BAB IV PERANCANGAN KERANGKA SISTEM PENGEMBANGAN PPBT LUARAN PERGURUAN TINGGI Bab ini akan menjelaskan proses perancangan kerangka sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi. Proses tersebut meliputi identifikasi awal kerangka sistem, benchmarking proses dan penyusunan kerangka sistem. 4.1
Identifikasi Awal Kerangka Sistem Pengembangan PPBT Luaran Perguruan Tinggi di UNS Pada bab metode penelitian telah diidentifikasi kerangka awal sistem
beserta alur pengembangan PPBT luara perguruan tinggi. Kerangka awal tersebut akan dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan kerangka sistem pengembangan PPBT dengan menggunakan metode benchmarking. Gambar 4.1 menunjukkan kerangka awal sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi.
Gambar 4.1 Kerangka Alur Sistem Pengembangan PPBT di Perguruan Tinggi
4.2
Benchmarking Proses Inkubasi Teknologi Sub bab ini akan menjelaskan proses benchmarking mengenai proses
inkubasi teknologi antara beberapa inkubator teknologi untuk membentuk kerangka sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi. Proses benchmarking yang dilakukan meliputi tahap perencanaan (planning), tahap IV - 1
analisis dan tahap integrasi. Tahap tindakan tidak dilaksanakan secara penuh, Implementasi yang dilaksanakan hanyalah implementasi awal yaitu dengan mensosialisasikan kerangka sistem yang telah disusun dalam manual book kepada para pejabat Pusat Inovasi Teknologi (PIT) UNS. 4.2.1 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan akan diidentifikasi subjek benchmarking, target benchmarking, metode pengumpulan data, dan dilanjutkan pengumpulan data. 1.
Identifikasi Subjek Benchmarking Subjek benchmarking merupakan entitas yang akan dikaji dalam
proses benchmarking. Penentuan subjek benchmarking dapat dilakukan dengan
terlebih
dahulu
organisasi/perusahaan
melakukan
yang
akan
identifikasi
dijadikan
subjek
dan
memilih
benchmarking,
kemudian mencari informasi mengenai perusahaan yang dijadikan sebagai subjek benchmarking. a.
Memilih organisasi/perusahaan yang akan dijadikan subjek benchmarking Model benchmarking yang digunakan pada penelitian ini adalah
model
competitive
benchmarking.
Competitive
benchmarking
dilakukan dengan membandingkan organisasi/perusahaan dengan organisasi/perusahaan sejenis. Objek kajian pada penelitian ini adalah inkubator teknologi yang memiliki luaran akhir berupa perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT). Sehingga subjek benchmarking yang akan dipilih juga merupakan inkubator teknologi yang memiliki luaran utama berupa PPBT. Inkubator teknologi yang dipilih sebagai subjek benchmarking adalah inkubator teknologi yang sudah memiliki sejumlah PPBT sebagai luaran inkubator. Sesuai dengan masukan oleh pejabat Pusat Inovasi Teknologi (PIT) UNS, salah satu subjek benchmarking yang dipilih adalah Balai Inkubasi Teknologi (BIT) – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, inkubator teknologi yang
dipilih
adalah
Lembaga
Pengembangan
Inovasi
dan
Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung (ITB). Kedua
IV - 2
inkubator tersebut dipilih karena telah dianggap sukses dalam menjalankan
kegiatan
inkubasi
teknologi
dengan
indikator
terbentuknya sejumlah PPBT. BIT BPPT dipilih sebagai sudut pandang pemerintah sedangkan LPIK ITB dipilih sebagai sudut pandang universitas dalam menjalankan kegiatan inkubasi. Selain itu penelitian ini juga menjadikan salah satu institusi internasional yaitu Innovation and Commercialization Centre (ICC) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) sebagai salah satu subjek benchmarking. ICC UTM dipilih untuk melihat proses inkubasi di dunia internasional. b.
Mencari
informasi
mengenai
organisasi/perusahaan
yang
dijadikan subjek benchmarking Informasi mengenai organisasi/perusahaan yang akan dijadikan sebagai subjek benchmarking yaitu BIT BPPT dan LPIK ITB dapat diperoleh dari berbagai sumber sekunder. Sumber informasi sekunder diperoleh dari media elektronik seperti web resmi organisasi maupun dari media cetak seperti brosur, pamflet maupun tulisan lain yang dapat dipercaya. Beberapa informasi yang diperoleh dari data sekunder antara lain gambaran umum organisasi, jumlah tenant dan jumlah start up yang sudah berhasil didirikan. Rincian informasi yang diperoleh dari sumber sekunder adalah sebagai berikut: 1.) Balai Inkubator Teknologi – BPPT Institusi
:
Badan
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi Waktu berdiri
: 3 April 2001
Bidang inkubasi :
manufaktur,
ICT,
EES
(Energy,
Environment and Service), agroindustri Lokasi kantor
: Serpong
Jumlah tenant
: 51 tenant (2013)
2.) Lembaga Pengembangan Inovasi Kewirausahaan – ITB Institusi
: Institut Teknologi Bandung
Waktu berdiri
: 2 Januari 2003 dengan nama Pusat Inkubator Bisnis ITB
IV - 3
Lokasi kantor
: Bandung
Jumlah tenant
: 54 tenant
3.) Innovation and Commercialization Centre – UTM Institusi
: Universiti Teknologi Malaysia
Waktu berdiri
: Juni 2010
Lokasi kantor
: Johor, Malaysia
Setelah didapatkan informasi mengenai organisasi yang akan dijadikan sebagai subjek benchmarking, kemudian dilanjutkan dengan menghubungi pihak organisasi untuk mengajukan izin melakukan penelitian. Pengajuan izin penelitian dilakukan dengan melakukan kontak langsung dengan pihak inkubator dan mengajukan surat pengantar melalui e-mail. 2.
Identifikasi Target Benchmarking Sebelum melaksanakan studi benchmarking terlebih dahulu ditentukan
target yang akan didapatkan dari studi benchmarking. Penentuan target benchmarking bertujuan agar pelaksanaan benchmarking sesuai dengan tujuan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan. Target-target benchmarking pada penelitian ini didapatkan dari hasil studi literatur mengenai
proses
inkubasi
melalui
inkubator.
Selain
itu
target
benchmarking juga diperoleh dari hasil konsultasi dengan pejabat PIT. Target-target benchmarking pada penelitian kali ini ada pada tabel 4.1. 3.
Metode Pengumpulan Data Terdapat beberapa metode pengumpulan data dalam melaksanakan
studi benchmarking pada penelitian kali ini. Metode tersebut dapat berupa observasi langsung maupun studi literatur. Observasi langsung dapat dilakukan dengan interview dengan pejabat inkubator. Studi literatur dapat dilakukan dengan mempelajari artikel, website, brosur, maupun penelitian terdahulu
mengenai
proses
inkubasi
benchmarking.
IV - 4
di
inkubator
pada
subjek
Tabel 4.1
No
Target Benchmarking Inkubator Teknologi
Aktivitas
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon tenant
Target Benchmarking
Proposal pengajuan (Proposal Kelayakan Bisnis/PKB) Calon tenant Alur pengajuan
1b
Proses seleksi calon
calon tenant yang terdaftar
tenant
Tim Seleksi Kriteria Seleksi Alur Proses Seleksi
2.
Tenant Inkubasi
Mentoring Bisnis dan Pelatihan
Tim Pelatih
Technopreneur
Dasar pelaksanaan
Ship 3.
Proses Pelatihan Sertifkat Lisensi dan HKI
Sertifikasi, Lisensi & Perlindungan HKI
Lembaga Penyedia Pelayanan Proses Pengajuan
4.
Sumber
Pendanaan
Pengelolaan 5.
Jenis
Kemitraan
Pengelolaan 6.
Tenant
Evaluasi Program Inkubasi
Tim Evaluasi Metode Evaluasi
7.
Tenant
Exit Strategy
Jenis Exit Strategy Proses Exit dari Inkubasi 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data karakteristik dari setiap inkubator teknologi sesuai dengan target benchmarking yang telah
IV - 5
disusun. Karakteristik dari ketiga inkubator subjek benchmarking sesuai dengan target benchmarking ditunjukkan pada Tabel 4.2 – Tabel 4.4. Karakteristik BIT – BPPT
Tabel 4.2
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon tenant
Karakteristik BIT – BPPT
Benchmarking
PKB mengenai produk teknologi yang akan diinkubasi
Proposal
PKB dapat diajukan secara online maupun
pengajuan
offline
(Proposal
Acuan pembuatan PKB diperoleh dari Ka. Sub.
Kelayakan
Bag. TU BIT BPPT
Bisnis/PKB)
PKB diajukan setelah temu bisnis (maksimum 10 hari setelah temu bisnis) Calon tenant dapat berasal dari kalangan akademisi maupun umum
Calon tenant
Calon tenant mendapatkan undangan temu bisnis atau technocamp Dilakukan dalam 2 cara: jalur reguler dan technocamp Jalur reguler: undangan temu bisnis temu bisnis pengajuan PKB dan syarat administrasi lainnya Jalur technocamp: undangan mengikuti
Alur pengajuan
technocamp pelatihan awal grouping group mentoring group presentation (seleksi grup) pengajuan PKB ke BIT Periode pengajuan jalur regular selama maksimal 10 hari kerja setelah temu bisnis Diadakan oleh Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan
1b
Proses seleksi
Calon tenant yang lolos secara administratif
calon tenant
boleh mengikuti seleksi calon tenant tahap
calon tenant
berikutnya
yang terdaftar
Calon tenant mendapatkan surat undangan proses seleksi calon tenant dengan memaparkan PKB
IV - 6
Lanjutan Tabel 4.2
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi calon tenant
Karakteristik BIT – BPPT
Benchmarking
Daftar calon tenant yang akan memaparkan PKB
calon tenant yang terdaftar
dibuat oleh Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan Tim seleksi diajukan oleh Ka. Si. Kerjasama dan Pemasyarakatan dan disetujui oleh Ka. BIT Tim seleksi terdiri atas pelaku usaha, investor,
Tim Seleksi
ahli teknologi, dan praktisi. Tim seleksi dibentuk berdasarkan PKB yang lolos secara administrative Kriteria calon tenant: -Mempunyai teamwork dan jaringan yang potensial. -Memahami produk, peluang pasar, dan pesaing. -Memiliki kemampuan keuangan untuk start up. -Memiliki komitmen untuk menjalankan usaha. Kriteria teknologi yang akan diinkubasi:
Kriteria Seleksi
-Produk teknologi memiliki level kesiapan teknologi ≥ 7. -Ide bisnis memiliki potensi komersial. -Intensitas litbang besar dan produknya berbasis teknologi/inovasi. -Produk memiliki kelayakan secara bisnis. Kriteria yang lebih khusus disesuaikan dengan PKB yang akan diseleksi oleh tim seleksi Proses seleksi terdiri atas 2 tahap: seleksi PKB dan validasi pasar Seleksi PKB: review PKB oleh tim seleksi undangan presentasi PKB presentasi PKB
Alur Proses Seleksi
penentuan keputusan seleksi PKB Validasi pasar: undangan pelatihan Lean StartUp validasi pasar oleh calon tenant penentuan keputusan masuk inkubasi pembuatan PKS antara BIT dan tenant update database tenant
IV - 7
Lanjutan Tabel 4.2
No
Aktivitas
Target
Karakteristik BIT – BPPT
Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi
Seleksi PKB dapat dilakukan di BIT maupun
calon tenant
lokasi mitra BIT Validasi pasar dilakukan di BIT
Alur Proses
Seleksi tenant diselenggarakan oleh Ka. Si.
Seleksi
Kerjasama dan Pemasyarakatan dan Ka. Si. Fasilitasi dan Advokasi Total waktu seleksi calon tenant maksimal 65 hari kerja
2.
Tenant dapat mengikuti pelatihan
Mentoring Bisnis dan
Tenant
Pelatihan
Inkubasi
technopreneurship setelah lolos seleksi dan validasi pasar Tenant yang akan mengikuti pelatihan perlu
Technopreneur
mengajukan diri
Ship
Tim pelatih technopreneurship diajukan oleh
Tim Pelatih
tenant dan LO tenant dan diperiksa kembali oleh Ka. Si. Fasilitasi dan Advokasi Pelatihan technopreneurship diadakan di setiap tahapan inkubasi Pelatihan diselenggarakan dan dikoordinasi oleh Ka. Si. Fasilitasi dan Advokasi Alur pelatihan technopreneurship
Proses Pelatihan
pengajuan kebutuhan pelatihan validasi dan persetujuan kebutuhan pelatihan oleh BIT koordinasi narasumber dan jadwal kegiatan oleh BIT undangan pelatihan pelaksanaan pelatihan laporan pelatihan oleh tenant Total proses pelatihan technopreneurship maksimal 40 hari kerja
3.
Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh sesuai
Sertifikasi, Lisensi & Perlindungan HKI
Sertifkat Lisensi dan HKI
dengan produk teknologi. HKI akan dimiliki oleh tenant atau inventor Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila produk teknologi sudah siap
IV - 8
Lanjutan Tabel 4.2
No 3.
Aktivitas
Target
Karakteristik BIT – BPPT
Benchmarking
Sertifikasi,
Lembaga
Lisensi &
Penyedia
Perlindungan
Pelayanan
HKI
Institusi-institusi pemerintah (Dirjen HKI, universitas, lembaga riset pemerintah) Tenant berhak menentukan institusi yang dipilih untuk mengajukan sertifikasi maupun lisensi Dilakukan secara mandiri oleh tenant Proses di BIT:
Proses Pengajuan
identifikasi kebutuhan sertifikasi dan HKI oleh tenant konsultasi dengan BIT pengajuan sertifikasi dan HKI oleh tenant ke lembaga proses perolehan sertifikat dan HKI 6 bulan – 2 tahun
4.
Dana pemerintah
Pendanaan Sumber
Investor Crowdfunding Dijalankan dalam tahun anggaran Alur pendanaan tenant: tenant dan LO tenant mengajukan proposal dan RAB kepada BIT BIT merapatkan pengajuan dana yang diberikan pendanaan diturunkan
Pengelolaan
penggunaan dana monev anggaran di akhir kegiatan Dana yang diberikan untuk tenant berupa bahan habis pakai (BHP) Dana tidak diserahkan dalam wujud alat Pengelolaan dana crowdfunding diserahkan kepada tenant
5.
Mitra dengan lembaga pemerintah lainnya,
Kemitraan
contoh: Kemeko Perekonomian, Pemda
Jenis
Mitra dengan akademisi, contoh: UNS, IPB Mitra dengan bisnis, contoh: PT. Mitra Balai Industri Mitra dengan organisasi swasta: Kitabisa.com Setiap kegiatan kemitraan didasari oleh PKS
Pengelolaan
(Perjanjian Kerja Sama) yang sah dan disepakati bersama
IV - 9
Lanjutan Tabel 4.2
No 5.
Aktivitas
Target
Karakteristik BIT – BPPT
Benchmarking
Alur pembentukan kemitraan:
Kemitraan
BIT mengundang calon mitra dalam temu bisnis
Pengelolaan
temu bisnis BIT dengan mitra penyusunan PKS pelaksanaan kerjasama
6.
Semua tenant mengikuti monev setiap semester
Evaluasi Program
Tenant
Tenant mengikuti monev untuk menentukan langkah selanjutnya
Inkubasi
Tim evaluasi tenant terdiri atas anggota BIT dan LO tenant
Tim Evaluasi
Berfungsi untuk memberikan rekomendasi lanjutan dan menentukan kelulusan apabila telah mencapai masa akhir inkubasi Dilaksanakan setiap semester atau sewaktuwaktu bila diperlukan Alur evaluasi: BIT mengundang tenant dalam acara monev
Metode
tenant menyiapkan laporan kegiatan inkubasi
Evaluasi
tenant mempresentasikan laporan dalam acara monev evaluasi dari pihak BIT rekomendasi hasil evaluasi Hasil monev: rekomendasi lanjutan, identifikasi kebutuhan, lulus/tidaknya tenant
7.
Masa inkubasi tenant maksimal 3 tahun
Exit Strategy
Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila perusahaan yang diinkubasi sudah berbadan
Tenant
hukum Tenant yang tidak lulus akan dinyatakan dropout (DO)
Jenis Exit
Sesuai dengan PKS yang disetujui sebelum
Strategy
masuk ke masa inkubasi Alur keluar dari proses inkubasi:
Proses Exit dari Inkubasi
Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS antara tenant dan BIT Exit Strategy Return share antara BIT dan tenant untuk proses inkubasi generasi berikutnya
IV - 10
Karakteristik LPIK – ITB
Tabel 4.3
No
Aktivitas
Target
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon
BP mengenai produk teknologi yang akan
tenant
diinkubasi BP diajukan secara offline
Proposal
BP terbagi ke dalam 4 topik besar:
pengajuan
- Industri cluster
(Business
- Transportasi & infrastruktur
Proposal/BP)
- Life science, pangan dan kesehatan - ICT & creative economy BP disusun oleh 3 – 5 orang Calon tenant dapat berasal dari kalangan
Calon tenant
akademisi: dosen, mahasiswa maupun alumni Calon tenant bisa mendapatkan undangan atau langsung mengajukan diri Dilakukan dalam 2 cara: jalur reguler dan undangan Jalur reguler: LPIK mengadakan sosialisasi calon tenant mengisi formulir aplikasi calon tenant melengkapi persyaratan termasuk BP calon tenant mengajukan diri calon tenant menunggu proses seleksi Jalur undangan: akademisi melakukan riset LPIK melakukan screening riset inovatif
Alur pengajuan
LPIK memberikan undangan “call for proposal” atau “call for tenant” calon tenant mengisi formulir aplikasi calon tenant melengkapi persyaratan termasuk BP calon tenant mengajukan diri calon tenant menunggu proses seleksi Waktu pengajuan hingga 1 bulan sebelum pelaksanaan seleksi (Maret dan September) Diadakan oleh Divisi Inkubator Industri dan Bisnis
IV - 11
Lanjutan Tabel 4.3
No
Aktivitas
Target
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi
Calon tenant yang lolos secara administratif
calon tenant
boleh mengikuti seleksi calon tenant tahap
calon tenant yang terdaftar
berikutnya Calon tenant mendapatkan surat undangan proses seleksi calon tenant dengan memaparkan BP Tim seleksi terdiri atas ahli teknologi, praktisi dan staff LPIK
Tim Seleksi
Tim seleksi dibentuk berdasarkan BP yang lolos secara administrative Kriteria calon tenant: - Memiliki potensi untuk bersinergi dengan civitas akademika ITB - Mampu menunjukan kemampuan finansial yang kuat dalam tahap awal ) - Memiliki tim manajemen entrepreneurial yang kuat.
Kriteria Seleksi
- Proposal rencana usaha yang baik dan meyakinkan Kriteria teknologi yang akan diinkubasi: -Inovatif -Memiliki manfaat tinggi bagi masyarakat - Konsep usaha yang diajukan berbasis kompetensi ITB bidang ilmu pengetahuan, seni dan teknologi Proses seleksi terdiri atas 1 tahap Alur proses seleksi: cek kelengkapan seleksi tenant calon tenant
Alur Proses Seleksi
presentasi BP interview LPIK memutuskan nama tenant pengumuman tenant pembuatan kontrak Seleksi tenant dilakukan di ITB Seleksi tenant diselenggarakan Divisi Inkubator Industri dan Bisnis
IV - 12
Lanjutan Tabel 4.3
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi calon tenant
2.
