BAB V. Dewa-dewi lain yang sering dipuja Sekalipun tidak memiliki arca ataupun meja pemujaan di klenteng Po An Thian, namun dewa-dewa berikut ini erat kaitannya dalam pemujaan Taois dan Buddhis pada umumnya dan pemujaan di klenteng Po An Thian pada khususnya.
1. Sam Koan Tay Te (San Guan Da Di) 三官大帝 Sam Koan Tay Te disebut juga Sam Kay Kong (San Jie Gong), adalah dewata penguasa alam, yang terdiri dari : a. Thian Koan (Tian Guan 天官) atau Penguasa Udara / Langit. Menguasai peredaran matahari, bulan, bumi dan planet lainnya serta udara yang dikandungnya. Turun ke dunia pada tanggal 15 bulan 1 Imlek, sehingga disebut Siang Goan (Shang Yuan). Gelarnya adalah Ci Wie Tay Te (Zi Wei Da Di ). b. Tee Koan (Di Guan 地 官 ) atau Penguasa Darat / Bumi. Menguasai terciptanya planet-planet, manusia, binatang dan tumbuhan. Turun ke dunia pada tanggal 15 bulan 7 Imlek, sehingga disebut Tiong Goan (Zhong Yuan). Gelarnya adalah Jing Hi Tay Te (Qing Xu Da Di ). c. Cui Koan (Shui Guan 水官) Penguasa Air. Menguasai semua yang berhubungan dengan air dan peredarannya. Turun ke dunia pada tanggal 15 bulan 10 Imlek, sehingga disebut Hee Goan (Xia Yuan). Gelarnya adalah Tong Hi Tay Te (Dong Xu Da Di 洞虛大帝). Pemujaan kepada Sam Koan Tay Te bertujuan untuk mendapatkan Berkah, Pengampunan Dosa dan Perlindungan dari Bencana.
紫微大帝
凊虛大帝
2. Su Tay Thian Ong (Si Da Tian Wang) 四大天王 Su Tay Thian Ong atau Empat Raja Langit, disebut juga Su Tay Kim Kong (Si Da Jin Gang), merupakan dewata Buddhis. Dalam bahasa Sansekerta disebut Catumaharajika atau Empat Maha Raja, yaitu : a. Dhrtarastra, Dewa bagian Timur. Disebut juga Pengawal Putih Penjaga Negara, Raja dari para Gandharba dan Pisaca. | http:// poanthian.blogspot.com
124
Dalam versi Tiongkok disebut Dong Fang Chi Guo Tian Wang ( 東方持國天王 ) atau Raja Langit Penyangga Negara, dijabat oleh Mo Le Siu (Mo Li Shou). Digambarkan sebagai raja yang membawa seekor ular atau cambuk sakti, serta sebuah kantong. b. Virudhaka, Dewa bagian Selatan. Disebut juga Pengawal Biru Pengawas Pertumbuhan, Raja dari para Kumbhanda. Di versi Tiongkok disebut Nan Fang Zeng Chang Tian Wang ( 南方增長天王 ) atau Raja Langit Penguasa Pertumbuhan, dijabat oleh Mo Le Jing (Mo Li Qing). Digambarkan sebagai raja yang berwajah bengis dan brewokan, membawa sebuah gelang dan pedang lima unsur. c. Virupaksa, Dewa bagian Barat. Disebut juga Pengawal Merah Bermata Jauh, Raja dari para Ular dan Naga. Dalam versi Tiongkok disebut Xi Fang Guang Mu Tian Wang (西方廣目天王) atau Raja Langit Pelihat Jauh, dijabat oleh Mo Le Hong (Mo Li Hong). Digambarkan sebagai raja yang membawa Payung Pusaka yang disebut Payung Pengacau Jagat. d. Vaisramana atau Dhanada, Dewa bagian Utara. Disebut juga Pengawal Kuning Banyak Mendengarkan, Raja dari para Raksasa dan Yakha. Dalam versi Tiongkok disebut Bei Fang Duo Wen Tian Wang (北方多聞天王) atau Raja Langit Yang Mashur, dijabat oleh Mo Le Hay (Mo Li Hai). Digambarkan sebagai raja yang membawa sebuah alat musik sejenis mandolin dengan empat dawai. Gambar Su Tay Tian Ong sering kali ditampilkan dalam susunan dewata Buddhisme yang lengkap, berdiri disekeliling Te Cong Ong Po Sat, dan berada di sebelah bawah Bun Cu Po Sat dan Po Hian Po Sat.
