BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA
4.1 Kondisi Pelanggan Di PT PLN (Persero) Area Cikupa Cikupa adalah kawasan yang berkembang pesat, terutama di sektor industri. Konsumsi tenaga listrik di Area Cikupa rata – rata mencapai 1,122,789,655 kWh per bulannya. Area Cikupa telah memiliki 1.832 pelanggan besar (industri dan bisnis) yang telah menggunakan AMR. Pelanggan tersebut terdiri dari Pelanggan Tegangan Tinggi sejumlah 2 pelanggan, Pelanggan Tegangan Menengah sebanyak 572 pelanggan, sisanya Pelanggan Tegangan Rendah sebanyak 1.258 pelanggan. Pemakaian tenaga listrik terbesar untuk Area Cikupa didominasi oleh pelanggan TM, yaitu sebesar
861,573,878.00 kWh atau sekitar
pemaikaian tenaga listrik Area Cikupa.
40
76.73%.
Dari
41
Tabel 4.1 Pendapatan kWh Area Cikupa Bulan Mei 2016 NO DAYA 1 2
TR TM TOTAL
RUPIAH PENJUALAN 254,504,082,975 928,300,881,501 1,182,804,964,476
JUMLAH KWH 261,215,777 861,573,878 1,122,789,655
JUMLAH PELANGGAN 329,987 572 330,559
Konsumsi tenaga listrik yang sangat besar tersebut menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh PT PLN (Persero) Area Cikupa, karena kesalahan pada titik transaksi mengakibatkan susut energi semakin besar. Penyimpangan dalam pemakaian energi listrik baik itu disengaja oleh pihak pelanggan sendiri maupun kesalahan pada intern PLN juga tidak dapat dipungkiri, dengan pemasangan AMR, kelainan pengukuran energi listrik akan cepat terdeteksi. Dengan AMR, pemantauan energi listrik di sisi pelanggan dapat di kontrol melalui data instantaneous, load profile dan DLPD pada sistem AMR, sehingga keakuratan transaksi energi akan terjaga khususnya pelanggan TR daya diatas 33 kVA, Pelanggan TM daya diatas 200 kVA dan pelanggan TT. Adapun gain kWh pelanggan Area Cikupa sebagai berikut: Tabel 4.2 Gain kWh Penggantian Meter
42
4.2 Konfigurasi AMR PT PLN (Persero) Area Cikupa Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini menerapkan meter elektronik yang dapat melakukan pembacaan dan perekaman data listrik secara otomatis untuk para pelanggan listrik skala industri khususnya Area Cikupa menggunakan sistem Automatic Meter Reaing (AMR). Sistem ini dapat memantau jumlah pemakaian daya listrik oleh pelanggan skala industri dan dapat mengontrol langsung segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas meter elektronik dari kantor PLN khusunya bagian Alat Pengukur dan Pembatas (APP) tanpa ada petugas pembaca meter. Dengan demikian keakuratan data pemakaian listrik oleh pelanggan bisa terjamin. Adapun konfigurasi control center Area Cikupa sebagai berikut:
Gambar 4.1 Konfigurasi Control Center Area Cikupa
43
4.3 Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) Upaya Menekan Susut Energi di Area Cikupa 4.3.1 Ketentuan Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Langkah-langkah / ketentuan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam pemasangan meter elektronik dan modem sebagai sarana komunikasi sistim AMR sebagai berikut: 1. Meter elektronik dipasang pada pelanggan dengan daya kontrak 33 kVA – 29.5 MVA, dengan tarif ; B2, I2, P2, R3, S2,I3, B3. 2. Meter elektronik diprogram oleh Supervisor pasang di kantor PLN Area Cikupa sesuai dengan wewenang security levelnya dengan menggunakan software masing-masing meter. 3. Security level ditetapkan melalui password sesuai dengan tingkatannya yang disetujui oleh Manager Bidang Distribusi. 4. Jadwal pemasangan meter elektronik dipelanggan dilakukan melalui koordinasi dengan supervisor penyambungan. 5. Sebelum melaksanakan pemasangan/penggantian dengan meter elektronik di pelanggan, petugas pasang harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa instalasi meter kWh / eksisting terpasang tidak bermasalah
atau
terdapat
indikasi
pelanggaran
/
P2TL,
menuangkannya dalam Berita Acara Pemeriksaan (BA P2TL).
