BAB PERSEDIAAN
PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan salah satu aset yang paling penting bagi banyak perusahaan. PSAK 14 mendefinisikan persediaan sebagai aset yang: a)
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b) Dalam proses produksi untuk kemudian dijual c)
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Jadi persediaan ialah barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali/untuk di proses dan kemudian dijual. Berdasarkan pengertian tersebut persediaan digunakan untuk menyatakan barang yang berwujud yang : 1.
Tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi)
2.
Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/ pengolahan).
3.
Akan digunakan untuk produksi barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangka kegiatan normal perusahaan Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu aset diklasifikasikan
sebagai persediaan tergantung pada nature business suatu entitas. Contoh: Pada perusahaan properti misalkan properti yang dimiliki seperti apartemen, perumahan dan gedung yang dijual diklasifikasikan sebagai persediaan karena properti tersebut merupakan aset yang dijual untuk kegiatan usahanya yang bergerak di bidang penjualan properti. Namun bagi entitas lain yang kegiatan usahanya bukan penjualan properti, kepemilikan atas properti tersebut tidak diklasifikasikan sebagai persediaan, melainkan sebagai aset tetap. 7.2.
KLASIFIKASI UTAMA PERSEDIAAN Klasifikasi persediaan antara suatu entitas dengan entitas lain dapat
berbeda – beda. Sehingga klasifikasi utama persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan tergantung pada jenis usaha perusahaan yaitu : 1. Perusahaan jasa : tidak memiliki persediaan 2. Perusahaan Perdagangan baik perusahaan ritel atau perusahaan grosir mencatat Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 1
persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Persediaan barang dagang ini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya. 3. Perusahaan manufaktur / pabrikasi / industri Bagi Perusahaan manufaktur memiliki tiga klasifikasi persediaan yang terdiri dari : 1. Persediaan bahan baku (raw material inventory) Bahan mentah yang akan diproses lebih lanjut dalam proses produksi 2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) Bahan baku yang sedang diproses dimana nilanya merupakan akumulasi dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. 3. Persediaan barang jadi (finsihed goods inventory) Barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual Seksi aset lancar yang disajikan di bawah ini membedakan secara jelas persediaan di laporan keuangan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. PERUSAHAAN DAGANG SEKSI ASET LANCAR PER ........ Aset Lancar: Kas Rp 100.000 Piutang (bersih) 210.000 Persediaan Barang Dagang 400.000 Beban Di Bayar dimuka 22,000 Total Rp 732.000
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKSI ASET LANCAR PER .............. Aset Lancar: Kas Rp 180.000 Piutang (Bersih) 210.000 Persediaan: Barang Jadi Rp 80.000 Barang Dalam Proses 95.000 Bahan Mentah 160.000 335.000 Beban Di Bayar Dimuka 18.000 Total Rp 743.000
Page 2
PENILAIAN PERSEDIAAN Nampaknya apabila kuantitas persediaan dan harga persediaan telah diketahui maka nilai persediaan akan mudah ditentukan, karena nilai persediaan merupakan perkalian antara kuatitas persediaan dan harga persediaan itu sendiri. Namun, dalam kenyataannya tidaklah demikian, karena dalam hal penentuan persediaan terdapat berbagai himpunan kuantitas persediaan dan harga persediaan yang bersatu pada persediaan tersebut. Karena itulah harus diperhatikan secara seksama harga persediaan mana yang akan digunakan sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Kesalahan dalam penentuan nilai persediaan akan mengakibatkan ketidakwajaran penyajian persediaan pada laporan posisi keuangan dan pada waktu yang bersamaan juga akan mengakibatkan penyajian harga pokok barang yang tidak
dijual pada perhitungan
Laba/Rugi menjadi tidak wajar. Ada tiga metode penilaian persediaan yang digunakan dalam akuntansi: 1. Metode Harga Pokok: a. Metode dengan menggunakan sistem persediaan periodik. Metode ini akan lebih cocok dipakai dalam perusahaan dagang yang menjual barang dagang dengan unit yang banyak, harga jual relatif kecil. Ada tiga alternatif yaitu: 1.
Metode Identifikasi Khusus
2.
Metode FIFO
3.
Metode Rata – Rata Tertimbang
b. Metode dengan menggunakan sistem persediaan perpetual Metode ini sangat memungkinkan untuk mencatat persediaan barang secara detail dan teliti. Perusahaan yang cocok memakai sistem pencatatan perpentual ini adalah perusahaan yang menjual barang dagang dengan harga jual relatif tinggi dan mempunyai unit barang dagang yang sedikit. Contoh perusahaan yang memakai metode ini adalah perusahaan mobil, motor, elektronik dan lain-lain. Ada tiga alternatif yaitu: 1.
Metode Identifikasi Khusus
2.
Metode FIFO
3.
