49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan 5.1.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mengingat pesatnya perkembangan pembangunan di daerah Bali dirasakan perlu adanya sarana yang dapat menunjang kelancaran usaha atau program-program pembangunan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Bali. Sarana yang dianggap dapat menunjang kegiatan pembangunan adalah berupa lembaga keuangan. Dengan mengambil contoh Bank Pembangunan yang sudah ada di Daerah Khusus Jakarta yang berdiri pada tanggal 11 April 1961, akhirnya Pemerintah Daerah Bali bersama-sama dengan beberapa pengusaha swasta nasional di Bali berinisiatif untuk mendirikan bank yang serupa di daerah Bali. Prakarsa untuk mendirikan Bank Pembangunan Daerah Bali datang dari beberapa tokoh dari pemerintah dan swasta nasional di Bali, Pemerintah Daerah Bali menyambut baik gagasan tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai program Pemerintah Daerah Bali. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan di Departemen Keuangan diperoleh keterangan sebagai berikut : 1) Bank Pembangunan Daerah Bali harus didirikan oleh daerah sendiri yaitu Pemerintah Daerah bersama-sama dengan swasta nasional setempat. 2) Bank Pembangunan Daerah Bali dilakukan dengan suatu akta notaris dalam bentuk PT (Perseroan Terbatas).
50
Setelah rencana untuk mendirikan Bank Pembangunan Daerah Bali mantap akhirnya Pemerintah Daerah Bali mengundang para pengusaha yang ada di Bali untuk berpatisipasi dalam pendirian Bank Pembangunan Daerah Bali yaitu dengan membeli saham-saham Bank Pembangunan Daerah Bali. Setelah melalui beberapa kali pertemuan akhirnya dibentuklah suatu panitia yang berjumlah tujuh oreng yang disebut dengan “Panitia Tujuh” yang diketuai oleh Drs. Dewa Made Wedagama dari pemerintah daerah Bali. Adapun tugas dari Panitia Tujuh yaitu : 1) Mengumpulkan modal saham dari pengusaha-pengusaha swasta nasional. 2) Menbuat konsep akta pendirian Bank Pembangunan Daerah Bali. 3) Menyusun konsep kebijaksanaan Bank Pembangunan Daerah Bali. 4) Mengajukan usul mengenai calon Direksi Bank Pembangunan Daerah Bali. Berdasarkan hasil penjajakan pada Departemen Keuangan dan dengan mengambil contoh Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta, maka diputuskanlah untuk segera membuat akta notaris peraturan pendirian Bank Pembangunan Daerah. Akta pendirian Bank Pembangunan Daerah Bali dibuat oleh Ida Bagus Ketut Rurus dengan akte nomor 131 tanggal 5 Juni 1962 dalam bentuk hukum Perseroan Terbatas (PT), sehingga tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD). Berselang dua bulan setelah dibuatnya akta notaris tersebut Pemerintah RI mengesahkan berlakunya Undang-undang No. 13 tahun 1962 tentang ketentuan
51
pokok Bank Pembangunan Daerah. berlakunya Undang-undang tersebut maka akta notaris No. 131 tidak berlaku lagi. Pemda Bali selanjutnya menyusun peraturan pendirian BPD Bali yang dituangkan dalam Perda No. 6/DPR.GR/1965 tanggal 19 Pebruari 1965 yang kemudian disahkan dengan surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. Des/9/21/28-128 tanggal 14 Juli 1965. Perda tersebut kemudian
diajukan
kepada
Bank
Sentral
dan
Menteri
Urusan
Bank
Sentral/Gubenur Bank Indonesia, sehingga keluarlah SK No. 110/U.B.S.65 tanggal 2 Nopember 1965 yang memberikan izin usaha kepada Bank Pembangunan Daerah Bali. Pada saat pendiriannya, modal saham BPD Bali dimiliki oleh Pemda Bali dan pengusaha swasta nasional di Bali. Dengan kelurnya Instruksi Mentri Keuangan No.Kap. 157/Men.Kau/1967 tanggal 7 Agustus 1967 tentang penempatan pungutan 10% IPEDA (Iuran Pembangunan Daerah) dari tiap-tiap Kabupaten sebagai saham dari Kabupaten yang bersangkutan pada BPD Bali. Dengan demikian komposisi pemegang saham BPD Bali terdiri dari Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten), dan kalangan pengusah swasta nasional. Dalam mempermudah pembinaan dan pengawasan terhadap BPD Bali terutama didalam pengolahan dana-dana daerah serta adanya keinginan dari Departemen Dalam Negeri agar dana-dana pembangunan yang berasal dari APBN disalurkan lewat BPD sebagai satu-satunya bank milik Pemda, maka Menteri Dalam Negeri dalam surat perintahnya No. EKON.5/5/34 tanggal 22 Maret 1976 perihal status BPD, menganjurkan kepada Gubernur Kepala Daerah agar saham-
52
saham BPD yang masih dimiliki pihak swasta dibeli oleh pemerintah daerah. Tindakan tersebut diambil karena adanya ketentuan tentang larangan bagi bendaharawan negara untuk menyimpan uang negara di bank-bank swasta (Instruksi Mentri Ekuin/1968 tanggal 10 Pebruari 1968). Sehubungan dengan hal tersebut maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali dengan surat keputusan No.EK/II.c/79/1977 tanggal 12 Oktober 1977 memutuskan untuk membeli saham-saham BPD Bali yang dimiliki olah pihak swasta. Pelaksanaan pembelian saham-saham swasta ini selesai seluruhnya pada tahun 1978. Dengan demikian BPD Bali sepenuhnya menjadi bank milik pemerintah daerah yakni Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II yang ada di Bali. Berdasarkan akta pendirian PT Bank Pembangunan Daerah Bali no 7 tanggal 12 Mei 2004, perubahan bentuk badan hukum BPD Bali dari perusahaan daerah menjadi Perseroan Terbatas disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-12858 HT.01.01.Th. 2004 tangal 21 Mei 2004 dan diadakan perubahan anggaran dasar dengan keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. C-30607 HT.01.04 Th. 2004 tanggal 20 Desember 2004 dan modal disetor berubah menjadi Rp 250.000.000.000,- (Dua ratus lima puluh milyar rupiah) Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat luas di seluruh Bali maka BPD Bali membuka kantor cabang di setiap Ibukota Kabupaten di seluruh Bali. Salah satu kantor cabangnya yaitu BPD Bali Cabang Utama Denpasar yang didirikan berdasarkan Surat
53
Keputusan Mentri Keuangan No. S-4566/M/1977 tanggal 18 Oktober 1977 yang isinya memberikan izin kepada BPD Bali yang berkedudukan di Denpasar untuk melakukan usaha cabang di Denpasar. 5.1.2 Bidang Usaha PT BPD Bali Cabang Utama Denpasar Dalam akivitas operasionalnya, PT BPD Bali Cabang Utama Denpasar melakukan penghmpunan dana
dari masyarakat (funding) dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (lending), serta memberikan jasajasa dalam lalulintas pembayaran lainnya. 1) Penghimpunan Dana dari Masyarakat a. Simpan Giro b. Yaitu simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara memindahan buku. c. Simpanan Deposito Yaitu simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikkannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian pihak ketiga dengan baik. d. Tabungan Yaitu simpanan dari pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Jenis tabungan yang dikembangkan di BPD Bali Cabang Utama Denpasar adalah : Sibapa (Simpanan Bali Dwipa) Yaitu bentuk tabungan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
54
