20
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sinopsis Drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer Drama ini bercerita tentang Jumena Martawangsa, seorang yang sudah tua dan tinggal menunggu ajal datang dan menjemputnya.Secara garis besar, drama ini didominasi oleh Jumena dengan konflik batin yang dialaminya akibat rasa ketidakpercayaan terhadap istrinya dan orang-orang disekitarnya, kecuali tokoh perempuan tua yang telah lama mengasuhnya.Hal itu diperparah dengan kecemasan dia setelah meninggal nanti.Jumena sangat takut apabila hartanya yang selama ini dikumpulkan jatuh kepada istrinya yang tidak dipercaya dan jatuh kepada orang-orangjahat disekitarnya. Pada awal cerita, Jumena dan Euis (istrinya) saling mengasihi.Perbedaan umur yang jauh antara Euis dan Jumena tidak membuat Euis untuk berhenti mencintai Jumena.Bahkan Euis sedang mengandung anak dari Jumena. Tapi hal itu berubah ketika Jumena mempunyai pikiran buruk terhadap istrinya yang selingkuh dengan Marjuki (adik angkat Jumena) di belakangnya.Hingga muncul suatu bayangan mengenai perselingkuhan itu secara terbuka di depannya.Bahkan Jumena sangat curiga dengan anak dalam kandungan Euis merupakan anak dari Marjuki.Hal itu ditambahi dengan datangnya Kamil (si sinting) yang mencoba menghasut Jumena agar percaya bahwa Euis dan Marjuki selingkuh di belakangnya.
21
Selain hal itu terdapat suatu masalah yang bersifat duniawi, mengenai pekerja-pekerja pabriknya yang sedang mogok kerja.Pemogokan kerja itu akibat Jumena yang tidak mau menaikkan upah/gaji pembayaran pekerjanya itu.Jumena malah memberi pilihan gaji tetap atau gaji diturunkan. Bahkan para wakil pekerjanya mencoba berbicara langsung dengan Jumena, tetapi Jumena tidak menghiraukan mereka bahkan akan menurunkan gaji mereka. Dengan dalil para pekerjanya tidak mampu memanajemen gaji per bulan dengan bijak dan baik.Tidak sepertinya dulu yang hidup tanpa mengetahui orangtuanya, lalu hidup sendiri dan berhasil hingga sekarang kaya raya dan mempunyai pabrik. Selain itu, dalam cerita ini Jumena sering didatangi oleh Sabaruddin (guru agama).Tokoh dalam drama ini yang berperan sebagai penasehat spiritual Jumena sebelum meninggal.Awalnya Jumena ingin membangun suatu masjid dan tempat pengasuhan anak terlantar di daerah tempat tinggalnya.Hal itu dibicarakan kepada Sabaruddin, agar Sabaruddin menyampaikan hal itu kepada ulama-ulama daerahnya.Namun setelah Sabaruddin menyampaikan hal itu kepada khalayak, tiba-tiba Jumena membatalkan niatnya dengan alasan sebelumnya dia berniat untuk itu karena ingin menyenangkan hatinya atau sebagai kepuasan hatinya.Sekarang hal itu tidak ada dalam pikirannya lagi, padahal Sabaruddin telah mempublikasikan niatan baik itu. Munculnya tokoh-tokoh khayalan juga ikut mempengaruhi alur drama ini berjalan.Seperti tiba-tiba hadirnya tokoh Markaba (tokoh jahat) dan Lodod (tokoh idiot).Kehadiran mereka dalam drama ini hanya muncul ketika Jumena sedang dalam pikiran kebimbangan antara hasutan dan kenyataan.Begitu juga dengan
22
hadirnya tokoh Pemburu.Pemburu disini disimbolkan sebagai malaikat pencabut nyawa yang hadir bolak-balik untuk menanyakan kesiapan Jumena dalam menghadapi kematiannya. Pada akhir cerita, sebelum meninggalnya Jumena.Muncul drama dalam suatu drama ini, yaitu drama mengenai pikiran buruk Jumena yang menceritakan Euis sangat senang dengan meninggalnya Jumena. Hal itu terjadi karena Marjuki akan segera menikahi Euis sepeninggal Jumena. Ditambahkan dengan datangnya Markaba dan Lodod yang berkerja sama dengan Marjuki untuk mengambil hartanya. Tetapi Markaba dan Lodod meminta Euis juga hanya untuk semalam saja.Euis tidak mau dalam hal itu, bahkan dia menjadi sangat membenci Marjuki yang selama ini dicintainya.Hal itu berujung ketika Pemburu datang untuk mencoba menenangkan pikiran Jumena dan membawanya pulang untuk tidak kembali selama-lamanya. B. AnalisisStruktur Drama Sumur Tanpa Dasar B.1 Analisis Tema Tema dalam drama Sumur Tanpa Dasarini adalah kemiskinan moral dalam hal ini kemiskinan rohani. Drama ini menceritakan tentang tokoh utama, Jumena Martawangsa seorang pengusaha yang sukses. Kesuksesannya itu mengantarkannya pada kecerdasan dalam berpikir. Akan tetapi kecerdasannya tersebut menggerogoti keimanannya yang menyebabkan ia mulai meragukan dengan adanya kekuasaan sang pencipta. Jumena bahkan meyakini bahwa kekayaannya ini didapatkannya karena hasil kerja kerasnya sendiri.
23
Jumena yang selalu berpikir rasional sangat menghargai usahanya sehingga siapa saja yang mendekatinya, bahkan Euis istrinya sendiri, selalu dicurigai hanya akan mencuri harta kekayaannya. Nampak iman harta dan pikiran telah merasuki jiwanya. Akibatnya hal-hal yang bersifat ketuhanan selalu iahubungkan dengan hartanya. B.2 Analisis Alur Alur yang digunakan adalah alur maju, diawali dengan penggambaran serta penjelasan para tokoh yang terdapat dalam drama ini, kemudian dilanjutkan dengan konflik yaitu terjadinya kerumitan dan masalah. Seperti munculnya kecurigaan terhadap orang-orang terdekat Jumena dimulai dari kecurigaannya terhadap Euis yang berselingkuh dengan Juki, Markaba dan Lodod yang ingin merebut kekayaannya. Hingga pemogokan yang dilakukan para pekerjanya di pabrik tenun. Selain itu juga tidak ditemukannya solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam drama ini. Masalah yang satu menghadirkan masalah yang baru lagi. Kehadiran kramagung berupa petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh yang biasanya dituliskan dalam tanda kurung dan dicetak miring ini, membantu hal yang kurang jelas yang tergambarkan melalui dialog antar tokohnya. Hal tersebut disebabkan oleh karena drama ini terbagi ke dalam dua alam, yaitu alam nyata dan alam pikiran Jumena.
24
B.3 Analisis Judul Judul Sumur Tanpa Dasar merupakan pernyataan simbolis pengarang yang menggambarkan ambisi para tokoh cerita untuk memiliki sesuatu yang takada ujungnya. Peristiwa dan tokoh-tokoh tersebut merupakan perwujudan dari sikap pengarang terhadap kecenderungan manusia yang tidak pernah puas dalam mengejar kekayaan materi hingga melupakan masalah transendental. Sumur Tanpa Dasar sendiri adalah potret kehidupan manusia jaman sekarang yang direalisasi dalam tokoh Jumena Martawangsa yang lebih beriman kepada pikirandan dirinya sendiri daripada kepada Tuhan. Sumur Tanpa Dasar juga menjadikan obsesi-obsesi keduniawian yang menjangkiti tokoh-tokoh ceritanya yang lain. B.4 Analisis Penokohan a.
Jumena Martawangsa Drama Sumur Tanpa Dasar mengangkat tokoh utama yaitu seorang laki-laki berusia kurang lebih 83 tahun.Ia sudah mulai sakit-sakitan, sesak nafas dan batuk-batuk telah menggerogoti tubuhnya. Jumena seorang yatim piatu, ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan, sedangkan ibunya meninggal ketika melahirkannya. Sejak lahir ia telah menjadi gelandangan. Akan tetapi berkat keuletan, kerja keras, serta hemat ia bisa menjadi kaya raya. Jumena menjadikan bekerja dan berpikir sebagai falsafah hidupnya. Seperti yang terlihat pada dialog berikut.
25
404. JUMENA Nah, jelas barangkali dulu saya membayangkan manusia itu hanya mahluk yang terdiri dari mulut dan perut belaka.Tapi sejak memahami cina tadi, kemudian saya menyadari hal itu tidak benar. Dan sekarang saya yakin manusia adalah mahluk paling hebat! Di samping punya mulut dan perut dan mata, juga punya kepala dengan otaknya, punya tangan dan kaki Kalau kau juga mau percaya, saya pernah juga berjualan balon keliling kota. Pendek kata hidup saya penuh dengan kerja dan kerja.Berpikir dan berpikir, dan sampai sekarang, begitu kekayaan telah dapat saya kumpulkan, toh saya masih cinta pada kerja.insyaAllah sebelum saya masuk liang lahat tak hendak saya berhenti bekerja dan berpikir. Lihatlah ke dalam, ke kamar kerja saya dengan rak-rak bukunya; bahkan saya pun tak hendak berhenti belajar. Ini hanya satu misal saja dan coba apa jadinya kalau….
Hal ini mempengaruhi tingkah laku dan sikapnya dalam melihat setiap persoalan hidup yang selalu dikaitkan dengan rasio. Ini juga yang menyebabkan kehidupannya tidak pernah tenteram meskipun telah kaya raya, karena ia tidak dapat menikmati kekayaannya dengan rasa syukur. Jumena berambisi untuk menguasai harta bendanya seorang diri, bahkan untuk kebutuhan fakir miskin pun ia tidak mau membantu. Baginya perbaikan masjid hanya membahagiakan masyarakat dan bukan dirinya, ia juga takut harta kekayaannya akan berkurang apabila ia melakukan hal tersebut. Kekikiran Jumena juga nampak saat ia membatalkan untuk menyokong pembangunan rumah penampungan untuk anak-anak terlantar. Hal tersebut dinilainya hanya akan membuat anak-anak tersebut menjadi manja dan malas. Ia berpikir bahwa anak-anak tersebut harus
26
dapat berusaha sendiri seperti halnya dirinya yang telah hidup mandiri sejak berumur 6 tahun. Sikap memuja harta menyebabkan Jumena selalu curiga kepada orang lain di sekitarnya. Ia percaya bahwa mereka akan merampas hartanya sepeninggalnya ia nanti. Tidak terkecuali kepada Euis istrinya. Tidak hanya istrinya, ia juga selalu berprasangka buruk kepada Juki, Sabaruddin dan Perempuan Tua yang selalu setia merawatnya. b.
