BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Perusahaan PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. PT REKIND saat ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya di Indonesia. Bidang usaha rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji coba operasi ini (EPCC), meliputi pabrik-pabrik pada industri: gas, panas bumi, kilang, petrokimia, mineral, pengelolaan lingkungan, dan infrastruktur. Selain itu, perusahaan inipun menyediakan jasa untuk studi kelayakan proyek/pabrik dan perawatan pabrik. Saat ini PT REKIND di pimpin oleh Bapak Triharyo Indrawan Soesilo sebagai Direktur Utama.
4.2 Visi dan Misi PT Rekayasa Industri (PT REKIND) PT REKIND memiliki visi, misi dan tata nilai (budaya) perusahaan dalam menjalankan usahanya. Visi PT REKIND yaitu menjadi perusahaan rancang bangun dan perekayasaan industri kelas dunia PT REKIND memiliki misi untuk mencapai visi perusahaan. Misi PT REKIND terdiri dari empat hal, yaitu: 1.
Memberikan jasa rancang bangun dan perekayasaan yang lengkap dan kompetitif dengan mengutamakan keunggulan mutu dan inovasi teknologi.
2.
Meningkatkan kompetensi dan mengembangkan organisasi yang responsif dan tangkas.
3.
Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.
4.
Memberikan nilai tambah lebih bagi pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan.
37
Selain memiliki visi dan misi, PT REKIND juga memiliki Tata Nilai atau Budaya perusahaan, Tata nilai tersebut terdiri dari empat hal, yaitu: 1.
Profesionalisme Bekerja
dengan
penuh
integritas,
etika
tanggung
jawab
dan
mengedepankan kerjasama kelompok 2.
Kualitas Mengutamakan mutu, ketepatan waktu, efektivitas dan efisiensi dalam setiap aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan.
3.
Pembelajaran Senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensi, mengembangkan inovasi agar selalu siap menyesuaikan diri terhadap semua perubahan yang terjadi
dan
mengupayakan
melakukan
sharing
terhadap
hasil
pembelajaran. 4.
Tanggung Jawab Sosial Mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang: baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan hidup
4.3 Departemen CSR PT REKIND PT REKIND memiliki sebuah Departemen CSR yang di bentuk pada bulan Agustus tahun 2007. Kegiatan sosial perusahaan sebenarnya sudah dijalankan perusahaan sejak berdiri pada tahun 1981 melalui Community Development. Saat ini Departemen CSR dipimpin oleh Bapak Faizur M.Reza sebagai Manager CSR Departement dan memiliki 2 (dua) orang staf, yaitu Ibu Irmahayati dan Bapak Danis. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah untuk menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement Construction Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Sedangkan misi Departemen CSR terdiri dari lima hal, yaitu: 1.
Mengembangkan kepekaan massa terhadap CSR
2.
Mengambil andil dalam melestarikan lingkungan alam
38
3.
Menciptakan mitra strategis & keterikatan emosional dengan stakeholders penting
4.
Membangun komunitas yang mandiri ( penduduk lokal )
5.
Membantu menjaga kesinambungan PT. Rekayasa Industri Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT REKIND juga
memiliki slogan, yaitu Caring’s Simple Relevant, yang memiliki arti peduli itu sudah paling relevan. Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap hampir seluruh kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT Rekayasa Industri. Scope pekerjaan Departemen CSR ini meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation.
4.4 Profil Lokasi Penelitian 4.4.1. Konteks Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dalam dua lokasi penelitian, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Hal ini disebabkan, lokasi PT Rekayasa Industri berada di jalan Kalibata Timur I No.36 Jakarta. Studi kasus implementasi CSR yang diambil berada di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Lomanis sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Karangtalun
Sebelah selatan
: Kelurahan Donan
Sebelah barat
: Bengawan Donan
Sebelah timur
: Kelurahan Donan
Kelurahan Lomanis berada di Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Lomanis hanya berjarak 3km ke pusat pemerintahan kecamatan dan berjarak 3,5km dari pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap. Luas wilayah kelurahan Lomanis adalah 1.085.715 hektar, terdiri dari jalan 9 ha, sawah dan lading 10.700 ha, bangunan umum 1.900 ha,
39
pemukiman 52.905 ha dan lain-lain 238.400 ha. Wilayah kelurahan Lomanis mayoritas adalah wilayah industri, yaitu sebanyak 203.998 ha.
4.4.2. Profil Masyarakat Kelurahan Lomanis Berdasarkan Data Demografi Kelurahan Lomanis tahun 2008, penduduk Kelurahan Lomanis terdiri dari 1.323 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas adalah laki-laki, yaitu 51,46% sedangkan perempuan sebanyak 48,54% dari total keseluruhan penduduk. Untuk data lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu, mayoritas penduduk Kelurahan Lomanis menganut agama Islam, yaitu sebanyak 4.942 orang dan hanya 2 orang yang menganut agama khatolik. Namun dari 4944 jiwa hanya 22,43% atau 1109 jiwa saja yang merupakan kelompok umur usia produktif, yaitu antara 15-56 tahun. Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
2544
51,46
2
Perempuan
2400
48,54
4944
100
Total
Sumber: Data Demografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008.
