BAB III PROFIL PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. PROFIL PERUSAHAAN 3.1.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Adaro Energy Tbk merupakan perusahaan tambang batu bara yang berlokasi di Kalimantan Selatan, Kabupaten Tabalong & Balangan. Di Indonesia, PT Adaro merupakan perusahaan produsen tambang batu bara termal terbesar kedua yang mengelola dan memiliki tambang batubara tunggal yang paling besar di bumi bagian selatan. Pada tahun 2010, PT Adaro menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan yang memasok batubara terbesar untuk keperluan domestik dan merupakan perusahaan eksportir ke lima batu bara termal untuk pasar global. Pada awalnya PT Adaro dimiliki oleh perusahaan asing, yaitu : New Hope Corporation Australia (50%), PT Asminco Bara Utama Indonesia (40%), dan Mission Energy Amerika (10%). Lalu mulai tahun 1989, perlahan lahan pemegang saham Indonesia mengambil alih kepemilikan dan manajemen PT Adaro. PT Adaro adalah perusahaan yang beroperasi dibawah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama bersama dengan 10 perusahaan batubara lainnya. PKP2B merupakan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan 38
39
nasional (dalam rangka PMA) yang dibuat pada tahun 1981 -1990 untuk pengusaha pertambangan batu bara. Salah satu perjanjian yang diatur dalam PKP2B adalah ketentuan mengenai pengenaan pajak yang tetap sepanjang berlakunya perjanjian. Kontrak PKP2B yang dimiliki oleh perusahaan berlaku sampai dengan tahun 2022 dan dapat diperpanjang (diperbaharui) sesuai dengan kesepakatan bersama. Produk batu bara yang diproduksi oleh PT Adaro memakai nama Envirocoal sebagai merek dagangnya. Hal ini disebabkan karena produk batu bara PT Adaro memiliki kandungan energi sedang dengan kadar abu (1%-2%), sulfur (0.1%) serta nitrogen (0.9%) yang sangat rendah. Oleh karena itu, penggunaan batu bara ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi perusahaan konsumen baik dari segi ekonomi maupun dari segi teknis. Beberapa manfaat penggunaan batu bara ini adalah: biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih rendah, menghasilkan energi pembakaran yang lebih baik, dan efisiensi dalam pembuangan abu. Produk batu bara perusahaan telah digunakan di Negara Eropa, Asia, Amerika dan Indonesia sejak tahun 1991 untuk keperluan industri semen, pembangkit tenaga listrik dan industri lainya yang berada di negara yang memiliki aturan ketat mengenai pembuangan emisi. Pada chart 3.1 dapat kita lihat pangsa pasar batu bara envirocoal. Menurut annual report perusahaan, pada tahun 2010 PT Adaro memiliki cadangan batu bara sebesar 4.4 M ton.
40
Sumber : Annual Report PT Adaro Enegry Tbk 2011 Gambar 3.1. Pangsa Pasar Batu Bara PT Adaro Energy Tbk Dalam jangka menengah, perusahaan memiliki rencana (target) untuk dapat berproduksi sebesar 80 Juta ton per tahun. Sehingga setiap tahun produksi batu bara PT Adaro mengalami pertumbuhan seperti yang teralihat pada gambar 3.2 berikut ini :
Sumber : Annual Report PT Adaro Energy Tbk 2011 Gambar 3.2. Historis Produksi Batu Bara Namun pada tahun 2009 dan 2010, produksi batu bara PT Adaro sedikit dibawah target (perkiraan) perusahaan yaitu sekitar 5% dikarenakan pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global dan pada tahun 2010 faktor cuaca yang sangat buruk.
41
Perusahaan mengalami pertumbuhan produksi batu bara yang cukup pesat pada tahun 2011, yaitu sebesar 47.7 juta ton yang disebabkan oleh faktor cuaca yang sudah kembali normal dan adanya peralatan baru. Untuk tahun 2012, perusahaan memiliki target untuk dapat berproduksi sebesar 50 – 53 juta ton.