Euis Euis adalah seorang gadis berusia 26 tahun dan berwajah cantik.Ia adalah istri keempat Jumena.Euis sebenarnya adalah tipe istri yang setia. Akan tetapi kehidupan dalam keluarganya yang keras serta sikap acuh tak acuh Jumena yang begitu terobsesi akan harta kekayaan, menyebabkan Euis berubah. Dialog berikut menunjukkan bahwa Euis sangat mencintai suaminya. 44. EUIS (Bertubi-tubi menciumi Jumena) Saya mencintai suami saya seperti saya mencintai ayah saya sendiri
Pada awalnya Euis menerima kenyataan bahwa ia kesepian, namun semua itu berubah ketika Euis terkena hasutan dari Marjuki. 59.EUIS (Dalam cermin) Saya seorang perempuan.Saya kesepian. Saya harus menerima apa adanya. Dia suami saya. Bagaimanapun!
Euis menjadi pemberontak dan dengan tegas menyatakan bahwa suaminya lah yang salah atas semua penderitaannya selama ini.
89. EUIS Dia perakus. Mata duitan
27
(Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya ke pintu) Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusi pabrikpabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya. Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.
Selain itu Euis juga pandai berbohong, terbukti ia mampu mengelabui Jumena dengan kata-katanya yang manis yang dilakukannya agar supaya Jumena tidak mengetahui kejahatan yang dilakukannya. Sangat jelas bahwa faktor lingkungan dalam hal ini kehadiran Juki mampu merubah segalanya dalam rumah tangga Jumena dan Euis. Pada awalnya Juki adalah tempat pelarian Euis, namun yang terjadi kemudian Juki bersama Markaba dan Lodod malah menodai Euis. Pada akhirnya mereka ramai-ramai meninggalkannya. Dalam drama ini Euis menjadi tokoh penegas karakter Jumena yang selalu silau dengan pekerjaan, harta dan pikiran yang telah menyebabkan Euis menjadi kesepian. Kesepian Euis menjelaskan kurangnya perhatian Jumena. c.
Perempuan Tua Tokoh Perempuan Tua adalah sosok pembantu yang setia. Telah cukup lama ia melayani Jumena. Ia selalu mengambilkan tempolong ludah dan menggantinya. Watak tokoh ini tidak begitu jelas, karena tidak pernah terlihat ada interaksi dengan tokoh-tokoh lain, selain dengan Jumena. Tidak terdapat juga konflik yang berarti dengan tokoh lain di
28
luar dirinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kehadiran tokoh ini hanya untuk memperjelas kondisi kesehatan tokoh utama yaitu Jumena. Kesetiaan Perempuan Tua nampak pada dialog Jumena berikut. 246. JUMENA Saya kenal seorang perempuan tua yang telah memelihara saya sampai saya agak besaran (Sabaruddin tersenyum tidak percaya) Perempuan tua itu bukan ibu saya.Tapi dia memelihara saya. Setiap kali ia menidurkan saya, perempuan tua itu selalu bersenandung. Kemudian saya tahu apa yang disenandungkan, persis seperti lagu-lagu pujian yang bisa dinyanyikan anak-anak di mesjid Saya kira inilah satu-satunya kenangan masa kanak-kanak saya.
a.
Marjuki Kartadilaga Marjuki atau Juki adalah salah satu pekerja di pabrik Jumena. Dikatakan bahwa ia adalah adik angkat Jumena. Hal ini dikarenakan dulunya Jumena pernah tinggal di rumah Juki, yaitu ketika Jumena dipelihara oleh ayah Juki yang seorang guru. Akan tetapi ketika orang tua Juki meninggal mereka berdua berpisah dan hidup sendiri-sendiri. 392. JUMENA …Dan seperti kau tahu, Juki. Saya kemudian tinggal di rumahmu sebagai kacung. Mujur untuk saya karena ayah Juki seorang guru yang baik, saya disekolahkan (diam) Tapi setahun setelah saya menginjak lantai sekolah guru, Ayah Juki meninggal dan peristiwa itu memaksa saya harus magang di kantor sekolah saya sendiri, jelasnya membantu-bantu.
Juki adalah perwakilan sifat manusia modern yang memiliki cara berpikir rasional. Juki selalu berpikiran bahwa jika ingin berhasil maka harus cepat menggunakan kesempatan yang ada. Akibatnya Juki tidak
29
peduli lagi apakah kesempatan yang didapatkan itu benar atau salah, baginya benar dan salah sama saja. 66. JUKI Euis, kau bisa gila karena kelemahanmu. Kau jangan cepat puas.Apa yang kita kecap dalam beberapa hari ini hanya sebagian kecil saja dari sukses.Kita belum mendapatkan semuanya.Jangan takut pada diri sendiri.Persetan itu hati nurani.Diri sendiri adalah milik kita sendiri.Kita harus bebas. Bebas seperti malam-malam dahulu ketika suamimu pergi ke Tasikmalaya. Malam-malamketika alam yang murni mempertontonkan dirinya, di mana kita menjadi putra-puteri alam sejati, terbuka dan merdeka
Falsafah hidup Juki tersebut berpengaruh pada tingkah lakunya. Contohnya ketika ia mengetahui bahwa Euis kesepian karena sering diacuhkan Jumena, maka ia membujuknya untuk berbuat serong. Berbagai macam tindak kejahatan dilakukan Juki untuk merebut harta kekayaan Jumena, yang dilakukannya bersama Markaba dan Lodod, bahkan melibatkan Euis. Hal ini menunjukkan sikap Juki yang tidak tahu berterima kasih kepada Jumena yang telah memberikan pekerjaan dan tempat tinggal. b. Sabaruddin Nataprawira Sabaruddin adalah seorang guru agama Islam. Ia juga merupakan sahabat dekat Jumena. Sebagai seorang ulama, ia sering berhubungan dengan berbagai tokoh masyarakat di lingkungan mereka, termasuk pengusaha seperti Jumena. 228. SABARUDDIN Tapi tak ada salahnya kau mendengarkan nasihat saya. Sebelumnya saya perlu katakan bahwa apa yang saya ingin lakukan untuk kau tak lebih hanya atas nama persahabatan. Saya tetap sebagai sahabat dan bukan sebagai seseorang yang ingin mengislamkan kau.Saya berbicara di sini
30
karena saya selalu merasa berteman.Jum, percayalah saya.Kau perlu istirahat.
Sabaruddin bersama teman-temannya bermaksud merenovasi masjid di kampung mereka itu dan membangun rumah penampungan untuk anak-anak terlantar. Ia meminta bantuan dengan meyakinkan kepada Jumena bahwa kedua hal tersebut merupakan perbuatan baik dan sangat besar amalnya, akan tetapi Jumena terus menolak untuk membantu. Namun sikap Jumena tersebut tidak lantas merubah kebaikan Sabar kepadanya walaupun berkali-kali dikecewakan. Disaat kritis Jumena pun, Sabar selalu menjenguknya dan menuntun Jumena dengan doa agar Jumena pergi dengan tenang. Dalam drama ini tokoh Sabaruddin hadir untuk mempertegas sifat kikir dan tidak mau bersedekah seorang Jumena. Tokoh Sabar juga yang membuat kontras watak dengan Jumena, Jumena hanya berorientasi pada materi dan keduniawian, sedangkan Sabar selalu mementingkan nilainilai spiritual dan urusan akhirat. c. Kamil Tokoh Kamil adalah seorang laki-laki setengah waras yang menjadi orang kepercayaan Jumena. Ia bertugas untuk mengawasi Euis dan Juki. Kamil adalah orang yang jujur, ia selalu melaporkan kepada Jumena apa yang dilakukan oleh Euis dan Juki. Kamil lah yang membongkar perselingkuhan antara Euis dan Juki.
31
453. KAMIL Ada kabar penting untuk agan Jumena Martawangsa (Sementara Juki bergerak ke suatu sudut sambil tersenyum dan kemudian menyalakan rokoknya.Kamil dengan langkah sangat hati-hati ‘slow motion’ mendekati Jumena yang berusaha menahan diri. Kamil dengan gaya berbisik tapi cukup keras) Istrimu serong!
Akan tetapi kejujuran itu menyebabkan kematian bagi Kamil. Ia mati terbakar bersama pabrik tenun milik Jumena, hal ini sengaja dilakukan oleh Juki untuk menutupi perbuatan serongnya dengan Euis. Tidak hanya itu, Kamil bahkan dituduh bahwa dialah yang membakar pabrik tenun tersebut. Tokoh Kamil dalam drama ini berfungsi untuk memperjelas watak dan sifat buruk Euis dan Juki. d. Markaba Tokoh Markaba berfungsi untuk melancarkan niat-niat Juki dalam merampas harta kekayaan Jumena. Hal ini menyebabkan Markaba hanya muncul pada adegan-adegan akhir dalam drama ini. Karakter Markaba tidak jauh beda dengan karakter Juki. 904. MARKABA Tidak. Tapi saya lebih tidak percaya kepadamu.kau licik, itu sudah jelas dalam cara kau berjudi. Juki, lihat mata saya.Sering kamu melihat saya marah, tapi lihatlah.belum pernah saya marah sedemikian hebatnya.Selama hidup bertualang belum pernah saya dikhianati kawan sendiri sedemikian rendahnya.Jangan pula kau mengira saya takut mati. Saya tidak pernah takut sama siapapun. Kalaupun polisi akan membelah dada saya menajdi dua puluh kerat, saya juga tidak akan takut. Mati bagi saya tidak berarti apa-apa. Tidak ada Tuhan!