Penduduk usia produktif di Kelurahan Lomanis berjumlah 1109 jiwa. Namun hanya 435 jiwa yang tercatat memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 674 jiwa lainnya adalah pekerja serabutan. Mayoritas mata pencaharian penduduk Kelurahan Lomanis yang memiliki pekerjaan tetap adalah karyawan swasta. Hal ini dikarenakan banyaknya industri yang berada di sekitar wilayah Cilacap. Sebanyak 29,65% dari total penduduk Kelurahan Lomanis bermata pencaharian karyawan swasta. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
40
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Lomanis No 1
Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Persentase
Karyawan, terdiri dari: - PNS = 22 orang - ABRI = 3 orang - Swasta = 129 orang
22 3 129
5 0,7 29,65
2
Wiraswata (pedagang)
49
11,36
3
Petani
43
9,9
4
Pertukangan
72
16,5
5
Buruh tani
94
21,6
6
Pensiunan
12
2,75
7
Nelayan
2
0,45
8
Pemulung
2
0,45
9
Jasa
7
1,65
Total
435
100
Sumber: Data Monografi Kelurahan Lomanis Tahun 2008
4.4.3. Kelompok Dasawisma Kelurahan Lomanis Kelompok dasawisma adalah kelompok yang terdiri dari 10-20 kepala keluarga di dalam 1 (satu) RT, diketuai oleh salah seorang diantara anggota kelompok dasawisma tersebut. Kelompok dasawisma di bentuk untuk membantu kelancaran tugas Tim Penggerak PKK Kelurahan dan melalui kelompok PKK RT yang bersangktuan dalam melaksanakan program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga di lingkungannya. Pembentukkan dan pengangkatan pengurus kelompok dasawisma di tetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan atas usul ketua Kelompok PKK RT melalui kelompok PKK RW yang bersangkutan dengan persetujuan Pembinan PKK kelurahan. Kelurahan Lomanis memiliki 75 kelompok dasawisma, dengan jumlah anggota lebih kurang 800 orang. Setiap kelompok memiliki kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Seluruh anggota dasawisma berjenis kelamin perempuan. Anggota Kelompok Dasawisma yang menjadi responden
41
dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang bermacam-macam. Penggambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan anggota Dasawisma yang menjadi responden, yaitu yang tidak pernah mengenyam pendidikan sebanyak 9 orang, berpendidikan hanya sampai Sekolah Dasar sebanyak 36 orang, SMP sebanyak 14 orang, SMA sebanyak 20 orang dan sarjana 1 orang. anggota Kelompok Dasawisma sangat beragam, namun mayoritas tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Penggambaran kondisi pekerjaan anggota Kelompok Dasawisma dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Persentase Kondisi Pekerjaan Responden
42
Dari 80 orang anggota Dasawisma yang menjadi responden, mayoritas anggota Kelompok Dasawisma, yaitu sebanyak 73 orang tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Sedangkan 7 orang lainnya bekerja.
BAB V IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
5.1 Kebijakan PT REKIND Mengenai CSR CSR yang diimplementasikan oleh PT REKIND merupakan bagian integratif dari proses bisnis PT REKIND. PT REKIND telah memiliki kebijakan yang mengatur mengenai implementasi CSR. Kebijakan CSR PT REKIND ini turut dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003. Meskipun menurut Bapak EK dan Bapak FMR saat ini secara de jure PT REKIND bukanlah BUMN, karena pemerintah hanya memiliki 5% saham PT REKIND, 90% saham dimiliki Pupuk Sriwijaya, dan sisanya pihak lain. Namun karena Pupuk Sriwijaya merupakan BUMN, PT REKIND masih mengimplementasikan CSR seperti BUMN. Hal ini dapat dilihat dari masih berlakunya PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dalam mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya. Semenjak tahun 1992 PT REKIND telah menjalankan PKBL dan sejak tahun 2007 PKBL telah bekerjasama dengan Departemen CSR dalam menjalankan CSR. PT REKIND memiliki sembilan bidang program CSR, bidang program CSR PT REKIND masih mengacu pada PKBL, yaitu menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, serta pengembangan usaha kecil. Namun PT REKIND menambahkan satu bidang lagi, yaitu konversi atau penghematan energi. Selain dipengaruhi oleh Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, kebijakan PT REKIND pun dipengaruhi oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak FMR. ”Dalam melaksanakan usahanya, PT REKAYASA INDUSTRI berinisiatif memperhatikan kepentingan sosial dan berkontribusi pada kemajuan hidup bersama melalui pembangunan ekonomi dan sosial, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Kegiatan CSR selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan yakni perihal Tanggung Jawab Sosial, yaitu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang; baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan.” (Bapak FMR)
44
CSR diimplementasikan di setiap lokasi proyek yang dieksekusi oleh PT REKIND. Selain di lokasi proyek, CSR juga diimplementasikan di Head Office (HO) yang berada di Jakarta. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND di lokasi proyek sebagai contoh adalah ketika membangun tangki kilang minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap pada tahun 2006-2008. Pada saat itu PT REKIND menjalankan beberapa program sebagai bukti implementasi CSR, program yang dijalankan yaitu program pemberian bantuan bibit Rosella, pemberian tujuh buah gerobak sampah, pembuatan sumur bor dan pompanya, pembuatan kolam untuk budidaya belut, penyelesaian pembangunan pos ronda dan mushola, dan Gebyar REKIND. Sedangkan untuk di Head Office program yang dijalankan diantaranya adalah pembagian sembako, fogging, program beasiswa internal dan external, donor darah, sunatan massal, buka bersama, dan sebagainya.
5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR PT REKIND mengimplementasikan CSR karena disebabkan oleh dua hal, yaitu karena adanya regulasi dari pemerintah dan juga karena adanya keinginan dari perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial. Apabila dikaitkan dengan teori Wibisono (2007) mengenai pandangan perusahaan, maka PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). Menurut Bapak FMR, PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan karena menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. PT REKIND berupaya agar setiap pegawainya mengimplementasikan social responsibility dalam kehidupan sehari-harinya, terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di lokasi proyek PT REKIND. Selain itu, dalam setiap menjalankan proyek bisnisnya PT REKIND pasti mengimplementasikan CSR kepada masyarakat sekitar proyek.
