155
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
BAB V ANALISA PERAMALAN GARIS PANTAI. 5.1
Bentuk Pantai. Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami terhadap laut. Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral transport, yang didefinisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu transpor sepanjang pantai (longshore transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport). Material pasir yang ditranspor disebut dengan littoral drift. Transpor tegak lurus pantai terutama ditentukan oleh kemiringan gelombang, ukuran sedimen dan kemiringan pantai. Pada umumnya gelombang dengan kemiringan besar menggerakkan material kearah laut (abrasi), dan gelombang kecil dengan periode panjang menggerakkan material kearah darat (akresi). 5.2
Sifat –Sifat Sedimen Pantai.
Rapat massa ρ adalah massa tiap satuan volume, sedang berat jenis γ adalah berat tiap satuan volume. Terhadap hubungan antar berat jenis dan rapat massa, yang membentuk γ = ρ g. Rapat massa atau berat jenis sedimen merupakan fungsi dari komposisi mineral. Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat dengan rapat massa air pada suhu 4o. Rapat massa air pada temperatur tersebut adalah 1000 kg/m3 dan rapat relatif pasir adalah sekitar 2,65. •
D50 = 0.03 mm
•
Gs
= 2.677 ( t/m3 )
•
C
= 0.208 kg/cm2
•
γd
= 1.254 t/m3
•
θ
= 11.2300
•
Cc
= 0.332
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
156
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
5.3
Meknisme Transpor Sediment Oleh Glombang. Berdasarkan kepada S.P.M ( Shore Protection Manual,1984 ) maka perhitungan
nilai longshore transport di sepanjang garis pantai dapat di hitung dengan menggunakan : fungsi longshore transport (Q) tergantung pada komponen flux energi pada area breaking line. Angkutan sediment sepanjang pantai: Q=
K PI ( ρ s − ρ ) ga '
(2.40)
Dimana : Q = Angkutan sediment sepanjang pantai (m3/hari)
K = koefisien emperis dimensi (0.39) diambil dari SPM 1984 equation (4-49) s
= berat jenis sedimen
ρ = berat jenis air g
= percepatan grafitasi
a’ = porositas PI =
ρg 16
H b2 C b sin (2α b )
(2.41)
Dimana :
P1 =
Komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah (Nm/d/m)
G =
Gravitasi (9,81m/d2)
Hb =
Tinggi gelombang pecah (m)
Cb =
Cepat rambat gelombang pecah (m/d) =
αb =
Sudut datang gelombang pecah
gdb
5.3.1 Angkutan Menuju – Meninggalkan Pantai Proses kalkulasi dilakukan dengan melakukan prediksi longshore transport berdasarkan pada bentuk muka pantai. Sedangkan untuk peramalan garis pantai akan dilakukan kalkulasi dengan mempertimbangkan aspek-aspek longshore transport yang terjadi. Longshore transport rate ( Q ), atau tingkat angkutan sedimen sejajar pantai, lazim mempunyai satuan meter kubik / tahun ( dalam SI ). Karena pergerakannya sejajar pantai Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
157
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
maka ada dua alternatif pergerakan, yaitu ke arah kanan dan kiri relatif terhadap seorang pengamat yang berdiri di pantai menghadap ke arah laut. Pergerakan dari kanan ke kiri diberi notasi ( Qlt ), dan pergerakan ke arah kanan ( Qrt ), sehingga di dapatkan tingkat angkutan sedimen ’kotor’ ( gros ) Qg = Qlt + Qrt, dan tingkat angkutan ’bersih’ ( net )
Qn = Qlt − Qrt . Nilai Qg digunakan untuk meramalkan tingkat pendangkalan pada suatu alur perairan terbuka.
