BAB IV PEMBAHASAN 4.1
Identifikasi Masalah 4.1.1 Wewenang dan Tugas Komisi Yudisial
Pasal 24B UUD 1945 menyatakan Komisi Yudisial bersifat mandiri yang mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim. Wewenang tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam pasal 13 UndangUndang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, sebagai berikut : •
Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung
kepada
DPR
untuk
mendapatkan
persetujuan; •
Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
•
Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung; dan
•
Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
46
47
Dalam melaksanakan wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan melakukan seleksi terhadap calon hakim dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, Komisi Yudisial mempunyai tugas : •
Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung,
•
Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung dan Hakim ad hoc secara terbuka dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat,
•
Menetapkan calon Hakim Agung, dan
•
Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR.
Sedangkan dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim, Komisi Yudisial berpedoman pada Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang ditetapkan oleh Komisi Yudisial bersama Mahkamah Agung, dengan menjalankan tugas : •
Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim,
•
Menerima
laporan
dari
masyarakat
berkaitan
dengan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, •
Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup,
•
Memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, dan
48
•
Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
Selain tugas-tugas yang telah disebutkan sebelumnya, Komisi Yudisial memiliki tugas lainnya yang dimanfatkan di dalam perubahan peraturan perundang-undangan di bidang kekuasaan kehakiman.
4.1.2 Visi dan Misi Komisi Yudisial
Visi dari Komisi Yudisial adalah “Terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten dalam rangka menjadikan hakim bersih, jujur, dan profesional” Untuk
mencapai
visi
tersebut,
ditetapkan
misi
yang
menggambarkan hal yang harus dilaksanakan. Misi dari Komisi Yudisial dapat dirumuskan sebagai berikut : •
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
Komisi
Yudisial
Republik Indonesia menjadi lembaga yang bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten; •
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pencari keadilan secara efektif dan efisien;
•
Menyiapkan dan merekrut calon hakim agung, calon hakim ad hoc di Mahkamah Agung, dan hakim yang bersih, berilmu, dan berkeadilan;
49
•
Menjaga kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim secara efektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel;
•
Menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) secara adil, obyektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel.
4.1.3 Kondisi saat ini dan yang diharapkan
Tabel di bawah ini akan menjelaskan bagaimana situasi dan kondisi yang ada di lingkungan Komisi Yudisial dirangkum berdasarkan roadmap Reformasi Birokrasi Komisi Yudisial (Pilar 4 : Penataan Tata Laksana) yang disusun pada tahun 2012, serta wawancara dengan pemangku kepentingan.
50
Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Kondisi
Kondisi saat ini
Kondisi yang diharapkan Leadership dan Organisasi SI/TI Aspek Tata Kelola Komite SI/TI KomiteSI/TI ditetapkan sebagai entitas fungsional yang akan merealisasikan
Belum ditetapkannya KomiteSI/TI di Lingkungan Komisi tujuan Lembagamelalu mediaSI/TI, Komite ini juga bertanggung jawab atas Yudisial.
leadership dalam rangka menjamin keselarasan rencana dan implementasi inisiatif dari SI/TI Strategis.
Ketiadaan Komite SI/TI pada level Lembaga saat ini
Keberadaan Komite SI/TI pada Komisi Yudisial diharapkan akan
menyebabkan keputusan-keputusan strategis SI/TI
memberikan kontribusi positif sebagai berikut:
diambil secara terfragmentasi oleh PALInfo dan/atau tiap
•
Sekretariat Jenderal/Setara. •
Pola pengambilan keputusan seperti ini mempunyai potensi pada aspek kurang
Keselarasan perencanaan program dan proyek SI/TI yang semakin baik.
•
Efisiensi investasi dengan semakin kecilnya kemungkinan terjadinya redundansi program dan proyek pembuatan/penerapan SI/TI yang
51
harmonisnya perencanaan SI/TI pada level
seharusnya bisa diintegrasikan. •
Lembaga. •
Efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada, dimana selama bisa digunakan bersama-sama maka tidak diperlukan investasi baru
Karena kurang harmonisnya perencanaan SI/TI
Kondisi saat ini
Kondisi yang diharapkan Leadership dan Organisasi SI/TI Aspek Tata Kelola Komite SI/TI
pada level Lembaga, mempunyai potensi masalah
(konsepInfrastructure Sharing), khususnya di sumberdaya Data
lebih besar lagi pada tidak terintegrasinya grand
Center/Disaster Recovery Center, Storage, Jaringan Komunikasi.
design arsitektur pengembangan SI/TI pada
•
Komisi Yudisial yang pada akhirnya akan memicu pada tidak optimalnya ketercapaian value
Konsolidasi data dan informasi yang semakin akurat karena kesepahaman seluruh stakeholder terkait.
•
Memiliki IS/IT Master Plan untuk jangka waktu dekat dan panjang,
dari investasi SI/TI yang telah dilakukan.
agar lebih memfokuskan poin yang ingin dicapai.
Tahun 2012, Komisi Yudisial mengikuti penilaian dari
Dukungan penuh dari top management dalam bentuk pengadaan
52
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam bidang
infrastruktur, keleluasaan anggaran serta pembuatan SOP, sedikit banyak
keamanan informasi yang merujuk pada Indeks
akan mampu memperbaiki penilaian tersebut. Selain itu efek yang
KAMI/ISO 27001, berdasarakan penilaian tersebut
ditimbulkan selanjutnya akan memudahkan dalam melakukan perawatan
Lembaga ini memiliki nilai kematangan tingkat I, yang
serta monitoring alur data dan informasi yang terjadi/berhubungan dengan
artinya dibutuhkan dukungan yang sangat serius dari top
Komisi Yudisial.
management untuk memperbaiki SOP dan infrastruktur. Aspek Tata Kelola CIO •
Secara resmi baik itu secara tekstual maupun
•
posisi Kepala PALInfo saat ini.
substansi, peran dan fungsi CIO belum ada. •
Peran dan fungsi CIO di Komisi Yudisial (yang
Peran dan fungsi CIO ditetapkan dan merupakan penguatan dari
•
Keberadaan CIO yang didukung dengan penguatan kapasitas
secara struktural seharusnya diperankan oleh
organisasi khususnya di unit kerja eselon I dan II diharapkan akan
Kepala PALInfo) juga tidak sepenuhnya bisa
memberikan kontribusi positif sebagai berikut:
dijalankan karena ketiadaan Komite SI/TI pada Lembaga tersebut.Berjalannya Komite TI Komisi
•
Eksekusi berbagai program dan proyek TI semakin efisien dan memiliki kinerja tinggi.
53
Yudisial idealnya memperkuat fungsi koordinasi
•
Konsolidasi data dari masing-masing biro, seluruh subsektor
eksekusi yang dijalankan oleh CIO. Seluruh
dan atau seluruh Badan Peradilan di Indonesiaakan semakin
kinerja TI Lembaga juga akan jauh lebih mudah
akurat dan dinamis.
diukur dan dievaluasi.
•
Reliabilitas dan keamanan seluruh aset SI/TI di Komisi Yudisialakan semakin meningkat dengan semakin kuatnya fungsi konsultansi dan asistensi teknis yang dapat dijalankan oleh PALInfo.
Tabel 4.2 Aspek Tata Kelola PALInfo
Aspek Tata Kelola PALInfo
54
PALInfo terdiri dari 4 bagian, yaitu :
PALInfo nantinya harus menjadi sebuah Pusat yang memiliki kewenangan
1. Bidang Data dan Layanan Informasi,
dalam mengelola seluruh aspek yang berkaitan dengan SI/TI, langkah yang
2. Bidang Analisis,
bisa ditempuh yaitu :
3. Sub Bagian Tata usaha,
•
4. Kelompok Jabatan Fungsional. Sebagai baseline, struktur organisasi yang ada sekarang
adanya Bidang tersebut, •
ini, kurang menggambarkan kekuatan SI/TI karena sejak Perpres No 68 Tahun 2012 tentang Sekretaris Jenderal
Membagi kembali Bidang sesuai dengan tupoksi dan tujuan dari
Sebagai pemegang regulasi dalam pengeloalaan dan pengadaan infrastruktur SI/TI di Lembaga ini.
•
Mampu mengandalkan kelompok jabatan fungsional untuk
Komisi Yudisial, ada 2 bagian yang sebelumnya berdiri
melakukan research mengenai teknologi apa yang harusnya
sendiri (Bidang Data dan Jaringan, Bidang Layanan
diimplementasikan kepada Lembaga ini, karena sisi positif dari
Informasi) setelah terbitnya Perpres tersebut maka kedua
adanya kelompok jabatan fungsional yaitu mampu menekan
bidang tersebut dilebur menjadi 1 bidang. Secara tekstual
ketergantungan terhadap pihak luar, dan jika dilihat dari sisi ekonomi
dan substansial kedua bidang yang dilebur menjadi 1
dengan mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar maka akan
tersebut memiliki tupoksi yang sangat berbeda jauh satu
menekan biaya/anggaran kepada pihak luar.
