105
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PERHITUNGAN BAGI HASIL (MUDHARABAH) DALAM ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG SEMARANG
Perjanjian asuransi adalah hal yang baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, para sahabat serta tabi’in, sehingga dalam hukum Islam tidak terdapat kajian tentang hukum boleh tidaknya aturan asuransi dilakukan. Namun dalam fiqh Islam ada satu bentuk perbuatan yang hampir sama dengan asuransi yang kita kenal dengan kafalah. Menurut penulis keberadaan asuransi saat ini adalah satu upaya manusia semata-mata untuk mengantisipasi atau menanggulangi resiko yang dihadapinya, baik asuransi keluarga atau asuransi umum. Timbulnya berbagai kejadian yang tidak kita duga membuat manusia berfikir untuk menanggulangi resiko tersebut, agar hal-hal yang tidak terduga tersebut dapat diatasi nantinya. Hal ini juga tersirat dalam pengertian kafalah, yaitu mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam tuntutan secara mutlah, baik berkaitan dengan jiwa, uang, materi, atau pekerjaan. Perbedaan antara asuransi dengan kafalah adalah pada obyek pertanggungan, dalam asuransi yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, sedangkan dalam kafalah yang menjadi obyek pertanggungan adalah jiwa, uang dan materi. jadi berdasarkan hal tersebut dapatlah penulis katakan bahwasannya keberadaan asuransi sangat signifikan dalam kehidupan manusia mendatang guna mengantisipasi resiko yang menimpanya.
106
Yang menjadui permasalahan adalah operasioanal asuransi, selama ini asuransi konvensional menggunakan sistem bunga sehingga hal ini menimbulkan kontra bagi umat Islam.dengan adanya asuransi syari’ah, umat Islam tidaklah ragu-ragu dalam mengasuransikan diri dan keluarganya.
A. Analisa Konsep Mudharabah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang pertanggungan, merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari dunia barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan. Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan menjadi motor penggerak ekonomi pada era modern dan berlanjut pada masa sekarang. Sebagai mahluk sosial kebutuhan akan kerja sama antar satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup atau keperluankeperluan lain dan semua itu tidak bisa diabaikan. Hal ini dipraktekan dalam pelaksanaan program asuransi syari’ah, dimana peserta yang mengikuti asuransi syari’ah ini dituntut untuk senantiasa bekerjasama saling menolong antar sesama peserta lain, sehingga dapat mengurangi beban pada saat terjadinya musibah. Dalam ajaran Islam mengajarkan kepada kita untuk saling kerjasama dan saling tolong menolong dalam hal kebaikan karena kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah untuk saling menyayangi kepada semua mahluk Allah. Takaful atau asuransi syari’ah mengandung banyak manfaat bagi kemaslahatan umat manusia, karena dengan asuransi syari’ah umat dapat
107
menabung atau menyimpan uang secara teratur berinvestasi aman, hal ini berguna untuk memenuhi keperluan saat sekarang dan yang akan datang dari premi yang terkumpul, peserta asuransi memiliki persediaan dana untuk ahli warisnya, jika suwaktu-waktu ditakdirkan meninggal dunia. Peserta akan menerima kembali tabungan uang yang terkumpul ditambah dengan bagian keuntungan investasi dan kelebihan dana santunan jika ada. secara umum asuransi keluarga mempunyai makna yang tidak sempit, bahkan mempunyai arti yang representatif dalam dinamika kehidupan hukum Islam yaitu tolong menolong, investasi, derma dan infaq.1 Adapun mengenai praktek asuransi berdasarkan pada akad takafuli dan akad mudharabah yaitu untuk akad yang didasarkan pada prinsip bagi hasil, dimana dana premi yang terkumpul dalam total rekening tabungan (saving) dapat di investasikan oleh perusahaan asuransi yang mana resiko investasi di tanggung berasama antara perusahaan dengan peserta asuransi. Akad mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit), karena landasan dasar awal akad mudharabah adalah bagi hasil maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati. Jika perusahaan asuransi mengalami kerugian, maka kerugian itu akan ditanggung bersama antara peserta dengan perusahaan asuransi, dimana pada asuransi takaful keluarga cabang Semarang menetapkan nisbah 60%: 40%.
1
Hasil wawancara dengan ibu Choisah, selaku staf finansial consultan di Asuransi Takaful Cabang Semarang.