Qn digunakan untuk desain alur yang di lindungi dan
perkiraan erosi pantai, dan Qlt serta Qrt untuk penumpukan sedimen di ’dibelakang’ sebuah struktur pantai yang menahan pergerakan sedimen. Dalam perhitungan program Genesis penghitungan longshore transport dilakukan dengan menggunakan persamaan hasil modifikasi dari persamaan : 1 ( Qg + Qn ) 2 1 = ( Qg − Qn ) 2
Q (+ ) = Q (−)
(2.46)
(2.47) Dengan menggunakan program genesis maka kita juga dapat mengetahui nilai dari
angkutan sedimen pada area pantai. Sebagai contoh hasil keluaran program genesis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.1 ( Posisi Garis Pantai Awal ) 291 246 247 220 203 203 206 226 259
287 242 244 208 201 204 209 228 261
281 247 242 209 197 205 211 234 264
274 251 239 208 200 203 213 236 269
271 251 237 208 200 201 216 238 274
266 254 235 207 200 203 216 242 279
262 260 231 206 202 203 219 245
259 255 231 204 203 204 221 247
254 253 229 204 204 205 223 251
Tabel 5.2 Gross Transport Volume (M3) For Calculated Part Of Year 1 9 9 17 21 4 13 11 7 17 10 15 27 22 2 17 30 21 7 11 10 5 8 3 3 12 7 3 9 42 10 1 5 0 1 6 3 3 9 18 15 0 0 10 5 4 10 4 4 11 11 8 1 3 2 3 11 6 6 10 4 9 4 4 3 3 21 3 3 12 7 2 10 14 1 5 14 14 14 14 Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
249 250 223 204 205 206 224 254
18 12 21 2 4 2 1 6
158
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Tabel 5.3 Net Transport Volume (M3) For Calculated Part Of Year 1 8 8 17 21 3 12 10 6 17 10 15 -27 -22 -2 -17 -30 21 7 11 10 4 8 3 3 12 -7 2 8 42 -10 -1 -5 0 0 6 -3 3 9 18 -15 0 0 -10 -5 -4 10 -4 -4 11 11 -8 1 -3 -2 3 -11 -6 -5 -10 4 -9 -4 -4 -3 -3 -21 -2 -2 -11 -6 -1 -10 -14 0 -4 -14 -14 -14 -14
18 12 21 -2 -4 -2 1 -5
Tabel 5.4 Transport Volume To The Left (M3) For Calculated Part Of Year1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -27 -22 -2 -17 -30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -7 0 0 0 0 -10 -1 -5 0 0 0 -3 -2 0 0 0 -15 0 0 -10 -5 -4 -4 0 -4 -4 0 0 -8 0 -3 -2 -2 0 -11 -6 -5 -10 0 -9 -4 -4 0 -3 -3 -21 -3 -2 -11 -6 -1 -10 -6 -14 0 -4 -14 -14 -14 -14
Tabel 5.5 Transport Volume To The Right (M3) For Calculated Part Of Year 1 8 8 17 21 4 13 10 7 17 18 10 15 0 0 0 0 0 21 7 12 11 10 4 8 3 3 12 0 2 21 9 42 0 0 0 0 1 6 0 0 3 9 18 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 11 11 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel 5.6 Shoreline Position (M). 291 286.9 281 274.2 270.9 246 242.4 247 250.8 251.1 247 244 242 239 237 219.7 208.4 208.9 208 208 203 200.9 197.3 199.9 200 203.1 204 204.9 203 201.2 206.1 209 211 213 215.9 226 228.1 233.8 236 238.1 258.9 261 264.1 269 274
266 254.1 234.9 207 200.1 202.9 216.1 242 279
262 259.6 231.2 206 202 203 219 245
258.9 255.1 230.9 204.1 203 204 221 247.1
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
254 253 228.8 204 204 205 223 251
249.1 250 223.1 204 204.9 206 224 254.1
159
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Transpor sedimen pantai adalah gerakkan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Transpor sedimen pada laporan ini adalah yang terjadi didaerah antara gelombang pecah dan garis pantai. Transpor sedimen pantai dapat diklasifikasikan menjadi transpor menuju dan meniggalkan pantai (onshore-offshore transport) dan transpor sepanjang pantai (longshore transpor). Transpor menuju dan meninggalkan pantai mempunyai arah ratarata tegak lurus garis pantai, sedang tanspor sepanjang pantai mempunyai arah rata-rata sejajar pantai. Salah satu penyebab terjadinya abrasi di wilayah pantai Mundu-Balongan adalah transpor sedimen sepanjang pantai.
