriks Normalisasi, membagi nilai tiap aij pada setiap kolom dengan jumlah kolom yang bersangkutan. Tabel 5.29 Tabel Sintesis Matriks X1
X2
X3
X4
X1
0.681
0.769
0.444
0.618
X2
0.136
0.154
0.333
0.265
X3
0.085
0.026
0.056
0.029
X4
0.097
0.051
0.167
0.088
Sumber : Data Olah 2015 Langkah 3 : Penjumlahan tiap baris dan membaginya dengan jumlah element tiap baris (Eigen Factor). 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 4 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 2 = 4 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 3 = 4 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3 + 𝑋4 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 4 = 4
0.681 + 0.769 + 0.444 + 0.618 = 0.628 4 0.136 + 0.154 + 0.333 + 0.265 = = 0.222 4 0.085 + 0.026 + 0.056 + 0.029 = = 0.049 4 0.097 + 0.051 + 0.167 + 0.088 = = 0.101 4 𝑋1 0.628 𝑋2 0.222 Hasil akhir prioritas menyeluruh (Eigen Factor) : [ ] = [ ] 𝑋3 0.049 𝑋4 0.101
𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 1 =
=
http://digilib.mercubuana.ac.id/
107
Dibawah ini akan digambarkan hasil perhitungan bobot parsial matriks perbandingan berpasangan yang dicari dengan menggunakan program Expert Choice untuk masing- masing kriteria dan sub-kriteria. Tabel 5.30 Tabel Bobot Parsial Kriteria & Sub-Kriteria Kriteria
Pengiriman
Kualitas & Ketahanan Uji
Bobot Parsial
0.229
0.306
Kriteria Penilaian Ketepatan Waktu Pengiriman
0.648
Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order
0.213
Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu
0.046
Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order
0.094
Kondisi Barang Yang Baik
0.443
Kondisi Pengepakkan Yang Baik
0.387
Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok
Harga
0.116
Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang
Ketanggapan/ Respon
Bobot Parsial
Kemudahan Menghubungi Pemasok
0.096 Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan melayani dalam keadaan
0.16 0.550 0.210 0.240 0.261 0.169 0.119 0.451
darurat Kemampuan Menganalisis Masalah Yang
0.594
Terjadi Kemampuan Teknis
Kemampuan Menyediakan Data Teknis
0.055
0.157
Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
0.249
108
Tabel 5.30 Tabel Bobot Parsial Kriteria & Sub-Kriteria (Lanjutan) Kriteria
Bobot Parsial
Kriteria Penilaian Kemampuan Memenuhi Tambahan
Bobot Parsial 0.431
Pembelian Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan
Stabilitas Keuangan &
perusahaan
0.086
Bisnis
Informasi Perkembangan
Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang
0.189
Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling
0.135
Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap
0.750
Event Project
0.060
Sharing Informasi Yang Diterima Dari
Proses
Kantor Pusat
Latar Belakang
0.246
0.051
Yang Baik
0.250
Hubungan bisnis dengan pelanggan lain
0.085
Mempunyai sertifikasi ISO
0.488
Pengalaman industri otomotif
0.163
Hubungan dengan kantor pusat Aisan
0.264
Sumber : Data Olah 2015 5.1.12.4. Perhitungan Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan Setelah
bobotnya
diperoleh,
maka
selanjutnya perlu dihitung rasio
konsistensinya untuk mengetahui apakah penilaian yang didapat sudah cukup konsisten. Suatu matriks perbandingan dikatakan konsisten jika ratio konsistennya lebih kecil atau sama dengan 10%. Contoh perhitungan manual untuk kriteria kondisi pengiriman adalah sebagai berikut : Langkah a1 : mengalikan Eigen Factor tiap elemen dengan nilai aij dalam matriks perbandingan berpasangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
Tabel 5.31 Tabel Perkalian Eigen Factor Dengan Nilai aij X1 (x 0.628)
X2 (x 0.222)
X3 (x 0.049)
X4 (x 0.101)
X1
1
5
8
7
X2
1/5
1
6
3
X3
1/8
1/6
1
1/3
X4
1/7
1/3
3
1
Sumber : Data Olah 2015 Tabel 5.32 Tabel Hasil Perkalian Eigen Factor Dengan Nilai aij X1
X2
X3
X4
X1
0.628
1.110
0.392
0.706
X2
0.126
0.222
0.294
0.303
X3
0.079
0.037
0.049
0.034
X4
0.090
0.074
0.147
0.101
Sumber : Data Olah 2015 Langkah a2 : menjumlahkan semua nilai pada setiap baris Tabel 5.33 Tabel Penjumalahan Setiap Baris X1
X2
X3
X4
Jumlah
X1
0.628
1.110
0.392
0.706
2.836
X2
0.126
0.222
0.294
0.303
0.944
X3
0.079
0.037
0.049
0.034
0.198
X4
0.090
0.074
0.147
0.101
0.411
Sumber : Data Olah 2015 Langkah a3 : membagi jumlah setiap baris dengan Eigen Factor tiap elemen 2.836 0.944 [ ]: 0.198 0.411
0.628 4.515 0.222 [ ] = [4.251] 0.049 4.048 0.101 4.079
Langkah a4 : menghitung λmax λmax =
4.515 + 4.251 + 4.048 + 4.079 = 4.223 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
110
Langkah b : menghitung Indeks Konsistensi 𝐶𝐼 =
𝜆 max − 𝑛 𝑛−1
=
4.223 −4 4−1
= 0.074………(5.1)
CI = 0.074 Langkah c : menghitung rasio konsistensi 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 𝑅𝐼
=
0.074 0.9
= 0.082………(5.2)
Tabel 5.34 Tabel Rasio Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan Matriks Perbandingan Berpasangan
Rasio Konsistensi
Kriteria Pengiriman
0.083
Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji
0.024
Kriteria Harga
0.027
Kriteria Ketanggapan/Respon
0.083
Kriteria Kemampuan Teknis
0.086
Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis
0.083
Kriteria Informasi Perkembangan Proses
0.000
Kriteria Latar Belakang Yang Stabil & Baik
0.083