Markaba telah bersekongkol dengan Juki dan Lodod untuk mencuri kekayaan Jumena, dalam usaha mereka ini Markaba lebih berani dalam
32
mengambil tindakan dibandingkan Juki yang pengecut. Bagi Markaba, segala tindakannya tidak ada yang benar atau pun salah, semua dilakukan untuk mengejar kepuasan lahiriah semata. e. Lodod Seperti halnya Markaba, Lodod juga turut membantu niat Juki untuk merampok harta kekayaan Jumena. Lodod dan Markaba adalah dua serangkai yang memiliki watak dan perilaku yang sama. Apa yang dilakukan Markaba pasti diikuti Lodod. Salah satunya adalah ketika Markaba meniduri Euis, Lodod pun ikut bergantian meniduri istri Jumena tersebut. Hal ini nampak pada kramagung berikut. MARKABA DAN LODOD SECARA RAHASIA MEMPERCAKAPKAN SESUATU. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL JUKI MENEMANI MEREKA. LALU MERUNDINGKAN SESUATU. DENGAN HATI-HATI MEREKA MASUK KE DALAM KAMAR, DAN BERGANTI-GANTI MENYETUBUHI EUIS.
i.
Warya Warya adalah seorang pekerja di pabrik milik Jumena. Ia selalu menjadi juru bicara atau perwakilan para buruh untuk menyampaikan keinginan-keinginan mereka. Tokoh Warya yang hadir hanya sesekali dalam drama ini tidak memiliki karakter yang jelas, dilihat dari tidak adanya interaksi dan konflik dengan tokoh lain selain Jumena. Tokoh ini hanya memperjelas karakter Jumena yang tidak hanya kikir pada keluarganya akan tetapi juga pada karyawan dan pekerja di pabrik tenun miliknya.
33
Dapat dilihat pada dialog Warya berikut, yang mengisyaratkan bahwa ia datang menemui Jumena untuk menyampaikan keputusan dari teman-teman pekerja. 710. WARYA Sependengaraan saya begitu pak. Nanti Emod sendiri dan kawan-kawan lain akan langsung menyampaikan keputusan itu kepada bapak.
j. Lelaki Tokoh Lelaki atau Kuslan ini adalah seorang pelukis yang tergilagila dengan Euis. Kehadirannya yang hanya beberapa saat dalam drama ini menyebabkan karakternya tidak jelas. Kuslan berfungsi hanya untuk menunjukkan bahwa Euis telah main serong dengannya hingga hamil. Hal ini semakin mempertegas karakter Euis yang hiperseks. 769. LELAKI Ada! Semuanya sudah beres, undangan sudah beres, Euis sendiri bilang akan mendampingi saya melukis setiap malam. Dia juga mengatakan anak saya akan lahir kira-kira tiga bulan lagi
k. Pemburu Kehadiran tokoh Pemburu dalam drama ini hanya bisa dirasakan oleh Jumena karena ia hanya hadir dalam pikiran, ilusi dan imajinasi Jumena, oleh sebab itu perwatakan tokoh ini tidak dapat dideskripsikan. Pemburu alias Sang Waktu atau Kala adalah penjelmaan ayah Jumena. Fungsinya adalah untuk mempertegas kepergian Jumena di akhir cerita. 929. JUMENA Kau ini sebenarnya siapa? 930. PEMBURU Yang kau cari.Yang kau rindui. Ayahmu alias Tanya
34
B.5 Analisis Latar a. Latar Tempat Tempat kejadian atau latar geografis drama ini terjadi di rumah Jumena yang berada di salah satu sudut kota Jakarta. Adapun penyebutan beberapa tempat seperti pabrik tenun milik Jumena, masjid yang akandirenovasi dan rumah penampungan hanyalah berada dalam dialog antar tokoh, akan tetapi tidak diwujudkan secara visual dalam drama ini. Selain itu beberapa adegan terjadi di dalam pikiran, ilusi maupun imajinasi Jumena. b. Latar Waktu Drama Sumur Tanpa Dasar ini terjadi kapan saja. Tidak ada sesuatu yang khusus yang menunjukkan waktu dalam drama ini, baik yang nampak pada wawancang maupun kramagung drama ini. c. Latar Sosial Penggambaran latar sosial dalam kehidupan keluarga Jumena begitu keras, penuh konflik dan jauh dari kenyamanan sebuah keluarga. Hal inilah yang menyebabkan tingkah laku manusia dalam drama ini lebih mementingkan pemuasan hawa nafsu untuk memenuhi ambisi pribadi untuk mereguk kekayaan sepuasnya.
35
C. Temuan Penelitian C.1 Kandungan Kritik Sosial dalam Drama Sumur Tanpa DasarKaryaArifin C. Noer Arifin menulis drama ini saat ia masih menjadi mahasiswa, saat itu sikap rasionalisme dan materialisme barat begitu gencar menyerang masyarakat Indonesia. Sumur Tanpa Dasar merupakan reaksi dan tanggapan dari seorang Arifin muda, saat itu ia berusia 22 tahun, yang saat duduk di bangku kuliah begitu giat membaca buku-buku tentang sosiologi dan psikologi. Pengetahuan tentang keagamaan yang didapatkannya di Pesantren Jamsaren Solo ia gunakan juga dalam drama ini. Arifin yang pesimis dalam menghadapi kemiskinan, mencoba jadikan agama sebagai satu-satunya pemecahan. Bekerja keras, menjadi kaya tidaklah berguna apabila miskin hati, hingga menyebabkan jiwa seseorang tidak tertolong dengan kekayaannya itu, seperti yang terjadi pada tokoh Jumena dalam drama Sumur Tanpa Dasar, malah sebaliknya kekayaan menjadikan jiwa seseorang menjadi rusak. Sumur Tanpa Dasar mengangkat masalah sosial yang berkaitan dengan ambisi manusia dalam meraup kekayaan duniawi. Hal tersebut menyebabkan mereka lupa akan kebutuhan rohani. Permasalahan sosial seperti ini kerap terjadi dimana saja, tak terkecuali di Indonesia. Jumena yang terlahir sebagai gelandangan, mengambil pelajaran dari keuletan seorang Tionghoa, akhirnya iabercita-cita untuk menjadikaya raya.
36
Jumena pun kerja keras untuk mengumpulkan uang, puluhan tahun ia hidup dengan hanya bekerja dan berpikir. Falsafah hidup hemat pun ia pegang teguh. Akan tetapi kekayaan ini menjadikan Jumena orang yang pencuriga, tidak percaya pada siapa pun orang yang berada di dekatnya. Bahkan ambisi untuk mempertahankan harta benda ini menjadikan Jumena kikir dan tidak mau berbagi dengan sesama.Masalah ketuhanan pun selalu dihubunghubungkan dengan materi.Jumena juga tidak percaya dengan adanya amal, hari kiamat dan akhirat. Selain itu ada juga tokoh-tokoh lain seperti Euis dan Juki, yang juga berambisi untuk merebut harta kekayaan Jumena. Hal tersebut menjadikan hubungan sosial antar tokoh-tokoh tersebut menjadi bermasaalah. Euis yang adalah istri keempat Jumena, awalnya sangat mencintai Jumena menjadi berubah pikiran karena sifat Jumena yang selalu mencurigainya. Saudara angkat Jumena, Jukilah yang menyebabkan hal itu terjadi.Juki mencekoki Euis dengan pikiran-pikiran jahat tentang suaminya itu. Euis yang merasa kesepian akibat sikap acuh Jumena pun terpengaruh dengan kata-kata Juki, Euis tidak sadar bahwa Juki mendekatinya hanya untuk mendapatkan harta Jumena. Selain itu ada tokoh Sabarudin, seorang guru agama yang sering menasehati Jumena.Sabar juga dianggap Jumena ingin merebut harta kekayaannya. Permintaan Sabar kepada Jumena untuk menjadi penyokong dana guna pembangunan rumah penampungan dan masjid, ditolak mentahmentah oleh Jumena. Jumena berpikir bahwa ide tersebut hanya akan
37
membahagiakan orang lain dan bukan dirinya. Jumena juga berpikir bahwa ide tersebut hanya akan membuat orang-orang menjadi malas dan tidak mau bekerja keras seperti dirinya. Masalah-masalah sosial di atas adalah merupakan imbas dari ambisiambisi Jumena untuk memperkaya diri. Konflik-konflik sosial antar tokoh yang terjadi dalam Sumur Tanpa Dasar dilatarbelakangi oleh hasrat mereka untuk merampas harta benda Jumena. C.2 Konflik Antar Tokoh yang Merepresentasikan Kritik Sosial dalam Drama Sumur Tanpa Dasar KaryaArifin C. Noer a.
Kesewenang-wenangan dan Keserakahan Kutipan dialog berikut ini dapat merepresentasikan sosok Jumena sebagai fokus penekanan dalam cerita. Jumena dapat mewakili sosok penguasa
yang
meletakkan
dirinya
sebagai
pemegang
kendali
tertinggi.Sikap Jumena memicu pergolakan bagi tokoh-tokoh lain untuk membicarakan perihal kerakusan dan kegilaannya terhadap harta bendanya. Juki dan Euis sebagai relasi terdekat dengan Jumena tidak luput membicarakan Jumena, seperti terlihat dalam petikan dialog berikut ini: 86. EUIS Tidak. Saya yakin suami sayalah yang bersalah 87. JUMENA Kalau saja dia berani nyerocos seperti itu 88. JUKI Kenapa kau bilang begitu? 89. EUIS Dia perakus.Mata duitan (Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya ke pintu) Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusi pabrikpabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa jam
38
menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya. Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.
