32
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive. Menurut Antara (2009) purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan – pertimbangan tertentu. Pemilihan
lokasi
penelitian
ini
didasarkan
atas
pertimbangan
(1) Kecamatan Nangapanda merupakan salah satu Kecamatan pelaksana kegiatan FMA dengan jumlah Desa dan peserta terbanyak; (2) komoditi yang diusahakan adalah kakao, karena merupakan komoditi unggulan lokal daerah, dan (3) belum pernah dilakukan penelitian menyangkut evaluasi kegiatan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda. Pemilihan lokasi tersebut cukup representatip dan lebih mudah dalam memperoleh data serta informasi untuk menunjang penelitian, sehingga dapat menggambarkan agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda. Waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2011. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah petani kakao peserta kegiatan FMA di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende berjumlah 130 orang. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode penelitian survei adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi 32
33
(Singarimbun, et al. 2006). Menurut Kish, 1965 untuk menggambarkan 130 anggota petani kakao kegiatan FMA di Kecamatan Nangapanda, pengambilan sampel dengan menggunakan metode probabilities proportional to size dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Sampel tersebut dapat mewakili setiap Desa untuk mengestimasi satu Kecamatan. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan rumus:
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = α = 5%
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel minimal 98 petani FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda. Sampel minimal 98 orang, tetapi sampel yang tersedia dan memenuhi syarat analisis sebanyak 100 orang. Secara rinci populasi dan sampel penelitian pada (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Lokasi dan Peserta FMA Agribisnis Kakao di Kecamatan Nangapanda No 1 2 3 4
Desa Ondorea Barat Ndeturea Sanggarhorho Zozozea
Populasi/Jumlah anggota (orang) 30 40 30 30
Jumlah sampel (orang) 23 31 23 23
4.3 Jenis, Sumber, dan Sumber Data 4.3.1 Jenis dan sumber data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka, antara lain tentang, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan luas kepemilikan lahan. Data
34
kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa informasi atau keterangan verbal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari petani kakao binaan kegiatan FMA sebagai responden. Data primer diperoleh dengan cara mendatangi dan mewawancara responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Jenis - jenis data primer meliputi data / informasi tentang (1) karakteristik petani kakao pelaksana kegiatan FMA di Kecamatan Nangapanda meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan responden, luas pemilikan lahan; (2) variabel proses pelaksanaan, hasil, dan dampak kegiatan FMA agribisnisnis kakao. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut (Umar, 2005). Data sekunder meliputi data luas wilayah, jumlah penduduk, pendidikan, matapencaharian, dan luas lahan usahatani kakao (sumber data Kecamatan Nangapanda dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Ende), serta data penunjang lainnya diperoleh dari instansi terkait, data statistik, publikasi penelitian dan berbagai literatur yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. 4.3.2 Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui beberapa metode antara lain : (1) Wawancara langsung dengan menggunakan instrumen, yaitu kuesioner terstruktur, yang telah disiapkan sebelumnya dengan mendatangi langsung responden.
35
(2) Observasi lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian. (3) Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang ada untuk mengetahui dokumen-dokumen kegiatan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda dengan memperhatikan catatan-catatan yang ada sebagai bukti kegiatan yang telah terjadi di daerah penelitian. 4.4. Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran variabel penelitian didasarkan atas pemahaman - pemahaman tentang variabel, indikator, dan parameter penelitian yang disusun sesuai dengan arah penelitian (Lampiran 2). 4.5. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Evaluasi kegiatan FMA agribisnis kakao merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan yaitu untuk membandingkan suatu kejadian nyata (aktual) kegiatan FMA dengan PEDUM untuk mengukur kesesuaian dan pengaruh pelaksanaan FMA dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA. (2) Sistem penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap petani beserta keluarganya dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui penyuluhan pertanian. (3) Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya agar mereka mau, mampu menolong, dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
36
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya. (4) Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat, yang mencakup usaha hulu, usahatani, usaha hilir, dan usaha jasa penunjang. (5) Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian, yang mencakup usaha hulu, usahatani, usaha hilir, dan usaha jasa penunjang. (6) Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. (7) Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadaran sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. (8) Penyuluh pertanian swasta adalah perorangan yang berasal dari dunia usaha bidang
pertanian
dan masyarakat
lainnya yang melakukan kegiatan
penyuluhan pertanian. (9) Materi penyuluhan pertanian adalah bahan penyuluhan pertanian yang akan disampaikan oleh para penyuluh pertanian kepada petani beserta keluarganya
37
dan pelaku usaha pertanian lainnya dalam bentuk informasi yang meliputi teknologi, rekayasa sosial, ekonomi, dan hukum. (10) Informasi pertanian adalah informasi di bidang pembangunan pertanian yang diperlukan penyuluh pertanian, petani, dan pelaku usaha pertanian lainnya. (11) Programa penyuluhan pertanian adalah perencanaan tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan pertanian. (12) Pos penyuluhan Desa/Kelurahan adalah kelembagaan penyuluhan pada tingkat Desa/Kelurahan yang merupakan unit kerja non struktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. Pos penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh pelaku utama dan pelaku usaha. (13) Verifikasi adalah kegiatan menilai dan menetapkan kelayakan paket materi penyuluhan pertanian sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang mengikat. (14) Kelembagaan penyuluhan pertanian adalah lembaga Pemerintah, petani, dan masyarakat
yang
mempunyai
tugas
dan fungsi
menyelenggarakan
penyuluhan pertanian. (15) Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani atau masyarakat, yang berbentuk kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi, perhimpunan, dan organisasi petani lainnya. (16) Pelaku usaha pertanian lainnya adalah perorangan atau badan hukum yang mengelola sebagian atau seluruh kegiatan usaha di bidang pertanian. (17) Produktivitas adalah kemampuan input lahan dalam menghasilkan output atau rasio dari output terhadap input lahan.