Sumber : Olah Data 2015 5.1.12.5. Perhitungan Konsistensi Hirarki Setelah melakukan uji konsistensi untuk setiap matriks perbandingan berpasangan gabungan, maka selanjutnya adalah menguji konsistensi hirarki secara keseluruhan kriteria. Dalam melakukan pengujian konsistensi hirarki, digunakan parameter Consistency Ratio of Hierarchy (CRH). Suatu hirarki dikatakan konsisten jika nilai CRH tidak lebih dari 0.1 (>10%). Perhitungan CRH ini dilakukan secara manual dimana dalam perhitungannya terdiri dari beberapa langkah : Langkah 1 : Menghitung Indeks Konsistensi Hirarki (CCI) CCI = CI1 + (EV1 ) . (CI2 )………(5.3)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111 0,299 0.306 0.116 0.094 ( 𝐶𝐶𝐼 = 0.074 + 𝑥 0.083) (0.024) (0.027) (0.083)(0.086)(0.083)(0.000)(0.083) 0.052 0.083 0.060 [ 0.051 ] 𝐶𝐶𝐼 = 0.074 + 0.059
CCI = 0.133
Langkah 2 : Menghitung Indeks Konsistensi Random Hirarki (CRI) CCR = RI1 + (EV1 ) . (RI2 )………(5.4) 0,299 0.306 0.116 0.094 ( )( 𝐶𝐶𝑅 = 0.41 + 𝑥 0.9 0.38)(0.38) (0.9)(0.38)(0.9)(0.01)(0.9) 0.052 0.083 0.060 [ 0.051 ] 𝐶𝐶𝑅 = 0.41 + 1.0686
CCR = 1.479 Langkah 3 : Menghitung CRH 𝐶𝐶𝐼
CRH = 𝐶𝐶𝑅 =
0.133 1.479
= 0.0899 (8,99%)………(5.5)
Berdasarkan harga CRH tersebut, maka disimpulkan bahwa level-level hirarki yang telah disusun adalah konsisten. Hal ini dapat dibuktikan dengan harga CRH dibawah 0.1 atau < 10%. 5.1.12.6. Gambaran Hasil Perhitungan Dari perhitungan matriks berpasangan pada kajian sebelumnya, dapat dilihat hasil peringkat persentase tiap kriteria penilaian sebagai berikut : 1. Pengiriman
= 0.229
2. Kualitas & Ketahanan Uji
= 0.306
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
3. Harga
= 0.116
4. Ketanggapan/ Respon
= 0.094
5. Kemampuan Teknis
= 0.052
6. Stabilitas Keuangan & Bisnis
= 0.083
7. Informasi Perkembangan Proses
= 0.060
8. Latar Belakang Yang Baik
= 0.051
Dari ke-8 kriteria utama dalam kriteria pemasok terlihat bahwa kualitas dan ketahanan uji memiliki persentase terbesar dalam penilaian pemasok, yaitu sebesar 0.306. Kualitas dan ketahanan uji memang salah satu hal yang diperhatikan dan dipantau oleh perusahaan karena hal tersebut pun memiliki bobot yang paling besar dalam penilaian pemasok yang dilaksanakan saat ini sebesar 40%. Untuk kriteria kedua yang memiliki persentase terbesar adalah kriteria pengiriman, sebesar 0.229. Kriteria pengiriman ini pun menjadi salah satu yang perusahaan perhatikan dan pantau. Bobot dalam penilaian saat ini pun sebesar 40% dalam penilaian pemasok. Kriteria ketiga terbesar, yaitu harga dengan persentase 0.116. Perusahaan saat ini memang sedang melakukan pengembangan terhadap standarisasi harga pemasok yang ditawarkan ke perusahaan. Salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi operasional dan penentu persaingan dengan competitor. Lima kriteria lainnya, memiliki persentase dibawah 0.1, namun secara praktikal kelima kriteria tersebut dipertimbangkan dalam menilai pemasok. Walaupun secara aktual sekarang yang dilakukan oleh perusahaan tidak secara standard menilai dan kontrol kriteria tersebut. Namun hanya bersifat individual dari masing- masing yang berhubungan dengan pemasok.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
Gambar 5.2 Hasil Kuisioner Kriteria Penilaian Pemasok Sumber : Olah Data Expert Choice
5.2. Pembahasan 5.2.1. Penilaian Pemasok Yang Telah Berjalan Saat Ini Saat ini perusahaan menilai pemasok dengan kriteria umum untuk kualitas, pengiriman dan ketanggapan/respon. Setiap tahun dilakukan supplier conference sebagai ajang anugerah pemberian penghargaan terhadap pemasok terbaik. Namun pada saat mempertimbangkan pemasok terbaik, sifatnya masih cenderung subjektif dikarenakan kriteria dalam penilaian tersebut masih bersifat umum. Kelemahan penilain pemasok yang saat ini dilakukan oleh perusahaan antara lain : 1. Tingkat subjektifitas tinggi, penilaian setiap karyawan yang menilai pemasok akan berbeda-beda tergantung dengan tingkat pendekatan pemasok ke individu. 2. Perbaikan terhadap kinerja pemasok tidak tepat sasaran. Memang masalah pemasok bisa terlihat dari segi kriteria yang sekarang berjalan. Namun semisal masalah kualitas, kualitas apa yang harus dilakukan oleh pemasok? Secara produknya kah, standard packing nya kah atau proses nya kah. Dengan penilaian kriteria sekarang kurang bisa tepat sasaran dalam perbaikan. 3. Secara harga tidak dapat dipertimbangkan. Sebetulnya harga bisa melengkapi dalam proses penilaian. Misalkan untuk pemasok dengan masalah kualitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
114
atau pengiriman berulang, bisa dilakukan negosiasi secara standard harga barang atau pun standard harga pengiriman. Efek dari penilaian pemasok yang dilakukan sekarang terhadap kondisi perusahaan : 1. Beberapa pemasok tidak dapat menjamin produknya secara kualitas maupun pengiriman yang sesuai jadwal karena perbaikan yang kurang tepat sasaran. 2. Secara kasat mata, ada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk produk yang tidak baik kondisinya maupun adanya keterlambatan pengiriman dari pemasok. Mengevaluasi pemasok dari setiap kriteria penilaiannya baik secara objektif maupun subjektif akan mendapatkan fleksibilitas untuk mengatur dari segi
pemasok
maupun
operasional
internal
perusahaan.
