BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk menjawab permasalahan yaitu bagaimana penerapan aspek fungsional manajemen dan seberapa jauh pertunjukan tayub memberi kontribusi sosial ekonomi bagi masyarakat penyelenggara, maka dalam bab ini akan memaparkan aspek fungsional manajemen yang terjadi dalam penyelenggaran pertunjukan tayub. Sebagaimana dipaparkan dalam bab pertama, ada empat aspek fungsional yaitu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Secara sistematis berikut ini ulasannya. A. Manajemen Produksi Manajemen
produksi
berkaitan
dengan
perencanaan
hingga
operasional suatu kegiatan. Perencanaan pertunjukan tayub diawali dengan oleh inisiator yaitu tuan rumah yang ingin mengadakan hajatan. Pada umumnya tayub diselenggarakan sebagai bagian dari acara perkawinan, memperingati ulang tahun atau daur hidup manusia, dan juga memperingati kegiatan kemasyarakatan, seperti bersih desa. Inisiator akan menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan pertunjukan tayub dan memberikan order (panjer). Panjer digunakan untuk mengikat janji antara yang punya “gawe” dengan pengisi acara dalam hal ini adalah ledhek. Terkadang 1 tahun lebih pun sudah dipanjer, bahkan sampai belum ada tanggalnya pun semisal tahun 2016, Mbak Giyanti sudah dikontrak oleh orang yang pnya hajatan (syukuran, mantu, sunatan, ulang tahun),namun yang terbanyak adalah acara mantenan. Kalau sudah dipanjer ya harus berangkat, wong tidak dipanjer saja kita berangkat”1 1
Wawancara dengan Dwi Purwanto pada Senin 12 Mei 2014 di Pulokulon, Grobogan.
40
Manajer ledhek, Dwi Purwanto mengatakan bahwa bila sudah dapat panjer, mereka harus konsekuen. Bila ada tawaran lain yang akan memberikan panjer yang lebih besar dan lebih menjanjikan, mereka tidak menerima. Baginya panjer itu seperti harga mati, tidak bisa ditarik. Bila mereka menerima panjer dari orang lain dan membatalkan tawaran yang pertama, pasti host akan kecewa dan pasti cerita tentang penolakan joged akan menjadi penilaian yang buruk dan tidak akan mendapatkan order. “Halangan seperti hujan, banjir, dan petir tidak menghalangi untuk hadir berperan dalam pertunjukan tayub,”, kata Dwi Purwanto. “Kita harus disiplin, dan itu yang akan menjadi kebanggaan orang, akan berkesan baik agar saatnya nanti kita akan dipanggil untuk pentas”, lanjutnya. Secara satu persatu, pihak ledhek, pengurus kelompok karawitan, pengelola tata panggung termasuk tata lampu dan tata suara, dan juga pengelola video shooting akan dihubungi oleh tuan rumah. Biasanya dilakukan via telpon atau menemui ke rumah mereka. “Dalam masalah pemesanan yang diutamakan bukan masalah panjer, sebaiknya 6 bulan sebelum acara bisa langsung menghubungi saya untuk saya cek waktunya. Ya bisa via telpon atau ketemu langsung ke rumah seperti ini. Setelah itu kita mempersiapkan hal-hal yang perlu dipersiapkan misalnya beskap, seragam, warna baju, dan jumlah ledhek”.2
Persiapan yang dilakukan elemen-elemen pertunjukan di atas dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa ada latihan bersama. Dwi Purwanto
2
Wawancara dengan Dwi Purwanto pada Senin 12 Mei 2014 di Pulokulon, Grobogan.
41
yang beristrikan ledhek yang sekaligus sebagai manajer bagi istrinya akan menanyakan kepada pihak pengundang hal-hal yang mereka inginkan sehingga dia mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan seperti seragam ledhek.
B. Manajemen Pemasaran Pemasaran berorientasi kepada semua pihak yang terlibat, yaitu para penyelenggara, mitra penyelenggaran, pelaku kesenian dan juga penonton (Achsan Permas, 2002). Untuk orientasi tersebut maka ditentukan rancangan pemasaran,
sasaran
pemasaran,
dan
promosi.
