BAB V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Karakteristik Responden Kuesioner yang disebarkan penelitian ini sebanyak 45 kuesioner dengan obyek
penelitiannya
adalah karyawan
tetap
PT
GETEKA
FOUNINDO,
karakteristik responden berdasarkan jabatan dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut :
Tabel 5.1. Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Jabatan
Daftar Karyawan GTK Jabatan No
Bagian
Sub Bagian Operator Office Core Making Moulding Making
1
Assembling
Produksi
Melting Finishing Process QC Maintenance
3
PPIC dan Ware House
PPC Ware House
2 2 2 1 1 2 1 3
Foreman/ staff
Spv
Asst/Ma nager
1
1
1 1 1 1 1
18
1 1
Design QC dan Lab
Engineering
Patern
5
GA dan Personalia
6 7 8
Purchasing
Personalia Security
Accounting
Purchasing Accounting
Sales dan Marketing
Sales
Total
5 1
Office
4
Total
2 1 1 2 4
24
7
1 1 1
8
1 1 1
1 1 2
1
1 2 4
8
10
3
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010 45
Dari tabel 5.1. diatas dapat dilihat pada jabatan operator berjumlah 24 orang, foreman / staff 8 orang dan supervisor 10 orang. Asisten atau manager 3 orang, jumlah karyawannya total 45 orang
Tabel 5.2. Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Pendidikan
Daftar Karyawan GTK No
Bagian
Sub Bagian Office Core Making Moulding Making
1
Assembling Melting Finishing
Produksi
Process QC 3
4
PPIC dan Ware House
Engineering
5
GA dan Personalia
6 7 8
Purchasing Accounting Sales dan Marketing
Maintenance PPC Ware House Office Design QC dan Lab Patern Personalia Security Purchasing Accounting Sales
Total
Direct Labour SMU 1 1 3 3 3 2 1 2 1 3
D3
S1/S2
Total
1
18
1 1
5
1 1 1 1 2 5
30
1 1 1 1
7
8
1 1 1
1 3
1 2 4
7
8
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
Dari GETEKA
tabel 5.2. dapat dilihat mayoritas karyawan yang bekerja di PT FOUNINDO
adalah
berlatar
belakang pendidikan
SMU
yang
berjumlah paling banyak yaitu 30 orang, berlatar belakang pendidikan D3 sebanyak 7 orang dan S1 atau S2 sebanyak 8 orang.
46
Tabel 5.3 Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Jenis Kelamin
Daftar Karyawan GTK No
1
Bagian
Sub Bagian Office Core Making Moulding Making Assembling Melting Finishing
Produksi
Process QC 3
PPIC dan Ware House
4
Engineering
5
GA dan Personalia
6 7 8
Purchasing Accounting Sales dan Marketing
Maintenance PPC Ware House Office Design QC dan Lab Patern Personalia Security Purchasing Accounting Sales
Total
Jenis Kelamin Lk Pr 2 1 3 3 3 2 1 3 2 3 1 2 2 2 2 5 1 1 3 42
Total
18
5
7 1
8
1 1
1 2 4
3
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
Dari tabel 5.3. dapat dilihat jumlah karyawan laki-laki yang dominan yaitu 42 orang, sedangkan yang perempuan hanya
3 orang karena perusahaan
merupakan perusahaan padat karya, yang karyawannya lebih banyak
ini
adalah
karyawan laki-laki.
47
Tabel 5.4. Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Usia
Daftar Karyawan GTK No
Bagian
Sub Bagian
Usia 20-30 th
Office Core Making Moulding Making
1
Assembling Melting Finishing
Produksi
1 2
Process QC 3
4
PPIC dan Ware House
Engineering
5
GA dan Personalia
6 7 8
Purchasing Accounting Sales dan Marketing
Maintenance PPC Ware House Office Design QC dan Lab Patern Personalia Security Purchasing Accounting Sales
Total
1
30-40 th
> 40 th
1 1 2 1 2 2 1 2 2
1
1
Total
18
5
3 1
1
2 2 1 2 5 1 1 2
9
30
1
7 1
8
1 1
1 2 4
6
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
Dari tabel 5.4. dapat dilihat usia karyawan usia 20 - 30 tahun berjumlah 9 orang, usia 30 - 40 tahun berjumlah 30 orang dan usia lebih besar dari 40 tahun berjumlah 9 orang.Jadi usia karyawan yang paling dominan adalah usia 30-40 tahun.
48
Tabel 5.5 Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Daftar Karyawan GTK No 1 2
Usia
Jenis Kelamin
Total
20-30 th
30-40 th
> 40 th
Perempuan Laki-laki
1 8
2 28
6
3 42
Total
9
30
6
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
Dari tabel 5.5. dapat dilihat usia karyawan vs jenis kelamin, usia 20-30 tahun perempuan 1 orang dan laki-laki 8 orang total 9 orang. Usia 30-40 tahun perempuan 2 orang dan laki–laki 28 orang total 30 orang. Usia besar dari 40 tahun laki–laki berjumlah 6 orang.