3.1.2. Initial Public Offering (IPO) Pada awal berdirinya, PT Adaro Energy bernama PT Padang Karunia. Perusahaan memutuskan untuk merubah namanya menjadi PT Adaro Energy Tbk ketika akan menawarkan sahamnya kepada publik. Perusahaan secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008 dan menunjuk PT Danatama Makmur sebagai underwriter. Pada waktu IPO, perusahaan melakukan penawaran saham sebanyak 11.139.331.000 lembar saham atau 34% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor dengan harga saham perdana sebesar Rp.1.100. Dari hasil IPO, perusahaan memperoleh dana sebesar Rp.12.2 T atau sebesar AS$ 1.3 M. Pada saat itu, IPO yang dilakukan oleh perusahaan adalah yang terbesar dalam sejarah BEI untuk penawaran yang dilakukan dalam mata uang rupiah (sedangkan dalam mata uang AS$ adalah yang kedua), dan merupakan IPO terbesar ke 4 untuk tahun 2008 di negara Asia (selain Jepang). Perusahaan mempergunakan dana yang dihasilkan dari IPO untuk mengakuisisi, menambah presentasi kepemilikan pada anak perusahaan dan membayar hutang. Di BEI PT Adaro Energy Tbk memiliki simbol ADRO.
42
3.1.3. STRUKTUR ORGANISASI DAN SUSUNAN DEWAN KOMISARIS & DIREKSI Adapun susunan dewan komisaris dan direksi dari PT Adaro Energy Tbk adalah sebagai berikut :
Sumber : Annual Report PT Adaro Energy Tbk 2011 Gambar 3.3. Struktur Organisasi PT Adaro Energy Tbk
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, berikut ini adalah susunan dewan komisaris dan direksi s/d 31 Desember 2011. Tabel 3.1 Dewan Komisaris dan Direksi PT Adaro s/d 31 Desember 2011 Presiden Komisaris
: Edwin Soeryadjaya
Wakil Presiden Komisaris
: Theodore Permadi Rachmat
Komisaris
: Ir. Subianto Lim Soon Huat
Komisaris Independen
: Ir. Palgunadi Tatit Setyawan
43
Dr. Ir. Raden Pardede Presiden Direktur
: Garibaldi Thohir
Wakil Presiden Direktur
: Christian Ariano Rachmat
Direktur
:Sandiaga Salahuddin Uno Andre Johannes Mamuaya David Tendian Chia Ah Hoo M. Syah Indra Aman
Sumber : Annual Report PT Adaro Energy Tbk 2011 Berikut ini adalah diagram pemegang saham perusahaan sampai dengan 31 Desember 2011.
Sumber : Annual Report 2011 Gambar 3.4. Pemegang Saham s/d 31 Desember 2011
44
3.1.4. ANAK PERUSAHAAN Berikut ini adalah anak perusahaan PT Adaro Energy Tbk yang masingmasing memiliki peranan yang sangat penting bagi berkembangan rantai pasokan batu bara perusahaan.
Sumber : Annual Report 2011 Gambar 3.5. Anak Perusahaan PT Adaro Energy Tbk PT Adaro Indonesia (Penambangan Batu Bara) PT Adaro Indonesia adalah anak perusahaan yang dimiliki oleh PT Adaro Energy yang bergerak di sektor penambangan batu bara di wilayah Kalimantan Selatan semenjak 1992.
