BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Data Penelitian Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan dan data pasar perusahaan-perusahaan terbuka yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masuk ke dalam 9 dari 10 periode pemilihan indeks LQ45 selama periode 2010-2014. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka pada penelitian ini diperoleh data sebanyak 18 sampel perusahaan dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 5.1 Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah
Perusahaan yang masuk ke dalam 9 dari 10 periode pemilihan indeks LQ45 selama periode 2010-2014
23
Perusahaan sektor keuangan Jumlah Sampel perusahaan yang memenuhi kriteria
(5) 18
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian (2016)
Pemilihan sampel diawali dengan memilih perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam 9 dari 10 periode pemilihan indeks LQ45 selama tahun 2010-2014. Indeks LQ45 dipilih dengan mempertimbangkan tingkat likuiditas
71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
tansaksi saham dan nilai kapitalisasi pasar yang tinggi. Pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 23 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut. Selanjutnya sektor yang dikecualikan dari objek penelitian adalah sektor keuangan. Pengecualian ini disebabkan adanya regulasi tersendiri, serta perbedaan karakteristik laporan keuangan pada sektor keuangan dengan sektor lainnya. Berdasarkan hal tersebut penulis mengeliminasi 5 perusahaan yang berada di sektor keuangan. Setelah semua tahapan sampling dilakukan, didapatlah total sampel sebanyak 18 perusahaan dengan periode pengamatan lima tahun yaitu tahun 2010 hingga 2014, sehingga data yang digunakan untuk penelitian adalah sebanyak 90 data observasi (18 x 5 tahun).
5.1.2. Statistik Deskriptif Pengukuran statistik deskriptif menunjukkan ukuran terpusat untuk semua variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Statistik deskriptif menggambarkan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum dari masing-masing variabel tersebut untuk mendukung pengujian hasil statistik. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan audited serta data pasar perusahaan yang diteliti pada periode 2010 hingga 2014, diperoleh hasil data statistik deskriptif sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Variabel
Obs.
STOKP ROE ROA EPS ML LTDR TT Beta
90 90 90 90 90 90 90 90
Rata-rata
Std. Dev.
13495.91 0.2715252 0.1484983 763.6179 0.2065271 0.1564858 0.3404806 0.8902511
14188.24 0.2326593 0.0915818 846.3698 0.1373873 0.1713034 0.2233049 0.4547745
Min 710 0.022524 0.0169272 25.78257 -0.3118812 0 0.0512236 -0.4388977
Maks 56800 1.258049 0.4037547 4382.592 0.5021351 0.562095 1.118509 1.77175
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016) Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat variabel terikat, yaitu harga saham (STOKP) dan variabel bebas, yaitu return on equity (ROE), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), manajemen laba (ML), long-term debt ratio (LTDR), trading turnover (TT) dan beta saham (Beta) dengan jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan dan 90 data observasi yang diperoleh pada periode 2010-2014. Harga saham merupakan harga penutupan pada hari kerja ke-7 setelah tanggal 31 Maret dengan asumsi semua laporan keuangan audited sudah diterbitkan dan investor sudah menganalisis data tersebut. Pada tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata harga saham pada perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah 13495.91 dengan standar deviasi 14188.24. Nilai minimum harga saham 710 yaitu harga saham PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011 dan nilai maksimum harga saham 56800 yaitu harga saham PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011 merupakan perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
yang memiliki harga saham paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2011 merupakan perusahaan yang memiliki harga saham paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Return on equity (ROE) digunakan untuk membuat perbandingan antara laba bersih dengan modal yang digunakan. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata ROE adalah sebesar 0.2715252 dengan standar deviasi 0.2326593. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini mampu menghasilkan laba bersih sebesar 27.15 persen dari total modal yang dimilki. Nilai minimum ROE 0.022524 yaitu ROE PT
Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan nilai maksimum ROE 1.258049 yaitu ROE PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013 merupakan perusahaan yang memiliki ROE paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013 merupakan perusahaan yang memiliki ROE paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Return on assets (ROA) digunakan untuk membuat perbandingan antara laba bersih dengan total aset yang digunakan. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata ROA adalah sebesar 0.1484983 dengan standar deviasi 0.0915818. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini mampu menghasilkan laba bersih sebesar 14.84 persen dari total aset yang dimiliki. Nilai minimum ROA 0.0169272 yaitu
ROA PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013 dan nilai maksimum ROA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
0.4037547 yaitu ROA PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013 merupakan perusahaan yang memiliki ROA paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2012 merupakan perusahaan yang memiliki ROA paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Earnings per share (EPS) digunakan untuk membuat perbandingan antara laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata EPS adalah sebesar 763.6179 dengan standar deviasi 846.3698. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaanperusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini mampu menghasilkan laba bersih sebesar 763.61 rupiah per lembar saham. Nilai minimum EPS 25.78257 yaitu EPS
PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2010 dan nilai maksimum EPS 4382.592 yaitu EPS PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2010 merupakan perusahaan yang memiliki EPS paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2011 merupakan perusahaan yang memiliki EPS paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Manajemen laba (ML) digunakan untuk menunjukkan perbandingan arus kas yang diterima dari aktivitas operasional dengan total penjualan. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata ML adalah sebesar 0.2065271