Breaker zone Breaking line Wx On shore transport
W Wy
Off shore transport
Surf line
Long shore transport Garis Pantai
Gambar 5.1 ( Longshore and Crosshore sediment transport ) C.E.M ( Coastal Engginering Manual ) 5.3.2 Angkutan Sedimen Sepanjang Pantai. Didalam pelaksanaan tugas akhir ini penulis menggunakan data angin jam- jaman. Dengan menggunakan bantuan program GENESIS sehingga dapat di lakukan prediksi nilai longshore dan onshore sediment transport. Yang pada akhirnya akan digunakan didalam melakukan prediksi garis pantai.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
5.4
160
Analisa Prediksi Garis pantai
5.4.1 Umum Permasalahan dalam perencanaan lingkungan pantai adalah menentukan pola pergerakan sedimen atau pola perubahan garis pantai yang telah terjadi maupun yang akan terjadi pada kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui pola yang terjadi maka perencanaan pembangunan lingkungan pantai tersebut dapat berhasil dengan optimal. Proses analisi angkutan sediment dilakukan guna mendapatkan parameter parameter berikut ini: A. Laju angkutan sedimen dasar, yang di akibatkan oleh gelombang. B. Perencanaan sistem penanggulanan abrasi secara parsial maupun terpadu. Didalam melakukan analisa tersebut penulis menggunakan program GENESIS sebagai alat Bantu perhitungan agar didapatkan hasil secara akurat dan cepat.
5.4.2 Analisa dengan Program GENESIS. Program GENESIS dimanfaatkan penulis untuk memprediksi perubahan garis pantai pada periode tertentu. Untuk lebih jelasnya, gambaran data input dan output dari ke dua program tersebut, dijelaskan berikut ini. Data-data yang harus dikonversi sebagai masukan pada program GENESIS yaitu : 1. Depth : Tidak dimasukkan sebab perbedaan kedalaman dasar laut tidak terlalu curam 2. Shorl : Merupakan masukan ordinat garis pantai awal. Cara mendapatkan ordinat ini adalah dengan memplotkan garis pantai pada peta dengan bantuan program autocad. Yaitu dengan membuat grid-grid pada jarak tertentu. Jarak antar grid yang kami gunakan sebesar 20 m. Maksimum jumlah grid adalah 100. Dapat dijelaskan dibawah ini.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
161
108°40' E
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
6°20' S
PELABUHAN KHUSUS I
KOMPLEK PERTAMINA EP BALONGAN
LAUT JAWA
DERMAGA UP-VI BALONGAN
6°40' S
Gambar 5.2 Peta Mundu-Balongan
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
162
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
108°40' E
A
6°20' S
B
KOMPLEK PERTAMINA EP BALONGAN
LAUT JAWA
6°40' S
Gambar 5.3 Ploting garis pantai bantuan program Autocad
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Gambar 5.4 Koordinat garis pantai
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
163
164
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Setelah mendapatkan koordinat garis pantai, data yang digunakan sebagai input pada shorl adalah ordinat (Y). Penulisan urutan ordinat sebagai input shorl dari sebelah kiri ke kanan. Contohnya panulisan ordinat dimulai dari titik A (Y=1550), kemudian titik B (Y=1501 m) dan seterusnya.