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking
Alur Proses Seleksi
Total waktu seleksi calon tenant selama kurang lebih 30 hari
Mentoring
Tenant terbagi menjadi dua kelompok yaitu
Bisnis dan
tenant yang memiliki produk yang hampir siap masuk pasar dan tenant yang produknya masih
Pelatihan Technopreneur Ship
perlu diinkubasi
Tenant
Tenant yang produknya hampir siap akan
Inkubasi
mengikuti Technopreneurship Orientation acceleration Program (TO@P) Tenant yang tidak mengikuti TO@P akan mengikuti program Planned Technopreneurship Coaching (PTC) Tim pelatih program TO@P berasal dari pihak eskternal dan internal, untuk program PTC dari
Tim Pelatih
pihak Divisi Kewirausahaa LPIK Tenant memiliki klub pelatihan yang diisi oleh para tenant dengan konsep experience sharing Pelatihan technopreneurship diadakan selama masa inkubasi Pelatihan diselenggarakan dan dikoordinasi oleh Divisi Kewirausahaan - Alur pelatihan TO@P (maksimal 4 bulan): LPIK memilih tenant yang sesuai kriteria LPIK memilih pihak eskternal sebagai tim
Proses Pelatihan
pelatih pelaksanaan TO@P - Alur pelatihan program PTC (maks 2 tahun) LPIK mengimbau tenant mengenai program PTC tenant menyusun agenda dan target selama masa inkubasi tenant menyerahkan agenda ke LPIK pelaksanaan program - Alur technopreneurship club (setiap bulan) LPIK mengimbau para tenant tenant menyusun konsep kegiatan pelaksanaan kegiatan klub memberikan laporan
IV - 13
Lanjutan Tabel 4.3
No 3.
Aktivitas
Target
Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh sesuai
Sertifikasi, Lisensi & Perlindungan HKI
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking Sertifkat Lisensi dan HKI
dengan produk teknologi. HKI akan dimiliki oleh tenant atau inventor Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila produk teknologi sudah siap
Lembaga Penyedia Pelayanan
Institusi-institusi pemerintah (Dirjen HKI, universitas, lembaga riset pemerintah) Melalui Divisi HKI dan Hukum LPIK ITB (pilot project Dirjen. HKI) Dilakukan secara mandiri oleh tenant Alur proses melalui Divisi HKI dan Hukum: LPIK membantu identifikasi patent searching
Proses Pengajuan
tenant menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan tenant mengajukan secara online tenant menunggu grant Lebih cepat dibandingkan jalur reguler lewat Dirjen HKI untuk perolehan HKI
4.
Anggaran ITB
Pendanaan Sumber
Sponsor/sumbangan Kerjasama dengan stakeholder Dana tenant pribadi Dijalankan dalam tahun anggaran Alur pendanaan tenant: tenant dan LO tenant mengajukan proposal dan RAB kepada LPIK LPIK merapatkan
Pengelolaan
pengajuan dana yang diberikan pendanaan diturunkan penggunaan dana monev anggaran Dana yang diberikan untuk tenant berupa biaya operasional Dana dari tenant pribadi tidak masuk kas LPIK
IV - 14
Lanjutan Tabel 4.3
No 5.
Aktivitas
Target
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking
Mitra dengan lembaga pemerintah, contoh:
Kemitraan
Dirjen. HKI Mitra dengan bisnis, contoh: PT. Ganesha
Jenis
Reverse Engineering and Toolmaking Mitra dengan perusahaan internasional: Blackberry Ltd. Setiap kegiatan kemitraan didasari oleh PKS (Perjanjian Kerja Sama) yang sah dan disepakati bersama
Pengelolaan
Alur pembentukan kemitraan: LPIK mengundang calon mitra dalam temu bisnis temu bisnis LPIK dengan mitra penyusunan PKS pelaksanaan kerjasama
6.
Semua tenant mengikuti monev
Evaluasi Program
Tenant
Tenant mengikuti monev untuk menentukan langkah selanjutnya
Inkubasi
Tim evaluasi tenant terdiri atas staff LPIK dan mentor
Tim Evaluasi
Berfungsi untuk memberikan rekomendasi lanjutan dan menentukan kelulusan apabila telah mencapai masa akhir inkubasi Dilaksanakan rutin (reguler) atau sewaktu-waktu bila diperlukan (on call) Alur evaluasi: LPIK mengundang tenant dalam acara monev
Metode
tenant menyiapkan laporan kegiatan inkubasi
Evaluasi
tenant mempresentasikan laporan dalam acara monev evaluasi dari pihak LPIK rekomendasi hasil evaluasi Hasil monev: rekomendasi lanjutan, identifikasi kebutuhan, lulus/tidaknya tenant
IV - 15
Lanjutan Tabel 4.3
No 7.
Aktivitas
Target
Karakteristik LPIK – ITB
Benchmarking
Masa inkubasi tenant maksimal 3 tahun
Exit Strategy
Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila perusahaan yang diinkubasi sudah berbadan
Tenant
hukum dan memenuhi kriteria lainnya Tenant yang tidak lulus akan dinyatakan dropout (DO)
Jenis Exit Spin Off Company
Strategy
Alur keluar dari proses inkubasi: Tenant dinyatakan graduate Pembuatan kontrak pemodalan dan kontrak kerjasama
Proses Exit dari Inkubasi
antara tenant dan LPIK Exit Strategy Opsi fee inkubasi: saham 10% atau bagi hasil 20% Opsi pemodalan: fasilitasi penyaluran, penyaluran pinjaman, penyaluran pesertaan
IV - 16
Karakteristik ICC – UTM
Tabel 4.4
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon tenant
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking
Formulir keterangan produk, formulir umum dan formulir HKI bila sudah ada
Proposal
Formulir diajukan secara online maupun offline
pengajuan
Formulir didapatkan secara online melalui web Formulir dapat diajukan setiap saat Calon tenant berasal dari kalangan akademik
Calon tenant
UTM (dosen, mahasiswa, dan lain-lain) Calon tenant dapat mengajukan diri atau melalui undangan Dilakukan dalam 2 cara: jalur reguler dan idea bank Jalur reguler: ICC melakukan sosialisasi calon tenant mengisi dan melengkapi formulir dan persyaratan calon tenant mengumpulkan
Alur pengajuan
formulir aplikasi ke ICC Jalur idea bank: ICC melakukan sosialisasi calon calon tenant mengunggah kegiatan riset ke website bank ide ICC ICC melakukan proses screening ICC memberikan undangan Pengajuan formulir dapat dilakukan setiap saat Diadakan oleh divisi Innovation Point
1b
Proses seleksi
Calon tenant yang lolos secara administratif
calon tenant
boleh mengikuti seleksi calon tenant tahap berikutnya
calon tenant yang terdaftar
Calon tenant mendapatkan surat undangan proses seleksi calon tenant dengan memaparkan produk teknologi Daftar calon tenant yang akan memaparkan produk teknologi disusun oleh tim “Innocomm” (seleksi calon tenant) Tim seleksi diajukan oleh divisi Innovation
Tim Seleksi
Tim seleksi terdiri atas staff ICC berkolaborasi dengan pihak swasta maupun pemerintah
IV - 17
Lanjutan Tabel 4.4
No
Aktivitas
Target
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi
Tim seleksi dibentuk berdasarkan produk yang
Tim Seleksi
akan dipaparkan
calon tenant
Kriteria calon tenant: -Berani mengambil resiko untuk menjadi wirausahawan. -Mau berfokus pada kegiatan komersialisasi. -Mau memberikan pengorbanan untuk kegiatan komersialisasi. - Memiliki pengalaman dalam manajemen bisnis terutama yang berbasis teknologi baru - Memiliki jaringan bisnis yang luas Kriteria teknologi yang akan diinkubasi:
Kriteria Seleksi
- Potensi HKI tinggi. - Tingkat kesiapan teknologi tinggi. - Memiliki nilai pasar yang tinggi - Profit kotor per produk tinggi. - Merupakan produk baru di pasaran - Pelayanan dan produk memiliki nilai lebih dibandingkan produk lain minimal pada satu criteria - Akses pasar mudah Kriteria seleksi bisa dipelajari oleh calon tenant melalui sosialisasi Proses seleksi terdiri atas 1 tahap dalam kegiatan Innovation Awareness Program Alur seleksi: ICC memberikan formulir penilaian mandiri
Alur Proses Seleksi
kepala grup riset/dekan/pejabat lain memeriksa formulir penilaian ICC melakukan proses screening semua formulir penilaian ICC mengundang calon tenant yang lolos untuk pemaparan produk calon tenant memaparkan produk ICC menentukan calon tenant yang lolos pembuatan kontrak
IV - 18
Lanjutan Tabel 4.4
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi calon tenant
2.
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking
Alur Proses Seleksi
Seleksi calon tenant dilaksanakan di lingkungan UTM Dikoordinasikan oleh divisi Innovation Point Tenant dapat mengikuti pelatihan
Mentoring Bisnis dan
Tenant
Pelatihan
Inkubasi
technopreneurship setelah lolos seleksi dengan sebutan champion Tenant yang akan mengikuti pelatihan tidak
Technopreneur
perlu mengajukan diri
Ship
Tim pelatih berasal dari pihak-pihak eksternal (Malaysia Technology Development
Tim Pelatih
Corporation/MTDC dan Stanford Research Institute/SRI) MTDC dan SRI masing-masing mengadakan pelatihan yang berbeda Pelatihan technopreneurship diadakan dalam dua program masing-masing dari MTDC dan SRI Pelatihan diselenggarakan dan dikoordinasi oleh Innovation Idea Incubation Alur pelatihan oleh SRI (8 minggu): ICC dan SRI membuat rencana jadwal kegiatan pelatihan ICC mengundang tenant untuk mengikuti kegiatan pelatihan pelaksanaan pelatihan tenant menjalankan proyek setelah
Proses Pelatihan
pelatihan tenant membuat laporan ICC me-review hasil pelatihan Alur pelatihan oleh MTDC (3 bulan + maksimal 24 bulan): ICC dan MTDC membuat rencana jadwal kegiatan pelatihan ICC mengundang 30 tenant untuk mengikuti kegiatan pelatihan pelaksanaan pelatihan tahap 1 hingga tahap 3 ICC dan MTDC memilih 10 tenant yang lolos mengikui pelatihan tahap 4 dan 5 pelaksanaan pelatihan tahap 4 dan tahap 5 tenant graduate
IV - 19
Lanjutan Tabel 4.4
No 3.
Aktivitas
Target
Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh sesuai
Sertifikasi, Lisensi & Perlindungan HKI
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking Sertifkat Lisensi dan HKI
dengan produk teknologi. HKI akan dimiliki oleh tenant atau inventor Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila produk teknologi sudah siap
Lembaga
Institusi pemerintah dan UTM khusus untuk
Penyedia
lisensi dan sertifikasi
Pelayanan
Institusi dipilih oleh pihak ICC UTM Tenant menyiapkan dokumen hingga diserahkan ke ICC untu diproses selanjutnya oleh ICC Alur proses: tenant menyiapkan dokumen pengajuan HKI dan sertifikasi ICC memeriksa dokumen
Proses
ICC memilih lembaga sertifikasi ICC
Pengajuan
mengajukan surat permohonan HKI dan sertifikasi ICC mengajukan dokumen kelengkapan lembaga sertifikasi mengeluarkan hasil ICC menginfokan tenant mengenai hasil pengajuan 1 tahun
4.
Dana pemerintah
Pendanaan Sumber
Anggaran UTM Sponsor/sumbangan Kerjasama dengan berbagai pihak Dijalankan dalam tahun anggaran Alur pendanaan tenant: tenant mengajukan proposal dan RAB kepada ICC ICC merapatkan pengajuan dana yang
Pengelolaan
diberikan pendanaan diturunkan penggunaan dana monev anggaran Dana yang diberikan untuk tenant dapat berupa peminjaman mesin dan peralatan, bahan habis pakai dan biaya operasional selama masa inkubasi
IV - 20
Lanjutan Tabel 4.4
No 5.
Aktivitas
Target
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking
Mitra dengan lembaga pemerintah, contoh:
Kemitraan
Ministry of Science, Technology and Innovation (MOSTI) Mitra dengan lembaga riset, contoh:
Jenis
Nanotechnology Research Alliances Mitra dengan bisnis, contoh: Malaysian Technology Development Corporation (MTDC) Mitra dengan pihak internaional: Stanford Research Institute (SRI) Setiap kegiatan kemitraan didasari oleh PKS (Perjanjian Kerja Sama) yang sah dan disepakati bersama
Pengelolaan
Alur pembentukan kemitraan: ICC mengundang calon mitra dalam temu bisnis temu bisnis ICC dengan mitra penyusunan PKS pelaksanaan kerjasama
6.
Semua tenant mengikuti monev
Evaluasi Program
Tenant
Tenant mengikuti monev untuk menentukan langkah selanjutnya
Inkubasi
Tim evaluasi tenant terdiri atas anggota UTM
Tim Evaluasi
Holding Sdn. Bhd. Berfungsi untuk memberikan rekomendasi lanjutan Dilaksanakan setiap 3 bulan Alur evaluasi: ICC mengundang tenant dalam acara monev
Metode Evaluasi
tenant menyiapkan laporan kegiatan inkubasi tenant mempresentasikan laporan dalam acara monev evaluasi dari pihak UTM rekomendasi hasil evaluasi Hasil monev: rekomendasi lanjutan, identifikasi kebutuhan
IV - 21
Lanjutan Tabel 4.4
No 7.
Aktivitas
Target
Karakteristik ICC – UTM
Benchmarking
Masa inkubasi tenant maksimal 2 tahun dengan
Exit Strategy
maksimal perpanjangan 1 tahun Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila telah
Tenant
berhasil mendirikan spin off company Tenant yang belum berhasil mendirikan spin off company dapat memilih strategi keluar yang lain - spin off company
Jenis Exit
- lisensi
Strategy
- joint venture - proyek komersialisasi Alur keluar dari proses inkubasi: Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS
Proses Exit dari Inkubasi
antara tenant dan ICC sebagai mitra Exit Strategy ICC mendapatkan royalti dengan besar bergantung pada pendapatan perusahaan yang telah dibentuk
4.2.2 Tahap Analisis Tahap analisis merupakan tahap membandingkan karakteristik dari setiap subjek benchmarking. Perbandingan dilakukan untuk setiap karakteristik sesuai dengan target benchmarking yang telah direncanakan untuk ketiga inkubator teknologi yang dijadikan subjek benchmarking. Perbandingan karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
IV - 22
Tabel 4.5
No
Aktivitas
Target
BIT – BPPT
Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon tenant
Perbandingan Karakteristik Inkubator
LPIK – ITB
PKB mengenai produk teknologi
BP mengenai produk teknologi yang
yang akan diinkubasi
akan diinkubasi
PKB dapat diajukan secara online maupun offline
Formulir keterangan produk, formulir umum dan formulir HKI bila sudah ada Formulir diajukan secara online maupun offline
BP terbagi ke dalam 4 topik besar:
Proposal pengajuan
BP diajukan secara offline
ICC – UTM
Acuan pembuatan PKB diperoleh dari Ka. Sub. Bag. TU BIT BPPT
- Industri cluster - Transportasi & infrastruktur - Life science, pangan dan kesehatan
Formulir didapatkan secara online melalui web
- ICT & creative economy PKB diajukan setelah temu bisnis BP disusun oleh 3 – 5 orang
Formulir dapat diajukan setiap saat
Calon tenant dapat berasal dari kalangan
Calon tenant berasal dari kalangan
akademisi: dosen, mahasiswa maupun
akademik UTM (dosen,
alumni
mahasiswa, dan lain-lain)
Calon tenant mendapatkan undangan
Calon tenant bisa mendapatkan
Calon tenant dapat mengajukan
temu bisnis atau technocamp
undangan atau langsung mengajukan diri
diri atau melalui undangan
(maksimum 10 hari setelah temu bisnis) Calon tenant dapat berasal dari
Calon tenant
kalangan akademisi maupun umum
IV - 23
Lanjutan tabel 4.5
No 1a
Aktivitas
Target
BIT – BPPT
Benchmarking
LPIK – ITB
ICC – UTM
Pengajuan
Dilakukan dalam 2 cara: jalur reguler dan
Dilakukan dalam 2 cara: jalur reguler dan
Dilakukan dalam 2 cara: jalur
calon tenant
technocamp
undangan
reguler dan idea bank
Jalur reguler: LPIK mengadakan sosialisasi
Jalur reguler: ICC melakukan
calon tenant mengisi formulir aplikasi
sosialisasi calon tenant
calon tenant melengkapi persyaratan
mengisi dan melengkapi
termasuk BP calon tenant mengajukan
formulir dan persyaratan
diri calon tenant menunggu proses seleksi
calon tenant mengumpulkan
Jalur undangan: akademisi melakukan riset
formulir aplikasi ke ICC
LPIK melakukan screening riset inovatif
Jalur idea bank: ICC
LPIK memberikan undangan “call for
melakukan sosialisasi calon
proposal” atau “call for tenant” calon
calon tenant mengunggah
tenant mengisi formulir aplikasi calon
kegiatan riset ke website bank
tenant melengkapi persyaratan termasuk BP
ide ICC ICC melakukan
calon tenant mengajukan diri calon
proses screening ICC
tenant menunggu proses seleksi
memberikan undangan
Periode pengajuan jalur regular selama
Waktu pengajuan hingga 1 bulan sebelum
Pengajuan formulir dapat
maksimal 10 hari kerja setelah temu bisnis
pelaksanaan seleksi (Maret dan September)
dilakukan setiap saat
oleh Divisi Inkubator Industri dan Bisnis
oleh divisi Innovation Point
Jalur reguler: undangan temu bisnis temu bisnis pengajuan PKB dan syarat administrasi lainnya
Alur pengajuan
Jalur technocamp: undangan mengikuti technocamp pelatihan awal grouping group mentoring group presentation (seleksi grup) pengajuan PKB ke BIT
oleh KaSie Kerjasama dan Pemasyarakatan
IV - 24
Lanjutan tabel 4.5
No 1b
Aktivitas
Target Benchmarking
BIT – BPPT
LPIK – ITB
ICC – UTM
Proses seleksi
Calon tenant yang lolos secara
Calon tenant yang lolos secara
Calon tenant yang lolos secara
calon tenant
administratif boleh mengikuti seleksi
administratif boleh mengikuti seleksi
administratif boleh mengikuti seleksi
calon tenant tahap berikutnya
calon tenant tahap berikutnya
calon tenant tahap berikutnya
Calon tenant mendapatkan surat
Calon tenant mendapatkan surat
Calon tenant mendapatkan surat
undangan proses seleksi calon tenant
undangan proses seleksi calon tenant
undangan proses seleksi calon tenant
dengan memaparkan PKB
dengan memaparkan BP
dengan memaparkan produk teknologi
calon tenant yang terdaftar
Daftar calon tenant yang akan
Daftar calon tenant yang akan
memaparkan PKB dibuat oleh
-
Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasyarakatan
oleh tim “Innocomm” (seleksi calon tenant)
Tim seleksi diajukan oleh Ka. Si.
Tim seleksi diajukan oleh divisi
Kerjasama dan Pemasyarakatan dan
Innovation
disetujui oleh Ka. BIT
Tim Seleksi
memaparkan produk teknologi disusun
Tim seleksi terdiri atas staff ICC
Tim seleksi terdiri atas pelaku usaha,
Tim seleksi terdiri atas ahli teknologi,
investor, ahli teknologi, dan praktisi.
praktisi dan staff LPIK
Tim seleksi dibentuk berdasarkan
Tim seleksi dibentuk berdasarkan BP
Tim seleksi dibentuk berdasarkan
PKB yang lolos secara administratif
yang lolos secara administratif
produk yang akan dipaparkan
Lanjutan tabel
IV - 25
berkolaborasi dengan pihak swasta maupun pemerintah
No
Aktivitas
1b
Proses
Target
BIT – BPPT
Benchmarking
LPIK – ITB
ICC – UTM
Kriteria calon tenant:
seleksi
Kriteria calon tenant:
- Memiliki potensi untuk
Kriteria calon tenant:
calon
-Mempunyai teamwork dan jaringan
bersinergi dengan civitas
-Berani mengambil resiko untuk menjadi
yang potensial.
akademika ITB
wirausahawan.