Dalam
rancangan
pemasaran, pihak-pihak yang berkepentingan melakukan pemasaran dengan caranya. Dalam kesenian, orientasi bisa diarahkan kepada karya seni (art for art) atau diarahkan kepada pasar (art for mart). Dalam penyelenggaraan pertunjukan tayub, pelaku kesenian seperti ledhek tidak melakukan promosi secara nyata. Promosi yang mereka lakukan bukanlah membuatkan dan menyebarkan pamflet, atau promosi melalui radio, atau menyatakan keunggulan dirinya dalam media cetakan atau non cetakan lainnya. Promosi yang mereka lakukan yaitu tampil sebagai jodeg dengan sebaik-baiknya. Artinya, sebagai joged mereka memenuhi janji untuk tampil dalam suatu acara, berdandan yang menarik, menyanyi dan menari dengan baik, dan juga berperilaku yang baik pula. Hal ini berkaitan dengan kesan yang akan ditimbulkan dari pelayanan yang mereka lakukan. Para penonton dan pihak lain seperti host akan memberikan penilaian terhadapa kinerja
42
mereka. Bila mereka melakukan fungsinya dengan baik, maka secara tidak langsung akan mengarahkan pada kesan yang baik. Penilaian ini merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran mereka. Merupakan suatu kegiatan terencana untuk mendatangkan penonton atau order. Dalam hal ini pemasaran bisa diartikan sebagai proses tukar menukar. Pemasaran berorientasi kepada semua pihak, baik itu penonton, pelaku seni, dan masyarakat pada umumnya. Ada enam langkah dalam pemasaran (1) menentukan sasaran pemasaran, (2) menentukan posisi, (3) melakukan audit pemasaran, (4) mengembangkan rencana pemasaran, (5) mengembangkan kampaye promosi. Hal-hal yang diperhatikan dalam sasaran pemasaran adalah jumlah pengunjung, jumlah pendapatan, frekuensi pertunjukan, dan kapan pertunjukan itu tercapai. Secara positioning dalam pemasaran itu merupakan usaha menempatkan keunikan yang unggul dari organisasi. Posisi yang unik, unggul itu menunjukkan perbedaan diantara atau dibanding pesainnya. Biasanya positioning terungkap dalam motto atau slogan. Bukan hanya joged yang melakukan pemasaran seperti ini, pihak karawitan juga demikian. Bila mereka telah menerima panjer, berapapun panjernya, mereka akan konsekuen. Mereka tidak tergiur dengan tawaran yang uang panjernya lebih tinggi. Begitu juga dari pihak sound system, mereka telah memiliki jadwal untuk mempersiapkan tata suara dan panggung pada waktu-waktu mendatang. Mereka tidak melakukan promosi secara nyata namun order untuk pelayanan mereka selalu mereka terima.
43
Dari contoh ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berkepentingan kurang melakukan kampanye promosi dengan persuasif namun pasif. Hal yang paling menonjol dalam perspektif pemasaran untuk pertunjukan tayub adalah penerimaan order. Dapat dinyatakan dilakukan perencanaan pemasaran yang baik bila selama satu bulan, para pelaku kesenian ini mendapatkan order setiap hari. Hal ini telah dilakukan oleh joged kondang, Giantini, yaitu selama satu bulan penuh (Agustus 2014) setiap hari dia menjadi joged.
Gambar 5.1. Buku Panjer oleh Dwi Purwanto
Untuk mendapatkan order, Giantini biasanya dihubungi via telpon atau ada utusan yang datang ke rumah. Mengingat suaminya, Dwi Purwanto
mengatur
kegiatan
44
pentas,
maka
melalui
suaminyalah
diputuskan menerima dan tidaknya tawaran tersebut. Sebagai manajer, Dwi mencatat dalam bukunya tanggal-tanggal pementasan. Untuk mendapatkan order, pelaku kesenian bisa dihubungi langsung, seperti dihubungi melalui telpon atau datang ke rumah atau ke sekretariat, namun tidak sering pula mereka dihubungi oleh broker, atau pihak penghubung. Ada yang melalui salah satu dari unsur pelaku yang dihubungi seperti joged, pengarih tamu, pembawa acara, pengelola sound system, pihak karawitan dan pengguyub. Dari dari salah satu dari mereka, pihak lain akan mendapat order. Artinya bila order datang dari salah satu joged, kemudian joged itu menghubungi pihak pengelola tata suara, pihak karawitan, pihak pembawa acara dan lainnya. Umumnya pihak yang mendapatkan order akan melihat jadwal yang telah ada. Bila mereka tidak ada pementasan pada tanggal tersebut, maka pembahasan berikutnya adalah nilai uang dari pelayanan yang akan mereka lakukan. Setelah mendapatkan kepastian nilai uangnya, maka dilakukan panjer atau uang muka. Dengan diterimanya uang muka tersebut maka pihak tersebut telah berjanji untuk memberikan pelayanan pada waktu yang telah ditentukan. C.
Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia dilakukan untuk menjamin kemampuan orang-orang yang ada di dalam organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal yang dilakukan adalah merinci pekerjaan yang harus dilakukan. Untuk membantu pekerjaan semua pihak dalam
45
menjalankan tugasnya, maka yang perlu dilakukan
adalah merinci
pekerjaan-pekerjaan tersebut, mengelompokkan pekerjaan tersebut, dan membagi tugas kepada anggota sesuai minat, bakat dan kemampuan mereka. Selain itu membuat mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan atau unit kerja yang dibentuk. Ketiga hal tersebut akan menjadi tidak efektif bila tidak dibuat mekanisme untuk mengkoordinasi unit kerja yang dibentuk. Dalam pertunjukan tayub, dapat dirinci pihak-pihak yang berperan, yaitu joged, pengarih tamu, pembawa acara, host, pihak karawitan, pengatur tata suara, pengatur tata lampu, pengatur panggung, dan pengibing. Joged atau ledhek bertugas menari sambil bernyanyi. Menarinya dengan
pola
gerak
dan
lantai
seperti
tarian
Gambyong
(Widyastutieningrum, 2007). Berbusana dan berdandan yang menarik yaitu mengenakan kebaya berlengan pendek, jarik batik yang diwiron, mengenakan selendang di pinggang, dan rambut disanggul. Pada umumnya
joged
berusia
dari
15
tahun
sampai
45
tahun
(Widyastutieningrum, 2007). Dalam kisaran umur tersebut, digolongkan joged senior (ledhek mbok-mbokan) dan joged yunior (ledhek wurukan). Kedua golongan joged ini tetap berperan untuk menyanyi dan menari sambil berdiri, namun tingkat ketrampilan yang berbeda. Ledhek mbokmbokan lebih menguasai lagu (gending) daripada ledhek wurukan. “Mbak Giantini, mbak Sri dan ledhek mbok-mbokan yang lain itu memiliki cengkok yang pas dengan gending yang dimainkan,” kata Pardi seorang pengibing
46
aktif. “Ledhek wurukan harus belajar nyanyi yang pas dengan ledhek mbokmbokan,” katanya lebih lanjut. Dalam pentas, umumnya ada ledhek mbokmbokan dan ledhek wurukan. Bila yang dilibatkan tiga orang joged, maka yang senior hanya satu orang joged, dan dua lainnya adalah yunior. Dengan demikian joged senior melakukan regenerasi dengan melibatkan joged yunior. Joged yang yunior pun mengasah ketrampilan menyanyinya dengan memperhatikan joged senior juga berlatih secara mandiri yaitu berlatih di rumah menggunakan media karaoke. Dalam pementasan, biasanya joged yang yunior akan menyanyikan lagu yang populer, khususnya lagu yang sedang tren dan lagunya tidak sulit dinyanyikan. Joged yang senior akan menyanyikan lagu yang lebih sulit. Di atas panggung, yang mengatur jalannya pertunjukan adalah Pengarih Tamu. Pengarih tamu bertugas untuk mengatur tamu yang ingin menari (mengibing). Umumnya pengarih tamu ada dua orang. Orang pertama pengarih tamu adalah mengatur tamu yang ingin menari dengan memberikan tanda urutan. Urutan pertama selalu diberikan kepada host. Setelah pihak host dan keluarga dan mitra dekatnya menari, barulah tamu umum yang diperkenankan menari. Orang ini berada di tengah-tengah penonton dan sejak awal telah memperhatikan siapa saja yang hadir. Pengarih tamu yang kedua bertugas di atas panggung dan bertugas menerima tanda urutan dan memberikan selengdang kepada pengibing. Pengibing kadang-kadang ada yang berperilaku kurang menyenangkan dan pengarih tamu melindungi para joged dari para pengibing yang iseng.