45
5.3 Implementasi CSR Kesembilan bidang program yang diprioritaskan dalam bidang CSR PT REKIND tidak selalu dijalankan di semua lokasi proyek PT REKIND. Program yang akan dijalankan disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat di lingkungan masing-masing. Selain itu juga disesuaikan dengan anggaran dana yang dimiliki. Sumber anggaran CSR berasal dari beban usaha, beban jasa dan sebagian alokasi anggaran Bina Lingkungan PKBL yang memiliki peruntukkan yang sama dengan program CSR. Penggunaan anggaran dialokasikan untuk programprogram CSR di Head Office dan Lokasi-lokasi Proyek, yang jumlahnya disesuaikan berdasarkan kebutuhan. PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan program CSR, yaitu untuk program di Head Office, Departemen CSR membuat proposal dan mengajukannya ke GM Legal and Corporate Communications (LCC). Sedangkan untuk program di lokasi proyek, tim proyek mengajukan proposal kepada Departemen CSR terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan mengajukannya kepada GM LCC. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. Berikut ini akan dipaparkan program CSR yang dijalankan oleh PT REKIND di Kelurahan LOmanis, Cilacap sebagai salah satu contoh bentuk implementasi CSR PT REKIND di lokasi proyek. Program tersebut, yaitu:
5.3.1 Pemberian Bantuan Tujuh Buah Gerobak Sampah Pemberian gerobak ini untuk membantu masyarakat dalam mengumpulkan sampah ke tempat pembuangan sampah, karena pada awalnya masyarakat merasa
46
kesulitan saat akan membuang sampah mereka yang telah menumpuk. Pembelian gerobak dilakukan oleh PT REKIND dan diserahkan kepada pihak Kelurahan Lomanis untuk pengelolaan gerobak sampah tersebut. Gerobak yang diberi disebarkan masing-masing satu buah ke enam RW di Kelurahan Lomanis dan satu buah untuk Kecamatan Cilacap Tengah. Hingga saat ini gerobak yang diberikan oleh PT REKIND masih digunakan oleh warga Kelurahan Lomanis untuk mengambil sampah di rumah-rumah warga dan dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah untuk dipilah dan diolah. Dokumentasi penggunaan gerobak sampah dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Dokumentasi Penggunaan Gerobak Sampah 5.3.2 Pemberian Bibit Rosella Pada tanggal 9 Juli 2008, PT REKIND memberikan bibit Rosella sebanyak 3000 buah kepada PKK Kelurahan Lomanis untuk disebarkan kepada 75 kelompok dasawisma yang ada di Kelurahan Lomanis. Setiap kelompok mendapatkan 30 bibit Rosella, sisanya bibit Rosella ditanam di tanah bengkok, tanah milik pemerintah yang dikelola oleh pejabat Kelurahan, sepanjang jalan kelurahan Lomanis, serta di sekitar pagar tempat tangki kilang minyak dibangun.
Gambar 5. Kondisi Tempat Penanaman Rosella Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi Saat Ini (kanan)
47
Saat ini di wilayah Kelurahan Lomanis hanya sedikit saja tanaman Rosella yang masih ditanam oleh warga. Menurut Ibu AF mayoritas warga tidak merasa memiliki terhadap tanaman Rosella tersebut, karena diberi cuma-cuma oleh PT REKIND dan banyak yang tidak paham cara budidaya Rosella. Sehingga setelah program dilaksanakan dan PT REKIND meninggalkan lokasi proyek warga tidak lagi merawat dengan baik tanaman Rosella yang telah mereka tanam dan banyak tanaman yang mati. Dokumentasi kondisi rempat penanaman Rosella saat program berlangsung dan kondisi saat ini dapat dilihat pada Gambar 5.
5.3.3 Pembuatan Kolam untuk Budidaya Belut Pada tanggal 7 juli 2008, PT REKIND membantu memberi bantuan untuk pembuatan 6 (enam) buah kolam sebagai media budidaya belut di wilayah tanah bengkok. Perencanaan pembuatan kolam melibatkan Bapak A dalam musyawarah bersama PT REKIND, Pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis. Bapak A dan Bapak W adalah pengurus kolam belut dan tempat pengolah sampah. Bapak W mengatakan bahwa pembuatan kolam melibatkan warga sekitar dan PT REKIND memberikan dana untuk membayar tenaga kerja, menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, dan memberi bantuan bibit belut. Namun sebelum kolam di isi, PT REKIND telah habis masa proyeknya, sehingga tidak sempat terlibat penanaman belut di kolam tersebut. Dokumentasi kondisi kolam darat untuk budidaya belut dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kondisi Kolam Belut Saat Program Berlangsung (kiri) dan Kondisi saat ini (kanan)
48
5.3.4 Penyelesaian Pembangunan Pos Ronda PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan pos ronda di RT 03 RW 04 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga memberikan 1 (satu) buah meja dan 1 (satu) buah kursi untuk perlengkapan di dalam pos ronda. Proses perencanaan program Penyelesaian Pembangunan pos ronda PT REKIND melibatkan tokoh masyarakat wilayah RT 03 RW 04. Tenaga kerja untuk mengerjakan pos ronda berasal dari warga Kelurahan Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahanbahan yang diperlukan di siapkan oleh PT REKIND.
Gambar 7. Program Penyelesaian Pos Ronda RT 03 RW 04 Lomanis 5.3.5 Penyelesaian Pembangunan Mushola PT REKIND membantu menyelesaikan pembangunan mushola Miftakhul Jannah di RT 01 RW 05 Kelurahan Lomanis. Selain itu juga dibuatkan sumur, pompa, penampungan air, serta papan nama mushola. Proses perencanaan program Penyelesaian Pembangunan mushola Miftakhul Jannah PT REKIND melibatkan tokoh masyarakat wilayah RT 01 RW 05.
Gambar 8. Penyelesaian Pembangunan Mushola Miftakhul Jannah
49
Tenaga kerja untuk mengerjakan mushola berasal dari warga Kelurahan Lomanis, namun segala kebutuhan dana dan bahan-bahan yang diperlukan di siapkan oleh PT REKIND. Dokumentasi kondisi mushala saat ini dapat dilihat pada Gambar 8.
5.3.6 Pemberian Bantuan Sumur dan Pompa PT REKIND memberikan bantuan 20 sumur beserta pompanya kepada warga di wilayah RW 04 yang merupakan daerah terdekat lokasi proyek PT REKIND. Dokumentasi pompa dan sumur pemberian PT REKIND dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Pompa dan Sumur Bantuan PT REKIND 5.3.7 Gebyar REKIND PT REKIND melaksanakan acara pertandingan olah raga voli seKelurahan Lomanis di GOR Loka Jaya. Acara ini melibatkan beberapa warga sebagai panitia pelaksana. Proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan dilakukan PT REKIND dengan warga yang menjadi panitia. Dokumentasi acara Gebyar REKIND dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Dokumentasi Gebyar REKIND
50
Dalam mengimplementasikan program CSR, PT REKIND menerapkan strategi yang dimilikinya, yaitu dengan membantu menyelesaikan permasalahan utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan potensi masyarakat. Namun menurut Bapak FMR, PT REKIND lebih memprioritaskan pengembangan potensi masyarakat dibandingkan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. PT REKIND memberikan bantuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan atau kualitas hidup masyarakat tersebut. Strategi PT REKIND dapat di analogikan dengan strategi Rational Empirical menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006). PT REKIND menjadi inovator yang menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya. Contoh inovasi PT REKIND adalah memberikan bibit Rosella kepada PKK Kelurahan Lomanis pada saat menjalankan proyek pembangunan tangki kilang minyak Pertamina di Cilacap. PT REKIND melihat anggota PKK yang tidak bekerja sebagai sumber daya manusia yang melimpah untuk dapat membudidayakan tanaman Rosella sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraannya. Tanaman Rosella dipilih karena tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah yang panas dan cocok ditanam di daerah Kelurahan Lomanis yang memiliki suhu cukup panas karena dekat dengan pantai.