Tabel 5.6. Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Usia, Jabatan dan Jenis Kelamin
Daftar Karyawan GTK Jabatan dan Jenis Kelamin No
Usia
Operator LK
1
20-30 tahun
8
2
30-40 tahun
16
3
> 40 tahun
Total
Pr
Foreman/staff LK
Pr
Spv LK
Asst/Manager Pr
LK
Pr
1
24
9
5
7
2
1 8
Total
2
30 3
10
6 3
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
49
Dari tabel 5.6. dapat dilihat tabel silang antara usia vs jabatan vs kelamin, usia 20-30 tahun jabatan operator jenis kelamin laki- laki berjumlah 8 orang, jabatan foreman/staf jenis kelamin perempuan berjumlah 1 orang dan total usia 20-30 tahun 9 orang. Usia 30-40 tahun jabatan operator jenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang, jabatan foreman/staf jenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang, supervisor laki-laki 7 orang dan supervisor perempuan 2 orang total usia 30-40 tahun 30 orang. Usia lebih besar dari 40 tahun jabatan foreman/staf jenis kelamin laki-laki 2 orang, supervisor laki-laki 1 orang dan asisten/manager laki-laki berjumlah 3 orang, total usia diatas 40 tahun sebanyak 6 orang.
Tabel 5.7. Daftar Karyawan GTK Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Masa Kerja
Daftar Karyawan GTK Pendidikan dan Masa Kerja No
SMU
D3
S1/S2
Masa Kerja
Masa Kerja
Masa Kerja
Usia <5
5 - 10
1
20 - 25 tahun
2
25 - 30 tahun
6
3
30 - 35 tahun
1
4
> 10
2
<5
5 - 10
> 10
5 - 10
> 10
1
3 6
12
1
1
35 - 40 tahun
7
2
1
5
40 - 45 tahun
2
6
45 - 50 tahun
7
> 50 tahun Total
<5
Total
2 2
1
2
17
1
13
1
5 1 0
30
7
8
45
Sumber : PT GETEKA FOUNINDO, 2010
50
Dari tabel 5.7. dapat dilihat tabel silang antara usia vs pendidikan vs masa kerja.Usia 20 -25 tahun pendidikan SMU masa kerja kurang dari 5 tahun berjumlah 2 orang, D3 masa kerja kurang dari 5 tahun berjumlah 1 orang.Usia 25 – 30 tahun pendidikan SMU masa kerja 5-10 tahun berjumlah 6 orang. Usia 30-35 tahun pendidikan SMU masa kerja 5-10 tahun berjumlah 1 orang masa kerja lebih dari 10 tahun 12 orang, D3 masa kerja 5-10 tahun 1 orang, masa kerja lebih dari 10 tahun 1 orang, S1 atau S2 masa kerja lebih dari 10 tahun 2 orang.Usia 35-40 tahun pendidikan SMU masa kerja lebih dari 10 tahun 7 orang, D3 masa kerja 5-10 tahun 2 orang masa kerja lebih dari 10 tahun 1 orang, S1 atau S2 masa kerja 5-10 tahun 2 orang masa kerja lebih dari 10 tahun 1 orang. Usia 40-45 tahun pendidikan SMU masa kerja lebih dari 10 tahun 2 orang, S1 atau S2 masa kerja kurang dari 5 tahun 2 orang, masa kerja lebih dari 10 tahun 1 orang. Usia 45-50 tahun pendidikan D3 masa kerja lebih dari 10 tahun 1 orang.
5.2.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 5.2.1 Uji Validitas Instrumen Uji validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur benarbenar mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur data tersebut adalah valid. Valid berarti instrument, tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dari hasil analisa data yang dilakukan dapat dilihat sebagai berikut : Variabel Motivasi (X1).
51
Untuk menguji validitas internal
setiap item pernyataankuesioner yang
disusun dalam bentuk skala, sebuah item dinyatakan valid atau tidak para ahli menetapkan patokan besaran 0.25 atau 0,3 atau lebih besar Suatu data dikatakan valid bila mempunyai nilai korelasi
0,3 sebaliknya bila data mempunyai
korelasi < 0,3 maka data tersebut dikatakan tidak valid (Sugiyono, 2002). Nilai korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product moment, memakai program SPSS.17. Kriteria penafsiran validitas instrument setelah didapat hasil r –hitung besar dari r-
tabel.