a. Merupakan produk BPD Bali. b. Bisa ditarik di semua cabang BPD Bali. c. Pendapatan paling sedikit satu bulan. Simpeda (Simpanan Pembangunan Daerah) Yaitu bentuk tabungan dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Produk BPD seluruh Indonesia. b. Hanya bisa ditarik di BPD tempat menabung. c. Tanpa perlu pengendapan. THT Bali Dwipa Merupakan tabungan berjangka dalam mata uang rupiah dengan setoran rutin bulanan dalam jangka waktu tertentu yang memberikan ekstra perlindungan asuransi plus bunga yang relatif lebih tinggi 2) Penyaluran Dana kepada Masyarakat PT BPD Bali Cab. Utama menyalurkan dana melalui pemberian kredit kepada masyarakat. Adapun beberapa fasilitas kredit yang diberikan adalah : a. Kredit Konsumtif yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi berupa kredit barang atau jasa seperti renovasi rumah, pembelian motor, mobil, keperluan rumah tangga, kredit kepemilikan rumah . b. Kredit Komersil, yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan usaha-usaha yang dapa menghasilkan, yang sifatnya endukung penambahan output barang dan jasa dalam perekonomian Indonesia
55
c. Pinjaman Rekening Koran (PRK), yaitu jenis kredit yang dapat diambil secara bertahap di mana bunga dihitung dari jumlah kredit yang telah dicairkan. Penarikannya menggunakan warkat (cek maupun bilyet giro). 3) Jasa-Jasa Bank lainya Jasa-jasa lainnya yang ditawarkan PT BPD Bali Cab. Utama Denpasar adalah transfer dana, kliring, pembayaran PDAM, Pajak dan ATM. 5.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan merupakan wadah untuk menampung seluh aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang di dalam mencapai tujuan, sehingga koordinasi kerja dapat dilaksanakan dengan baik untuk dapat menggambarkan kerangka hubungan antara satuan-satuan organisasi didalam suatu perusahaan dan untuk mempertegas tugas dan wewenang masing-masing bagian maka disusunlah “struktur organisasi”. Struktur yang diterapkan pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar
ditetapkan
berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
BPD
Bali
No.0091.102.10.96.2 tanggal 11 Maret 1996 tentang susunan organisasi dan tata kerja kantor cabang BPD Bali, yang merupakan struktur garis, yaitu wewenang mengalir dari pimpinan kapada bawahan di bidangnya masing-masing. Setiap karyawan akan mengetahui dari siapa menerima perintah dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkannya. Dalam melaksanakan aktivitasnya setiap karyawan saling menjalin kerjasama antar bagian, karena dalam operasional perbankan terjadi keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Adapun uraian tugas-tugas,
56
wewenang dan tanggungjawab masing-masing bagian yang ada di BPD Bali Cabang Utama Denpasar adalah sebagai berukut :
1) Kepala Cabang a. Bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kebijaksanaan dan tindakkan yang telah diambil dalam penyelesaian keluar maupun kedalam perusahaan. b. Menyusun rencana kerja di wilayah kerjanya. c. Mengadakan suatu riset. d. Merencanakan tentang penyediaan dan. e. Mengendalikan semua kegiatan di lingkungan kerja. 2) Wakil Kepala Bidang Pelayanan Nasabah a. Bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan dan tindakan didalam perusahaan. b. Membantu Kepala Cabang dalam menyusun rencana kerja di wilayah kerjanya. c. Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang menyangkut pelayanan nasabah baik pelayanan tunai maupun non tunai. 3) Wakil Kepala Cabang Bidang Operasional a. Bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan dan tindakan dalam perusahaan. b. Membantu kepala cabang dalam menyusun rencana kerja diwilayah kerjanya.
57
c. Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang menyangkut bidang operasional di perusahaan.
4) Administrasi Umum a. Bertanggung jawab terhadap semua tugas-tugas yang ada dibidang administrasi umum. b. Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan operasional yang menyangkut bidang umum. c. Menyusun rencana kerja mengenai bidang-bidang umum sesuai dengan petunjuk kepala cabang. d. Menyelenggarakan pengaturan dan pelayanan tamu-tamu bank dikantor cabang. e. Melaksanakan kegiatan penggajian sesuai dengan peraturan yang berlaku. f. Melaksanakan kegiatan keselamatan kerja dan kegitan pendidikan dan latihan. g. Menyelenggarakan kegiatan administrasi atau surat menyurat baik intern maupun ekstern. 5) Pemasaran Dana a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan di bidang dana. b. Merencanakan dan mengkoordinasikan semua kegitan dibidang pemasaran dana. c. Mempromosikan produk yang dihasilkan oleh BPD Bali kepada calon nasabah.
58
d. Mengadakan perencanaan dan melaksanakan program pendekatan dengan nasabah pemilik dana. e. Memantau perkembangan usaha milik nasabah. f. Memproses permohonan penempatan dana yang diajukan oleh calon nasabah atau pemilik dana. 6) Administrasi Dana a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berada dibidang administrasi dana. b. Merencanakan dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang berada dalam bidang administrasi dana. c. Ikut menyusun rencana kerja sesuai petunjuk kepala cabang. d. Melaksanakan penerimaan dan pembayaran secara tunai. e. Menerima dan menyimpan surat-surat berharga milik bank maupun pihak ketiga. f. Menyelenggarakan segala usaha penyerahan dana sesuai kepentingan bank. g. Menyelenggarakan segala kegiatan jasa-jasa perbankan. h. Menyelenggarakan administrasi penerimaan setoran dan Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD) yang berhubungan dengan Pemda Tingkat I dan Pemda Tingkat II. Administrasi dana ini terbagi menjadi dua bagian yaitu : a.
Pelayanan nasabah (customer service)
59
Bagian ini khusus menangani administrasi simpanan giro dan deposito serta administrasi penerimaan pembayaran angsuran kredit dari nasabah.
b.
Pelayanan tunai/non tunai
Bagian ini menangani penerimaan dan pengeluaran uang tunai, baik yang berasal dari kredit (realisasi kredit maupun penerimaan pembayaran angsuran kredit), maupun dari tabungan dan customer service. 7) Pemasaran Kredit a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan di bidang pemasaran kredit terutama dalam hal permohonan kredit. b. Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan opersional dibidang pemasaran kredit. c. Menerima dan membahas permohinan kredit dari nasabah. d. Mengadakan survei/ pemeriksaan ke lapangan. e. Membuat laporan yang berkaitan dengan permohonan kredit nasabah. 8) Administrasi Kredit a. Bertanggung jawab atas segala kegiatan di bidang
penyelenggaraan
administrasi kredit. b. Merencanakan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan operasional di bidang administrasi kredit. c. Mempersiapkan surat permohonan kredit. d. Menyimpan bukti-bukti jaminan kredit.
60
e. Mempersiapkan surat perjanjian kredit. 9) Administrasi Keuangan a. Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan dibidang administrasi keuangan. b. Merencanakan
dan
mengkoordinasikan
seluruh
kegiatan
dibidang
administrasi keuangan. c. Merencanakan Rencana Anggaran Belanja sesuai dengan petunjuk pimpinan cabang. d. Melaksanakan seluruh kegiatan akuntansi atas segala aktiva dan pasiva bank kantor cabang. e. Menyusun neraca dan laporan rugi/laba sesuai dngan periode yang ditentukan. f. Melaksanakan penggabungan rencana kerja dimasing-masing bidang di kantor cabang. g. Memberikan saran-saran kepada pimpinan cabang mengenai hal yang menyangkut bidangnya. 10) Unit Control Intern a. Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan di bidangnya. b. Membantu menyusun rencana kerja dan anggaran Cabang Utama Denpasar. c. Mengawasi proses kegiatan usaha cabang secara harian. d. Melakukan pemeriksaan atas pemrosesan pemberian dan pengelolaan kredit.