-Memahami produk, peluang pasar, dan
- Mampu menunjukan
-Mau berfokus pada kegiatan komersialisasi.
pesaing.
kemampuan finansial yang
-Mau memberikan pengorbanan untuk kegiatan
-Memiliki kemampuan keuangan untuk
kuat dalam tahap awal
komersialisasi.
start up.
- Memiliki tim manajemen
- Memiliki pengalaman dalam manajemen
-Memiliki komitmen untuk menjalankan
entrepreneurial yang kuat.
bisnis terutama yang berbasis teknologi baru
usaha.
- Proposal rencana usaha yang
- Memiliki jaringan bisnis yang luas
tenant Kriteria Seleksi
baik dan meyakinkan Kriteria teknologi yang akan diinkubasi:
Kriteria teknologi yang akan
Kriteria teknologi yang akan diinkubasi:
-Produk teknologi memiliki level
diinkubasi:
- Potensi HKI tinggi.
kesiapan -teknologi ≥ 7.
-Inovatif
- Tingkat kesiapan teknologi tinggi.
-Ide bisnis memiliki potensi komersial.
-Memiliki manfaat tinggi bagi
- Memiliki nilai pasar yang tinggi
-Intensitas litbang besar dan produknya
masyarakat
- Profit kotor per produk tinggi.
berbasis teknologi/inovasi.
- Konsep usaha yang diajukan
- Merupakan produk baru di pasaran
-Produk memiliki kelayakan secara
berbasis kompetensi ITB
- Pelayanan dan produk memiliki nilai lebih
bisnis.
bidang iptek dan seni
- Akses pasar mudah
IV - 26
Lanjutan tabel 4.5
No
Aktivitas
1b
Proses
Target
BIT – BPPT
Benchmarking Kriteria Seleksi
LPIK – ITB
Kriteria yang lebih khusus disesuaikan
ICC – UTM Kriteria seleksi bisa dipelajari oleh calon tenant
seleksi
dengan PKB yang akan diseleksi oleh
calon
tim seleksi
tenant
Proses seleksi terdiri atas 2 tahap: seleksi
Proses seleksi terdiri atas 1
Proses seleksi terdiri atas 1 tahap dalam
PKB dan validasi pasar
tahap
kegiatan Innovation Awareness Program
melalui sosialisasi
Seleksi PKB: review PKB oleh tim
Alur seleksi:
seleksi undangan presentasi PKB
Alur proses seleksi:
ICC memberikan formulir penilaian mandiri
presentasi PKB penentuan keputusan
cek kelengkapan seleksi
kepala grup riset/dekan/pejabat lain memeriksa
seleksi PKB
tenant calon tenant
formulir penilaian ICC melakukan proses
Validasi pasar: undangan pelatihan Lean
presentasi BP interview
screening semua formulir penilaian ICC
Alur Proses
Start-Up validasi pasar oleh calon
LPIK memutuskan nama
mengundang calon tenant yang lolos untuk
Seleksi
tenant penentuan keputusan masuk
tenant pengumuman tenant
pemaparan produk calon tenant
inkubasi pembuatan PKS antara BIT
pembuatan kontrak
memaparkan produk ICC menentukan calon
dan tenant update database tenant
tenant yang lolos pembuatan kontrak
Seleksi tenant diselenggarakan oleh Ka.
Seleksi tenant diselenggarakan
Si. Kerjasama dan Pemasyarakatan dan
Divisi Inkubator Industri dan
Ka. Si. Fasilitasi dan Advokasi
Bisnis
Total waktu seleksi calon tenant
Total waktu seleksi calon
maksimal 65 hari kerja
tenant selama 30 hari
IV - 27
Dikoordinasikan oleh divisi Innovation Point
Lanjutan tabel 4.5
Target
BIT – BPPT
LPIK – ITB
No
Aktivitas
2.
Mentoring
Tenant dapat mengikuti
Tenant terbagi menjadi dua kelompok yaitu
Bisnis dan
pelatihan technopreneurship
tenant yang memiliki produk yang hampir
setelah lolos seleksi dan
siap masuk pasar dan tenant yang produknya
validasi pasar
masih perlu diinkubasi
Technopre
Tenant yang akan mengikuti
Tenant yang produknya hampir siap akan
neur
pelatihan perlu mengajukan
mengikuti Technopreneurship Orientation
Ship
diri
acceleration Program (TO@P)
Benchmarking
Tenant Inkubasi
Pelatihan
ICC – UTM Tenant dapat mengikuti pelatihan technopreneurship setelah lolos seleksi dengan sebutan champion
Tenant yang akan mengikuti pelatihan tidak perlu mengajukan diri
Tenant yang tidak mengikuti TO@P akan mengikuti program Planned Technopreneurship Coaching (PTC)
Tim Pelatih
Tim pelatih technopreneurship diajukan oleh tenant dan LO
Tim pelatih program TO@P berasal dari
tenant dan diperiksa kembali
pihak eskternal dan internal, untuk program
oleh Ka. Si. Fasilitasi dan
PTC dari pihak Divisi Kewirausahaan LPIK
Advokasi Tenant memiliki klub pelatihan yang diisi oleh para tenant dengan konsep experience sharing
IV - 28
Tim pelatih berasal dari pihak-pihak eksternal (Malaysia Technology Development Corporation/MTDC dan Stanford Research Institute/SRI)
MTDC dan SRI masing-masing mengadakan pelatihan yang berbeda
Lanjutan tabel 4.5
Target
BIT – BPPT
No
Aktivitas
2.
Mentoring
Pelatihan technopreneurship
Bisnis dan
diadakan di setiap tahapan
Benchmarking
inkubasi
Pelatihan
Pelatihan diselenggarakan
Technopre
dan dikoordinasi oleh Ka. Si.
neur
Fasilitasi dan Advokasi
Ship
Proses Pelatihan
LPIK – ITB Pelatihan technopreneurship diadakan selama masa inkubasi
technopreneurship maksimal 40 hari kerja
Pelatihan technopreneurship diadakan dalam dua program masing-masing dari MTDC dan SRI
Pelatihan diselenggarakan dan
Pelatihan diselenggarakan dan dikoordinasi
dikoordinasi oleh Divisi Kewirausahaan
oleh Innovation Idea Incubation
- Pelatihan TO@P selama maksimal 4 Total proses pelatihan
ICC – UTM
bulan - Pelatihan program PTC selama maksimal 2 tahun - Technopreneurship club diadakan setiap bulan
IV - 29
Total proses pelatihan oleh SRI selama 8 minggu Total proses pelatihan oleh MTDC selama 3 bulan untuk tahap 1 hingga 3 dan maksimal 24 bulan untuk tahap 4 dan 5
Lanjutan tabel 4.5
No
Aktivitas
2.
Mentoring
Target Benchmarking
BIT – BPPT
LPIK – ITB
ICC – UTM Alur pelatihan oleh SRI:
@
Bisnis dan Pelatihan
Alur pelatihan
- Alur pelatihan TO P:
ICC dan SRI membuat rencana jadwal
LPIK memilih tenant yang sesuai kriteria
kegiatan pelatihan ICC mengundang
LPIK memilih pihak eskternal sebagai
tenant untuk mengikuti kegiatan pelatihan
Technopre
technopreneurship
tim pelatih pelaksanaan TO P
pelaksanaan pelatihan tenant
neur
pengajuan kebutuhan
- Alur pelatihan program PTC
menjalankan proyek setelah pelatihan
Ship
pelatihan validasi dan
LPIK mengimbau tenant mengenai
tenant membuat laporan ICC me-review
persetujuan kebutuhan
program PTC tenant menyusun agenda
hasil pelatihan
pelatihan oleh BIT
dan target selama masa inkubasi tenant
Alur pelatihan oleh MTDC:
koordinasi narasumber dan
menyerahkan agenda ke LPIK
ICC dan MTDC membuat rencana jadwal
jadwal kegiatan oleh BIT
pelaksanaan program
kegiatan pelatihan ICC mengundang 30
undangan pelatihan
- Alur technopreneurship club
tenant untuk mengikuti kegiatan pelatihan
pelaksanaan pelatihan
LPIK mengimbau para tenant tenant
pelaksanaan pelatihan tahap 1 hingga
laporan pelatihan oleh tenant
menyusun konsep kegiatan pelaksanaan
tahap 3 ICC dan MTDC memilih 10
kegiatan klub memberikan laporan
tenant yang lolos mengikui pelatihan tahap
perkembangan ke LPIK
4 dan 5 pelaksanaan pelatihan tahap 4
Proses Pelatihan
@
dan tahap 5 tenant graduate
IV - 30
Lanjutan tabel 4.5
Target
BIT – BPPT
No
Aktivitas
3.
Sertifikasi,
Sertifikat, lisensi dan HKI
Lisensi &
yang diperoleh sesuai
Perlindung an HKI
Benchmarking
dengan produk teknologi.
Sertifkat Lisensi dan HKI
LPIK – ITB Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh
Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh
sesuai dengan produk teknologi.
sesuai dengan produk teknologi.
HKI akan dimiliki oleh
HKI akan dimiliki oleh tenant atau
tenant atau inventor
inventor
Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila produk teknologi sudah siap Institusi-institusi pemerintah (Dirjen HKI, universitas,
ICC – UTM
HKI akan dimiliki oleh tenant atau inventor
Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila
Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila
produk teknologi sudah siap
produk teknologi sudah siap
Institusi-institusi pemerintah (Dirjen HKI,
Institusi pemerintah dan UTM khusus untuk
universitas, lembaga riset pemerintah)
lisensi dan sertifikasi
Lembaga
lembaga riset pemerintah)
Penyedia
Tenant berhak menentukan
Pelayanan
institusi yang dipilih untuk
Melalui Divisi HKI dan Hukum LPIK ITB
mengajukan sertifikasi
(pilot project Dirjen. HKI)
Institusi dipilih oleh pihak ICC UTM
maupun lisensi
Proses Pengajuan
Dilakukan secara mandiri oleh tenant
Tenant menyiapkan dokumen hingga Dilakukan secara mandiri oleh tenant
diserahkan ke ICC untu diproses selanjutnya oleh ICC
IV - 31
Lanjutan tabel 4.5
No
Aktivitas
3.
Sertifikasi,
Target Benchmarking
BIT – BPPT
LPIK – ITB
ICC – UTM Alur proses:
Proses di BIT:
Lisensi &
identifikasi kebutuhan
Perlindung
sertifikasi dan HKI oleh
an HKI
tenant konsultasi dengan
Proses Pengajuan
BIT pengajuan sertifikasi dan HKI oleh tenant ke lembaga proses perolehan sertifikat dan HKI
Alur proses melalui Divisi HKI dan Hukum: LPIK membantu identifikasi patent searching tenant menyiapkan berkasberkas yang diperlukan tenant mengajukan secara online tenant menunggu grant
tenant menyiapkan dokumen pengajuan HKI dan sertifikasi ICC memeriksa dokumen ICC memilih lembaga sertifikasi ICC mengajukan surat permohonan HKI dan sertifikasi ICC mengajukan dokumen kelengkapan lembaga sertifikasi mengeluarkan hasil ICC menginfokan tenant mengenai hasil pengajuan
6 bulan – 2 tahun
4.
Pendanaan
Dana pemerintah
Sumber
Investor Crowdfunding
Pengelolaan
Dijalankan dalam tahun anggaran
Lebih cepat dibandingkan jalur reguler lewat Dirjen HKI untuk perolehan HKI
1 tahun
Anggaran ITB
Dana pemerintah
Sponsor/sumbangan
Anggaran UTM
Kerjasama dengan stakeholder
Sponsor/sumbangan
Dana tenant pribadi
Kerjasama dengan berbagai pihak
Dijalankan dalam tahun anggaran
Dijalankan dalam tahun anggaran
IV - 32
Lanjutan tabel 4.5
No
Aktivitas
4.
Pendanaan
Target Benchmarking
Pengelolaan
BIT – BPPT
LPIK – ITB
Alur pendanaan tenant:
Alur pendanaan tenant:
tenant dan LO tenant mengajukan
tenant dan LO tenant
proposal beserta RAB kepada BIT
mengajukan proposal beserta
BIT merapatkan pengajuan
RAB kepada LPIK LPIK
dana yang diberikan
merapatkan pengajuan dana
pendanaan diturunkan
yang diberikan pendanaan
penggunaan dana monev
diturunkan penggunaan
anggaran di akhir kegiatan
dana monev anggaran
Dana yang diberikan untuk tenant berupa bahan habis pakai (BHP)
5.
Kemitraan
Jenis
ICC – UTM
Alur pendanaan tenant: tenant mengajukan proposal beserta RAB kepada ICC ICC merapatkan pengajuan dana yang diberikan pendanaan diturunkan penggunaan dana monev anggaran
Dana yang diberikan untuk
Dana yang diberikan untuk tenant dapat berupa
tenant berupa biaya
peminjaman mesin dan peralatan, bahan habis
operasional
pakai dan biaya operasional selama masa inkubasi
Dana tidak diserahkan dalam
Dana dari tenant pribadi tidak
wujud alat
masuk kas LPIK
Mitra dengan lembaga pemerintah
Mitra dengan lembaga
Mitra dengan lembaga pemerintah, contoh:
lainnya, contoh: Kemeko
pemerintah, contoh: Dirjen.
Ministry of Science, Technology and Innovation
Perekonomian, Pemda
HKI
(MOSTI)
Mitra dengan akademisi, contoh: UNS, IPB
Mitra dengan bisnis, contoh: PT. Ganesha Reverse Engineering and Toolmaking
IV - 33
Mitra dengan lembaga riset, contoh: Nanotechnology Research Alliances
Lanjutan tabel 4.5
No
Aktivitas
5.
Kemitraan
Target Benchmarking
Jenis
Pengelolaan
6.
BIT – BPPT Mitra dengan bisnis, contoh: PT.
Mitra dengan perusahaan
Mitra Balai Industri
internasional: Blackberry Ltd.
Technology Development Corporation (MTDC)
Kitabisa.com
Research Institute (SRI)
Setiap kegiatan kemitraan didasari
Setiap kegiatan kemitraan didasari
Setiap kegiatan kemitraan didasari oleh
oleh PKS (Perjanjian Kerja Sama)
oleh PKS (Perjanjian Kerja Sama)
PKS (Perjanjian Kerja Sama) yang sah dan
yang sah dan disepakati bersama
yang sah dan disepakati bersama
disepakati bersama
Alur pembentukan kemitraan:
Alur pembentukan kemitraan:
BIT mengundang calon mitra
LPIK mengundang calon mitra dalam
dalam temu bisnis temu bisnis
temu bisnis temu bisnis LPIK
BIT dengan mitra penyusunan
dengan mitra penyusunan PKS
PKS pelaksanaan kerjasama
pelaksanaan kerjasama
Program
setiap semester
Tim Evaluasi
Mitra dengan bisnis, contoh: Malaysian
Mitra dengan pihak internaional: Stanford
Semua tenant mengikuti monev
Inkubasi
ICC – UTM
Mitra dengan organisasi swasta:
Evaluasi Tenant
LPIK – ITB
Alur pembentukan kemitraan: ICC mengundang calon mitra dalam temu bisnis temu bisnis ICC dengan mitra penyusunan PKS pelaksanaan kerjasama
Semua tenant mengikuti monev
Semua tenant mengikuti monev
Tenant mengikuti monev untuk
Tenant mengikuti monev untuk
Tenant mengikuti monev untuk menentukan
menentukan langkah selanjutnya
menentukan langkah selanjutnya
langkah selanjutnya
Tim evaluasi tenant terdiri atas
Tim evaluasi tenant terdiri atas staff
Tim evaluasi tenant terdiri atas anggota
anggota BIT dan LO tenant
LPIK dan mentor
UTM Holding Sdn. Bhd.
IV - 34
Lanjutan tabel 4.5
No 6.
Aktivitas
Target Benchmarking
Evaluasi Program Inkubasi
Tim Evaluasi
BIT – BPPT
LPIK – ITB
ICC – UTM
Berfungsi untuk memberikan
Berfungsi untuk memberikan
rekomendasi lanjutan dan
rekomendasi lanjutan dan menentukan
Berfungsi untuk memberikan
menentukan kelulusan apabila telah
kelulusan apabila telah mencapai masa
rekomendasi lanjutan
mencapai masa akhir inkubasi
akhir inkubasi
Dilaksanakan setiap semester atau sewaktu-waktu bila diperlukan
Dilaksanakan rutin (reguler) atau sewaktu-waktu bila diperlukan (on
Dilaksanakan setiap 3 bulan
call)
Alur evaluasi:
Alur evaluasi:
Alur evaluasi:
BIT mengundang tenant dalam
LPIK mengundang tenant dalam acara
ICC mengundang tenant dalam acara
acara monev tenant menyiapkan
monev tenant menyiapkan laporan
monev tenant menyiapkan laporan
kegiatan inkubasi tenant
kegiatan inkubasi tenant
mempresentasikan laporan dalam
mempresentasikan laporan dalam acara
mempresentasikan laporan dalam acara
acara monev evaluasi dari pihak
monev evaluasi dari pihak LPIK
monev evaluasi dari pihak UTM
BIT rekomendasi hasil evaluasi
rekomendasi hasil evaluasi
rekomendasi hasil evaluasi
Hasil monev: rekomendasi lanjutan,
Hasil monev: rekomendasi lanjutan,
identifikasi kebutuhan,
identifikasi kebutuhan, lulus/tidaknya
lulus/tidaknya tenant
tenant
Metode Evaluasi laporan kegiatan inkubasi tenant
IV - 35
Hasil monev: rekomendasi lanjutan, identifikasi kebutuhan
Lanjutan tabel 4.5
No 7.
Aktivitas
Target
BIT – BPPT
Benchmarking
Exit
Masa inkubasi tenant maksimal 3
Strategy
tahun
LPIK – ITB Masa inkubasi tenant maksimal 3 tahun
Tenant dinyatakan lulus (graduate)
Tenant
apabila perusahaan yang diinkubasi sudah berbadan hukum
Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila perusahaan yang diinkubasi sudah berbadan hukum dan memenuhi kriteria lainnya
Tenant yang tidak lulus akan
Tenant yang tidak lulus akan
dinyatakan dropout (DO)
dinyatakan dropout (DO)
ICC – UTM Masa inkubasi tenant maksimal 2 tahun dengan maksimal perpanjangan 1 tahun Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila telah berhasil mendirikan spin off company Tenant yang belum berhasil mendirikan spin off company dapat memilih strategi keluar yang lain - spin off company
Jenis Exit Strategy
Sesuai dengan PKS yang disetujui sebelum masuk ke masa inkubasi
Spin Off Company
- lisensi - joint venture - proyek komersialisasi
Alur keluar dari proses inkubasi:
Alur keluar dari proses inkubasi:
Proses Exit dari Inkubasi
Tenant dinyatakan graduate
Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS antara tenant dan BIT sebagai mitra Exit Strategy
Pembuatan kontrak pemodalan dan kontrak kerjasama antara tenant dan LPIK Exit Strategy
IV - 36
Alur keluar dari proses inkubasi: Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS antara tenant dan ICC sebagai mitra Exit Strategy
Lanjutan tabel 4.5
No 7.
Aktivitas
Target
BIT – BPPT
Benchmarking
LPIK – ITB
Exit
Return share antara BIT dan tenant
Strategy
untuk proses inkubasi generasi
Proses Exit dari Inkubasi
berikutnya
Opsi fee inkubasi: saham 10% atau bagi hasil 20%
ICC – UTM ICC mendapatkan royalti dengan besar bergantung pada pendapatan perusahaan yang telah dibentuk
Opsi pemodalan: fasilitasi penyaluran, penyaluran pinjaman, penyaluran pesertaan
4.2.3 Tahap Integrasi Tahap integrasi menunjukkan hasil dari tahap analisis. Perbandingan karakteristik target benchmarking pada tahap analisis digunakan untuk menentukan best practice untuk PIT UNS. Best practice merupakan karakteristik “terbaik” yang bisa diimplementasikan untuk PIT UNS dari karakteristik salah satu inkubator maupun kombinasi karakteristik beberapa inkubator. Best practice untuk PIT UNS disajikan pada tabel 4.6.