Nilai r-tabel dapat dilihat dari derajat kebebasan
(dk) = n – 2, n adalah jumlah responden dan signifikasi (taraf kesalahan 5%). N=45 – 2 = 43 dilihat pada tabel pearson product moment pada taraf signifikasi 5% Analisis validitas dengan variabel yang diuji adalah variabel Motivasi (X1) variabel ini terdiri dari 5 (lima) pernyataan dan seluruh hasil uji Validitas atas 5 (lima) pertanyaan dalam kuesioner variabel (X1) diperoleh hasil dimana masingmasing r-hitung lebih besar dari r-tabel. Dengan demikian kelima peryataan dalam koesioner yang diuji dinyatakan valid dan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, hasil seperti dalam tabel 5.8. berikut :
52
Tabel 5.8. Uji Validitas Variabel Motivasi (X1 ) Nomor Kuesioner
r-Hitung
r-Tabel
Keterangan
1
0,586
0,3
Valid
2
0,677
0,3
Valid
3
0,370
0,3
Valid
4
0,604
0,3
Valid
5
0,670
0,3
Valid
Sumber : Hasil SPSS Validitas Variabel Motivasi (lampiran 4 )
Variabel Kemampuan Kerja (X2) Pada variabel kemampuan kerja (X2 ) terdapat 5 (lima) pernyataan dan seluruh hasil uji validitas atas 5 (lima) pernyataan dalam koesioner variabel kemampuan kerja (X2 ) diperoleh hasil dimana masing-masing r-hitung lebih besar dari r-tabel. Dengan demikian kelima pertanyaan dalam koesioner yang diuji dintatakan valid dan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam penelitiaan selanjutnya, seperti diuraikan dalam tabel 5.9. berikut :
53
Tabel 5.9. Uji Validitas Variabel Kemampuan Kerja (X2) Nomor Kuesioner
r-Hitung
r-Tabel
Keterangan
6
0,602
0,3
Valid
7
0,424
0,3
Valid
8
0,574
0,3
Valid
9
0,451
0,3
Valid
10
0,480
0,3
Valid
Sumber : Hasil SPSS Validitas Variabel Kemampuan Kerja (lampiran 5 )
Variabel Kinerja Karyawan (Y) Selanjutnya pada variabel Kinerja karyawan (Y) terdapat 5 (lima) pernyataan dan seluruh
hasil uji validitas
atas 5 (lima) pernyataan
dalam
kuesioner variabel kinerja karyawan (Y) diperoleh hasil dimana masing-masing r-hitung lebih besar dari r-tabel. Dengan demikian kelima pernyataan dalam kuesioner yang diuji dinyatakan
valid dan data yang digunakan dalam
penelitiaan ini dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, seperti diuraikan dalam tabel 5.10. berikut :
54
Tabel 5.10. Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y) Nomor Kuesioner
r-Hitung
r-Tabel
Keterangan
11
0,503
0,3
Valid
12
0,588
0,3
Valid
13
0,411
0,3
Valid
14
0,52
0,3
Valid
15
0,533
0,3
Valid
Sumber : Hasil SPSS Validitas Variabel Kinerja Karyawan (lampiran 6 )
5.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah keandalan suatu data. Instrumen yang reliable adalah instrummen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2002). Data tersebut tidak berubah bila diukur beberapa kali dengan waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrument yang reliable ,maka akan dihasilkan suatu penelitiaan yang dapat diandalkan. Suatu data mempunyai rentang korelasi antara 0 sampai dengan 1 atau 1. Nilai korelasi -1 berarti tidak ada hubungan sama sekali, sedangkan nilai 1 berarti data tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat. Data dikatakan reliable bila mempunyai nilai korelasi
0,6 sebaliknya bila data mempunyai
korelasi < 0,6 maka data tersebut dikatakan tidak reliable. Data yang tidak reliable
sebaiknya tidak digunakan
untuk
proses
penghitungan
statistik
selanjutnya.
55
Nilai reliabilitas
ini
dihitung
dengan
menggunakan
rumus
Alpha
Cronbach, melalui program SPSS 17. Nilai yang diperoleh melebihi dari 0,6 dengan demikiaan data ini reliable dan dapat digunakan untuk penghitungan statistik selanjutnya.
Variabel Motivasi (X1) Seluruh hasil uji reliabilitas atas 5 (lima) pertanyaan dalam koesioner variabel Motivasi (X1) diperoleh hasil nilai korelasi
0,6 yang dihitung
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, melalui program SPSS.17. Hasil analisis lengkap dapat dilihat seperti pada tabel 5.11.
Tabel 5.11. Uji Reliabilitas Variabel Motivasi (X1)
Scale
Corrected
Cronbach’s
Scale Mean if
Variance if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Item1
41.58
7.840
.474
.697
Item2
41.60
7.564
.577
.679
Item3
41.73
8.291
.226
.736
Item4
41.78
7.359
.465
.687
Item5
41.82
7.013
.536
.668
Scor Total
23.16
2.316
.995
.511
Sumber : Hasil SPSS Reliabilitas Variabel Motivasi (lampiran 7 )
Variabel Kemampuan Kerja (X2) Seluruh hasil uji realibilitas atas 5 (lima) pernyataan dalam koesioner variabel kemampuan kerja (X2) diperoleh hasil nilai korelasi
0,6 yang dihitung
56
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, melalui program SPSS 17. Hasil analisis lengkap dapat dilihat seperti pada tabel 5.12.