108
Dalam kegiatan perekonomian Islampun mengakui adanya motif profit atau keuntungan dalam kegiatan usahanya. Begitu juga dengan lembaga keuangan asuransi syari’ah. Namun, motif tersebut terikat oleh batasanbatasan hukum syar’i, dengan batasan-batasan itulah maka jika ajaran islam dilaksanakan dalam kegiatan ekonomi, pemakaian profit atau keuntungan tidak akan membawa manusia pada individualisme yang ekstrim yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan kepentingan-kepentingan orang lain. Keuntungan atau profit yang diperoleh peserta asuransi itu biasanya lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan asuransi, hal ini karena peserta asuransi telah mengusahakan modalnya, yaitu berupa premi-premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi. Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab III, Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang merupakan suatu lembaga keuangan dengan pola syari’ah menggunakan sistem bagi hasil (mudharabah) sesuai dengan hukum Islam pada kegiatan usahanya, Asuransi Takaful Keluarga cabang semarang dalam menerapkan konsep muamalah Islamiyah dibidang ekonomi yakni dalam pengumpulan dana premi para nasabah dan menyalurkan dana premi itu keberbagai jenis investasi yang sesuai dengan prinsip syari’ah. Dengan prinsip ini asuransi syari’ah berusaha mengajak kepada para nasabah pemilik premi untuk berpartisipasi pasif dan para pengusaha perusahaan asuransi partisipan aktif melaksanakan pilar syari’ah kerjasama ekonomi dengan sistem bagi hasil (mudharanbah) menjauhi riba,
109
maisir, dan gharar. Mengenai basic perhitungan tarif premi pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang yang dipakai adalah tabel mortalitas, asumsi bagi hasil (mudharabah) dan biaya asuransi yang adil dan tidak mendhalimi peserta. Faktor inilah yang dipakai dalam menentukan tarif asuransi keluarga yang dapat membedakan dengan asuransi konvensional yaitu prinsip perhitungan bagi hasil mudharabah pada asuransi syari’ah, sedangkan pada asuransi konvensional dengan bunga. Dalam mempertemukan kepentingan antara pemilik modal dengan perusahaan
asuransi
maka
perusahaan
asuransi
takaful
keluarga
mengembangkan sistem mudharabah yaitu kerja sama antara shahibul maal dengan pihak mudharib, dimana pihak asuransi diberi kuasa penuh untuk menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syari’ah. Mengenai kepemilikan modal asuransi takaful keluarga mempunyai hak dalam kepemilikan modal yaitu dana yang terkumpul peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul maal) perusahaan hanya pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut. Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil ini, asuransi takaful menerapkan ketentuan khusus antara lain ; a. Asuransi takaful keluarga cabang Semarang mencampurkan dan mengumpulkan semua dana premi yang tersedia dalam satu pool. b. Biaya ditanggung oleh perusahaan asuransi dan peserta asuransi hanya menanggung sebagian kecil saja.
110
c. Pembagian dilakukan setelah ada pemotangan biaya operasional seperti klaim, premi reasuransi dan beban pengelolaan (loading). d. Kerugian ditanggung bersama e. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan perusahaan sudah ditentukan oleh pihak perusahaan pada awal transaksi dan bersifat tidak tetap, artinya perusahaan asuransi akan menentukan besar kecilnya nisbah bagi hasil dengan menyesuaikan situasi dan kondisi perekonomian dalam perusahaan dan tidak ada tawar-menawar dengan peserta asuransi. Sedangkan berkaitan dengan rukun mudharabah asuransi syari’ah di Asuransi takaful keluarga cabang Semarang adalah sebagai berikut ; -
Adanya pelaku kerjasama, dalam kegiatan usahanya asuransi takaful keluarga cabang Semarang dalam hal pengelolaan harus saling bekerjasama yaitu antara mudharib dan shohibul maal. Dan mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum, hal ini dapat terealisir pada waktu awal perjanjian antara perusahaan dan peserta asuransi, dimana peserta asuransi sebagai shohibul maal dan perusahaan asuransi sebagai mudharib. Pada perusahaan asuransi takaful cabang Semarang dimana kedudukannya sebagi mudharib berkuasa penuh atas dana yang terkumpul dari shohibul maal, dalam hal ini adalah kumpulan dana premi dari peserta asuransi. Dengan adanya pengawasan dari DPS (Dewan Pengawas Syari’ah), jadi dengan adanya DPS yang bertugas mengawasi dan menetralisir pengelolaan dana premi tersebut yang diarahkan ke arah yang sesuai dengan aturan Islam.