55
Aspek Tata Kelola PALInfo sama lain, dimana Bidang Data dan Jaringan lebih
•
Adopsi framework proses tata kelola yang akan mentransformasi
berfokus pada hal teknis dan infrastruktur, sedangkan
PALInfo sebagai Organisasi Pengelola SI/TI berbasiskan layanan
Bidang Layanan Informasi lebih berfokus pada Humas
(Service Oriented IS/IT Organization).
dan publikasi. Pada titik ini, penulis menyebutnya sebuah “Kecelakaan Sejarah” pada struktur organisasi Lembaga ini. Selain itu hampir di seluruh Biro/Pusat belum ada pejabat yang mampu menilai tentang kelompok jabatan fungsional (walaupun secara peraturan tertulis, Lembaga ini memiliki kewenangan terhadap hal itu). Aspek Tata Kelola Unit Kerja Eselon II
56
Akan dibentuk Pengelola PALInfo setingkat Eselon III pada setiap unit kerja Eselon II,Pengelola ini akan bertanggung jawab dalam perencanaan, Belum ada
pengembangan dan operasional SI/TI di tiap sektor yang ada.
Aspek Tata Kelola Unit Kerja Eselon II Akan dibentuk Pengelola PALInfo setingkat Eselon IV pada setiap unit kerja Eselon III, Pengelola ini akan bertanggung jawab dalam perencanaan, pengembangan dan operasional SI/TI di tiap subsektor yang ada. Belum ada
57
Mekanisme Tata Kelola, Kebijakan, Standar dan Prosedur SI/TI FrameworkTata Kelola Direkomendasikan untuk mengadopsi best practices yang memungkinkan Komisi Yudisial memiliki IT Service Excellence dikarenakan Dewan TI Nasional telah menetapkanPanduan Umum Tata Kelola TI Nasional, maka Komisi Yudisial direkomendasikan untuk mengadopsi hasil kajian Dewan TI Nasional tersebut dengan adopsi pada level detail menggunakan framework Belum ada framework resmi diadopsi
berikut ini: •
ISO 20000 (IT Service Management),
•
ISO 38500 (Corporate IT Governance),
•
Kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kebijakan Pada level kebijakan, Komisi Yudisial telah menetapkan
Persekjen No 4 Tahun 2012 akan menjadi dasar sebagai pembuatan regulasi
58
Persekjen No 04 Tahun 2012 tentang organisasi dan tata
yang secara khusus menyinggung mengenai tata kelola dan keamanan SI/TI
kelola, yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam
di Komisi Yudisial, yang nantinya akan menjadi rujukan berbagai kebijakan,
mensinergikan berbagai inisiatif SI/TI di level Lembaga,
standar dan prosedur yang bersifat teknis, opeasional serta administrasi
terutama mulai tahun 2012 hingga munculnya peraturan
dalam mengelola dan mengamankan SI/TI di Lembaga ini.
pengganti nantinya. Namun peraturan ini masih bersifat umum. Standar & Prosedur Akan dikembangkan standar‐standar teknis yang menurunkan kebijakan yang ada atau yang akan ditetapkan kemudian.Secara umum direkomendasikan untuk membagi standar‐standar TI dalam dua golongan Belum ada standar dan prosedur SI/TI yang ditetapkan
besar sebagai berikut: •
Standar‐standar Tata Kelola SI/TI
•
Standar‐standar Keamanan SI/TI
Walaupunsebenarnya keamanan SI/TI merupakan bagian dari Tata Kelola
59
Standar & Prosedur SI/TI, tetapi pada praktik lapangannya keamanan SI/TI akan semakin kompleksdan semakin krusial sehingga perlu diatur secara khusus. Tingkat Kematangan Proses dan Tata Kelola SI/TI Dengan tingkat kematangan yang mayoritas masih berada pada poin I berdasarkan penilaian Indeks Kami/ISO 27001 oleh Kominfo, maka secara umum Komisi Yudisial belum memiliki pengelolaan SI/TI Seluruh proses tata kelola SI/TI yang diadopsi yang memadai. Belum ada frameworktata kelola yang disepakati, ditargetkan harus memiliki tingkat kematangan minimal 3. atau bahkan pada level yang lebih tinggi yang sudah ditetapkan Target Minimal 3 menggunakan perspektif pengelolaan risiko. sebagai mekanisme baku pengelolaan SI/TI di Komisi Yudisial. Kondisi ini menyimpan potensi risiko yang besar misalnya: •
Tingkat kematangan 3 berarti risiko‐risiko terkait proses tata kelola tersebut dapat dikelola secara memadai.
Potensi‐potensi risiko baik pada level sistem, keamanan, proyek atau bahkan bisnis tidak dapat dikelola secara memadai,
60
•
Investasi SI/TI yang tidak efisien,
•
Sumbangsih SI/TI yang tidak optimal kepada pencapaian Tingkat Kematangan Proses dan Tata Kelola SI/TI
tujuan strategis organisasi. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya dokumen resmi mengenai IS/IT Master Plan pada Komisi Yudisial yang menjadi hambatan terbesar di tiap tahun anggaran yang berjalan.
61
4.1.4 Roadmap Reformasi Birokrasi Komisi Yudisial
Reformasi Birokrasi Komisi Yudisial bertujuan untuk membangun profil dan perilaku aparatur Komisi Yudisial yang professional, berintegritas tinggi, dan amanah dalam mewujudkan lembaga peradilan yang
mandiri,
tidak
berpihak,
professional,
bertanggung
jawab,
menjunjung tinggi nilai keadilan dan kebenaran, serta mampu menegakkan wibawa hukum. Salah satu pilar yang termasuk ke dalam reformasi birokrasi ialah penataan tata laksana, dimana PALInfo termasuk ke dalam pilar tersebut. Berikut ini akan dijelaskan secara detail tentang penataan tata laksana berdasarkan roadmap reformasi birokrasi. PILAR 4 : PENATAAN TATA LAKSANA
a. pencapaian
Tabel 4.3 Penataan Tata Laksana 1. 300 SOP Unit Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial; 2. Rancangan dasar Arsitektur TIK; 3. Rancangan
dasar
pembentukan
Komite
Pengarah TIK; 4. Sistem Informasi Manajemen Perkantoran dan Sistem Informasi Yudisial; 5. Sistem Informasi Layanan Publik; 6. Data center untuk mengakomodir kebutuhan penyimpanan data secara digital bagi Komisi
62
Yudisial; 7. Tersedianya back-up cloud computing pada salah satu provider Internet; 8. Tersedianya redundant link untuk konektifitas Internet (WAN); 9. Tersedianya prasarana pendukung (hardware): a. Personal Computer (PC); b. Notebook; c. Printer; d. 10 Unit server; e. 6
Unit
Network Attached Storage
(NAS); f. 2 Unit router (CISCO dan Mikrotik); g. 1 Unit firewall (CISCO ASA); h. Switch(core, distribution dan access); i. Wireless devices. 10. Tersedianya prasarana pendukung (software); a. Operating system Microsoft Windows 7 Professional (client); b. Operating system Microsoft Windows Server 2008 Standard R2 (server); c. Anti virus (Kaspersky). 11. Tersedianya system layanan permintaan data dan informasi melalui e-mail, telepon, dan
63
faksimili. b. Rencana
1. Penyesuaian Standard Operating Procedures (SOP) a. Inventarisasi uraian jabatan; b. Inventarisasi analisis beban kerja; c. Evaluasi jabatan; d. Penyesuaian SOP; e. Evaluasi SOP; f. Merancang
sketsa
pemetaan
ragam
kegiatan Biro/Pusat; g. Melakukan inventarisasi dan deskripsi kegiatan Biro/Pusat; h. Melakukan sosialisasi pelaksanaan SOP; i. Melaksanakan SOP; j. Evaluasi pelaksanaan SOP struktur baru. 2. Penerapan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) a. Menetapkan pedoman tata kelola TIK bagi Komite Pengarah TIK; b. Menetapkan kebijakan tentang dokumen elektronik; c. Membangun arsitektur SI yang selaras dengan tata laksana Komisi Yudisial; d. Membangun arsitektur TIK yang selaras
64
dengan tata laksana Komisi Yudisial; e. Membangun Manajemen
Sistem
Informasi
berskala
besardan
terintegrasi; f. Melakukan pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak; g. Melakukan aplikasi
standar
pengembangan
(manajemen,
yudisial,
dan
informasi publik); h. Mengembangkan kapasitas infrastruktur TIK dan Pusat Data (data center); i. Menyusun standar layanan TIK; j. Merencanakan
membangun
Pusat
Pemulihan Bencana (Disaster Recovery Centre – DRC); k. Merencanakan
dan
mengembangkan
sistem layanan on-line; l. Menerapkan pedoman tata kelola TIK bagi Komite Pengarah TIK; m. Memberikan pemahaman arsitektur TIK yang
selaras
dengan
tata
laksana
yudisial kepada semua unit kerja terkait; n. Membangun sistem basis data track record hakim dan repositori metadata;
65
o. Menerapkan
standarisasi
keamanan
TIK; p. Menerapkan
penggunaan
sistem
informasi manajemen yang terintegrasi; q. Melakukan
pengadaan
perangkat
infrastruktur dan mengoperasikan pusat data; r. Menerapkan standar layanan TIK; s. Menerapkan sistem layanan on-line; t. Pembuatan tata kelola TIK dengan membentuk
Komite Pengarah
TIK,
Model Pelaksanaan Tata Kelola TIK, dan standardisasi TIK; u. Peningkatan infrastruktur TIK berupa perangkat
dukungan
data
center,
jaringan komunikasi, dan perangkat komputasi. 3. Penerapan e-government a. Melaksanakan
koordinasi
dengan
Kominfo, MA, MK, KPK, BPK, dan Kementerian
Keuangan
untuk
membangun sinergisitas akses informasi terkait penguatan basis data dan track record hakim;
66
b. Melakukan pemetaan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan sistem informasi
lintas
Biro/Pusat
di
lingkungan Komisi Yudisial; c. Memberikan pelatihan e-gov kepada pengguna; d. Membuat
dan
menyempurnakan
pedoman pelaksanaan e-gov; e. Melakukan
evaluasi
system
e-
government dan menyesuaikan dengan stakeholder sesuai keputusan Kominfo. 4. Pengembangan advanced security 5. Pembangunan Disaster Recovery Center (DRC) 6. Perencanaan proses bisnis berkesinambungan (Business Continuity Plan – BCP) c. Kriteria Keberhasilan
1. Tersedianya dokumen SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi yang ringkas, jelas, efektif, efisien, dan terukur serta disahkan oleh Sekretaris Jenderal; 2. Terlaksananya tata kelola SI dan TIK yang baik dan terciptanya integrasi dan keselarasan dengan tata laksana Yudisial; 3. Terlaksananya penerapan e-government; 4. Tersedianya advanced security (lebih dari dua
67
lapisan); 5. Tersedianya DRC dengan memenuhi standar yang ada; 6. Terlaksananya BCP sesuai SOP dari Komisi Yudisial. d. Agenda Prioritas 1. Penyesuaian Standard Operating Procedures (SOP); 2. Penerapan e-government; 3. Pengintegrasian SI dan TIK.