Tabel 5.12.. Reliabilitas Variabel Kemampuan Kerja (X2)
Cronbach’s Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Deleted
item6
41.22
6.222
.473
.614
item7
41.24
6.780
.254
.667
item8
41.24
6.325
.429
.625
item9
41.24
6.689
.253
.667
item10
41.16
6.680
.307
.655
Scor total
22.89
1.965
.994
.287
Sumber : Hasil SPSS Reliabilitas Variabel Kemampuan Kerja (lampiran 8 )
Variabel Kinerja Karyawan (Y) Selanjutnya seluruh hasil uji realibilitas atas 5 (lima) pernyataan dalam koesioner variabel kinerja karyawan (Y) diperoleh hasil nilai korelasi
0,6
yang dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, melalui program SPSS.17. Hasil analisis lengkap dapat dilihat seperti pada tabel 5.13.
57
Tabel 5.13. Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Karyawan Cronbach’s Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Deleted
item11
41.56
5.434
.363
.648
item12
41.80
5.073
.412
.630
item13
41.69
5.583
.241
.675
item14
41.67
5.318
.368
.645
item15
41.58
5.386
.374
.645
Scor total
23.16
1.589
.993
.308
Sumber : Hasil SPSS Reliabilitas Variabel Kinerja Karyawan (lampiran 9 )
5.3. Analisis Data 5.3.1. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan metodologi penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, maka sebelumnya data tersebut dianalisis,maka terlebih dulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Asumsi Klasik Normalitas, Uji asumsi Klasik Multikolinieritas, Uji Asumsi Klasik Autokorelasi dan Uji Asumsi klasik Heteroskedastisitas. 1) Uji Asumsi Klasik Normalitas Uji Asumsi Klasik Normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas (X1), (X2) dan (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Dalam uji asumsi klasik normalitas ini menggunakan cara
normal
probability
plot. Hasil
pengujian
58
normalitas untuk data yang digunakan pada penelitian ini tampak seperti gambar 5.1.
Gambar 5.1. Uji Asumsi Klasik Normalitas P-Plot
Sumber : Hasil SPSS Uji Asumsi Klasik Normal P-Plot (lampiran 10 )
Dasar pengambilan keputusan untuk menilai suatu data dikatakan normal atau tidak sebagai berikut : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas 59
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Berdasarkan grafik seperti gambar 5.1. terlihat pola distribusi yang rapat kegaris diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan adalah berdistribusi normal.
2) Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas Uji Asumsi Kalasik Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi, ada beberapa metode pengujian pada penelitiaan ini dengan melihat nilai tolerance dan nilai lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Toleransi mengukur variabilitas independen yang terpilih tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (VIF = 1 / tolerance). Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghazali, 2005 : 92). Hasil perhitungan tolerance dan VIF dapat dilihat seperti pada tabel 5. 14.
60
Tabel 5.14. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Multikolinearitas
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant) 10.966
Beta
1.339
Collinearity Statistics t
Sig.
8.187
.000
Tolerance
VIF
motivasi
.357
.052
.619
6.872
.000
.839
1.192
kemampuan
.231
.055
.378
4.193
.000
.839
1.192
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil SPSS Pengujiaan Asumsi Klasik Multikolinieritas (lampiran 11)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF nya adalah 1.192 berarti kurang dari 10, sehingga tidak terdapat gejala multikolinearitas pada data yang digunakan dalam penelitiaan ini. Dengan demikian data yang ada dapat digunakan pada pengujiaan statistik selanjutnya.
3) Uji Asumsi Klasik Autokorelasi Uji Asumsi Klasik Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau belum. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin Watson. Hasil uji Durbin Watson dapat dilihat pada tabel 5.15
61
Tabel 5.15. Hasil Uji Durbin Watson Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
.845a
.714
.700
.411
1.814
a. Predictors: (Constant), kemampuan, motivasi b. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil SPSS Pengujiaan Asumsi Klasik Autokorelasi (lampiran 12 )
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai uji Durbin Watson adalah sebesar 1.814. Dengan menggunakan tabel Durbin Watson diketahui nilai dL untuk k = 2 dan N = 45 adalah sebesar 1.391 dan nilai dU adalah sebesar 1.600, dengan menggunakan nilai dL dan dU dapat dibuat pembagian daerah Durbin Watson seperti gambar 5.2.