IV - 37
Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon
Best Practice Karakteristik Inkubator untuk PIT UNS
Best Practice untuk PIT UNS
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Konsep PIT UNS adalah mengembangkan bisnis
tenant
Proposal bisnis produk teknologi dan formulir kepemilikan HKI bila sudah ada
berbasis teknologi inovatif. Syarat agar teknologi dapat diinkubasi adalah bernilai TRL 7 yang pada umumnya sudah memiliki/mengajukan HKI.
Proposal pengajuan
Proposal diajukan secara online maupun offline,
PIT UNS sudah memiliki kantor resmi untuk pengajuan
formulir diajukan secara offline
offline, dan web resmi untuk pengajuan online
Acuan pembuatan proposal dan formulir tersedia di web PIT
Salah satu kegiatan promosi web PIT UNS
Proposal dan formulir dikumpulkan selama masa pengumpulan Ide bisnis yang masuk ke PIT UNS selama 2014 masih Tidak ada pembagian kelompok topik proposal
35 ide dan baru 3 yang diinkubasi, jumlah yang masih cukup kecil tidak memerlukan pembagian topic.
Calon tenant
Calon tenant berasal dari lingkungan akademik UNS (mahasiswa, dosen dan staff)
IV - 38
Berdasarkan SK Rektor, PIT UNS merupakan dukungan UNS untuk mengembangkan bisnis inovatif berbasis teknologi di lingkungan Perguruan Tinggi
Lanjutan Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon tenant
Calon tenant
Best Practice untuk PIT UNS
Calon tenant dapat memperoleh undangan ataupun mengajukan diri
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Sudah terdapat 33 patent filling di UNS yang dapat menjadi potensi masukan PIT UNS, namun belum banyak yang mengetahui kegiatan inkubasi di PIT UNS. Jalur reguler untuk meningkatkan awareness dari
2 jalur: reguler dan undangan
akademisi UNS melalui sosialisasi, jalur undangan untuk mengundang calon tenant dan teknologi potensial.
Jalur reguler: PIT mengadakan sosialisasi calon tenant mengisi formulir aplikasi calon tenant menyiapkan proposal bisnis dan kelengkapan lain calon tenant
Alur pengajuan
mengumpulkan aplikasi dan persyaratan lain ke PIT calon tenant menunggu proses seleksi Jalur undangan: PIT melakukan screening riset inovatif di UNS PIT mengundang akademisi terpilih calon tenant menyiapkan aplikasi dan syarat-syarat kelengkapan calon tenant mengumpulkan aplikasi dan persyaratan lain ke PIT calon tenant menunggu proses seleksi
IV - 39
Alur pengajuan calon tenant meniru alur pengajuan calon tenant di LPIK ITB sebagai inkubator teknologi perguruan tinggi di Indonesia.
Lanjutan Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1a
Pengajuan calon
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Periode pengajuan tidak terlalu lama agar kegiatan
tenant Alur pengajuan
1b
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Periode pengajuan selama 10 hari kerja di
inkubasi tidak berlangsung terlalu lama. Pelaksanaan di
awal/akhir semester
akhir
maupun
awal
semester
mengikuti
jadwal
perkuliahan maupun jadwal penentuan anggaran. Diselenggarakan oleh Kesekretariatan PIT UNS
Sesuai dengan Rencana Bisnis PIT UNS 2015 dan SK
dan Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif
Pembentukan PIT UNS
Proses seleksi
Calon tenant yang lolos secara administratif boleh
Syarat administrasi bertujuan agar calon tenant yang
calon tenant
mengikuti seleksi calon tenant tahap berikutnya
disaring sesuai dengan target PIT.
Calon tenant mendapatkan surat undangan proses
calon tenant yang terdaftar
seleksi calon tenant dengan memaparkan Proposal Bisnis Daftar calon tenant yang akan memaparkan proposal bisnis dibuat oleh Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif
Tim Seleksi
Sebagai surat informasi calon tenant yang lolos seleksi adminsitrasi.
Sesuai dengan Rencana Bisnis PIT UNS 2015 dan SK Pembentukan PIT UNS
Tim seleksi diajukan oleh Divisi Inkubasi Bisnis
Sesuai dengan Rencana Bisnis PIT UNS 2015 dan SK
Inovatif
Pembentukan PIT UNS
Tim seleksi terdiri atas pelaku usaha, investor, ahli
Meniru konsep BIT BPPT dan LPIK ITB untuk menilai
teknologi, praktisi, Ka. BIT (mitra) dan Ka. PIT.
tingkat kesiapan dari segi teknologi dan kewirausahaan.
IV - 40
Lanjutan Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi calon tenant
Best Practice untuk PIT UNS
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Karakteristik teknologi yang berbeda perlu dinilai oleh
Tim Seleksi
Tim seleksi dibentuk berdasarkan proposal bisnis
ahli yang berbeda sesuai dengan karakteristik produk
yang lolos secara administrative
teknologi yang akan diinkubasi sesuai dengan inkubator lainnya.
Kriteria seleksi bisa dipelajari oleh calon tenant melalui sosialisasi
kesiapan calon tenant dalam seleksi maupun saat diinkubasi Mengambil kelebihan kriteria calon tenant dari setiap
Kriteria calon tenant: - Memiliki potensi untuk bersinergi dengan civitas
Kriteria Seleksi
Kriteria seleksi dapat dipelajari untuk meningkatkan
akademika UNS - Memahami produk, peluang pasar, dan pesaing. - Memiliki kemampuan keuangan untuk start up. - Memiliki komitmen untuk menjalankan usaha dan kegiatan komersialisasi lain - Proposal rencana usaha yang baik dan meyakinkan.
inkubator lain (BIT – BPPT, LPIK – ITB, ICC – UTM): - Potensi sinergi sebagai salah satu ciri khas inkubator teknologi di perguruan tinggi - Pemahaman terhadap produk, pasar dan pesaing serta komitmen untuk meingkatkan kesiapan berwirausaha - Kemampuan keuangan start up sebagai salah satu bentuk modal (seed capital) - Proposal usaha sebagai ukuran tingkat kesiapan berwirausaha
IV - 41
Lanjutan Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target Benchmarking
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi
Best Practice untuk PIT UNS
Kriteria teknologi yang diinkubasi:
calon tenant
- Produk teknologi memiliki level kesiapan teknologi ≥ 7. - Ide bisnis memiliki potensi komersial.
Kriteria Seleksi
- Produk memiliki kelayakan secara bisnis. - Inovatif - Memiliki manfaat tinggi bagi masyarakat - Potensi HKI tinggi.
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Mengambil kelebihan kriteria calon tenant dari setiap inkubator lain (BIT – BPPT, LPIK – ITB, ICC – UTM): - Level kesiapan yang tinggi akan mempermudah dan mempercepat proses inkubasi dan komersialisasi. - Potensi dan kelayakan bisnis akan memperlancar proses pendirian start up - Produk harus bermanfaat bagi masyarakat sebagai salah satu bentuk pengabdian perguruan tinggi - Potensi HKI akan mempermudah akses pasar dan
- Akses pasar mudah
memperkuat legitimasi hukum
Terdiri atas 1 tahap
Efisiensi waktu dan sumber daya
Alur proses seleksi: review proposal bisnis oleh tim seleksi
Alur Proses Seleksi
undangan presentasi proposal bisnis oleh PIT presentasi proposal bisnis penentuan keputusan
Mengikuti alur inkubator lainnya
seleksi pengumuman pembuatan kontrak dan penentuan LO Seleksi dilakukan di lingkungan UNS
IV - 42
Meniru konsep LPIK ITB
Lanjutan Tabel 4.6
No
Aktivitas
Target
1
Seleksi Calon Tenant
1b
Proses seleksi calon tenant
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Alur Proses Seleksi
Diselenggarakan oleh Divisi Inkubasi Bisnis
Sesuai dengan Rencana Bisnis PIT UNS 2015 dan SK
Inovatif
Pembentukan PIT UNS
Total waktu seleksi tenant kurang lebih 30 hari kerja
2.
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Meniru konsep LPIK ITB sebagai inkubator perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jadwal kegiatan yang serupa
Mentoring
Nilai TRL produk yang akan diinkubasi minimal bernilai
Bisnis dan
7. Apabila nilai TRL melebihi persyaratan dapat
Pelatihan Technopreneur Ship
Tenant
Tenant terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenant
dilakukan akselerasi untuk mendukung roadmap PIT
yang memiliki produk yang hampir siap masuk
UNS tahun depan yaitu meningkatkan jumlah spin off.
pasar dan tenant yang produknya masih perlu
PIT UNS juga memiliki program incubation technology
diinkubasi
award program untuk teknologi yang diinkubasi. Program percepatan dapat menjadi salah penghargaan
Inkubasi
bagi tenant dengan TRL yang tinggi. Tenant yang memiliki produk yang hampir siap
Nilai TRL yang tinggi mengakibatkan lebih sedikit
akan mengikuti program percepatan komersialisasi
perlakuan inkubasi yang diperlukan.
Tenant yang tidak mengikuti program percepatan perlu mengajukan diri ke PIT
PIT UNS menyediakan berbagai jenis pelatihan dalam rencana bisnisnya dan tenant dapat mengajukan jenis pelatihan sesuai dengan kebutuhan.
IV - 43
Lanjutan Tabel 4.6
No 2.
Aktivitas
Target Benchmarking
Best Practice untuk PIT UNS
Salah satu bentuk penghargaan dari PIT UNS dengan
Mentoring Bisnis dan
Tim pelatih program percepatan ditentukan oleh
Pelatihan
PIT dan dapat berasal dari pihak eksternal
Technopreneur Ship
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
ahli
dan
berpengalaman
dalam
bidang
komersialisasi teknologi diharapkan dapat membantu
Tim pelatih program reguler diajukan oleh tenant
Tenant program reguler umumnya memiliki kebutuhan
dan diperiksa kembali oleh Ka. Div.
inkubasi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
Pengembangan Sumber Daya Manusia
kesiapan teknologi dan keterampilan bisnis tenant.
Tenant memiliki klub pelatihan yang diisi oleh para tenant dengan konsep experience sharing
Pelatihan technopreneurship diadakan selama masa
Pelatihan
lebih
tenant program percepatan.
Tim Pelatih
Proses
mencarikan tim pelatih yang sesuai. Pihak eskternal yang
inkubasi
Klub tenant diharapkan mamu merekatkan hubungan antar tenant dan menambah wawasan dan pengalaman tenant yang tidak diperoleh dari PIT UNS. Menyesuaikan kebutuhan tenant. Setelah masa inkubasi tenant diharapkan sudah mandiri dan bahkan bisa memberikan pelatihan kepada tenant baru lainnya.
Pelatihan diselenggarakan dan dikoordinasi oleh Divisi Sumber Daya Manusia
IV - 44
Sesuai dengan rencana bisnis PIT UNS tahun 2015.
Lanjutan Tabel 4.6
No 2.
Aktivitas
Target
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
- Alur pelatihan program percepatan:
Mentoring
PIT memilih tenant yang sesuai kriteria PIT
Bisnis dan
memilih pihak eskternal sebagai tim pelatih
Pelatihan
pelaksanaan program percepatan evaluasi
Technopreneur
program
Ship
- Alur pelatihan program reguler PIT mengimbau tenant mengenai pelatihan tenant menyusun agenda dan target selama masa
Proses Pelatihan
inkubasi tenant menyerahkan agenda ke PIT
Meniru konsep LPIK ITB sebagai inkubator perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki pola kegiatan yang serupa
pelaksanaan program evaluasi program - Alur technopreneurship club PIT mengimbau para tenant tenant menyusun konsep kegiatan pelaksanaan kegiatan klub memberikan laporan perkembangan ke PIT - Pelatihan program percepatan selama maksimal 6 bulan
Meniru konsep LPIK ITB sebagai inkubator perguruan
- Pelatihan program reguler selama maksimal 2
tinggi di Indonesia yang memiliki jadwal kegiatan yang
tahun
serupa
- Technopreneurship club diadakan setiap bulan
IV - 45
Lanjutan Tabel 4.6
No 3.
Aktivitas
Target Benchmarking
Sertifikasi, Lisensi & Perlindungan HKI
Sertifkat Lisensi dan HKI
Best Practice untuk PIT UNS Sertifikat, lisensi dan HKI yang diperoleh sesuai
Setiap karakteristik teknologi memiliki HKI yang
dengan produk teknologi.
berbeda-beda.
HKI akan dimiliki oleh tenant atau inventor
Penyedia Pelayanan
Sesuai dengan konsep HKI yaitu hak eksklusif sebagai penghargaan kepada para inventor.
Sertifikasi dan lisensi diajukan apabila produk
Sebagai pengisi draft dalam pengajuan HKI sesuai
teknologi sudah siap
dengan prosedur Dirjen HKI.
Institusi-institusi pemerintah (Dirjen HKI,
Lembaga
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
universitas, lembaga riset pemerintah) Tenant berhak menentukan institusi yang dipilih untuk mengajukan sertifikasi maupun lisensi
Sesuai dengan peraturan pemerintah. Jenis sertifikasi dan lisensi yang dibutuhkan oleh setiap produk teknologi berbeda sesuai dengan karakteristik produk teknologi. PIT UNS tidak memiliki hak dalam memberikan HKI
Dilakukan secara mandiri oleh tenant
Proses Pengajuan
dan sertifikasi. Selain itu UNS juga memiliki unit lain yang berfungsi membantu akademisi dalam mengurusi HKI yaitu ULP. HKI.
Identifikasi kebutuhan sertifikasi dan HKI oleh tenant konsultasi dengan PIT pengajuan sertifikasi dan HKI oleh tenant ke lembaga proses perolehan sertifikat dan HKI
IV - 46
Meniru konsep BIT – BPPT sebagai inkubator teknologi yang tidak menyediakan pelayanan sertifikasi, lisensi dan HKI.
Lanjutan Tabel 4.6
No 4.
Aktivitas
Target Benchmarking
Best Practice untuk PIT UNS
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS Rencana bisnis PIT UNS.
Pendanaan Sumber
Anggaran UNS
Pada Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada
Sponsor/sumbangan
Masyarakat UNS terdapat hibah yang berorientasi pada kegiatan
Kerjasama dengan stakeholder
komersialisasi dan pembentukan skema revenue generating di UNS.
Dijalankan dalam tahun anggaran
Anggaran sebagai salah satu strategi jangka pendek/menengah PIT UNS.
Alur pendanaan tenant: tenant dan LO tenant mengajukan RAB
Pengelolaan
kepada PIT PIT merapatkan pengajuan
Sesuai dengan konsep inkubator lain yang akan terlebih dahulu
dana yang diberikan pendanaan
mengecek
diturunkan penggunaan dana monev anggaran Dana yang diberikan untuk tenant berupa biaya operasional
Mengadopsi konsep pendanaan LPIK ITB dan BIT BPPT yang sesuai
dengan
peraturan
pemerintah.
Pembiayaan
berupa
pengadaan peralatan dapat memunculkan masalah hak milik.
Pengelolaan dana yang bersifat crowdfunding diserahkan oleh tenant
IV - 47
Mengadopsi konsep pendanaan crowdfunding pada BIT BPPT. Pendanaan crowdfunding merupakan salah satu bentuk kemitraan antara tenant-pihak luar. Sehingga dijalankan mandiri oleh tenant.
Lanjutan Tabel 4.6
No 5.
Aktivitas
Target
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Kemitraan
Mitra dengan lembaga/institusi pemerintah
Jenis
Sesuai dengan rencana bisnis PIT UNS dan capaian PIT UNS pada tahun 2014.
Mitra dengan universitas atau lembaga litbangyasa
Sesuai dengan rencana bisnis PIT UNS dan capaian PIT
lain
UNS pada tahun 2014. Sesuai dengan rencana bisnis PIT UNS dan capaian PIT
Mitra dengan perusahaan
UNS pada tahun 2014.
Mitra dengan organisasi swasta
Pengelolaan
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Mengadopsi kemitraan pada ICC UTM terutama dalam menyediakan sumber daya pelatih technopreneurship.
Setiap kegiatan kemitraan didasari oleh PKS
Sesuai dengan SK Rektor UNS mengenai pedoman
(Perjanjian Kerja Sama) yang sah dan disepakati
kerjasama antara unit di UNS dengan pihak luar yang
bersama
mewajibkan adanya kontrak kerjasama.
Alur pembentukan kemitraan: PIT mengundang calon mitra dalam temu bisnis
Mengikuti alur inkubator lainnya terutama BIT BPPT
temu bisnis PIT dengan mitra penyusunan PKS
dan ICC UTM
pelaksanaan kerjasama
6.
Evaluasi Program Inkubasi
Semua tenant mengikuti monev setiap semester
Tenant
Sesuai dengan konsep inkubator lain untuk mengetahui kinerja dan capaian tenant selama masa inkubasi.
Tenant mengikuti monev untuk menentukan
Sesuai dengan konsep inkubator lain dan konsep “go –
langkah selanjutnya
no go decision”
IV - 48
Lanjutan Tabel 4.6
No 6.
Aktivitas
Target Benchmarking
Evaluasi
Best Practice untuk PIT UNS Tim evaluasi tenant terdiri atas anggota PIT dan
Program
LO tenant beserta anggota BIT bila tenant
Inkubasi
mengikuti program co-inkubasi dengan BIT
Tim Evaluasi
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS LO tenant: menilai kinerja dan performansi tenant selama masa inkubasi, pejabat PIT: menilai hasil kinerja tenant, pejabat BIT: sebagai salah satu bentuk program kemitraan
Berfungsi untuk memberikan rekomendasi lanjutan dan menentukan kelulusan apabila telah mencapai
Sesuai dengan konsep inkubator lain
masa akhir inkubasi Pelaksanaan monev mengikuti jadwal BIT BPPT karena PIT UNS telah menjalankan kemitraan dengan BIT BPPT berupa kegiatan co-inkubasi atau inkubasi bersama. Pelaksanaan monev juga akan dievaluasi
Metode
Dilaksanakan setiap semester atau sewaktu-waktu
bersama antara PIT UNS dan BIT BPPT.
bila diperlukan
Evaluasi sewaktu-waktu digunakan apabila ada tamu yang memerlukan dana perkembangan tenant PIT UNS
Evaluasi
yang bisa didapatkan dengan wawancara langsung dengan
tenant
maupun
mengecek
database
perkembangan tenant. Hasil monev: rekomendasi lanjutan, identifikasi kebutuhan, lulus/tidaknya tenant
IV - 49
Sesuai dengan konsep LPIK ITB dan BIT BPPT.
Lanjutan Tabel 4.6
No 6.
Aktivitas
Target
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS
Alur evaluasi:
Evaluasi
PIT mengundang tenant dalam acara monev
Program Inkubasi
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Metode
tenant menyiapkan laporan kegiatan inkubasi
Evaluasi
tenant mempresentasikan laporan dalam acara
Mengikuti alur inkubator lainnya
monev evaluasi dari pihak PIT atau dengan BIT rekomendasi hasil evaluasi
7.
Exit Strategy
Masa inkubasi tenant maksimal 3 tahun dengan 1 tahun perpanjangan
Sesuai dengan Peraturan Presiden No 27 Tahun 2013. Penentuan
waktu
optimal
pendirian
PPBT
pada
penelitian baterai Li-Ion di UNS (Astuti dkk., 2014). Sesuai dengan konsep inkubator lainnya. Kriteria lain
Tenant
Tenant dinyatakan lulus (graduate) apabila
digunakan apabila exit strategy yang dipilih bukanlah
perusahaan yang diinkubasi sudah berbadan
university spin-off. Selain itu kriteria lain disesuaikan
hukum dan memenuhi kriteria lainnya
dengan persyaratan yang ada di perguruan tinggi khususnya UNS.