dan
44
6. Dalam hal ditemukan indikasi pelanggaran, petugas pasang dari AP menyelesaikannya sesuai prosedur P2TL dan pemasangan meter elektronik dapat ditangguhkan. 7. Pelaksanaan pemasangan/penggantian dengan kWh meter elektronik di pelanggan harus dibuatkan Berita Acara Penggantian (BA Pengantian kWh meter) dan disertai pelaksanaan Comissioning untuk memastikan bahwa meter yang telah terpasang berfungsi sebagai pengukuran dengan benar. 8. Comissioning hasil pemasangan kWh meter elektronik dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang ditandatangani oleh petugas dari PT PLN (Persero) Area Cikupa, pihak pelanggan yang selanjutnya di distribusikan kepada pelanggan, bidang konstruksi Area Cikupa, dan bidang transaksi energi. 9. Penyegelan terhadap instalasi meter berikut kelengkapannya dan kotak / Box APP dipelanggan dengan daya kontrak 33 kVA sampai daya diatas 200 KVA disegel dengan segel pelaksana / pengawas dari AP (Area Pelayanan). 10. Pemasangan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi oleh Tim Pasang, dan sedapat mungkin dilaksanakan bersamaan dengan pemasangan meter elektronik dengan memanfaatkan sumber tegangan dari existing power sebagai power Modem GSM nya.
45
11. Untuk meter elektronik yang sudah terpasang dengan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi pengiriman data agar dicoba di remote dari ruang kontrol AMR untuk memastikan bahwa sarana komunikasi yang tersambung pada meter elektronik diatas sudah berfungsi sebagaimana mestinya. 12. Meter elektronik yang sudah tersambung dengan sarana komunikasi dan dapat di remote dari ruang kontrol , password manager dapat dirubah sesuai kebutuhan dan dilaksanajkan oleh manager yang bersangkutan. 4.3.2 Surat Tugas Dalam hal pemasangan/penggantian kWh meter elektronik dari
petugas
Area Pelayanan (AP) untuk malaksanakan tugas tersebut harus
dilengkapi surat tugas. Contoh surat tugas seperti pada lampiran 1 4.3.3 Berita Acara (BA) Dalam setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan seharusnya atas dasar perintah kerja atau surat tugas dan apabila pekerjaan tersebut telah selesai dilaksanakan maka sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakannya harus dibuatkan Berita Acara (BA). Berita acara tersebut ditanda tangani bersama oleh petuas lapangan dari PLN Area Cikupa dan pihak pelanggan atau yang mewakilinya. Selanjutnya berita acara tersebut didistribusikan / dibagikan kepada Pelanggan dan Area Pelayanan (AP) untuk diarsipkan.
46
Adapun Berita acara yang dibuat dalam pekerjaan pemasangan / penggantian dengan kWh meter elektronik yaitu : 1.
Berita acara (BA) Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan untuk sistim pengukuran tidak langsung (Lampiran 2.1 s/d 2.6) dan dibuat dalam 4 rangkap.
2.
Berita acara ini dibuat jika didapatkan adanya pelanggaran / pemakaian tenaga listrik secara tidak syah / ilegal) dan peralatan / alat temuan P2TL tersebut dikemas/bungkus dan disegel dan kemasan barang temuan tersebut ditanda tangani bersama antara petugas PLN dan Pelanggan atau yang mewakilinya untuk dibawa ke kantor PLN sebagai barang bukti.
3.
Berita acara Pemasangan / Penggantian APP dan Penyegelan (Lampiran 3)
4.3.4 Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR)
47
Tabel 4.3 Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) NO 1.
ITEM Dasar Pemasangan kWh AMR 1. Bidang Niaga mencetak PK
2.
1. PK diserahkan ke Bidang Konstruksi 2. Bidang Konstrusi menyerahkan PK ke Bidang TE (AMR) untuk melaksanakan pemasangan AMR
3.