111
-
Adanya sighat (ijab qobul) Setelah penulis amati adanya sighat pada Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang sudah terealisir dengan baik, dimana adanya ijab qobul antara perusahaan dan peserta asuransi, diantara keduanya telah sepakat atas kerja samanya dalam kurun waktu yang telah dicantumkan pada aplikasi sejak pertama menjadi peserta asuransi dan dicantumkan atau dituliskan dalam polis (perjanjian antara perusahaan dengan peserta asuransi).
-
Adanya modal dan usaha pada asuransi takaful keluarga cabang Semarang menurut penulis modal diasumsikan dengan premi yang telah dibayarkan setiap periode oleh peserta asuransi ke pihak perusahaan asuransi. Modal atau dana premi yang terkumpul tersebut diusahakan atau dikelola oleh perusahaan asuransi tanpa adanya campur tangan oleh pihak peserta asuransi. Mengenai kepemilikan modal perusahaan asuransi hanya sebagai pemegang amanah dan mengelolanya dengan penuh amanah pula.
-
Nisbah keuntungan Pada asuransi takaful keluarga cabang semarang dalam pembagian nisbah keuntungan antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi sudah ditentukan oleh pihak perusahaan pada awal transaksi dan tidak ada tawar menawar antara perusahaan dan peserta asuransi. Jika nisbah yang ditentukan oleh perusahaan asuransi 60 % untuk peserta berarti 40 % untuk perusahaan. Maka peserta tidak bisa menawarnya dan jika tidak setuju dengan nisbah yang ditetapkan oleh perusahaan, maka bagi calon
112
peserta boleh mengundurkan diri tidak menjadi anggota di perusahaan Asuransi Takaful Keluarga Semarang. hal ini menghindari adanya ketidakadilan atau ketidakrelaan diantara keduannya. Dengan melihat uraian sistem bagi hasil dan syarat dan rukun mudharabah yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang, maka jika dilakukan analisis dengan menggunakan konsep mudharabah akan kita lihat persamaan dan perbedaan diantara keduanya, dalam hal ini pada sistem bagi hasil asuransi syari’ah takaful keluarga dengan sistem mudharabah; a. Jika dalam sistem yang berlaku di asuransi takaful keluarga cabang Semarang menetapkan biaya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dan peserta asuransi hanya menanggung sedikit, hal ini sama dengan yang berlaku dalam sistem mudharabah yaitu biaya ditanggung oleh kedua belah pihak. Dengan demikian memang benar basisi perhitungan di asuransi takaful keluarga cabang Semarang menggunakan cara bagi hasil (mudharabah), disinilah yang menjadi tolak ukur keadilan yang ada, dimana untung dan rugi akan ditanggung oleh kedua belah pihak, tanpa adanya pembedaan antara mudharib dan shohibul maal. b. Dalam penetapan nisbah, diperusahaan asuransi takaful keluarga cabang Semarang, telah menetapkan nisbah dari awal oleh pihak perusahaan asuransi, tanpa adanya tawar menawar dengan nasabah atau peserta asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah pembagian bagi
113
hasil ada tawar menawar diawal perjanjian, jadi peserta dapat mengajukan usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnaya. Menurut pendapat penulis, perbedaan yang terjadi sebenarnya tidak signifikan, hanya berkisar pada tataran praktis, tetapi masih memegang satu konsep atau kesamaan konsep yaitu konsep mudharabah. Sebagaimana definsi mudharabah yang dikemukakan oleh Hasan Ali bahwa mudhrabah merupakan satu bentuk akad yang didasarkan pada prinsip profit and loss sharing (berbagi atas untung dan rugi), dimana dana yang terkumpul dalam total rekening tabungan (saving) dapat di investasikan oleh perusahaan asuransi yang resiko investasi investasi ditanggung bersama antara perusahaan dan peserta.2 Dimana akad mudharabah terwujud tatkala dana yang terkumpul dalam perusahaan asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang diproyeksikan menghasilkan keuntungan (profit) karena landasan dasar mudharabah ini adalah prinsip profit dan loss sharing maka jika perusahaan mendapat keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati dan sebaliknya jika perusahaan merugi kerugian tersebut ditanggung bersama perusahaan asuransi dan peserta asuransi. Selain itu definisi mudharabah yang dikemukakan oleh Ahmad Ghazali bahwa mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak dimana shohibul maal menyediakan modal sedangkan mudharib menjadi pengelola