3. Su Tay Goan Swee (Si Da Yuan Shuai) 四大元帥 Sebenarnya dewata ini tidak ada hubungannya dengan klenteng Po An Thian. Namun sengaja ditambahkan dengan maksud memperjelas perbedaannya dengan dewata Su Tay Tian Ong, dan sekaligus menambah wawasan kita. | http:// poanthian.blogspot.com
125
Su Tay Goan Swee adalah empat Jendral Penjaga Pintu Kahyangan, yang masing-masing menguasai bagian Timur, Selatan, Barat dan Utara. Tidak begitu jelas mengenai asal usul dewata ini, namun sempat disinggung sedikit pada novel Hong Sin, mereka adalah Wang Mo, Yang Sen, Kao Yu Chien dan Li Hsin Pa, yang diangkat menjadi Su Tay Goan Swee. Namun versi lain mengatakan bahwa Su Tay Goan Swee adalah Lie Ceng (Li Jing – ayah Li Ne Zha), Bun Tiong (Wen Zhong atau Wen Tai Shi – jendral dari kerajaan Zhou Wang), Tio Kong Beng (Zhao Gong Ming – terkenal juga sebagai dewa kekayaan), dan seorang dari keluarga Ma yang tidak jelas namanya.
4. Oey Te (Huang Di) 黃帝 Oey Te atau Huang Di dikenal sebagai seorang kaisar yang pertama kali memperkenalkan sistem tata pemerintahan dan sistem peribadatan. Jaman Oey Te terkenal sebagai jaman yang gemilang, sebab di jaman itu mulai dipekenalkan adanya pembangunan rumah, pembuatan perabot, perahu, kereta, busur, panah, dan kompas penunjuk arah. Sistem penanggalan Imlek yang sekarang dipakai, adalah hasil dari perhitungan tahun menurut peredaran bulan yang diketemukan oleh Oey Te. Isterinya yang bernama Lwee Cu (Lei Zu) adalah pencetus pertenunan sutera. Ia mengajarkan rakyatnya membuat pakaian.
5. Ciao Kun Kong (Zao Jun Gong) 灶君公 Ciao Kun Kong atau Ciao Kun Ya (Zao Jun Ye), sering disebut juga Ciao Ong Ya (Zao Wang Ye) atau Su Bing Ciao Kun (Si Ming Zao Jun) atau Dewa Dapur. Termasuk dewa yang paling populer di kalangan masyarakat Tionghoa. Walaupun berkedudukan di dapur, tapi Ciao Kun Kong termasuk dewa yang berkedudukan tinggi, sebab ia yang mencatat semua kebajikan dan kebaikan yang dilakukan oleh tiap-tiap penghuni rumah. Konon menurut cerita, Ciao Kun Kong adalah cucu dari Oey Te (Huang Di), yang sudah dipuja sejak jaman dinasti Zhou (770 – 221 SM). Namun ada juga cerita yang mengatakan bahwa ia adalah | http:// poanthian.blogspot.com
126
Thio Siang (Zhang Sheng). Ia adalah pemuda kaya yang karena pengaruh Li Hai Tang - perempuan jahat yang dijadikan isteri keduanya -, akhirnya jatuh pailit. Suatu hari pada saat dia mengemis, tanpa sengaja ia masuk ke dalam rumah bekas isterinya yang pertama, Guo Ding Xiang. Karena malu bertemu dengan bekas isterinya, Thio Siang bersembunyi dalam tungku di dapur Ding Xiang, sampai akhirnya mati terbakar tanpa sengaja. Mengetahui bahwa yang mati di dalam tungku adalah bekas suaminya, Ding Xiang menjadi begitu sedih hingga meninggal. Arwah kedua suami-isteri ini akhirnya diangkat sebagai Dewadewi Dapur oleh Giok Hong Tay Te. Arca Ciao Kun Kong umumnya ditampilkan dalam wujud seorang pemuda hartawan. Perayaan kepada Ciao Kun Kong ada dua kali, yaitu : - Tanggal 24 bulan 12 Imlek, disebut Ciao Kun Kong Naik Melapor, disebut sembahyang Sang Sien. - Tanggal 4 bulan 1 Imlek, disebut Ciao Kun Kong Turun, disebut sembahyang Cie Sien.