90. JUMENA. Lalu apa yang diharapkan dari saya? Duduk-duduk menghabiskan waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya sudah Bosan!. Apa dia pikir semuanya akan bisa diselesaikan hanya dengan senyum-senyum dan tiduran berbaring-baring di atas ranjang? Sekiranya saja dia dapat membuktikan bahwa dengan cara seperti itu dapat digapai kebahagiaan hidup. Tidak! Saya sudah kecap semuanya, saya sudah jalani semuanya! Kosong. Dan cara mengisi hidup seperti itu terlalu mahal ongkosnya dan tidak produktif, apalagi kreatif. Selain bergurau di atas ranjang lama-lama menjemukan juga. Capek, linu-linu apalagi pada pinggang – ah, lebih baik duduk-duduk di teras –
Juki, saudara angkat Jumena, tidak berhenti hanya pada rasa iri terhadap
keberhasilan
keserakahan
dan
Jumena
proteksi
menjadi
Jumena
kaya
terhadap
dan
menggunjing
harta-hartanya.Juki
menganggap Jumena berubah menjadi orang yang sewenang-wenang dalam mengambil keputusan dalam keluarga. Pada dialog berikut tampak bahwa terdapat alur yang komplikatif dalam cerita yang menempatkan Euis,
istri
Jumena,
pada
kebingungan
untuk
menentukan
keberpihakannya. Apakah akan mengikuti Juki, selingkuhannya, atau Jumena, suaminya yang sibuk mengurusi harta-hartanya. 60. JUKI Kau tahu siapa yang membantah itu? 61. JUMENA (Melanjutkan) Itulah musuhmu selama ini 62. JUKI Perasaanmu! 63. EUIS Tapi kalau itu kita kerjakan berbahaya. Lagi, kenapa kita harus… 64. JUKI
39
Bahaya harus berani kita tempuh kalau kita sungguh-sungguh menghendaki kepuasan dalam hidup kita 65. EUIS Saya kira saya sudah cukup puas. Saya kira cukup itu… 66. JUKI Euis, kau bisa gila karena kelemahanmu.Kau jangan cepat puas.Apa yang kita kecap dalam beberapa hari ini hanya sebagian kecil saja dari sukses.Kita belum mendapatkan semuanya.Jangan takut pada diri sendiri.Persetan itu hati nurani.Diri sendiri adalah milik kita sendiri.Kita harus bebas. Bebas seperti malam-malam dahulu ketika suamimu pergi ke Tasikmalaya. Malam-malam ketika alam yang murni mempertontonkan dirinya, di mana kita menjadi putra-puteri alam sejati, terbuka dan merdeka 78. JUKI Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik? 79. EUIS Cerdik sekali. Raja kecerdikan 80. JUKI Ya, dan kecerdikan bukan berasal dari perasaan, tetapi dihasilkan oleh kepala dan pikiran.Kau mengerti?
Anggapan Juki tentang Jumena tidak sepenuhnya salah.Jumena memanglah orang yang memegang kendali tunggal terhadap hartahartanya. Orang lain tidak dengan mudah dapat mengubah keputusan yang ditetapkannya, termasuk para pekerja yang membantunya mengumpulkan pundi-pundi uangnya. Jumena menolak untuk menaikkan gaji pekerja dengan anggapan bahwa menurutnya standar gaji yang ia tetapkan telah diperhitungkan dengan cermat sehingga telah layak dan cukup untuk pemenuhan kebutuhan para pekerjanya. Jumena bukanlah seorang “juragan” yang bisa dengan mudah menerima saran-saran pekerjanya. Kesewenang-wenangan pemilik usaha yang memegang kekuasaan penuh atas segala aset usahanyadapat dilihat dalam petikan dialog berikut ini:
40
112. JUMENA Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah keputusan saya. Saya tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun. Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua bahwa standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak.Prinsip saya cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil tiap-tiap keluarga. Lagipula saya sudah menghitung dengan cermat berapa setiap keluarga menghabiskan biaya setiap bulan dan berapa sisa yang bisa ditabung 113. EMOD Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang lain. Juga sifat orang.Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih kurang. 114. JUMENA Itu karena umumnya semua orang boros.Saya yakin itu.Cobalah kamu Tanya istri saya berapa ongkos rumah ini. Barangkali kamu tidak percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah ini kurang dari gaji yang kamu terima setiap bulan 115. EMOD Tapi ini keadaan istimewa, gan. Maksud saya tidak setiap kali orang mengadakan pesta perkawinan 116. JUMENA Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin menabung, niscaya tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Bisa kalian buktikan bahwa standardan peraturan-peraturan yang saya buat merugikan? Kamu lupa gaji rata-rata di sini setengah kali lebih besar dibanding tempattempat lain? Coba kalian mampir ke pabrik tenun Mustopa atau pabrik minyak kacang Haji Bakri dan Tanya berapa orang-orang di sana terima gaji? Sekali lagi War, Mod. Kalau orang mau hemat, insaAllah tidak akan menemui kesulitan apa-apa. Dengan gaji yang mereka terima, mereka akan dapat membiayai ongkos pengobatan dan apa saja. Dan lagi, tidak masuk akal kalau saya pun harus menanggung biaya pemborosan kalian.Coba saja, kalian boros dan saya harus menanggung keborosan kalian, sinting namanya.Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi.
Selain bersifat sangat protektif terhadap aset-aset usahanya, Jumena juga sangat perhitungan dalam pengeluaran finansialnya. Seluruh perhatiannya ia curahkan untuk mengontrol uangnya dalam kondisi fisik yang sakit sekalipun. Dalam hal ini, Jumena tidak menganggap dirinya sebagai orang yang kikir, melainkan orang yang cermat sehingga ia pun tidak sekalipun menaruh kepercayaan kepada siapa pun dalam mengatur keuangannya. Dialog antara Jumena dan Euis, istrinya berikut ini dapat memperjelas hal tersebut.
41
160. JUMENA Omong-omong berapa belanja kita hari ini? 161. EUIS Akang lagi sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu? 162. JUMENA Bukan tetek bengek, tapi uang.Dan saya tidak pernah sakit untuk urusan uang.Ini satu-satunya hiburan saya, gila kalau saya tidak memeliharanya. Sekarang katakan berapa belanja kita hari ini? 163. EUIS Sama seperti kemarin 164. JUMENA Kalau begitu masih ada sisa buat besok 165. EUIS Masih 166. JUMENA Sebetulnya masih bisa juga untuk belanja dua hari lagi, tapi kau belum tahu seninya. Tidak apa. Kelak kau pasti bisa. Tapi sekali lagi saya nasihatkan jangan sekali-kali kau suruh orang lain berbelanja. Juga jangan Nyai kau itu, belanjalah sendiri. Semua orang sama saja. Tukang catut! Jangan salah paham, ini bukan sikap kikir, tapi sikap cermat, dan kau tahu berkesenian dengan uang selain menghargai jerih payah 167. EUIS Sepi sekali rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok.Pabrik apalagi, sepi. 168. JUMENA Persetan
Tokoh Jumena sepertinya sengaja diciptakan Arifin sebagai wujud kompleksitas yang membingungkan. Di satu sisi, Jumena adalah orang yang sangat serakah dan materialistis. Orang yang menilai uang adalah hal yang perlu dipertahankan bagaimanapun caranya. Bahwa uang adalah perlambang kerja keras manusia. Di sisi lain, Jumena menyadari bahwa suatu saat nanti, kematian akan datang kepadanya hingga ia tidak lagi dapat menikmati harta-harta yang ia kumpulkan. Namun pemikiran tersebut tidak lantas meleburkan kegilaannya terhadap materi. Baginya uang adalah hiburan yang mengisi kekosongan-kekosongan hidupnya. Jumena pun menganggap bahwa apa yang telah berhasil ia lakukan,
42
mengubah hidup dari ketiadaan menjadi kaya raya pun bisa dilakukan oleh siapa saja. Hal inilah yang membuatnya urung untuk mengabulkan permintaan para pekerjanya. Baginya kerja keras adalah hal yang paling penting sebelum mengharapkan uang darinya. 363. JUMENA Sekarang umur saya sudah lewat jauh setengah abad, sementara tubuh saya merasa belum dilahirkan.Saya sungguh tidak tahu bagaimana seharusnya saya hidup.Saya tidak pernah merasa bahagia.Tapi kalau memang kebahagiaan hanya suatu keadaan senang yang sesaat mampir dalam hidup, terus terang saya pernah merasakannya.Adakalanya saya senang setiap kali melihat tumpukan uang saya, terutama belakangan ini.Seolah-olah saya menyaksikan harga diri saya dalam tumpukan uang itu. Tapi bagaimanapun saya tidak bisa menghindari bahwa saya akan mati juga. Kalau begitu rasanya segala apa yang telah saya kerjakan selama ini tidak lebih hanya mengisi kekosongan lain. Kau mengerti sekarang, kenapa tadi saya katakan bahwa sebenarnya bisa saja saya luluskan permintaan pekerja-pekerja itu, toh sama saja bagi saya. 364. JUKI Kenapa tidak akang luluskan kalau bagi akang sama saja? 365. JUMENA Ada sedikit bedanya, kalau permintaan mereka saya luluskan, mereka yang akan terhibur. Kalau tidak, saya yang terhibur.Saya pilih hiburan untuk saya.Cuma inilah yang saya dapat dari hidup. Kadang-kadang ingin saya bakar saja semuanya, (Tiba-tiba) tidak begitu, saya akan kembangkan lagi usaha-usaha saya setelah saya benar-benar sehat dan mereka memahami keputusan saya. Sekedar mengisi waktu sebelum segalanya berakhir. Dan saya kira saya harus cari hiburan yang lain, karena hidup memang harus begitu kata semua orang, baik ulama maupun pemabok. Tidak, saya tidak akan poya-poya seperti dulu, Juki. Bosan! Ah, nanti saya akan cari cara yang lain. Yang penting sekarang, saya harus menyelamatkan dan mempertahankan seluruh milik saya. 431. JUMENA Tidak, Juki. Saya perlu saksi.Saya minta kau mendengarkan semua ini dengan obyektif. (Juki duduk lagi.Jumena tegang menahan amarah) saya percaya saudara Sabar pun mengerti bahwa berbicara atau menuduh tanpa fakta adalah sangat berbahaya. Saya a-sosial? Saya sungguh tidak tahu cara kau berpikir. Dengarlah, apa kekurangan saya sebagai seorang
43