2
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Op.Ci,. hlm. 141
114
dana, dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan diantara mereka. 3 Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar kententuan ketentuan yang akan dimiliki atau yang akan dibagihasilkan kepada masing-masing pihak yang melakukan transaksi mudharabah. Hal ini dikembalikan kepada kesepakatan yang sudah mereka buat sebelumnya. Salah satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini adalah bahwa pembagian itu dikembalikan kepada kesepakatan yang penuh kerelaan serta tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun yaitu antara mudharib dan shohibul maal. 4 Tidak ada aturan maupun sikap yang menolak jika dilakukan sedikit penyesuaian dalam isi dan bentuk kontrak mudharabah agar dapat dijalankan lebih efesien dan efektif dalam memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
5
Jika keduanya sepakat untuk membuat persyaratan ditentukan guna
lebih menjamin keuntungan dan mempertinggi produktifitas, hal ini tidakah salah sepenjang persyaratan ini tidak menyalahi ketentuan-ketentuan umum syrai’at. 6 Hal ini sesuai dengan kaidah;
ﺎ ِﻥﺰﻣ ﺍﻟﻴﺮﻐ ﺘﺗ ﺣ ﹶﻜﻢ ِﺍﻥﱠ ﹾﺍ ﹶﻻ Artinya; Sesungguhnya hukum berubah dengan berubahnya zaman. 7 3
Ahmad Ghazali, Jangan ada Bunga di Antara Kita, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2005, hlm. 92. 4 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 15 5 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid IV, Yogyakarta: Dana Bakthi Wakaf, 1995, hlm. 447. 6 Helmi Karim, Op.cit. 7 Hasbi Ash Asidiqi, falsafah Hukum Islam, Semarang: PT Pustaka Rizqi Putra, 2001, hlm. 323.
115
Tidak ada teks yang melarang dari salah satu dan kedua belah untuk menentukan perhitungan bagi hasil selama ketetuan tersebut berdasarkan karelaan masing-masing dan tidak adanya unsur penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal. Atas dasar inilah tidak ada larangan bagi perusahaan asuransi menentukan ketentuan atas prosentase nisbah yang ditentukan oleh pihak perusahaan asuransi sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui perjanjian prosentase nisbah yang ditentukan oleh pihak perusahaan asuransi, sedangkan peserta asuransi hanya menyetujui perjanjian prosentase nisbah yang ditentukan perusahaan asuransi artinya peserta asuransi tidak berwenang untuk menentukan nisbah bagihasilnya atau tidak adanya tawar menawar dengan perusahaan asuransi, tetapi dalam akad mudharabah untuk nisbah pembagian hasil ada tawar menawar diawal jadi peserta asuransi berhak mengajukan usul untuk jumlah nisbah bagi hasilnya. Jika pihak peserta asuransi tidak merasa keberatan, maka hal ini juga diperbolehkan dalam Islam, karena semua itu tergantung pada kesepakatan diantara keduanya. Pada dasarnya agama Islam tidak melarang (membolehkan) umatnya untuk menerapkan persyaratan diantara mereka. Tasyri Islam memberikan kebebasan kepada mereka dalam mengadakan transaksi. Hal ini sesuai dengan prinsip sulthanul iradah (kekeuasaan berkehendak).8 Didalam membuat akad, si Aqid dapat mengemukakan
8
Ibid. Hlm. 75
116
berbagai syarat yang ia kehendaki adapun mengenai kebolehan untuk menerapkan syarat adalah sesuai dengan firman Allah :
.(34 : ) ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ.ﻭ ﹰﻻﺴﺆ ﻣ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻬ ﻌ ﻬ ِﺪ ِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟ ﻌ ﻭﻓﹸﻮﹾﺍ ﺑِﺎﹾﻟ ﻭﹶﺃ .... Artinya ; Sempurnakanlah segala janjimu, karena sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungan jawab (QS. al-isra. 34) 9
.(1 : ﺍﳌﺎﺋﺪﻩ.ﻌﻘﹸﻮ ِﺩ ﻭﻓﹸﻮﹾﺍ ﺑِﺎﹾﻟ ﻮﹾﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ Artinya : Hai orang-orang yang beriman tunaikan segala akad-akadmu (QS. al-Maidah; 1). 10
Nash-nash diatas memberi pengertian bahwa suatu akad atau perjanjian yang dilakukan oleh seseorang dengan kehendak yang dilakukan oleh seseorang dengan kehendak menimbulkan kepercayaan orang kepada setiap hasil dari bermuamalah itu. Sampai dimana kekuasaan para pihak yang berakad dalam mengadakan perubahan terhadap akad yang telah ditentukan oleh syara. Dalam hal ini al-Qur’an menjelaskan dengan syarat yang bersifat umum.