Bidang TE (AMR) menerima PK dari Bidang Konstruksi 1. Bidang TE (AMR) meminta material kWh AMR dan modem satu set ke Bidang KSA
4.
Bidang TE menerima material dari Bidang KSA (Logistik) 1. Melakukan parameterisasi kWh AMR 2. Dikalibrasi dan segel TERA (APP)
5.
Tim AMR melakukan pemasangan AMR 1. kWh meter AMR dipasang 2. Didaftarkan ke Server untuk mengetahui hasil komisioning 3. Pelanggan menandatangani Berita Acara Pemasangan kWh AMR
6.
Berita Acara peamsangan AMR diserahkan ke Bidang Konstruksi untuk di remajakan.
7.
Hasil pemasangan kWh AMR di input untuk diarsip.
48
4.3.5 Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Sesuai prosedur pemasangan yang telah dikemukakan diatas maka sebelum dilakukan pemasangan / penggantian dengan meter elektronik terlebih dahulu dilakukan proses Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap pengawatan / pengukuran sebelumnya.
Gambar 4.2 Pemasangan Meter Elektronik
4.3.6 Pantauan Pemakaian Energi Listrik Melalui Sistem Automatic Meter Reading (AMR) Upaya Menekan Susut Energi Pengukuran energi listrik dengan menggunakan sistem AMR dapat mendeteksi secara cepat kelinan pengukuran yang dapat menyebabkan tidak terukurnya pemakaian energi suatu pelanggan secara akurat. Kelainan pengukuran tersebut dapat dilihat dalam pemantauan
instantaneous pada
49
sistem AMR, sealain itu kondisi tersbut juga terekam dalam load profile suatu pelanggan, sehingga dapat memberikan informasi mengenai pemakaian energi pelanggan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan terhadap konsumen karena setiap deteksi kelainan pengukuran dapat diketahui secara cepat, sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan. Pendeteksian berupa rekaman data meter elektronik ini dapat dijadikan barang bukti apabila kelainan tersebut dilakukan secara sengaja oleh pelanggan. Sehingga pendeteksian ini dapat menekan susut distribusi. Kelainan pengukuran energi listrik dapat terjadi antara lain hilangnya tegangan satu fasa atau hilangnya arus satu fasa. 4.3.7 Susut Akibat Meter Stop Sistem AMR dapat mendeteksi meter stop dari sebuah instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya AMR dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kWh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang meter AMR stop tidak mengukur pemakaian pelanggann selama 37 hari.
50
Selama 37 hari, meter stop
Tabael 4.4 Data Load Profile Selama Meter Stop PT Tasindo Tassa Ind
51
Tabael 4.5 Data Instantaneous PT Tasindo Tassa Ind Saat Keadaan Meter Rusak
Beban tidak terukur
Stand kWh tetap tidak berubah
52
Tabael 4.6 Data Instantaneous PT Tassindo Tassa Ind Setelah Diganti Meter
Beban sudah terukur
Meter diganti, stand mulai dari 0.