6. Toa Pek Kong (Da Bo Gong) 大伯公 Toa Pek Kong merupakan nama salah satu dewa yang cukup terkenal, terutama di daerah Penang, Malaysia dan Sumatera. Nama Toa Pek Kong sering disalah tafsirkan oleh masyarakat Tionghoa, sehingga menjadi sebutan umum bagi semua arca dewa yang dipuja. Setiap ada perayaan pawai kirab arca dewata, selalu disebutkan sebagai arak-arakan Toa Pek Kong, Dewa Dapur yang naik melapor disebut sebagai Toa Pek Kong Naik. Memang di daerah ‘asalnya’ (Tiongkok), Toa Pek Kong tidak dikenal, sebab ia termasuk dalam tokoh dewa daerah / tokoh setempat. Menurut cerita, Toa Pek Kong asalnya adalah seorang pelajar yang bernama Zhang Li, yang lari dari Fujian ke Malaysia pada masa pemerintahan kaisar Qian Long (1736-1790 M). Ia seorang yang jujur serta banyak menolong penduduk, sehingga ketenarannya sampai ke pulau Sumatera. Setelah kematiannya, ia dianggap sebagai dewa oleh masyarakat setempat dan disebut Toa | http:// poanthian.blogspot.com
127
Jin). Klenteng Toa Pek Pek Kong (mirip riwayat Tek Hay Cin Jin) Kong yang terkenal terdapat di Batam, Riau.
7. Pat Sian (Ba Xian) 八仙 Apabila diamati, sebenarnya Pat Sian sama populernya dengan Hok Lok Siu. Banyak ornamen ornamen-ornamen persembahyangan yang menggunakan gambar ataupun ukiran dari Pat Sian atau Delapan Dewa. Cerita Pat Sian sendiri sama populernya dengan cerita Sun Go Kong maupun upun riwayat Puteri Miao San. Pat Sian atau delapan dewa itu adalah : d. Lie Thi Koay (Li Tie Guai) Sering diesbut juga Tie Guai Li, atau Li si tongkat besi. Ia adalah penduduk asli Shan Zhou, yang hidup pada jaman dinasti Sui (581 – 618 M). dan bernama asli Li Hian (Li Xuan). Terdapat dua versi mengenai riwayatnya, yang pertama diceritakan bahwa ia adalah seorang yatim piatu yang sering disiksa oleh kakak tirinya. Suatu hari ia melarikan diri dengan membawa luka parah pada kakinya dan diketemukan oleh See Ong Bo (Xi Wang Mu). Sejak itu ia menjadi murid See Ong Bo hingga mencapai kedewaan. Versi lain mengatakan bahwa ia adalah murid dari Thay Siang Lo Kun. Suatu hari ia diundang ke gunung Hoa San oleh Thay Siang Lo Kun. Untuk memenuhi undangan itu, ia meningga meninggalkan badan kasarnya, dan ia menyuruh seorang muridnya untuk menjaga jasadnya agar tidak diganggu selama tujuh hari. Malangnya, sebelum hari ketujuh, sang murid dipanggil pulang karena ibunya sakit keras. Terpaksa ia membakar jasad Li Hian, karena dianggap gurunya tidak mungkin hidup lagi. Sewaktu Li Hian pulang dan mendapati bahwa jasadnya sudah tidak ada lagi, terpaksa ia memasuki badan seorang pengemis pincang yang baru saja mati. Dengan berbadan seorang pengemis yang memakai tongkat besi karena pincang dan berbekal buli-buli buli arak, ia berkelana dan menolong | http:// poanthian.blogspot.com
128