68
e. Waktu pelaksanaan dan Tahapan Kerja N o
Tahapan Kegiatan
1 Penyusunan Standard Operating Procedures a Penyesua . ian Standard Operatin g Procedur es (SOP) b Sosialisa . si dan Pelaksan aan SOP
2012
2013
2014
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
69
N Tahapan o Kegiatan 2 Pengemban gan egovernment a Pembang . unan egovernm ent b Meranca . ng sketsa pemetaan kegiatan lintas Biro internal Komisi Yudisial c Memberi . kan pelatihan egovernm ent kepada pengguna
2012
2013
2014
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
70
N Tahapan o Kegiatan d Melakuk . an pembuata n dan penyemp urnaan pedoman pelaksan aan egovernm ent e . Melakuk an sosialisas i egovernm ent, menyesu aikan dengan stakehold er
2012
2013 2014 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
71
N Tahapan o Kegiatan 3 Penerapan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) a Menetap . kan pedoman dan tata kelola TIK bagi Komite Pengarah TIK
2012
2013
2014
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
72
b Memban . gun arsitektur Sistem Informasi yang selaras dengan tata laksana Komisi Yudisial N Tahapan o Kegiatan c Memban . gun Sistem Informasi Manajem en berskala enterpris e dan terintegra si
2012
2013
2014
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
73
d Merenca . nakan dan mengem bangkan sistem layanan on-line e Memban . gun sistem basis data track record hakim N Tahapan o Kegiatan
2013 2014 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
f Menerap . kan standaris asi keamana n TIK f. Penanggung Jawab
2012
Penanggung Jawab : Sekretaris Jenderal
74
Pelaksana : 1. Kepala Pusat Data dan Layanan Informasi 2. Kepala Bidang Jaringan dan Data 3. Kepala Bidang Layanan Informasi 4. Kepala Bagian Pengendalian Internal g. Rencana Anggaran
Rp. 1.934.000.000,00
75
Selain
dari
permasalahan
yang
dikemukakan
pada
roadmapreformasi birokrasi Komisi Yudisial dan melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan serta beberapa pengguna di lingkungan PALInfomaka muncul permasalahan yakni tidak adanya evaluasi terhadap investasi SI/TI yang telah di laksanakan selama ini, sehingga kegiatankegiatan tiap tahunnya kurang begitu terarah dan terkesan monoton. Evaluasi perlu dilakukan guna mengetahui berapa rupiah yang telah di keluarkan dan berapa keuntungan dibalik implementasi SI/TI tersebut sehingga kaitannya akan mempercepat kinerja dan memudahkan pimpinan dalam pengambilan keputusan.
76
4.1.5 Keadaan Proses LayananSIPLM Saat Ini
Pada gambar dibawah ini, akan dijelaskan mengenai tahapantahapan laporan penanganan masyarakat yang saat ini sedang berjalan.
Gambar 4.1 Alur Tahapan-Tahapan Laporan Masyrakat
77
4.2
Analisa Asset SI dan TI
Berdasarkan daftar identifikasi masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, ditemukan beberapa kegiatan dan atau alokasi waktu yang kurang maksimal dalam bentuk nyata. Pada analisa asset ini, penulis akan mencari tahu aset apa saja yang telah dimiliki oleh Komisi Yudisial baik itu asset berwujudataupun aset tidak berwujud yang termasuk dalam bagian SI dan TI yang berhubungan dengan Sistem Informasi Yudisial secara keseluruhan. Aset tersebut bisa digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu :
4.2.1 Aset Berwujud (tangible)
Dalam pengembangan sistem informasi maupun teknologi informasi terdapat aset yang sifatnya berwujud (tangible) atau dapat
dirasakan
keberadaannya
dalam
bentuk
perangkat
keras.Berikut ini adalah daftar perangkatyang menjadi aset berwujud terkait dengan infrastruktur penunjang sistem informasi yang dikelola oleh PALInfo. 1. Perangkat Keras (hardware) Pusat Data (Data Center) Untuk mendukung sistem informasi yudisial yang
ada
pada
Komisi
Yudisial,
PALInfo
memilikipusat data (data center) yang berguna sebagai
78
tempat
integrasi
seluruh
server
yang
melayani
kebutuhan sistem informasi pada Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dan kepentingan pelayanan publik. Selain pusat data (data center)yang termasuk kategori aset berwujud, terdapat aset berwujud lain yang di kelola oleh PALInfo diluar ruang pusat data (data center) seperti back-upsite di daerah cimanggis dan perangkat pendukung lain yang berfungsi sebagai sarana penunjang infrastruktur TI dan ketersediaan sistem informasi. Daftar perangkat keras yang dikelola oleh PALInfo, ialah : Tabel 4.4 Tabel aset perangkat keras (per Januari 2013) Perangkat Keras (Hardware) Server Router Firewall Switch Bandwidth Shapper LCD IP Phone Storage UPS rackmount APC Rack
Jumlah (Qty) 10 2 1 >15 1 2 3 5 6 5
2. Perangkat Lunak (software) Agar perangkat keras bisa digunakan dengan baik, maka dibutuhkan perangkat lunak sebagai perangkat yang memproses instruksi yang dimasukkan
79
menjadi sebuah keluaran berupa informasi yang dapat dimanfaatkan.Perangkat lunak melekat pada setiap PC yang di pasang dalam bentuk sistem operasi (operating system)dan pada setiap perangkat pendukung lainnya seperti lisensi, perhitungan per processor dan lisensi per pengguna. Tabel 4.5 Tabel aset perangkat lunak (per Januari 2013) Perangkat Lunak (Software) Qty Operating System Windows 1 (server) Operating System Windows 1 (client) Anti virus 1
Unit Lot Lot Lot
3. Sumber Daya Manusia Penggunaan
sumber
daya
manusia
dalam
pemanfaatan dan pengembanganSI/TI menjadi salah satu investasi, karna di dalamnya terdapat pelatihan untuk membuat, mengoprasikan dan menjalankan berbagai macam sistem informasidan atau perangkat teknologi informasi sehingga termasuk dalam keluaran. Perhitungan sumber daya manusia disesuaikan dengan standarisasi yang di keluarkan oleh inkindo (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) dan pedoman gaji yang dikeluarkan oleh Kelly Services Indonesia.
80
Tabel 4.6 Tabel aset terkait jasa Service dan Jasa Pengembangan basis data Installation Bandwidth Koneksi Internet Pengaturan bandwidth Project Manager Software Engineer Syatem Analyst Database Administrator Network Administrator
Jumlah (Qty) 1 1 1 2 1 2 3 3 1 2
4.2.2 Aset Tidak Berwujud (intangible)
Definisi yang dikeluarkan oleh peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 2010 No. 71 menyatakan bahwa aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat didentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Asset ini dikelompokkan dalam asset non lancar.