5.4
Ikhtisar Kebijakan PT REKIND mengenai CSR dipengaruhi oleh Kepmen BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan PT REKIND mengenai bidang program CSR yang sama dengan bidang dalam PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), yaitu menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup dan pengembangan usaha kecil, serta konversi atau penghematan energi. Selain itu kebijakan CSR PT REKIND juga dipengaruhi oleh UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007 yang selaras dengan Tata Nilai Budaya Perusahaan, yakni perihal Tanggung Jawab Sosial, yaitu mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang; baik karyawan, pelanggan, masyarakat maupun kelestarian lingkungan.
51
Cara pandang perusahaan dalam memandang CSR jika dikaitkan dengan teori menurut Wibisono (2007), maka cara pandang PT REKIND terhadap CSR termasuk ke dalam dua kategori, yaitu sebagai usaha untuk memnuhi kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang bersala dari dorongan tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT REKIND dalam mengimplementasikan CSR sebagai usaha memenuhi kewajiban (complience) dibuktikan dari adanya kebijakan atau peraturan pemerintah, yaitu Kepmen BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) dan UU NO.40 Pasal 74 Tahun 2007. Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori lainnya adala adanya dorongan yang tulus dari perusahaan (internal driven). PT REKIND telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. PT REKIND menimplementasikan CSR di setiap lokasi proyeknya dan juga di Head Office. Selain itu PT REKIND juga berupaya agar setiap pegawainya mengimplementasikan social responsibility dalam kehidupan sehari-harinya, terutama ketika di lingkungan PT REKIND atau di lokasi proyek PT REKIND. PT REKIND memiliki mekanisme pengajuan program CSR, yaitu untuk program di Head Office, Departemen CSR membuat proposal dan mengajukannya ke GM Legal and Corporate Communications (LCC). Sedangkan untuk program di lokasi proyek, tim proyek mengajukan proposal kepada Departemen CSR terlebih dahulu, lalu Depertemen CSR akan mengajukannya kepada GM LCC. Dalam mengimplementasikan CSR, PT REKIND terlibat langsung sebagai pelaksana dalam setiap tahapan CSR. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. PT
REKIND
mengimplementasikan
menerapkan CSR,
yaitu
strategi dengan
yang
dimilikinya
membantu
dalam
menyelesaikan
permasalahan utama masyarakat yang sifatnya mendesak, dan/atau pengembangan potensi masyarakat. Strategi PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) dapat di analogikan dengan strategi Rational Empirical. PT REKIND menempatkan diri menjadi inovator yang
52
menemukan potensi masyarakat dan bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik dan valid untuk memberikan manfaat dengan penggunanya.
BAB VI PEMBERDAYAAN DALAM IMPLEMENTASI CSR
6.1 Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat menurut Giarci (2001) dalam Subejo dan Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung
dengan
dukungan
collective
action
dan
networking
yang
dikembangkan masyarakat. Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat perlu berlandaskan pada asas-asas pengembangan masyarakat. Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas. Selain itu, implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat juga perlu memiliki prinsip pengembangan masyarakat, salah satunya adalah prinsip pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini menjadi basis utama dalam pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan
mereka
untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya (Ife, 2002).
54
Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat.
Proses pemberdayaan
masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR, karena menurut Bapak FMR, CSR PT REKIND adalah participatory based. Partisipasi masyarakat umumnya dilakukan semenjak tahap perencanaan program, pada tahap ini PT REKIND melakukan survey dan musyawarah dengan masyarakatt, agar PT REKIND dapat mengetahui potensi masyarakat dan permasalahan yang terdapat di lokasi tersebut. Pada tahap pelaksanaan PT REKIND bersama-sama masyarakat menjalankan program yang telah di setujui oleh manajemen. Masyarakat diajak berpartisipasi sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki. Pada saat atau setelah program berlangsung, PT REKIND bersama masyarakat melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan sebagai proses pembelajaran guna memperbaiki permasalahan yang ada dalam program tersebut dan akan menjadi laporan PT REKIND dalam menjalankan CSR di lokasi tersebut.
6.2
Partisipasi Masyarakat Apabila melihat definisi, asas-asas dan prinsip pengembangan masyarakat,
maka partisipasi masyarakat dalam program pengembangan masyarakat adalah suatu keharusan. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND dapat dilihat dari kasus CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Pada tahap perencanaan PT REKIND mengadakan musyawarah dengan pihak Kelurahan Lomanis, PKK Kelurahan Lomanis dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut Ibu AF, salah satu tokoh masyarakat yang diundang untuk musyawarah, PT REKIND mendiskusikan program-program yang akan dijalankan di Kelurahan Lomanis dan meminta beberapa masukkan dari warga. Namun tingkat dan macam partisipasi masyarakat dalam setiap programnya berbeda-beda.