Gambar 5.5 data Input Shorl 3. Shorc Merupakan hasil running dari program berupa perubahan ordinat (Y) garis pantai dapat dilihat pada Gambar 5.7
Gambar 5.6 Perubahan posisi garis pantai 4. Shorm Koordinat pengikat garis pantai yang nilainya sama dengan koordinat Sohrl. Shorm berfungsi untuk membandingkan perubahan garis pantai pada jangka waktu sepuluh tahun dengan garis pantai awal. Dapat dilihat pada Gambar 5.8
Gambar 5.7.Data input shorm Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
165
5. Koordinat Seawall Perencanaan posisi seawall berdasarkan dari prediksi garis pantai yang terabrasi. Cara yang digunakan untuk mendapatkan koordinat seawall sama seperti cara untuk mendapatkan koordinat garis pantai awal sebelum terjadi abrasi. 6. Waves Waves merupakan hasil olahan data angin dari Hindcasting berupa tinggi gelombang, periode gelombang dan arah gelombang tiap satu tahun. Jumlah data gelombang yang dihasiilkan pada program HINDCASTING sekitar 8000 data sebagian data input waves GENESIS yang dapat dilihat pada Gambar (5.9). Data waves yang digunakan sebagai input Genesis adalah data gelombang yang dihasilkan pada program HINDCASTING dengan merubah beberapa sudut datang gelombang disesuaikan dengan syarat input GENESIS yaitu: ¾ Sudut datang gelombang. Sistem koordinat Garis pantai diasosiasikan dengan sudut datang gelombang, dimana arah y (positif) dikonversikan sebagai arah utara dan arah datangnya gelombang menuju sumbu x sebagai baseline pada GENESIS (dapat dilihat pada gambar (5.10) pada program GENESIS besar sudut datang gelombang antara -180o sampai dengan 180o, dimana sudut datang gelombang 0o dapat menggambarkan penyebaran gelombang normal tegak lurus menuju baseline GENESIS (sumbu absis (x)), semakin kearah kiri sudut datang gelombang akan semakin negatif dan semakin kearah kanan sudut datang gelombang akan semakin positif. Konversi dilakukan Jika terdapat data yang tidak diketahui sudut gelombangnya maka pada kolom arah diberi nilai -999. ¾ Kalibrasi sudut datang gelombang. Kalibrasi dilakukan untuk menyesuaikan antara input data gelombang pada kolom waves dengan grid hasil pemodelan. Hal ini dilakukan jika terdapat perbedaan dalam penentuan arah utara. Pada data masukkan gelombang arah utara ditentukan berdasarkan arah mata angin. Sedangkan genesisi akan membaca arah utara sesuai dengan tegak lurus dengan sumbu x lihat Gambar 5.11. nilai sudut B merupakan besaran konfersi sudut yang akan digunakan. Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
166
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Gambar (5.8)
U
Gambar (5.9) konversi sudut gelombang dengan system koordinat
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
167
108°40' E
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
6°20' S
KOMPLEK PERTAMINA EP BALONGAN
6°40' S
Gambar 5.10( Kalibrasi Sudut datang Gelombang ) . Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
168
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Hasil Analisa Gari Pantai Dengan Menggunakan Program GENESIS Tabel 5.7 ( Posisi Garis Pantai Kalkulasi ) CALCULATED FINAL SHORELINE POSITION (M)
291
286
281
276
271
265.9
261.3
257
253.2
250
247.5
245.6
244.3
243.8
243.9
244.3
244.9
245.4
245.6
245.4
244.7
243.5
241.9
239.9
237.5
234.8
231.9
228.7
225.4
222
218.6
215.4
212.6
210.2
208.1
206.4
205.1
203.9
203
202.2
201.5
201.1
200.8
200.7
200.8
201.1
201.5
202
202.4
202.7