Juga
dengan
meningkatnya kinerja pemasok, pencapaian operasional perusahaan baik dari segi biaya, tenaga kerja dan Just In Time pun bisa memenuhi target. 5.2.2. Analisis Tiap Kriteria dan Sub-Kriteria a) Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Kualitas & ketahanan uji merupakan salah satu hal penting yang dipantau oleh perusahaan. Secara hasil kuesioner, didapatkan hasil paling tinggi yaitu dengan bobot 0.306. Standar kualitas pemasok ditetapkan oleh perusahaan untuk produk
yang dikirimkan oleh pemasok tersebut. Standar kualitas tersebut
dimaksudkan untuk menjaga produk yang dihasilkan oleh pemasok supaya terpenuhi keinginan dari pelanggan. Standar kualitas tersebut terdapat dalam sub kriteria kondisi barang yang baik. Dengan kondisi barang yang baik, aliran rantai pasok pun tidak akan terhambat. Dan tentu saja akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang maksimal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
115
Dengan terpenuhinya kondisi barang yang baik pun, perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya kualitas dari segi produk pemasok. Kondisi pengepakkan
yang
baik
diperlukan perhatian yang cukup
signifikan. Karena jika secara produk dari pemasok kondisi nya baik, dengan pengepakkan yang tidak baik belum tentu produk tersebut tetap baik sampai ke perusahaan. Dan secara kebijakan perusahaan pun, jika produk dari pemasok dengan keadaan kemasan yang tidak baik akan dinyatakan tidak baik/not good (NG) dalam satu kemasan tersebut. Dalam hal kualitas, kecepatan dan kemampuan pemasok untuk pergantian produk merupakan salah satu hal yang penting juga. Karena dengan kondisi produk yang tidak baik, maka proses aliran produksi selanjutnya akan terhambat. Oleh karena itu jika ada produk yang tidak sesuai, diharapkan pemasok cepat dalam penggantian produk nya tersebut, baik pemasok lokal maupun impor. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria kualitas & ketahanan uji seperti dibawah ini : Sub Kriteria kondisi barang yang baik = 0.443 Sub Kriteria kondisi pengepakkan yang baik = 0.387 Sub Kriteria kemampuan mengganti barang yang tidak sesuai = 0.169 Rasio Konsistensi = 0.024 Untuk sub kriteria kualitas & ketahanan uji, jika dilihat dari proporsi pembobotannya berarti yang dianggap lebih utama adalah kondisi barang yang baik karena memiliki nilai pembobotan yang lebih besar daripada ketiga sub kriteria yang lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
116
Kondisi Barang Yang Baik
17% 44%
39%
Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai
Gambar 5.3 Bobot Parsial Sub Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Sumber : Olah Data 2015 b) Kriteria Pengiriman Pengiriman merupakan salah satu kriteria yang dianggap penting oleh perusahaan dalam menilai pemasok, secara pembobotan dengan nya dihasilkan angka 0.229. Pengiriman menjadi acuan sebagai kemampuan pemasok dalam memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Hal ini salah satu jaminan agar rantai pasok perusahaan tetap terjaga dengan konsisten tanpa menimbulkan masalah yang signifikan. Salah satu aktifitas yang dapat dilakukan oleh pemasok untuk menjamin produk yang perusahaan order tepat waktu dan sesuai dengan permintaan pelanggan adalah dengan kontrol produk dan jadwal pengiriman. Dimana bertujuan untuk mengetahui kondisi actual yang berjalan dengan target yang sudah direncanakan. Ketepatan waktu pengiriman menjadi faktor yang paling utama dalam kriteria pengiriman. Keterlambatan dalam pengiriman bisa menjadi perencanaan produksi yang tidak tepat sasaran. Selain itu akan ada sedikit nya loss time pada produksi, walaupun secara material kontrol diperusahaan ada buffer stock. Dan yang paling berbahaya adalah terhambatnya juga pengiriman dari perusahaan ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117
pelanggan akhir. Hal ini dapat merugikan perusahaan baik secara finansial maupun segi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Ketepatan jumlah barang sesuai order merupakan salah satu faktor kritis dimana perusahaan harus memperhatikan. Jika jumlah tidak sesuai dengan yang dipesan, maka akan ada idling time dalam menunggu kiriman barang berikut nya dari pemasok. Mungkin jika pemasok tersebut lokal masih bisa dikejar supaya sesuai target, namun jika pemasok impor akan sulit penangannya dikarenakan lead time yang cukup lama, ada proses bea cukai dan pembayaran nya jika memang urgent bisa lebih mahal dikarenakan pengiriman menggunakan pesawat udara. Sub kriteria selanjutnya yang bisa dikategorikan kritis untuk kriteria pengiriman, yaitu spesifikasi barang sesuai dengan pesan. Hal ini memiliki pengaruh terhadap segi kualitas. Ketika spesifikasi barang yang dipesan tidak sesuai namun bisa dipakai dalam produk yang sama, maka produk dinyatakan tidak baik/not good (NG). Dan bisa berakibat claim customer. Selain itu jika memang bisa ditemukan pada proses pemilahan awal, maka jumlahnya akan berkurang dan bergantung kepada kemampuan pemasok untuk mengganti produk tersebut. Perusahaan pun berharap