61
e. Membantu kepala cabang dalam memantau realisasi rencana kerja atau anggaran cabang. f. Melakukan pemeriksaan atas ketatalaksanaan cabang utama.
11) Cabang Pembantu Cabang pembantu bertanggung jawab atas segala kegiatannya di wilayah kerjanya, baik sebagai penghimpun dana dari masyarakat maupun sebagai penyalur dana/kredit kepada masyarakat. PT Bank Pembangunan Derah Bali Cab. Utama Denpasar memiliki 9 cabang pembantu, yaitu Capem Mengwi, Sanur, Gatot Subroto Timur, Teuku Umar, UNUD, Gatot Subroto Barat, Monang-Maning, Abiansemal dan Tohpati. 12) Kantor Kas Kantor kas bertanggung jawab atas segala kegiatan di kantor kas terutama dalam hal penerimaan tunai. Untuk mengantipasi luasnya wilayah kerja dari BPD Bali Cabang Utama Denpasar maka dibuka satu kantor kas yang berlokasi di RSUP Sanglah Adapun tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab dari kantok kas yaitu : a. Merencanakan dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang derada di wilayahnya. b. Ikut menyusun rencana kerja dalam wilayahnya sesuai dengan petunjuk kepala cabang. c. Melaksanakan penerimaan secara tunai.
62
d. Menerima dan menyimpan surat-surat berharga milik bank maupun pihak ketiga.
5.2
Hasil Penelitian Pada analisis data dan pembahasan ini akan dibahas tiga hal pokok yaitu :
karakteristik responden, karakteristik jawaban responden, analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap resiko kredit tanpa agunan pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Utama Denpasar 5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 15 orang berjenis kelamin perempuan, sisanya 17 responden adalah laki-laki. Berdasarkan pendidikan terakhirnya, 4 orang responden memiliki pendidikan terakhir strata-2, dengan gelar Magister Management. Sejumlah 28 responden memiliki pendidikan terakhir strata-1 dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, di mana 15 orang adalah Sarjana Ekonomi, 8 orang merupakan Sarjana Pertanian, 3 orang Sarjana Hukum dan 2 orang adalah Sarjana Teknik. 5.2.2. Karakteristik Jawaban Responden Dari 32 kuesioner yang disebarkan kepada 32 orang responden penelitian kesemuanya dapat diterima kembali secara lengkap. Dengan demikian, data yang diolah selanjutnya adalah data yang diperoleh dari jawaban 32
responden
tersebut. Jawaban responden ini meliputi enam buah variabel, yaitu variabel
63
Competence, Character, Capacity, Capital, Condition, dan Risiko Kredit. Untuk variabel Competence memuat 3 buah pertanyaan, variable Character memuat 3 buah pernyataan, variable Capacity memuat 3 buah pernyataan, variabel Capital memuat 4 buah pernyataan, variabel Condition memuat 4 buah pernyataan, dan variabel Risiko Kredit memuat 5 buah pernyataan. 1)
Karakteristik jawaban tentang Competence Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Competence
yang terdiri dari tiga buah pernyataan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban adalah 96 seperti Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Competence Indikator STS X1.1 X1.2 X1.3 Total Prosentase (%) Sumber : Lampiran 7
0 0 0
Jawaban Responden TS N S 11 4 5
7 12 12
10 10 6
Jumlah SS 4 6 9
0
20
31
26
19
0
20,83
32,29
27,08
19,79
32 32 32 96 100%
Variabel Competence menggambarkan aspek legal atau hukum dari usaha debitur. Hal ini penting karena dalam sebuah organisasi usaha, terdapat pihakpihak yang berwenang dalam pengajuan kredit yang dimaksud. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih jawaban “N” yaitu sebesar 31(2,29%) kemudian disusul oleh pilihan jawaban “S” sebesar 26 (), pilihan jawaban “TS” sebesar 20 (20,83%), pilihan jawaban “SS” sebesar 19 (), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 0 ().
64
Jawaban N (netral) sebagai jawaban tertinggi menunjukkan bahwa dalam analisis kredit, variabel Competence bagi pengajuan KTA merupakan aspek penting meskipun masih memerlukan kebijakan tersendiri, mengingat UKM sebagai sasaran pemberian KTA dalam hal ini memang belum begitu bankable. Bahkan sebagian besar belum mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sehingga masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif. 2) Karakteristik jawaban terhadap Character Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Character yang terdiri dari tiga buah pertanyaan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban adalah 96 seperti Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 5.2 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Character Indikator STS X2.1 X2.2 X2.3 Total Prosentase (%)
0 0 0
Jawaban Responden TS N S 3 0 1
7 10 6
14 16 12
Jumlah SS 8 6 13
0
4
23
42
27
0
4,17
23,96
43,75
28,13
32 32 32 96 100%
Sumber : Lampiran 7 Character merupakan salah satu kriteria yang paling sulit dianalisis karena menyangkut kepribadian yang mendasar, dan tidak dapat diukur dalam waktu singkat. Diperlukan ketajaman analisis tentang psikologis debitur selain survey secara mendalam terhadap lingkungan sekitar debitur menyangkut watak debitur. Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa responden paling banyak memilih jawaban “S” yaitu sebesar 42 (). Kemudian disusul oleh pilihan jawaban “SS”
65
sebesar 27 () dan pilihan jawaban “N” sebesar 23 (), pilihan jawaban “TS” sebesar 4 (), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 0 (). Komposisi jawaban di atas menunjukkan bahwa bagi analis variabel Character memiliki peran yang penting dalam menentukan layak atau tidaknya pengajuan kredit oleh debitur, mengingat kemauan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman merupakan hal yang sangat penting bagi kelancaran kredit yang bersangkutan. 3) Karakteristik jawaban terhadap Capacity Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Capacity yang terdiri dari tiga buah pertanyaan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban adalah 96 seperti Tabel 5.3 berikut ini. Tabel 5.3 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Capacity Indikator STS X3.1 X.3.2 X3.3 Total Prosentase (%)
0 0 0
Jawaban Responden TS N S 8 1 3
11 9 12
11 17 10
Jumlah SS 2 5 7
0
12
32
38
14
0
12,5
33,33
39,58
14,58
32 32 32 96 100%
Sumber : Lampiran 7 Variabel Capacity menyangkut kemampuan debitur untuk menciptakan sumber dana yang bisa digunakan untuk mengembalikan pinjamannya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden paling banyak memilih jawaban “S” yaitu sebesar 38 (). Kemudian disusul oleh pilihan jawaban “N” sebesar 32 (), pilihan jawaban “SS” sebesar 14 (), pilihan jawaban “TS” sebesar 12 (), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 0 ().