47
Gambar 5.2. Tempat Saweran dalam Bonang yang Dibalik Pengarih tamu yang di atas panggung juga bertugas mengumpulkan uang saweran dari pengibing yang diletakkan di tengah-tengah lipatan selendang. Pengarih tamu kemudian mengambil uang saweran dan diletakkan di dalam wadah bonang (walikan bonang). Kedua pengarih tamu adalah laki-laki dan berbusana khas seperti beskap dengan celana panjang disertai kain batik, dan berhiaskan blangkon. Wajah pun beriaskan bedak dan kosmetik lainnya. Kadang-kadang pula, pengarih tamu berdandan seperti tokoh petruk bagong dalam wayang orang. Bahkan pula ada yang berdandan seperti buto atau tokoh gagah dalam legenda orang Jawa. Pembawa acara membawakan acara dalam bahasa Jawa krama. Sebagai pembawa acara, dia mengatur jalannya acara baik secara
48
seremonial dan sampai hiburan. Seremonial adalah mengundang para joged naik ke atas panggung dan di atas panggung para joged menari tari gambyong sebagai penghormatan kepada host dan tamu undangan. Seremonial dilanjutkan dengan pengarih tamu yang menari tari Sliring dengan maksud yang sama, yaitu menghormati host dan tamu. Setelah seremonial selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan hiburan yaitu mempersilakan hadirin untuk menari bersama joged. Dalam menjalankan tugasnya, pembawa acara tidak perlu berdandan seperti pengarih tamu, yaitu cukup berpakaian rapi. Pun bisa mengenakan jas modern adalah suatu penghormatan kepada host. Pihak penyelenggara atau host bertugas untuk menyelenggarakan acara. Tugasnya yaitu menghubungi pihak-pihak yang berkepentingan dan mengatur kehadiran mereka. Host juga yang membayar fee atas jasa yang diberikan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam sebuah hajatan keluarga seperti pernikahan dan ritual daur hidup lainnya (ulang tahun, aqiqah dan khitanan), maka hostnya adalah rumah tangga seseorang. Setiap
penyelenggara
menyelenggarakan
acara
sesuai
dengan
kemampuan yang mereka miliki. Umumnya seberapa besar tingkat penyelenggaraan dilihat dari jumlah ledhek yang menari di atas panggung. Penyelenggaraan yang paling kecil adalah joged sejumlah tiga orang saja. Pun penyelenggaraan yang besar yang selama ini terjadi adalah sejumlah 20 orang joged. Dalam pelaksanaan pertunjukan, host mendapatkan tempat utama yaitu di tempatkan di panggung pada saat serimonial. Pihak
49
pembawa acara akan mengucapkan berulang-ulang tentang acara yang terselenggara atas nama keluarga yang mengundangnya. Pihak
karawitan
dalam
penyelenggaraan
pertunjukan
tayub
bertugas sebagai pengiring nyanyian bagi joged dan memberikan suasana musikal bagi yang mendengarnya. Pihak karawitan ini biasanya memiliki anggota tetap dan terdiri dari minimal 12 orang sampai 30 orang. Untuk memainkan seperangkat gamelan dibutuhkan 16 orang. Untuk memainkan alat musik kendhang dibutuhkan ketrampilan khusus dan untuk itu dari seluruh anggota karawitan ada yang telah ditunjuk untuk bermain kendang dengan lihai. Untuk instrumen lainnya biasanya anggota bisa bertukar tempat. Selain memainkan instrumen gamelan, ada yang bertugas sebagai wiyogo atau penyanyi laki-laki. Penyanyi laki-laki ini menyanyikan lagu yang bersahutan dengan penari (joged). Dalam beberapa kegiatan, ada kelompok karawitan yang berbusana seragam yaitu beskap lengkap, namun ada pula kelompok karawitan yang berbusana seperti busana harian. Pihak pengatur tata suara, pengatur tata lampu, dan pengatur panggung biasanya diorganisir dalam satu perusahaan, atau dikenal dalam sistem paket. Umumnya yang dicermati adalah ukuran panggung. Setelah mengetahui ukuran dari panggung, maka akan ditentukan jumlah dan spesifikasi dari tata suara dan tata lampu. Perusahaan ini pula yang menyediakan meja dan kursi untuk tamu atau hadirin. Pihak perusahaan telah
menyiapkan
perlengkapan
50
pada
malam
hari
sebelum
penyelenggaraan
pada
hari
esoknya.