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
dengan standar deviasi 0.1373873. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini menerima kas dari
aktivitas operasional sebesar 20.65 persen dari total penjualan. Nilai minimum ML -0.3118812 yaitu ML PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2013 dan nilai maksimum ML 0.5021351 yaitu ML PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2013 merupakan perusahaan yang memiliki kualitas laba paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2010 merupakan perusahaan yang memiliki kualitas laba paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Long-term debt ratio (LTDR) digunakan untuk membuat perbandingan antara utang jangka panjang dengan utang jangka panjang plus modal. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata LTDR adalah sebesar 0.1564858 dengan standar deviasi 0.1713034. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, proporsi utang jangka panjang terhadap struktur modal perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebesar 15.64
persen. Nilai minimum LTDR 0 yaitu LTDR PT Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2010, 2011 dan 2012, PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011, 2012 dan
2013,
PT
PP
London
Sumatra
Indonesia
Tbk
pada
tahun
2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2010, 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
dan 2013 serta PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014 dan nilai maksimum LTDR 0.562095 yaitu LTDR PT Jasa Marga Tbk pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2010, 2011 dan 2012, PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2011, 2012 dan 2013, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014, PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2010, 2011 dan 2013 serta PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2010,2011,2012,2013 merupakan perusahaan yang memiliki LTDR paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Jasa Marga Tbk pada tahun 2014 merupakan perusahaan yang memiliki LTDR paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Trading turnover (TT) digunakan untuk membuat perbandingan antara jumlah lembar saham yang ditransaksikan pada suatu periode dengan jumlah lembar saham yang beredar pada suatu periode. Pada Tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata TT adalah sebesar 0.3404806 dengan standar deviasi 0.2233049. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, saham dari perusahaanperusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini ditransaksikan sebesar 34.04
persen dari jumlah lembar saham yang beredar. Nilai minimum TT 0.0512236 yaitu TT PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2014 dan nilai maksimum TT 1.118509 yaitu TT PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode penelitian, PT Unilever Indonesia Tbk pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
tahun 2014 merupakan perusahaan yang likuiditas sahamnya paling rendah dibandingkan perusahaan lain, sedangkan PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2010 merupakan perusahaan yang likuiditas sahamnya paling tinggi dibandingkan perusahaan lain. Beta saham digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas return saham terhadap return pasar. Pada tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa nilai ratarata beta adalah sebesar 0.8902511 dengan standar deviasi 0.4547745. Hal ini menunjukkan secara rata-rata, saham perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini memiliki tingkat sensitivitas return sebesar 0.89 terhadap return pasar. Nilai minimum beta -0.4388977 yaitu beta PT Astra Agro Lestari Tbk pada
tahun 2014 dan nilai maksimum beta 1.77175 yaitu beta PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2010.
5.1.3. Hasil Estimasi Model Model regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: STOKPit = β0 + β1ROE1t + β2ROAit + β3EPSit + β4MLit + β5LTDRit + β6TTit + β7Betait + εit Di mana: STOKP
: harga saham
ROE
: return on equity
ROA
: return on assets
EPS
: earnings per share
ML
: manajemen laba
LTDR
: long term debt ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
TT
: trading turnover
Beta
: beta saham
Hasil estimasi dengan model ordinary least square (OLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) menggunakan Stata versi 12.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Hasil Estimasi Model VARIABEL Intersep Return on equity Return on assets Earnings per share Manajemen Laba Long-term debt ratio Trading turnover Beta Saham
SIMBOL C ROE ROA EPS ML LTDR TT Beta
R-squared F Prob > F Wald chi2 Prob > chi2 Total Observasi Model
HARGA SAHAM 11448.64 ***) 32716.22 ***) -80089.93 ***) 13.46472 ***) -3209.245 -20762.61 ***) -6884.006 *) 1158.133
6258.188 *) 35095.9 ***) -64359.31 **) 4.359115 **) 7122.558 -8953.447 1283.549 3852.747 **)
9752.209 ***) 34817.97 ***) -81346.4 ***) 11.20986 ***) 671.5342 -24196.95 ***) -4087.306 3200.144 **)
0.8299 57.17 0.0000 90 OLS
0.5326 3.82 0.0016 90 FEM
0.8186 130.00 0.0000 90 REM
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016) signifikan pada tingkat 10% **) signifikan pada tingkat 5% ***) Signifikan pada tingkat 1%
*)
Berdasarkan Tabel 5.3, hasil estimasi dengan menggunakan OLS menunjukkan nilai R2 sebesar 0.8299 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut mampu menjelaskan harga saham sebesar 82.99% selama periode pengamatan, sedangkan sisanya sebesar 17.01%
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada model ini, yaitu ROE, ROA, EPS dan LTDR. Hasil estimasi dengan menggunakan FEM menunjukkan nilai R2 sebesar 0.5326 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut mampu menjelaskan harga saham sebesar 53.26% selama periode pengamatan, sedangkan sisanya sebesar 46.74% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada model ini, yaitu ROE, ROA, EPS dan Beta. Hasil estimasi dengan menggunakan REM menunjukkan nilai R2 sebesar 0.8186 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut mampu menjelaskan harga saham sebesar 81.86% selama periode pengamatan, sedangkan sisanya sebesar 18.14% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada model ini, yaitu ROE, ROA, EPS, LTDR dan Beta.