banyak orang. Ia terkenal sebagai dewa yang suka menyembuhkan orang. e. Ciong Lie Koan (Zhong Zhong Li Quan Quan) Ciong Lie Koan sering disebut juga dengan nama Han Ciong Lie (Han Zhong Li). Ia adalah seorang jendral dar kota In Tiong, gelarnya adalah Ceng Yang Cu (Zheng Yang Zi). Suatu ketika ia kalah berperang dengan tentara musuh, lalu ia melarikan diri ke gunung Zhong Nan Shan. Di gunung itu ia bertemu dengan Lie Thi Koay, yang kemudian menurunkan ilmu kedewaan kepadanya. Ia sering menolong penduduk miskin dengan merubah tembaga menjadi emas dan perak. Versi lain dari Ciong Lie Koan menceritakan bahwa ia adalah seorang pendeta Taois yang bernama Ciong Lie Cu (Zhong Li Zi). Suatu hari sewaktu ia sedang bersemedi ddalam gua, tiba-tiba sebuah kitab muncul dihadapannya. Setelah dibuka dan dipelajarinya, ternyata isinya adalah ilmu kedewaan. Setelah berhasil melatih ilmu tersebut, pada suatu hari muncullah seekor bangau dan kemudian menerbangkannya ke alam dewa. Ciong Lie ie Koan biasanya digambarkan sebagai seorang yang gemuk, berwajah ramah, berjenggot panjang, memakai baju yang selalu terbuka perutnya, dan membawa kipas bulu. f. Lu Tong Pin (Lu Lu Dong Bin Bin) Lu Tong Pin adalah seorang bupati yang hidup pada sekitar permulaan abad ad IX, pada jaman pemerintahan kaisar Yi Zong. Karena negara kacau akibat pemberontakan dan saran saran-sarannya tidak pernah diperhatikan, maka kemudian ia meletakkan jabatan dan pergi berkelana. Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan Ciong Li Koan, yang kemud kemudian mengajarinya ilmu pedang dan ilmu kedewaan di gunung Ciong Lam San. Setelah mencapai kedewaan, ia berkelana dan banyak menolong penduduk. Gelarnya ada bermacam bermacam-macam, yaitu : Hui To Jin (Hui Dao Ren), Tun Yang Cu (Chun Yang Zi), dan Hu Yu Tee Kun (Fu You Di Jun). | http:// poanthian.blogspot.com
129
Salah satu cerita yang menarik dari riwayat Lu Tong Pin adalah cerita burung kertas. Suatu ketika Lu Tong Pin masuk ke sebuah kedai, ia memesan beberapa macam masakan dan arak. Setelah selesai makan kenyang, Lu Tong Pin pergi begitu saja tanpa membayarnya. Anehnya, perempuan pemilik kedai hanya diam saja. Esok harinya, Lu Tong Pin kembali melakukan hal yang sama, ia makan sekenyangnya dan pergi begitu saja. Pada hari ketiga, Lu Tong Pin kembali makan di kedai itu. Kali ini selesai dia makan, ia mengeluarkan sebuah kertas, melipat-lipatnya lipatnya dan membuat sebuah burung kertas. Kemudian burung kertas tersebut ditempelnya di dinding kedai, dan ia memanggil perempuan pemilik kedai. Ia lalu berkata kepada pemilik kedai, ‘Aku telah beberapa hari makan di kedaimu tanpa bayar, maka biarlah burung kertas di dinding itu sebagai pembayarannya. Bila ada tamu yang ingin dihibur, maka ia cukup memanggil si burung, dan burung itu akan turun dari dinding ke meja tamu tersebut. Setelah mendapat makan dan minum sekedarnya, rnya, ia akan kembali lagi’. Setelah itu Lu Tong Pin pergi. Pemilik kedai juga tidak menaruh perhatian pada ucapannya. Suatu hari si pemilik kedai iseng iseng-iseng mengatakan pada seorang tamunya, bahwa burung kertas yang di dinding bisa dipanggilnya. Sang tamu tamu-pun mencobanya. Sungguh aneh, burung kertas itu tiba-tiba tiba berubah jadi burung betulan dan terbang ke meja tamu tadi. Setelah mematuk beberapa butir kacang, ia lalu terbang kembali dan menjadi burung kertas yang menempel di dinding. Akibat kejadian ini, ma maka kedai itu menjadi semakin ramai dikunjungi orang, sampai akhirnya menjadi sebuah kedai yang terbesar. Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, Lu Tong Pin kembali lagi makan di kedai itu. Ia menanyakan kepada pemilik kedai, bagaimana dagangannya. Pemilikk kedai menjawab dan berterima kasih karena dagangannya jadi laris sejak ada burung kertas. Sekarang ia sudah punya cukup banyak tabungan. Kemudian Lu Tong Pin memberikan wejangan agar pemilik kedai senantiasa bersikap | http:// poanthian.blogspot.com