muslim? Atau seseorang yang hidup di suatu masyarakat?Setiap Jumat saya memberi sedekah kepada orang-orang miskin yang berbondongbondong datang kemari.Dan setiap hari raya Idul Fitri saya tidak lupa mengirimkan zakat fitrah.Begitu pun saya tidak pernah lalai menunaikan zakat dan kurban pada setiap hari raya Idul Adha.Saya buka sawah, perkebunan, pabrik untuk menggerakan masyarakat, agar suka bekerja dan meningkatkan daya pikir mereka. Saya melepaskan mereka dari dongeng-dongeng tetek bengek. Dan saya kira, dalam ukuran saya, juga merupakan suatu kebanggaan bahwa saya rela menunjang seseorang yang tidak waras dalam rumah ini yang sebenarnya bukan tanggung jawab saya; hanya karena dulu dia pemilik rumah ini yang tidak punya lagi keluarga Apalagi yang Anda harapkan dari saya? Dan lagi sudah saya bilang persoalannya tidak terletak di sana. Persoalannya terletak pada prinsip. Terus terang saya katakan saya tidak melihat manfaat dari semua rencana itu kecuali mudoratnya karena hasilnya akan sia-sia 432. SABARUDDIN Maaf, mang Jumena bisa membuktikan semua itu? 433. JUMENA Apa harus saya ulangi lagi bahwa saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini hanya dengan bekal nol? Bangun dan berdiri dengan kaki sendiri? Sesudah enam tahun usia saya, tak satu tangan pun yang menunjang hidup saya kecuali tangan Jumena Martawangsa sendiri. Maka saya yakin apa yang telah dapat saya kerjakan dapat juga dikerjakan oleh siapa saja
Jumena yang diciptakan oleh Arifin sebagai tokoh yang serakah, justru menganggap dirinya bukanlah orang yang a-sosial. Jasa-jasanya kepada khalayak ramai pun ia ungkapkan sebagai bukti bahwa ia bukanlah seburuk yang disangkakan orang lain terhadapnya. Arifin merangkum pandangannya tentang keserakahan melalui dialog tokoh Kamil berikut ini: 503. KAMIL Nah, sekarang kuliah kita lanjutkan.Ini adalah manusia.Ini kepalanya, ini kakinya.Ini adalah manusia yang jelek proporsinya.Kepalanya lebih besar daripada dadanya.Dan perutnya jauh lebih besar lagi. Jenis ini adalah jenis yang paling dekat dengan kera. Kalau ia terus berbiak dan beberapa tingkat lagi niscaya ia akan menjadi kera. Nah sekarang jelas kekeliruan radikal teori Darwin.Bukan manusia berasal dari kera. Tapi kera berasal dari manusia (Tiba-tiba semua lampu padam. Kamil senang sekali)
44
Kiamat.Ternyata kiamat lebih cepat daripada perkiraan meteorology.Saya datang, Tuhan. Halo sahabatku (Keluar)
ahli
b. Pengangguran
Padatnya penduduk di ibukota dan kurangnya lapangan kerja yang memadai menyebabkan banyaknya pengangguran. Mereka menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan uang. Berbagai pekerjaan dilakoni, bahkan menjadi pencopet pun rela mereka lakukan agar dapat mengisi perut serta untuk menghidupi keluarga mereka. Dalam Sumur Tanpa Dasar, Arifin mewujudkan hal ini lewat tokoh Juki. Juki yang dulunya adalah seorang pencopet di kawasan Senen Jakarta, oleh karena Jumena merasa berhutang budi kepada keluarga Juki ia pun mengangkatnya sebagai adik dan memberikan pekerjaan di pabrik miliknya.Akan tetapi hal ini tidak lantas membuat Jumena memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Juki.Di samping memang sudah menjadi sifat Jumena yang pencuriga, masa lalu Juki yang adalah seorang mantan pencopet menurut Jumena memang sepatutnya dicurigai. Hal ini dapat dilihat pada penggalan dialog berikut,
179. JUMENA Tidak apa-apa.Saya hanya bilang hati-hati.(Tiba-tiba gugup) jangan lupa, dulu dia hidup diantara pencoleng-pencoleng Senen, kau tahu Senen? 180. EUIS Ya, lalu kenapa? 181. JUMENA Nah, lebih dari soal-soal mesum adalah pisau permainan orang macam dia
45
Selain itu Arifin juga melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada orang-orang yang memiliki impian untuk hidup senang di ibu kota. Mereka berlomba-lomba datang ke Jakarta dan kota besar lainnya dengan bekal ilmu dan kemampuan yang seadanya, tanpa berpikir bahwa itu saja tidak cukup untuk bisa bertahan hidup dalam ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka harapkan. Hal ini nampak pada dialog berikut, dimana tokoh Kuslan yang diciptakan Arifin adalah seorang pelukis yang bermimpi bahwa karyakaryanya akan terkenal di daerah Jakarta, Bandung hingga sampai ke luar negeri. Bahkan orang tuanya di kampung hidup menderita karena hartanya telah habis untuk membiayai Kuslan serta impiannya itu.Ini jugalah yang menjadikannya depresi hingga menjadi sinting. 761. P. TUA Orang-orang menganggap pelukis itu sinting.Orang tuanya dulu kaya, tapi belakang ini kelihatannya agak menderita.Seluruh harta orang tuanya habis untuk membiayai pelukis itu.Dia memang buah hati orang tuanya.Begitu sayang sampai orang tuanya selalu percaya pada kebohongan-kebohongannya.Misalnya bahwa lukisan-lukisannya sudah terkenal di Bandung, Jakarta dan luar negeri. Padahal semua orang tahu, semua itu bohong dan hanya impiannya saja LELAKI KURUS MUNCUL DALAM KEADAAN MURAM SEKALI. IA DUDUK, MENANGIS
c. Kemiskinan Selain berbicara tentang kesewenang-wenangan dan keserakahan penguasa serta pengangguran, Arifin juga mengangkat kemiskinan dalam dramanya ini. Akan tetapi ia melihat kemiskinan bukan suatu hal yang harus diratapi. Ia menginginkan adanya usaha dan kerja keras dari tiap
46
manusia, melihat bahwa kekayaan bukanlah hal yang bisa didapatkan begitu saja tanpa bekerja. Jadilah Arifin menciptakan tokoh Jumena yang memiliki falsafah hidup bekerja dan berpikir. Jumena yang lahir dalam kondisi tidak memiliki apa-apa hingga harus menjalani hidup sebagai gelandangan, oleh karena suatu kisah yang membuatnya sadar bahwa kerja keras bisa merubah hidup seseorang yang awalnya tak punya apa-apa hingga menjadi orang yang memiliki segalanya. Penggambarannya dapat dilihat pada dialog berikut, 389. JUMENA Nah, Sabar, sekarang kau boleh bertanya pada Juki bagaimana saya dulu hidup. Barangkali kau tidak percaya dulu saya juga anak gelandangan alias pengemis….. ..…Pikirkanlah, saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini betul-betul telanjang bulat, tanpa popok dan gurita, nol dalam arti yang sejati….. 391. JUMENA Ya, karena sekarang, saya kaya raya, tapi coba kalau saya tetap pengemis, tidak akan seperti dongeng, tapi seperti pemandangan buruk atau bahkan mimpi buruk. Suatu malam di teras sebuah toko di kota Cirebon, tempat biasa saya tidur, seorang kawan bercerita bagaimana Cina pemilik restoran yang gedungnya besar di seberang jalan, setindak demi setindak menjadi kaya. Ia bercerita bagaimana Cina itu pada mulanya hidup miskin. Sebelum punya warung, Cina itu bekerja sebagai kacung, katanya di sebuah restoran.Dan sejak itu dia sangat rajin dan cermat menabung, sehingga pada suatu saat uang tabungannya cukup untuk modal berjualan rokok. Semakin lama semakin cermat ia, sampai pada suatu hari ia membeli sebuah warung kecil. Seterusnya ia membuka warung nasi Lengko sambil tetap berjualan rokok. Dan jadilah ia taukeh restoran terbesar di kota itu. Kalian tahu apa yang saya pikirkan malam itu? LAGI LOLONG ANJING 392. JUMENA Di balik sarung kumal, malam itu, saya memutuskan saya harus keras bekerja dan harus cermat dan rajin. Harus!...
47
403. SABARUDDIN Kembali ke soal tadi 404. JUMENA Nah, jelas barangkali dulu saya membayangkan manusia itu hanya mahluk yang terdiri dari mulut dan perut belaka.Tapi sejak memahami Cina tadi, kemudian saya menyadari hal itu tidak benar. Dan sekarang saya yakin manusia adalah mahluk paling hebat! Di samping punya mulut dan perut dan mata, juga punya kepala dengan otaknya, punya tangan dan kaki Kalau kau juga mau percaya, saya pernah juga berjualan balon keliling kota. Pendek kata hidup saya penuh dengan kerja dan kerja.Berpikir dan berpikir, dan sampai sekarang, begitu kekayaan telah dapat saya kumpulkan, toh saya masih cinta pada kerja.InsyaAllah sebelum saya masuk liang lahat tak hendak saya berhenti bekerja dan berpikir. Lihatlah ke dalam, ke kamar kerja saya dengan rak-rak bukunya; bahkan saya pun tak hendak berhenti belajar. Ini hanya satu misal saja dan coba apa jadinya kalau….
Melalui beberapa dialog di atas Arifin mengajak kita semua untuk tidak menyerah akan keadaan. Kemiskinan bukanlah suatu hal yang tidak bisa diubah. Kesuksesan seorang Jumena merupakan salah satu bukti betapa kerja keras bisa merubah keadaan. Jika hanya duduk berpangkutangan dan melulu mengharapkan bantuan dari orang lain semuanya itu tidak akan terwujud. d. Politik Sumur Tanpa Dasar juga menyinggung tentang masalah politik. Melalui petikan dialog antara Jumena dan Sabaruddin berikut ini jelas terlihat bahwa Jumena yang awalnya hidup di pusat ibukota Jakarta memilih untuk hijrah ke pinggiran kota karena ingin menghindari kondisi politik yang carut marut. Jumena tidak ingin hanyut dalam keadaan tersebut, malah muncul pikiran seandainya ia adalah seorang pengarang
48
ia akan menumpahkan segala kesemrawutan itu dalam karya-karyanya, akan tetapi hal ini pun tak mampu ia lakukan karena merasa bahwa menjadi seorang pengarang bukanlah bidangnya. 230. SABARUDDIN Ada baiknya kau melancong ke tempat lain 231. JUMENA (Tertawa) Kalau kau tahu 232. SABARUDDIN Kenapa kau tertawa? Ini sungguh-sungguh 233. JUMENA Kalau kau tahu kenapa saya dua puluh tahun yang lalu memutuskan untuk tinggal di sini, barangkali kau tidak akan menyarankan seperti itu. Dua puluh tahun lalu saya pun menasehati diri saya sendiri agar saya melancong ke tempat lain, minggat dari Jakarta, minggat dari politikpolitikan dan lain-lain pekerjaan yang memang bukan bidang saya. Barangkali saya bisa sedikit lebih tenang kalau bisa jadi pengarang.Terlalu banyak yang saya bisa kandung, tapi saya tidak mampu melahirkannya.Tidak, saya tidak punya bakat untuk itu.(Tertawa) dua puluh tahun lalu saya benamkan seluruh diri saya dalam kegiatan perusahaan saya, dengan harapan bisa tentram.Saya tutup mata saya, telinga dan hati saya, bahkan seluruh mimpi saya. Sekarang setelah dua puluh tahun, kau menyarankan agar saya melancong ke tempat lain untuk istirahat. Saya jadi merasa geli, apa mungkin hidup hanya bisa diatasi dengan pelancongan seperti itu!? Kau tahu benar apa sebenarnya yang sangat merisaukan saya terutama akhirakhir ini?