Gambar 5.2 Pembagian Daerah Durbin Watson
Menolak
Menerima
Daerah keraguraguan
autokorelasi positif
dL 1.391
tidak ada autokorelasi
dU 1.600
Daerah keraguraguan
4 - dU 2.428
Menerima Autokorelasi negatif
4 – dL 2.738
Sumber : Hasil SPSS \Pengujiaan Asumsi Klasik Autokorelasi (Lampiran 12)
Dengan terlihat bahwa
berpedoman
pada pembagian
nilai 1. 814 berada
daerah Durbin Watson
di daerah menerima
H0 atau tidak
diatas ada
autokorelasi. Maka model regresi adalah linier. 62
4) Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik Heteroskedastitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan di antaranya Uji Spearman’s rho, Uji Glejser, Uji Park dan melihat pola grafik regresi. Pada penelitiaan ini menggunakan Uji
Spearman’s
rho
yaitu
mengkorelasikan nilai
residual
(Unstandardized residual ) dengan masing-masing variabel independen. Hasil uji Spearman’s rho menggunakan SPSS 17 dapat dilihat pada tabel 5.16.
Tabel 5.16. Hasil Uji Sperman’s rho
Unstandardized
Spearman's rho Unstandardi zed
kemampua
Residual
motivasi
n
1.000
-.023
.143
.
.879
.347
45
45
45
Correlation Coefficient
-.023
1.000
.290
Sig. (2-tailed)
.879
.
.053
45
45
45
Correlation Coefficient
.143
.290
1.000
Sig. (2-tailed)
.347
.053
.
45
45
45
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Residual N Motivasi
N Kemampuan
N
Sumber : Hasil SPSS Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas (lampiran 13)
Dari output Correlations diatas, dapat diketahui korelasi antara motivasi dengan unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikasi 0,879 dan
63
korelasi antara kemampuan kerja dengan unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikasi 0,347. Karena nilai signifikasi korelasi lebih dari 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.
5.3.2. Uji Regesi Berganda Dalam menganalisis hubungan antara Motivasi (X1) dan Kemampuan kerja (X2)
dengan
Kinerja
Karyawan
PT GETEKA
FOUNINDO, maka
digunakan analisis regresi berganda (multiple regresision ) . Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel Motivasi (X1), Kemampuan Kerja (X2) dengan Kinerja Karyawan (Y). Hasil perhitungan analisis regresi berganda dengan bantuan computer melalui program SPSS 17 seperti tabel 5.17.
Tabel 5.17. Uji Regresi Berganda
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
10.966
1.339
motivasi
.357
.052
kemampuan
.231
.055
(Constant)
Coefficients Beta
t
Sig.
8.187
.000
.619
6.872
.000
.378
4.193
.000
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil SPSS Regresi berganda (lampiran 14)
64
Analisis Korelasi Ganda Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, …..Xn) terhadap variabel independen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel
indevenden
(X1, X2,….Xn)
secara serentak terhadap
variabel dependen (Y). Nilai r berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan
yang terjadi semakin
kuat, sebaliknya nilai
semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Hasil perhitungan korelasi ganda menggunakan SPSS seperti pada tabel 5. 18.
Tabel 5.18 Analisis Korelasi Ganda
Model 1
Adjusted R
Std. Error of the
R
R Square
Square
Estimate
.845a
.714
.700
.411
a. Predictors: (Constant), kemampuan, motivasi
Sumber : Hasil SPSS Regresi Berganda (lampiran 14 )
Dari tabel 5.18. Diketahui nilai koefisien korelasi r sebesar 0,845. Nilai ini mencerminkan bahwa hubungan antara motivasi dan kemampuan kerja dengan kinerja karyawan secara kualitatif mempunyai hubungan yang kuat. Hasil koefisien korelasi r yang positif 0,845 menunjukkan orientasi hubungan positif, dimana apabila motivasi dan kinerja karyawan ditingkatkan, maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan. Apabila menggunakan korelasi sederhana
akan
diketahui nilai korelasi dari
masing-masing variabel yang
65
digunakan dalam penelitiaan ini. Nilai
korelasi dari masing-masing
menujukkan hubungan antar variabel baik variabel
bebas
variabel
maupun variabel
terikat.Hasil lengkap dari perhitungan korelasi sederhana menggunakan program SPSS 17 dapat dilihat pada tabel 5.19.