4.3
Penerapan Sistem Informasi
Dalam menganalisa dampak penerapan sistem informasi terhadap penanganan laporan masyarakat pada Komisi Yudisial,penulis akan melakukan dua bentuk analisis terlebih dahulu yakni SWOT untuk melihat
81
faktor internal dan eksternal dari Komisi Yudisial dan analisa keuangan guna mengetahui apa saja yang telah dilakukan untuk membuat dan atau mendukung sistem informasi yang ada, dengan tujuan mencari nilai manfaatatas apa yang telah dilakukan serta apakah sesuai dengan roadmap yang sebelumnya telah dijelaskan, serta sesuaikah dengan visi dan misi Komisi Yudisial.
4.3.1 Analisa SWOT
SWOT merupakan sebuah analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif untuk menjelaskan situasi perusahaan dan dikelompokan berdasarkan kontribusinya kepada perusahaan. Dibawah ini akan diuraikan hasil dari analisa SWOT yang telah dilakukan di Komisi Yudisial.
Kekuatan
Kelemahan
•Memiliki dasar hukum •Pembuatan regulasi dan standarisasi •Bertanggung jawab langsung •Memiliki TUPOKSI
•Tidak memiliki SOP •Tidak memiliki cetak biru SI/TI yang resmi •Kurangnya evaluasi/pengukuran manfaat •Kesulitan melakukan integrasi
Peluang
Ancaman
•Realtime system •Menjadi pusat informasi •Potensi untuk menjadi integrator data •Percepatan tata kelola dengan sistem terautomasi •Menjadi pusat berbagi ilmu
•Birokrasi yang panjang •Penyediaan data dan peraturan perundangan yang lambat
Gambar 4.2 Analisa SWOT KY
82
4.3.1.1 Kekuatan (Strengths)
Kekuatan yang dimiliki oleh Komisi Yudisial yang dihasilkan setelah melalui analisa SWOT, yaitu : 1.
Memiliki dasar hukum
Persekjen No 04 Tahun 2012 tentang organisasi dan tata kelola, pada pasal 69 – 71 yang mengatur tentang fungsi dan tatanan struktur organisasi, serta pasal 72 – 74 yang secara gamblang menjelaskan tentang tugas yang dapat dilakukan. 2.
Pembuatan regulasi dan standarisasi
PALInfo dapat mengeluarkan regulasi dan atau standarisasimenyangkut
perencanaan
hingga
pengembangan aset yang berhubungan dengan basis data dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi. 3.
Bertanggung jawab langsung
PALInfo bertanggung jawab langsung kepada anggota Komisi Yudisial melaluiSekretaris Jenderal yang berada langsung
dibawah
anggota
atas
keberlangsungan
penyediaan data dan TIK. 4.
Memiliki TUPOKSI (Tugas, Pokok dan Fungsi)
PALInfo memiliki tupoksi yang jelas sehingga memiliki anggaran yang pasti untuk melakukan kegiatan yang
83
menyangkut sistem informasi dan teknologi informasi dan komunikasi.
4.3.1.2 Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang dimiliki oleh Komisi Yudisial yang dihasilkan setelah melalui analisa SWOT, yaitu : 1.
Tidak memiliki SOP
PALInfo berdasarkan pengamatan serta wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada staf dan pejabat terkait,menyimpulkan kurangnya SOP dalam proses kerja
sehari-hari
sehingga
menimbulkan
efek
“sporadis”dalam menyelesaikan pekerjaan. 2.
Tidak memiliki cetak biru SI/TI yang resmi
Akibat yang ditimbulkan dari tidak adanya dokumen ini menjadikan kegiatan yang dirancang tiap tahunnya mayoritas hanya mengulang kembali kegiatan tahun sebelumnya. 3.
Kurangnya evaluasi/pengukuran manfaat
Hampir semua kegiatan yang telah dilakukan oleh PALInfo tiap tahunnya minim evaluasi, hal ini menyebabkan bagian ini tidak menyadari apa yang telah dicapai pada tahun anggaran yang lalu dan apa yang
84
akan dicapai pada tahun anggaran selanjutnya. Penulis menyebut bagian ini sebagai “blind spot effect”. 4.
Kesulitan melakukan integrasi
PALInfo
mengalami
kesulitan
dalam
pengintegrasiansistem informasi pada Biro lainnya, masalah yang timbul berkutat pada ego sektoral dari masing-masing biro yang ada.
4.3.1.3 Peluang (Opportunities)
Peluang yang dimiliki oleh Komisi Yudisial yang dihasilkan setelah melalui analisa SWOT, yaitu : 1.
Realtime System
Penyediaan informasi secara real time dan akurat kepada pihak yang membutuhkan sehingga informasi akan ditampilkan dari satu sumber dan tidak terjadi perbedaan di masing-masing pemberitaan. 2.
Menjadi pusat informasi
Informasi yang diperoleh akan terpusat dan dapat di peroleh dari satu sumber sehingga hasilnya akan lebih terpercaya. 3.
Potensi untuk menjadi integrator data
Dengan
pembangunan
middleware
yang
dapat
menghubungkan masing-masing basis data yang tidak
85
satu sistem.Sehingga seluruh data dapat terintegrasi secara baik. 4.
Percepatan tata kelola dengan sistem yang terautomasi
Untuk memproses kegitan internal dapat dilakukan dengan arah e-government yang menjadikan semua kegiatan
berbasiskan
sistem
elektronik
sehingga
semuanya dapat dengan cepat dilakukan tidak perlu melewati beberapa meja. 5.
Menjadi pusat berbagi ilmu (knowledge
sharing) Dengan bertambahnya data dan informasi yang dikelola oleh PALInfo juga dapat menjadi pusat berbagi (sharing) antar Biro/Pusat atau bahkan bagi lembaga lain dan masyarakat karena memiliki kekayaan data dan informasi.
4.3.1.4 Ancaman (Threats)
Ancaman yang dimiliki oleh Komisi Yudisial yang dihasilkan setelah melalui analisa SWOT, yaitu : 1.
Birokrasi yang panjang
Adanya
Birokrasi
yang
harus
dilewati
untuk
memperoleh data sedangkan di sisi lain data yang
86
dibutuhkan
harus
segera
diolah
untuk
menjadi
informasi. 2.
Penyediaan data dan peraturan perundangan yang lambat
Karena harus melewati perumusan dan penelitian.Ilmu yang diperoleh kurang cepat diterima sehingga setelah berkembangnya teknologi tersebut barulah dibuat perundangannya. Berdasarkan hasil pemetaan SWOT diatas, rekomendasi langkah yang harus dilakukan oleh Komisi Yudisial untuk mengurangi kelemahan, meminimalisir ancaman dan meraih peluang yang ada ialah : -
Memiliki SOP Hal dasar dalam sebuah proses operasional dalam sebuah perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah ialah adanya SOP. Atas dasar tersebut Komisi Yudisial harus
menyempurnakan
SOP
diseluruh
bagian
operasionalnya, dengan adanya dasar hukum yang jelas dan
pembagian
TUPOKSI
pada
masing-masing
biro/pusat, hal ini seharusnya akan berjalan dengan mudah dibawah pengawasan masing-masing kepala biro/pusat. -
Memiliki cetak biru SI/TI yang resmi Cetak biru SI/TI merupakan panduan dasar dan penentuang poin yang ingin diraih dalam sebuah
87
pembangunan dan pengembangan SI/TI di sebuah perusahaan maupun lembaga pemerintah. -
Evaluasi yang berkala Dengan adanya evaluasi yang berkala maka akan menjamin seluruh kegiatan yang dijalankan sesuai dengan arahan dan tujuan yang ingin dicapai.
-
Integrasi data Integrasi data merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi, hal ini akan menghasilkan informasi yang memiliki tingkat validitas yang tinggi untuk ditampilkan kepada publik.
-
Birokrasi yang modern Lembaga pemerintah sangat kental dengan birokrasi yang berlapis dan sangat tidak efektif pada era teknologi informasi ini. Dengan menerapkan teknologi informasi dalam proses operasional dan pengambilan keputusan pada Komisi Yudisial, diharapkan akan merubah budaya birokrasi yang tidak efektif menjadi budaya birokrasi yang cepat dan efektif.
-
Peraturan dan perundangan Tidak bisa disangsikan lagi bahwa peraturan dan perundangan yang dihasilkan pada Negara ini tidak terlepas dari kepentingan golongan tertentu, namun ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa siapapun
88
yang melawan maupun menyangsikan era teknologi informasi
akan
mendapat
respon
negatif
dari
publik.Dengan didasarkan pada pendapat tersebut, seharusnya pembuatan peraturan dan perundangan dapat jauh lebih cepat dari sebelumnya. -
Pusat data dan informasi, serta kajian hukum Dengan adanya dasar hukum yang jelas dan TUPOKSI yang tertuang dalam peraturan organisai, peluang untuk menjadi sebuah lembaga yang mampu menyediakan data dan informasi serta kajian hukum tentang hakim di Indonesia tampaknya terbuka sangat lebar dan mampu untuk dicapai dengan didukung oleh SI/TI yang terintegrasi satu sama lain.