.(188 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺍﻩ.ﺎ ِﻃ ِﻞﻨﻜﹸﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒﻴﺑ ﺍﹶﻟﻜﹸﻢﻣﻮ ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛﻠﹸﻮﹾﺍ ﹶﺃ ﻭ ﹶﻻ Artinya ; Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil….(QS. al-Baqarah. 188) 11
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ.ﻼ ﹰﻻ ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﻭ ﺍﻣﹰﺎ ﹶﺃﺣﺮ ﺣﻞﱠ ﺻ ﹾﻠﺤﹰﺎ ﹶﺃ ﻢ ِﺇﻻﱠ ﻭ ِﻃ ِﻬ ﺮﻋﻠﹶﻰ ﺷ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺴِﻠ ﻤ ﹶﺍﹾﻟ 9
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,. hlm. 227 Ibid,. hlm. 84 11 Ibid,. hlm. 23 10
117
Artinya : Orang-orang Islam berada diatas syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengaharmkan yang halal atau menghalalkan yang haram. 12
Dari hadits diatas menjelaskan tentang prinsip umum dalam melakukan akad atau transaksi. Orang muslim dalam melakukan transaksinya tergantung oleh syarat yang akan mereka sepakati bersama antara kedua belah pihak, kecuali syarat yang haram. Dalam transaksi yang
disepakati antara anggota
perusahaan asuransi akad atau atau peserta asuransi dengan
pengelola asuransi (perusahaan asuransi).harus berdasarkan syarat-syarat yang mereka terapkan bersama jika syart-syarat tersebut telah disepakati maka kedua belah pihak (peserta dan perusahaan asuransi) terikat dalam suatu ikatan (al-aqdu) yang harus yang harus dipatuhi bersama, kecuali syarat-syarat tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah.
B. Analisis Penerapan atau Implementasi Prinsip Asuransi Syari’ah di Asuransi Takaful Keluaraga Cabang Semarang Setelah penulis meneliti sebenarnya apakah pada asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang telah merealisasikan dalam kinerjanya, tentang adanya prinsip-prinsip asuransi syari’ah yang telah ada atau hanya sebatas “omong kosong” belaka, yang akan menyesatkan dan menjadi “topeng” bagi perekonomian Islami pada masyarakat khususnya bagi para muslim yang mengingikan berasuransi yang amam dimana bertujuan menjaga keamanan
12
Sunan Abu Daud Sunan, Abu Daud, Juz 3, Bairut Libanon: Dar al-Kitab al-ilmiah, 1996, hlm. 511.
118
bagi keluarga, hartanya dan sekaligus mengivestasikan dananya pada perusahaan asuransi cabang Semarang. Pada prinsip yang ada dalam asuransi syari’ah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islami secara komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syari’ah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islam. Biasanya literatur ekonomika Islami selalu melakukan penurunan nilai pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti halnya asuransi. 13 Pada asuransi Takaful keluarga Cabang Semarang menerapkan. Pertama, Prinsip ketuhanan yang merupakan prinsip pondasi utama dalam berasuransi
yang
harus
diperhatikan
adalah
bagaimana
seharusnya
menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntut oleh nilai-nilai ketuhanan, dimana setiap melakukan aktivitas berasuransi ada keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah dan selalu bersama kita. Tauhid sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan manusia dengan segala atribut yang melekat pada diri manusia adalah fenomena sendiri yang realitasnya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya. Hal ini dapat kita lihat pada QS. al-Hadid. (57);4.
.(4 : )ﺍﳊﺪﻳﺪ...ﻢ ﺘﺎ ﻛﹸﻨﻦ ﻣ ﻳﻢ ﹶﺃ ﻌﻜﹸ ﻣ ﻮ ﻭﻫ Artinya :……dan dia selalu bersamamu dimanapun kamu berada…(QS. alHadid.57:4) 14 13 14
Hasan Ali, Op.Cit. hlm. 125 Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 430.