130
dermawan. Lalu ia mengebut burung ker kertas di dinding dengan tangannya, maka sekejap kemudian burung itu menjelma menjadi burung bangau yang besar. Lu Tong Pin kemudian naik di atas punggung bangau itu dan terbang pergi. Lu Tong Pin biasanya digambarkan sebagai seorang pengelana yang menyandang pedang di punggungnya. g. Thio Ko Lo (Zhang Zhang Guo Lao Lao) Menurut cerita, Thio Ko Lo asalnya adalah laba laba-laba putih yang mendapatkan unsur matahari dan bulan selama ia bertapa. Akhirnya ia dapat memperoleh wujud sebagai manusia. Konon bila ia bepergian, ia meng mengendarai seekor keledai yang dapat menempuh jarak ribuan mil dalam sehari. Bila sudah sampai di tempat tujuan, maka keledai itu dilipat seperti kertas dan dimasukkan dalam jubahnya. Suatu ketika kaisar Xuan Zhong tertarik mendengar kisah Thio Ko Lo, maka iia mengutus menterinya untuk mengundang ke istana. Sebelum Thio Ko Lo tiba, kaisar sempat bertanya kepada pendeta istana, siapakah sebenarnya Thio Ko Lo itu. Pendeta yang bernama Ye Fa Shan menjawab bahwa bila ia mengungkapkan riwayat Thio Ko Lo, maka setel setelah selesai bercerita ia pasti akan mati. Hanya Thio Ko Lo yang dapat menghidupkannya kembali, itupun bila kaisar mau meminta maaf kepada Thio Ko Lo, dan kaisar harus menghadap dengan cara bertelanjang kaki dan tanpa memakai mahkota kaisar. Kaisarpun menyanggupinya, ggupinya, dan akhirnya Ye Fa Shan mati setelah bercerita bahwa Thio Ko Lo adalah jelmaan dari laba labalaba putih. Setelah Thio Ko Lo tiba, kaisarpun menyambut Thio Ko Lo dan dengan melepas mahkota dan alas kakinya, ia memohon maaf atas kelancangannya serta me memohon kepada Thio Ko Lo agar sudi menghidupkan kembali Ye Fa Shan. Thio Ko Lo-pun pun memenuhi permintaan kaisar. Selang beberapa tahun kemudian, kaisar kembali ingin berjumpa dengan Thio Ko Lo. Ia mengirim utusan untuk mengundang Thio Ko Lo, tapi Thio Ko Lo sudah mengetahui maksud kaisar | http:// poanthian.blogspot.com
131
pura mati dan menyuruh muridnya itu. Ia kemudian berpura-pura untuk menguburkan jenasahnya di hadapan utusan kaisar. Setelah utusan kaisar kembali ke istana, murid Thio Ko Lo cepat-cepat cepat membuka kubur gurunya, tetapi ternyata suda sudah kosong. Thio Ko Lo sudah pergi ke alam dewa karena memang sudah waktunya menjadi dewa. Thio Ko Lo biasanya digambarkan sebagai seorang yang membawa alat musik Yu Gu (berwujud tabung dari bambu dengan dua tongkat sebagai pemukulnya). h. Han Siang Cu (Han Xiang ng Zi Zi) Han Siang Cu sebenarnya anak yatim piatu yang diasuh oleh pamannya yang bernama Han Bu Kong, seorang pejabat pemerintah. Sejak kecil Siang Cu memang gemar menolong dan jujur. Setelah dewasa, ia pergi mencari ilmu kedewaan dan berguru kepada Ciong Lie ie Koan. Karena tekun belajar dan