4.3.2 Analisa Keuangan
Penilaian investasi pada pemerintah dilakukan dengan tiga metode berdasarkan PP No 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu : 1. Metode biaya Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan.Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
89
2. Metode ekuitas Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintahsetelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukanuntuk
mengubah
porsi
kepemilikan
investasi
pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap. 3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat. Penggunaan metode pada paragraf 36 didasarkan pada kriteria sebagai berikut: •
Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;
•
Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
•
Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
90
•
Kepemilikan
bersifat
nonpermanen
menggunakan
metode nilai bersih yang direalisasikan. Akan tetapi penggunaan metode ekuitas tidak dapat di terapkan dalam penelitian ini, karena penelitian ini di batasi terhadap dampak yang timbul atas penerapan sistem informasi yang ada di Komisi Yudisial bukan mencakup seluruh aset. Maka jenis kegiatan yang menggunakan APBN yang berkaitan dengan sistem informasi di Komisi Yudisialakan dipaparkan sebagai berikut : Tabel 4.7 Belanja 2011
Belanja Modal N Kegiatan o 1 Aplikasi Pengembang an dan Pemutakhiran Track Record Hakim KYRI 2 Pembanguna n Sistem Aplikasi Manajemen Investigasi Hakim 3 Pembanguna n Sistem Aplikasi Pemantauan Persidangan KYRI 4 Pembanguna n Sistem Informasi Proses Seleksi CHA 5 Pembanguna n Aplikasi Riset dan Putusan
Anggaran 2011
Realisasi 2011
%
Sisa
Rp. 184.320.000
Rp. 183.550.000
99,58
Rp. 770.000
Rp. 181.864.000
Rp. 181.000.000
99,52
Rp. 864.000
Rp. 173.626.000
Rp. 170.000.000
97,91 Rp. 3.626.000
Rp. 170.494.000
Rp. 165.000.000
96,78 Rp. 5.494.000
Rp. 179.686.000
Rp. 179.000.000
99,62
Rp. 686.000
91
Hakim 6 7
8 9
Pemutakhiran Website KYRI Pembanguna n Sistem Aplikasi Manajemen MoU Pembanguna n Sistem Aplikasi EIS Rencana Monitoring Evaluai Bidang IT Total
Belanja Jasa N Kegiatan o 1 Biaya Sewa Jaringan 1 (utama) 2 Biaya Sewa Jaringan 2 (backup) 3 Biaya Perawatan Jaringan Total
Jumlah Total
Rp. 118.382.000
Rp. 118.350.000
99,97
Rp. 32.000
Rp. 159.840.000
Rp. 158.955.000
99,45
Rp. 885.000
Rp. 144.480.000
Rp. 140.000.000
96,90 Rp. 4.480.000
Rp. 84.640.000
Rp. 84.500.000
99,83
Rp. 140.000
Rp. 1.397.332.000
Rp. 1.380.355.000
98,84
Rp. 16.977.000
Anggaran 2011
Realisasi 2011
%
Rp. 162.000.000
Rp. 162.000.000
100,0 0
Rp. 0
Rp. 162.000.000
Rp. 162.000.000
100,0 0
Rp. 0
Rp. 156.000.000
Rp. 150.000.000
96,15 Rp. 6.000.000
Rp. 480.000.000 Rp. 474.000.000
Rp. 1.877.332.000
Rp. 1.854.355.000
Sisa
98,72
Rp. 6.000.000
98,78
Rp. 22.977.000
92
Be elanja M Modal Axis Title
Rp200 0,000 Rp150 0,000 Rp100 0,000 Rp50 0,000 Anggaran 2011
Rp‐
Realisasi 20 011
Kegiatan
G Gambar 4.3 G Grafik Belanjaa Modal 2011
Axis Title
B Belanja JJasa Rp. 1 162,000 Rp. 1 160,000 Rp. 1 158,000 Rp. 1 156,000 Rp. 1 154,000 Rp. 1 152,000 Rp. 1 150,000 Rp. 1 148,000 Rp. 1 146,000 Rp. 1 144,000
Anggaran 2011 Realisasi 20 011
Biaya Sewa Jaringan 1 (utama)
Biaya Sewa Jaringan 2 (backup)
Biaya Perawataan Jaringan n
Kegiatan
Gambar 4.4 G Grafik Belanja Jasa 2011 Tabel 4.8 Belanja 2012 2
Belanja Mo odal N Kegiatan o
An nggaran 20112
Realissasi 2012
%
Sisa
93
1
2
3
4
5 6
Pembanguna Rp. 116.958.000 Rp. 115.966.000 n Sistem Aplikasi PPID Rp. 2.725.000 Rp. 2.632.000 Pembanguna n Aplikasi Jaringan, Dokumentasi dan Informasi Hukum Pengembang Rp. 212.171.000 Rp. 210.174.778 an dan Pemutakhiran Track Record Hakim Penyusunan Rp. 61.365.000 Rp. 54.565.200 Rencana, Monitoring, Evaluasi dan Laporan Bidang IT Rp. 71.689.000 Rp. 65.745.000 Pemutakhiran Website KYRI Rp. 89.220.000 Rp. 88.340.000 Pengolahan dan Kompilasi Data Rekam Jejak Hakim Total Rp. 554.128.000 Rp. 537.422.978
Belanja Jasa N Kegiatan o 1 Biaya Sewa Jaringan 1 (utama) 2 Biaya Sewa Jaringan 2 (backup) 3 Biaya Perawatan Jaringan 4 Biaya Pengamanan
99,15
Rp. 992.000
96,59
Rp. 93.000
99,06 Rp. 1.996.222
88,92 Rp. 6.799.800
91,71 Rp. 5.944.000 99,01
Rp. 880.000
95,74
Rp. 16.705.022
Anggaran 2012
Realisasi 2012
%
Sisa
Rp. 198.000.000
Rp. 198.000.000
100,0 0
Rp. 0
Rp. 198.000.000
Rp. 198.000.000
100,0 0
Rp. 0
Rp. 15.400.000
Rp. 15.400.000
100,0 0
Rp. 0
Rp. 78.000.000
Rp. 74.500.000
95,51 Rp. 3.500.000
94
Data daan Jaringaan Biaya VPS V Totall
Jumlah Total T
Rp. 30.000.0000 R Rp. 233.000.000 Rp p. 519.400.0000 Rp. 5088.900.000
R Rp. 1.073.528.0000
Rp. 1.0466.322.978
76,67 Rp.. 7.000.000 94,44 Rp. 1 10.500.000 95,09
Rp. 227.205.022
Be elanja M Modal Axis Title
5
Rp.. 250,000 Rp.. 200,000 Rp.. 150,000 Rp.. 100,000 Rp p. 50,000 Rp. 0 Anggaran 2012 Realisasi 20 012
Kegiatan
G Gambar 4.5 G Grafik Belanjaa Modal 2012
95
B Belanja JJasa
Axis Title
Rp. 200,000 Rp. 150,000 Rp. 100,000 Rp p. 50,000 Anggaran 2012
Rp. 0
Realisasi 20 012
Kegiatan
G Gambar 4.6 G Grafik Belanjaa Modal 2012
96
Tabel 4.9 Belanja 2013 (per februari 2013)
Belanja Modal N Kegiatan o 1 Pemutakhiran Aplikasi Manajemen Investigasi Hakim 2 Pemutakhiran Aplikasi Riset Putusan Hakim 3 Pengembanga n dan Pemutakhiran Aplikasi Track Record Hakim 4 Pemutakhiran Sistem Aplikasi Proses Seleksi Calon Hakim Agung 5 Penyusunan Rencana, Monitoring, Evaluasi dan Laporan Bidang IT 6 Pengembanga n Sistem Informasi Laporan Masyarakat 7 Pemutakhiran Data Rekam Jejak Hakim 8 Pengelolaan Website KY Total
Belanja Jasa N Kegiatan
%
Sisa
Rp. 126.800.000
Realisasi 2013 Rp. 0
0,00
Rp. 126.800.000
Rp. 129.210.000
Rp. 0
0,00
Rp. 129.210.000
Rp. 129.540.000
Rp. 0
0,00
Rp. 129.540.000
Rp. 129.960.000
Rp. 0
0,00
Rp. 129.960.000
Rp. 68.600.000
Rp. 0
0,00
Rp. 68.600.000
Rp. 128.540.000
Rp. 0
0,00
Rp. 128.540.000
Rp. 209.000.000
Rp. 0
0,00
Rp. 209.000.000
Rp. 121.670.000
Rp. 0
0,00
Rp. 121.670.000
Rp. 1.043.320.000
Rp. 0
0,00
Rp. 1.043.320.000
Anggaran 2013
Anggaran 2013
Realisasi
%
Sisa
97
o 1 2 3 4
5
20 013 Biaya Sewa S Jaringaan 1 (utama)) Biaya Sewa S Jaringaan 2 (backupp) Biaya Perawaatan Jaringaan Biaya manan Pengam Data daan Jaringaan Biaya VPS V Totall
Jumlah Total T
Rpp. 234.000.0000
Rp. 16.5500.000
77,05
Rp. 217.500.000
Rpp. 198.000.0000
Rp. 16.5500.000
88,33
Rp. 1881.500.000
Rpp. 129.540.0000
Rp. 13.0000.000
10,0 4
Rp. 116.540.000
Rpp. 129.960.0000
Rp. 0
00,00
Rp. 1229.960.000
R 68.600.0000 Rp.