5.1.4. Hasil Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel 5.1.4.1. Hasil Uji Chow Uji Chow bertujuan untuk memilih antara model ordinary least square (OLS) atau model fixed effect (FEM). Uji Chow pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
perangkat lunak stata dapat dilakukan dengan menggunakan F restricted, yaitu dengan cara membandingkan nilai prob F hasil output FEM dengan tingkat signifikansi α: 0.05. Uji hipotesis untuk uji Chow adalah: H0 = model estimasi mengikuti OLS H1 = model estimasi mengikuti FEM Kriteria penolakan H0: Tolak H0 jika nilai prob F lebih kecil dari α: 0.05 Hasil uji Chow dengan Stata versi 12.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Hasil Uji Chow F test that all u_i=0:
F(17, 65) =
6.05
Prob > F = 0.0000
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016) Hasil di atas menunjukkan nilai prob F lebih kecil dari α: 0.05 sehingga H0 ditolak, artinya model estimasi mengikuti model fixed effect (FEM).
5.1.4.2. Hasil Uji Hausman Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara model fixed effect (FEM) atau model random effect (REM). Uji hipotesis untuk uji Hausman adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
H0 = model estimasi mengikuti REM H1 = model estimasi mengikuti FEM Kriteria penolakan H0: Tolak H0 jika nilai prob chi square lebih kecil dari α: 0.05 Hasil uji Hausman dengan Stata versi 12.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.5 Uji Hausman chi2(6)
Prob>chi2
10.95
0.0900
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016) Hasil uji Hausman pada tabel di atas menunjukkan nilai prob chi2 lebih besar dari 0.05 sehingga H0 diterima, artinya model estimasi mengikuti model random effect.
5.1.4.3. Hasil Uji Lagrange Multiplier (LM) Uji Lagrange Multiplier bertujuan untuk memilih antara model ordinary least square (OLS) atau model random effect (REM). Uji ini perlu dilakukan karena hasil uji Hausman menunjukkan model yang lebih baik adalah model random effect. Uji hipotesis untuk uji Lagrange Multiplier adalah: H0 = model estimasi mengikuti OLS H1 = model estimasi mengikuti REM
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Kriteria penolakan H0: Tolak H0 jika nilai prob chibar2 lebih kecil dari α: 0.05 Hasil uji Lagrange Multiplier dengan Stata versi 12.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Hasil Uji Lagrange Multiplier Chibar2 12.89
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
Prob > chibar2 0.0002
Hasil uji Lagrange Multiplier pada tabel di atas menunjukkan nilai menunjukkan nilai prob chibar2 lebih kecil dari 0.05 sehingga H0 ditolak, artinya model estimasi mengikuti model random effect.
5.1.5. Hasil Uji Asumsi Klasik Model regresi yang paling tepat berdasarkan hasil uji formal, yaitu model random effect (REM). Asumsi autokorelasi dan heteroskedastisitas pada REM diabaikan sebab menggunakan kaidah generalized least square. Namun demikian asumsi normalitas residual dan multikolinearitas tidak bisa diabaikan. 5.1.5.1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
Uji Kolmogorov-Smirnov pada perangkat lunak stata dapat dilakukan dengan melihat nilai combined K-S pada output uji tersebut. Uji hipotesis untuk uji Kolmogorov-Smirnov adalah: H0 = data mengikuti distribusi yang ditetapkan H1 = data tidak mengikuti distribusi yang ditetapkan Kriteria penolakan H0: Tolak H0 jika nilai combined K-S lebih kecil dari α: 0.05 Tabel di bawah ini merupakan hasil uji Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 5.7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Smaller group Res : Cumulative : Combined K-S :
D 0.1370 -0.1041 0.1370
P-value 0.034 0.142 0.068
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
Corrected
0.053
Dari hasil di atas menunjukkan nilai combined K-S lebih besar dari 0.05 sehingga H0 diterima, artinya data telah mengikuti distribusi yang ditetapkan.
5.1.5.2. Hasil Uji Multikolinearitas Multikolinieritas berarti adanya korelasi antara beberapa variabel bebas dalam model regresi. Untuk menentukan ada tidaknya masalah multikolinieritas pada model estimasi dapat dideteksi dengan correlation matrix. Apabila nilai korelasi antara variabel bebas tidak lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
dari 0.75 maka model estimasi dinyatakan tidak ada masalah multikolinieritas, begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah matrik korelasi:
Tabel 5.8 Matrik Korelasi STOKP
ROE
ROA
EPS
ML
LTDR
TT
STOKP
1.0000
ROE
0.2776
1.0000
ROA
0.3647
0.8534
1.0000
EPS
0.8594
0.1043
0.3139
1.0000
ML
-0.1822
0.1314
0.2770
-0.1440
1.0000
LTDR
-0.5198
-0.2875
-0.5838
-0.4925
-0.0500
1.0000
TT
-0.4261
-0.3759
-0.3529
-0.3183
-0.2403
0.2259
1.0000
Beta
-0.0783
-0.2743
-0.1154
0.0028
-0.0343
0.0515
0.1688
Beta
1.0000
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016) Matrik korelasi di atas menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara variabel bebas ROE dan ROA, yang secara teoritis memang mempunyai hubungan. Hal ini dibuktikan dengan korealsi antara keduanya yang melebihi 0.75 yaitu sebesar 0.8534. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada model regresi terdapat masalah multikolinieritas.