202.9
203
203
203.1
203.2
203.4
203.8
204.4
205.3
206.3
207.6
209.1
210.7
212.5
214.4
216.3
218.3
220.4
222.6
224.9
227.3
229.9
232.6
235.3
238
241.1
244.3
247.6
251
254.5
258.2
262.2
266.2
270.4
274.7
279
Tabel 5.8 ( Posisi Garis Pantai Awal ) INITIAL SHORELINE POSITION (M) 291
287
281
274
271
266
262
259
254
249
246
242
247
251
251
254
260
255
253
250
247
244
242
239
237
235
231
231
229
223
220
208
209
208
208
207
206
204
204
204
203
201
197
200
200
200
202
203
204
205
203
204
205
203
201
203
203
204
205
206
206
209
211
213
216
216
219
221
223
224
226
228
234
236
238
242
245
247
251
254
259
261
264
269
274
279
ANALISA GARIS PANTAI
310 290 270
(M)
250 230 210 190 170 150
1 AWAL
4
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 67 70 73 76 79 82 85 PREDIKSI
pipa
GRID SPACING ( 20M )
Gambar 5.11 ( Grafik Perbandingan Garis Pantai )
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
169
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Dari Grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada beberapa bagian garis pantai terdapat beberapa bagian yang mengalami abrasi sehingga akan membahayakan jalur pipa yang terdapat di sepanjang garis pantai terutama pada grid ke 17-70. Sehingga untuk menanggulangi akibat yang dapat ditimbulkan akibat terjadinya abrasi maka akan dilakukan penanggulangan dengan menggunakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan di bahas di dalam BAB V. 5.4.3 Uji Sensitifitas Program Untuk mengetahui pengaruh perubahan garis pantai terhadap fariasi gelombang ataupun fariasi parameter lain. Adalah dengan melakukan uji sensitifitas, yaitu dengan cara mengubah ibput gelombang di dalam rentang yang masuk akal. Uji sensitifitas adalah proses analisa output model simulasi perubahan garis pantai dengan melakukan perubahan pada inputnya. Jika variasi output yang sangat besar terjadi pada output akibat perubahan kecil pada input maka dapat diartikan bahwa model sangat bergantung (sensitive) terhadap kebenaran nilai tersebut. Uji sensitifitas juga menggambarkan keraaman data di lapangan. Sebagaimana diketahui, proses pantai adalah proses yang sangat rumit karena melibatkan kondisi yang sangat berfariasi dan sejumlah parameter yang sulit diukur. Sebuah jawaban tunggal yang diperoleh dengan menggunakan uji deterministic harus di anggap sebagai sebuah hasil pendekatan. Uji sensitifitas dilakukan terhadap dua komponen utama yang sangat mempengaruhi perubahan garis pantai komponen pertama adalah gelombang yang merupakan penggerak utama sediment pantai. Factor gelombang mencakup tinggi , sudut dating gelombang, dan perioda gelombang. Factor kedua mencakup ukuran butiran dan parameter K1 dan K2. sebagai gambaran, saat melakukan uji sensitifitas tinggi gelombang kondisi besaran yang lain dipertahankan tetap selama waktu simulasi. 5.4.3.1 Uji Sensitifitas Program Terhadap Tinggi Gelombang. Pada bagian ini dilakukan uji sensitifitas terhadap periode gelombang dan tinggi gelombang, untuk itu simulasi dilakukan dengan menggunakan input perode gelombang dan tinggi gelombang yang di ubah-ubah. Tinggi dan diantaranya adalah : Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
periode gelombang tersebut
170
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Tinggi gelombang
Perioda gelombang
(m)
(detik)
0.03
854
0.082
1.233
0.183
1.78
Sedangkan parameter lainnya tetap. Parameter tersebut adalah -
Sudut datang gelombang α = 45o