Metode Rata – Rata Tertimbang
“ PSAK 14 (revisi 2008) tidak lagi memperbolehkan perusahaan menggunakan metode masuk terakhir keluar pertama (last in first out – LIFO)”.
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 3
2. Metode Taksiran Metode ini dipakai bila perusahaan kena musibah dan tidak bisa dihitung secara fisik. Oleh karena itu data dari hasil penjualan dan persediaan akhir serta penentuan laba kotor
dapat diambil dengan perhitungan persediaan akhir pada saat terjadinya
musibah. Cara ini ada dua metode: a. Metode harga eceran b. Metode laba kotor 3. Metode Nilai Pengganti Persediaan menurut metode ini dihitung dengan metode nilai terendah antara harga pokok dengan harga pasar. Ada pula penentuan persediaan akhir yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan penentuan nilai yang terendah antara harga pokok dengan harga pasar. Sehingga setiap akan membuat laporan keuangan selalu memerlukan harga pasar. Dengan membandingkan harga pokok dengan harga pasar, maka akan diambil harga yang terendah sebagai dasar perhitungan penilaian persediaan. Ad 1) Metode berdasarkan harga pokok Terdapat tiga metode alternatif yang dapat dipertimbangkan baik persediaan yang menggunakan sistem persediaan periodik atau perpetual yaitu metode identifikasi khusus, metode FIFO dan metode rata – rata tertimbang. Metode Identifikasi khusus: berdasarkan metode ini maka perusahaan harus mengidentifikasikan barang yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Di dalam metode ini setiap barang yang mempunyai harga pokok yang sama diberi tanda yang sama pula. Pada saat inventarisasi selain dihitung jumlah persediaan juga diperhatikan tanda-tanda tersebut. Penentuan nilai persediaan didasarkan pada tanda-tanda yang terdapat pada masing-masing barang yang bersangkutan. Metode ini cocok diterapkan pada suatu entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan satu sama lain, seperti galeri lukisan, penjualan permata/perhiasan dan lain - lain. Dengan menggunakan metode identifikasi khusus, maka perhitungan persediaan dengan menggunakan sistem periodik akan sama dengan sistem perpetual. Hal ini karena sistem ini nilai persediaan dikaitkan secara spesifik terhadap unit barang tertentu.
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 4
Metode FIFO mengasumsikan bahwa unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Metode rata – rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit persediaan berdasarkan biaya rata – rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Untuk menghitung biaya persediaan dengan menggunakan metode ini terlebih dahulu harus dihitung biaya rata – rata per unit yaitu membagi biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk dijual. Persediaan akhir dihitung dengan dasar rata – rata tersebut. Contoh: Dari catatan PT Bangun Jaya diperoleh keterangan yang berikut khusus mengenai barang dagang pada bulan Juni 2013: 1 Juni 2013
Persediaan 6000 unit @ Rp 2.800
5 Juni 2013
Pembelian 12.000 unit @ Rp 3.000
10 Juni 2013
Penjualan 8000 unit
12 Juni 2013
Pembelian 14.000 unit @ Rp 3.200
27 Juni 2013
Penjualan 7000 unit
30 Juni 2013
Pembelian 8000 unit @ Rp 3.300
Hitunglah jumlah persediaan akhir PT Bangun Jaya pada bulan Juni (menggunakan metode persediaan periodik dan perpetual) berdasarkan : 1. Metode Identifikasi Khusus Misalkan Barang diberi tanda identifiaksi khusus A, B, C, D (berdasarkan urutan tanggal). Total barang yang telah terjual sebanyak 15.000 unit yang terdiri dari 6000 unit barang A, 3000 unit barang B, dan 6000 unit barang C. 2. Metode FIFO 3. Metode Rata – Rata Tertimbang
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 5
Ad 2) Metode Taksiran A. Metode Harga Eceran Untuk menentukan nilai persediaan di dalam metode harga eceran terdapat langkahlangkah sbb : a)
Tiap kelompok barang yang dimiliki ditetapkan harga ecerannya masing-masing
b) Berdasarkan jumlah barang yang dijual (menurut harga pokok dan harga eceran) ditetapkan rasio (perbandingan) antara harga pokok dengan harga eceran, didalam persentase sbb : Harga Pokok = ---------------------- x 100% Harga Eceran c)
Ditetapkan persediaan akhir menurut harga eceran yaitu barang yang dapat dijual menurut harga eceran dikurangin penjualan.
d) Persediaan akhir menurut harga pokok ditetapkan berdasarkan persentase rasio harga pokok terhadap harga eceran.
Contoh: Dari catatan suatu perusahaan dagang diperoleh keterangan sbb : Harga Pokok
Harga Eceran
Persediaan awal
15.000
21.000
Pembelian
35.000
59.000
Penjualan
69.000
Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir berdasarkan metode harga eceran?