5.1.6. Model Regresi Terbaik Sebagaimana pada analisis sebelumnya untuk ketiga model penelitian, dari uji Chow, uji Hausman dan uji Lagrange Multiplier menghasilkan suatu model regresi terbaik dalam penelitian ini yakni random
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
effect model (REM). Namun demikian pada uji asumsi klasik ditemukan adanya masalah
multikolinieritas.
Menurut
Hoechle
(2007:281)
mengabaikan
kemungkinan korelasi gangguan regresi panel dari waktu ke waktu dan antara subjek dapat menyebabkan inferensi statistik bias. Untuk mengatasi hal tersebut REM menggunakan robust atau kebal standar eror. Hasil estimasi dari model REM setelah menggunkan kebal standar eror dengan Stata versi 12.0 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.9 Model REM Robust VARIABEL
Intersep Return on equity Return on assets Earnings per share Manajemen Laba Long-term debt ratio Trading turnover Beta Saham R-squared Wald chi2 Prob > chi2 Total Observasi Model
SIMBOL
C ROE ROA EPS ML LTDR TT Beta
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
HARGA SAHAM (STOKP)
9752.209 **) 34817.97 ***) -81346.4 ***) 11.20986 ***) 671.5342 -24196.95 **) -4087.306 3200.144 0.8186 358.50 0.0000 90 Random Effects Robust
*) signifikan pada tingkat 10% **) signifikan pada tingkat 5% ***) Signifikan pada tingkat 1%
Setelah menggunakan robust pada model random effect (REM), model terlihat lebih baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya nilai Wald chi2 dari 130.00 menjadi 358.50. Perubahan selanjutnya yang terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
adalah variabel beta yang pada REM sebelumnya berpengaruh signifikan, menjadi tidak signifikan pada REM setelah menggunakan robust. Hal tersebut dapat dipahami, karena masalah multikolinieritas dapat mempengaruhi uji z. Model random effect dengan robust menghasilkan persamaan sebagai berikut: STOKP = 9752.209 + 34817.97(ROE)it - 81346.4(ROA)it + 11.20986(EPS)it +
671.5342(ML)it -
24196.95(LTDR)it -
4087.306(TT)it + 3200.144(Beta)it + εit Berikut adalah analisis hasil persamaan di atas: 1)
Konstanta = 9752.209 Hasil ini menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat variabel bebas, seperti ROE, ROA, EPS, ML, LTDR, TT dan Beta maka besarnya STOKP adalah sebesar 9752.209.
2)
ROE = 34817.97 Koefisien regresi ROE pada pengujian sebesar 34817.97, yang artinya adalah ROE mempunyai pengaruh positif terhadap STOKP, sehingga apabila ROE naik 1 satuan maka STOKP akan naik sebesar 34817.97 satuan.
3)
ROA = -81346.4 Koefisien regresi ROA pada pengujian sebesar -81346.4, yang artinya adalah ROA mempunyai pengaruh negatif terhadap STOKP, sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
apabila ROA naik 1 satuan maka STOKP akan turun sebesar 81346.4 satuan. 4)
EPS = 11.20986 Koefisien regresi EPS pada pengujian sebesar 11.20986, yang artinya adalah EPS mempunyai pengaruh positif terhadap STOKP, sehingga apabila EPS naik 1 satuan maka STOKP akan naik sebesar 11.20986 satuan.
5)
ML = 671.5342 Koefisien regresi ML pada pengujian sebesar 671.5342, yang artinya adalah ML mempunyai pengaruh positif terhadap STOKP, sehingga apabila ML naik 1 satuan maka STOKP akan naik sebesar 671.5342 satuan.
6)
LTDR = - 24196.95 Koefisien regresi LTDR pada pengujian sebesar - 24196.95, yang artinya adalah LTDR mempunyai pengaruh negatif terhadap STOKP, sehingga apabila LTDR naik 1 satuan maka STOKP akan turun sebesar 24196.95 satuan.
7)
TT = - 4087.306 Koefisien regresi TT pada pengujian sebesar - 4087.306, yang artinya adalah TT mempunyai pengaruh negatif terhadap STOKP, sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
apabila TT naik 1 satuan maka STOKP akan turun sebesar 4087.306 satuan. 8)
Beta = 3200.144 Koefisien regresi Beta pada pengujian sebesar 3200.144, yang artinya adalah Beta mempunyai pengaruh positif terhadap STOKP, sehingga apabila Beta naik 1 satuan maka STOKP akan naik sebesar 3200.144 satuan.