55
Pada program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah masyarakat dilibatkan dalam tahap perencanaan saja, setelah pemberian gerobak sampah diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk mengelolanya dan warga tidak harus memberikan laporan mengenai penggunaan gerobak, sehingga tahap evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND. Demikian juga pada program bantuan pembuatan kolam budidaya belut, Gebyar REKIND, penyelesaian pembangunan pos ronda dan pembuatan sumur dan pompa untuk mushola Miftakhul Jannah, masyarakat dilibatkan hanya pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program saja, untuk tahap evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh PT REKIND. Sedangkan pada program pemberian bibit Rosella, partisipasi masyarakat cukup beragam. Berdasarkan hasil penelitian kepada 80 orang responden penerima bantuan bibit Rosella didapat hasil sebagai berikut: responden yang tingkat partisipasinya “tinggi” pada penelitian ini hanya berjumlah 3 (tiga) orang, mereka adalah warga yang diundang untuk ikut bermusyawarah dengan PT REKIND, pihak Kelurahan Lomanis dan PKK Kelurahan Lomanis. Responden yang tingkat partisipasi “sedang” berjumlah 2 (dua) orang, sedangkan yang tingkat partisipasinya “rendah” berjumlah 75 (tujuh puluh lima) orang. Mayoritas dari masyarakat memiliki tingkat partisipasi “rendah”, karena mayoritas hanya dilibatkan pada saat pelaks anaan program saja. Tingkat partisipasi masyarakat secara umum dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Persentase Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Budidaya Rosella
56
Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program CSR dapat dilihat pada Gambar 12. Pada tahap perencanaan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 96,25%, “sedang” 1,25% dan “tinggi” 2,5%. Pada tahap pelaksanaan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 0%, “sedang” 67% dan “tinggi” 16,25%. Pada tahap evaluasi tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 93,75%, “sedang” 1,25% dan “tinggi” 5%. Sedangkan pada tahap pelaporan tingkat partisipasi responden menyatakan bahwa pada tingkat “rendah” terdapat 95%, “sedang” 5% dan “tinggi” 0%. Responden mayoritas berpartisipasi pada saat pelaksanaan karena pada tahap tersebut seluruh anggota Kelompok Dasawisma dan masyarakat lainnya diajak oleh PKK dan Kelurahan untuk turut berpartisipasi menanam bibit Rosella. Setelah penanaman, masing-masing anggota Kelompok Dasawisma membuat jadwal piket bergiliran antar anggota untuk menyiram dengan air. Namun karena anggota Dasawisma merasa kurang memiliki tanaman tersebut, tanaman Rosella banyak yang tidak bertahan lama. Untuk panen atau mengambil bunga Rosella umumnya anggota dasawisma diperbolehkan mengambil tanpa dibatasi. Untuk pengawasan tanaman, beberapa dasawisma tidak mewajibkan semua anggota dasawisma untuk mengawasi secara rutin, sehingga di temui banyak kasus tanaman Rosella hancur di tabrak mobil yang parkir sembarangan, mati karena tidak di siram, mati karena cuaca, atau mati setelah dipanen. Pada tahap evaluasi dan pelaporan anggota dasawisma banyak yang mengatakan bahwa hanya ketua dan sekretaris kelompok saja yang mengevaluasi dan membuat laporan, sedangkan anggota tidak dilibatkan, bahkan ada kelompok dasawisma yang tidak membuat laporan. Penggambaran tingkat partisipasi masyarakat pada setiap tahapan implementasi CSR dapat dilihat pada Gambar 5.
57
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR 77
80
76
75 67
70
Jumlah Responden
60 50 kurang 40
sedang tinggi
30 20
13
10 1
2
1
0
4
4 0
0 perencanaan
pelaksanaan
evaluasi
pelaporan
Tahapan Implementasi CRS
Gambar 12. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Implementasi CSR. Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan tidak semua dapat berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang. Sebagaimana disajikan mengenai bentuk dan sifat program PT REKIND dalam Tabel 5. Tabel 5. Bentuk dan Sifat Program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis No 1 2 3 4 5 6 7
Program Pemberian bantuan 7 (tujuh) buah gerobak sampah Pembuatan kolam untuk budidaya belut Penyelesaian pembangunan pos ronda Penyelesaian pembangunan mushola Pemberian bibit Rosella Pemberian bantuan sumur dan pompa Gebyar REKIND
Sifat Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas Karitas
58
6.3 Ikhtisar Pemberdayaan adalah basis utama dalam pengembangan masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya (Ife, 2002). Pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND untuk membantu masyarakat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya atau pun untuk membantu meningkatkan kesejateraan masyarakat. Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan PT REKIND setiap kali mengimplementasikan CSR, karena program CSR PT REKIND adalah participatory based. Partisipasi masyarakat
umumnya
dilakukan semenjak
tahap perencanaan
program,
pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi program. Meskipun program CSR PT REKIND berbasiskan partisipasi, tapi pada kenyataannya partisipasi masyarakat dalam program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis tidak menunjukan partisipasi masyarakat yang penuh dalam setiap tahapan pelaksanaan CSR. Masyarakat umumnya hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan saja, sedangkan pada tahap perencanaan, monitoring dan evaluasi hanya melibatkan beberapa anggota masyarakat saja. Bahkan pada tahap pelaporan masyarakat tidak dilibatkan menyusunnya. Padahal menurut Nasdian (2006), partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR PT REKIND di kelurahan Lomanis jika dikaitkan dengan teori menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan.
59
Selain itu, implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja. Karena program-program yang dilakukan tidak berkelanjutan dan tidak berlangsung dalam jangka panjang
BAB VII DAMPAK PROGRAM CSR TERHADAP CITRA PERUSAHAAN DAN PROGRAM BERKELANJUTAN
7.1 Dampak Program CSR terhadap Citra Perusahaan Suatu perusahaan akan mendapatkan manfaat
apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sementara menurut Sukada, dkk (2006), manfaat CSR bagi perusahaan-perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik, akan berkesempatan mendapatkan sumberdaya manusia terbaik, produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih loyal, mendapatkan kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan, dan sebagainya. Hasil penelitian kepada 80 orang responden, didapat citra perusahaan di mata masyarakat seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Penghitunan Citra Perusahaan No