66
Jawaban “S” memiliki persentase yang paling besar yaitu 39,58%, menunjukkan bahwa dalam analisis kredit selain kemauan (Character), kemampuan untuk mengembalikan pinjaman adalah merupakan faktor penting yang mendukung kelancaran kredit debitur. 4) Karakteristik jawaban Capital Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Capital yang terdiri dari empat buah pertanyaan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban adalah 128 seperti Tabel 5.4 berikut ini. Tabel 5.4 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Capital Indikator STS X4.1 X.4.2 X4.3 X4.4 Total Prosentase (%)
0 0 0 0
Jawaban Responden TS N S 8 4 6 8
4 6 9 7
12 15 12 10
Jumlah SS 8 7 5 7
0
26
26
49
27
0
20,31
20,31
38,28
21,09
32 32 32 32 128 100%
Sumber : Lampiran 7 Variabel Capital menunjukkan besarnya asset dan modal usaha yang digunakan debitur seperti fasilitas produksi dan sumber dana pengadaannya, beserta besarnya hutang yang mungkin telah dimiliki debitur pada kreditur lain. Berdasarkan Tabel 5.4 terlihat bahwa responden paling banyak memilih jawaban “S” yaitu sebesar 49 (38,28%). Kemudian disusul oleh pilihan jawaban “SS” sebesar 27 () dan pilihan jawaban “TS” sebesar 26 (20,31%), pilihan jawaban “N” sebesar 26 (20,31%), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 0 ()
67
Jawaban “S” memiliki persentase tertinggi, menunjukkan dalam analisis kredit, capital dianggap dapat memberikan jaminan akan kelancaran kredit debitur. 5) Karakteristik jawaban Condition Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Condition yang terdiri dari empat buah pertanyaan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban adalah 128 seperti Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Condition Indikator STS X 5.1 X.5.2 X.5.3 X 5. 4 Total Prosentase (%)
0 0 0 0
Jawaban Responden TS N S 6 5 4 5
7 11 9 9
12 9 11 10
Jumlah SS 7 7 8 8
0
20
36
42
30
0
15,63
28,13
32,81
23,44
32 32 32 32 128 100%
Sumber : Lampiran 7 Aspek Condition merupakan faktor ekstern dari usaha debitur, karena meliputi kondisi ekonomi secara umum. Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa responden paling banyak memilih jawaban “S” yaitu sebesar 42 (). Kemudian disusul oleh pilihan jawaban “N” sebesar 36 (28,13%), pilihan jawaban “SS” sebesar 30 () dan pilihan jawaban “TS” sebesar 20 (15,63%), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 0 (). Jawaban ”S” memiliki persentase tertinggi yang dipilih oleh responden. Hal tersebut disebabkan oleh karena kondisi perekonomian secara umum memberikan
68
pengaruh terhadap kondisi usaha debitur. Meski UMKM sebagai sasaran KTA tahan terhadap krisis moneter yang lalu, tetapi usaha ini sangat rentan terhadap risiko operasional yang berpengaruh langsung pada jenis usaha ini. 6) Karakteristik jawaban Risiko Kredit Adapun karakteristik jawaban 32 responden terhadap kuesioner Risiko Kredit yang terdiri dari lima buah pertanyaan dengan masing-masing lima alternatif jawaban sehingga jumlah jawaban yang diperoleh adalah sebanyak 160 seperti Tabel 5.6 berikut ini. Tabel 5.6 Karakteristik Jawaban Responden Tentang Resiko Kredit Indikator STS Y. 1 Y. 2 Y. 3 Y. 4 Y.5 Total Prosentase (%)
Jawaban Responden TS N S
Jumlah SS
1 0 2 0 1
1 3 1 7 7
8 6 14 11 5
14 13 7 6 10
8 10 8 8 9
4
19
44
50
43
2,50
11,88
27,50
31,25
26,88
32 32 32 32 32 160 100%
Sumber : Lampiran 7 Tabel di atas menunjukkan
bahwa responden paling banyak memilih
jawaban “S” yaitu sebesar 50 (). Disusul oleh pilihan jawaban “N” sebesar 44 (), pilihan jawaban “SS” sebesar 43 (), pilihan jawaban “TS” sebesar 19 (), dan pilihan jawaban “STS” sebesar 4 (2,50%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kelima variabel bebas (Competence, Character, Capacity, Capital
dan
Condition) merupakan faktor yang penting dalam menilai kelayakan permohonan kredit debitur.
69
5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Uji validitas bertujuan mengukur keabsahan kuisioner melalui analisis data-data yang diperoleh dengan menggunakan rumus Korelasi Produk Moment (r). Hasil perhitungan uji validitas akan dibandingkan dengan nilai tabel t pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05 (untuk pengujian satu sisi). Derajat kebebasan menggunakan rumus n-2. Hasil uji validitas ini menentukan tingkat signifikansi nilai korelasi produk moment tersebut. Jika t hitung lebih besar dibandingkan dengan t tabel maka kuisioner tersebut diandalkan keabsahannya, sebaliknya jika t hitung lebih kecil dibandingkan t tabel maka kuisioner diragukan keabsahannya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uji statistik Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Imam Ghozali 2002:133). 1) Uji validitas dan reliabilitas variable comptence Pengukuran terhadap variabel competence memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.7 di bawah ini : Tabel 5.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Competence Indikator
Koefisien Korelasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
X1.1
0,870
0,731
Valid dan Reliabel
X1.2
0,864
0,716
Valid dan Reliabel
X1.3
0,838
0,799
Valid dan Reliabel
70
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut diatas kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien korelasi) X1.1 = 0,870, X1.2 = 0,864, dan X1.3 = 0,838, lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha X1.1 = 0,731,
X1.2 = 0,716, dan X1.3 = 0,799, lebih besar
dari 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang competence benar-benar valid dan reliabel. 2) Uji validitas dan reliabilitas variabel charakter Pengukuran terhadap variabel charakter memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.8 di bawah ini : Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Charakter Indikator
Koefisien Korelasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
X2.1
0,876
0,763
Valid dan Reliabel
X2.2
0,865
0,725
Valid dan Reliabel
X2.3
0,849
0,781
Valid dan Reliabel
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien koprelasi) X2.1 = 0,876, X2..2 = 0,865, dan X2..3 = 0,849, lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha X2.1 = 0,763,
X2..2 = 0,725, dan X2..3 = 0,781, lebih besar dari 0,60.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang character benar-benar valid dan reliabel.
71
3) Uji validitas dan reliabilitas variabel capacity Pengukuran terhadap variabel capacity memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.9 di bawah ini :
Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Capacity Indikator
Koefisien Korelasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
X3.1
0,925
0,703
Valid dan Reliabel
X3.2
0,847
0,823
Valid dan Reliabel
X3.3
0,870
0,839
Valid dan Reliabel
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien korelasi) X3.1 = 0,925, X3..2 = 0,847, dan X3..3 = 0,870, lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha X3.1 = 0,703, X3..2 = 0,823, dan X3..3 = 0,839, lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang capacity benar-benar valid dan reliabel. 4) Uji validitas dan reliabilitas variabel capital Pengukuran terhadap variabel capital memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.10 di bawah ini : Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel capital Indikator
Koefisien
Cronbach’s
Keterangan
72
Korelasi
Alpha
X4.1
0,825
0,870
Valid dan Reliabel
X4.2
0,883
0,821
Valid dan Reliabel
X4.3
0,888
0,818
Valid dan Reliabel
X4.4
0,838
0,858
Valid dan Reliabel
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien korelasi) X4.1 = 0,825, X4..2 = 0,883, X4..3 = 0,888, dan X4..4 = 0,838 lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha X4.1 = 0,870, X4..2 = 0,821, X4..3 = 0,818, dan X4..4 = 0,858, lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang capital benar-benar valid dan reliabel. 5) Uji validitas dan reliabilitas variabel condition Pengukuran terhadap variabel condition memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.11 di bawah ini : Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel condition Indikator
Koefisien Korelasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
X5.1
0,829
0,871
Valid dan Reliabel
X5.2
0,951
0,785
Valid dan Reliabel
X5.3
0,742
0,914
Valid dan Reliabel
X5.4
0,916
0,811
Valid dan Reliabel
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien korelasi) X5.1 =
73
0,729, X5..2 = 0,951, X5..3 = 0,742, dan X5..4 = 0,916 lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha X5.1 = 0,871, X5..2 = 0,785, X5..3 = 0,914, dan X5..4 = 0,811, lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang condition benar-benar valid dan reliabel.