5.1.7. Hasil Uji Kriteria Statistik Model 5.1.7.1. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi berganda (R2) adalah suatu nilai yang menggambarkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Nilai koefisien determinasi sama dengan 0 artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Sementara bila koefisien determinasi sama dengan 1 artinya variasi dari variabel terikat secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel bebas. Berikut adalah tabel hasil R2:
Tabel 5.10 Hasil R2 Model
R-Squared
REM dengan robust
0.8186
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
Hasil regresi pada tabel di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.8186 atau 81.86%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen yaitu return on equity (ROE), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), manajemen laba (ML), long-term debt ratio (LTDR), trading turnover (TT) dan beta saham (Beta) mampu menjelaskan variabel harga saham (STOKP) sebesar 81.86%, dan sisanya sebesar 18.14% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
5.1.7.2. Uji Simultan Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pada model random effect pengujian dilakukan dengan membandingkan Wald chi2 stat dengan nilai chi2 tabel dan tingkat signifikansi prob chi2. Untuk penolakan H0 yaitu hipotesis nol akan ditolak jika nilai wald chi2 stat lebih besar dari nilai chi2 tabel atau bila prob chi2 lebih kecil dari α: 0.05. Berikut adalah tabel hasil uji simultan:
Tabel 5.11 Hasil Uji Simultan Model REM dengan robust
Wald Chi2
Prob > Chi2
Keterangan
358.50
0.0000
Signifikan
Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa uji ini menghasilkan nilai Wald chi2 sebesar 358.50 dengan probabilitas sebesar 0.0000. Nilai prob chi2 tersebut lebih kecil dari α: 0.05 atau signifikan secara statistik. Hal tersebut menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu return on equity (ROE), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), manajemen laba (ML), long-term debt ratio (LTDR), trading turnover (TT) dan beta saham (Beta) secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham (STOKP).
5.1.7.3. Uji Parsial (Uji z) Uji z digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masingmasing variabel bebas yaitu return on equity (ROE), return on assets (ROA), earnings per share (EPS), manajemen laba (ML), long-term debt ratio (LTDR), trading turnover (TT) dan beta saham (Beta) terhadap variabel terikat yaitu harga saham (STOKP) dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan. Pada model random effect dengan menggunakan stata, pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai z-stat dengan nilai kritis z-tabel dan tingkat signifikansi P>|z|. Hipotesis nol akan ditolak bila (P>|z|) lebih kecil dari α: 0.05 atau nilai z-stat lebih besar dari nilai kritis z-tabel. Berikut adalah tabel hasil uji z:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
Tabel 5.12 Hasil Uji z Variabel Koefisien z P>|z| C 9752.209 2.22 0.026 ROE 34817.97 4.73 0.000 ROA -81346.4 -2.80 0.005 EPS 11.20986 3.52 0.000 ML 671.5342 0.14 0.889 LTDR -24196.95 -2.23 0.026 TT -4087.306 -1.62 0.105 Beta 3200.144 0.98 0.328 Sumber: Output Stata 12.0, data diolah (2016)
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Berikut ini merupakan pembahasan dari hasil uji z: Hipotesis Pertama (H1): Return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Variabel ROE menunjukkan nilai z-stat sebesar 4.73 dengan probabilitas 0.000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, sehingga pada penelitian ini H1 diterima. Nilai koefisien ROE adalah sebesar 34817.97 atau memiliki arah positif, yang menandakan bahwa semakin tinggi ROE maka harga saham akan semakin meningkat. ROE memiliki koefisien tertinggi, yang berarti ROE
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham dibandingkan variabel-variabel lainnya pada penelitian ini. Hipotesis Kedua (H2): Return on assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Variabel ROA menunjukkan nilai z-stat sebesar -2.80 dengan probabilitas 0.005. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh negatif signifikan, sehingga pada penelitian ini H2 ditolak. Nilai koefisien ROA adalah sebesar -81346.4 atau memiliki arah negatif, yang menandakan bahwa semakin tinggi ROA maka harga saham akan semakin menurun. Hipotesis Ketiga (H3): Earnings per share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Variabel EPS menunjukkan nilai z-stat sebesar 3.52 dengan probabilitas 0.000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel EPS berpengaruh positif signifikan, sehingga pada penelitian ini H3 diterima. Nilai koefisien EPS adalah sebesar 11.20986 atau memiliki arah positif, yang menandakan bahwa semakin tinggi EPS maka harga saham akan semakin meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
