63
BAB V ANALISA DATA
1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Cahaya merupakan penyebab kelelahan mata yang kurang disadari oleh kebanyakan orang. Seluruh sumber cahaya dapat menyebabkan kelelahan pada mata jika intensitas yang diterima oleh mata terlalu berlebih dan dalam waktu yang lama. Pada bagian pengemasan, mata merupakan indera yang paling sering digunakan misalnya untuk menyamakan no. Batch tube salep dengan dusnya. Pada analisa data hubungan intensitas cahaya dan keluhan subjektif kelelahan mata, intensitas cahaya sebagai variabel independen (bebas) yang mempengaruhi keluhan subjektif kelelahan mata sebagai variabel dependen (terikat) melalui 15 faktor (variabel) yang paling sering dirasakan oleh responden. Dari hasil uji korelasi menggunakan SPSS versi 13.0 terdapat beberapa variabel yang nilai pearson correlationnya kurang dari 0 atau berada pada kisaran anka minus, yang munjukan hubungan yang terbalik dimana pengaruh yang terjadi adalah pengaruh negatif. Dalam pengaruh yang negatif ini, kenaikan intensitas cahaya
63
64
menyebabkan penurunan keluhan subjektif kelelahan mata, sedangkan penurunan intensitas cahaya menyebabkan keluhan subjektif kelelahan mata. Diantaranya yaitu pada variabel mata berakomodasi sebesar -0,022; mata merah sebesar -0,009; mata berair sebesar -0,120; mata perih sebesar -0,306; mata tegang sebesar -0,391; penglihatan kabur sebesar -0,213; mata kunangkunang sebesar -0,041; mata tidak fokus sebesar -0,064; mata sering mengantuk sebesar -0,202. Namun dari hasil jawaban kuesioner bagian II pada pertanyaan No 3 yaitu “panca indera apakah yang paling dominan digunakan dalam bekerja?” semua responden menjawab “Mata”. Sehingga secara otomatis panca indera tersebut lebih cepat terasa lelah karena paling sering digunakan. Pada pertanyaan No 6 yaitu “apakah pekerjaan membutuhkan ketelitian secara kontinu?” semua responden menjawab “YA”. Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang dilakukan membutuhkan ketelitian secara terus menerus sehingga tidak menutup kemungkinan gejala keluhan kelelahan mata dapat terjadi. Selain itu pada pertanyaan No 7 yaitu “apakah pencahayaan di ruang kerja mata merasa cepat lelah saat bekerja?” 21 responden menjawab “Ya” dan 3 responden menjawab “Tidak”. Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa pencahayaan di ruang kerja dapat menimbulkan efek kelelahan mata. Dari beberapa pertanyaan terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik dimana jawaban responden mengarah pada adanya keluhan kelelahan mata. Disamping itu ada beberapa variabel yang hasil korelasinya positif yang berarti berbanding lurus. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah dari dua variabel, di mana kenaikan intensitas cahaya
65
akan menyebabkan kenaikan keluhan subjektif kelelahan mata dan sebaliknya penurunan intensitas cahaya akan menyebabkan penurunan pada keluhan subjektif kelelahan mata. Adanya hubungan korelasi yang bervariasi yaitu hubungan yang berbanding terbalik dan hubungan yang berbanding lurus diisebabkan karena dalam pengisian kuesioner
beberapa responden kurang
memahami
pertanyaan dan tidak menyadari adanya keluhan subjektif yang sering dirasakannya pada saat bekerja.
1.2 UJI-T Test Sampel Berpasangan Anatara Waktu Dengan Intensitas Cahaya Dan Jumlah Poduk 1.2.1 Intensitas Cahaya Intensitas cahaya pada pagi dan siang hari memiliki lux yang berbeda pada siang hari pengukuran intensitas cahaya lebih besar jika dibandingkan pada pagi hari sehingga mempengaruhi produktivitas kerja, secara teori pada siang hari seharusnya produktivitas dapat mencapai target, karena pada siang hari sumber cahaya tidak hanya berasal dari lampu di dalam ruangan tetapi juga mendapat penerangan dari cahaya matahari yang masuk melalui fentilasi ruangan, namun pada kenyatannya jumlah produk yang dihasilkan pada siang hari cenderung menurun bahkan lebih rendah dari jumlah prduksi pada pagi hari, hal ini disebabkan karena pada pagi hari mata bekerja secara optimal sedangkan pada siang hari mata sudah mencapai tingkat kelelahan, sehingga produk yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan
66
pagi hari. Hal ini dapat terlihat pada uji-T sampel berpasangan pada pagi hari T-statistik menghasilkan nilai sebesar -6,074 dan signifikansi 0,000 dengan hasil signifikansi tersebut dapat disimpulkan H0 ditolak karena level signifikansi lebih kecil dari pada alpha (0,025). Hasil perhitungan nilai T hitung (-6,074) lebih kecil dari pada T tabel (2,093). Dengan hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa perbedaan intensitas cahaya pada pagi hari berbeda dengan intensitas cahaya pada siang hari secara signifikan.
1.2.2 Jumlah Produk Pada pagi hari produk yang dihasilkan lebih banyak bila dibandingkan padaa siang hari, hal ini dikarenakan tenaga kerja masih memiliki semangat kerja yang tinggi, belum mengalami kelelahan sehingga energi dapat digunakan secara optimal dalam bekerja termasuk penggunaan indera penglihatan yang dapat dimaksimalkan. Jumlah produk pada siang hari cenderung menurun, hal ini disebabkan karena pada siang hari tingkat kelelahan yang cenderung meningkat, penggunaan indera penglihatan yang telah optimal pada pagi hari menyebabkan penggunaan mata pada siang hari kurang optimal ditambah suhu ruang dan intensitas cahaya yang meningkat. Pada hasil uji-T sampel berpasangan pada pagi hari T-statistik menghasilkan nilai sebesar 12,570 dan signifikansi 0,000 dengan hasil signifikansi tersebut dapat disimpulkan H0 ditolak karena level signifikansi lebih kecil dari pada alpha (0,025). Hasil perhitungan nilai T hitung (12,570) lebih
67
besar dari pada T tabel (2,093). Dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan level signifikansi lebih kecil dari pada alpha (0,025) hasil perhitungan nilai T hitung (12,570) lebih besar dari pada T tabel (2,093) dengan hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa perbedaan jumlah produk per jam pada pagi hari berbeda dengan jumlah produk per jam pada siang hari secara signifikan.