BAB IV TAHAP PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI PROGRAM
4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap sebelumnya yaitu pra produksi yang meliputi kegiatan-kegiatan penentuan ide dan konsep video yang akan dibentuk. Pada film ini kegiatan produksi dilakukan dengan mengambil gambar dan suara yang diperlukan dalam keseluruhan film. 4.1.2 Langkah – Langkah Produksi 4.1.2.1 Briefing Sebelum melaksanakan kegiatan inti yaitu pengambilan gambar, agar lebih terkondisi, diperlukan briefing kru untuk membahas shooting yang akan dikerjakan secara teknis. Disini penulis dengan tim membahas lebih detail hal-hal apa saja yang diperlukan untuk proses produksi, diantara seperti angle gambar yang akan diambil, kebutuhan yang diperlukan selama proses produksi, mengurus perijinan pengambilan gambar gedung-gedung bangunan cagar budaya dan perijinan wawancara dengan beberapa narasumber. 4.1.2.2 Shooting Setelah melakukan briefing dengan tim, penulis melakukan shooting pengambilan gambar, pertama penulis melakukan pengambilan video wawancara dengan narasumber, proses selanjutnya penulis melakukan proses pengambilan video bangunan cagar budaya sesuai urutan dalam story line yang telah dibuat. proses pengambilan gambar kini sudah masuk pada tahap pengambilan gambar. 4.1.2.3 Preview Setelah selesai proses pengambilan video, penulis kemudian melakukan preview hasil shoot. Apakah sudah sesuai dengan konsep ide yang yang
diinginkan atau belum. Tak jarang penulis harus melakukan take ulang untuk mendapatkan hasil yang bagus dan sesuai dengan yang diharapkan. 4.2 Pasca Produksi Pasca produksi secara sederhana sering disebut dengan proses editing. Proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih bagus dan menarik untuk dilihat. Dalam kegiatan ini seorang editor akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang telah diambil oleh juru kamera. Kemudian menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara. Dalam proses editing film dokumenter “Salatiga punya cerita : Menelusuri Jejak Cagar Budaya “. Editor bersama penulis bersama-sama dalam proses editing agar hasil yang diinginkan sesuai dengan ide awal. Beberapa kegiatan dalam tahapan pasca produksi film dokumenter “Salatiga punya cerita : Menelusuri Jejak Cagar Budaya “ diantaranya adalah : 4.2.1 Capture Proses pemindahan hasil record yang diambil menggunakan kamer DSLR Canon 500D dan Canon 600D ke media computer ini dilakukan di rumah editor. 4.2.2 Editing Di dalam proses editingpenulis menggunakan beberapa software editing, untuk mengedit hasil take video / menggabungkan video penulis memakai software adobe premiere pro, sedangkan untuk membuat grafis animasi foto dan template nama dan pertanyaan, penulis menggunakan aplikasi proshow.
Gambar 1. Editing Adobe Premier
Proses editing menggunakan software Adobe Premier Pro, Adobe After Effect CS 6. Proses ini dilakukan untuk memotong beberapa klip video yang tidak terpakai dan menambahkah insert gambar bangunan cagar budaya agar video menjadi lebih menarik. Langkah menambahkan insert video dilakukan agar tidak terlihat membosankan, karena orang cenderung akan bosan jika melihat video yang sama dalam waktu yang lama.
4.2.3
Import File Gambar 2. Import File
Semua hasil video yang sudah didapatkan di-import ke dalam software Adobe Premiere untuk proses editing. 4.2.4 Rekaman VO (Voice Over) : Dalam proses ini penulis meminta bantuan kepada seorang teman yang berprofesi
sebagai penyiar untuk mengisi suara. Dalam proses rekaman ini
menggunakan tools Cubase 5. Pemakaian voice over untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikan. 4.2.5 Colouring : Pada saat pengambilan video cameramen menggunakan beberapa kamera yang berbeda tipe, hal ini sangat mempengaruhi hasil video karena setiap kamera memiliki ketajaman warna yang berbeda-beda maka dari itu editor menggunakan tool colour balance agar perbedaan warna dari setiap gambar bisa di minimalisir. 4.2.6
Fades and cuts :
Pergantian antara gambar yang satu dengan yang lainnya dengan melalui blank, fade dibagi menjadi jenis, yaitu Fade in dan Fade out. Fade in adalah suatu shot atau visual yang bermula dari keadaan gelap kemudian secara perlahan
muncul gambar hingga normal. Sedangkan Fide out adalah dari gambar terang (Normal) berangsur secara perlahan menjadi gelap. 4.3 Proses Pembuatan Naskah Setelah data hasil wawancara yang dibutuhkan dalam pembuatan film dokumenter didapatkan akan dilanjutkan dengan proses pembuatan naskah. Dalam film dokumenter naskah merupakan bagian penting karena melalui naskah akan lebih memperjelas apa yang akan disampaikan kepada penonton. Dan yang lebih penting lagi adalah naskah yang baik adalah naskah yang mengandung nilai informasi kepada penonton. Naskah pada sequence pertama akan menjelaskan tentang kota salatiga dari segi greogafis kemudian dilanjutkan dengan sejarah tentang kota Salatiga pada masa pemertintahan Belanda. Setelah itu mengulas tentang bangunanbangunan peninggalan dari pemerintahan Belanda yang berada di kota Salatiga. 4.4 Proses Noise Reduction Dalam prakteknya tak jarang video yang penulis ambil memiliki noise / suara asli dari lingkungan sekitar dan kadang noise ini mengganggu video maka diperlukan noise reduction. Proses noise reduction adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisir adanya noise atau suara tidak diinginkan yang masuk pada saat pengambilan video. Dalam proses ini menggunakan tools Cubase 5.
4.5 Penggabungan Hasil Rekaman dan Back Sound serta pemberian Sound Effect Setelah proses rendering rekaman menggunakan Cubase 5, hasil rekaman dimasukkan ke dalam software Adobe Premiere Pro. Kemudian rekaman tersebut digabungkan dengan video dan gambar yang sudah dipilih.
4.6 Finishing Gambar 3. Final Rendering
Setelah semua file video, foto, back sound dan sound effect selesai editing, penulis dan editor melakukak proses terakhir yaitu manggabungkan semua menjadi sebuah film utuh dengan format Mo4 HD dengan resolusi 1280 x 720p. 4.7 Kesulitan Dalam Pembuatan Tugas Akhir Dalam pembuatan video dokumenter ini penulis mengalami beberapa kendala selama masa produksi diantaranya : a. Kesulitan Menemui Narasumber Disini penulis mengalami kesulitan dalam menemui narasumber yang memiliki wewenang lebih tinggi. Sebagai contoh walikota Salatiga. Menyiasati hal ini, penulis kemudian diarahkan untuk bertemu dengan Dishubkombudpar yang berhubungan langsung dengan bangunan cagar budaya.
b. Narasumber seakan tidak mau berbicara lebih mendalam saat melakukan wawancara, penulis kesulitan untuk mendapatkan informasi yang lebih terperinci mengenai bangunan cagar budaya.