Mereka
akan
membongkar
perlengkapan pada hari kedua setelah penyelenggaraan. Dengan demikian tim dari perusahaan ini minimal ada dua malam di lokasi. Bila sedang banyak order, pihak operator bahkan tidak pulang ke rumahnya karena setiap hari harus memberikan pelayanan. Pengibing adalah para hadirin yang ingin menari bersama joged. Tugasnya tidak lain adalah menari sesuai dengan irama lagu dan berhadapan dengan para joged. Umumnya penari dari tamu adalah lakilaki. Walaupun tidak ada larangan bagi perempuan untuk menari bersama joged, namun dalam kenyataan jarang ditemui para hadirin perempuan yang menari bersama joged. Selain menari, para pengibing memberikan sejumlah uang minimal Rp. 10.000,00 yang diselipkan di tengah-tengah lipatan selendang. Selendang akan diterima saat naik panggung dan selendan
diberikan
kembali
kepada
Pengarih
Tamu
saat
akan
meninggalkan panggung. “Kalau latihan bersama jarang dilakukan, karena mereka sangat-sangat profesional. Jadi apa yang diminta, misalnya menyanyikan lagu tertentu, langsung mereka langsung bisa. Selain itu telinga mereka itu tajam. Begitu mendengar nadanya, mereka langsung mencari iringan gamelannya dan sama sekali itu tidak sulit”3
3
Wawancara dengan Endah Fitriana pada 13 Mei 2014 di Kabupaten Grobogan.
51
Keempat pihak di atas berperan sesuai tugasnya tanpa ada komando atau koordinasi sebelumnya. Semua pihak berdiri sendiri-sendiri tanpa dibentuk dalam satu organisasi. Pihak joged tidak melakukan latihan atau evaluasi atau berkoordinasi dengan pihak karawitan. Begitu juga pihak karawitan tidak berkoordinasi dengan pihak lainnya. Untuk itu mekanisme koordinasi terjadi di atas panggung. Pengarih tamu dan pembawa acara pun demikian. D.
Manajemen Keuangan Dalam manajemen keuangan berarti mengelola keuangan sesuai dengan
proses
manajemen
(planning,
organizing,
actuating
dan
controlling). Langkah awal adalah merancang keuangan atau anggaran. Dalam anggaran kita dapat merancang kapan uang diterima, kapan uang keluar,berapa sisa usaha, kapan investasi dan kapan berhutang, dan sebagaimana. Kita dapat melihat perkembangan organisasi dengan melihat potret keuangan. Ada neraca yang menggambarkan posisi keuangan organisasi pada saat tertentu. Seluruh catatan pemasukan dan pengeluaran uang disebut arus kas. Supaya terjadi kesehatan keuangan, maka perlu dilakukan pengendalian keuangan supaya tidak terjadi penyimpangan. Halhal keuangan merupakan sesuatu yang rahasia atau sensitif sehingga perlu dilakukan pendekatan yang baik supaya pihak yang ditanya mau dengan tulus menjawab pertanyaan saat penelitian berlangsung.
52
Dalam
perspekti
manajemen,
financial
management
berarti
mengelola keuangan sesuai dengan proses manajemen yaitu terjadinya planning, organizing, actuating dan controlling (Achsan Permas, 2003). Dalam pelaksanaannya, langkah awal yang dilakukan adalah menyusun perencanaan keuangan. Dalam perencanaan keuangan, akan disusun kapan uang diterima, kapan uang dibelanjakan, berapa sisa usaha, kapan melakukan investasi, dan kapan berhutang. Dari hal tersebut maka akan ada neraca yang menggambarkan posisi keuangan organisasi. Dalam pertunjukan tayub, pihak-pihak yang berkepentingan bukan bergabung dalam sebuah organisasi yang rapi. Dalam paparan sebelumnya justru menyatakan bahwa pihak-pihak tersebut berdiri sendiri-sendiri tanpa berada dalam satu manajemen yang sama. Hanya pihak karawitan yang merupakan satu buah organisasi dengan anggota yang tetap. Joged melakukan tugasnya bukan karena ditunjuk oleh pimpinan organisasi namun ditunjuk karena diminta oleh host. Begitu juga bagi pengarih tamu, pembawa acara, pengelola tata suara dan penunjangnya. Dengan demikian, maka tidak akan muncul neraca keuangan selayaknya sebuah organisasi yang rapi. Hal yang dapat diamati adalah pengelolaan keuangan setiap pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam hitungan secara kasar, biaya penyelenggaraan bisa berkisar dari 15 juta hingga 50 juta. Kisaran ini diperhitungkan dengan menghitung jumlah penari. Dilakukan perhitungan asumsi, yaitu pembiayaan dengan 3 penari dan dengan 12 penari. Dengan tiga penari diasumsikan sebagai