6) Uji validitas dan reliabilitas variabel Risiko Kredit Pengukuran terhadap variabel risiko kredit memiliki koefisien korelasi dan nilai cronbach’s alpha seperti pada Tabel 5.12 di bawah ini : Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Risiko Kredit Indikator
Koefisien Korelasi
Cronbach’s Alpha
Keterangan
Y.1
0,778
0,840
Valid dan Reliabel
Y.2
0,860
0,813
Valid dan Reliabel
Y.3
0,832
0,824
Valid dan Reliabel
Y.4
0,806
0,835
Valid dan Reliabel
Y.5
0,767
0,859
Valid dan Reliabel
Sumber : Lampiran 8 dan 9 Nilai koefisien korelasi (r) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel dengan level of significant 5%, ternyata r hitung (koefisien korelasi) Y.1 = 0,778, Y..2 = 0,860, Y..3 = 0,832, Y.4 = 0,806 dan Y.5. = 0,767 lebih besar dari r tabel 0,339. Sedangkan nilai Alpha Y.1 = 0,840, Y. 2 = 0,813, Y..3 = 0,824, Y.4 = 0,835 dan Y.5 = 0,859, lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa butir pertanyaan tentang risiko kredit benar-benar valid dan reliabel. 5.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
74
Model regresi berganda akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Uji
asumsi
klasik
yang
harus
dipenuhi
antara
lain
Uji
Normalitas,
Multikolinieritas dan Uji Heterokedastisitas.
1) Uji Normalitas Data Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal. Demikian pula sebaliknya, jika probabilitas signifikansi residual lebih rendah dari 0,05 berarti residual tidak terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 6 didapat nilai signifikansi sebesar 0,790 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1. Karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka didapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Tabel 5.13 Uji Kolmogorov-Smirnov
75
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Residual 32 .0000000 .31327549 .115 .085 -.115 .651 .790
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran 10 2) Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas. Berdasarkan analisis data (Lampiran 11) didapat nilai Tolerance dan nilai VIF
untuk masing-masing
variabel bebas seperti pada Tabel 5.14. Tabel 5.14 Hasil Uji Multikolenieritas Variabel Competence (X1) Character (X2) Capasity (X3) Capital (X4) Condition (X5) Sumber: Lampiran 11
Tolerance 0,624 0,365 0,225 0,493 0,301
VIF 1,603 2,738 4,452 2,030 3,318
76
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance di bawah 1 dan nilai nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas 3) Uji Heterokedastisitas Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Utuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, dengan meregresikan variabel bebas terhadap absolut residual. Jika variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut, berarti model regresi tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan uji Heteroskedastisitas pada Lampiran 11 didapat nilai signifikansi uji t variabel bebas terhadap residual absolute seperti Tabel 5.15. Tabel 5.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Competence (X1) Character (X2) Capacity (X3) Capital (X4) Condition (X5) Sumber: Lampiran 11
T hitung 1,986 1,048 0,314 1,432 1,624
Sig uji t 0,058 0,304 0,756 0,164 0,116
Tabel 5.15 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas memiliki nilai signifikansi uji t di bawah 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model sudah terbebas dari heteroskedastisitas.
77
Hasil ini sesuai juga dengan sebaran titik-titik pada Scatter Plot yang tidak membentuk pola tertentu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Scatter Plot Scatterplot
Dependent Variable: Resiko Kredit
Regression Standardized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Lampiran 11 5.5 Analisis dan Pembuktian Hipotesis 5.5.1
Analisis Regresi Linear Berganda
2
78
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh komponen penilaian kredit yang meliputi Competence (X1), Character (X2), Capacity (X3), Capital (X4), dan Condition of economy (X5), terhadap variabel terikat Risiko Kredit (Y). Dengan bantuan program SPSS versi 15 diperoleh hasil analisis regresi linear berganda seperti ditunjukkan pada Tabel 5.16 di bawah ini :
Tabel 5.16 Hasil Analisis Regresi Berganda Komponen Competence (X1), Character (X2), Capacity (X3), Capital (X4), dan Condition (X5) a Coe fficie nts
Model 1 (Cons tant) Kompetence Charac ter Capasity Capital Condition
Unstandardiz ed Coefficients B Std. Error 6.039 .268 -.267 .091 -.279 .132 -.418 .147 -.085 .102 -.008 .130
Standardiz ed Coefficients B eta -.282 -.266 -.456 -.091 -.009
t 22.548 -2.939 -2.121 -2.845 -.838 -.063
S ig. .000 .007 .044 .009 .410 .951
95% Confidence Interval for B Collinearity S tatistics Lower Bound Upper B ound Toleranc e VIF 5.488 6.589 -.453 -.080 .624 1.603 -.550 -.009 .365 2.738 -.721 -.116 .225 4.452 -.295 .124 .493 2.030 -.276 .259 .301 3.318
a. Dependent Variable: Res ik o K redit
Sumber : Lampiran 11 Berdasarkan Tabel 5.16 tersebut di atas, maka dapat disusun model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 6,039 - 0,267X1 - 0,279X2 - 0,418X3 - 0,085X4 - 0,008X5 Konstanta sebesar 6,039 menyatakan bahwa jika variabel independen (Competence, Character, Capacity, Capital, dan Condition) dianggap konstan, maka risiko kredit nilainya sebesar 6,039.
79
Nilai koefisien regresi variabel Competence (X1) adalah sebesar - 0,267 artinya jika variabel X1 berubah satu satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,267 dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan perubahan Competence (X1) berbanding terbalik dengan risiko kredit, artinya apabila Competence (X1) ditingkatkan/lebih diperhatikan maka risiko kredit akan turun, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi variabel Character (X2) adalah sebesar - 0,279 artinya jika variabel X2 berubah satu satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,279 dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan perubahan Character berbanding terbalik dengan risiko kredit, artinya apabila Character ditingkatkan/lebih diperhatikan maka risiko kredit akan turun, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi variabel Capacity (X3) adalah sebesar - 0,418 artinya jika variabel X3 berubah satu satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,418 dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan perubahan Capacity berbanding terbalik dengan risiko kredit, artinya apabila Capacity ditingkatkan/lebih diperhatikan maka risiko kredit akan turun, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi variabel Capital (X4) adalah sebesar - 0,085 artinya jika variabel X4 berubah satu satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,085 dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan perubahan Capital berbanding terbalik dengan risiko kredit,
80
artinya apabila Capital ditingkatkan/lebih diperhatikan maka risiko kredit akan turun, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi variabel Condition (X5) adalah sebesar - 0,008 artinya jika variabel X5 berubah satu satuan, maka Y akan berubah sebesar 0,008 dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi melambangkan perubahan Condition berbanding terbalik dengan risiko kredit, artinya apabila Condition ditingkatkan/lebih diperhatikan maka risiko kredit akan turun, begitu juga sebaliknya.