-
Ukuran butiran D50 = 0.03 mm
-
Parameter K1 dan K2 = 0.8 dan 0.7 Kondisi batimetri awal, groin,grid dan kondisi perhitungan numerik lainnya sama
seperti pada simulasi sebelumnya. Total waktu simulasi adalah 10 tahun. Hasil uji sensitivitas perioda gelombang. Ditampilkan pada gambar 5.13 Melihat bahwa perubahan garis pantai relative sebanding dengan peningkatan perioda gelombang dari T = 854 detik dengan H =0.03 m menjadi T = 1.78 detik dengan H = 0.183 m menyebabkan pergerakkan garis pantai sebesar 26 kali. Dapat disimpulkan bahwa perubahan garis pantai sensitive terhadap perubahan perioda gelombang dan tinggi gelombang.. sensitifitas H dan T 30 20
(m)
10 0 -10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-20 -30 -40 Grid ( 20 m ) t= 854 h = 0.033
t = 1.233 h = 0.082
t= 1.78 h = 0.183
Gambar 5.12Perubahan garis pantai terhadap perubahan perioda gelombang.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
171
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
5.4.3.2 Uji Sensitifitas Program Terhadap sudut datang gelombang. Pada bagian ini dilakukan uji sensitifitas terhadap sudut datang gelombang untuk itu simulasi dilakukan dengan menggunakan input sudut datang gelombang yang di ubahubah yaitu α = -15, α = -30 dan α = -45. Kondisi lain yang dipertahankan tetap selama waktu simulasi adalah : -
Sudut datang gelombang α = 45o
-
Ukuran butiran D50 = 0.03 mm
-
Parameter K1 dan K2 = 0.8 dan 0.7 Kondisi batimetri awal, groin,grid dan kondisi perhitungan numerik lainnya sama
seperti pada simulasi sebelumnya. Total waktu simulasi adalah 10 tahun. Hasil uji sensitivitas di tampilkan pada gambar 5.14 terlihat bahwa perubahan sudut datang gelombang mengakibatkan perubahan garis pantai yang sangat besar. Perubahan garis pantai yang merupakan sedimentasi yang terjadi sangat besar dibandingkan abrasinya. Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan garis pantai sangat sensitif terhadap perubahan sudut datang gelombang. Kondisi ini menyebabkan hasil simulasi sangat dipengaruhi oleh input gelombang padahal pada kenyataannya sudut gelombang datang sulit diwakili oleh satu bilangan tunggal karena sudut datang gelombang berubah-ubah tergantung pada waktu (musim). sensitivitas sudut gelomabng 100 80
(m)
60 40 20 0 -20
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-40 grid 20 m
a = -15
a = - 30
a = -45
Gambar 5.13Perubahan garis pantai terhadap perubahan sudut datang gelombang.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
172
5.4.3.3 Uji Sensitifitas Program Terhadap ukuran butiran. Pada penujian ini akan dilakukan uji sensitifitas terhadap perubahan ukuran diameter butiran. Untuk itu simulasi dilakukan dengan menggunakan input diameter butiran yang di ubah-ubah, yaitu : D50 = 0.03 mm, D50 = 0.04 mm , D50 = 0.05 mm dan D50 = 0.05 mm. Sedankan kondisi lain yang dipertahankan tetap selama waktu simulasi adalah : a) Tinggi Gelombang
H = 0.312 m
b) Periode Gelombang
T = 2.597 detik
c) Arah Gelombang
α = 150
d) Parameter
K1 dan K2 = 0.35, 0.2
Kondisi batimetri awal , groin, dan kondisi perhitungan numerik lainnya sama seperti pada simulasi sebelumnya. Total waktu simulasi adalah 10 tahun. Hasil Uji sensitifitas ditampilkan pada gambar 5.14 terlihat bahwa pantai dengan butiran yang lebih halus akan membentuk pantai yang lebih landai. Hal ini terjadi karena gelombang pecah terjadi pada lokasi yang lebih jauh dari pantai dibandingkan bila pantai dengan bitiran yang lebih kasar. Garis Pantai tidak mengalami berubah secara besar-besaran akibat perubahan diameter butiran sehingga dapat di simpulkan bahwa perubahan garis pantai tidak sensitir terhadap perubahan ukuran butiran gelombang.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