Rp. 7.7750.000
Rp. 60.850.000 6
Rp p. 760.100.0000
Rp. 53.7750.000
11,3 0 77,34
R Rp. 1.803.420.0000
Rp. 53.7750.000
33,67
Rp. 7006.350.000
Rp. 1.7449.670.000
P Februarii 2013 Per
Be elanja M Modal Axis Title
Rp. 300,000 Rp. 200,000 Rp. 100,000 Rp. 0
Anggaran 2013 Realisasi 20 013
Kegiatan
Gambar 4.7 7 Grafik Belaanja Modal 20013 (per februuari 2013)
98
Axis Title
B Belanja JJasa Rp. 250,000 Rp. 200,000 Rp. 150,000 Rp. 100,000 Rp p. 50,000 Rp. 0
Anggaran 2013 Realisasi 20 013
Kegiatan
Gambar 4.8 4 Grafik Bellanja Jasa 201 13(per februaari 2013)
99
Merujuk pada data yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat 3 (tiga) tahun anggaran berbeda dengan jumlah total yang berbeda pula di tiap tahunnya. Pada tahun anggaran 2011 dan 2012 terjadi efisiensi sebesarRp. 638.632.022 ( Rp. 1.854.355.000 – Rp. 1.215.722.978 = Rp. 638.632.022 )dalam hal penggunaan anggaran. Hal ini dilakukan karena pembangunan aplikasi dan perbaikan infrastruktur TItelah di lakukan pada tahun 2011, kemudian pada tahun sesudahnya (maksimal 3 tahun) hanya melakukan pengembangan serta monitoring dari sistem dan infrastruktur yang dibangun. Pada Tahun 2013, jika dilihat berdasarkan anggaran yang diterima pada tahun tersebut berjumlah Rp. 1.803.420.000, anggaran pada tahun 2013 terjadi kenaikan Rp. 560.492.000dibandingkan anggaran pada tahun 2012, besaran ini sebanding dengan jumlah kegiatan yang bertambah sebanyak 2 (dua) kegiatan pada belanja modal, dan juga disesuaikan dengan arah dan tujuan masing-masing kegiatan yang ada.
4.4
Penyelarasan Strategi
Strategi yang dibangun dan atau dikembangkan oleh PALInfo sudah seharusnya berjalan selaras dengan visi dan misi Komisi Yudisial secara Lembaga. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah proses layanan yang di lakukan oleh Komisi Yudisial selaras dengan pembangunan dan pengembangan sistem informasi serta infrastruktur TI yang telah dilakukan dan atau akan dilakukan oleh PALInfo. Atas dasar hal tersebut
100
maka diperlukan analisa tugas pokok, fungsi, visi, misi dan perencanaan strategis dari Komisi Yudisial untuk pembuatan strategic intention agar tidak menyimpang dari bisnis prosesnya. Pelaksanaan investasi TI pada lembaga non-profit dapat diukur kedalam performance dari pelayanan yang diberikan.Sesuai dengan prinsip bottom line no.1 yang di keluarkan oleh benson 2004 p. 39. Bahwa dengan investasi TI organisasi atau lembaga tersebut akan lebih mudah untuk memperbaharui bisnis proses, mengurangi waktu yang terbuang dan mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dan meningkatkan kualitas dari pelayanan dan kepuasan pemangku kepentingan di Komisi Yudisial.
4.4.1 Strategic Intention
Berdasarkan hasil analisa visi dan misi Komisi Yudisial tahun 2010-2015 dan diselaraskan dengan tupoksi yang dimiliki PALInfo sebagai unit yang memiliki tugas dalam hal pengelolaan data dan layanan informasi bagi seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat pencari keadilan. Asumsi pembobotan nilai di peroleh dari pandanggan objektif PALInfo Komisi Yudisial yang didasarkan pada unit terkecil pada PALInfo yaitu Bidang Data dan Layanan Informasi dengan kebutuhan mendasar sesuai roadmap 2012. Pada pembahasan akan dibatasi dari sisi teknologi informasi dan sistem informasi yang terkait dengan tupoksi unit Bidang Data dan Layanan Informasi yang direpresentasikan oleh PALInfo.
101
Tabel 4.10 Strategic Intention (sumber : visi dan misi, renstra,dan roadmap KY)
Tujuan arahan No
Arahan strategis
strategis
(strategic intention)
(strategic intention goals)
Metrik arahan strategis (strategic intention metrics)
Bobot (weight)
Berkurangnya waktu yang
1
Standar pelayanan
dibutuhkan dalam proses
Penyempurnaan standar
masyarakat yang
pelayanan masyarakat,
pelayanan masyarakat
sistematis, efektif
dari yang sebelumnya 90
serta efisien
hari kerja menjadi 60 hari
45
kerja
2
Pemanfaatan
Percepatan penanganan
sistem informasi
laporan masyarakat, serta
Penguatan pelayanan
yang cepat dan
layanan informasi publik,
publik
akurat terkait
dari yang sebelumnya 14
penyediaan
hari kerja menjadi paling
informasi
lambat 7 hari kerja.
30
Kantor penghubung sebagai perpanjangan tangan KY yang berada di Jakarta, dari yang Kemudahan akses 3
Peningkatan pelayanan
oleh masyarakat
di daerah
guna mengajukan pelaporan
sebelumnya membutuhkan waktu 3 jam perjalanan menjadi 30 menit perjalanan (contoh : kantor penghubung di Surabaya, Makassar, Medan, Mataram, Samarinda dan Semarang)
25
102
Penjelasan : 1.
Penyempurnaan standar pelayanan masyarakat Standar pelayanan merupakan hal yang wajib dimiliki oleh lembaga yang bersifat pelayanan publik, karena tingkat efektif dan efisien dapat dilihat pada standar pelayanan yang ada.Hal tersebut sesuai dengan roadmap reformasi birokrasi Komisi Yudisial pada pilar 8 (peningkatan kualitas dan pelayanan publik).Merujuk pada penjelasan tersebut, poin nomor 1 diberikan bobot 45.
2.
Penguatan pelayanan publik Penguatan pelayanan publik ini berlaku dikalangan Komisi Yudisial sesuai dengan roadmap Komisi Yudisial yakni penerapan e-government dengan pembangunan dan pengembangan aplikasi serta TIK yang selaras dengan tata laksana dan juga peningkatan kualitas pelayanan publik Komisi Yudisial. Merujuk pada penjelasan tersebut, poin nomor 2 diberikan bobot 30.
3.
Peningkatan pelayanan di daerah Poin nomor 3 ini mendapat bobot 25, karena guna mendukung adanya standar pelayanan masyarakat dan penguatan pelayanan publik,maka Komisi Yudisial bermaksud mendirikan kantor penghubung yang fungsinya memudahkan masyrakat guna mengajukan pelaporan atas kejadian yang terjadi di daerahnya.