5.5.2
Analisis Determinasi Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh
variabel yang diteliti, yaitu antara variabel Competence (X1),
Character (X2),
Capacity (X3), Capital (X4), dan Condition (X5), terhadap risiko kredit (Y) pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Dari
hasil perhitungan pada Lampiran 11, dapat diketahui koefisien
determinasi (Adjusted R-square) adalah 0,821. Koefisien determinasi sebesar 82,1%, berarti perubahan risiko kredit (Y) dipengaruhi Competence (X1), Character (X2),
Capacity (X3),
Capital (X4),
dan Condition (X5),
secara
simultan sebesar 82,1%. Sisanya sebesar 100 % - 82,1 % = 17,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada kesempatan ini. 5.5.3
Pengaruh Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon terhadap Risiko Kredit
81
Pengaruh simultan variabel Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon terhadap Risiko Kredit dilakukan dengan menggunakan Uji F. Langkahlangkah melakukan Uji F adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1, β2, β3, β4, β5 = 0; tidak ada pengaruh secara simultan variabel Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon terhadap Risiko Kredit Hi
: β1, β2, β3, β4, β5 # 0; ada pengaruh secara simultan variabel Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon terhadap Risiko Kredit
2) Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95 persen, α = 0,05, df pembilang = k-1 (6-1) = 3), dan df penyebut = (n-k) = 32- 6 = 26 nilai F tabel = 2,5868 (Lampiran 12) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima 4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji F yang nampak pada Tabel 5.17 di bawah ini. Tabel 5.17
82
Uji F
ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 17.271 3.042 20.314
df 5 26 31
Mean Square 3.454 .117
F 29.520
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Condition, Kompetence, Character, Capital, Capasity b. Dependent Variable: Resiko Kredit
Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 29,520 jauh lebih besar dari Ftabel 2,5868 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima dengan uraian ada pengaruh secara simultan variabel Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan oleh tingkat signifikansi dari uji F yang pada tingkat signifikansi 5% menunjukkan nilai yang sangat signifikan (Sig F = 0,000 yang artinya signifikan pada tingkat 5%).
5.5.4
Pengaruh variabel Competence terhadap Risiko Kredit Untuk menguji hipótesis tentang pengaruh variabel Competence terhadap
Risiko Kredit digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian hipótesis adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh variabel Competence terhadap Risiko Kredit Hi : β1 < 0; ada pengaruh variabel Competence terhadap Risiko Kredit 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan
83
Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,005, df pembilang (n-k-1) = (32 – 5 – 1) = 26 dengan ttabel = -2,056 (Lampiran 13) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji t yang nampak pada Tabel 5.18 di bawah ini. Tabel 5.18 Korelasi Parsial Competence, Character, Capacity, Capital dan Conditon C o e ffi c i ean ts U n s t a n d a rd iz e d S t a n d a rd iz e d C o e ffic ie n t s C o e ffic ie n t s M odel B S t d . E rro r B e ta t 1 (C o n s ta n t ) 6.03 9 .268 2 2.548 K o m p e t e n c e -.2 6 7 .091 -. 2 8 2 -2 . 9 3 9 C h a ra c t e r -.2 7 9 .132 -. 2 6 6 -2 . 1 2 1 C a p a s ity -.4 1 8 .147 -. 4 5 6 -2 . 8 4 5 C a p it a l -.0 8 5 .102 -. 0 9 1 -. 8 3 8 C o n d it io n -.0 0 8 .130 -. 0 0 9 -. 0 6 3
9 5 % C o n fid e n c e In te rva l foC ro llin B e a rit y S ig . L o w e r B o u n dU p p e r B o u n dTo le ra n c e .000 5 .488 6.58 9 .007 -. 4 5 3 -.0 8 0 .6 2 4 .044 -. 5 5 0 -.0 0 9 .3 6 5 .009 -. 7 2 1 -.1 1 6 .2 2 5 .410 -. 2 9 5 .12 4 .4 9 3 .951 -. 2 7 6 .25 9 .3 0 1
S t a t is t ic s V IF 1.603 2.738 4.452 2.030 3.318
a . D e p e n d e n t V a ria b le : R e s ik o K re d it
Nilai thitung yang diperoleh sebesar -2,939 lebih besar dari ttabel -2,056 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh negatif variabel Competence terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai signifikan t hitung < 0,05. Pengaruh negatif berarti semakin kompeten nasabah yang mengajukan kredit maka risiko kredit semakin rendah ini berarti bahwa bila keberadaan usaha calon debitur ditunjukkan dengan bukti pendukung (surat pengantar dari instansi tekait atau akte pendirian), calon debitur yang mengajukan KTA memiliki kewenangan dari UMKM yang bersangkutan
84
dan penandatanganan permohonan kredit dilakukan oleh pihak yang berwenang maka risiko kredit semakin rendah. Deskripsi data juga menunjukkan variabel competence dalam pengajuan KTA merupakan aspek penting mengingat UMKM sebagai sasaran pemberian KTA memang belum bankable, bahkan sebagian besar belum mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Kondisi ini harus disikapi secara hati-hati bagi para analisis kredit sebab competence akan berpengaruh terhadap risiko kredit. Hal ini juga ditegaskan oleh Sutojo (1997:72) yang menyatakan kredit yang ditarik oleh pihak yang secara hukum tidak memiliki kewenangan untuk meminjam dapat menjadi bibit kredit bermasalah, karena itu pada tahap analisis kredit bank harus mendapat kepastian mengenai siapa dalam UMKM yang secara hukum mempunyai wewenang untuk dan atas nama perusahaan menerima dan mempergunakan kredit.