Tabel 5.19. Analisis Korelasi Ketiga Variabel
kinerja
Pearson Correlation
kinerja
Motivasi
1
.771
Sig. (2-tailed)
motivasi
kemampuan
kemampuan
**
.626
**
.000
.000
N
45
45
45
Pearson Correlation
.771**
1
.401**
Sig. (2-tailed)
.000
N
45
.006 45
**
45 **
Pearson Correlation
.626
.401
Sig. (2-tailed)
.000
.006
N
45
45
1
45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil SPSS Corelasi Pearson (lampiran 15 )
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut : a. Terdapat hubungan yang cukup erat dan sinifikan antara variabel motivasi dengan kinerja karyawan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.771
66
b. Terdapat hubungan yang cukup erat dan signifikan antara variabel kemampuan kerja dengan kinerja karyawan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.626 c. Terdapat hubungan yang erat dan signifikan dengan nilai korelasi 0.401 Untuk variabel motivasi dan kemampuan kerja secara bersama-sama dengan kinerja karyawan
5.3.3. Uji Koefisien Determinan (R²) Dalam tabel 5.18. Diuraikan bahwa koefisien determinasi (R
Squar
)
yang diperoleh pada perhitungan data penelitian ini adalah sebesar 0,714. Hal ini mencerminkan bahwa variabel bebas motivasi dan kemampuan kerja mampu menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikat atau kinerja karyawan. Kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas motivasi dan kemampuan kerja terhadap
perubahan
variabel terikat (kinerja karyawan ) adalah
71,4 %
sedangkan sisanya 28,6 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitiaan ini.
5.3.4. Uji ANOVA atau Uji F Uji anova atau uji F adalah untuk mengetahui nilai signifikasi variabel X secara keseluruhan terhadap variabel Y. Bila nilai sig lebih kecil dari nilai alpha atau nilai kesalahan 0,05 maka hasilnya adalah signifikan. Hasil analisis dapat dilihat seperti pada tabel 5.20
67
Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Uji Anova atau Uji Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
17.706
2
8.853
52.413
.000
Residual
7.094
42
.169
Total
24.800
44
a
a. Predictors: (Constant), kemampuan, motivasi b. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil SPSS Regresi Berganda (lampiran 14 )
Dari
hasil
diatas
terlihat
bahwa nilai
total N-1 yaitu 44
dengan
menggunakan tingkat signifikasi 0.05 (5%) , df 1 (jumlah variabel -1) atau 3-1=2, dan df 2 (n-k-1) atau 45-2-1 = 42 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen), signifikasinya adalah 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha 0,05 dan nilai F hitung adalah 52.413 F tabel 3.220 . F hitung lebih besar dari F tabel, maka hasilnya adalah tolak H0, dengan demikian hasilnya adalah signifikan. Dengan demikian variabel bebas yang digunakan dalam penelitiaan ini secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat
5.3.5. Uji t atau Uji Parsial Uji t atau seringkali disebut sebagai uji parsial merupakan hasil SPSS yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Cara melakukan uji t membandingkan nilai statistik
t
adalah dengan
dengan titik kritis menurut tabel. Apabila
nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t-tabel, maka hipotesis yang diterima adalah hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa 68
suatu variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat seperti diuraikan pada tabel 5.21.
Tabel 5.21. Hasil Perhitungan Uji t Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
10.966
1.339
motivasi
.357
.052
kemampuan
.231
.055
(Constant)
Coefficients Beta
t
Sig.
8.187
.000
.619
6.872
.000
.378
4.193
.000
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil SPSS Regresi Berganda (lampiran 14 )
Selanjutnya berdasarkan tabel diatas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y
= 10.966 + 0.357 X1 + 0.231 X2
Std Error
= 1.339 + 0.052 motivasi + 0.055 kemampuan
t-hitung
= 6.872 untuk motivasi dan 4.193 untuk kemampuan
Sig hitung
= 0.000
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : -
Koefisien regresi variabel motivasi (X1) sebesar 0.357 artinya jika motivasi meningkat 1%
maka kinerja karyawan (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 0.357 dan kemampuan kerja (X2) sebesar 0.231. Dari nilai koefisien regresi tersebut, terlihat bahwa motivasi (X1) mempunyai kontribusi yang positif, demikian pula untuk variabel kemampuan kerja
69
(X2 )
juga mempunyai kontribusi
yang
positif.
Tanda positif
pada
koefisien regresi untuk variabel motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2 ) menunjukkan adanya hubungan yang searah dan positif dengan variabel kinerja karyawan (Y) Untuk mengetahui apakah koefisien regresi variabel bebas hasil perhitungan diatas memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka digunakan nilai uji t. Untuk melakukan pengujian terhadap nilai uji t digunakan perbandingan t-tabel dengan t hitung. Nilai t-tabel
= 0.05 adalah 1.682 sedangkan
t-hitung untuk motivasi sebesar 6.872 dan untuk kemampuan sebesar 4.193 (tabel 5.21.). Berarti nilai t hitung lebih besar dari t tabel tolak H0 dan Ha yang diterima, koefisien regresi memiliki pengaruh nyata atau signifikan
terhadap
kinerja, dapat dilihat pada gambar 5.3
Gambar 5.3. Kurva
Tolak Ho
Terima Ho
Tolak Ho
2 - 2.682 t tabel
-1
1 0
2
2.682 4.193 6.872 8.187 t tabel t hit t hit t hit
Sumber : Hasil SPSS Regresi Berganda (Lampiran 16)
70
Gambar kurva di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung berada di daerah tolak H0 artinya koefisien regresi memiliki pengaruh nyata atau signifikan terhadap kinerja. Dengan demikian secara parsial atau individu variabel
motivasi
dan
kemampuan kerja memiliki pengaruh yang nyata atau signifikan terhadap kinerja karyawan. Untuk melihat korelasi dimensi motivasi dengan dimensi kinerja dapat dibuat matrik seperti tabel 5.22.