103
4.4.2 Demand and supply planning
Berdasarkan strategi intention yang dibuat maka langkah selanjutnya ialah membuatdemand and supply planning dari Bidang Data dan Layanan Informasi yang diwakilkan oleh PALInfo. Hal ini diperlukan guna mengetahui apa yang menjadi kebutuhan untuk mencapai strategic intention. Berikut adalah uraian dari demand and supply planning. 1. Demand and supply untuk arahan Penyempurnaan standar pelayanan masyarakat Tabel 4.11 Demand and supply penyempurnaan standar pelayanan masyarakat
Demand Konteks Bisnis Strategis
Rencana Strategis
Supply Rencana Strategis
Arahan Strategi
Penyempurnaan standar pelayanan masyarakat
Mengidentifikasi kelemahan dari standar pelayanan sebelumnya
Terciptanya standar pelayanan yang telah diperbaiki dari versi sebelumnya
Tujuan Strategi
Standar pelayanan masyrakat yang sistematis, efektif serta efisien
Merumuskan bersama pihak terkait mengenai standar pelayanan yang sistematis, efektif dan efisien
Melakukan sosialisasi internal mengenai adanya standar pelayanan yang baru
Membuat tim yang berfungsi menangani adanya penyempurnaan standar pelayanan masyrakat
Terciptanya standar pelayanan masyarakat yang mampu mengakomodir kebutuhan yang ada, serta didukung dengan kebijakan yang akan disampaikan melalui
Inisiatif Strategi
Melakukan studi literatur mengenai standar pelayanan yang sejenis
104
sebuah sosialisasi 2. Demand and supply untuk arahan Penguatan pelayanan publik Tabel 4.12 Demand and supply penguatan pelayanan publik
Demand Konteks Bisnis Strategis Rencana Strategis
Supply
Rencana Strategis Terciptanya Pengembangan dari pelayanan publik pelayanan publik yang handal dan yang sudah ada mampu maupun yang akan mengakomodir dibangun permintaan yang ada
Arahan Strategi
Penguatan pelayanan publik
Tujuan Strategi
Merumuskan peraturan yang Pemanfaatan sistem berkaitan tentang informasi yang cepat pemanfaatan sistem dan akurat terkait informasi dalam penyediaan informasi proses pelayanan publik
Melakukan sosialisasi internal mengenai adanya peraturan yang mengatur pemanfaatan sistem informasi
Membuat kebijakan atau menerbitkan ketetapan yang belaku bagi seluruh komponen yang terkait dengan pelayanan masyrakat
Terciptanya infrastruktur yang mampu mengakomodir kebutuhan yang ada, serta didukung dengan kebijakan yang akan disampaikan melalui sebuah sosialisasi
Inisiatif Strategi
Pembuatan IT masterplan dan kebijakan (policy) yang mendukung kegiatan tersebut
105
3. Demand and supply untuk arahan Peningkatan pelayanan di daerah Tabel 4.13 Demand and supply peningkatan pelayanan di daerah
Demand Konteks Bisnis Strategis
Rencana Strategis
Supply Rencana Strategis
Peningkatan Arahan pelayanan di Strategi daerah
Melakukan perencanaan dalam segi anggaran maupun penetapan daerah
Tersedianya kantor penghubung di daerah sebagai perpanjangan tangan KY di Jakarta
Kemudahan akses oleh Tujuan masyarakat guna Strategi mengajukan pelaporan
Melakukan pemeringkatan daerah yang memiliki pelaporan paling tinggi hingga paling rendah, serta menyusun regulasi sebagai payung hukum
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai adanya kantor penghubung di daerah mereka
Membuat tim yang berwenang menangani pembangunan penghubung di daerah
Terciptanya kantor penghubung di daerah yang mampu mengakomodirkebutuhan yang ada, serta didukung dengan kebijakan yang akan disampaikan melalui sebuah sosialisasi
Melakukan seleksi dan kajian Inisiatif teknis mengenai Strategi pembangunan penghubung di daerah
106
4.5
Sumber Daya Manusia
Setelah pada penjelasan sebelumnya dijabarkan mengenai aset, sistem informasi, keuangan dan strategi ada hal yang sangat penting dalam berjalannya sebuah sistem atau birokrasi pada sebuah Lembaga, yaitu sumber daya manusia (SDM).SIPLM sendiri tidak bisa lepas dari SDM yang ada pada internal KY, berikut ini akan ditampilkan mengenai komposisi SDM pada Biro Pengawasan Perilaku Hakim dari tahun 2010 hingga 2013 (per Februari). Tabel 4.14 Jumlah SDM berkaitan dengan SIPLM per 2010
No
Unit Kerja
1
Biro Pengawasan Hakim
Eselon Eselon Eselon II III IV 1
2
5
Staf
Jumlah
26
34
Tabel 4.15 Jumlah SDM berkaitan dengan SIPLM per 2011 (moratorium)
No
Unit Kerja
1
Biro Pengawasan Hakim
Eselon Eselon Eselon II III IV 1
2
6
Staf
Jumlah
32
41
Tabel 4.16 Jumlah SDM berkaitan dengan SIPLM per 2012 (moratorium)
No 1
Unit Kerja Biro Pengawasan Perilaku Hakim
Eselon Eselon Eselon II III IV 1
2
6
Staf
Jumlah
32
41
107
Tabel 4.17 Jumlah SDM berkaitan dengan SIPLM per Februari 2013
No
Unit Kerja
Eselon Eselon Eselon II III IV
Biro Pengawasan Perilaku Hakim
1
1
2
6
Staf
Jumlah
32
41
Keterangan : -
Eselon II Eselon III Eselon IV Staf Tahun
: Kepala Biro : Kepala Bagian : Kepala Sub Bidang : Pelaksana 2011
terjadi
kesepakatan
moratorium
(penundaan)
penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terkecuali tenaga kesehatan dan tenaga pendidikdi seluruh Kementerian dan Lembaga, baik itu pusat maupun daerah, moratorium ini berlaku hingga tahun 2012.Selanjutnya pada tahun 2012 terjadi perubahan struktur organisasi yang diatur pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2012 Tentang Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial.Pada peraturan tersebut terjadi perubahan struktur organisasi internal KY, hal ini berimbas pada nomenklatur (tata nama) Biro Pengawasan Hakim menjadi Biro Pengawasan Perilaku Hakim.Berdasarkan tabel yang dijelaskan, bisa ditarik kesimpulan bahwa SDM yang dibutuhkan masih mengalami kekurangan guna mendukung SIPLM yang efektif dan efisien.
108
4.6
Uji Hasil Kuesioner
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini, menggunakan kuesioner yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya.Untuk kuesioner efektifitas menggunakan kuesioner yang merujuk pada penelitian yang dilakukan (Rahardiyanti, 2009).Sedangkan pada kuesioner efisiensimerujuk pada penelitian yang telah dilakukan (Devanto, 2004). Didasarkan pada hal tersebut maka uji validitas dan uji realibilitas tidak dilakukan lagi pada penelitian ini, sehingga hasil yang ditampilkan akan berfokus pada uji hipotesis yang telah dijabarkan oleh peneliti di bab 3.
4.6.1 Regresi dan Anova
Hasil dari pengujian regresi untuk efektifitas ditampilkan dalam bentuk tabel, yakni : Tabel 4.18 Koefiesien (1) Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error 9,356
6,013
Total_A
,153
,186
Total_B
-,129
Total_C Total_D a. Dependent Variable: Total_E
Beta 1,556
,130
,148
,820
,419
,215
-,108
-,601
,552
,548
,253
,378
2,162
,039
-,135
,171
-,139
-,790
,436
109
Data yang dapat disajikan oleh tabel tersebut, menggambarkan ada 4 (empat) variabel independenyang dimasukan ke dalam regresi, dengan dependen variabel adalah Total_E (efektifitas SIPLM). Namun
berdasarkan
hasil
perhitungan
regresi
yang
menggunakan perangkat lunak SPSS, makamenghasilkan : •
Variabel “Kualitas SIPLM” yang disimbolkan dengan Total_A mempunyai signifikan probabilitas sebesar 0,419, dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi standar yaitu 5% atau 0,05. Sehingga variabel tersebut dapat dihilangkan.
•
Variabel “Kualitas Informasi” yang disimbolkan dengan Total_B mempunyai signifikan probabilitas sebesar 0,552, dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi standar yaitu 5% atau 0,05. Sehingga variabel tersebut dapat dihilangkan.
•
Variabel “Kemudahan Penggunaan” yang disimbolkan dengan Total_D mempunyai signifikansi probabilitas sebesar 0,436, dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi standar yaitu 5% atau 0,05. Sehingga variabel tesebut dapat dihilangkan. Persamaan regresi yang didapat dari hasil penelitian untuk efektifitas adalah : Yefektifitas = 0,9356 + 0,039
110
Tabel 4.19 Model Summary (1) b
Model Summary Model
R
1
,386
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,149
,036
2,395
a. Predictors: (Constant), Total_D, Total_C, Total_B, Total_A b. Dependent Variable: Total_E
Dari tabel diatas diketahui bahwa dengan adjusted R square sebesar 0,036 yang memiliki arti bahwa variabel kegunaan SIPLM memberikan kontribusi 3,6% kepada efektifitas SIPLM. Selanjutnya, hasil dari pengujian regresi untuk efisiensi ditampilkan dalam bentuk tabel, yakni :
Tabel 4.20 Koefisien (2) Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error
Beta
19,711
2,920
6,751 ,000
Total_F
-,469
,189
-,421
-2,475 ,019
Total_G
,156
,159
,167
,981 ,334
a. Dependent Variable: Total_H
Data
yang
dapat
disajikan
oleh
tabel
tersebut,
menggambarkan ada 2 (dua) variabel independen yang dimasukan ke dalam regresi, dengan dependen variabel adalah Total_H (efisiensi SIPLM). Namun
berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan SPSS software, maka menghasilkan :
regresi
yang
111
•
Variabel
“Biaya”
yang
disimbolkan
dengan
Total_G
mempunyai signifikan probabilitas sebesar 0,334, dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi standar yaitu 5% atau 0,05. Sehingga variabel tersebut dapat dihilangkan. Persamaan regresi yang didapat dari hasil penelitian untuk efektifitas adalah : Yefisiensi = 19,711 + 0,019 Tabel 4.21Model Summary (2) Model Summaryb Model
1
R
,402
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,162
,109
1,877
a. Predictors: (Constant), Total_G, Total_F b. Dependent Variable: Total_H
Dari tabel diatas diketahui bahwa dengan adjusted R square sebesar 0,109 yang memiliki arti bahwa variabel waktu memberikan kontribusi 10,9% kepada efisiensi SIPLM.