5.5.5
Pengaruh variabel Character terhadap Risiko Kredit Untuk menguji hipótesis tentang pengaruh variabel Character terhadap
Risiko Kredit digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian hipótesis adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh variabel Character terhadap Risiko Kredit Hi : β1 < 0; ada pengaruh variabel Character terhadap Risiko Kredit 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan
85
Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,005, df pembilang (n-k-1) = (32 – 5 – 1) = 26 dengan ttabel = -2,056 (Lampiran 13) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji t yang nampak pada Tabel 5.18 diatas dan lampiran 11. Nilai thitung yang diperoleh sebesar -2,121 lebih besar dari ttabel -2,056 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh negatif variabel Character terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai signifikan t hitung < 0,05. Pengaruh negatif berarti semakin baik Character nasabah maka risiko kredit semakin rendah ini berarti bahwa bila analis kredit mengetahui karakter dan gaya hidup calon debitur, mengetahui reputasi calon debitur dan debitur diketahui mempunyai reputasi baik dalam kelancaran pembayaran pada kreditur lain maka risiko kredit semakin rendah. Deskripsi data juga menunjukkan variabel character memiliki peran yang penting dalam menentukan layak atau tidaknya pengajuan kredit oleh debitur, mengingat kemauan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman merupakan hal yang sangat penting bagi kelancaran kredit yang bersangkutan. Hal ini juga ditegaskan oleh Sutojo (1997:72) yang menyatakan character berpengaruh terhadap risiko kredit, sehingga analis kredit perlu mengumpulkan informasi dari nara sumber yang mengenal calon debitur termasuk dari kreditur lama
86
(bank, lembaga keuangan, pemasok barang dagangan), pelanggan dan rekan bisnis. 5.5.6
Pengaruh variabel Capacity terhadap Risiko Kredit Untuk menguji hipótesis tentang pengaruh variabel Capacity terhadap
Risiko Kredit digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh variabel Capacity terhadap Risiko kredit Hi: β1 < 0; ada pengaruh variabel Capacity terhadap Risiko Kredit 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,005, df pembilang (n-k-1) = (32 – 5 – 1) = 26 dengan ttabel = -2,056 (Lampiran 13) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji t yang nampak pada Tabel 5.18 diatas dan lampiran 11. Nilai thitung yang diperoleh sebesar -2,845 lebih besar dari ttabel -2,056 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh negatif variabel Capacity terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai signifikan t hitung < 0,05. Pengaruh negatif berarti semakin baik Capacity UMKM, maka risiko kredit semakin rendah ini berarti bahwa bila usaha calon debitur memiliki arus kas
87
yang baik pada tahun terakhir, utang yang dimiliki calon debitur tidak melebihi total asset dan modal yang dimiliki dan produk yang dihasilkan calon debitur memiliki pemasaran yang cukup baik maka risiko kredit semakin rendah. Deskripsi data juga menunjukkan variabel capacity
merupakan
komponen penting yang mendukung kelancaran kredit debitur. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sutojo (1997:72) yang menyatakan perusahaan baru dapat dinyatakan beroperasi secara sehat, apabila mampu membayar bunga dan kredit yang dipinjam dari hasil penjualan produk, untuk itu para analis kredit perlu menyusun proyeksi arus kas (the projected cash flow statement) selama masa berlakunya kredit. 5.5.7
Pengaruh variabel Capital terhadap Risiko Kredit Untuk menguji hipótesis tentang pengaruh variabel Capital terhadap
Risiko Kredit digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian hipótesis adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh variabel Capital terhadap Risiko Kredit Hi : β1 < 0; ada pengaruh variabel Capital terhadap Risiko Kredit 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,005, df pembilang (n-k-1) = (32 – 5 – 1) = 26 dengan ttabel = -2,056 (Lampiran 13) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak
88
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji t yang nampak pada Tabel 5.18 diatas dan lampiran 11. Nilai thitung yang diperoleh sebesar -0,838 lebih kecil dari ttabel -2,056 maka Ho diterima dengan uraian tidak ada pengaruh negatif variabel Capital terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai signifikan t hitung > 0,05. Ini berarti bahwa bila bangunan tempat usaha calon debitur adalah milik sendiri, usaha yang dijalankan calon debitur dananya bersumber dari modal sendiri, usaha calon debitur memiliki peralatan yang cukup memadai untuk menjalankan usaha dan calon debitur memiliki sumber daya manusia dengan kemampuan yang mendukung kemajuan usaha tidak akan berpengaruh terhadap risiko kredit secara parsial. Jawaban responden mengganggap capital dapat memberikan jaminan akan kelancaran kredit debitur, tapi dalam dalam analisis ternyata capital tidak berpengaruh terhadap risiko kredit, hal ini disebabkan walaupun asset, modal usaha dan fasilitas produksi yang dimiliki UMKM sangat terbatas, tetapi ketaatan debitur dalam membayar cicilan utang dan bunganya sangat baik. Memperkecil terjadinya risiko kredit para analis kredit harus tetap meninjau perusahaan, memeriksa keadaan fisik berupa bangunan, fasilitas produksi yang ada, cara perawatan fasilitas produksi tersebut serta meneliti sumber dana pengadaannya, karena secara simultan dengan komponen penilaian kredit yang lainnya capital akan berpengaruh terhadap risiko kredit.
89
5.5.8
Pengaruh variabel Condition terhadap Risiko Kredit Untuk menguji hipótesis tentang pengaruh variabel Condition terhadap
Risiko Kredit digunakan uji t. Langkah-langkah pengujian hipótesis adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 = 0; tidak ada pengaruh variabel Condition terhadap Risiko Kredit Hi: β1 < 0; ada pengaruh variabel Condition terhadap Risiko Kredit 2) Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, α = 0,005, df pembilang (n-k-1) = (32 – 5 – 1) = 26 dengan ttabel = -2,056 (Lampiran 13) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 15 diperoleh hasil uji t yang nampak pada Tabel 5.18 diatas dan lampiran 11. Nilai thitung yang diperoleh sebesar -0,063 lebih kecil dari ttabel -2,056 maka Ho diterima dengan uraian tidak ada pengaruh negatif variabel Condition terhadap Risiko Kredit. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai signifikan t hitung > 0,05. Ini berarti bahwa bila lokasi usaha calon debitur yang tidak terletak di daerah rawan bencana alam, usaha calon debitur sesuai dengan kebutuhan masyarakat
90
sekitarnya, usaha calon debitur menguasai pasar di daerah tempat usahanya dan jenis usaha calon debitur bisa diterima lingkungan masyarakat sekitarnya maka tidak akan berpengaruh secara parsial terhadap risiko kredit. Komponen condition merupakan faktor ekstern dari usaha debitur, walaupun UMKM sangat rentan terhadap risiko operasional yang berpengaruh langsung pada usaha ini, tetapi usaha ini sudah terbukti tahan terhadap krisis moneter dan tidak berdampak besar terhadap kondisi perekonomian secara umum, sehingga risiko kredit bisa ditekan. Dalam analisis kredit condition harus tetap dianalisis, karena secara bersama-sama condition juga berpengaruh terhadap risiko kredit. 5.6
Variabel bebas yang dominan pengaruhnya terhadap Risiko Kredit Mengetahui variabel bebas yang dominan pengaruhnya terhadap Risiko
Kredit dapat digunakan nilai Unstandardized Beta. Berdasarkan analisis regresi berganda pada Lampiran 11 dapat diringkas nilai Unstandardized Beta untuk masing-masing variabel bebas seperti pada Tabel 5.19. Tabel 5.19 Koefisien Unstandardized Beta Variabel Competence Character Capacity Capital Condition Sumber: Lampiran 11
Koefisien Unstandardized Beta -0,267 -0,279 -0,418 -0,085 -0,008
Ranking 3 2 1 4 5
91
Berdasarkan Tabel 5.19 terlihat bahwa variabel Capacity memiliki nilai Unstandardized Beta Coefficients tertinggi yaitu sebesar -0,418. Hal ini membuktikan bahwa variabel Capacity adalah variabel yang lebih dominan mempengaruhi risiko kredit dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Capacity merupakan komponen penting yang mendukung kelancaran kredit debitur, karena kemampuan UMKM untuk menciptakan sumber dana akan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjamannya. Para analis kredit harus melakukan penilaian yang teliti tentang : arus kas UMKM pada tahun terakhir, utang yang dimiliki UMKM tidak melebihi total asset dan modal yang dimiliki serta produk yang dihasilkan memiliki pemasaran yang cukup baik. Variabel character yang menyangkut kejujuran calon debitur dalam membayar angsuran kredit dengan melakukan penilaian terhadap karakter gaya hidup, reputasi calon debitur dengan rekan bisnisnya dan reputasi dalam kelancaran pembayaran dari kreditur lain juga harus tetap dilakukan analisis karena berpengaruh terhadap risiko kredit. Competence yang meliputi kelengkapan surat dari instansi terkait, kewenangan dalam meminjam, kewenangan penandatanganan permohonan kredit juga tetap menjadi perhatian analis kredit dalam melakukan penilaian, karena variabel competence juga berpengaruh terhadap risiko kredit. Mengacu pada hasil penelitian di atas, walaupun variabel capital dan condition tidak berpengaruh terhadap risiko kredit, tetapi variabel tersebut harus tetap dianalisis karena secara bersama-sama berpengaruh terhadap risiko kredit tanpa agunan yang diajukan oleh debitur.