agar para pemasok
nya tidak meminta
perpanjangan waktu pengiriman. Memang untuk suatu kasus atau suatu hal perusahaan dapat memberikan toleransi untuk perpanjangan waktu dikarenakan ada kejadian tertentu yang dialami oleh pemasok. Dalam hasil kuesioner, subkriteria ini tidak terlalu signifikan namun tetap perlu diperhitungkan. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria pengiriman seperti dibawah ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
118
Sub Kriteria ketepatan waktu pengiriman = 0.648 Sub Kriteria ketepatan jumlah barang sesuai order = 0.213 Sub Kriteria tidak pernah minta perpanjangan waktu = 0.046 Sub Kriteria spesifikasi barang sesuai order = 0.094 Rasio Konsistensi = 0.083 Dilihat dari proporsi pembobotannya,
sub
kriteria pengiriman yang
dianggap paling penting adalah ketepatan waktu pengiriman dengan proporsi paling besar.
9% Ketepatan Waktu Pengiriman
5%
Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order
21%
Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu
65%
Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order
Gambar 5.4 Bobot Parsial Sub Kriteria Pengiriman Sumber : Olah Data 2015 c) Kriteria Harga Saat
ini kondisi penilaian
pemasok
belum mengikutsertakan harga
kedalam kategori nya. Berbeda hal nya dengan hasil kuesioner yang dilakukan terhadap karyawan perusahaan yang ternyata harga menjadi salah satu prioritas dalam pengukuran kinerja pemasok. Dari hasil kuesioner, bobot parsial nya sebesar 0.116. Harga yang ditentukan oleh pemasok memiliki efek dan dampak terhadap biaya pembelian perusahaan. Sebetulnya kriteria harga ini dapat disandingkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
119
dengan kriteria penilaian kualitas maupun pengiriman. Misalkan pemasok dengan kualitas yang tidak bagus maupun pengiriman yang selalu delay tanpa perbaikan yang signifikan, bisa dijadikan sebagai ajang untuk cost reduction. Sehingga faktor harga akan membuat pemasok berfikir berkali-kali untuk memperbaiki kinerja nya. Selain itu, dengan harga termasuk kedalam kriteria penilain pemasok, bisa dijadikan sebagai referensi untuk pemilihan pemasok di masa yang akan datang. Setiap
perusahaan
dalam awal tahap
project
biasanya melakukan
penetapan anggaran pembelanjaan. Dari situ biasanya dihasilkan target harga sebagai bahan negosiasi dengan pemasok. Tentu saja harga yang ditawarkan oleh pemasok jika sesuai target atau dibawah target akan menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu dalam hal harga, penawaran pemasok merupakah hal awal yang perlu diperhatikan. Dalam hal bisnis, untuk perusahaan multinasional biasanya penggunaan mata uang tidak akan selalu dalam Rupiah (walaupun dimulai tahun 2015 oleh Bank Indonesia diberlakukan kewajiban penggunaan mata uang Rupiah untuk bisnis di dalam negeri). Ada kalanya perusahaan harus impor barang dari luar negeri karena keterbatasan teknologi di Indonesia atau pun pemasok yang melakukan
pembelian
material di luar negeri.
Oleh karena itu biasanya
diberlakukan kebijaksanaan sistem penyetaraan kurs mata uang asing terhadap Rupiah. Di perusahaan untuk penyetaraan tersebut mengikuti dari kebijakan Toyota Indonesia, dimana pengambilan valuta asing dari Bank of Tokyo Mitsubishi dengan periode penyetaraan 1 tahun 2x (per 6 bulan). Baik nya setiap pemasok pun mengikuti regulasi yang sama dari perusahaan karena dengan begitu akan
ada
keseimbangan
dalam
neraca
keuangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan.
Sehingga
120
kebijaksanaan
dalam kenaikkan harga pemasok
sejalan dengan kebijakan
perusahaan menjadi salah satu hal yang perlu ditinjau dalam segi kriteria harga. Dalam dunia industri, pembelian barang tidaklah dalam jumlah puluhan ataupun
ratusan.
Terutama
dalam dunia
otomotif yang
sekarang
sedang
berkembang prospektif di Indonesia akan menampilkan angka pembelian dalam ratusan ribu, bahkan jutaan untuk komponen yang bisa dipakai beberapa produk yang
mirip.
Dengan
pembelian
nominal yang
tinggi tersebut,
perusahaan
mengharapkan adanya merit/diskon secara harga produknya. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria harga seperti dibawah ini : Sub Kriteria harga yang ditawarkan sesuai target = 0.550 Sub
Kriteria
kebijaksanaan
kenaikkan harga pemasok
sejalan dengan
kebijakan perusahaan = 0.210 Sub Kriteria memberikan merit/diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak = 0.240 Rasio Konsistensi = 0.027 Dilihat dari proposi pembobotannya, bisa disimpulkan sub kriteria harga yang paling signifikan adalah harga yang ditawarkan sesuai dengan target.
Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target
24%
55% 21%
Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan
Gambar 5.5 Bobot Parsial Sub Kriteria Harga Sumber : Olah Data 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
121
d) Kriteria Ketanggapan /Respon Kriteria ketanggapan/respon ini menjadi kriteria urutan ke empat dengan bobot sebesar 0.094. Ketanggapan merupakan salah satu pendongkrak kinerja pemasok secara tidak langsung. Walaupun produk dari pemasok memiliki masalah kualitas maupun pengiriman, dengan ketanggapan/respon yang baik hal tersebut bisa diselesaikan tanpa adanya masalah jangka panjang. Lebih bagusnya lagi jika pemasok memiliki ketanggapan terhadap masalah yang terdapat pada mereka, tidak hanya ketanggapan dalam penanganan masalah nya saja. Demikian
hal nya
untuk
kemampuan
pemasok
untuk
memberikan
pelayanan saat darurat, atau pun bekerja sama dengan perusahaan untuk saling bekerja sama dalam penggunaan material yang sama. Misalkan ketika perusahaan kehabisan stock material karena NG rate yang tinggi, dan ada pemasok yang menggunakan material yang sama sehingga bisa meminjam material nya sampai material sampai ke perusahaan dengan catatan stok di pemasok aman. Begitu juga sebalik nya atau pemasok A perusahaan meminjam ke pemasok B perusahaan. Disitu lah peran rantai pasok dan peran ketanggapan para pemasok tersebut. Dan yang paling utama dari ketanggapan/respon adalah ketika ada masalah untuk
produk
dari pemasok.
Jika
pemasok
tersebut memiliki skill dan
management yang baik, biasanya ketanggapan untuk menangani masalah tersebut bisa selesai cepat dan efektif. Juga kemudahan dalam menghubungi pemasok dan menjawab surat elektronik salah satu point plus untuk kinerja pemasok. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria ketanggapan/respon seperti dibawah ini : Sub Kriteria garansi yang sigap untuk claim barang = 0.261 Sub Kriteria kemudahan menghubungi pemasok = 0.169 Sub Kriteria kecepatan menjawab surat elektronik = 0.119
http://digilib.mercubuana.ac.id/
122
Sub Kriteria kemampuan melayani dalam keadaan darurat = 0.451 Rasio Konsistensi = 0.083 Dilihat
dari proposi pembobotannya,
bisa disimpulkan sub
kriteria
ketanggapan/respon yang paling penting adalah kemampuan melayani dalam keadaan darurat.
Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang
26%
Kemudahan Menghubungi Pemasok
45%
17%
Kecepatan Menjawab Surat Elektronik
12%
Gambar 5.6 Bobot Parsial Sub Kriteria Ketanggapan/Respon Sumber : Olah Data 2015 e) Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Kriteria stabilitas keuangan dan bisnis saat ini belum termasuk kedalam penilaian pemasok di perusahaan. Dari segi kuesioner ke karyawan perusahaan pun bobot yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, yaitu 0.083, namun jika dimasukkan ke penilaian akan menjadi penilaian yang lebih efektif dan bisa digunakan sebagai acuan untuk pemilihan pemasok di masa depan. Stabilitas keuangan dan bisnis disini pun lebih menitik beratkan kepada kemampuan pemasok
dalam
menjamin
pengiriman
maupun
kualitas
produknya
yang
dihasilkan. Dengan keuangan yang stabil, diharapkan pemasok dapat memenuhi kebutuhan stock
perusahaan seperti memenuhi tambahan pembelian,
lebih
dari pemesanan
(standard
perjanjian
penyimpanan
perusahaan ±20% dari
order/forecast), juga kontrak jangka panjang karena nilai produk otomotif efektif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
123
selama ±5 tahun dengan kontrak komponen servis setelah run out selama 10 tahun. Selain itu terkait peralatan yang biasanya berupa cetakan, perusahaan berharap pemasok mampu untuk tidak dibayar secara kontan. Akan tetapi terdepresiasi ke harga produk dengan perjanjian beberapa waktu lamanya. Hal tersebut untuk menjada cashflow baik di perusahaan maupun di pemasok. Jika pemasok tidak memiliki kestabilan keuangan dalam menjalankan bisnis nya, beberapa hal yang menjadi sub kriteria tersebut kemungkinan tidak dapat terpenuhi di dunia industri otomotif. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria stabilitas keuangan dan bisnis seperti dibawah ini : Sub Kriteria kemampuan memenuhi tambahan pembelian = 0.431 Sub Kriteria kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan = 0.246 Sub Kriteria kesanggupan kontrak jangka panjang = 0.189 Sub Kriteria kemampuan depresiasi dies/tooling = 0.135 Rasio Konsistensi = 0.083 Dilihat
dari proposi pembobotannya,
bisa disimpulkan sub
kriteria
stabilitas keuangan dan bisnis yang paling penting adalah kemampuan memenuhi tambahan pembelian.
Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian
13% 43%
19%
25%
Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang
Gambar 5.7 Bobot Parsial Sub Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Sumber : Olah Data 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
124
f) Kriteria Informasi Perkembangan Proses Kriteria
informasi
perkembangan
proses
ini
lebih
terfokuskan
ke
pengembangan produk awal. Walaupun tidak bisa dipungkiri sesudah produksi massal pun ada perubahan desain atau perubahan 4M (man, method, material, machine) sehingga diperlukan pengembangan kembali. Bobot yang dihasilkan dari kuesioner untuk kriteria ini, yaitu 0.060. Style pengembangan produk perusahaan,
yaitu pemasok
mengajukan jadwal yang menyesuaikan jadwal
pengembangan perusahaan. Sehingga setiap ada event di perusahaan, pemasok harus melaporkan kondisi pengembangan produknya. Selain itu, perusahaan memiliki designer namun berlokasi di kantor pusat Jepang. Sehingga pemasok biasanya ada kontak langsung dengan kantor pusat di Jepang untuk pengembangan produk nya. Diperlukan komunikasi yang baik antara kantor pusat dengan pemasok dan pemasok diperlukan berbagi informasi dengan perusahaan untuk komunikasi nya tersebut. Dikarenakan suatu hal berkomunikasi langsung dengan kantor pusat tersebut, akan ada yang miss di perusahaan. Jadi,
dapat
disimpulkan
untuk
informasi perkembangan
proses
ini
berhubungan dengan kriteria ketanggapan. Bisa dijadikan sebagai referensi untuk penilaian pemasok. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari sub-kriteria informasi perkembangan proses seperti dibawah ini : Sub Kriteria informasi tepat waktu dalam setiap event project = 0.750 Sub Kriteria sharing informasi yang diterima dari kantor pusat = 0.250 Rasio Konsistensi = 0.000 Dilihat
dari proposi pembobotannya,
bisa disimpulkan sub
kriteria
informasi perkembangan proses yang signifikan adalah informasi tepat waktu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
125
25%
Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project
75%
Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat
Gambar 5.8 Bobot Parsial Sub Kriteria Informasi Perkembangan Proses Sumber : Olah Data 2015 5.2.3. Analisis Penerapan Kuisioner dalam Penilaian Pemasok Setelah diketahui bobot dari masing-masing kriteria dan sub-kriteria, maka dilakukan simulasi penilaian pemasok dengan bobot tersebut. Data diambil dari penilaian pemasok dengan nilai A sampai dengan D. Dimana anggapan nilai tersebut sebagai berikut A = 4, B = 3, C = 2, D = 1. Jadi pemasok dengan nilai tertinggi dinilai memiliki kinerja yang bagus dan sebaliknya dengan nilai terendah dinilai memiliki kinerja yang kurang atau tidak bagus. Khusus untuk kriteria harga, karena perusahaan belum pernah melakukan penilaian terhadap harga secara baku, maka diasumsikan pernilaian harga untuk pemasok yang dijadikan data simulasi sesuai dengan table harga untuk pemasok tersebut yang perusahaan kontrol. Diambil dari rata-rata total harga per pemasok tersebut dan dibuatkan asumsi penilaiannya. Rincian mengenai penilaian harga tersebut bisa dilihat di lampiran. Berikut ringkasan untuk penilaian pemasok di perusahaan dengan pengambilan data scorecard bulan September 2015 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
126
Tabel 5.35 Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Sub Kriteria
Supplier Yamakou
Rhythm Kyoshin
Tamano
Ketepatan Waktu Pengiriman
0.648
2.592
0.648
Ketepatan Jumlah Barang Sesuai
0.213
0.852
0.213
0.046
0.184
0.046
0.094
0.376
0.094
Kondisi Barang Yang Baik
1.772
1.772
0.443
Kondisi Pengepakkan Yang Baik
1.548
1.548
0.387
Kemampuan Mengganti Barang
0.676
0.676
0.169
2.2
1.1
1.1
0.84
0.42
0.42
0.96
0.48
0.48
1.044
1.044
0.261
0.676
0.676
0.169
0.476
0.476
0.119
1.804
1.804
0.451
2.376
2.376
0.594
0.628
0.628
0.157
0.246
0.984
0.246
Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order
Yang Tidak Sesuai Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan melayani dalam keadaan darurat Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
127
Tabel 5.35 Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri (Lanjutan) Sub Kriteria
Yamakou
Kesanggupan Kontrak Jangka
Supplier Rhythm Kyoshin
Tamano
0.189
0.756
0.189
0.135
0.54
0.135
3
3
0.75
1
1
0.25
0.34
0.34
0.085
1.952 0.652 1.056
1.952 0.652 1.056
0.488 0.163 0.264
Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Hubungan bisnis dengan pelanggan lain Mempunyai sertifikasi ISO Pengalaman industri otomotif Hubungan dengan kantor pusat Aisan
Sumber : Data Olah 2015 Dari hasil penilaian tersebut, maka perlu ditentukan nilai maksimum karena hasil penilaiannya tidak angka bulat dengan tujuan pengelompokkan penilaian. Nilai maksimum diperoleh jika semua penilaian adalah 4. Setelah dikalikan