Tabel 5.22. Korelasi Dimensi Motivasi (X1) dengan Dimensi Kinerja (Y) Motivasi
Kuantitas
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N Kualitas
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N Kinerja_total
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N
Semangat
Kesungguhan
kejujuran
Total
.217
.437**
-.051
.209
.151
.003
.739
.168
45
45
45
45
.240
.074
.100
.218
.113
.629
.513
.149
45
45
45
45
.370*
.519**
.117
.425**
.012
.000
.445
.004
45
45
45
45
Sumber: Ouput SPSS, diolah (lampiran 17) Keterangan: Korelasi signifikan yang ada bintangnya. Bintang * taraf signifikan 0,05, bintang ** 0,01
Dari tabel 5.22. dapat dilihat kesungguhan berpengaruh signifikan terhadap kuantitas yaitu 0.437** (tanda bintang dua
korelasi signifikan pada 0.01).
Selanjutnya semangat berpengaruh signifikan terhadap kinerja total 0.370 * (tanda 71
bintang satu berarti signifikan pada 0.05). Kesungguhan berpengaruh signifikan terhadap kinerja total 0.519 ** (tanda bintang dua berarti signifikasi pada 0.01) dan motivasi total berpengaruh terhadap kinerja total 0.425 ** (tanda bintang dua berarti signifikan pada 0.01 atau 1 %). Selanjutnya untuk melihat korelasi dimensi kemampuan dengan dimensi kinerja dapat dibuat matrik seperti tabel 5.23
Tabel 5.23. Korelasi Dimensi Kemampuan (X2) dengan Dimensi Kinerja (Y)
Kuantitas
Teknologi &
Kemampuan
Pengetahuan
Keterampilan
Total
Pearson Correlation
.098
.134
.153
Sig. (2-tailed)
.522
.380
.317
45
45
45
Pearson Correlation
.185
.340*
.375*
Sig. (2-tailed)
.223
.022
.011
45
45
45
Pearson Correlation
.120
.285
.298*
Sig. (2-tailed)
.432
.058
.047
45
45
45
Pearson Correlation
.195
.356*
.391**
Sig. (2-tailed)
.199
.016
.008
45
45
45
N
Kualitas
N
Kepatuhan_total
N
Kinerja_total
N
Sumber: Ouput SPSS, diolah (lampiran 20) Keterangan: Korelasi signifikan yang ada bintangnya. Bintang * taraf signifikan 0,05, bintang ** 0,01
72
Dari tabel 5.3. dapat dilihat teknologi dan keterampilan berpengaruh signifikan terhadap kualitas yaitu 0.340 * (tanda bintang satu berarti signifikan pada 0.05). Kemampuan total berpengaruh signifikan terhadap kualitas 0.375* dan 0.298* terhadap kepatuhan total. Teknologi dan keterampilan berpengaruh signifikan terhadap kinerja total 0.356 * dan kemampuan total berpengaruh terhadap kinerja total 0.391** (tanda bintang dua berarti berpengaruh signifikan pada 0.01 atau 1% ).
5.4. Hasil Pembahasan Hasil dari pengujian hipotesis maka terdapat 3 (tiga) hipotesis alternatif yang diajukan secara signifikan dapat diterima, baik pengaruh motivasi maupun kemampuan
kerja terhadap
kinerja karyawan. Dimana dengan penerimaan
hipotesis tersebut berarti bahwa kedudukan kedua variabel bebas yaitu motivasi dan kemampuan kerja terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan dapat dipercaya. Dimana jika organisasi atau perusahaan apabila karyawan mempunyai motivasi yang tinggi dan mempunyai kemampuan kerja yang baik akan mempengaruhi kinerja karyawan yang baik, maka pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Motivasi intrinsik kesungguhan akan mempengaruhi kuantitas
dan semangat juga mempengaruhi kinerja, sedangkan
kemampuan teknologi dan keterampilan akan mempengaruhi kualitas kinerja. Dari hasil penelitian menunjukkan dimana pengaruh motivasi dan kemampuan kerja memberikan kontribusi dalam kinerja karyawan secara baik, maka akan mendatangkan manfaat bagi karyawan dan perusahaan secara baik pula. Artinya semakin besar nilai variiabel motivasi dan kemampuan kerja
73
maka akan semakin baik pula kinerja karyawan dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Untuk lebih jelasnya pengaruh kedua variabel bebas yaitu motivasi dan kemampuan kerja terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan dapat diuraikan sebagai berikut :
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Terdapat pengaruh positif
motivasi terhadap kinerja karyawan yang
ditunjukkan oleh t-hitung 6.872 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.682 berarti hipotesis satu diterima motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan telah terbukti. Analisis motinasi kerja karyawan dapat dilakukan melalui dua sisi yaitu dari sisi karyawan
itu sendiri (internal) maupun dari luar diri karyawan (ekternal).