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 6
b.
Metode Laba Kotor Di dalam metode laba kotor terdapat anggapan bahwa persen laba kotor untuk dua periode yang berurutan dianggap sama besarnya. Penetapan nilai persediaan akhir dalam metode ini ditentukan sebagai berikut : 1. Barang yang dijual menurut harga pokok dikurangi harga pokok penjualan 2. Harga pokok penjualan ditentukan berdasarkan : Penjualan – Laba kotor
CONTOH: Dari catatan suatu perusahaan diperoleh sbb : 2013
2014
Persd. Awal
100.000
120.000
Pembelian
425.000
780.000
25.000
30.000
630.000
600.000
Retur Pembelian Penjualan Retur Penjualan
30.000
-
Berdasarkan keterangan di atas tentukanlah nilai persediaan akhir 2014 dengan memakai metode laba kotor ?
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 7
Ad 3) Metode Nilai Pengganti Metode Nilai Terendah Antara Harga Pokok dan Harga Pasar Meskipun pada prinsipnya persediaan dinilai menurut harga perolehan, tetapi kadang-kadang prinsip tersebut ditinggalkan. Hal ini terutama disebabkan turunnya harga pasar, yang sesuai dengan prinsip akuntansi (konservatisme) dapat diakui sebagai kerugian. Penetapan metode nilai terendah antara harga pokok dengan harga pasar terhadap persediaan dapat dilakukan sebagai berikut : a.
Untuk setiap jenis barang
b.
Untuk masing-masing kelompok
c.
Untuk total seluruh persediaan.
No Keteranga n
1
2
3
Bahan Baku Bahan A Bahan B Bahan C
BDP Barang D Barang E
Barang Jadi Barang F Barang G
Kua ntita s
Harga Pokok / unit
Harg a Pasa r/ unit
300 0 400 0 200 0
120 50 100
110 40 110
600 0 800 0
160 100
400 0 200 0
200 150
140 120
170 160
Total Persediaan Nilai Persediaan
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Total
Nilai terendah antara harga pokok dengan harga pasar
Harga Pokok
Harga Pasar
Tiap jenis barang
360.000 200.000 200.000 760.000
330.000 160.000 220.000 710.000
330.000 160.000 200.000
960.000 800.000 1.760.00 0
840.000 960.000 1.800.00 0
840.000 800.000
800.000 300.000 1.100.00 0 3.620.00 0
680.000 320.000 1.000.00 0 3.510.00 0
680.000 300.000
Tiap kelompo k
Total persediaa n
710.000
1.760.00 0
1.000.00 0
3.310.0 00
3.470.00 0
3.510.00 0 3.510.00 0
Page 8
Latihan : 1. Berikut ini adalah ringkasan data mengenai transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan yang dilakukan oleh PT Inti Mulia sepanjang bulan januari 2014: Tanggal 1 Jan 7 Jan 12 Jan 15 Jan 22 Jan 28 Jan 31 Jan
Keterangan Persediaan Awal Penjualan Pembelian Penjualan Penjualan Pembelian Pembelian
Unit 120 84 96 48 24 60 60
Harga / Unit Rp 200.000 Rp 210.000
Rp 220.000 Rp 205.000
Diminta: Apabila metode pencatatan adalah metode perpetual, hitunglah besarnya persediaan akhir dengan menggunakan metode penilaian persediaan: a. FIFO b. Rata – Rata
2. Komoditas Kategori X: Produk A Produk B
Harga Pokok
Kategori Y: Produk C Produk D Total
Harga Pasar
Rp 60.000.000 Rp 45.000.000 Rp 105.000.000
Rp 55.000.000 Rp 52.000.000 Rp 107.000.000
Rp 49.000.000 Rp 17.000.000 Rp 66.000.000 Rp 171.000.000
Rp 45.000.000 Rp 14.000.000 Rp 59.000.000 Rp 166.000.000
Diminta: Dengan menggunakan data di atas, tentukanlah besarnya persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan posisi keuangan (neraca), jika metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar (lower of cost or market method) diterapkan: a. Ke setiap jenis persediaan b. Ke setiap kelompok persediaan c. Ke persediaan secara keseluruhan
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 9
3. PT Sinar terang menggunakan metode harga eceran dalam mengestimasi besarnya nilai persediaan barang dagang. Berikut ini adalah informasi yang berhubungan dengan persediaan barang dagang per 31 Desember 2009: Persediaan, 1 Januari 2009 Penjualan Pembelian
Harga Pokok 1.600.000 24.000.000
Harga Eceran 1.900.000 27.600.000 33.760.000
Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir (harga pokok dan harga eceran) dengan menggunakan metode harga eceran?
Mohammad Aryo Arifin, SE., M.Si., Ak
Page 10