Tenant yang tidak lulus akan dinyatakan dropout (DO)
IV - 50
Sesuai dengan konsep inkubator lain.
Lanjutan Tabel 4.6
No 7.
Aktivitas
Target
Best Practice untuk PIT UNS
Benchmarking
Justifikasi Best Practice untuk PIT UNS Mengadaptasi konsep ICC UTM yang memiliki berbagai
Exit Strategy
jenis exit strategy dan sesuai dengan Rencana Bisnis PIT - spin off company
UNS 2015.
Jenis Exit
- lisensi
Beberapa
Strategy
- joint venture
memungkinkan untuk memilih skema komersialisasi
- proyek komersialisasi
yang tepat untuk berbagai jenis karakteristik produk
skema
komersialisasi
yang
tersedia
yang terlalu sulit untuk dijadikan sebuah spin off company. Alur keluar dari proses inkubasi: Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS
Proses Exit dari
antara tenant dan PIT sebagai mitra Exit
Mengikuti alur inkubator lainnya
Strategy
Inkubasi PIT mendapatkan royalti dengan besar bergantung pada pendapatan perusahaan yang telah dibentuk
IV - 51
Sesuai dengan konsep pada ICC UTM yang merupakan inkubator di perguruan tinggi baru untuk mendukung pengembangan iklim teknoprenersip terlebih dahulu.
4.3
Perancangan Kerangka Sistem Pengembangan PPBT Luaran Perguruan Tinggi Pada bahasan sebelumnya telah dilakukan studi literatur mengenai proses
inkubasi, pengembangan PPBT dan fungsi inkubator dari penelitian-penelitian sebelumnya maupun aspek legal yang berkaitan dengan aktivitas inkubasi dan pengembangan PPBT. Studi tersebut telah menghasilkan kerangka awal sistem pengembangan PPBT melalui inkubator teknologi. Kerangka awal tersebut kemudian dikembangkan melalui studi benchmarking dengan beberapa inkubator lain. Hasil dari benchmarking adalah best practice untuk diimplementasikan di PIT UNS. Best practice tersebut digunakan untuk mengembangkan kerangka sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi khususnya di PIT UNS. Pada sub bab ini akan dipaparkan rancangan kerangka sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi khususnya melalui PIT UNS. Perancangan tersebut meliputi penjelasan elemen sistem pengembangan PPBT dan SOP proses pengembangan PPBT. 4.3.1 Elemen Sistem Pengembangan PPBT (Input, Proses, Output) Seperti pada bahasan sebelumnya, sistem pengembangan PPBT luaran perguruan tinggi melalui inkubator teknologi memiliki beberapa sub sistem sesuai dengan proses pengembangan PPBT. Sub sistem tersebut terbagi ke dalam tiga tahapan utama yaitu pra inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi. Berikut merupakan penjelasan elemen-elemen dari setiap sub sistem pengembangan PPBT yang terdiri atas elemen input, proses dan output sistem. 1. Pendataan Calon Tenant a. Input Masukan dari sub sistem pendataan calon tenant adalah akademisi UNS, riset-riset teknologi di UNS dan ide-ide bisnis yang dimiliki oleh akademisi UNS. Akademisi UNS mendaftarkan diri ke PIT UNS untuk menjadi calon tenant dan mengikuti program seleksi calon tenant. Akademisi UNS yang dapat mendaftarkan diri dapat berasal dari mahasiswa, dosen maupun staff UNS. Selain mengajukan diri ke PIT UNS, akademisi UNS/calon tenant juga dapat memperoleh undangan dari PIT UNS untuk mengikuti kegiatan seleksi calon
V-1
tenant. Akademisi UNS yang memperoleh undangan merupakan akademisi UNS yang terlibat dalam riset-riset teknologi inovatif yang telah disaring oleh PIT UNS maupun akademisi lain yang diajukan oleh akademisi yang terlibat dalam riset tersebut. Akademisi UNS yang akan mengajukan diri ke PIT UNS menyertakan proposal bisnis mengenai produk teknologi yang akan diinkubasi. Pembuatan proposal bisnis dapat mengacu pada format yang disediakan oleh PIT UNS. Pengajuan proposal beserta keikutsertaan seleksi calon tenant dapat dilakukan secara online maupun offline. Selain proposal bisnis, akademisi UNS juga dapat mengajukan keterangan kepemilikan HKI produk apabila sudah memiliki. b. Proses Pendataan calon tenant diselenggarakan oleh Kesekretariatan PIT UNS dan Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif. Periode pengajuan selama 10 hari kerja di awal/akhir semester. Terdapat 2 jalur pendataan calon tenant PIT UNS yaitu jalur reguler dan jalur undangan. Jalur reguler digunakan untuk tenant yang mengajukan diri sedangkan jalur udangan digunakan untuk tenant yang diundang oleh PIT UNS atas riset teknologi inovatif yang sudah disaring oleh PIT UNS. Alur jalur reguler: PIT mengadakan sosialisasi calon tenant mengisi formulir aplikasi calon tenant menyiapkan proposal bisnis dan kelengkapan lain calon tenant mengumpulkan aplikasi dan persyaratan lain ke PIT calon tenant menunggu proses seleksi Alur jalur undangan: PIT melakukan screening riset inovatif di UNS PIT mengundang akademisi terpilih calon tenant menyiapkan aplikasi
dan
syarat-syarat
kelengkapan
calon
tenant
mengumpulkan aplikasi dan persyaratan lain ke PIT calon tenant menunggu proses seleksi
V-2
c. Output Hasil dari pendataan calon tenant adalah daftar calon tenant yang akan diseleksi, daftar produk teknologi inovatif dan proposal bisnis yang akan digunakan sebagai bahan seleksi calon tenant. 2. Seleksi Calon Tenant a. Input Akademisi UNS yang telah lolos secara administrasi akan terdaftar sebagai calon tenant yang akan mengikuti seleksi calon tenant. Daftar calon tenant tersebut akan diberi undangan untuk mengikuti kegiatan seleksi calon tenant oleh PIT UNS. Daftar tenant tersebut dibuat oleh Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif. Calon tenant yang mengikuti seleksi akan diseleksi oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif. Tim seleksi calon tenant terdiri atas pelaku usaha, investor, ahli teknologi, praktisi, Kepala BIT sebagai mitra dan Kepala PIT. Susunan tim seleksi dapat berubah sesuai dengan proposal bisnis yang masuk. Dalam melakukan proses seleksi, PIT UNS menggunakan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Terdapat kriteria untuk calon tenant dan kriteria teknologi yang akan diinkubasi. Kriteria lain dapat ditambahkan sesuai dengan proposal bisnis yang masuk. Kriteria untuk calon tenant adalah: - Memiliki potensi untuk bersinergi dengan civitas akademika UNS - Memahami produk, peluang pasar, dan pesaing. - Memiliki kemampuan keuangan untuk start up. - Memiliki komitmen untuk menjalankan usaha dan kegiatan komersialisasi lain - Proposal rencana usaha yang baik dan meyakinkan. Sedangkan untuk kriteria teknologi adalah: - Produk teknologi memiliki level kesiapan teknologi ≥ 7. - Ide bisnis memiliki potensi komersial. - Produk memiliki kelayakan secara bisnis. - Inovatif
V-3
- Memiliki manfaat tinggi bagi masyarakat - Potensi HKI tinggi. - Akses pasar mudah b. Proses Proses seleksi dilakukan selama kurang lebih 30 hari dan diselenggarakan oleh Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif. Alur untuk proses seleksi adalah: Review proposal bisnis oleh tim seleksi undangan presentasi proposal bisnis oleh PIT presentasi proposal bisnis penentuan keputusan seleksi pengumuman pembuatan kontrak dan penentuan LO c. Output Hasil dari seleksi calon tenant adalah tenant yang siap diinkubasi beserta produk teknologi inovatif dan proposal bisnis mereka. 3. Mentoring dan Pelatihan Technopreneurship a. Input Tenant terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenant yang memiliki produk yang hampir siap masuk pasar dan tenant yang produknya masih perlu diinkubasi. Tenant yang memiliki produk yang hampir siap
akan
mengikuti
program
percepatan
komersialisasi.
Sedangkan tenant yang tidak mengikuti program percepatan perlu mengajukan
diri
ke
PIT
untuk
mengikuti
pelatihan
technopreneurship. Tim pelatih program percepatan ditentukan oleh PIT dan dapat berasal dari pihak eksternal. Sedangkan tim pelatih program reguler diajukan oleh tenant dan diperiksa kembali oleh Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Selain itu tenant juga memiliki klub pelatihan yang diisi oleh para tenant dengan konsep experience sharing. b. Proses Pelatihan technopreneurship diadakan selama masa inkubasi dan dikoordinasikan
oleh
Divisi
V-4
Pengembangan
Sumber
Daya
Manusia. Pelatihan program percepatan diadakan selama maksimal 6
bulan,
untuk
program
reguler
selama
2
tahun
dan
technopreneurship club diadakan setiap bulan. Alur untuk pelatihan technopreneurship untuk program percepatan adalah: PIT memilih tenant yang sesuai kriteria PIT memilih pihak eskternal sebagai tim pelatih pelaksanaan program percepatan evaluasi program Alur untuk pelatihan technopreneurship program reguler adalah: PIT mengimbau tenant mengenai pelatihan tenant menyusun agenda dan target selama masa inkubasi tenant menyerahkan agenda ke PIT pelaksanaan program evaluasi program Sedangkan untuk technopreneurship club adalah: PIT mengimbau para tenant tenant menyusun konsep kegiatan
pelaksanaan
kegiatan
klub
memberikan
laporan
perkembangan ke PIT c. Output Hasil dari mentoring dan pelatihan technopreneurship adalah pengembangan dan pematangan rencana bisnis tenant. 4. Sertifikasi, Lisensi dan Perlindungan HKI a. Input Produk teknologi yang telah matang (mature) dan lolos uji produksi
dapat
mengajukan
sertifikasi,
lisensi
maupun
perlindungan HKI. HKI yang diperoleh akan dimiliki oleh tenant atau inventor produk teknologi tersebut. Sertifikasi, lisensi maupun perlindungan HKI yang diajukan sesuai dengan produk teknologi yang diinkubasi dan permintaan pasar. Dalam mengajukan sertifikasi, lisensi maupun HKI tenant dapat memilih lembaga yang menyediakan pelayanan tersebut. Lembagalembaga tersebut dapat berupa institusi-institusi pemerintah seperti Dirjen HKI, universitas maupun lembaga riset pemerintah lainnya.
V-5
b. Proses Proses pengajuan secara umum dilakukan mandiri oleh tenant. PIT UNS hanya memfasilitasi akses ke lembaga penyedia pelayanan. Waktu yang dibutuhkan hingga memperoleh sertifikasi, lisensi dan perlindungan HKI kurang lebih selama 6 bulan – 2 tahun. Alur pengurusan pengajuan sertifikasi, lisensi dan perlindungan HKI di PIT UNS adalah: identifikasi kebutuhan sertifikasi dan HKI oleh tenant konsultasi dengan BIT pengajuan sertifikasi dan HKI oleh tenant ke lembaga proses perolehan sertifikat dan HKI c. Output Hasil yang diharapkan dari pengajuan sertifikasi, lisensi dan perlindungan HKI adalah produk yang telah tersertifikasi dan siap dikomersialkan. 5. Pendanaan Kegiatan Inkubasi a. Input Pendanaan untuk kegiatan inkubasi dapat diserahkan oleh PIT UNS kepada tenant dari berbagai skema pengadaan dana. Beberapa skema pengadaan dana yang mungkin adalah dari anggaran UNS, sponsor/sumbangan, kerjasama dengan stakeholder maupun dana tenant pribadi. b. Proses Dana diberikan kepada tenant setelah disetujui oleh pejabat PIT dan hanya diberikan dalam bentuk biaya operasional. Untuk dana yang berasal dari tenant pribadi tidak masuk ke dalam kas PIT. Begitu pula dengan skema pendanaan yang bersifat crowdfunding dikelola oleh tenant sendiri. Alur pendanaan kegiatan inkubasi untuk tenant adalah: tenant dan LO tenant mengajukan RAB kepada PIT PIT merapatkan pengajuan dana yang diberikan pendanaan diturunkan penggunaan dana monev anggaran
V-6
c. Output Hasil dari pendanaan kegiatan inkubasi adalah berlangsungnya kegiatan inkubasi tenant dengan sukses. 6. Monitoring dan Evaluasi a. Input Monitoring dan evaluasi ditujukan untuk semua tenant untuk menentukan langkah berikutnya dalam kegiatan inkubasi. Selain itu monitoring dan evaluasi dapat berfungsi untuk menentukan kelulusan tenant dari program inkubasi. Tenant akan dievaluasi oleh tim evaluasi yang terdiri atas pejabat PIT, LO tenant, dan pejabat dari BIT apabila tenant mengikuti program co-inkubasi dengan BIT – BPPT. b. Proses Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan setiap semester maupun sewaktu-waktu apabila diperlukan. Alur dari proses monitoring dan evaluasi tersebut adalah: PIT mengundang tenant dalam acara monev tenant menyiapkan laporan kegiatan inkubasi tenant mempresentasikan laporan dalam acara monev evaluasi dari pihak PIT atau dengan BIT rekomendasi hasil evaluasi Di dalam proses monitoring dan evaluasi, tingkat perkembangan kesiapan teknologi dan bisnis menjadi dua hal utama yang diperhatikan. Perkembangan kesiapan teknologi dilihat berdasarkan pada indikator pada tingkat kesiapan teknologi. Sedangkan perkembangan kesiapan bisnis dilihat dari persiapan untuk membentuk PPBT dan akses pasar. Target capaian inkubasi per tahun dapat dilihat pada tabel 4.7.
V-7
Tabel 4.7
Periode
Target
Inkubasi
TRL
Tahun 1
Tahun 2
7
8
Target Capaian Inkubasi per Tahun
Target Produk
Target Bisnis
- desain teknik telah
- segmentasi, target dan posisi
teridentifikasi
pasar telah diidentifikasi
- telah melakukan uji lab
- metode akses pasar telah
- draft desain produk siap
teridentifikasi
- design to cost telah
- pesaing produk telah
diidentifikasi
diidentifikasi
- prototype lengkap telah
- potensi kemitraan telah
didemonstrasikan
teridentifikasi
- siap untuk produksi skala
- sertifikasi, paten dan HKI
lab
lainnya telah diajukan
- diagram akhir selesai
- uji pasar telah dilaksanakan
dibuat
- uji konsumen telah
- uji produksi telah
dilaksanakan
dilaksanakan
- kebutuhan konsumen telah
- diagram proses produksi
teridentifikasi
tidak ada perubahan
- teknis produksi (kebutuhan
signifikan
bahan, mesin dan tenaga
- tingkat produktivitas dapat
kerja) dalam skala besar telah
diterima
diidentifikasi
- sistem telah teruji dan
- perkiraan harga produk
memenuhi kualifikasi
telah ditentukan dan layak
- merek dan brand produk
- telah terjual sejumlah kecil
telah teridentifikasi
produk - telah terbentuk kemitraan bisnis
V-8
Lanjutan Tabel 4.7
Periode
Target
Inkubasi
TRL
Tahun 3
8-9
Target Produk
Target Bisnis
- bahan dan perlatan untuk
- strategi pemasaran telah
produksi skala besar telah
diidentifikasi
tersedia
- analisis kebutuhan dana
- desain produk sudah tidak
investasi dan operasional
ada perubahan yang
telah dilakukan
signifikan
- SDM untuk operasional
- uji coba pada lingkungan
perusahaan perusahaan telah
sebenarnya telah
diinisiasi
dilaksanakan
- analisis lokasi dan lay out
- tingkat produktivitas mulai pabrik telah dilakukan stabil
- dokumentasi telah lengkap
- teknologi kompetitor telah
termasuk sertifikasi produk
teridentifikasi
- aspek legal pendirian PPBT telah dipenuhi - sudah ada penjualan produk dalam jumlah yang lebih besar - kemitraan telah terjalin dengan adanya MoU atau PKS
c. Output Hasil dari monitoring dan evaluasi dapat berupa rekomendasi lanjutan, kebutuhan tenant selanjutnya maupun penentuan lulus tidaknya tenant dari kegiatan inkubasi. Penentuan hasil monitoring dan evaluasi tenant didasarkan pada target capaian inkubasi tenant per tahun. Apabila hasil capaian tenant sesuai dengan target capaian, maka tenant dapat melanjutkan proses inkubasi. Apabila hasil capaian tenant sudah mencapai target tahun ke-3 lebih awal, maka tenant dapat dinyatakan lulus oleh PIT UNS. Namun apabila V-9
capaian tenant tidak mencapai 60% dari target yang telah ditentukan, maka tenant dapat dinyatakan gagal/dropout. Tenant juga bisa mendapatkan kelonggaran waktu inkubasi maksimal 1 tahun apabila pada tahun ketiga sudah lebih dari 50% target tercapai. Hal tersebut juga diiringi dengan konsekuensi bahwa tenant harus menyelesaikan semua target dalam waktu maksimal 1 tahun. 7. Pembentukan Kemitraan a. Input Kemitraan yang dibentuk oleh PIT UNS dapat dilakukan dengan berbagai pihak sesuai dengan kebutuhan. Beberapa jenis kemitraan yang dapat dibentuk adalah kemitraan dengan lembaga/institusi pemerintah, kemitraan dengan universitas/lembaga litbangyasa lain, kemitraan dengan perusahaan maupun kemitraan dengan organisasi swasta. b. Proses Pelaksanaan program kemitraan dengan pihak luar didasarkan pada Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang disusun bersama. Alur untuk membentuk kemitraan adalah: PIT mengundang calon mitra dalam temu bisnis temu bisnis PIT dengan mitra penyusunan PKS pelaksanaan kerjasama c. Output Hasil dari pembentukan kemitraan adalah semakin susksesnya kegiatan inkubasi dan akselerasi pertumbuhan bisnis tenant. 8. Exit Strategy a. Input Tenant yang masuk ke exit strategy adalah tenant yang sudah melewati masa maksimal inkubasi atau memang sudah layak lulus dari hasil monitoring dan evaluasi rutin. Tenant akan dianggap lulus (graduate) dengan syarat utama perusahaan sudah berbadan hukum. Tenant yang hingga akhir masa maksimal inkubasi belum dianggap lulus akan dinyatakan DO (dropout).