Skor
Kategori
Jumlah (orang)
Persentase
1
x ≤ 13
Kurang baik
0
0
2
14 ≤ x ≤ 26
Baik
0
0
3
27 ≤x ≤ 50
Sangat baik
80
100
Berdasarkan Tabel 6, semua responden mendapatkan skor 27 ≤x ≤ 50 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa citra perusahaan di mata masyarakat sangat baik. Lebih lanjut hasil rekapitulasi peningkatan citra perusahaan terdapat
61
pada Lampiran 3. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Ibu AF yang tinggal di RT 3 RW 4 yang merupakan wilayah paling dekat dengan lokasi proyek PT REKIND: “Sepeninggal Pak F, warga merasa kehilangan. Warga sekitar sini mengenal Rekayasa karena Pak F, karena Pak F paling sering bertemu dengan warga. Beliau sering berkunjung malammalam ke rumah warga untuk sekedar mengobrol saja. Beliau meninggalkan kesan yang baik, sehingga warga mengenal orang Rekayasa baik-baik” (Ibu AF) Sejalan dengan itu, Ibu DM yang tinggal di RT 4 RW 2, dimana lokasi tempat tinggal tersebut cukup jauh dengan lokasi proyek mengutarakan hal yang sama: “REKIND perusahaan yang baik, karena mereka mengambil tenaga kerja dari warga sini, selain itu mereka juga banyak mengadakan kegiatan yang bermanfaat buat warga disini, contohnya bantuan bibit Rosella. Saya merasakan lebih sehat dan segar dengan minum Rosella.” (Ibu DM) Sementara itu, Ibu SA yang tinggal di RT 1 RW 1 yang merupakan wilayah paling jauh dari lokasi proyek PT REKIND mengutarakan hal yang sama juga, yaitu: “Saya memang ga kenal dengan orang-orang REKIND, tapi orang-orang REKIND kalau ketemu sopan-sopan. Kayaknya mereka baik-baik orangnya.” (Ibu SA) Ketiga contoh informan tersebut tinggal di lokasi yang berbeda-beda. Namun ketiga informan mengatakan hal yang sama mengenai citra PT REKIND di mata mereka. Selain mereka, mayoritas responden pun mengatakan hal yang sama mengenai PT REKIND. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa masyarakat penerima program CSR PT REKIND memiliki persepsi yang sama mengenai citra perusahaan, di mana pun lokasi tempat tinggal mereka. Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka, sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat, terbukti proyek
62
dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki kilang minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini. 7.2 Dampak Program CSR terhadap Program Berkelanjutan di Masyarakat Implementasi CSR dalam rangka pengembangan masyarakat dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menjadi subjek atau objek program. Manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Program-program yang dijalankan oleh PT REKIND di Cilacap memiliki berbagai macam manfaat bagi masyarakat sekitar, diantaranya adalah program berkelanjutan. Program berkelanjutan yang tercipta adalah program yang sudah ada sebelum program CSR berlangsung dan menjadi lebih baik lagi setelah program CSR berlangsung. Program tersebut adalah program ronda malam masyarakat dan pengolahan sampah rumah tangga. Kedua program tersebut sudah ada sebelum PT REKIND datang. Namun masyarakat belum memiliki pos ronda dan juga gerobak sampah, sehingga PT REKIND memberikan program penyelesaian pembangunan pos ronda dan gerobak sampah. Dampak program berkelanjutan pada masyarakat Kelurahan Lomanis dapat dilihat dari empat aspek, yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Sebelum program pemberian bantuan tujuh buah gerobak sampah berjalan masyarakat mengumpulkan dan membuang sampah ke tempat pembuangan sampah secara sendiri-sendiri. Namun setelah program berjalan, masyarakat membuat aturan baru mengenai membuang sampah. Masyarakat Kelurahan Lomanis sangat merasakan manfaat dari adanya gerobak sampah di wilayah mereka, Ibu SM mengatakan manfaat penggunaan gerobak sampah tersebut, yaitu: “Sekarang buang sampah ga susah lagi, tinggal simpen depan rumah aja nanti diambil sama tukang sampah. Tukang sampahnya Pak K, dia dipilih sama warga dan dibayar sama warga, seratus ribu sebulan dari setiap RT.” (Ibu SM) Sementara itu, Bapak K, salah seorang petugas pengumpul sampah mengatakan:
63
“Gerobak dirawat sama saya, kalau ada yang rusak saya yang bertanggungjawab memperbaikinya, tapi uangnya dari warga yang mengumpulkan iuran. Saya tinggal laporan aja ke Ketua RW. Sekarang aja saya mau ke bengkel di depan, ada yang harus di las besinya. Maklum udah lama gerobaknya” (Bapak K) Sejalan dengan itu, Ibu AF, salah seorang tokoh masyarakat Kelurahan Lomanis memperkuat argumen manfaat gerobak sampah: “Dengan gerobak sampah kita dapat lebih mudah berkoordinasi dan dapat memberi lapangan pekerjaan. Petugas sampah di RT ini adalah seorang tukang becak yang penghasilannya tidak besar. Dia mengambil sampah pagi atau sore hari, setelah menarik becak. Dia diberi upah oleh warga seratus ribu dari setiap RT per bulan.” (Ibu AF) Berdasarkan hasil wawancara di lapang, mayoritas masyarakat lainnya juga mengatakan hal yang sama mengenai manfaat penggunaan gerobak. Saat ini, masyarakat cukup menyimpan sampah di depan rumah masing-masing, dan sampah tersebut akan diambil oleh petugas sampah dua kali seminggu. Petugas sampah yang dipekerjakan mendapatkan upah dari masyarakat yang secara bersama-sama mengumpulkan iuran. Semua masyarakat berpartisipasi dalam program yang diciptakan hasil konsensus diantara anggota masyarakat tersebut. Hal ini juga merupakan salah satu bukti kemandirian masyarakat Kelurahan Lomanis dalam mengurus sampah rumah tangga mereka dan juga biaya perawatan gerobak sampah.. Selain itu, sumber dana untuk operasional dan upah karyawan tempat pembuangan sampah juga didapatkan dari menjual hasil pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik. Pada aspek kinerja pengelola tempat pembuangan sampah rumah tangga di Kelurahan Lomanis mengalami peningkatan kinerja. Sebelum diberikan bantuan gerobak sampah mereka tidak mengolah sampah sebanyak saat ini, karena dahulu masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari tempat pembuangan sampah tidak semuanya selalu membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Namun saat ini setelah sampah rumah tangga dari semua wilayah Kelurahan Lomanis dapat dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah dengan menggunakan gerobak, jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah menjadi lebih banyak dari sebelumnya, sehingga pengelola tempat pembuangan sampah harus lebih
64