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa hiruk pikuk perpolitikan yang dimaksudkan Arifin memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Para elit politik melakukan segala hal guna mewujudkan segala keinginan mereka tanpa pernah memikirkan nasib kalangan bawah. Rakyat yang hanyalah masyarakat biasa pun tak memiliki kemampuan untuk membendung masalah tersebut. Pada dialog di atas sempat disinggung juga tentang pengarang, disini peneliti melihat Arifin memiliki harapan bahwa seniman-seniman, . melalui buah karya mereka kiranya dapat menjadi penyambung lidah
49
masyarakat dalam menyampaikan aspirasi mereka. Sesuatu yang mustahil apabila dilakukan secara terang-terangan, kendati demikian pencekalan terhadap karya-karya yang dianggap provokatif masih terus saja dilakukan, meskipun saat ini dikatakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi, negara yang masyarakatnya bebas dalam bertindak dan menyampaikan aspirasi tanpa intervensi dari pihak manapun. e. Degradasi Moral dan Agama Kritik sosial lain yang hendak disampaikan oleh Arifin melalui drama Sumur Tanpa Dasaryang berhasil ditemukan oleh peneliti adalah tentang adanya degradasi moral dan agama. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa tokoh Jumena adalah representasi keserakahan dan materialisme manusia. Hal itu kemudian menjebaknya dalam kebiasaan mengandalkan akalnya. Jumena meletakkan tuhannya di kepala sehingga ajaran agama ia benarkan sebagaimana yang dipikirkannya benar. Petikan dialog berikut menjadi penjelasan terhadap hal tersebut: 412. JUMENA …Allah tidak mengharapkan pintu-pintu dan jendela-jendela yang bercat meriah; Allah tidak mengharap lantai dari ubin; Allah tidak mengharap permadani dari Turki; Allah tidak mengharap lampu neon yang berbatang-batang. Tidak! Allah tidak menghendaki semua itu.Allah terutama menghendaki hati dan pikiran manusia yang jernih bersemangat lagu kerja.Ya Allah, ampunilah hamba. Sabaruddin (Sesak) Materialistis! Dengarkan; Materialistis! Janganlah mendahulukan badan daripada hati dan pikiran.Sejelek-jelek wajah rupa orang yang penting hatinya juga. Seburuk-buruk langgar atau mesjid yang penting umatnya juga
50
Jumena adalah manusia yang hanya melakukan hal yang menurutnya dapat diterima oleh akalnya. Oleh karenanya, kepeduliannya terhadap sesama menjadi terkikis. Pada dialog berikut ini, Jumena mengungkapkan alasan-alasannya mengenai penolakannya terhadap saran Juki untuk pembangunan rumah penampungan, sekaligus kekhawatirannya
terhadap
akan
diselewengkannya
sumbangan-
sumbangan yang ia berikan kepada orang lain. 383. JUMENA Jelas, jelas suatu pikiran yang keliru.Sangat.Rumah penampungan? Indah sekali! Terbayang dalam kepala setiap orang yang mendengarnya sebagai suatu surga impian, dimana orang boleh makan-tidur cuma-cuma, dan kemudian orang percaya bahwa yang bernama manusia hanyalah mahluk yang terdiri dari mulut dan perut semata. Pikiran keliru, sangat keliru.Saya tahu maksudmu baik tapi keliru, dan karena itu sangat berbahaya. Sabar, karena begitu besar cintamu pada sesama manusia barangkali, secara diam-diam dan mungkin tanpa kau sadari kau sedang merencanakan suatu tindakan yang akan mencelakakan manusia-manusia itu sendiri, terutama generasi yang akan datang. Kau diam-diam akan mengajar mereka bermanja-manja dan malas! Tidak! Tidak! Kita harus mengajar mereka berdiri sendiri dengan kedua kaki mereka sendiri untuk mengembangkan budi daya mereka sebagai mahluk termulia di bumi Tuhan ini.Juki, ada baiknya kau berdiskusi di sini. 408. JUMENA Di bawah enam tahun, ya.Selebihnya adalah kemalasan.Dan kemalasan adalah kesalahan mereka sendiri.Kenapa mereka malas? Guratlah tangan saya dan tangan mereka, niscaya kau akan melihat darah yang warnanya sama; merah! Sabar, bagi anak di bawah usia enam tahun rumah penampungan itu mungkin ada gunanya tapi merupakan racun mujarab belaka bagi anakanak selebihnya. Bahkan merupakan tali gantungan bagi mereka yang sudah akil baligh. Sabar, untuk hari depan mereka , mereka harus hidup sebagaimana yang telah saya alami… 669. P. TUA Nyai selalu membayangkan betapa bahagia seseorang yang beriman kepada Tuhan 670. JUMENA Saya percaya saya beriman
51
671. P. TUA Mungkin tidak penuh 672. JUMENA Saya beriman tapi sedikit sangsi 673. P. TUA Agan harus yakin dengan hari nanti. Kalau agan yakin niscaya agan akan tenang. Agan akan bisa lebih banyak membagi-bagikan sumbangan, lebih banyak berbuat amal, dengan harapan… 674. JUMENA Saya takut kena tipu.Saya takut kalau ternyata semuanya hanya isapan jempol belaka dan tak lebih hanya impian semata, hanya omong kosong, sementara saya sudah membagi-bagikan harta saya.
Dalam drama ini, peneliti menemukan bahwa Arifin menciptakan perilaku Jumena ini sebagai pemicu komplikasi dalam drama ini. Oleh karena keserakahan, degradasi moral dan materialisme yang ditunjukkan oleh Jumena, menyebabkan respon-respon negatif dari tokoh lain. Dalam drama ini, Arifin meletakkan hubungan sebab-akibat dengan jelas. Salah satu akibat yang disebabkan oleh perilaku Jumena adalah berselingkuhnya istrinya, Euis dengan Juki, saudara angkatnya. Tokoh Kamil, yang diciptakan Arifin sebagai orang tidak waras, menjadi pelaku utama dalam komplikasi tentang perselingkuhan ini. Hal tersebut dapat terlihat dalam dialog berikut: 451. KAMIL Saya yang ngetok dari belakang. Eksperimen (Jumena menggeram kesal sementara juki cuma tersenyum. tapi Nyai mengumpat) Biasa. Orang kaya selalu sembarangan! 452. P. TUA Maen-maen! SAMBIL TERUS NGEDUMEL, NYAI MASUK KE DALAM. KELUAR 453. KAMIL Ada kabar penting untuk agan Jumena Martawangsa (Sementara juki bergerak ke suatu sudut sambil tersenyum dan kemudian menyalakan rokoknya.Kamil dengan langkah sangat hati-hati ‘slow motion’ mendekati Jumena yang berusaha menahan diri. Kamil dengan gaya berbisik tapi cukup keras) Istrimu serong!
52
456. EUIS Kurang ajar! Jangan bicara sembarangan ya! Sinting! 457. KAMIL Bicara sembarangan? Hak orang kaya, bukan! Bicara sembarangan! serong! Dikutuk Nabi Hidir kamu! 458. EUIS Setan, tutup mulut kamu! 459. KAMIL Sayamenutup mulut?Saya membungkam kebenaran?Kalau saya menutup mulut, maka berarti kejujuran telah tamat riwayatnya.Atau kau mau menyuap?Kau lupa Tuhan tidak bisa disuap?