Hipotesis Keempat (H4): Kualitas laba berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. ML menunjukkan nilai z-stat sebesar 0.14 dengan probabilitas 0.889. Nilai probabilitas ini lebih besar dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ML berpengaruh positif tidak signifikan, sehingga pada penelitian ini H4 ditolak. Nilai koefisien ML adalah sebesar 671.5342 atau memiliki arah positif, yang menandakan bahwa semakin tinggi kualitas laba maka harga saham akan semakin meningkat. Hipotesis Kelima (H5): LTDR berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Long-term debt ratio (LTDR) menunjukkan nilai z-stat sebesar -2.23 dengan probabilitas 0.026. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel LTDR berpengaruh negatif signifikan, sehingga pada penelitian ini H5 diterima. Nilai koefisien LTDR adalah sebesar -24196.95 atau memiliki arah negatif, yang menandakan bahwa semakin tinggi proporsi utang jangka panjang dibandingkan dengan total ekuitas maka harga saham akan semakin menurun. Hipotesis Keenam (H6): Likuiditas saham berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Trading turnover (TT) menunjukkan nilai z-stat sebesar -1.62 dengan probabilitas 0.105. Nilai probabilitas ini lebih besar dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TT berpengaruh negatif tidak signifikan, sehingga pada penelitian ini H6 ditolak. Nilai koefisien TT adalah sebesar -4087.306 atau memiliki arah negatif, yang menandakan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas saham maka harga saham akan semakin menurun. Hipotesis Ketujuh (H7): Beta berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan non keuangan di indeks LQ45 periode 2010-2014. Beta menunjukkan nilai
z-stat
sebesar
0.98
dengan
probabilitas 0.328. Nilai probabilitas ini lebih besar dari alpha 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beta berpengaruh positif tidak signifikan, sehingga pada penelitian ini H7 ditolak. Nilai koefisien beta adalah sebesar 3200.144 atau memiliki arah positif, yang menandakan bahwa semakin tinggi beta maka harga saham akan semakin tinggi.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian variabel return on equity (ROE) terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel ROE berpengaruh secara positif signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis pertama (H1) diterima. Hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
ini dibuktikan dengan nilai z sebesar 4.73 dan (P>|z|) lebih kecil dari α: 0.05 serta nilai koefisien ROE sebesar 34817.97 yang menunjukkan arah positif. Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian Putri (2010) dimana hasil penelitiannya menyatakan terdapat pengaruh positif signifikan ROE terhadap return saham, namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Djazuli (2006) yang menyatakan ROE berpengaruh negatif signifikan dan penelitian Kabajeh et al. (2012) dan Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan ROE tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil temuan penelitian ini yang menyatakan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham dapat dijelaskan secara teoritis, seperti pendapat Ross et al. (2013:64) yang menyatakan bahwa ROE merupakan pengukur dari nasib pemegang saham pada suatu periode, dan karena memaksimalkan kemakmuran pemegang saham merupakan tujuan utama perusahaan, maka dalam pengertian akuntansi ROE merupakan inti dari pengukuran kinerja. Hasil temuan juga sejalan dengan pendapat Reilly dan Brown (2012:288) yang menyatakan bahwa ROE sangat penting, karena mengindikasikan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemegang saham setelah pembayaran kewajiban terhadap pihak-pihak berkepentingan lainnya diselesaikan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diterimanya H1 disebabkan ROE merupakan indikator kesuksesan atau kegagalan dari suatu perusahaan dalam rangka memaksimumkan pengembalian ekuitas kepada pemegang saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Perhitungan ROE yang sederhana juga sangat mudah dipahami oleh para praktisi, sehingga ketika terjadi kenaikan ROE, pasar dapat dengan segera mengidentifikasinya sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, yang mana hal tersebut akan segera meningkatkan permintaan saham perusahaan yang bersangkutan dan menaikkan harga sahamnya.
5.2.2. Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian variabel return on assets (ROA) terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel ROA berpengaruh secara negatif signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis kedua (H2) ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai z sebesar -2.80 dan (P>|z|) lebih kecil dari α: 0.05 serta nilai koefisien ROA sebesar -81346.4 yang menunjukkan arah negatif. Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian Menaje (2012) yang menyatakan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham, namun berbeda dengan hasil penelitian Kabajeh et al. (2012) yang menyatakan ROA berpengaruh positif terhadap harga saham serta penelitian Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan ROA tidak berpengaruh signifikan. Return on assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimilikinya (Ross et al., 2013:67). Secara teoritis semakin besar nilai ROA berarti semakin efisien perusahaan dalam mengelola
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
aset yang dimiliki, sehingga seharusnya peningkatan ROA memberikan sinyal kepada pelaku pasar bahwa perusahaan memiliki kinerja dalam menghasilkan laba yang baik, yang selanjutnya akan meningkatkan minat pasar dan menaikkan harga saham perusahaan. Ditolaknya H2 dapat dijelaskan dengan persamaan ROA yang merupakan rasio yang diperoleh dari pembagian antara laba bersih dengan total aset. Investor memperhitungkan aset yang besar sebagai kesanggupan perusahaan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang lama untuk mewujudkan proyek serta aktivitas yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut pertumbuhan aset menjadi jauh lebih penting dibandingkan pertumbuhan laba. Implikasi dari hal tersebut adalah perusahaan dengan ROA yang semakin kecil dimaknai oleh investor sebagai tingginya pertumbuhan aset yang menandakan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi dan akan memiliki pertumbuhan yang baik di masa depan, sehingga meningkatkan ketertarikan investor untuk berinvestasi pada sahamnya, yang pada akhirnya meningkatkan harga saham perusahaan yang bersangkutan.