rajin dalam bekerja agar sampah tidak menumpuk. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak U, salah seorang petugas di tempat pengolahan sampah: “Sejak ada gerobak sampah, Alhamdullillah ga susah lagi ngumpulin sampah. Tukang sampah yang ngumpulin dan nganterin sampah ke sini. Dan jumlahnya juga jadi jauh lebih banyak dari sebelumnya. Buat sampah anorganik kita jual ke pengumpul, sedangkan sampah organik kita jadiin kompos.” (Bapak U) Pada aspek tata kelola, pengelolaan tempat pembuangan sampah di Kelurahan Lomanis melibatkan beberapa pihak, yaitu Pemerintah Kelurahan sebagai regulator dan pengelola tanah bengkok yang menjadi tempat pembuangan sampah berada, masyarakat Kelurahan Lomanis sebagai pihak yang membuang sampah dan beberapa warga yang menjadi pengurus tempat pembuangan sampah. Tata kelola tempat pembuangan dan pengolahan sampah ini menjadi lebih efektif ketika partisipasi masyarakat untuk membuang sampah ke tempat tersebut menjadi lebih baik dengan adanya gerobak sampah. Sedangkan aspek partisipasi pada program bantuan penyelesaian pembangunan pos ronda dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari perubahan partisipasi dan kebiasaan warga dalam melakukan ronda. Sebelum memiliki pos ronda, warga RT 03 RW 04 Kelurahan Lomanis langsung pulang ke rumah masing-masing setelah melakukan ronda, saat ini setelah melakukan ronda warga dapat berkumpul di pos ronda untuk beristirahat ataupun mengobrol, sehingga jam ronda dapat lebih lama lagi dan patisipasi warga menjadi lebih baik dari sebelumnya karena telah memiliki pos ronda yang nyaman. Hal ini juga menunjukkan bahwa kinerja ronda malam warga RT 03 RW 04 mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat oleh penyataan Ibu AF: “Dulu sebelum ada pos ronda, setelah meronda warga langsung pulang ke rumahnya masing-masing, karena tidak punya pos ronda. Tapi sekarang setelah pos ronda jadi, warga setelah meronda suka berkumpul di pos ronda dulu sebelum pulang. Kadang suka menginap hingga pagi di pos ronda”. ( Ibu AF) Pada aspek kemandirian, kemandirian warga dapat terlihat dari kemampuan warga dalam menjaga keamanan wilayahnya tanpa membutuhkan bantuan dari pihak lain. Sedangkan pada aspek tata kelola, hanya melibatkan
65
partisipasi antar warga RT 03 RW 04 saja, yaitu Ibu RT sebagai penangungjawab dan warga lainnya sebagai pelaksana. Selain program bantuan gerobak sampah dan bantuan penyelesaian pembangunan pos ronda, program pemberian sumur dan pompa untuk mushola Miftakhul Jannah pun turut membantu terciptanya program pengajian masyarakat, meskipun dampaknya tidak begitu terasa dalam hal peningkatan partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelolanya. Dampak hanya terasa pada kemudahan masyarakat dalam memperoleh air saja, karena tidak harus menimba sumur lagi. Untuk program bantuan bibit Rosella, pembuatan sumur bor dan pompanya untuk 20 rumah tangga,serta pembuatan kolam untuk budidaya belut tidak berdampak pada program berkelanjutan. Program bantuan bibit Rosella tidak berjalan lagi untuk saat ini karena masalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya Rosella, kurangnya kepedulian warga terhadap perawatan tanaman Rosella, dan sebagainya. Sejalan dengan Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya belut pun tidak berkelanjutan karena kurangnya pengetahuan warga tentang budidaya belut dan kurangnya modal usaha, sehingga saat ini untuk budidaya Rosella dan budidaya belut sudah tidak berjalan lagi. Sedangkan untuk bantuan pembuatan sumur dan pompanya kepada 20 rumah tangga bukanlah program berkelanjutan, karena hanya sekedar untuk memperbaiki sumur warga yang kering akibat aktivitas perusahaan.
7.3 Ikhtisar Suatu
perusahaan
akan
mendapatkan
manfaat
apabila
mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan.
66
Berdasarkan hasil penelitian, citra perusahaan di mata masyarakat adalah sangat baik. Implementasi CSR juga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara perusahaan dengan masyarakat secara terbuka. Sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Selain itu, PT REKIND juga telah mendapatkan social license dari masyarakat sekitar, terbukti proyek dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti dan tangki kilang minyak hasil proyek PT REKIND masih terjaga dengan baik saat ini. Selain bermanfaat bagi perusahaan, implementasi CSR juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Dalam kasus implementasi CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis, dampak yang ditimbulkan dari manfaat implementasi CSR adalah terciptanya program berkelanjutan. Program berkelanjutan dapat dilihat dari aspek partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Program berkelanjutan ini meliputi program dalam hal ronda malam serta program dalam mengelola dan membuang sampah rumah tangga.
BAB VIII STRATEGI PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI CSR DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS
PT Rekayasa Industri (REKIND) merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN). Didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1981, untuk mengembangkan kemampuan nasional ke tingkat dunia didalam bidang rancang bangun, pengadaan, konstruksi dan uji-coba operasi (EPCC) untuk pabrik-pabrik industri besar di Indonesia. Sejak berdiri pada tahun 1981, PT REKIND telah mengimplementasikan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat. Implementasi CSR dilakukan oleh PT REKIND tak lama setelah Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diberlakukan, yaitu dengan membuat Departemen CSR yang berada pada Divisi Legal and Corporate Communications dibawah Corporate Stategy Unit. Departemen CSR memiliki visi dalam menjalankan tugasnya, yaitu untuk menjadi Perusahaan EPCC (Engineering Procurement Construction Commisioning) termaju yang bertanggung jawab secara sosial di Indonesia. Selain itu, implementasi CSR PT REKIND pun dipengaruhi oleh Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), sehingga bidang-bidang CSR yang diprioritaskan oleh CSR PT REKIND sama dengan bidang-bidang dalam PKBL yaitu bidang pendidikan, kesehatan, sarana ibadah, bencana alam, kegiatan sosial, lingkungan hidup, pengembangan usaha kecil dan konversi. Sebagai sebuah perusahaan EPCC yang selalu berhubungan dengan banyak pihak, PT REKIND harus membangun hubungan yang baik dengan stakeholders di setiap tempat menjalankan proyeknya. Upaya membangun hubungan
baik
ini
salah
satunya
dengan
mengimplementasikan
CSR.