119
Menurut penulis kalau pemahaman semacam ini bahwa “Allah SWT selalu bersama kita dimanapun kita berada” terbentuk dalam setiap pelaku ekonomi yang tersebut dalam perusahaan asuransi maka tahap awal masalah yang sangat urgensi telah berlalu dan dapat melangsungkan kegiatan ekonomi dengan baik. Setelah penulis perhatikan baik karyawan dan direktur di Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang sudah menjalankan prinsip ketauhidan ini, seperti yang telah penulis sampaikan pada bab III tentang adanya kegiatan rutin perusahaan asuransi yang dilakukan setiap bulan sekali dengan mengadakan perjanjian, meskipun perjanjian ini merupakan kegiatan intern perusahaan tapi ini merupakan langkah kongkrit adanya keinginan untuk berusaha berkerja dengan mengikutsertakan Allah SWT sebagai pengawas dalam kinerjanya selama ini, dalam perjanjian MES (Masyarakat Ekonomi Syari’ah) ini pengusaha-pengusaha di luar pengusaha. Pengusaha asuransi juga ada pengusaha lain yang mana pada prinsipnya dalam usahanya dengan menggunakan prinsip syari’ah salah satunya prusahaan Toha Putra, dengan adanya perjanjian MES ini mudah-mudahan ada kemajuan karena adanya kritik dan saran oleh para pengusaha yang satu dengan yang lainnya. Kedua, Prinsip keadilan, keadilan sangatlah diinginkan oleh semua manusia dimuka bumi ini, tanpa keadilan pastilah ada yang merasa dirugikan, dilecehkan, dan hanya mau menang sendiri. Dan adapun yang memerintahkan kita untuk bersikap adil sesuai dengan firman Allah SWT dalam suarat anNahl ayat 90 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil
120
dan berbuat kebajiakan, memberi kepada kaum kerabat”. Pada asuransi takaful keluarga cabang Semarang prinsip keadilan telah ditegakkan hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak-hak dan kewajiban antara nasabah atau peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. peserta asuransi dengan perusahaan asuransi telah memposisikan pada kondisi yang mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang santunan (premi) dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi. Sedangkan peserta akan mendapat hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Setelah penulis melakukan penelitian di Asuransi Takaful Syari’ah Cabang Semarang, antara kewajiban dan hak peserta asuransi telah terlaksana dengan semestinya dimana peran peserta telah memenuhi kewajibannya untuk membayar uang premi yang telah ditentukan diawal perjanjian dengan perusahaan asuransi dan mengenai hak yang akan diperoleh peserta asuransi yaitu sejumlah dana santunan yang diberikan perusahaan asuransi kepada peserta asuransi jika terjadi peristiwa kerugian, hal ini penulis kemukakan tentang kewajiban dan hal peserta asuransi. Sedangkan mengenai kewajiban perusahaan asuransi yang berfungsi atau berkewajiban mengelola dana yang terkumpul dari iuran premi dari peserta asuransi dengan jalan yang halal dan berkewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada peserta asuransi yang telah terjadi kerugian, dan mengenai hak perusahaan adalah mendapatkan bagi hasil dari hasil pengelolaan dana yang dikelolanya. Selain itu prinsip adil dibutuhkan ketika menentukan nisbah mudharabah, bagi hasil dalam surplus underwriting dan
121
bagi hasil antara perusahaan dan peserta. Karena itulah transparansi dalam asuransi syari’ah menjadi sangat penting. Islam secara ‘gamblang’ menjelaskan mengenai ketulusan dan transparansi dalam bermuamalah, al-Qur’an dengan tegas menekankan perlunya hal ini dalam nilai bermuamalah, yang tersirat dalam QS al-An’Am; 152.15 Dengan demikian prinsip keadilan serta prinsip amanah pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang telah ditegakan. Ketiga, Prinsip tolong menolong (ta’awun) hakikat asuransi Islam adalah saling bertanggung jawab, bantu membantu dan saling tolong menolong satu sama lainnya. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syari’ah, karena prinsip dasar syari’ah mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagai mana firman Allah dalam Surat alMaidah ayat 2. Asuransi syari’ah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak diatas asas saling membantu dan tolong menolong karena setiap muslim terhadap muslim lainnya sebagimana sebuah bangunan yang saling menguatkan kepada bagian lainnya. Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang prinsip ta’awun telah terealisir dalam sebuah kegiatan usahanya salah satunya bagi setiap
15
Artinya, “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa, dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan patuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.Departemen Agama, Op.Cit. hlm. 117.