PT Adaro adalah perusahaan yang
beroperasi dibawah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama bersama dengan 10 perusahaan batubara lainnya. Kontrak PKP2B yang dimiliki oleh perusahaan berlaku sampai dengan tahun
45
2022 dan dapat diperpanjang (diperbaharui) sesuai dengan kesepakatan bersama. PT Saptaindra Sejati (Kontraktor Penambangan) PT Saptaindra Sejati (SIS) adalah perusahaan yang menyediakan jasa eksplorasi, kontraktor, penggalian, dan transportasi & dukungan logistik untuk pertambangan khususnya batu bara. Perusahaan mulai beroperasi untuk komersial pada April 2002. Pada saat ini SIS adalah perusahaan kontraktor penambangan batu bara terbesar ke 3 di Indonesia. PT Makmur Sejahtera Wisesa (Pembangkit Listrik Mulut Tambang) PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW) adalah anak perusahaan PT Adaro yang didirikan untuk membangun pembangkit listrik mulut tambang dengan bahan bakar batu bara dan memiliki kapasitas 2x30 MW. Proyek ini telah dilakukan semenjak tahun 2009 dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada Q3 tahun 2012. PT Sarana Daya Mandiri (Pengerukan di Sungai Barito dan Pengelola Tol sungai) PT Sarana Daya Mandiri (“SDM”) merupakan sebuah perusahaan yang didirikan di Kalimantan Selatan. Pada tahun 2008, SDM melakukan proyek pengerukan Sungai Barito untuk meningkatkan kapasitas transportasi menjadi 200 juta ton kargo/tahun. Meningkatnya kapasitas transportasi Sungai Barito, karena sungai dapat dilewati oleh kapal tongkang selama 24 jam
46
sehari. Meningkat sekitar 3 kali lipat jika dibandingkan kapasitas sebelumnya yaitu 60 juta ton per tahun. Orchard Maritime Logistics Pte. Ltd, PT Maritim Barito Perkasa dan PT Harapan Bahtera Internusa Orchard Maritime Logistics Pte. Ltd (OML) merupakan sebuah perusahaan Singapura yang menyediakan jasa angkutan kapal tongkang untuk pengiriman batu bara dari Kelanis ke Pelabuhan Taboneo dan Terminal Batu Bara Pulau Laut, baik untuk tujuan ekspor maupun untuk konsumen dalam negeri yang beroperasi selama 24 jam/tahun. Beberapa perusahaan yang memakai jasa perusahaan OML adalah PT Adaro, PT Jasa Power, PT Semen Gresik dan PT Kideco Jaya Agung. Pada tahun 2009, akibat hukum cabotage Indonesia maka Orchard Maritime Logistics Pte. Ltd dikonsolidasikan dengan PT Maritim Barito Perkasa (MBP), and PT Harapan Bahtera Internusa (HBI). Pada tahun 2010, armada laut yang dimiliki oleh MBP adalah 17 kapal tunda, 1 kapal pendarat, 15 tongkang, 3 self-propelled barge dan 4 floating dan 1 tongkang akomodasi &operasional PT Indonesia Bulk Terminal (Operasi Terminal Batu Bara dan Fasilitas Pelabuhan) PT Indonesia Bulk Terminal (IBT) merupakan perusahaan yang mengelola dan bertindak sebagai operator dari Terminal batu bara Pulau Laut semenjak tahun 1998. Terminal ini memiliki keistimewaan jika dibandingkan terminal batu bara lainnya, karena merupakan salah satu (dari 2 terminal batu
47
bara yang ada di Indonesia) yang memiliki izin untuk memberikan jasa dalam menangani dan pemuatan kapal untuk seluruh produsen batu bara (umum). Coaltrade Services International Pte Ltd Coaltrade Services International Pte Ltd adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 2000 di Negara Singapura yang berfungsi untuk memasarkan produk PT Adaro dan bertindak sebagai agen yang membeli produk batu bara yang berasal dari pihak ke 3 untuk kemudian di campur dengan produk batu bara PT Adaro. PT Adaro terikat kontrak PKP2B sehingga tidak bisa membeli batu bara dari pihak ke 3, oleh sebab itu perusahaan mendirikan Coaltrade Services International Pte Ltd.
3.2. METODE PENELITIAN 3.2.1. KERANGKA PIKIR Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan top down analysis untuk mendukung asumsi yang digunakan dalam melakukan valuasi saham PT Adaro Energi Tbk dengan menggunakan pendekatan discounted cash flow valuation yaitu metode free cash flow to firm (FCFF). Berikut ini merupakan kerangka pikir yang digunakan oleh penulis dalam membuat penelitian ini :
48
Sumber : Penulis Gambar 3.6. Kerangka Pikiran Seperti yang terlihat pada gambar 3.6 dalam melakukan top down analysis, pertama-tama penulis akan melakukan analisis terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia. Indikator-indikator ekonomi yang diasumsikan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan PT Adaro adalah produk domestik bruto (PDB) Indonesia, tingkat inflasi dan suku bunga bank Indonesia (BI Rate). Selain melakukan analisis
49
terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia, penulis juga akan melihat kondisi perekonomian global. Tahap kedua adalah penulis akan melakukan analisis terhadap industri batu bara. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk memperoleh pemahaman terhadap industri batu bara di Indonesia. Analisis industri akan dilakukan dengan pendekatan five forces. Dalam analisis ini akan diketahui informasi mengenai persaingan antara perusahaan, adanya ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi, kekuatan tawar menawar (bargaining power) dari pembeli dan penjual (palepu, 2009). Tahap ketiga adalah melakukan analisis terhadap PT Adaro. Pada tahap ini penulis akan melakukan analisis keuangan perusahaan, yaitu analisis rasio dan proyeksi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Tujuan dilakukannya analisis rasio adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan jika dibandingkan dengan industrinya. Untuk analisis proyeksi keuangan perusahaan, penulis akan memakai data historis perusahaan dari tahun 2007-2011 yang digunakan sebagai asumsi dasar proyeksi keuangan perusahaan 5 tahun kedepan. Alasan penggunaan data historis tahun 2008 adalah terkait dengan IPO perusahaan yang go public pada tanggal 16 Juli 2008. Tahap terakhir adalah melakukan valuasi saham PT Adaro untuk menentukan intrinsic value dengan menggunakan salah satu metode discounted cash flow valuation yaitu free cash flow to the firm (FCFF).