Implementasi CSR PT REKIND dilaksanakan di Head Office dan di setiap lokasi proyek dengan berbagai macam program sesuai kebutuhan di wilayah tersebut. PT REKIND memiliki dua pandangan terhadap CSR, yaitu sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance) dan karena adanya dorongan tulus dari dalam (internal driven). PT REKIND memandang CSR tidak sekedar diimplementasikan karena
68
menghormati peraturan yang ada, tetapi telah menempatkan CSR sebagai bagian dari Tata Nilai Budaya perusahaan dan business process perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND apabila dikaitkan dengan teori menurut Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), adalah model atau pola CSR dengan keterlibatan langsung perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Hal ini dapat dilihat dari scope pekerjaan Departemen CSR yang meliputi kegiatan assestment, program designing, implementation, post implementation evaluation and documentation. Menurut Wibisono (2007), CSR memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. PT REKIND melalui keempat tahapan tersebut dalam mengimplementasikan CSR. Pada tahap perencanaan PT REKIND telah memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan CSR dalam menjalankan usahanya, memiliki kebijakankebijakan yang mengatur tentang pelaksanaan CSR, membentuk Departemen CSR dan memiliki pedoman untuk mengimplementasikan CSR secara efektif dan efisian. Pada tahap pelaksanaan PT REKIND selalu melakukan survey sebelum menetapkan program CSR apa yang akan dijalankan, survey dilakukan dengan atau tanpa melibatkan masyarakat. Setelah survey akan dilakukan perencanaan program dengan melibatkan masyarakat, selanjutnya sosialisasi program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. Tahap evaluasi dilakukan setiap bulan dan setelah selesai melaksanakan program CSR di lokasi proyek dan akhir tahun dalam Annual Report. Pelaporan dilakukan setelah pelaksanaan program CSR di lokasi proyek, setiap tahun dengan membuat Annual Report, serta mengkomunikasikan program melalui Bulletin, DVD audio visual, news, company profile, rekind updates, dl Pada tahun 2006 hingga tahun 2008 PT REKIND mendapatkan proyek untuk membangun tangki kilang minyak di Kelurahan Lomanis, Cilacap. Selama menjalankan proyek tersebut PT REKIND mengimplementasikan CSR di wilayah tersebut, program yang dijalankan di wilayah tersebut yaitu pemberian bantuan 7
69
(tujuh) buah gerobak sampah, pemberian bibit Rosella, pembuatan kolam untuk budidaya
belut,
penyelesaian
pembangunan
pos
ronda,
penyelesaian
pembangunan mushola, pemberian bantuan sumur dan pompa, serta Gebyar REKIND. Dalam implementasi program CSR di Kelurahan Lomanis, mayoritas masyarakat hanya dilibatkan pada tahap pelaksanaan program saja. Sedangkan pada tahap perencanaan, PT REKIND hanya melibatkan beberapa pihak saja, yaitu pihak kelurahan, PKK kelurahan dan beberapa tokoh masyarakat. Menurut ibu AF, pada saat musyawarah PT REKIND sudah melakukan survey dan menetapkan program apa saja yang akan dijalankan sehingga dia hanya mengikuti saja apa yang sudah diputuskan (sosialisasi program). Karena menurut kebijaksanaan yang ada, Departemen CSR dapat melakukan survey dengan dan atau tanpa masyarakat. Pada tahap evaluasi maupun pelaporan juga dilakukan oleh staf CSR PT REKIND. Akan tetapi sebenarnya masyarakat juga diperkenankan untuk melakukan suatu monitoring dan evaluasi mengenai pelaksanaan program CSR di kelurahan Lomanis, hanya saja tidak diwajibkan. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengajukan pendapat mereka mengenai program CSR sebagai masukan dan perbaikan pelaksaan program. Partisipasi masyarakat tersebut menurut Arstein (1967) berada pada tingkatan partsipasi ke lima dari delapan tingkat, yaitu tingkat Placation. Pada tingkatan ini masyarakat dapat memberikan saran kepada PT REKIND, tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada PT REKIND karena harus mengikuti prosedur dan kebijakan perusahaan. Implementasi CSR yang dilakukan PT REKIND di Kelurahan Lomanis masih sebatas pemberian dari korporasi atau karitas. Program tersebut hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja dan belum memberdayakan masyarakat secara penuh agar tercipta keberlanjutan program. Namun, implementasi CSR tersebut memiliki dampak terhadap citra perusahaan, karena telah membuat citra perusahaan di mata masyarakat menjadi sangat baik, meskipun tidak semua masyarakat mengenal PT REKIND, tapi mereka menganggap PT REKIND adalah perusahaan yang baik kepada masyarakat karena memberi bantuan kepada mereka.
70
Program CSR PT REKIND yang dilakukan di Kelurahan Lomanis tidak semua memberikan dampak terhadap program berkelanjutan di masyarakat, hanya program bantuan penyelesaian pos ronda dan pemberian gerobak saja yang memiliki dampak. Dampak program berkelanjutan dapat dilihat dari empat aspek, yaitu partisipasi, kinerja, kemandirian dan tata kelola. Program penyelesaian pos ronda membantu membuat tradisi ronda malam masyarakat menjadi lebih baik dalam hal partisipasi warga dan kinerja warga dalam melakukan ronda, sehingga kemandirian warga dalam menjaga keamanan menjadi lebih baik lagi serta dapat membangun tata kelola dalam hal melakukan ronda menjadi semakin baik juga. Sementara itu, program pemberian bantuan gerobak sampah membantu membuat masyarakat memiliki kebiasaan dan aturan baru dalam hal membuang sampah rumah tangga. Dahulu sebelum program masyarakat harus membuang sampah sendiri-sendiri ke tempat pengolahan sampah dan tidak ada upaya bersama-sama mengumpulkan iuran untuk petugas pengumpul sampah, namun saat ini setelah memiliki gerobak masyarakat cukup menyimpan sampah didepan rumah dan akan diambil dua kali seminggu oleh petugas pengumpul sampah, serta masyarakat bersama-sama mengumpulkan iuran untuk petugas tersebut. Hal ini menyebabkan kemandirian masyarakat menjadi lebih baik dalam mengelola sampah rumah tangga, meningkatkan kinerja pengelola tempat pembuangan dan meningkatkan juga tata kelola dalam tempat pembuangan sampah. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pendekatan dan implementasi CSR yang dilakukan oleh PT REKIND dalam memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja dan pada tingkat partisipasi Placation. Masyarakat dapat memberikan sarannya namun
kewenangan
memberikan
keputusan
masih
dimiliki
perusahaan
sepenuhnya. Partisipasi masyarakat tersebut masih semu dan belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (2002), yaitu prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan sumberdaya,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan
mereka
untuk
71
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Sedangkan pada kasus program CSR PT REKIND di Kelurahan Lomanis belum memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakatnya untuk menentukan sendiri arah program menurut kebutuhan dan kemampuannya. Bukti belum dapat dikatakan program yang berbasiskan pada prinsip pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari dampak yang terjadi pada masyarakat. Dari berbagai program yang dilaksanakan, hanya dua program saja yang berdampak pada terciptanya program berkelanjutan di masyarakat, sedangkan sisanya tidak berdampak karena kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dan hanya sekedar pemberian korporasi saja. Sedangkan umumnya program yang telah berbasiskan pengembangan masyarakat akan terjaga keberlanjutannya dan dapat berdampak pada terciptanya program berkelanjutan di masyarakat.