122
peserta asuransi yang ingin menjadi peserta asuransi, maka secara tidak langsung harus mempunyai niat dan motifasi untuk menolong dan meringankan beban saudaranya. Keempat, Prinsip kerjasama, prinsip ini merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam. Manusia sebagai mahluk yang mendapat mandat dari khlaiq Nya untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi, mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. kita sebagi mahluk sosial selalu memerlukan orang lain, karena itu harus adanya sikap saling kerjasama. Ajaran-ajaran Islam pada umumnya dan terutama ayat-ayat al-Qur’an berulang-ulang menekankan nilai kerjasama dan kerja kolektif. Kerjasama dengan tujuan beramal sholeh adalah perintah Allah, baik dalam masalahmasalah spiritual, urusan ekonomi atau kegiatan sosial.
16
Dalam asuransi
syari’ah pun ada prinsip kerjasama, kerjasama dalam bisnis asuransi Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang terwujud dalam akad antara peserta dan perusahaan asuransi yaitu adanya akad mudharabah Kelima, Prinsip gharar, gharar merupakan apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita, dan akibat yang mungkin muncul adalah yang kita takuti. Sedangkan menurut Wahbah Az –zuhali memberikan pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan al-taghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya menimbulkan kebencian atau 16
Monzar Kahf, Ekonomi Islam (telaah analisis terhadap fungsi sistem ekonomi islam), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 57-58.
123
sesuatu yang tidak diketahui pasti benar atau tidaknya, dapat diartikan sesuatu yang lahirnya menarik, tetapi dalamnya belum jelas diketahui. 17 Pada
Asuransi
takaful
Keluarga
cabang
Semarang,
gharar,
ketidakpastian dapat dinetralisir yaitu dengan cara; a. Bentuk akad syari’ah yang melandasi penutupan polis, dimana dalam konsep Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang keadaan ini akan lain karena akad yang dipergunakan adalah akad takafuli yang saling menjamin yaitu semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu dengan lainnya. Lain halnya di asuransi konvensional, dimana perjanjian akadnya adalah tabaduli (pertukaran) yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Akad pertukaran ini tidak jelas berapa yang akan dibayarkan dan berapa yang akan diterimanya, dengan adanya masalah ini maka muncullah keadaan menjadi rancu atau tidak pasti (gharar), karena kita tidak tahu berapa yang akan dibayar tetapi kita tahu berapa yang akan diterimannya (sejumlah uang pertanggungan). b. Sumber dana pembayaran klaim. Pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang pembayaran klaim diambil dari dana tabarru. Karena konsep dalam Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang setiap pembayaran premi sejak awal akan dibagi menjadi dua, yaitu masuk ke rekening pemegang polis dan satu lagi masuk ke rekening khusus peserta yang akan diniatkan sebagai derma,
17
Muhammad et.al, Visi al-Qur’an Tentang Etka dan Bisnis, Jakarta: Salemba Diniyah, 200,2 hlm. 156.