53
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Tasindo Tassa Ind, meter AMR stop tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang mengalami meter AMR stop adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan
: PT Tasindo Tassa Ind
ID Pelanggan
: 546102314783
Merk Meter lama
: Actaris
Merk Meter baru
: Edmi
CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Dari tabel 4.6 adalah keadaan PT Tasindo Tassa Ind setelah diganti meter AMR, dapat dilhat bahwa pemakaian energi listrik sudah terukur dan stand kWh sudah terukur juga . Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing – masing phasa dengan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1)
Energi ketika keadaan setelah diperbaiki Dari tabel dapat diketahui bahwa : ER : 225.673
IR: 0.342
ES : 225.431
IS : 0.929
ET : 224.479
IT : 0.97
Power Faktor ( cos φ ) : 0.874 Daya yang dipakai konsumen
54
Untuk Fasa R PR
= ER x IR x cos φ = 225.673 x 0.342 x 0.874 = 67.45 Watt = 0.06745 kW
Untuk Fasa S PS
= ES x IS x cos φ = 225.431 x 0.929 x 0.874 = 183.03 Watt = 0.18303 kW
Untuk Fasa T PT
= ET x IT x cos φ = 224.479 x 0.97 x 0.874 = 190.30 Watt = 0.1903 kW
Jadi total daya aktif dalam keadaan normal adalah Ptotal = PR + PS + PT = 0.06745 kW + 0.18303 kW + 0.1903 kW = 0.44078 kW Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga Ptotal = 0.44078 kW x 60 = 26.4468 kW
55
Ptotal selama 37 hari
= 26.4468 kW x 888 jam = 23.484,7584 kWh
Tabel 4.7 Tarif Dasar Listrik Bulan Januari 2016
56
Jika diasumsikan pemakaian kWh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 – 22:00) = 0.17 x 23.484,7584 kWh x Rp 1.409,16 = Rp 5.625.942,965 LWBP (pukul 22:00 – 18:00) = 0.83 x 23.484,7584 kWh x Rp 1.409,16 = Rp 27.467.839,18 Kerugian total = Rp 5.625.942,965 + Rp 27.467.839,18 = Rp 33.093.782,14 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama meter AMR stop sebesar Rp 33.093.782,14. Dari hasil analisa dan perhitungan pada kasus meter stop (kasus PT Tassindo Tassa Ind) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 50% atau ½ dari energi seharusnya. Energi yang tidak terukur akibat meter stop sebesar 23.484,7584 kWh setara dengan Rp 33.093.782,14. 4.3.8
Susut Akibat Kesalahan Pengawatan Sistem AMR juga dapat mendeteksi kesalahan pengawatan yang
mengakibatkan
pengukuran energi listrik tidak akurat. Hal ini dapat
mengakibatkan kerugian di pihak PLN dan dapat menyebabkan losses distribusi karena pemakaian konsumen tidak terukur seluruhnya. Di bawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang mengalami kesalahan pengawatan pada arus.
57
Tabel 4.8 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Terjadi Kesalahan Pengawatan Arus
Arus R, S dan T tertukar
58
Identitas pelanggan yang mengalami kelainan adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Intec Engginer ID Pelanggan
: 546103488530
Merk Meter
: Landys & GYR
CT : 15/5 PT : 20000/100 sehingga faktor kali meter : 600 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing – masing phasa pada saat kesalahan pengawatan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1)
Energi yang terukur ketika terjadi kesalahan pengawatan antara arus R, arus S dan arus T. Dari tabel dapat diketahui bahwa : ER : 56.42
IR: 0.92
ES : 56.72
IS : 0.85
<S: 352.00
ET : 56.69
IT : 0.86
Power Faktor ( cos φ ) : 42949672.32 Daya yang dipakai konsumen
Untuk Fasa R PR
= ER x IR x cos φ = 56.42 x 0.92 x cos 231º = 56.42 x 0.92 x -0.63 = -32.7 Watt = -0.0327 kW
59
Untuk Fasa S PS
= ES x IS x cos φ = 56.72 x 0.85 x cos 352º = 56.72 x 0.85 x 0.99 = 47.729 Watt = 0.047729 kW
Untuk Fasa T PT
= ET x IT x cos φ = 56.69 x 0.86 x 108º = 56.69 x 0.86 x -0.30 = -14.626 Watt = -0.014626 kW
Jadi total daya aktif pada saat kesalahan pengawatan arus yang tampil pada kWh meter adalah P terukur = P total Ptotal = PR + PS + PT = -0.0327 kW + 0.047729 kW + (-0.014626 kW) = 0.000403 kW Pelanggan memiliki faktor kali meter : 600 kali
sehingga
P terukur = 0.000403 kW x 600 = 0.2418 kW Nilai daya aktif yang terukur sebesar 0.2418 kW, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 115 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan:
60
kWh tidak terukur saat kesalahan pengawatan = 0.2418 kW x 2760 jam = 667.368 kWh
Energi ketika keadaan normal.
Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya ditagihkan ke pelanggan,
yaitu
pemakaian
energi
setelah
dilakukan
perbaikan
pengawatan. Tabel 4.9 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Keadaan Normal
Arus dan Tegangan sudah sefasa
61
Tabel 4.9 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah pengawatan arusnya diperbaiki, dapat dilihat pada gambar phasornya bahwa arus R dan tegangan tegangan R sudah sefasa, arus S dan tegangan tegangan S sudah sefasa, begitupun arus T dan tegangan T juga sudah sefasa. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing – masing phasa setelah diperbaiki menggunakan rumus daya (persamaan 2.1)
Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : ER : 57.99
IR: 0.62
ES : 58.40
IS : 0.67
ET : 58.33
IT : 0.59
Power Faktor ( cos φ ) : 0.67 Daya yang dipakai konsumen
Untuk Fasa R PR
= ER x IR x cos φ = 57.99 x 0.62 x 0.67 = 24.08 Watt = 0.02408 kW
Untuk Fasa S PS
= ES x IS x cos φ = 58.40 x 0.67 x 0.67 = 26.21 Watt
62
= 0.02621 kW
Untuk Fasa T PT
= ET x IT x cos φ = 58.33 x 0.59 x 0.67 = 23.05 Watt = 0.02305 kW
Jadi total daya aktif setelah pengawatan arus diperbaiki adalah Ptotal = PR + PS + PT = 0.02408 kW + 0.02621 kW + 0.02305 kW = 0.07334 kW Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT - PT) : 600 kali Sehingga Ptotal = 0.07334 kW x 600 = 44.004 kW Ptotal selama 115 hari = 44.004 kW x 2760 jam = 121.451,04 kWh Jadi perbandingan kondisi normal dan pada saat terjadi kesalahan pengawatan arus terdapat selisih sebesar : Selisih kWh = kWh normal – kWh saat tegangan satu fasa hilang = 121.451,04 kWh – 667,368 kWh = 120.783,672 kWh Persentase kWh tidak terukur =
121.451,04) x 100%
= 99.45% (Meter berhenti) Selisih kWh tersebut merupakan total kWh yang tidak terukur selama terjadi kesalahan wiring. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan
63
menimbulkan susut energi yang sangat besar. Perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.10 Tarif Dasar Listrik Bulan Maret 2016
64
Jika diasumsikan pemakaian kWh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 – 22:00) = 0.17 x 120.783,672 kWh x Rp 968,65 = Rp 19.889.507,66 LWBP (pukul 22:00 – 18:00) = 0.83 x 120.783,672 kWh x Rp 968,65 = Rp 97.107.596,22 Kerugian total = Rp 19.889.507,66 + Rp 97.107.596,22 = Rp 116.997.103,9 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama kesalahan wiring sebesar Rp 116.997.103,9. Pada kasus kesalahan pengawatan yaitu tertukarnya arus fasa R, S dan T (kasus PT Intec Engineer) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 99.45% atau dianggap meter berhenti tidak mengukur. Energi yang hilang akibat tertukarnya arus fasa R, S dan T yaitu 120.783,672 kWh setara dengan Rp 116.997.103,9.
4.3.9
Susut Akibat Arus Tidak Terukur Sistem AMR dapat mendeteksi arus yang tidak terukur dari sebuah
instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya arus dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kWh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Hal ini bisa terjadi dikarenakan CT nya rusak. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang arusnya tidak terukur selama 111 hari.