Secara internal motivasi adalah sebagai dorongan yang timbul daridalam diri individu berdasarkan berprilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Untuk itu pimpinan hendaknya berusaha agar karyawan mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Disinilah pentingnya pentingnya peran
motivasi untuk mendorong semangat karyawan
dalam
menyelesaikan pekerjaannya, motivasi adalah penggerak dan kinerja bisa dicapai dengan tindakan. Kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain motivasi dan kemampuan kerja, dengan demikian kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada motivasi, kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan. Hal ini
74
sesuai dengan pendapat Robbin (2005 : 55) motivasi diartikan sebagai keinginan untuk melakukan atau mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi,yang dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi suatu kebutuhan individu
Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Terdapat pengaruh positif kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan yang ditunjukkan oleh t-hitung sebesar 4.193 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.682. Hal ini menunjukkan hipotesis ke dua diterima, kemampuan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.Ini diperkuat dengan korelasi kemampuan dengan kinerja yaitu kemampuan akan teknologi dan keterampilan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja, kemampuan akan mempengaruhi kualitas kinerja dan kepatuhan, kemampuan total akan mempengaruhi kinerja total Hasil analisis menyatakan bahwa kemampuan kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, sesuai dengan yang dinyatakan oleh Gibson
(1990) bahwa kemampuan menunjukkan potensi orang untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan
berhubungan erat dengan
kemampuan fisik dan mental yang dimiliki orang untuk melakukan pekerjaan. Apabila kemampuan karyawan rendah akan menggunakan waktu dan usaha yang lebih besar dari pada karyawan berkemampuan tinggi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Setiap jenis pekerjaan menuntut pengetahuan keterampilan dengan baik. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang karyawan akan menentukan kecakapan untuk suatu pekerjaan.
75
Kemampuan
kerja
akan
mempengaruhi
kinerja
maka
peningkatan
kemampuan kerja harus dilakukan salah satu cara untuk menigkatkan kemampuan kerja karyawan adalah dengan mengadakan pelatihan kerja yaitu serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman atau perubahan sikap individu. Dengan demikian akan menigkatkan kemampuan kerja karyawan dan kinerja karyawan akan baik atau meningkat.
Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Secara Bersama-sama Terhadap Kinerja Karyawan. Terdapat pengaruh motivasi dan kemampuan kerja secara bersama- sama terhadap kinerja karyawan variabel tersebut yang
dengan ditunjukkan pada hubungan analisa kedua
dinyatakan dalam persamaan regresi berganda sebagai
berikut : Y = 10.966 + 0.357 X1 + 0.231X2 Pada persamaan ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi untuk motivasi (X1) sebesar 0.350 dan koefisien regresi untuk kemampuan kerja (X2) sebesar 0.231. Hal ini menunjukkan hipotesis yang ketiga diterima atau terbukti yaitu motivasi dan kemampuan kerja secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signufikan terhadap kinerja karyawan. Dari nilai koefisien regresi tersebut, terlihat bahwa variabel motivasi (X1 ) mempunyai kontribusi yang positif, artinya bahwa variabel motivasi mempengaruhi variabel kinerja karyawan. Bilamana motivasi karyawan meningkat maka kinerja karyawan semakin meningkat, dan sebaliknya jika motivasi karyawan mengalami penurunan, maka kinerja karyawan akan semakin menurun.
76
Tanda positif
pada koefisien regresi berganda kedua variabel tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan variabel kinerja karyawan (Y). Artinya bahwa setiap adanya perubahan satu unit variabel motivasi dan kemampuan kerja dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kinerja karyawan yang merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hal ini diperkuat oleh analisis korelasi berganda pasangan motivasi dan kemampuan kerja dengan kinerja karyawan secara bersama-sama menghasilkan korelasi r yang positif sebesar 0.845 artinya apabila motivasi dan kemampuan secara bersama-sama ditingkatkan, maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan. Sebaliknya apabila motivasi dan kemampuan kerja secara bersamasama mengalami penurunan maka kinerja karyawan juga akan mengalami penurunan. Selanjutnya dengan didapatkannya koefisien determinasi sebesar 0.714 berarti bahwa sebesar 71,4 % perubahan variabel kinerja karyawan dipengaruhi oleh variabel motivasi (X1) dan kemampuan kerja (X2) secara bersama-sama. Sedangkan sisanya 28,6%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitiaan ini.
77