dengan
masing-masing
bobot
sub-kriteria,
maka
diperoleh
nilai
maksimum (isi dengan nilai max.). Begitu halnya dengan nilai minimum, nilai minimum diperoleh jika semua penilaian adalah 1. Dikalikan dengan bobot masing-masing sub-kriteria, maka diperoleh nilai inimum (isi dengan nilai min.). Berikut ringkasan pengelompokkan penilaiannya : Nilai maksimum : 32.004 Nilai minimum : 8.001 Rentang nilai : nilai max – nilai min = 32.004 – 8.001 = 24.003 Nilai setiap interval : rentang nilai / 4 = 24.003 / 4 = 6.001
http://digilib.mercubuana.ac.id/
128
Tabel 5.36 Pengelompokkan Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Interval
Range
Hasil
8.001 s/d 14.002
Kurang Baik
2
14.003 s/d 20.003
Cukup Baik
3
20.004 s/d 26.004
Baik
4
26.005 s/d 32.004
Sangat Baik
1
Sumber : Data Olah 2015 Tabel 5.37 Hasil Akhir Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Rank 1 2 3
Nama Pemasok
Nilai
Hasil
Yamakou
25.998
Baik
Rhythm Kyoshin
30.004
Sangat Baik
Tamano
9.001
Kurang Baik
Sumber : Data Olah 2015 Dilihat dari table 5.37, 2 dari 3 pemasok perusahaan tergolong baik dan sangat baik jadi tidak ada masalah. Namun ada 1 pemasok yang hasilnya kurang baik. Dengan diketahui nya pemasok tersebut kurang baik, maka perlu dilakukan aktifitas perbaikan di pemasok tersebut. Di perusahaan termasuk kedalam aktifitas worst supplier audit & improvement activity, dimana aktifitas tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari pemasok yang tidak memiliki kinerja yang baik. Adapun point audit dan perbaikannya bisa mengacu terhadap sub-kriteria yang sudah ditentukan sehingga lebih terarah perbaikan dan auditnya. Juga bisa diprioritaskan terutama untuk bobot yang paling besar dari masing-masing subkriteria tersebut. Tentu saja diharapkan pemasok setelah dilakukan perbaikan dan kinerja nya meningkat lebih baik lagi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
129
5.2.4. Perbandingan Dengan Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian dari Sivapornpunlerd & Setamanit, 2014 menunjukkan dengan kriteria utama dalam penilaian pemasok yaitu kualitas, pengiriman, pelayanan dan fleksibilitas didapatkan pemasok dengan nilai tertinggi tidak mendapatkan nilai tertinggi pada setiap kriteria utamanya. Namun memiliki nilai terbaik pada kriteria yang paling penting. Jika dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan, bisa dianggap hal yang sama karena hasil penelitian menunjukkan bobot prioritas dari kriteria dan masing-masing kriteria nya. Sehingga bisa didapatkan kriteria mana yang paling penting untuk dilakukan perbaikan di pemasok atau ditentukan pemasok mana yang bisa dijadikan rekan kerja terbaik perusahaan berdasarkan penilaian dengan kriteria tersebut. Berdasarkan Terpend & Ashenbaum, 2012, kekuasaan atau power terhadap pemasok lebih berpengaruh konstekstual terhadap kinerjanya. Dalam artian dengan adanya penilaian pemasok, maka perusahaan memiliki power tersebut untuk meningkatkan kinerja pemasok dimana kedepannya dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk pengaruh tertentu. Perbandingan dengan penelitian yang dilakukan, tidak sepenuhnya dapat dibandingkan karena secara hirarki tidak terdapat kriteria atau kategori secara power perusahaan ke pemasok. Dengan adanya penilaian pemasok, diharapkan kedepannya perusahaan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pemasok yang memiliki kinerja terbaik. Baik secara kontrak jangka panjang maupun pengembangan teknologi bersama dengan pemasok tersebut untuk mencapai harga yang kompetitif atau produk yang inovatif. Hal ini juga diungkapkan dalam jurnal Sellberf & Broman, 2000, yang merekomendasikan pemasok harus dinyatakan dengan kontrak, dipantau dan dilacak setiap saat. Dengan dilakukannya penilaian pemasok dengan metode AHP, maka dapat diputuskan nanti pemasok mana yang bisa diajak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
130
bekerja sama secara menguntungkan untuk perusahaan. Dengan keputusan tersebut maka pemasok perlu diikat dengan kontrak dan di kembangkan oleh perusahaan ke arah visi dan misi perusahaan untuk menghasilkan harga yang kompetitif, produk inovatif dan profit yang realistis. Berdasarkan penelitian Hald & Ellegaard, 2014, membahas mengenai praktek evaluasi pemasok dalam kaitannya fungsi informasi antara pemasok dengan perusahaan. Informasi evaluasi pemasok tersebut perlu didefinisikan, kembali didefinisikan ulang dan diarahkan oleh perusahaan dalam pemasok nya mencapai kinerja pemasoknya. Penelitian Hald & Ellegaard ini merupakan tahap lanjutan
setelah
dilakukan
penilaian
pemasok
seperti yang
sudah diteliti.