berlatih, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia berhasil mencapai tingkatan dewa. Suatu ketika ia mendengar bahwa pamannya yang sedang mengadakan upacara memanggil hujan. Bermacam-macam macam pendeta telah diundang dan te telah mencoba mendatangkan hujan, namun tidak ada satupun yang berhasil. Karena kasihan melihat sang paman, maka Siang Cu menyamar menjadi seorang petapa dan mencobanya. Hanya dalam waktu sekejap setelah Siang Cu membaca mantera, langit menjadi mendung dan hhujan deraspun tiba. Sang paman masih belum percaya akan kesaktian petapa jelmaan Siang Cu itu. Ia bertanya, ’Sebenarnya mantera siapa yang manjur, apakah pendeta--pendeta terdahulu ataukah mantera anda ?’. Agar pamannya yakin, akhirnya Siang Cu berterus terang, ang, ‘Harap paman tidak gusar, sebenarnya hamba adalah Siang Cu keponakan paman sendiri. Sekarang hamba telah mencapai kedewaan, hujan yang turun itu adalah hasil mantera hamba, kalau paman tidak percaya, silahkan lihat keluar, karena tadi hamba memohon agar ar hujan turun dan airnya setinggi lutut’. | http:// poanthian.blogspot.com
132
Setelah melihat keluar dan apa yang dikatakan Siang Cu tepat sekali, maka Han Bu Kong baru percaya. Han Siang Cu biasanya digambarkan sebagai seorang pelajar tampan yang senantiasa membawa seruling bambu. i. Co Kok Kiu (Cao Cao Guo Jiu Jiu) Co Kok Kiu adalah adik dari permaisuri kaisar Ren Zong dari dinasti Song. Karena tidak puas melihat kelakuan salah seorang saudaranya yang semena-mena mena terhadap rakyat, Co Kok Ku akhirnya menjual semua hartanya dan membagikannya kepada rak rakyat miskin. Ia kemudian pergi mengasingkan diri ke sebuah gunung. Suatu hari sewaktu ia sedang khusuk bersembahyang kepada Thian, tiba-tiba tiba dari langit datanglah dua dewa ke hadapannya. Salah seorang dewa itu bertanya kepada Kok Kiu, ‘Engkau bersembah sujudd kepada Thian, sesungguhnya Thian ada dimana ?’ Cu Kok Kiu menjawab, ‘Thian Yang Maha Kuasa sesungguhnya berada di dalam hati kita yang bersih’. Kemudian kedua dewa itu menjelaskan bahwa ia adalah Ciong Lie Koan dan Lu Tong Pin, dan ia berniat mengajak Cu Kok Kiu untuk memepelajari ilmu dewa karena berjodoh. Cu Kok Kiu akhirnya mengikuti Ciong Lie Koan dan Lu Tong Pin dan melatih diri menjadi dewa. Cu Kok Kiu biasanya ditampilkan sebagai seorang yang berpakaian pejabat kerajaan dan membawa alat musik semac semacam castanet. j. Ho Sian Kouw (He He Xian Gu Gu) Ho Sian Kouw adalah satu-satunya satunya dewa wanita dalam Pat Sian. Ia lahir di tepi sungai Yun Mu Xi, kabupaten Zengcheng propinsi Guangdong. Konon menurut cerita, sewaktu berumur 14 tahun ia bermimpi didatangi seorang dewa yang mengatakan bahwa kalau ia memakan bubuk In Bo Hun, maka tubuhnya akan menjadi enteng. Karena penasaran dengan mimpinya, ia lalu mencoba memakan bubuk In Bo Hun. Ternyata impiannya benar, sedikit demi sedikit tubuhnya terasa enteng, ringan seperti kapas. as. Suatu hari ia bertemu dengan Lie Thi Koay, yang | http:// poanthian.blogspot.com
133