53
kegiatan dengan skala keci. Dengan dua belas penari diasumsikan sebagai kegiatan dengan skala besar. “Memodali hajatan itu bisa gunakan arisan. Jadi bapakbapak itu kumpul untuk mengumpulkan uang. Misalnya besok ada yang punya kerja, nah bapak-bapak ini kumpul dan uang yang terkumpul itu diberikan kepada yang punya hajatan. Jadi bukan seperti diundi atau dikocok.”4 Arisan adalah sistem pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu dengan melakukan iuran sejumlah nilai uang tertentu setiap bulan. Sejumlah nilai total bisa dipinjamkan kepada yang membutuhkan atau dilakukan undian. “Pembiayaan penari, gamelan, panggung, sound system, dan segala atribut tayub ditanggung oleh tuan rumah. Jaman dahulu panggung dibuat sendiri karena belum ada persewaan seperti sekarang ini. Biasanya dibayar dengan memakai uang muka biasanya 10% dari tarif penyewaaannya dan memakai uang tunai. Setelah acara selesai pelunasannya adalah saat itu juga. Kalau sebulan bisa pentas 20 hari tanpa henti jadi terkadang tidak pulang”.5 Pembiayaan seluruh operasional acara ditanggung oleh tuan rumah atau penyelenggarannya. Semua pembiayaan seperti yang tercantum dalam bab sebelumnya menunjukkan seluruh pengeluaran di tanggung oleh tuan rumah. Dalam konteks seperti ini, pertunjukkan yang sepenuhnya dibiayai oleh pihak tertentu merupakan commercial support. 6 Dalam pemenuhan pembiayaan maka tuan rumah bisa melakukan banyak hal, seperti menjual harta miliknya seperti ternak. “Saya punya sapi yang kandangnya bersama dengan warga. Kandang yang buat dinas peternakan. Kandangnya besar, ada dua tempat untuk dua sapi saya. Ya kalau beranak ya saya jual karena butoh (kebutuhan), seperti untuk tayub besok”.7
4
Wawancara dengan Endah Fitriana pada 13 Mei 2014 di kota Purwodadi. Wawancara dengan Budi Pasminto pada 28 Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan. 6 Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2002), 216. 7 Wawanara dengan Parno pada 14Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan. 5
54
Bukan hanya ternak yang mereka jual tapi juga harta lainnya seperti perhiasan. Walaupun demikian, para tuan rumah telah mempersiapkan diri saatnya mereka akan membuat hajatan. “Sumber dana dari yang punya hajat itu sendiri, dan sebenarnya sudah dipersiapkan. Apabila ada kekurangan baru ditutup oleh sumbangan-sumbangan. Sumbangan dicatat bisa disebut sinoman, dan merupakan permintaan dari yang punya hajat. Dan itu diberikan pada malam sebelum hari H. Biasanya dari sanak keluarga juga memberikan sumbangan dan hal itu dicatat. Mengembalikan itu semua saat ada hajatan serupa. Rokok, gula merupakan hal paling sering yang disumbangkan. Minyak, beras, mie adalah sembangan yang diberikan pada saat hari H”.8
Gambar 5.3. Catatan Hantaran
8
Wawancara dengan Budi Pasminto pada 28 Mei 2014 di Desan Genengsuran, Kabupaten Grobogan
55
Setiap rumah tangga yang mengadakan hajatan, maka tetangga dan saudara secara otomatis datang ke rumah yang memiliki hajatan dan membawa sembako atau beragam kebutuhan hajatan. Pada umumnya mereka membawa beras, minyak goreng, mie kering, gula, juga rokok. Semua sumbangan yang disebut hantaran dicatat dalam sebuah buku tulis. Buku itu disimpan dan pada saata tetangga atau saudara itu mengadakan hajatan, maka dia akan mengembalikan senilai dengan hantaran yang didapatnya. . Pun saat mengantar hantaran ini, ada yang seringkali menambahkan, yang disebut sebagai tumpangan. Artinya, diletakkan sesuatu tambahan di atas (menumpang) beras.
.
56