V - 10
b. Proses Penentuan exit strategy beriringan dengan proses monitoring dan evaluasi. Alur penentuan exit strategy adalah: Tenant dinyatakan graduate Pembuatan PKS antara tenant dan PIT sebagai mitra Exit Strategy Dalam menentukan exit strategy dari proses inkubasi, bentuk usaha yang dipilih dilihat dari kriteria-kriteria yang ada pada teknologi yang diinkubasi. Kriteria-kriteria tersebut seperti ketersediaan modal, HKI produk, adanya dukungan SDM dan lain-lain. Tabel 4.8 menunjukkan matriks pemilihan bentuk usaha PPBT. Tabel 4.8
Matriks Pemilihan Bentuk Usaha PPBT PIT UNS
Spin Off
Kriteria
Company
Lisensi
Joint
Strategic
Venture
Alliance
Modal pendirian √
Mencukupi
√ √
Tidak mencukupi
√
Badan hukum √
Memiliki
√
√
√
Tidak memiliki
Ketersediaan bahan dan peralatan produksi Tersedia dalam local
√
√
Tersedia dalam nasional
√
√
Tersedia dalam global
√
√
√
√
Ketersediaan SDM untuk skala besar Tersedia dalam local
√
√
Tersedia dalam nasional
√
√
√
Tersedia dalam global
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Market barrier Besar Kecil
√
V - 11
Lanjutan Tabel 4.8
Spin Off
Kriteria
Company
Lisensi
Joint
Strategic
Venture
Alliance
√
√
Kelayakan Investasi Pabrik √
Layak dan menguntungkan Layak, kurang menguntungkan
√
Tidak layak
√
√
c. Output Exit strategy yang bisa dilaksanakan oleh PIT UNS dapat beragam. Luaran utama yang diharapkan adalah terbentuknya PPBT atau spin off company. Namun ada jalur-jalur lain yang dapat menjadi alternatif exit strategy seperti: lisensi, dan joint venture yang disediakan oleh PIT UNS dalam rencana bisnisnya. Untuk pembentukan PPBT terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria tersebut terbagi ke dalam kriteria teknologi dan kriteria bisnis. Kriteria pembentukan PPBT dijelaskan pada tabel 4.9. Tabel 4.9
Kriteria Pembentukan PPBT
Kriteria Teknologi
Kriteria Bisnis
- TRL produk minimal 8 dan
- sudah memiliki badan hukum
75% kriteria TRL 9 terpenuhi
PT
- bahan dan perlatan untuk
- nama perusahaan dan merek
produksi skala besar telah
produk telah dimiliki
tersedia
- sudah mendapatkan modal
- desain produk sudah tidak ada
yang jelas dan mencukupi
perubahan yang signifikan
- sudah mendaftarkan NPWP
- lokasi pabrik telah ada dan
- sudah mengukuhkan
mendapatkan izin
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
- uji produk di lingkungan yang
apabila masuk kategori Jasa
sebenarnya telah dilakukan
Kena Pajak (JKP)
- beberapa produk telah terjual
- sudah disahkan dan disetujui
dalam skala kecil
dengan Akta Notaris
V - 12
Lanjutan Tabel 4.9
Kriteria Teknologi
Kriteria Bisnis
- memiliki calon konsumen
- sudah memiliki Surat Izin
yang pasti dan jelas
Usaha Perdagangan (SIUP)
- HKI produk sudah diperoleh
- sudah memperoleh Tanda
- sudah mendapatkan sertifikasi
Daftar Perusahaan (TDP)
produk yang diperlukan
- memenuhi ketentuan peraturan pengadaan barang dan jasa seperti TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)
4.3.2 SOP Proses Pengembangan PPBT Proses di dalam sistem pengembangan PPBT diwujudkan dalam sebuah mekanisme SOP. SOP tersebut dibagi kembali menjadi SOP untuk setiap sub sistem. Sub sistem tersebut terdiri atas sub sistem pendataan calon tenant, seleksi calon tenant, mentoring dan pelatihan technopreneurship, sertifikasi, lisensi dan perlindungan HKI, monitoring dan evaluasi, pendanaan kegiatan inkubasi, pembentukan kemitraan dan exit strategy. SOP setiap sub sistem dapat dilihat pada lampiran L-1 hingga L-20. Setiap SOP digunakan pada periode inkubasi yang berbeda-beda. Setiap SOP juga memiliki indikator keberhasilan masing-masing. Kendati demikian, beberapa SOP mungkin digunakan pada tahun-tahun berikutnya bergantung pada kondisi
inkubasi
tenant,
misalnya
SOP
mentoring
dan
pelatihan
technopreneurship dapat digunakan sejak tahun pertama tenant diinkubasi hingga lulus dari proses inkubasi. Tabel 4.10 menunjukkan penggunaan SOP berdasarkan periode inkubasi dengan indikator keberhasilan setiap SOP dalam kondisi normal. Tabel 4.10
Periode Inkubasi
Penggunaan SOP Berdasarkan Periode Inkubasi
Penggunaan SOP
Indikator Keberhasilan - tercatatnya data calon
Tahun ke-0
Pendataan Calon Tenant
(Pra Inkubasi)
tenant, proposal bisnis dan teknologi potensial
Seleksi Calon Tenant
V - 13
Lanjutan Tabel 4.10
Periode Inkubasi
Penggunaan SOP
Tahun ke-0
Output:
(Pra Inkubasi)
Tenant dan teknologi sesuai kriteria
Indikator Keberhasilan - diperoleh tenant dan teknologi yang sesuai dengan kriteria PIT UNS - identifikasi pasar, mitra dan pesaing telah dapat dilakukan oleh tenant - nilai TRL produk
Mentoring dan Pelatihan (1)
menuju 8 - PIT UNS dapat
Monitoring dan Evaluasi
Tahun ke-1
menentukan keberlanjutan kegiatan
Pendanaan Kegiatan Inkubasi
Output: Produk TRL >7, identifikasi pasar dan mitra
inkubasi tenant - dana kegiatan inkubasi untuk tenant terserap penuh dan sesuai rencana - HKI, sertifikasi dan lisensi produk siap diajukan
Sertifikasi, Lisensi dan HKI
- sertifikasi, lisensi dan HKI produk yang
Mentoring dan Pelatihan (2)
diperlukan telah diajukan ke Dirjen HKI
Monitoring dan Evaluasi
Tahun ke-2
- nilai TRL produk menuju 9
Pendanaan Kegiatan Inkubasi
- identifikasi kebutuhan konsumen, kebutuhan
Output: Produk TRL 8, identifikasi kebutuhan konsumen, perancangan produksi skala besar V - 14
produksi skala besar telah dilakukan tenant
Lanjutan Tabel 4.10
Periode Inkubasi
Penggunaan SOP
Indikator Keberhasilan - PIT UNS dapat menentukan keberlanjutan kegiatan
Tahun ke-2
inkubasi tenant - dana kegiatan inkubasi untuk tenant terserap penuh dan sesuai rencana - PPBT berhasil dibentuk - Nilai TRL produk Mentoring dan Pelatihan (3)
minimal 8 dan 75% indikator TRL 9
Pembentukan Kemitraan
terpenuhi - Mitra tenant terbentuk
Monitoring dan Evaluasi
Tahun ke-3
secara formal - PIT UNS dapat
Pendanaan Kegiatan Inkubasi
menentukan keberlanjutan kegiatan
Exit Strategy
Output: Nilai TRL 8-9, PPBT
inkubasi tenant - dana kegiatan inkubasi untuk tenant terserap penuh dan sesuai rencana - Kemitraan antara PPBT
Pasca Inkubasi
Pembentukan Kemitraan
tenant dengan PIT UNS terbentuk secara formal
V - 15
BAB V ANALISIS, VALIDASI DAN IMPLEMENTASI AWAL SISTEM Bab ini akan analisis, validasi dan implementasi awal kerangka sistem yang telah disusun pada bab sebelumnya. Analisis yang dipaparkan meliputi analisis perbandingan kondisi sekarang dengan usulan sistem, analisis perbandingan unsur manajemen antara PIT UNS dengan subjek benchmarking, analisis implementasi kerangka sistem pada studi kasus tenant PIT UNS dan analisis exit strategy dan pasca inkubasi PIT UNS. 5.1.
Analisis Perbandingan Kondisi Sekarang dengan Usulan Sistem Pada sub bab ini akan dilakukan perbandingan antara sistem pendirian
PPBT yang ada di PIT UNS saat ini dengan usulan kerangka sistem yang telah dibuat pada bahasan bab sebelumnya. Perbandingan dilakukan dengan melihat karakteristik-karakteristik sistem yang sudah ada dengan sistem usulan yang meliputi komponen, batasan, lingkungan luar, penghubung antar sub sistem, masukan, proses, luaran dan mekanisme umpan balik. Perbandingan tersebut akan menunjukkan perbedaan antara sistem yang sudah ada dengan sistem yang baru beserta nilai tambah dari sistem baru. 5.1.1. Komponen Sistem Salah satu misi dari PIT UNS adalah untuk mengembangkan PPBT dari hasil riset akademisi UNS. Sistem pengembangan PPBT melalui PIT UNS didukung oleh beberapa sub bagian atau komponen yang diwujudkan dalam empat divisi utama di PIT UNS. Keempat divisi tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk mendukung pengembangan PPBT di PIT UNS. Dari segi jumlah, komponen atau divisi yang ada di PIT UNS pada saat ini tidak berbeda dengan kerangka sistem yang diusulkan, begitu pula dengan fungsi dari masing-masing divisi. Hal tersebut berkaitan dengan penetapan Surat Keputusan Rektor UNS mengenai pengelola PIT UNS beserta fungsi masingmasing. Namun pada kerangka sistem yang diusulkan, terdapat peningkatan peran beberapa divisi yang masih sesuai dengan fungsi utamanya. Contoh dari peningkatan peran tersebut adalah peningkatan peran Divisi Inkubasi Bisnis Inovatif PIT UNS dalam pengumpulan ide inovatif yang akan digunakan sebagai
V - 16
masukan utama PIT UNS. Pada kerangka sistem yang diusulkan, divisi tersebut berperan lebih aktif dengan mengundang inventor dengan produk teknologinya untuk mengikuti kegiatan inkubasi di PIT UNS. 5.1.2. Batasan Sistem Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem lainnya atau lingkungan luar sistem. Batasan dari sistem pengembangan PPBT oleh PIT UNS adalah lingkungan UNS itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan tugas utama PIT UNS sesuai dengan SK Pendirian PIT UNS. Pada kerangka sistem yang diusulkan tidak ada perbedaan mengenai batasan sistem. 5.1.3. Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar sistem merupakan segala hal yang berada di luar sistem yang memberikan pengaruh pada operasional pelaksanaan sistem. Pada sistem pengembangan PPBT oleh PIT UNS banyak pihak dari lingkungan di luar sistem yang ikut berperan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa institusi pemerintah, lembaga litbangyasa, universitas maupun perusahaan. Saat ini PIT UNS telah menjalin kerjasama dengan inkubator lain, lembaga litbangyasa, institusi pemerintah dan perusahaan swasta. Pada kerangka sistem yang diusulkan terdapat pihak lain dari lingkungan luar yang dapat dijadikan sebagai pihak kemitraan tambahan oleh PIT UNS yaitu organisasi swasta non profit. Keterlibatan organisasi swasta non profit di dalam aktivitas PIT UNS dapat berperan terutama dalam bidang pendanaan dan jejaring bisnis. Hal ini terkait dengan meningkatnya kegiatan pengumpulan dana secara gotong royong (crowdfunding) oleh berbagai organisasi non swasta di Indonesia. 5.1.4. Masukan Sistem Masukan utama dari sistem pengembangan PPBT oleh PIT UNS adalah ide-ide dari akademisi UNS. Ide tersebut dapat berupa berbagai bentuk yang sudah disusun oleh berbagai civitas akademika seperti dosen, karyawan, laboran maupun mahasiswa. Ide yang telah disusun kemudian akan diseleksi untuk selanjutnya masuk ke dalam kegiatan inkubasi di PIT UNS. Pada kerangka sistem usulan tidak ada perubahan mengenai bahan masukan untuk sistem pengembangan PPBT oleh PIT UNS. Namun ada tambahan dalam skema pengumpulan ide yaitu dengan mengundang inventor dan inovasi
V - 17
teknologinya untuk mengikuti kegiatan inkubasi PIT UNS. Dengan skema tersebut diharapkan semakin tinggi jumlah ide yang dapat terkumpul dan semakin tinggi pula tingkat kesiapan teknologi dan calon tenant yang akan mengikuti kegiatan inkubasi di PIT UNS. 5.1.5. Proses Sistem Proses pada sistem pengembangan PPBT oleh PIT UNS berawal dari pengumpulan dan seleksi ide-ide civitas akademika UNS. Ide yang telah diseleksi kemudian akan masuk program inkubasi. Di dalam program inkubasi akan dilakukan proses penguatan teknologi dan penguatan persiapan bisnis. Selama program inkubasi akan didukung dengan skema pendanaan dan akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Setelah dinyatakan lulus, perusahaan spin off akan dibentuk dan pada akhirnya dikembangkan melalui jaringan kemitraan dengan pihak lain maupun dengan PIT UNS. Pada kondisi yang ada saat ini, proses bisnis PIT UNS dalam menjalankan sistem pengembangan PPBT sudah digambarkan secara umum pada rencana bisnis PIT UNS. Namun gambaran tersebut kurang detail dan belum ada SOP yang jelas. Pada kerangka sistem yang diusulkan proses tersebut digambarkan lebih detail. SOP dari proses sistem secara detail juga diusulkan. Usulan-usulan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk pejabat inkubator maupun pemangku kepentingan PIT UNS lainnya seperti tenant dan pihak mitra. SOP sistem juga dapat berfungsi sebagai pedoman baik bagi pejabat PIT UNS maupun pemangku kepentingan lainnya. 5.1.6. Luaran Sistem Luaran utama dari PIT UNS adalah terbentuknya PPBT maupun bisnis berbasis inovasi lainnya. PPBT yang dikembangkan melalui PIT UNS berbentuk spin off company. Sedangkan bisnis berbasis inovasi lainnya dapat berupa lisensi HKI dan joint venture. Pada kerangka sistem yang diusulkan, bisnis berbasis inovasi dapat juga berupa sebuah proyek komersialisasi. Proyek komersialisasi cocok digunakan untuk produk yang diprediksi tidak akan berlangsung lama di pasaran tetapi pada saat itu sedang sangat dibutuhkan.
V - 18
Ringkasan perbandingan antara kondisi saat ini dengan sistem yang diusulkan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1
Karakteristik Perbandingan Komponen sistem
Perbandingan Kondisi Saat Ini dengan Sistem Usulan
Kondisi Saat Ini
Sistem Usulan
Kelebihan Sistem Usulan
4 divisi
4 divisi
+ peningkatan peran divisi
Batasan sistem
lingkungan UNS
Lingkungan luar sistem
institusi pemerintah, lembaga litbangyasa, universitas, perusahaan
Masukan Sistem
dari akademisi UNS dengan seleksi
lingkungan UNS institusi pemerintah, lembaga litbangyasa, universitas, perusahaan, organisasi swasta dari akademisi UNS dengan seleksi dan undangan
Proses Sistem
digambarkan dalam proses bisnis
digambarkan dalam SOP
spin off company, lisensi, joint venture
spin off company, lisensi, joint venture, proyek komersialisasi
Luaran Sistem
5.2.
-
+ terdapat tambahan jenis kemitraan untuk mendukung kegiatan inkubasi khususnya pendanaan + lebih banyak ide yang masuk + tingkat kesiapan teknologi yang lebih tinggi + penggambaran proses yang lebih jelas + dapat menjadi pedoman pejabat PIT maupun tenant + alternatif exit strategy yang dapat lebih menyesuaikan dengan karakteristik produk
Analisis Perbandingan Unsur Manajemen Inkubator Pada sub bab ini akan dilakukan perbandingan 5 unsur manajemen antara
PIT UNS dengan inkubator lain yang dijadikan sebagai subjek benchmarking. Unsur manajemen yang dibandingkan terdiri atas 5M unsur yaitu (Man, Machine, Money, Methods, Material). Perbandingan ini berfungsi sebagai pertimbangan untuk mengembangkan desain sistem yang ada di PIT UNS.
V - 19
5.2.1. Unsur Man Analisis unsur man atau sumber daya manusia dapat dilihat dari sumber daya manusia pengelola inkubator. Pengelola inkubator di perguruan tinggi seperti di PIT UNS, LPIK ITB dan ICC UTM pada umumnya berasal dari kalangan perguruan tinggi itu sendiri. Sedangkan untuk BIT BPPT dikelola oleh pegawai dari pemerintah. Pengelola inti PIT UNS terdiri atas empat orang dengan tingkat pendidikan magister dan dikepalai oleh pengelola dengan tingkat pendidikan doktor. Pengelola inti LPIK ITB terdiri atas tujuh orang dengan tingkat pendidikan doktor dan dikepalai oleh pengelola dengan tingkat pendidikan profesor. Pengelola inti ICC UTM terdiri atas dua profesor madya dan dikepalai oleh seorang profesor. Dari segi tingkat pendidikan pengelola, PIT UNS masih belum unggul bila dibandingkan dengan inkubator-inkubator bandingan. Selain dari tingkat pendidikan terakhir pengelola inkubator, analisis juga dapat dilakukan dengan melihat jumlah penelitian mengenai inkubasi teknologi dan komersialisasi yang telah dilakukan oleh para pengelola tersebut. Untuk mendapatkan standar penelitian yang seragam atau mendekati seragam maka perbandingan dilakukan dengan melihat jumlah penelitian yang telah terindeks oleh Scopus sebagai pengindeks publikasi ilmiah tingkat internasional. Penelitian yang dihitung adalah penelitian dengan tema inkubasi dan komersialisasi teknologi termasuk manajemen inovasi dan teknologi. Pengelola inkubator harus menjadi penulis dari penelitian tersebut walaupun bukan menjadi penulis pertama. Hingga akhir November 2015, jumlah penelitian mengenai inkubasi dan komersialisasi teknologi yang telah dilakukan oleh pengelola PIT UNS dan terindeks Scopus berjumlah 10 penelitian. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan LPIK ITB yang berjumlah 8 penelitian. Namun jumlah penelitian terbesar yang terindeks Scopus masih dimiliki oleh ICC UTM. Dari segi unsur man atau sumber daya manusia pengelola inkubator, PIT UNS masih belum unggul dalam hal tingkat pendidikan pengelola. Namun PIT UNS memiliki sedikit keunggulan dibandingkan LPIK ITB dari jumlah penelitian terkait inkubasi dan komersialisasi teknologi kendati jumlah pengelola inti PIT
V - 20
UNS lebih kecil. Keunggulan ini perlu dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan performansi PIT UNS. Perbandingan sumber daya pengelola inkubator dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2
Inkubator PIT UNS LPIK ITB ICC UTM
Perbandingan Sumber Daya Pengelola Inkubator
Rasio Tingkat Pendidikan Master: 80% Doktor: 20% Doktor: 88% Profesor: 12% Doktor: 67% Profesor: 33%
Jumlah Penelitian Terindeks Scopus
Jumlah Pengelola Inti
10
5
8
8
13
3
Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengelola PIT UNS dibandingkan dengan LPIK ITB dan ICC UTM dapat menjadi kendala PIT UNS dalam menjalankan operasional bisnisnya. Kendala ini bisa lebih menyulitkan apabila pengelola PIT UNS belum memiliki latar belakang dan wawasana mengenai bisnis dan manajemen yang cukup. Hal ini akan berakibat pada kurang efektifnya kegiatan pendampingan tenant. Cakrasiwi (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan terdapat tiga alternatif untuk mengatasi kendala tersebut. Alternatif-alternatif tersebut adalah: 1.
Rekrutmen khusus untuk SDM atau mentor yang memiliki pengalaman bisnis cukup.
2.
Pelatihan SDM dan mentor mengenai bisnis dan manajemen.
3.
Mengadakan temu bisnis antara tenant yang sudah lulus dengan tenant yang sedang diinkubasi.