kemudian mengajarinya ilmu dewa. Berkat ketekunannya berlatih, maka dalam waktu sebentar saja ia sudah menjadi hebat. Ia dapat berjalan dengan cepat sekali, mencapai ribuan li dalam waktu sehari. Kaisar Bu Cek Thian (Wu Ze Tian) yang mendengar kehebatannya, berniat mengundangnya ke istana. Dengan dikawal ratusan pengawal, Ho Sian Kouw ditandu menuju istana kaisar. Ternyata setelah sampai di istana, tandu yang tadinya berisi Ho Sian Kouw sudah kosong melom melompong. Rupanya secara diam-diam, Ho Sian Kouw melayang pergi menuju ke alam dewa karena sudah saatnya ia menjadi dewa. Ho Sian Kouw biasanya digambarkan sebagai seorang gadis yang membawa setangkai teratai mustika atau membawa sebuah kebutan. k. Na Cay Ho (Lan Cai He) Na Cay Ho adalah tokoh yang paling eksentrik dari Pat Sian, sebenarnya ia adalah seorang pemuda, namun karena wataknya yang feminim maka ia sering dianggap sebagai waria. Konon menurut cerita ia adalah jelmaan dari dewa Cia Ka Tay Sian, yang karena na telah melakukan pelanggaran maka diturunkan ke dunia. Karena watak Na Cay Ho yang aneh, ia sering berpenampilan berbeda berbeda-beda. Kadang ia memakai satu sandal saja pada kakinya, kadang ia menarik-narik narik rencengan uang logam, dan kadang-kadang kadang ia membawa ker keranjang berisi bunga-bunga. bunga. Setelah bertemu dengan Lie Thi Koay dan diajari ilmu kedewaan, maka ia akhirnya menjadi salah satu dewa dalam Pat Sian.
8. Sam Po Hud (San Bao Fo) 三寶佛 Sam Po Hud dalam bahasa Sansekerta disebut Triratna Buddha, yang terdiri dari : | http:// poanthian.blogspot.com
134
l. Ji Lay Hud (Ru Lay Fo) atau Sakyamuni Buddha. (lihat keterangan sebelumnya) m. O Mi To Hud (O Mi Tuo Fo) atau Amitabha Buddha. O Mi To Hud disebut juga dengan Bu Liang Siu Hud (Wu Liang Shou Fo). Konon menurut cerita ia adalah seorang raja yang menjadi bhikshu, bernama Dharmakarsa. Ia mengucapkan 48 janji di hadapan Buddha Lokesvaraja, untuk menyelamatkan makhluk yang sengsara. Setelah mencapai kesempurnaan, ia membangun tanah Sukhavati. O Mi To Hud merupakan simbol dari Dharma (Fa Bao). n. Yok Su Hud ( Yao Shi Fo) atau Bhaisajya Guru Buddha. Yok Su Hud dikenal sebagai guru penyembuhan. Sewaktu menjadi Bodhisatva, ia pernah mengucapkan 12 janji untuk menolong makhluk yang sengsara, 7 janji diantaranya adalah membebaskan manusia dari penyakit badaniah. Yok Su Hud merupakan simbol dari Sangha (Seng Bao).
9. Tay Su Ci Po Sat (Da Shi Zhi Pu Sha) 大勢至菩薩 Tay Su Ci Po Sat adalah salah satu Bodhisatva yang terkemuka dalam aliran Sukhavati (Tanah Suci). Dalam bahasa Sansekerta namanya adalah Mahasthamaprapta Bodhisatva, artinya Bodhisatva yang memiliki kemampuan universal. Sewaktu Amitabha menjadi Buddha, Tay Su Ci dan Koan Im adalah muridmuridnya. Apabila Koan Im adalah pencerminan sifat welas-asih, maka Tay Su Ci adalah pencerminan sifat kebijaksanaan. Menurut salah satu Sutra Mahayana, ‘Apabila saatnya Koan Im mencapai ke-Buddha-an dan menggantikan Amitabha, maka Tay Su Ci akan menggantikan kedudukan Koan Im sebagai Po Sat’. Tay Su Ci digambarkan memiliki kekuatan yang amat besar, apabila ia menggoyangkan tangannya, maka di bumi ini akan timbul gempa. Secara umum jarang dipuja sendirian, biasanya bersama-sama dengan O Mi To Hud dan Koan Im Po Sat. Perayaan Shejidnya diperingati pada tanggal 13 bulan 7 Imlek. | http:// poanthian.blogspot.com
135