124
tabarru. Jadi peserta asuransi mengetahui dari mana sumber dana pertanggungan yang diberikan kepadanya berasal. Sebagai contoh perhitungan pembayaran klaim pada Asuransi Takaful; (lihat tabel terlampir). Apabila terjadi klaim pada asuransi yang masa perjanjiannya 10 tahun dan pembayaran premi 3 juta per tahun, kemudian pada tahun ke 5 perserta meninggal dunia, maka pertanggungan yang diberikan sebesar 30.673.124,-. Nilai nominal 16.985.624,- bukan merupakan gharar. Karena dana ini berasal dari dana kematian + nilai tunai tahun ke 5 + bagi hasil. Sehingga dana kematian yang diterima peserta tidaklah gharar karena jelas dari mana asalnya yaitu dari dana kematian (tabarru dan jumlah bagi hasil ) sesuai dengan premi yang dibayarkannya. Lain halnya pada asuransi konvensional apabila terjadi klaim seperti asuransi yang diambil sepuluh tahun dan pembayaran premi sebesar 1.500.000, per tahun, kemudian pada tahun ke 5 meninggal dunia, maka pertanggungan yang diberikan sebesar 15.000.000,-, hal ini berarti uang 7.500.000,- yang bukan merupakan cicilan premi selama 5 tahun adalah gharar dan tidak jelas dari mana asalnya. Keenam, Prinsip Maisir, untung-untungan merupakan salah satu alasan yang dikemukakan oleh para ulama yang tidak boleh membenarkan adanya asuransi. Perlu kita ketahui bahwa salah satu ciri judi adalah keuntungan sepihak dengan mengalahkan pihak lainya dan jika memperoleh kekalahan, maka kekalahan tersebut sebagai pengganti dari kemungkinan menang. Dari
125
pengertian diatas menurut pengamatan penulis pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang tidak membuka peluang dengan adanya keuntungan
sepihak,
parameter
keuntungan
bagi
tertanggung
yakni
berdasarkan pada ansuran premi tetap, sesuai dengan jumlah selama waktu yang telah disepakati ditambah dengan bagi hasil Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang berusaha untuk mengurangi resiko dan bersifat sosial serta membawa kemaslahatan bagi keluarganya, sedangkan judi atau pertaruhan untung-untungan justru menciptakan resiko, tidak sosial dan bisa membawa petaka bagi keluarganya. Ada beberapa segi yang membedakannya antara permainan judi dengan asuransi syari’ah sebagai berikut: 1.
Suatu pertaruhan berdasarkan suatu kejadian yang pasti akan terjadi yang tidak pasti ialah hasil dari kejadian itu atau pihak mana yang akan beruntung. Adapun asuransi didasarkan atas suatu kejadian yang dapat terjadi, tetapi tidak harus atau tidak pasti akan terjadi.
2.
Pertaruhan tidak menguntungkan masyarakat, sedangkan asuransi mempunyai faidah bagi masyarakat.
3.
Suatu
perjanjian
asuransi
dikuatkan
oleh
undang-undang
dan
dituliskannya dalam polis, sedangkan perjudian lazimnya tidak. 4.
Dalam persetujuan asuransi kejadian atau bahaya terhadap jaminan tidak diinginkan akan terjadi, baik oleh penanggung maupun oleh tertanggung, hal ini tidak berlaku dalam pertaruhan atau judi.
126
5.
Dalam perjanjian asuransi, jaminan yang diberikan dimaksudkan untuk menjaga kepentingan pihak tertanggung , dalam pertaruhan tidak ada maksud demikian. 18
6.
Perbedaan yang lain adalah bahwa asuransi itu bertujuan mengurangi resiko, bersifat sosial dan membawa maslahat bagi keluarganya. Sedangkan judi justru menciptakan resiko. 19 Ketujuh, Prinsip larangan riba. Pada Asuransi Takaful Keluarga
cabang Semarang prinsip larangan riba sangatlah penting karena salah satu tujuan adanya atau berdirinya Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang adalah dalam rangka menghindari praktek riba. Dengan adanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) semua premi yang terkumpul dari peserta dikelola atau di investasikan sesuai dengan hukum syar’I yaitu menjauhi haram dan dalam pembagian keuntungan yang diperoleh peserta bukan berdasarkan bunga, namun, dari pendapatan perusahaan atas hasil investasi atau pengelolan premi tersebut sehingga pada Asuransi Takaful Keluarga cabang Semarang bebas dari bunga. Asuransi keluarga tidak bisa disamakan dengan riba, karena sifatnya adalah ta’awun dan perlindungan sosial, serta berdasarkan prinsip kerjasama dalam menghadapi resiko. Mengenai anggapan adanya riba dalam asuransi itu hanya adanya kelebihan menerima penerimaan uang santunan dari pada pembiayaan premi, baik yang diterima tertanggung maupun ahli warisnya. Namun demikian, dalam asuransi keluarga terdapat tolong-menolong dalam 18
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung: CV Diponegoro, 1984,
hlm. 135. 19
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, Jakarta: CV Haji Masagung, 1993, hlm. 131
127
kebaikan dan terdapat manfaat yang dapat dirasakan oleh penanggung dan tertanggung. Bahkan mengambil sesuatu yang maslahat sangat dianjurkan dalam Islam, sehingga akan terhindar dari kemudharatan. Kelebihan itupun hasil dari bagi hasil penginvestasian dari dana premi yang telah diusahakan oleh perusahaan. Jadi pada Asuransi Takaful Keluarga Cabang Semarang bebas dari riba.