Informasi tersebut perlu diolah berdasarkan kriteria penilaian masing-masing pemasok. Gordon, 2005, menyampaikan secara fundamental terdapat 7 tahapan untuk mengukur kinerja pemasok. Dalam tahapan pengukuran tersebut pada nomor 4 disebutkan merancang dan mengembangkan sistem assessment yang matang dana dijalankanlah. Dalam pengukuran kinerja pemasok yang perusahaan sekarang lakukan dianggap kurang matang karena pemasok tidak stabil kondisi kinerjanya. Sehingga dengan dilakukan analisis AHP untuk kriteria kinerja pemasok apa saja yang perlu ditingkatkan didapatkan pengukuran kinerja pemasok yang matang dan lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan analisis penelitian dari Karjalainen,
2012,
memperbaiki
ukuran kinerja pemasok diperlukan kerangka kerja yang bisa digunakan. Ada 3 hal yang bisa diidentifikasi, yaitu variabel ditambahkan dari sisi rantai pasok pemasok, manajemen hubungan pemasok dan sistem pengukuran yang koheren. Dalam hal pengukuran pemasok yang dilakukan oleh perusahaan sekarang dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
131
AHP yang dianalisis hanya meninjau manajemen hubungan pemasok dan sistem pengukuran yang lebih baik. Dalam artian jika nanti diketahui masalah yang paling signifikan di pemasoknya, jika memang antara pemasok dengan subkontraktor nya, maka perlu dilakukan peninjauan penilaian pemasok dengan subkontraktornya. Namun hal yang pertama adalah mengidentifikasi masalah dalam pemasoknya itu sendiri yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Cousins, Lawson & Squire, 2008, dalam penelitiannya mengembangkan suatu
model
perhitungan
dengan
mengutamakan
sosialisasi
berdasarkan
komunikasi dan operasional antara perusahaan dengan pemasok. Dengan metode AHP tidak hanya meninjau dari segi komunikasi dan operasional, namun dari harga dan bisnis pun bisa ditinjau dari segi penilaian pemasok. Zagarnauskas, 2012, mengembangkan model DEA untuk mengidentifikasi dua pemasok yang efisien. Dengan metode AHP yang diteliti saat ini tidak hanya meninjau dua pemasok, namun 3 pemasok, bahkan lebih pun bisa dengan waktu yang memadai. Secara tujuan dan target sebetulnya sama, hanya saja dalam jurnal Zagarnauskas tersebut metode penilaian nya saja berbeda. Baik DEA dan AHP memiliki kelebihan dan kelemahan masing- masing. Dengan kombinasi metode antara AHP and Fuzzy Linear Programming seperti dalam jurnal Sevkli, et al, 2008, didapatkan pembatasan yang lebih ketat dalam kriteria pemilihan pemasok. Namun metode ini lebih tepat digunakan untuk komponen yang bernilai tinggi dimana kriteria pembeliannya betul-betul ketat dan sangat diperlukan pemilihan yang lebih kritis. Untuk perusahaan studi kasus tidak ada komponen yang bernilai tinggi, dengan metode AHP cukup terlihat perbedaan antara penilaian pemasok sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
132
Berikutnya ada kombinasi juga untuk metode penilaian pemasok dari jurnal Chahid, et al, 2014, dimana mereka mengembangkan model pengukuran kinerja pemasok diperusahaan otomotif negara Maroko dengan KPI, PMQ & AHP. AHP dalam pengukuran kinerja pemasok diperusahaan otomotif memang cocok, apalagi jika dilibatkan juga suatu kriteria atau pengaruh dalam hal bisnis dan keuangan. Jadi penilaian kinerja pemasok tersebut tidak hanya sebatas capaian target perusahaan untuk pemasoknya tapi sebagai pertimbangan bisnis dimasa yang akan datang juga. Dalam penelitian Tektas & Aytekin, 2011, menggunakan AHP sebagai pemilihan pemasok internasional sebagai strategi dominan. Secara kriteria lebih ditekankan kepada issue global internasional, namun masih kurang spesifik dikarenakan kondisi negara yang memiliki issue yang berbeda. Untuk kriteria yang digunakan untuk penelitian dalam AHP ini, secara kurang lebih hal yang selalu dijadikan permasalahan atau issue diinternal perusahaan terhadap kinerja pemasok. Sehingga dengan kriteria yang digunakan secara global akan sulit tepat sasaran karena kecenderungan yang berubah dari situasi politik, keuangan, iklim dan lain sebagainya dalam suatu negara. Akarte, et al, 2001, mengembangkan suatu sistem terintegrasi AHP berbasis jaringan InterCAST. Dimana penggunaan kriteria didasarkan kepada kriteria yang subjektif dan objektif seperti sekarang diteliti. Untuk penggunaan integrasi sistem tersebut memang lebih baik dilakukan jika sistem penilaian sudah matang
dan
dapat
dijalankan
secara
konsistensi
karena
tentunya
akan
mempermudah perusahaan dalam menilai pemasok. Coyle, 2004, memberikan contoh perhitungan AHP secara bertahap sesuai dengan apa yang Saaty, 1980, tulis dalam literaturnya. Apa yang diteliti dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
133
perhitungan AHP, mengacu kepada contoh dari jurnal Coyle. Perbedaannya hanya saja
yang
diteliti adalah
menggunakan AHP
pengukuran
kinerja pemasok,
sedangkan Coyle
sebagai pengambil keputusan dalam mencari pemasok.
Sehingga saat selesai pembobotan yang dilakukan tidak hanya berdasarkan bobot saja, tapi dilakukan evaluasi terhadap kinerja pemasok nya juga. Ford, 2014, melakukan studi literatur untuk cara mengatur kinerja pemasok dengan komunikasi yang baik antara pembeli dan pemasok. Dengan penelitian evaluasi terhadap kinerja pemasok ini diharapkan menjadi salah satu ajang media komunikasi antara perusahaan dengan pemasok. Keuntungan yang disampaikan oleh Ford pun tentu saja akan berimbas positif terhadap perusahaan. Untuk mendapatkan komunikasi yang baik dengan pengukuran kinerja pemasok tentu saja perlu didukung dengan pengukuran kinerja yang baik pula. Schmitz & Platts, 2003, melakukan kategorisasi yang nantinya akan dijadikan sebagai kerangka kerja analisis pengukuran kinerja pemasok. Sama hal nya dengan AHP dengan membuat kriteria yang bisa dijadikan sebagai kategori untuk pengukuran pemasok. Dalam penelitian yang dilakukan Schmitz & Platts, sifatnya masih terlalu umum karena tidak spesifik langsung kepada pengukuran kinerja per perusahaannya. Namun mengelompokkan secara perusahaan otomotif dari beberapa perusahaan dan memfokuskan di logistik. Untuk melakukan pengukuran kinerja memang diperlukan pengelompokkan untuk lebih tepat sasaran dalam perbaikan nanti nya. Lebih spesifik dalam mengkategorikannya ada kemungkinan pemasok akan lebih baik dalam memperbaiki kinerjanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/