92
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
93
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1) Variabel Competence (X1), Character (X2), Capacity (X3), Capital (X4), dan Condition (X5) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini dibuktikan oleh hasil F test atau uji Anova dimana diperoleh Nilai Fhitung sebesar 29,520 jauh lebih besar dari Ftabel 2,5868 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05 (nilai alfa yang dipakai 5%). Ini berarti risiko kredit dapat ditekan dengan melakukan analisis secara lebih baik terhadap komponen penilaian kredit yang terdiri dari 5 C. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,821. Hal ini berarti bahwa 82,1% perubahan risiko kredit dipengaruhi oleh kelima variabel bebas yang diteliti sedangkan sisanya sebesar 17,9% ditentukan oleh variabel di luar model. 2) Variabel Competence (X1) berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini terbukti dari hasil uji t, dimana nilai thitung variabel Competence (X1) yang diperoleh sebesar -2,939 lebih besar dari ttabel -2,056 atau dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (alfa yang dipakai adalah 5%). Ini berarti semakin berkompeten debitur maka semakin rendah risiko kredit. 3) Variabel Character (X2) berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini terbukti dari hasil uji t, dimana nilai thitung variabel Character (X2) yang
94
diperoleh sebesar -2,121 lebih besar dari ttabel -2,056 atau dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ini berarti semakin baik karakter debitur maka semakin rendah risiko kredit. 4) Secara parsial variabel Capacity (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini terbukti dari hasil uji t, dimana nilai thitung variabel Capacity (X3) yang diperoleh sebesar -2,845 lebih besar dari ttabel -2,056 atau dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ini berarti semakin baik kemampuan debitur menciptakan sumber dana maka semakin rendah risiko kredit. 5) Variabel Capital (X4), tidak ada pengaruh negatif secara signifikan terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung variabel Capital (X4) sebesar
yang diperoleh
-0,838 lebih kecil dari ttabel -2,056 atau dengan tingkat signifikansi
lebih besar dari 0,05 (alfa yang dipakai adalah 5%). Ini berarti besarnya asset dan modal usaha yang dimiliki debitur tidak ada pengaruhnya terhadap risiko kredit. 6) Variabel Condition (X5), tidak ada pengaruh negatif secara signifikan terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung variabel Condition (X5) yang diperoleh sebesar
-0,063 lebih kecil dari ttabel -2,056 atau dengan tingkat signifikansi
lebih besar dari 0,05. Ini berarti kondisi perekonomian secara umum tidak ada pengaruhnya terhadap risiko kredit.
95
7) Hasil nilai Unstandardized Beta terbukti variabel Capacity (X3) berpengaruh paling dominan terhadap risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Unstandardized Koeffisient Beta Capacity -0,418 lebih besar dibandingkan dengan nilai Unstandardized Koeffisient Beta variabel, Character (-0,279), Competence (-0,267), Capital (-0,085) dan Condition
(-0,008).
6.2 Saran-Saran Berdasarkan simpulan dan uraian tersebut diatas, maka dalam usaha untuk menekan risiko kredit pada PT Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar, dapat disarankan sebagai berikut : 1) Dalam proses analisis kelayakan kredit, karyawan yang bertugas menganalisis kredit sebaiknya melakukan analisis terhadap variabel Competetence, Character, Capacity, Capital dan Condition of Economics sebagai satu kesatuan, mengingat pengaruhnya yang signifikan secara bersama-sama terhadap risiko kredit tanpa agunan. 2) Memberikan perhatian yang lebih baik terhadap variabel Capacity yaitu dengan
melakukan
analisa
lebih
teliti
terhadap
arus
kas
debitur,
memperhatikan agar utang calon debitur tidak melebihi asset dan modal serta menilai pemasaran produk yang dihasilkan debitur memiliki pemasaran yang baik. 3) Meningkatkan perhatian terhadap variabel Competence dengan melakukan penilaian terhadap bukti-bukti pendukung (surat pengantar atau akte pendirian
96
UMKM), kewenangan mengajukan permohonan dan mengecek keabsahan tandatangan calon debitur. 4) Memperhatikan variabel Character dengan mengadakan survai terhadap lingkungan untuk mengetahui gaya hidup calon debitur, menanyakan kepada rekan kerja mengenai reputasi calon debitur dan mengecek dari kreditur lain tentang kelancaran pembayaran calon debitur. 5) Perlu diadakan kajian atau penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko kredit tanpa agunan, mengingat bahwa analisis kelima faktor penilaian kredit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan salah satu tahap dalam proses analisis kredit secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
97
Basri, F. 2002. Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta : Erlangga. Caouette, John B., Altman, Edward I., and Narayanan, Paul (1998), Managing Credit Risk - The Next Great Financial Challenge’, John Wiley & Sons, Inc. Danendra, A.A.G. 2009. Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit Tanpa Agunan Study Kasus Pengelolaan Risiko Kredit Individual Tanpa Agunan yang Diselenggarakan oleh Bank Rakyat Indonesia. Jakarta : UI Firdaus dan Ariyanti. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Jakarta : Alfabeta. Ghozali Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang : Universitas Diponegoro. Hardanto, Sulad Sri. 2006. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta : Elex Media Komputindo. Idroes, Ferry N, dan Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko Perbankan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Grafindo Persada. ---------. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Koperasi. 2003. Usaha Kecil dan Menengah di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata. Kresna Adnyana, A.A. 2003. Tesis. Analisis Beberapa Faktor yang Menimbulkan Risiko Kredit Studi Kasus pada PT Bank Sinar Harapan Bali. Denpasar : Program Pasca Sarjana Undiknas. Masyud Ali. 2006. Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Mudrajat Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi : Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis ?, Jakarta : Erlangga Mulyono Teguh Pudjo. 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersial. Edisi keempat Yogyakarta : BPFE Jogjakarta.
98
Raharjo Pamuji Gesang. 2006. Mengukur dan Mengelola Rsiko Kredit UKM. Stabilitas Edisi No 10. September 2006. Santoso Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT elex Media Komputindo. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta : Bumi Aksara. Suasana Gede. 2005. Tesis. Resposisi Bisnis Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Denpasar dalam Persaingan Kredit Mikro di Bali. Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Bandung : CV. Alfabeta Sulaiman Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus & Pemecahannya. Yogyakarta : Penerbit Andi. Suliyanto. 2005. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi SE BI No. 31/10/UPPB SK BI No. 31/147/KEP/DIR SK Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Bali No. 0067.102.10.2007.2 SK Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Bali No. 002.102.10.2009.2 Suyatno Thomas. H.A Chalik, Made Sukada, C Tinon Yunianti Ananda, Djuhaepah T. Marala. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sutojo Siswanto. 1997. Menangani Kredit Bermasalah Konsep Teknik dan Kasus. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sutojo Siswanto. 1997. Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo. Triandaru dan Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Warjiyo Perry dan Untoro. 2005. Default Risk dan Penjaminan Kredit UKM. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan vol.7 No. 4 Maret.
99
www. ekonomirakyat.org www.worldbank.org