65
Hilang
S dan T
Arus Phasa
Tabel 4.11 Data Load Profile Arus Hilang PT Harmatex Perdana
66
Tabael 4.12 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Saat Arus Hilang
Arus Phasa S dan T tidank terukur
67
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Harmatex Perdana, arus pada phasa S dan T hilang tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang arusnya tidak terukur adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan
: PT Harmatex Perdana
ID Pelanggan
: 546102237599
Merk Meter
: Wasion
CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing – masing phasa pada saat CT rusak menggunakan rumus daya (persamaan 2.1)
Energi yang terukur ketika arus phasa S dan T tidak terukur. Dari tabel dapat diketahui bahwa : ER : 227.00
IR: 3.316
ES : 229.139
IS : 0.00
<S: 118.608
ET : 230.608
IT : 0.00
Power Faktor ( cos φ ) : 0.973 Daya yang dipakai konsumen
Untuk Fasa R PR
= ER x IR x cos φ = 227.00 x 3.316 x cos 11.86º = 227.00 x 3.316 x 0.978
68
= 734.83 Watt = 0.73483 kW
Untuk Fasa S PS
= ES x IS x cos φ = 229.139x 0.00 x cos 118.608º = 0 Watt
Untuk Fasa T PT
= ET x IT x cos φ = 230.608 x 0.00 x cos 240.349 º = 0 Watt
Jadi total daya aktif pada saat arus terukur yang tampil pada kWh meter adalah P terukur = P total Ptotal = PR + PS + PT = 0.73483 kW + 0 kW + 0 kW = 0.73483 kW Pelanggan memiliki faktor kali meter : 60 kali sehingga P terukur = 0.73483 kW x 60 = 44.0898 kW Nilai daya aktif yang terukur sebesar 44.0898 kW, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 111 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan: kWh terukur saat arus tidak terukur = 44.0898 kW x 2664 jam = 117.455,2272 kWh
69
Energi ketika keadaan normal. Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya
ditagihkan ke pelanggan, yaitu pemakaian energi setelah dilakukan penggantian CT. Tabel 4.13 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Setelah Diganti CT
Arus Phasa S dan T sudah normal
70
Tabel 4.13 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah penggantian CT, dapat dilihat pada kolom arus phasa S dan T sudah terukur. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing – masing phasa setelah CT diganti menggunakan rumus daya (persamaan 2.1)
Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : ER : 226.986
IR: 3.01
ES : 229.474
IS : 2.207
ET : 229.247
IT : 2.427
Power Faktor ( cos φ ) : 0.995 Daya yang dipakai konsumen
Untuk Fasa R PR
= ER x IR x cos φ = 226.986 x 3.01 x 0.995 = 679.81 Watt = 0.67981 kW
Untuk Fasa S PS
= ES x IS x cos φ = 229.474 x 2.207 x 0.995 = 503.91 Watt = 0.50391 Kw
71
Untuk Fasa T PT
= ET x IT x cos φ = 229.247 x 2.427 x 0.995 = 553.60 Watt = 0.55360 kW
Jadi total daya aktif setelah penggantian CT adalah Ptotal
= PR + PS + PT = 0.67981 kW + 0.50391 kW + 0.55360 kW = 1,73732 kW
Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga Ptotal = 1,73732 kW x 60 = 104.2392 kW Ptotal selama 111 hari
= 104.2392 kW x 2664 jam = 277.693,2288 kWh
Jadi perbandingan kondisi normal arus tidak terukur terdapat selisih sebesar : Selisih kWh = kWh normal – kWh saat tegangan satu fasa hilang = 277.693,2288 kWh – 117.455,2272 kWh = 160.238,0016 kWh Persentase kWh tidak terukur =
277.693,2288 ) x 100%
= 57.70% (Tidak terukur)
72
Selisih kWh tersebut merupakan total kWh yang tidak terukur arusnya. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan menimbulkan susut energi yang sangat besar.Perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.14 Tarif Dasar Listrik Bulan Mei 2015
73
Jika diasumsikan pemakaian kWh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 – 22:00) = 0.17 x 160.238,0016 kWh x Rp 1.514,81 = Rp 41.264.121,62 LWBP (pukul 22:00 – 18:00) = 0.83 x 160.238,0016 kWh x Rp 1.514,81 = Rp 97.107.596,22 Kerugian total = Rp 41.264.121,62+ Rp 97.107.596,22 = Rp 138.371.717,8 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama arus tidak terukur sebesar Rp 138.371.717,8 Pada kasus CT rusak, yaitu tidak terukurnya fasa S dan T (kasus PT Harmatex Perdana) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 57.7%. Energi yang tidak hilang selama CT fasa S dan T rusak yaitu 160.238,0016 kWh setara dengan Rp 138.371.717,8.