50
3.3. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
sebagai berikut : Studi Kepustakaan. Penulis mendapakan data melalui studi literatur yang berasal dari laporanlaporan, dokumen-dokumen, tulisan maupun artikel yang terkait dengan penelitian ini.
3.4. SUMBER DATA Data yang diperlukan dan digunakan dalam melakukan analisis dan valuasi saham PT Adaro Energy Tbk yang dapat diperoleh dari : Laporan keuangan PT Adaro Energi Tbk periode tahun 2007 – 2011 yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data harga saham perusahaan PT Adaro Energi Tbk dengan kode ADRO, yang dapat diperoleh di yahoo finance. Data variabel ekonomi makro Indonesia seperti BI Rate, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan Indonesia (GDP) yang dapat diperoleh dari internet atau media publikasi lainnya. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dapat diperoleh dari yahoo finance dan data surat hutang pemerintah (obligasi) yang dapat diperoleh dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA).
51
3.5. METODE ANALISIS Didalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan metode free cash flow to firm (FCFF) untuk menghitung intrinsic value saham PT Adaro Energi Tbk, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Damodaran, 2002) :
Keterangan : n
= Umur Aset
CF to firmt
= Expected cash flow to firm pada periode t
WACC
= Weighted average cost of capital
Metode perhitungan FCFF memiliki beberapa variasi perhitungan disesuaikan
dengan
kondisi
pertumbuhan
perusahaan.
Apabila
yang
perusahaan
diasumsikan mengalami pertumbuhan yang stabil (stable growth firm), maka valuasi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut (Damodaran, 2002) : Value of firm =
FCFF1 _ (WACC –gn)
Keterangan : FCFF1
= Excpected FCFF tahun depan
WACC
= Weighted average cost of capital
gn
= Tingkat pertumbuhan FCFF selamanya.
52
Apabila pertumbuhan perusahaan diasumsikan tidak konstan yaitu tumbuh lebih cepat sampai n periode dan setelah itu tumbuh stabil, maka dapat mempergunakan persamaan sebagai berikut (Damodaran, 2002) :
Dimana : WACC = cost of capital (hg : high growth, st : stable growth)
Menurut Pinto, Henry, Robinson, and Stowe terdapat beberapa cara untuk mengestimasikan nilai FCFF sebuah perusahaan. Berikut ini beberapa rumus yang dapat digunakan untuk mengestimasikan nilai FCFF : 1) Menghitung FCFF dari Net Income
FCFF = NI + NCC + Int (1 – tax rate) – FCInv – WCInv Keterangan : NI = Laba Bersih NCC = Net Non Charges Int (1-tax rate) = Beban bunga x (1- tarif pajak) FCInv = Investasi di Fixed Capital WCInv = Investasi di Working Capital
2) Menghitung FCFF dari arus kas (statement of cash flow)
FCFF = CFO + Int (1- tax rate) – FCInv
53
Keterangan : CFO = Cash flow from operation Int (1-tax rate) = Interest (1-tax rate) FCInv = Investment in Fixed Capital
3) Menghitung FCFF dari EBIT atau EBITDA FCFF = EBIT (1 – tax rate) + Dep – FCInv – WCInv FCFF = EBITDA (1- tax rate) + Dep (tax rate) – FCInv – WCInv