Dari ketiga alternatif tersebut, pelatihan SDM dan mentor mengenai bisnis dan manajemen merupakan alternatif yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Pelatihan atau workshop dapat diberikan oleh lembaga-lembaga mitra PIT UNS yang lebih berpengalaman seperti BIT BPPT, ICC UTM dan PT. Nipress. Rekrutmen SDM baru kurang cocok dilakukan oleh PIT UNS karena usia PIT UNS yang masih terlampau muda dan sedang dalam tahap pemantapan organisasi. Rekrutmen dapat dilakukan untuk mentor tenant baru yang akan masuk ke PIT
V - 21
UNS selanjutnya. Sedangkan temu bisnis antara tenant yang sudah lulus dengan tenant yang sedang diinkubasi dapat diganti dengan temu bisnis antara tenant PIT UNS dengan tenant inkubator lain yang sudah lulus. Hal ini disebabkan oleh belum adanya tenant PIT UNS yang sudah dinyatakan lulus. Selain alternatifalternatif tersebut dapat juga ditambahkan alternatif untuk meningkatkan jumlah penelitian mengenai inkubasi dan komersialisasi teknologi oleh pengelola PIT UNS. Penelitian tersebut dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan pengelola PIT UNS mengenai inkubasi dan komersialisasi teknologi. 5.2.2. Unsur Material Unsur material dilihat pada komponen-komponen yang menjadi masukan inkubator. Berdasarkan proses bisnis PIT UNS, unsur material tersebut dapat berupa sumber daya manusia dan sumber daya teknologi yang akan diinkubasi. Sumber teknologi dapat dilihat dari riset-riset yang telah dilakukan oleh sumber daya manusia dan perolehan HKI dari riset-riset tersebut. 1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang dijadikan sebagai masukan inkubator adalah tenant sebagai peserta inkubasi maupun inventor sebagai pemilik teknologi. PIT UNS sebagai inkubator di perguruan tinggi memiliki calon tenant dan inventor yang dapat berasal dari mahasiswa maupun kalangan akademik lainnya seperti dosen dan mahasiswa, begitu pula dengan LPIK ITB dan ICC UTM. Sedangkan BIT BPPT sebagai inkubator nasional di Indonesia memiliki cakupan yang jauh lebih luas. UNS memiliki jumlah mahasiswa terbesar dibandingkan ITB maupun UTM. UNS memiliki lebih dari 30.000 mahasiswa aktif sedangkan UTM memiliki sekitar 25.000 mahasiswa aktif, dan ITB sekitar 20.000 mahasiswa aktif. Untuk dosen, UNS memiliki sekitar 1.500 tenaga pendidik, lebih banyak dibandingkan ITB yang memiliki sekitar 1.200 tenaga pendidik namun jauh lebih sedikit dibandingkan UTM yang memiliki sekitar 3.600 tenaga pendidik. Dari segi jumlah, UNS memiliki keunggulan dalam jumlah mahasiswa, namun jumlah tenaga pendidik masih unggul UTM.
V - 22
Apabila dilihat dari komposisi mahasiswa yang ada mahasiswa UNS masih didominasi oleh mahasiswa undergraduate (diploma dan sarjana) sekitar 90%. Begitu pula dengan ITB namun dengan nilai yang lebih kecil yaitu sekitar 60%, namun untuk UTM hanya 45% yang merupakan mahasiswa undergraduate. Sedangkan untuk tingkat pendidikan tenaga pendidik, UNS masih didominasi tenaga pendidik bergelar Master yaitu sekitar 68% sedangkan untuk tenaga pendidik bergelar Doktor baru sekitar 28%. Untuk ITB, tenaga pendidik yang ada didominasi oleh tenaga pendidik bergelar Doktor sekitar 70%, tenaga pendidik begelar Master hanya sekitar 28%. Untuk UTM, tenaga pendidik yang sudah bergelar Doktor hanya sekitar 34%. Namun karena jumlah tenaga pendidik di UTM yang sangat besar, jumlah tenaga pendidik bergelar Doktor di UTM lebih banyak dibandingkan UNS dan ITB. Sehingga apabila dilihat dari segi jenjang pendidikan mahasiswa maupun tenaga pendidik, UTM paling unggul yang disusul oleh ITB kemudian UNS. Perbandingan sumber daya masukan inkubator antara UNS, ITB dan UTM dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3
Universitas UNS ITB UTM
Perbandingan Sumber Daya Masukan Inkubator
Mahasiswa Aktif Jumlah Rasio undergraduate: 90% 30.000 post graduate: 10% undergraduate: 60% 20.000 post graduate: 40% undergraduate: 45% 25.000 post graduate: 55%
Jumlah 1.500 1.200 3.600
Tenaga Pendidik Rasio master: 68% doktor dan prof: 28% master: 28% doktor dan prof: 70% master: doktor dan prof:
Dilihat dari sumber daya manusia, UNS memiliki keunggulan dalam kuantitas dibandingkan ITB dan UTM. Tingginya jumlah sumber daya masukan ini dapat menjadi modal yang baik bagi PIT UNS. Kuantitas tinggi yang dimiliki oleh UNS juga harus disertai dengan kualitas yang baik. Salah satu indikator kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan terakhir SDM. Oleh karena itu UNS perlu meningkatkan
V - 23
tingkat pendidikan akademisi yang akan menjadi SDM PIT UNS seperti dengan meningkatkan jumlah mahasiswa tingkat master dan doktor dan meningkatkan tingkat pendidikan tenaga pendidik seperti pada Rencana Strategi Bisnis UNS 2015-2019. Selain tingkat pendidikan, ada beberapa kendala lain yang sering dihadapi oleh akademisi UNS ketika telah menjadi tenant. Permasalahan yang sering dihadapi oleh tenant di perguruan tinggi menurut Panggabean (2005) adalah masih lemahnya kemampuan dan keterampilan berbisnis, lemah dalam permodalan, belum mampu mengakses pasar dan belum mampu akses dengan teknologi. Masih lemahnya kemampuan dan keterampilan berbisnis pada umumnya didasari oleh pola pikir yang masih terbatas hanya pada kegiatan akademis. Lemah dalam permodalan biasanya didasari oleh kurangnya informasi mengenai penyediaan permodalan. Ketidakmampuan dalam mengakses pasar dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai pasar dan manajemen pemasaran. Ketidakmampuan dalam mengakses teknologi dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai hasil invensi akademisi UNS. Beberapa kebijakan telah diterapkan oleh UNS untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Salah satu kebijakan UNS adalah dengan mengadakan mata kuliah umum kewirausahaan untuk semua program studi yang ada di UNS. Mata kuliah kewirausahaan diharapkan dapat memberikan bekal wawasan dan pengetahuan kepada para mahasiswa di UNS khususnya dalam bidang bisnis. Sehingga keterampilan civitas akademika UNS khususnya para mahasiswa
UNS
pengetahuan kewirausahaan,
dalam
mengenai UNS
bidang akses
juga
bisnis pasar.
telah
meningkat Selain
mencangkan
termasuk
mata
kuliah
mata
kuliah
kewirausahaan berbasis teknologi atau teknoprenersip untuk menjadi salah satu mata kuliah pilihan di UNS. Bahkan di beberapa program studi, mata kuliah tersebut telah menjadi mata kuliah wajib seperti kewirausahaan. Mata kuliah tersebut dapat menjadi jembatan
V - 24
penghubung antara inventor UNS dan produk teknologi mereka dengan para calon tenant khususnya yang berasal dari kalangan mahasiswa. Beberapa kebijakan lain juga sudah diterapkan untuk mendukung tumbuhnya budaya berwirausaha di lingkungan UNS seperti
program
kewirausahaan
mahasiswa.
Program
tersebut
mendukung minat mahasiswa UNS yang ingin berwirausaha dengan memberikan modal bisnis. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bentuk implementasi dari pencanganan budaya kerja UNS “Active” yang meliputi kewirausahaan sebagai salah satu budayanya. 2. Sumber Daya Teknologi PIT UNS, LPIK ITB dan ICC UTM merupakan inkubator yang beroperasi di dalam suatu perguruan tinggi. Sehingga riset yang akan menjadi masukan inkubator berasal dari akademisi perguruan tinggi tersebut. Sedangkan masukan riset BIT BPPT dapat berasal dari berbagai pihak baik akademisi maupun non akademisi. Sehingga BIT BPPT tidak bisa dibandingkan dengan PIT UNS dari aspek masukan riset. Riset akademisi UNS, ITB dan UTM yang akan dibandingkan adalah riset yang sudah dipublikasikan secara internasional agar memiliki standar riset yang seragam. Dalam hal ini, riset yang akan digunakan adalah riset yang telah diindeks oleh Scopus. Hingga pada November 2015, jumlah penelitian yang telah terindeks Scopus dari UTM kurang lebih berjumlah 32.800 publikasi, ITB sejumlah kurang lebih 4.800 publikasi, sedangkan UNS masih jauh tertinggal dengan sekitar 475 publikasi. Tingginya jumlah publikasi yang dilakukan dapat meningkatkan peluang menarik perhatian umum terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh civitas akademika. Secara tidak langsung hal tersebut akan meningkatkan potensi komersialisasi produk riset. Sehingga UNS perlu untuk meningkatkan jumlah riset terutama yang dipublikasikan di dunia internasional. Dari segi HKI yang sudah diperoleh, UTM memiliki jumlah HKI tertinggi. Untuk HKI berjenis paten, UNS baru memperoleh 6 paten
V - 25
hingga akhir tahun 2014, sedangkan ITB sudah memperoleh 18 paten, dan UTM telah memperoleh paten jauh lebih banyak dibandingkan dengan UNS dan ITB yaitu 123 paten. Banyaknya jumlah paten yang sudah diperoleh oleh UTM menjadi sumber daya komersialisasi yang sangat besar. Oleh karena itu pertumbuhan PPBT yang dihasilkan oleh ICC UTM cukup tinggi dibandingkan UNS dan ITB walaupun usia ICC UTM masih tergolong muda. Perbandingan publikasi riset dan paten yang diperoleh oleh inkubator dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4
Universitas UNS ITB UTM
Perbandingan Publikasi Riset dan Paten Inkubator
Publikasi Riset 475 4.800 32.800
Perolehan Paten 6 18 123
Selain jumlah publikasi dan HKI yang diperoleh, kendala yang mungkin dihadapi oleh PIT UNS mengenai sumber daya teknologi adalah tingkat kesiapan dari teknologi tersebut. Permasalahan tingkat kesiapan teknologi dapat diukur menggunakan skema Technology Readiness Level (TRL). Untuk memasuki kegiatan inkubasi di PIT UNS, suatu produk teknologi harus memiliki nilai TRL lebih dari 6. Hal tersebut bertujuan untuk mendukung proses inkubasi di PIT UNS agar tidak terlalu lama dan lebih efektif. Namun pada umumnya produk inovasi teknologi di UNS sebagian besar belum mencapai nilai TRL minimal yang disyaratkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya peningkatan kualitas penelitian agar memperoleh nilai TRL yang cukup. Beberapa indikator kualitas penelitian yang mudah diukur adalah adanya publikasi, perolehan HKI dan besar dana penelitian. Publikasi dan perolehan HKI dari penelitian yang dilakukan oleh akademisi UNS relatif masih rendah dibandingkan ITB maupun UTM. Selain itu diperlukan juga usaha untuk merubah pola pikir para peneliti di UNS agar penelitian yang dilakukan berorientasi pada perolehan HKI dan komersialisasi hasil riset. Hal tersebut didukung pada fakta bahwa V - 26
jumlah buku ajar yang dihasilkan oleh peneliti UNS lebih banyak dibandingkan dengan peneliti ITB (Astuti, 2014). 5.2.3. Unsur Machine Unsur machine dalam inkubator dapat berupa fasilitas-fasilitas dan layanan yang diberikan oleh inkubator dalam menjalankan program inkubasinya. Fasilitas dan layanan tersebut ada yang dimiliki oleh inkubator secara penuh dan tidak dimiliki oleh inkubator. 1.
Fasilitas kepemilikan inkubator Fasilitas kepemilikan inkubator adalah fasilitas yang hak penggunaan dan kepemilikannya dipegang oleh inkubator tersebut secara penuh. Selain fasilitas fisik, unsur machine kepemilikan inkubator juga meliputi layanan yang disediakan langsung oleh inkubator tersebut. Contoh fasilitas tersebut adalah gedung, sarana dan pra sarana perkantoran, dan layanan konsultasi. BIT BPPT memiliki fasilitas fisik gedung khusus kegiatan inkubasi yang terletak tidak jauh dari kantor BIT BPPT. Di dalam gedung tersebut tenant in wall BIT menjalankan kegiatan inkubasi termasuk menjadikan ruangan sebagai kantor tenant. Beberapa produk tenant juga dipamerkan di gedung tersebut. LPIK ITB memiliki gedung khusus yang terletak di lingkungan ITB. Di dalam gedung tersebut terdapat fasilitas berupa ruangan pertemuan, sarana perkantoran dan buku-buku perpustakaan. Selain itu terdapat kantor sentra pengurusan HKI yang disediakan khusus oleh LPIK ITB sebagai pilot project dari Direktorat Jenderal HKI. Namun hingga saat observasi dilaksanakan belum ada produk tenant yang dipamerkan melainkan hanya dalam wujud poster. ICC UTM memiliki gedung dan kawasan khusus yang juga terletak tidak jauh dari pusat UTM. Berbagai fasilitas inkubasi dan perkantoran tersedia di gedung ICC tersebut. Bahkan terdapat perusahaan spin off UTM yang melakukan kegiatan produksi di lingkungan ICC UTM tersebut. Seperti inkubator lainnya, PIT UNS juga telah memiliki gedung tersendiri yang belum lama diresmikan. Namun gedung PIT UNS tersebut terletak relatif lebih jauh yaitu
V - 27
sekitar 10 km dari pusat UNS. Di dalam gedung tersebut terdapat ruang pertemuan, ruang konsultasi, ruang pameran dan bahkan wisma tamu. Namun penggunaan fasilitas fisik di gedung PIT UNS belum efektif. Baik tenant maupun pengelola inkubator masih sering memilih untuk berada di kantor kampus atau laboratorium selama menjalankan kegiatan inkubasi. Secara fisik fasilitas PIT UNS sudah cukup memenuhi namun sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal. Layanan administrasi, konsultasi, mentoring dan HKI merupakan contoh fasilitas non fisik yang disediakan oleh inkubator. Secara umum semua inkubator menyediakan layanan konsultasi dan mentoring bisnis kepada tenant karena kegiatan tersebut merupakan salah satu fungsi utama dari sebuah inkubator. Namun tidak semua inkubator dapat memberikan pelayanan HKI. Pada umumnya inkubator hanya membantu dalam memberikan masukan pengurusan HKI. Sedangkan proses pengurusannya dilakukan oleh tenant secara mandiri. Namun LPIK ITB memiliki memiliki layanan khusus HKI karena mendapatkan pilot project khusus dari Direktorat Jenderal HKI. Sedangkan ICC UTM membantu tenant dalam pengurusan HKI tetapi tidak dapat memberikan HKI. 2.
Fasilitas bukan kepemilikan inkubator Fasilitas bukan kepemilikan inkubator merupakan fasilitas yang disediakan oleh inkubator untuk mendukung kegiatan inkubasi namun tidak dimiliki oleh inkubator. Pada umumnya fasilitas tersebut berbentuk kemitraan dengan berbagai pihak. Melalui kemitraan inkubator dapat menyediakan fasilitas untuk mendukung aktivitas inkubasi tenant tanpa harus memiliki fasilitas tersebut. BIT BPPT, LPIK ITB dan ICC UTM memiliki berbagai kemitraan dengan instansi pemerintah, lembaga litbangyasa, perusahaan dan organisasi swasta. Sedangkan PIT UNS belum memperoleh kemitraan dengan organisasi swasta.
V - 28
Terbentuknya jejaring kemitraan antara inkubator dengan berbagai pihak dapat membantu tenant dalam menjalankan proses inkubasi. Contoh fasilitas yang diperoleh dari hasil kemitraan adalah adanya akses untuk melakukan uji produksi, akses ke pasar dan akses permodalan. Namun permodalan akan dibahas lagi pada analisis unsur money. 5.2.4. Unsur Money Unsur money dalam inkubator berupa pendanaan dari berbagai sumber yang diperoleh inkubator dalam menjalankan berbagai aktivitas inkubasinya. Sumber pendanaan BIT BPPT diperoleh dari dana pemerintah, investor maupun crowdfunding. Pendanaan LPIK ITB diperoleh dari anggaran ITB, sponsor/sumbangan, kerjasama dengan stakeholder dan dana tenant pribadi. Pendanaan ICC UTM hampir sama dengan LPIK ITB yaitu dana pemerintah, anggaran UTM, sponsor/sumbangan dan kerjasama dengan berbagai pihak. Sedangkan pendanaan PIT UNS hingga saat ini diperoleh dari hibah dari UNS, dana pemerintah dan kerjasama dengan berbagai pihak. Jika dilihat dari variasi sumber pendanaan, pada umumnya semua inkubator memiliki sumber pendanaan yang serupa. Namun BIT BPPT memiliki skema sumber pendanaan yang belum banyak digunakan, yaitu sumber pendanaan crowdfunding. Sumber pendanaan crowdfunding merupakan sumber pendanaan yang merupakan wujud kerjasama antara BIT BPPT dengan organisasi non profit kitabisa.com. Sistem pendanaan tersebut adalah sistem dengan skema pendanaan gotong royong, dimana sebuah proyek/produk akan dipublikasikan untuk menarik perhatian masyarakat agar dibiayai secara gotong royong dan sukarela oleh masyarakat. Skema pendanaan ini dapat menghasilkan sumber pendanaan yang cukup besar karena melibatkan seluruh masyarakat umum. Sumber pendanaan crowdfunding dapat menjadi pilihan pendanaan kegiatan inkubasi oleh inkubator termasuk PIT UNS. Selain dilihat dari jenis sumber pendanaan, analisis unsur money dalam inkubator juga dapat dilihat dari aktivitas yang didanai dan besarnya dana itu sendiri. Aktivitas yang dapat dibiayai oleh inkubator meliputi aktivitas pengembangan dan penelitian (R&D) produk, aktivitas pra komersialisasi atau
V - 29
inkubasi teknologi dan aktivitas komersialisasi. Aktivitas R&D merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan produk dan teknologi sebelum memasuki kegiatan inkubasi. Aktivitas pra komersialisasi atau inkubasi teknologi meliputi aktivitas pengembangan produk saat telah memasuki kegiatan inkubasi seperti uji produksi, sertifikasi dan lisensi. Aktivitas komersialisasi meliputi aktivitas uji pasar, pendirian PPBT dan produksi awal. BIT BPPT merupakan inkubator milik pemerintah dan tidak berkedudukan di perguruan tinggi sehingga tidak ada aktivitas R&D yang diberikan dukungan dana oleh BIT BPPT. Sedangkan untuk aktivitas pra komersialisasi dan komersialisasi diberikan dukungan dana oleh BIT BPPT. Namun, BIT BPPT tidak pernah memberikan dukungan berupa mesin/peralatan produksi karena berkaitan dengan masalah kepemilikan aset. LPIK ITB, ICC UTM dan PIT UNS merupakan inkubator yang berkedudukan di perguruan tinggi sehingga mereka memberikan dukungan pendanaan dalam aktivitas R&D yang pada umumnya berasal dari dana pemerintah. Aktivitas pra komersialisasi dan komersialisasi tetap dibiayai oleh inkubator-inkubator perguruan tinggi tersebut. Khusus ICC UTM, mereka juga memberikan dukungan berupa pengadaan fasilitas mesin/peralatan produksi. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perbedaan kebijakan yang ada di Indonesia dan Malaysia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ICC UTM memiliki nilai tertinggi bila dilihat dari segi aktivitas yang diberikan dukungan pendanaan. Besar dukungan dana yang difasilitasi oleh inkubator di Indonesia rata-rata sama khususnya yang berasal dari dana pemerintah. Sumber pendanaan Pemerintah Indonesia yang disediakan untuk aktivitas inkubator dapat berasal dari Kementerian Koperasi dan UKM, Dikti dan Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi dan institusi pemerintah lainnya dengan besar dana mencapai sekitar 100 milyar rupiah. Untuk aktivitas R&D sebelum memasuki kegiatan inkubasi, dukungan dana disediakan oleh pemerintah dengan berbagai skema hibah maupun disediakan secara mandiri oleh universitas. Pada tahun 2014 dana penelitian di ITB yang disediakan secara mandiri sekitar 50 milyar rupiah, untuk dana penelitian di UNS yang disediakan secara mandiri sekitar 80 milyar rupiah. Sedangkan besar dukungan dana yang difasilitasi ICC UTM dari dana pemerintah untuk aktivitas inkubator mencapai sekitar 3 trilyun
V - 30
rupiah begitu pula dengan pendanaan untuk aktivitas R&D. Dilihat dari besar dana yang didukung, ICC UTM memiliki nilai paling tinggi. Namun besar dana ICC UTM kurang tepat bila dibandingkan dengan inkubator di Indonesia karena perbedaan kondisi ekonomi dan standar pengeluaran yang berbeda. Sehingga UNS memiliki keunggulan dalam pendanaan. Tabel perbandingan mengenai unsur money dalam inkubator dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Inkubator
Aktivitas R&D
BIT – BPPT
-
Perbandingan Potensi Dana Inkubator Aktivitas Pra Aktivitas Komersialisasi
Komersialisasi
√
√
Mesin dan
Peralatan Produksi
BIT merupakan salah satu skema pendanaan pemerintah √ LPIK – ITB
dana mandiri: 50 milyar rupiah √
ICC – UTM
√
potensi dana pemerintah: 100 milyar rupiah √
dana pemerintah:
PIT – UNS
dana mandiri: 80 milyar rupiah
√
√
dana pemerintah: 3 triliun rupiah
3 triliun rupiah √
√
√
√
potensi dana pemerintah: 100 milyar rupiah
5.2.5. Unsur Methods Unsur methods dalam inkubator meliputi prosedur untuk pengembangan PPBT oleh inkubator. Prosedur pengembangan PPBT di inkubator ada yang sudah dibakukan dan dibukukan ada pula yang belum dibakukan. BIT BPPT sudah memiliki prosedur yang dibakukan. Prosedur baku tersebut dibukukan dalam buku prosedur operasi standar layanan inkubasi tenant BIT BPPT. Prosedur di BIT terdiri atas empat modul utama yaitu modul layanan seleksi tenant, modul layanan uji produksi produk tenant, modul layanan mentoring teknologi dan bisnis dan modul layanan evaluasi tenant. Prosedur di ICC UTM juga sudah dibukukan dan dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul “UTM Inventor’s Guide to Spin-Offs & Technology Transfer”. Di dalam buku tersebut juga terdapat berbagai penjelasan mengenai kegiatan inkubasi di ICC UTM seperti akses pendanaan dan manajemen HKI. Namun LPIK ITB dan PIT UNS masih belum membakukan V - 31
prosedur standar pengembangan PPBT dalam sebuah buku. Prosedur yang dipublikasikan pada umumnya merupakan prosedur secara umum dalam bentuk proses bisnis.