5.2.3. Pengaruh Earnings per Share (EPS) terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian variabel earnings per share (EPS) terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel EPS berpengaruh secara positif signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis ketiga (H3) diterima. Hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
dibuktikan dengan nilai z sebesar 3.52 dan (P>|z|) lebih kecil dari α: 0.05 serta nilai koefisien EPS sebesar 11.20986 yang menunjukkan arah positif. Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian Djazuli (2006), Sia dan Tjun (2011) dan Menaje (2012) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, namun berbeda dengan hasil penelitian Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyatakan EPS tidak memiliki pengaruh signifikan. Secara teoritis pengaruh positif EPS terhadap harga saham dapat dijelaskan oleh pernyataan Reilly dan Brown (2012:388) yang menyatakan bahwa investor mengasumsikan bahwa rasio price-earnings (PER) akan cenderung konstan sepanjang waktu, sehingga apabila hal ini benar maka harga saham akan bergerak lurus searah dengan earnings-nya. Berdasarkan pendapat di atas, diterimanya H3 disebabkan investor memperhitungkan pertumbuhan EPS sebagai suatu indikator pertumbuhan harga saham. Setiap perusahaan memiliki nilai PER yang cenderung tetap dan besarnya bergantung dari bagaimana pelaku pasar memandang prospek perusahaan berdasarkan kinerjanya ataupun berdasarkan sektor industri di mana perusahaan tersebut berada. Beberapa sektor industri memiliki PER yang lebih tinggi dibanding PER industri lainnya, seperti misalnya perusahaan-perusahaan di sektor konsumsi yang lebih kebal terhadap perlambatan ekonomi memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan PER pada perusahaan-perusahaan di sektor komoditas yang cenderung rentan terhadap isu-isu makro. Seperti yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
dijelaskan sebelumnya, nilai PER cenderung tetap, sehingga kenaikkan EPS akan menyebabkan harga saham meningkat.
5.2.4. Pengaruh Kualitas Laba terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian manajemen laba (ML) sebagai proksi dari kualitas laba terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel ML berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis keempat (H4) ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai z sebesar 0.14 dan (P>|z|) lebih besar dari α: 0.05 serta nilai koefisien manajemen laba sebesar 671.5342 yang menunjukkan arah positif, yang artinya kualitas laba berpengaruh negatif. Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian Darwis (2012) yang menyatakan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun berbeda dengan hasil penelitian Nuryaman (2013) dan Siallagan (2009) yang masing-masing menyatakan manajemen laba berpengaruh negatif erhadap return saham dan nilai perusahaan, yang artinya kualitas laba berpengaruh positif. Menurut Bernard dan Stober dalam Siallagan (2009) earnings dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila earnings yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Hodge dalam Gamayuni (2012) mendefinisikan kualitas laba sebagai perbedaan antara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dengan laba yang sesungguhnya. Ini artinya semakin besar akrual, kualitas laba semakin rendah, sehingga user tidak dapat membuat keputusan terbaik terkait kinerja perusahaan menghasilkan laba. Penelitian ini menghasilkan temuan yang menyatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak signifikannya variabel manajemen laba dalam penelitian ini dapat disebabkan karena penelitian menggunakan perusahaan dari berbagai macam sektor industri, yang mana tiap sektor pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam hal penerimaan kas dari kegiatan penjualannya. Selanjutnya koefisien yang menunjukkan arah positif dapat disebabkan karena para praktisi pasar modal di Indonesia sudah memperhitungkan arus kas dari aktivitas operasional sebagai suatu indikator bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba yang berkualitas.
5.2.5. Pengaruh Struktur Modal terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian long-term debt ratio (LTDR) sebagai proksi dari struktur modal terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel LTDR berpengaruh secara negatif signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis kelima (H5) diterima. Hal ini dibuktikan dengan nilai z sebesar -2.23 dan (P>|z|) lebih kecil dari α: 0.05 serta nilai koefisien LTDR sebesar -24196.95 yang menunjukkan arah negatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
Hasil temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian Bahreini et al. (2013) yang menunjukkan leverage keuangan berpengaruh negatif terhadap harga saham, namun berbeda dengan Penelitian Buigut et al. (2013) yang menunjukkan penggunaan utang dan gearing ratio berpengaruh positif terhadap harga saham, serta
penelitian Chowdhury dan Chowdhury (2010) yang
menunjukkan long term debt to total assets tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara teoritis temuan penelitian ini yang menyatakan long-term debt ratio (LTDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham dapat dijelaskan oleh the static theory of capital structure yang menyatakan struktur modal yang optimal didasarkan pada keseimbangan antara keuntungan pajak dan biaya kesulitan keuangan yang ditimbulkan dari penggunaan utang (Ross et al., 2013:539). Menurut teori ini keuntungan pajak dari penggunaan utang memiliki suatu batas, sehingga ketika utang perusahaan terus ditambah melewati batas tersebut maka nilai perusahaan akan terus turun dan weighted average cost of capital (WACC) akan terus naik. Berdasarkan static theory, diterimanya H5 disebabkan investor memperhitungkan naiknya penggunaan utang sebagai peningkatan risiko kesulitan keuangan. Hal ini relevan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang memiliki tingkat suku bunga tinggi serta nilai tukar yang fluktuatif dan inferior di banding nilai mata uang yang menjadi special drawing right. Tingginya tingkat suku bunga di Indonesia bertujuan untuk menahan agar dana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
asing tidak keluar, menyebabkan biaya utang menjadi tinggi, sehingga risiko default perusahaan yang struktur modalnya dibiayai utang sangat tinggi. Beberapa perusahaan yang berusaha memperoleh dana murah dari pinjaman luar negeri pun menghadapi risiko kesulitan keuangan yang sama besarnya, karena pengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, yang merupakan mata uang yang sering digunakan untuk transaksi internasional. Implikasi dari hal tersebut adalah investor lebih memperhitungkan biaya kesulitan yang akan dihadapi perusahaan dengan utang yang tinggi, dibandingkan keuntungan pajak yang akan diterima, sehingga saham perusahaan yang struktur modalnya dibiayai dengan utang jangka panjang akan cenderung kurang menarik di mata investor, yang selanjutnya akan berakibat pada penurunan harga sahamnya.