Tokoh Kamil juga yang dipilih oleh Arifin untuk menyampaikan pesan tentang terkikisnya moral manusia zaman itu. Tokoh ini pula yang secara terang-terangan memiliki pemikiran yang berlawanan dengan tokoh Jumena tentang perihal sumber kekuatan hidup manusia. 272. KAMIL Kenapa saya suka meramal?Sebab saya suka ilmu kebatinan, alias mistik dan ilmu kejiwaan? Sebab dunia sekarang sudah berat sebelah Nah, sekarang inilah peradaban sekarang, kepala terus diisi sementara dada dibiarkan masuk angin, maka kepala terlampau berat tak dapat lagi ditopang oleh dada. Seperti ondel-ondel terkena angin puyuh. Maka terhuyung-huyunglah manusia zaman sekarang seperti pemabuk! Padahal sumber kekuatan hidup sebenarnya ada di sini.Nih (Menunjuk ulu hati) bukan di kepala seperti kata Jumena. Karena dia sinting! 273. P. TUA (Di pintu belakang) Sudah! Sudah! Berhenti pidato! 274. KAMIL Naaah! Pidato! Saya ingat lagi sekarang. Pidato.Zaman-zaman sebelum filsafat Sokrates, atau professor Raden Hidayat menyebutnya dengan istilah “Zaman Kata-kata Bunga Berduri”.Boleh, boleh saja disebut Zaman Retorika, tapi saya cenderung menyebutnya dengan istilah sendiri sesuai semangat kemandirian Professor Djojodiguno. Sumber kekuatan pada kata! Kata Mereka! Padahal sumber kekuatan hidup ada di sini! Di jantung! 275. JUKI Bukan di kaki, den Kamil? 276. KAMIL Kaki itu sebenarnya tidak perlu lagi kalau orang sudah tinggi ilmunya.Kau percaya bahwa saya setiap malam pergi ke Mekah?Sukar saya jelaskan.Kau masih kotor.Ini ilmu-ilmu zaman dulu.Mau bukti? Saya bisa membelah meja ini! (Siap dengan pukulan karate)
53
277. JUKI Jangan den, sayang mejanya 278. KAMIL Memang tidak perlu.Sifat ilmu itu tidak merusak.Tapi kalau yang memiliki tidak kuat jiwanya, bisa jadi sinting. Hati-hati memilih kiayi
Lewat Kamil, Arifin berpesan bahwa kekuatan hidup manusia bersumber dari hati manusia yang berfungsi sebagai penyempurna akalnya. Pernyataan yang adalah bantahan atas pemahaman Jumena bahwa manusia hidup berdasarkan akal pikiran dan tubuh “yang jernih bersemangat lagu kerja”. Temuan-temuan di atas akan dikaji lebih lanjut pada bagian pembahasan. D. Pembahasan D.1 Relevansi Kritik Sosial dalam Drama Sumur Tanpa Dasar dengan Kondisi Sosial-Ekonomi-Politik Indonesia Dramawan sangat peka terhadap berbagai persoalan yang melingkupi masyarakat di sekitarnya.Mengingat bahwakarya drama itu sendiri bukanlah sesuatu yang jatuh begitu saja dari langit, melainkan melalui proses hubungan erat antara dramawan, drama itu sendiri, dan masyarakat sekitarnya. Hal demikianlah yang dilakukan oleh Arifin dalam Sumur Tanpa Dasar. Drama ini ditulis Arifin sebagai hasil pembacaannya terhadap lingkungannya pada tahun 1964, dimana pada masa itu Indonesia berada pada masa pemerintahan Orde Lama yang dipimpin oleh presiden Soekarno (19451966). Untuk menyelisik lingkungan yang disaksikan oleh Arifin, maka dianggap perlu untuk menyertakan dalam pembahasan ini tinjauan singkat
54
tentang kondisi sosial, ekonomi dan politik Indonesia tahun 60an, berikut relevansinya dengan kondisi Indonesia masa kini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Binaga (STIE Binaga) pada Mei 2010, pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia mengalami kesulitan ditandai dengan inflasi atau naiknya harga barang-barang di pasaran tanpa diimbangi dengan meningkatnya kwalitas barang-barang tersebut,dan hal ini terjadi terus menerus.Hasil penelitian tersebut bahkan mencatat bahwa Presiden Soekarno, seperti kebanyakan pemimpin-pemimpin Negara Dunia Ketiga di zamannya memberikan perhatian hanya pada isu-isu politik dan mengabaikan masalah ekonomi. Pemerintahan Indonesia pada saat itu lebih didominasi dengan konflik politik daripada perhatian terhadap masalah ekonomi.Konflik kepentingan antara kaum borjuis, militer, PKI, partai politik keagamaan serta kelompokkelompok nasionalis lainnya tidak dapat dihindari.Aksi-aksi militer untuk memadamkan pemberontakan di daerah yang banyak memakan anggaran pemerintah, propaganda politik seperti pemberontakan Irian barat, konfrontasi dengan
Malaysia
hingga
pembangunan
proyek-proyek
mercusuar,
menimbulkan defisit bagi negara yang semakin parah. Kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyek-proyek politiksemakin meningkat akibat isu konfrontasi yang terus dilakukan dengan Malaysia (1962-1966), menurut Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia: Moneter Periode 1959-1966,untuk membiayai kebutuhan perang
55
saat itu, pemerintah melalui Bank Indonesia menempuh kebijakan utang luar negeri. Selain itu, dana pinjaman luar negeri tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New Emerging Forces(Ganefo) dan Conference of the Emerging Forces (Conefo). Kondisi sosial menjadi tidak lebih baik dengan semakin kontrasnya kedudukan antara kaya dan miskin yang semakin menajam. Selain itu jumlah konsumsi barang mewah di Jakarta juga makin meningkat, penggunaan mobil makin menajam pada saat dimana transportasi umum semakin memburuk dengan serius yang mengindikasikan adanya kesenjangan itu. Barang-barang impor masuk dan beredar dengan bebas di Indonesia dikarenakan kebijakan pemerintah dan juga masyarakat yang mulai terpengaruh dengan gaya hidup barat menyebabkan menurunnya kebutuhan terhadap barang buatan dalam negeri. Hal ini pun menimbulkan masalah baru lagi, pabrik-pabrik banyak yang mengalami kerugian dan harus melakukan pengikisan terhadap para pekerja. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia saat itu menjadi meningkat. Hiruk pikuk perpolitikan dan masalah pengangguran tersebut menimbulkan konflik-konflik sosial dan menyebabkan masalah sosial yang baru. Seakan penderitaan selama tiga setengah abad dijajah Belanda belumlah cukup, bangsa Indonesia masih juga harus merasakan lebarnya jarak antara yang miskin dan kaya hingga menyebabkan kecemburuan sosial dan menjadi celah bagi pelaku-pelaku politik.
56
Pesatnya perkembangan pendidikan ala Barat yang hanya bisa dirasakan para keluarga kaya merupakan salah satu contoh betapa lebarnya jaraktersebut. Hal ini sudah merupakan warisan Belanda sebagai bagian dari Trias Politika Van Deventer, dimana sekolah telah dibagi berdasarkan kelas yaitu kelas satu untuk kaum bangsawan atau kaum borjuis dan kelas dua untuk golongan rakyat biasa (Suwito dan Darmawan, 2012:1). Pembedaan ini kemudian melahirkan gerakan-gerakan perlawanan dengan berbagai latar belakang pemikiran.Salah satunya adalah Partai Komunis Indonesia atau PKI, partai berlambang palu arit ini merupakan partai kontroversial beraliran kiri yang berkiblat di Rusia.Kondisi sosial ekonomi dan politik Indonesia yang carut marut pada tahun 1950an ikut menentukan perkembangan pengaruh PKI, sehingga dapat tumbuh subur. Kondisi perpolitikan yang semrawut inilah yang nampaknya memicu proses kreatif Arifin dalam menulis naskah ini. Sebab disadari atau tidak, naskah drama sebagai karya sastra, seberapa besar pun sang penulis menggunakan imajinya, naskah tersebut tetaplah merupakan cerminan dari lingkungan atau tempat hidup sang penulis. Dengan dituliskannya naskah ini, maka kita bisa melihat bahwa Arifin telah bersedia berbagi apa yang dilihat di masanya kepada generasi sekarang mengenai kondisi Indonesia di tahun 1960an. Melihat kembali sisi lain dari Indonesia kita, yang setiap 17 Agustus kita rayakan hari kemerdekaannya, atau setiap 10 November kita mengingat pahlawan-pahlawannya. Menyadari bersama bahwa kemerdekaan dan pahlawan adalah dua hal yang juga berasosiasi dengan kesemrawutan kondisi
57
politik, yang dengan itu pulalah maka adalah benar kata Bung Karno bahwa: perjuangan sebenarnya bukan pada saat Indonesia memukul mundur Belanda atau Jepang, tapi justru pada saat dimana bangsa sendirilah yang mesti kita lawan. Tokoh Jumena sudah cukup mewakili pemikiran ini, bahwa keserakahanlah yang telah meliputi masyarakat kelas atas Indonesia untuk mengisi kemerdekaan yang saat itu sudah berumur dua dekade, yang kemudian harus ditukar dengan kesenjangan sosial, kemiskinan dan tuntutantuntutan dari golongan yang merasa terabaikan. Apa yang dilihat oleh Arifin sekitar 50 tahun lalu, ternyata masih terlihat juga oleh kita sekarang. Diakui atau tidak, masyarakat Indonesia masa sekarang masih menggeluti kesenjangan serupa. Konflik sosial dengan berbagai motif masih saja bermunculan. Isu terorisme, tuduhan dan penghakiman terhadap masyarakat yang memiliki keyakinan tertentu, perusahaan luar negeri yang jadi parasit, sidang kasus korupsi yang tak berujung, nilai tukar rupiah yang lemah, kenaikan harga bahan bakar minyak yang tidak diimbangi dengan kebijakan yang sepadan, penembakan terhadap pihak kepolisian, sampai dualisme liga sepakbola saja jadi masalah. Hal-hal besar ini berasosiasi dengan terlalu sibuknya kita dengan politik dan menjadi lupa bahwa masih banyak masyarakat miskin.Fakta ini menunjukkan bahwa tidaklah mudah menyatukan visi bangsa Indonesia yang benar-benar plural ini. Di tengah kesemrawutan seperti ini, beberapa kalimat menghibur masih dapat terdengar di Indonesia kita. Kalimat-kalimat tentang betapa
58
beruntungnya kita menjadi pribumi di tanah yang kaya dan memberikan kita kemudahan dan keberkatan hingga “tongkat kayu dan batu (pun)
jadi
tanaman”. Arifin menggambarkan tokoh Jumena yang berangkat dari ketiadaan, menggunakan akalnya sebisanya, berusaha untuk keluar dari kemiskinan dan oleh karena itu Jumena beranggapan bahwa adalah hal penting untuk menjaga segala yang telah ia usahakan tidaklah lepas dari genggaman. Masyarakat kelas atas sebagaimana dijelaskan di atas, coba dirangkum Arifin ke tokoh Jumena. Jika diperhatikan dengan saksama, perwujudan tokoh Jumena tidaklah hanya berhenti pada penciptaan tokoh yang mewakili masyarakat kelas atas di masa naskah ini dituliskan. Keputusan untuk memilih menuhankan akal, menjadi serakah dan ketidakpercayaan terhadap orang lain ternyata masih relevan dengan Indonesia masa kini. Perubahan besar yang dialami oleh Jumena, perlu diakui merupakan hal yang tidak mudah. Usaha keras untuk keluar dari kondisi tidak punya menjadi punya apa saja harus dilaluinya selama bertahun-tahun. Di sisi lain, setelah mendapatkan itu semua, Jumena malah menemui masalah-masalah baru. Tidaklah sulit menemukan tokoh-tokoh serupa dalam kehidupan berIndonesia sekarang. Jika kita periksa kembali pemberitaan-pemberitaan di berbagai media, kita akan menemukan banyak Jumena disana. Pembahasan mengenai hal ini akan dijelaskan pada bagian berikut.