5.3.
Analisis Implementasi Kerangka Sistem Pada Studi Kasus Tenant PIT UNS Pada sub bab ini akan dianalisis implementasi kerangka sistem yang sudah
disusun dengan menggunakan studi kasus pada tenant PIT UNS. Tenant PIT UNS yang akan dijadikan studi kasus adalah tenant untuk baterai Li-Ion dan baterai panel akustik. Kedua tenant tersebut dipilih karena termasuk tenant yang berpotensi di PIT UNS dan menjadi rekomendasi dari pejabat PIT UNS dalam penelitian
ini.
Sedangkan
implementasi
dilakukan
dengan
memberikan
rekomendasi strategi tahap inkubasi berikutnya berdasarkan posisi tenant saat ini dalam sebuah mini manual book. Tanggapan dari tenant maupun pengelola PIT digunakan sebagai saran dan rekomendasi kerangka sistem maupun penelitian. 5.3.1. Analisis Posisi Inkubasi Tenant Posisi inkubasi tenant dilihat berdasarkan pada kerangka bisnis yang sudah disusun. 1. Tenant Baterai Li-Ion Tenant dari produk baterai Li-Ion adalah seorang mahasiswi program magister UNS. Tenant tersebut masuk di dalam kegiatan inkubasi PIT UNS melalui seleksi yang dilaksanakan oleh PIT UNS pada tahun 2014. Sedangkan akses tenant ke teknologi baterai Li-Ion dilakukan melalui kuliah teknoprersip. Selama diinkubasi sejak tahun 2014, tenant sudah melakukan berbagai kegiatan penguatan teknologi seperti uji produksi dan uji pasar. Hasil dari pengujian produksi dan pengujian pasar pun sudah dipublikasikan dalam artikel ilmiah. Namun status HKI produk baterai Li-Ion masih dalam tahap registrasi. Dalam kegiatan penguatan kemampuan kewirausahaan tenant, tenant baterai Li-Ion sudah mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh PIT UNS maupun instansi lain seperti BIT BPPT. Tenant juga sudah mengikuti berbagai pameran produk
V - 32
yang diadakan dalam tingkat regional maupun nasional. Dalam kegiatan promosi tenant juga telah mengisi beberapa acara diskusi panel dan seminar. Selain itu tenant dengan produk baterainya pun pernah diliput oleh media lokal maupun nasional. Inisiasi kemitraan juga telah dibentuk dengan sebuah perusahaan baterai di Indonesia. Aktivitas inkubasi yang telah dilaksanakan oleh tenant produk baterai Li-Ion sudah cukup padat dan menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, bahkan sudah mampu menjual beberapa unit produk. Dalam melaksanakan kegiatan inkubasi selama ini, tenant produk baterai Li-Ion mendapatkan dukungan dana utama dari institusi pemerintah yaitu LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Namun periode pemberian dana dari LPDP telah berakhir. Untuk melanjutkan kegiatan inkubasi di PIT UNS, tenant mendapatkan dukungan dana dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 2. Tenant Panel Akustik Seperti tenant produk baterai Li-Ion, tenant produk panel akustik juga seorang mahasiswi program sarjana UNS. Tenant tersebut masuk kegiatan inkubasi PIT UNS melalui seleksi yang diadakan oleh PIT UNS bersama dengan BIT BPPT. Sehingga tenant tersebut merupakan tenant co-inkubasi (inkubasi bersama) PIT UNS – BIT BPPT. Akses tenant ke teknologi panel akustik juga melalui kuliah teknoprenersip. Selama diinkubasi sejak tahun 2014, tenant sudah melakukan berbagai kegiatan penguatan teknologi seperti uji produksi dan uji pasar. Hasil dari pengujian produksi dan pengujian pasar pun sudah dipublikasikan dalam artikel ilmiah. Namun HKI produk panel akustik masih dalam proses
registrasi.
Dalam
kegiatan
penguatan
kemampuan
kewirausahaan tenant, tenant panel akustik sudah mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh PIT UNS maupun instansi lain seperti BIT BPPT. Tenant juga sudah mengikuti berbagai pameran produk yang diadakan dalam tingkat regional maupun nasional. Dalam kegiatan promosi tenant juga telah mengisi beberapa acara diskusi
V - 33
panel dan seminar. Selain itu tenant dengan produk panel akustik pun pernah diliput oleh media. Aktivitas inkubasi yang telah dilaksanakan oleh tenant produk panel akustik sudah cukup padat dan menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Namun
tenant
panel
akustik
masih
perlu
mengembangkan
pembentukan kemitraan dan akses pasar. Penjualan produk panel akustik masih minim. Hasil dari uji pasar pun masih menunjukkan adanya beberapa hambatan untuk memasuki target pasar. Kendati demikian, tetap ada market intention yang cukup tinggi dari hasil uji pasar. Dalam melaksanakan kegiatan inkubasi selama ini, tenant produk panel akustik mendapatkan dukungan dana utama dari BIT BPPT yang merupakan mitra PIT UNS dan institusi yang ikut menginkubasi tenant panel akustik. Namun periode pemberian dana dari BIT BPPT telah berakhir. Untuk melanjutkan kegiatan inkubasi di PIT UNS, tenant mendapatkan dukungan dana dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 5.3.2. Analisis Penentuan Rekomendasi Strategi Tahapan Inkubasi Rekomendasi strategi/langkah inkubasi tenant yang menjadi studi kasus kemudian ditentukan setelah posisi inkubasi tenant dianalisis. Rekomendasi diberikan untuk tenant maupun untuk pengelola PIT UNS. 1.
Rekomendasi untuk Produk Baterai Li-Ion Produk baterai Li-Ion sudah memiliki tingkat kesiapan yang tinggi. Nilai TRL produk baterai Li-Ion pada saat memasuki kegiatan inkubasi PIT UNS adalah 7. Dengan berbagai aktivitas inkubasi yang telah diikuti oleh tenant, nilai TRL produk baterai Li-Ion bisa meningkat menjadi bernilai 8. Kendati demikian belum ada pengukuran TRL lagi oleh tenant, inventor maupun pengelola PIT UNS. Terjualnya beberapa unit produk juga menjadi salah satu indikator diterimanya produk tersebut di pasar. Tenant produk baterai Li-Ion sebaiknya mulai menyiapkan diri untuk memasuki tahap pasca inkubasi yaitu penguatan kemitraan untuk
V - 34
akselerasi bisnis dan pendirian PPBT dalam bentuk spin-off. Kemitraan yang dibentuk sebaiknya lebih banyak dengan perusahaanperusahaan pengguna baterai Li-Ion. Selain dengan kemitraan, akselerasi bisnis dapat juga dilakukan dengan promosi. Promosi dilakukan untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap produk baterai Li-Ion sehingga muncul lebih banyak permintaan pasar. Sedangkan dalam persiapan pendirian PPBT, tenant perlu membuat sebuah rencana bisnis yang matang untuk memperoleh modal pendirian PPBT. Bagi pengelola PIT UNS, produk baterai Li-Ion perlu difasilitasi agar segera mandiri dan lulus inkubasi. Pengelola dapat memberikan rekomendasi mitra perusahaan maupun institusi kepada tenant. Pengelola juga dapat mendampingi tenant dalam menyiapkan rencana bisnis dan pencarian dana pendirian PPBT. Pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh PIT UNS kepada tenant sebaiknya lebih mengarah ke persiapan produksi massal, penetrasi pasar dan manajemen keuangan perusahaan. Dengan membantu percepatan bisnis produk baterai LiIon, PIT UNS dapat mewujudkan target pembentukan PPBT pada tahun 2015 selain juga mewujudkan target Rencana Strategi Bisnis UNS. 2.
Rekomendasi untuk Produk Panel Akustik Produk panel akustik sudah memiliki tingkat kesiapan yang tinggi. Nilai TRL produk panel akustik pada saat memasuki kegiatan inkubasi PIT UNS adalah 7. Dengan berbagai aktivitas inkubasi yang telah diikuti oleh tenant, nilai TRL produk panel akustik bisa meningkat menjadi bernilai 8. Kendati demikian belum ada pengukuran TRL lagi oleh tenant, inventor maupun pengelola PIT UNS. Namun masih ada masalah dalam hal pemasaran produk. Tenant panel akustik sebaiknya lebih menggiatkan kegiatan promosi produk selagi mematangkan desain produk. Kegiatan promosi tersebut juga dapat dilakukan dengan membangun kemitraan dengan calon konsumen. Tenant juga dapat melakukan uji coba produk dalam skala
V - 35
kecil ke salah satu target pasar sebagai salah satu bentuk promosi produk. Selain itu tenant juga dapat memulai untuk mencari peluang skema pendanaan untuk pendirian PPBT. Pengelola PIT UNS perlu untuk memfasilitasi produk panel akustik terutama dalam bidang pemasaran. Panel akustik dapat dipromosikan melalui berbagai pameran, seminar dan berbagai kegiatan PIT UNS lainnya.
Pengelola
juga
dapat
menawarkan
promosi
berupa
penggunaan produk panel akustik pada infrastruktur gedung PIT UNS. Pelatihan-pelatihan yang ditujukan untuk tenant panel akustik juga lebih mengarah pada analisis pasar dan pemasaran. 5.3.3. Analisis Tanggapan dan Rekomendasi Implementasi Rekomendasi langkah inkubasi tenant sesuai kerangka sistem yang telah disusun telah diserahkan kepada tenant baterai Li-Ion dan panel akustik. Posisi inkubasi tenant dijelaskan melalui gambaran framework inkubasi usulan PIT UNS. Langkah selanjutnya yang harus dijalankan oleh tenant dijelaskan melalui SOP yang telah disusun dan kerangka sistem melalui best practice PIT UNS dari hasil benchmarking. Dari hasil implementasi, tenant memberikan tanggapan bahwa kerangka sistem yang disusun sudah cukup jelas dan mampu menggambarkan proses inkubasi di PIT UNS. Tenant juga dapat mengidentifikasi posisi inkubasi mereka saat ini. Namun tenant memberikan rekomendasi untuk lebih menggambarkan bagian pelatihan dan mentoring tenant. Coaching mengenai organisasi dan bisnis juga pelatihan yang diadakan oleh tenant perlu dikembangkan agar fokus inkubasi tidak hanya pada produk teknologi namun juga tenant. 5.4.
Analisis Exit Strategy dan Pasca Inkubasi PIT UNS Pada sub bab ini akan dianalisis exit strategy yang ada di PIT UNS beserta
gambaran pasca inkubasi atau setelah exit strategy tersebut dilaksanakan. Analisis exit strategy dilakukan dengan mengidentifikasi alternatif-aternatif exit strategy yang mungkin pada PPBT. Dari setiap alternatif tersebut akan diidentifikasi kondisi yang digunakan untuk mendukung skema tersebut dan keuntungan yang bisa PIT UNS peroleh. Selain itu akan dilakukan analisis mengenai peran PIT UNS setelah pasca inkubasi.
V - 36
5.4.1. Alternatif Exit strategy Di dalam rencana bisnis PIT UNS tahun 2015, terdapat 3 alternatif exit strategy yang disediakan yaitu spin off company, lisensi dan joint venture. Exit strategy tersebut merupakan pilihan apabila tenant sudah selesai melaksanakan program inkubasi di PIT UNS. Pilihan exit strategy disesuaikan dengan kondisi dan capaian tenant pada saat inkubasi. Setiap pilihan juga memberikan keuntungan bagi PIT UNS dalam cara yang berbeda. 1.
Spin Off Company Apabila hasil dari inkubasi tenant adalah sebuah perusahaan baru yang berdiri sendiri dan mampu menghasilkan aliran pemasukan sendiri maka exit strategy yang dipilih adalah spin off company. Perusahaan spin off luaran perguruan tinggi sering juga disebut dengan university spin off. Alternatif tersebut merupakan luaran utama yang ditargetkan oleh PIT UNS. Namun untuk dapat membentuk university spin off terdapat beberapa kondisi yang harus dipenuhi. Astuti (2014) dalam penelitiannya menyebutkan beberapa variabel kesiapan pendirian university spin off. Bila diimplementasikan pada PIT UNS, maka kondisi tersebut adalah: a.
Memiliki struktur organisasi perusahaan yang jelas dan SDM yang memenuhi untuk duduk di jabatan tersebut
b.
HKI produk sudah dimiliki
c.
Aliran pendanaan perusahaan diperoleh terutama dari hasil penjualan produk
d.
Memperoleh izin hukum dan berbadan hukum PT
e.
Memiliki sistem produksi yang jelas, baku dan layak untuk dilaksanakan
f.
Layak untuk dibentuk menjadi sebuah perusahaan secara keuangan
g.
Memiliki rencana bisnis yang jelas dan layak
h.
Terdapat modal yang cukup untuk mendirikan spin off
Dari pembentukan spin off company, PIT UNS dapat memperoleh keuntungan dari royalti. Selain itu spin off company juga dapat
V - 37
menjadi skema revenue generating UNS dengan skema penanaman saham. 2.
Lisensi Lisensi merupakan alternatif exit strategy dimana pengelolaan aset intelektual atau teknologi akan diserahkan kepada pihak lain. Namun hak milik dari aset tersebut tetap dipegang oleh inventor. Baik PIT UNS maupun inventor akan memperoleh penghasilan dari royalti yang diberikan dari pengelola aset. Alternatif lisensi dapat menjadi pilihan apabila didukung oleh kondisi-kondisi sebagai berikut: a.
HKI produk sudah dimiliki
b.
Akses bahan dan atau peralatan produksi terlalu sulit untuk diakses
c.
Secara ekonomi tidak layak untuk dikelola/diproduksi sendiri
d.
Terdapat market barrier yang cukup besar apabila diproduksi sendiri
3.
Joint Venture PIT UNS dapat menjalin kerjasama/aliansi dengan sebuah perusahaan untuk membentuk perusahaan baru dari hasil inkubasi. Alternatif tersebut merupakan alternatif pembentukan perusahaan joint venture atau perusahaan patungan. Perusahaan joint venture akan berdiri sendiri dan bersifat independent dari perusahaan pemberi modal. Pada alternatif ini PIT UNS akan memperoleh keuntungan dari penanaman modal/saham pada PPBT. Kondisi yang memungkinkan dipilihnya alternatif joint venture hampir sama dengan kondisi pada university spin off. Perbedaan antara kedua pilihan tersebut terletak pada ketersediaan modal untuk pendirian perusahaan. Apabila modal yang dapat diakses melalui PIT UNS tidak cukup maka dapat dilakukan joint venture. Selain itu joint venture juga dapat didukung oleh kondisi sulitnya akses pasar kecuali melibatkan sebuah perusahaan tertentu.
V - 38
5.4.2. Skema Pengembangan PPBT Setelah PPBT terbentuk, tenant mengembangkan perusahaannya dalam berbagai skema. Skema yang umum digunakan untuk mengembangkan PPBT hasil perguruan tinggi adalah franchise, global outsourcing dan strategic alliance. 1.
Franchise Franchise memiliki skema yang hampir sama dengan lisensi namun pada skema franchise hak yang dikelola lebih banyak yaitu nama merek, teknologi, manajemen dan spesifikasi produk perusahaan. Namun terdapat kendala bagi PPBT luaran PIT UNS apabila memilih alternatif franchise. Kendala tersebut terkait dengan regulasi oleh Asosiasi Franchise Indonesia dimana perusahaan yang akan menggunakan skema franchise harus menunjukkan eksistensinya di pasar dalam beberapa tahun. Sehingga PPBT luaran PIT UNS harus bertahan dan menunjukkan eksistensinya beberapa tahun setelah dinyatakan lulus dari kegiatan inkubasi.
2.
Global Outsourcing Global outsourcing merupakan strategi pengadaan barang/jasa perusahaan dari sumber daya global. Strategi ini biasanya digunakan untuk meminimalisasi biaya produksi dengan menggunakan sumber daya yang lebih murah di dunia global.
3.
Strategic Alliance Strategic alliance merupakan kemitraan antara perusahaan tersebut dengan perusahaan lain untuk saling berbagi sumber daya, pengetahuan, resiko juga imbal hasil dalam membangun produk atau fasilitas baru. Strategi tersebut cocok digunakan untuk PPBT yang telah berkembang pesat, memiliki pangsa pasar yang cukup luas dan produk teknologinya cepat berkembang.
5.4.3. Peran PIT UNS setelah pasca inkubasi Ujung akhir dari kegiatan pasca inkubasi adalah terbentuknya sebuah PPBT. Setelah PPBT terbentuk, PIT UNS akan mendapatkan keuntungan dari hasil royalti atau skema lain yang ada sesuai dengan perjanjian kerjasama yang dibentuk pada saat tenant lulus dari kegiatan inkubasi. Di sisi lain PIT UNS wajib
V - 39
untuk memonitoring dan memantau perkembangan PPBT yang telah didirikan. Namun PIT UNS juga dapat berperan lebih di dalam pengembangan PPBT setelah mandiri. Salah satu peran PIT UNS setelah pasca inkubasi adalah dengan memberikan jasa konsultasi. Jasa konsultasi diberikan kepada tenant yang telah lulus khususnya mengenai pengembangan PPBT tenant. Konsultasi tersebut dapat berupa konsultasi manajemen pengembangan produk yang mulai decline, startegi pengembangan perusahaan, manajemen SDM dan lain-lain sesuai kebutuhan tenant. Selain itu PIT UNS juga dapat berperan dalam meningkatkan pembentukan kemitraan PPBT.
V - 40