5.2.6. Pengaruh Likuiditas Saham terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian trading turnover (TT) sebagai proksi dari likuiditas saham terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel TT berpengaruh secara negatif tidak signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis keenam (H6) ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai z sebesar -1.62 dan (P>|z|) lebih besar dari α: 0.05 serta nilai koefisien TT sebesar -4087.36 yang menunjukkan arah negatif. Hasil temuan penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara likuiditas saham dan harga saham. Penelitian Pathirawasam (2011) menunjukkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
perubahan trading volume di masa lalu berpengaruh negatif terhadap return saham, penelitian Luo et al. (2012) menunjukkan hubungan dua arah yang signifikan antara trading volume dengan harga saham serta penelitian Deden (2011) yang menunjukkan hubungan positif signifikan. Menurut Reilly dan Brown (2012:45) suatu aset dikatakan likuid apabila dapat dengan cepat dikonversi menjadi kas pada harga yang mendekati nilai pasar wajarnya. Investor akan mempertimbangkan hal tersebut terkait risiko likuiditas. Semakin sulit saham tersebut dikonversi menjadi kas, semakin besar risiko likuiditas. Likuiditas saham juga dapat mempengaruhi harga saham dengan adanya investor yang melakukan analisis teknikal. Para technician memandang prospek suatu saham tidak hanya dari pergerakan harganya, tetapi juga dari perubahan volume perdagangan. Berdasarkan teori tersebut ditolaknya H6 disebabkan pengujian dalam penelitian ini dilakukan pada periode tahunan yang mana kondisi fundamental perusahaan lebih mempengaruhi keputusan jual atau beli suatu saham dibandingkan volume perdagangannya. Hal ini diperkuat oleh nilai koefisien trading turnover yang menunjukkan arah negatif, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi perdagangan suatu saham, maka akan semakin tidak menarik bagi investor karena meningkatnya risiko fluktuasi harga saham. Pengaruh negatif ini konsisten dengan penelitian Pathirawasam (2011) yang menunjukkan tingkat trading volume di masa lalu berpengaruh negatif terhadap return saham, sedangkan penelitiannya yang menguji perubahan trading volume
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
kontemporer terhadap harga saham menunjukkan trading volume berpengaruh positif terhadap return saham.
5.2.7. Pengaruh Beta terhadap Harga Saham Dari hasil pengujian beta terhadap harga saham dapat diketahui bahwa variabel beta berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis ketujuh (H7) ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai z sebesar 0.98 dan (P>|z|) lebih besar dari α: 0.05 serta nilai koefisien beta sebesar 3200.144 yang menunjukkan arah positif. Hasil temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian Suharli (2005) yang menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara beta dan harga saham, namun berbeda dengan penelitian Theriou et al. (2010) dan Nurjanah dan Rosita (2008) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan beta terhadap harga saham. Risiko sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi sejumlah besar aset. Pengukuran dari risiko sistematis disebut beta (Reilly dan Brown, 2012:20). Beta mengukur sensitivitas return saham terhadap return pasar. Semakin besar fluktuasi return saham terhadap return pasar maka semakin besar pula nilai beta suatu saham. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil fluktuasi return saham terhadap return pasar maka semakin kecil pula nilai beta suatu saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
Tidak signifikannya beta terhadap harga saham dapat disebabkan para pelaku pasar lebih memperhatikan risiko yang berasal dari fundamental perusahaan, dibandingkan dengan risiko yang berasal dari perhitungan statistik pergerakan harga saham. Selanjutnya koefisien yang menunjukkan arah positif dapat dijelaskan oleh hasil penelitian Theriou et al. (2010) yang menunjukkan hubungan positif antara beta dan return saham pada saat up market dan hubungan negatif antara beta dan return saham saat down market. Berdasarkan temuan tersebut koefisien beta yang dalam penelitian ini memiliki nilai positif dapat disebabkan oleh trend naik returns indeks LQ45 yang merupakan returns pasar pada periode 2010-2014, sehingga beta yang pada dasarnya merupakan tingkat sensitivitas dari returns saham terhadap returns pasar, dapat berpengaruh positif terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/