4.7
Pengujian Hipotesis
Merujuk pada data yang telah berhasil diperoleh peneliti dari responden,maka dilakukan perhitungan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, yakni :
112
Hipotesa 1 Tabel 4.22 ANOVA (1) a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
F
,738
1
,738
Residual
201,548
33
6,108
Total
202,286
34
Sig. ,121
,730b
t
Sig.
a. Dependent Variable: Total_E b. Predictors: (Constant), Total_A
Tabel 4.23 Koefisien (3) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B (Constant)
Std. Error
16,951
2,642
,062
,179
Beta 6,416
,000
,348
,730
1 Total_A
,060
a. Dependent Variable: Total_E
1. H0 :β1 = 0 H1 :β1 ≠ 0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efektif (Y1) terhadap variabel kualitas SIPLM (X11) diketahui P Value = 0,730 >α (0,05), menandakan
bahwa
H0
berdasarkan
perhitungan
diterima yang
dan
telah
H1 ditolak.Selanjutnya,
dilakukan
dengan
SPSS
didapatkan nilai dari t hitung sebesar 0,348, ini menunjukkan bahwa nilai t hitung jauh lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar 2,036.Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.
113
Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji keberartian koefisien regresi, antara variabel kualitas SIPLM (Total_A) dengan variabel efektifitas SIPLM (Total_E) tidak memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, kualitas SIPLM tidak berpengaruh terhadap efektifitas proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efektifitas SIPLM. Hipotesa 2
Tabel 4.24 ANOVA (2) a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
,000
1
,000
Residual
202,286
33
6,130
Total
202,286
34
F
Sig. ,000
,996b
t
Sig.
a. Dependent Variable: Total_E b. Predictors: (Constant), Total_B
Tabel 4.25 Koefisien (4) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B (Constant)
Std. Error
17,872
3,150
-,001
,209
Beta 5,674
,000
-,005
,996
1 Total_B a. Dependent Variable: Total_E
-,001
114
2. H0 :β 1 = 0 H1 :β 1 ≠0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efektif (Y1) terhadap variabel kualitas informasi (X12) diketahui P Value = 0,996> α (0,05), menandakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Selanjutnya, berdasarkan
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dengan
SPSS
didapatkan nilai dari t hitung sebesar -0,005, ini menunjukkan bahwa nilai t hitung jauh lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar 2,036. Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji keberartian koefisien regresi, antara variabel kualitas informasi (Total_B) dengan variabel efektifitas SIPLM (Total_E) tidak memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap efektifitas proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efektifitas SIPLM. Hipotesa 3
Tabel 4.26 ANOVA (3) a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
22,915
1
22,915
Residual
179,371
33
5,435
Total
202,286
34
a. Dependent Variable: Total_E b. Predictors: (Constant), Total_C
F 4,216
Sig. ,048b
115
Tabel 4.27 Koefisien (5) Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error 8,399
4,623
,488
,237
Beta 1,817
,078
2,053
,048
1 Total_C
,337
a. Dependent Variable: Total_E
3. H0 :β 1 = 0 H1 :β 1 ≠ 0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efektif (Y1) terhadap variabel kegunaanSIPLM (X13) diketahui P Value = 0,048< α (0,05), menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Selanjutnya, berdasarkan
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dengan
SPSS
didapatkan nilai dari t hitung sebesar 2,053, ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar daripada t tabel yaitu sebesar 2,036.Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji keberartian
koefisien
regresi,
antara variabel kegunaanSIPLM
(Total_C) dengan variabel efektifitas SIPLM (Total_E) memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, kegunaan SIPLM berpengaruh terhadap efektifitas proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efektifitas SIPLM.
116
Hipotesa 4 Tabel 4.28 ANOVA(4) a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
1,739
1
1,739
Residual
200,547
33
6,077
Total
202,286
34
F
Sig. ,286
,596
t
Sig.
b
a. Dependent Variable: Total_E b. Predictors: (Constant), Total_D
Tabel 4.29 Koefisien (6) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B (Constant)
Std. Error
19,475
3,053
-,090
,169
Beta 6,379
,000
-,535
,596
1 Total_D
-,093
a. Dependent Variable: Total_E
4. H0 :β 1 = 0 H1 :β 1 ≠ 0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efektif (Y1) terhadap variabel kemudahan penggunaan SIPLM(X14) diketahui P Value = 0,596>α (0,05), menandakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan SPSS didapatkan nilai dari t hitung sebesar -0,535, ini menunjukkan bahwa nilai t hitung jauh lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar 2,036. Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji
117
keberartian koefisien regresi, antara variabel kemudahan penggunaan SIPLM(Total_D) dengan variabel efektifitas SIPLM (Total_E) tidak memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, kemudahan penggunaan SIPLMtidak berpengaruh terhadap efektifitas proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efektifitas SIPLM. Hipotesa 5 Tabel 4.30 ANOVA (5) ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
18,386
1
18,386
Residual
116,185
33
3,521
Total
134,571
34
F
Sig.
5,222
,029
b
a. Dependent Variable: Total_H b. Predictors: (Constant), Total_F
Tabel 4.31 Koefisien (7) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
21,150
2,524
-,411
,180
Beta 8,381
,000
-2,285
,029
1 Total_F
-,370
a. Dependent Variable: Total_H
5. H0 :β 1 = 0 H1 :β 1 ≠ 0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efisien (Y2) terhadap variabel waktu (X21) diketahui P Value = 0,029< α (0,05), menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Selanjutnya,
118
berdasarkan
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dengan
SPSS
didapatkan nilai dari P Value = 0,029 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa nilai P Valuelebih kecil daripada nilai signifikansi standar 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji keberartian koefisien regresi, antara variabel waktu (Total_F) dengan variabel efisiensi SIPLM (Total_H) memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, waktu yang dihasilkan oleh penggunaan SIPLM berpengaruh terhadap efisien proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efisiensi SIPLM. Hipotesa 6 Tabel 4.32 ANOVA (6) ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
,182
1
,182
Residual
134,389
33
4,072
Total
134,571
34
F
Sig. ,045
,834
t
Sig.
b
a. Dependent Variable: Total_H b. Predictors: (Constant), Total_G
Tabel 4.33 Koefisien (8) Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized Coefficients
B (Constant)
Std. Error
14,936
2,356
,034
,163
Beta 6,339
,000
,211
,834
1 Total_G a. Dependent Variable: Total_H
,037
119
6. H0 :β 1 = 0 H1 :β 1 ≠ 0 Dari uji koefisien regresi SIPLM yang efisien (Y2) terhadap variabel biaya (X22) diketahui P Value = 0,834 > α (0,05), menandakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Selanjutnya, berdasarkan
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dengan
SPSS
didapatkan nilai dari t hitung sebesar 0,211, ini menunjukkan bahwa nilai t hitung jauh lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar 2,036.Hal ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan penjabaran serta perhitungan tersebut baik itu uji keberartian persamaan regresi dengan uji ANOVA maupun uji keberartian koefisien regresi, antara variabel biaya (Total_G) dengan variabel efisiensi SIPLM (Total_H) tidak memliki keterhubungan satu sama lain. Untuk itu, pada tingkat koefisien α =0,05, faktor biaya tidak berpengaruh terhadap efisinsi proses layanan KYRI yang pada kuesioner disimbolkan dengan efisiensi SIPLM.
4.8
Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 4.34 Pembahasan Hasil
Hipotesis Dampak Kualitas Penerap SIPLM an SIPLM
Uj i
Sig
Α
H0
T
0,73 0
0,0 5
Teri ma Ho
H1
Hasil
Tolak Kualitas SIPLM tidak H1 berpengaruh signifikan terhadap efektifitas proses layanan KY
120
4.9
Kualitas Informasi
T
0,99 6
0,0 5
Teri ma Ho
Kegunaa n SIPLM
T
0,04 8
0,0 5
Tolak Ho
Kemudah an Pengguna an SIPLM
T
0,59 6
0,0 5
Teri ma Ho
Waktu
T
0,02 9
0,0 5
Tolak Ho
Biaya
T
0,83 4
0,0 5
Teri ma Ho
Tolak Kualitas informasi tidak H1 berpengaruh signifikan terhadap efektifitas proses layanan KY Teri ma H1
Kegunaan SIPLMberpengaruhsign ifikan terhadap efektifitas proses layanan KY
Tolak Kemudahan H1 penggunaan SIPLM tidak berpengaruh signifikan terhadap efektifitas proses layanan KY Teri ma H1
Kecepatan dan ketepatan waktuSIPLM berpengaruh signifikan terhadap efisiensiproses layanan KY
Tolak Pengeluaran biaya operasional yang H1 dihasilkan selama penerapan SIPLM tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensiproses layanan KY
Rekomendasi Proses Layanan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini memberikan sebuah rekomendasi proseslayanan baik itu bagi penanganan laporan masyarakat maupun sistem informasi penanganan laporan masyarakat itu sendiri. Adapun proses layanan yang dimaksud ialah :
121
122
Gambar 4.9 Rekomendasi Proses Layanan Laporan Penanganan Masyarakat
123
Gambar 4.10 Rekomendasi Proses Layanan Laporan Penanganan Masyarakat (Lanjutan)