59
D.2 Jumena sebagai Representasi Manusia “Tanpa Dasar” Sumur (yang) Tanpa Dasaryang dimaksudkan Arifin dalam naskah ini merupakan potret kehidupan manusia kelas atas di tahun 1960an yang digambarkan melalui tokoh utama Jumena Martawangsa. Tokoh yang oleh Arifin diciptakan sebagai orang yang lebih percaya pada pikiran dan dirinya sendiri.Sumur Tanpa Dasar juga menggambarkan tentang kehidupan sosial di dalam keluarga Jumena yang penuh konflik, dan juga bahwa kebanyakan dari mereka berlomba-lomba untuk memenuhi ambisi pribadi untuk meraup kekayaan sebanyak-banyaknya. Pandangan
Arifin
tentang
ambisi
memperkaya
dirisendiri
sebagaimana yang terjadi pada masa itu, masih relevan jikadikaitkan dengan masa kini. Salah satu contoh konkrit adalah terungkapnya kasus korupsi pajak di tahun 2010 yang dilakukan oleh Gayus Tambunan, pegawai negeri golongan IIIA di Dirjen Pajak Jakartayang semestinya dengan masa jabatan 0 sampai 10 tahun hanya beroleh gaji berkisar antara Rp 1.655.800 sampai Rp 1.869.300 per bulan. Seperti yang dilansir Viva News pada Selasa 23 Maret 2010, pihak kepolisian dikejutkan dengan ditemukannya uang sejumlah Rp. 25 miliar di rekening Bank Panin milik Gayus dan beberapa transaksi mencurigakan dari beberapa perusahaan ke rekening Gayus. Arifin juga membicarakan masalah kesewenang-wenangan penguasa kepada bawahannya, seperti halnya antara Jumena, pemilik pabrik yang mengacuhkan permintaan para pekerjanya yang menuntut kenaikan upah
60
kerja. Jumena menganggap telah menggaji para pekerjanya dengan layak, bahkan setengah kali lebih besar dibandingkan gaji di pabrik lain. Pada bagian ini Arifin menaruh perhatiannya terhadap kehidupan kaum buruh di Indonesia. Sejak masa penjajahan Belanda, kapitalisme di Indonesia telah merajalela. Untuk mengerjakan bahan-bahan mentah, imperialisme Belanda mendirikan pabrik-pabrik, membangun pelabuhanpelabuhan dan jalan-jalan kereta-api.Tetapisemuanya itu semata-mata bukanlah untuk memajukan Indonesia, melainkan untuk mengintensifkan penghisapan kolonial terhadap rakyat Indonesia. Tidak berhenti sampai disitu, saat ini pun kapitalisme tetap bermunculan di Indonesia dalam wujudnya yang berbeda. Zaman sekarang banyak kepala-kepala daerah yang dipercaya rakyat tetapi ujung-ujungnya menjadi pesakitan, menyebabkan nepotisme merajalela. Didirikannya dinasti oleh penguasa-penguasa di Indonesia saat ini merupakan salah satu bentuk dari nepotisme tersebut. Dengan terbukanya akses terhadap pemberitaan media massa, bukanlah hal yang aneh lagi jika masyarakat menyaksikan kepala daerahnya tiba-tiba diciduk oleh KPK atau sekadar terlibat dalam dugaan kasus suap, korupsi atau nepotisme. Apa yang menimpa Ratu Atut Chosiyah, gubernur Banten, sudah cukup menjadi contoh konkrit untuk perihal ini. Menurut berita yang dimuat Kabar24.com Jakarta tertanggal 12 Oktober 2013, dinasti Ratu Atut kuasai hulu dan hilir bisnis dan politik Banten, dan proyeknya mencapai ratusan, tepatnya 175 proyek. Selain itu juga Atut telah berhasil membangun dinasti politik di Banten yang
61
melibatkan sejumlah anggota keluarganya yang menduduki jabatan politis di Provinsi, Kabupaten maupun Kota di Banten bahkan sampai ke tingkat pusat. Kembali ke Sumur Tanpa Dasar, Arifin juga memasukkan dalam drama ini kritik terhadap kondisi lingkungan ibu kota yang sangat kental dengan suasana politik. Tokoh Jumena memilih hijrah ke kota kecil, dengan harapan akan terbebas dari hal-hal demikian, tapi apa yang didapatinya setelah pindah ternyata tidak jauh berbeda. Pada kenyataannya baik di kota besar maupun dikota kecil pun politik telah menyebar luas. Masalah degradasi moral dan agama pun terdapat dalam drama ini, dapat dilihat pada sikap Jumena yang menganggap pembangunan masjid dan rumah penampungan untuk anak jalanan merupakan suatu pemborosan. Jumena yang selama puluhan tahun bekerja keras keluar dari jeratan kemiskinan,hingga akhirnya hidup mapan berpendapat bahwa kedua rencana tersebut hanya akan membuat orang-orang menjadi malas untuk bekerja. Mereka hanya akan menjadi manusia-manusia yang malas dan selalu mengharapkan bantuan, tanpa mau berusaha sendiri. Arifin sepertinya menciptakan tokoh Jumena yang serakah yang dapat membingungkan.Bahwa pendapatnya ada benarnya juga.Jika masyarakat terlalu banyak mengharapkan bantuan, jadilah mereka pemalas. Fakta-fakta seperti pemberian subsidi beras miskin atau raskin berujung pada aksi rebutan beras. Sebaliknya, jatah orang miskin justru diselewengkan hingga menambah ketimpangan sosial.Sebagai contoh konkrit, menurut Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro), pada tahun 2004 realisasi beras yang
62
dianggarkan pemerintah sejumlah 4000 ton tidak sampai ke masyarakat, hal ini terus meningkat selama 6 tahun hingga mencapai 100 kali lipat. Pattiro menemukan tidak terdapatnya informasi yang jelas tentang berapa banyak jumlah beras yang masuk di tiap desa sasaran dan satuan kerja yang bertugas mendistribusikan beras tersebut tidak menunjukkan daftar pendistribusian kepada pelaksana distribusi.(Tempo.co, Jakarta, 6 Maret 2012) Fakta-fakta lain tentang hal serupa tidaklah sulit ditemukan, misalnya orang miskin berdesak-desakan rebutan zakat atau daging kurban hingga benar-benar memakan korban. Keserakahan yang digambarkan Arifin lewat Jumena memiliki keterkaitan dengan ketimpangan sosial tersebut, dimana kata “miskin” dan “kaya” benar-benar dikontraskan. Seakan-akan Indonesia kita membuka kesempatan seluas-luasnya bagi si kaya untuk bertambah kaya dan
si
miskin
meratapi
kemiskinannya.
Bahwa
penyelewengan-
penyelewengan adalah rahasia kita bersama yang sudah terlanjur menjamur dan sulit diberantas. Selain Jumena, terdapat juga tokoh-tokoh lain yang mewakili sifatsifat buruk manusia, seperti Markaba yang merupakan penggambaran watak jahat dan tokoh Lodod sebagai perlambangan kebodohan. Selain itu, ada juga tokoh Kamil yang sinting, berperawakan kurus kering dan selalu berpenampilan seperti kaum terpelajar.Kamil selalu berpidato tentang manfaat ilmu, mulai dari ilmu kebatinan, ilmu kejiwaan hingga ilmu pengetahuan. Melalui tokoh Kamil, Arifin menyampaikan kritiknya tentang manusia yang memiliki ilmu pengetahuan akan tetapi tidak dapat
63
memanfaatkannya dengan baik dan benar. Ilmu pengetahuan disalahgunakan untuk kepentingan individu, dan tidak jarang pula dimanfaatkan untuk menindas orang lain. Sepertinya manusia Indonesia saat ini, pergi belajar, menjadi pintar adalah semata untuk membodohi orang lain. Jumena-Jumena baru yang mengandalkan akal telah banyak terlahir.Krisis moral masa kini banyak terjadi. Masyarakat Indonesia tentulah belum lupa dengan peristiwa 26 Agustus 2012 silam, dimana masyarakat penganut ajaran Islam Syiah di Sampang, Madura mesti menyaksikan pemukiman mereka dibakar oleh masyarakat Islam lain di sekitar mereka (bbc.co.uk, 1 Agustus 2013). Berikutnya, jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia, Bekasi mesti melaksanakan kebaktian natal di kantor Polsek Tambun, Bekasi, karena dihakimi massa dengan melempari mereka dengan telur busuk, air seni dan air selokan. (voaindonesia.com, 24 Desember 2012). Penghakiman sepihak oleh masyarakat terhadap penganut kepercayaan tertentu seperti dicontohkan di atas, justru mencerminkan tidak adanya toleransi beragama. Pada akhirnya, dalam Sumur Tanpa Dasarnampak bahwa Arifin sebagai pengarang tidak memihak pada tokoh-tokoh didalam dramanya. Hal ini terbukti di akhir cerita dikisahkan bahwa Euis, Juki, Markaba dan Lodod lari meninggalkan Jumena dan hartanya. Jumena mengikuti jejak ayahnya, dan Sabarudin tidak jelas keberadaanya di akhir cerita. Dengan demikian, inti kritik sosial yang ingin disampaikan Arifin melalui karya dramanya ini diantaranya adalah hiruk pikuk perpolitikan di
64
suatu daerah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. Perhatian satu arah tersebut tidak diimbangi dengan usaha untuk memakmurkan rakyat, sehingga kesenjangan antara kaya dan miskin semakin terjadi.Kurang tersedianya lapangan pekerjaanpun menimbulkan pengangguran di berbagai tempat. Di lain pihak pemberian jabatan kepada keluarga dekat hingga terciptanya dinasti-dinasti semakin menambah maraknya nepotisme di tanah air. Dalam Sumur Tanpa Dasar, Arifin beranalogi bahwa air yang berasal dari sumur yang biasanya merupakan sumber kehidupan sehari-hari masyarakat, tempat yang biasanya digunakan untuk mandi, mencuci pakaian dan perlengkapan dapur, bahkan dimasak untuk dijadikan air minum, akan berubah menjadi menakutkan apabila sudah tidak berdasar. Sumur tersebut akan menjadi sumber malapetaka, menjadi gelap dan mengerikan, dan akan menjadi tidak jelas darimana airnya berasal, apakah masih bisa dimanfaatkan layaknya sumur yang biasanya berdasar. Pada akhirnya Arifin beranggapan bahwa keinginan manusia dalam kehidupan ini sama halnya dengan sumur tanpa dasar itu, adalah sesuatu yang tak pernah ada ujungnya. Ambisi untuk meraup keuntungan tak ada habisnya, semakin mereka ingin hidup lebih baik, makin serakahlah mereka.