173
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Uji Sensitifitas D 50 25 20 15
y(m)
10 5 0 -5
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-10 -15 -20 grid
0.03
0.05
0.04
Gambar 5.14( Grafik Perubahan Garis Pantai Terhadap Perubahan Butiran ) 5.4.3.4 Uji Sensitifitas Program Terhadap parameter K1 dan K2. Pada penujian ini akan dilakukan uji sensitifitas terhadap perubahan ukuran diameter butiran. Untuk itu simulasi dilakukan dengan menggunakan input diameter butiran yang di ubah-ubah, yaitu : A. Pada percobaan pertama dilakukan perubahan untuk nilai K1 dengan mempertahankan nilai K2 sebesar 0.4. K1 K1 = 0.5 K1 = 0.6, K1 = 0.7, K1 = 0.8 Sedankan kondisi lain yang dipertahankan tetap selama waktu simulasi adalah : a. Tinggi Gelombang
H = 0.312 m
b. Periode Gelombang
T = 2.597 detik
c. Arah Gelombang
α = 150
d. Parameter K1 dan K2
= 0.35, 0.2
Kondisi batimetri awal , groin, dan kondisi perhitungan numerik lainnya sama seperti pada simulasi sebelumnya. Total waktu simulasi adalah 10 tahun. Hasil uji sensitifitas ditampilkan pada gambar 5.16 disisi dapat dilihat bahwa penambahan nilai k1 akan mengakibatkan pengurangan pada sisi updrift dan akan bertambah pada sisi down drift .disini juga dapat dilihat bahwa perubahan nikai K1 tidak terlalu sensitif terhadap perubahan garis pantai. Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
174
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
sensitifitas nilai k1 terhadap perubahan garis pantai 25 20 15 Nilai Y ( m )
10 5 0 -5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
-10 -15 -20 -25 Grid ( m ) K1=0.5 k2 = 0.4
K1=0.6 k2 = 0.4
K1=0.7 k2 = 0.4
K1=0.8 k2 = 0.4
Gambar 5.15( Perubahan garis pantai terhadap parameter K1) B. Pada Percobaan kedua dilakukan perubahan untuk nilai K2, dengan mempertahankan nilai K1 sebesar 0.8. sedangkan nilai K2 diubah-ubah sebagai berikut : K2 = 0.4, K2 = 0.5, K2 = 0.6, K2 = 0.7. sedangkan kondisi lain yang dipertahankan tetap selama waktu simulasi adalah : a) Tinggi Gelombang
H = 0.312 m
b) Periode Gelombang
T = 2.597 detik
c) Arah Gelombang
α = 150
d) Parameter
K1 dan K2 = 0.35, 0.2
Kondisi batimetri awal , groin, dan kondisi perhitungan numerik lainnya sama seperti pada simulasi sebelumnya. Total waktu simulasi adalah 10 tahun. Hasil uji sensitifitas ditampilkan pada gambar 5.17 disisi dapat dilihat bahwa penambahan nilai k2 akan mengakibatkan penambahan pada sisi updrift dan akan mengalami pengurangan
pada sisi down drift .disini juga dapat dilihat bahwa
perubahan nikai K2 tidak terlalu sensitif terhadap perubahan garis pantai.
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
175
BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai
Sensitifitas Nilai k2 Terhadap Perubahan Garis Pantai 25 20 15
Y(m)
10 5 0 -5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
-10 -15 -20 -25 Grid ( m ) K1=0.8 k2 = 0.4
K1=0.8 k2 = 0.5
K1=0.8 k2 = 0.6
K1=0.8 k2 = 0.7
Gambar 5.16( Perubahan garis pantai terhadap parameter K1)
Laporan Tugas Akhir Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai di daerah Mundu-Balongan
20