38
(18) Harga adalah harga jual per kilogram kakao yang dihasilkan petani tahun 2010. (19) Pendapatan petani kakao adalah nilai hasil penjualan usaha tani kakao yang dihitung berdasarkan hasil perhitungan dari nilai produksi dikurangi biaya tetap dan biaya variabel. 4.6 Analisis Data 4.6.1 Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen Instrumen atau kuesioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, telah diuji validitas dan reliabilitas. menggunakan alat bantu komputer melalui program SPSS 17. (1) Uji validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002). Rumus uji validitas sebagai berikut :
N.
Ri N Keterangan : Ri N X Y
XY X
= = = =
2
X N
Y
Y 2
X
2
validitas jumlah populasi total skor butir-butir pernyataaan pertama. total skor butir-butir pertanyaan kedua.
Tingkat validitas instrumen atau kuisioner dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan nilai r
hitung
dengan r
tabel
untuk degree of
freedom
(df) = n - k, keterangan n adalah jumlah sampel yaitu sebanyak 33 orang dan k adalah jumlah konstruk yaitu dua, sehingga besarnya df yaitu 31 dengan alpha 0,05
39
didapatkan r tabel 0,344. Ghozali (2002) mengungkapkan, jika r hitung (corrected itemtotal correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. (2) Uji reliabilias Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan
(accuracy) alat ukur
(Singarimbun dan Effendi, 1985). Ghozali (2002) berpendapatan, bahwa instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama mampu menghasilkan data yang relatif sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji varians Alfa-Cronbanch, dengan rumus :
k
r1
(k 1)
1
kSi2 S t2
Keterangan : r1 = validitas variabel internal seluruh instrumen k = jumlah item beragribisnis instrumen
S i2 S
2 t
= jumlah varians item = varians total item
Pengukuran reliabilitas beragribisnis penelitian ini dilakukan dengan one shot atau pengukuran sekali saja, hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan uji statistik Cronbanch Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbanch Alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1969 beragribisnis Ghozali, 2002). 4.6.2 Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif akan memberikan informasi secara visual dan bersifat subyektif dalam menganalisisnya. Melalui analisis deskriptif kualitatif diuraikan dan digambarkan dengan tabel, antara lain yaitu karakteristik responden
40
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pemilikan lahan, penguasaan lahan, luas tanam kakao, luas panen kakao, dan produktivitas kakao. Analisis deskriptif kualitatif dipergunakan untuk mengevaluasi kesesuaian antara proses pelaksanaan, hasil, dan dampak
dengan PEDUM FMA. Untuk
mengevaluasi kesesuaian tersebut dapat diukur menggunakan skala jenjang lima (1, 2, 3, 4, dan 5). Untuk pernyataan positip respon sangat baik diberi skor 5, sedangkan respon tidak sesuai dan kurang diberi skor 1. Total skor jawaban tersebut dikonversi untuk mengetahui kesesuaian antara PEDUM FMA dengan proses pelaksanaan, hasil, dan dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao dengan lima kategori, yaitu sangat sesuai, sesuai, sedang, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Pemberian skor terhadap pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut : a.
Skor 1 diberikan apabila jawaban sangat tidak sesuai dengan PEDUM
b.
Skor 2 diberikan apabila jawaban tidak sesuai dengan PEDUM
c.
Skor 3 diberikan apabila jawaban sedang dengan PEDUM
d.
Skor 4 diberikan apabila jawaban sesuai dengan PEDUM
e.
Skor 5 diberikan apabila jawaban sangat sesuai dengan PEDUM Proses selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode
deskriptif berupa pembobotan yang bertujuan memaknai (mengartikan) tingkat kepentingan (degree of imfortant) dari masing-masing pertanyaan. Kemudian dibuat scoring dengan menggunakan skala tingkat (rating scale) menurut skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2010).
41
Data yang diperoleh didistribusikan dalam katagori berbeda-beda. Ketentuan katagori dilakukan berdasarkan kelas-kelas interval tertentu menggunakan rumus : Keterangan : i Jarak Jumlah kelas
i
dengan
=
: interval kelas : nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah : adalah jumlah kelas atau katagori yang ditentukan.
Perolehan total skor disajikan dalam bentuk persen yang didasarkan atas skor maksimum ideal dengan rumus :
Keterangan : X SMI
: Perolehan skor : Skor maksimum ideal
Hasil pencapaian skor diinterpretasikan pada variabel proses pelaksanaan, hasil, dan dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende (Tabel 4.3.) Tabel 4.3 Kategori Pencapaian Skor Variabel Proses Pelaksanaan, Hasil, dan Dampak Keberhasilan FMA No 1 2 3 4 5
Persentase pencapaian skor (%) >84 s.d. 100 >68 s.d. 84 >52 s.d. 68 >36 s.d. 52 1 s.d. 36
Katagori skor Sangat Sesuai Sesuai Sedang Tidak sesuai Sangat Tidak sesuai
Perolehan total skor variabel didasarkan atas jumlah pertanyaan evaluasi FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda.
42
4.6.3
Transformasi data ordinal ke data interval Berkenaan dengan ketentuan dalam analisis statistik yang menggunakan
analisis korelasi dan dilanjutkan dengan analisis regresi maka data harus dalam skala interval, sedangkan data pengamatan skala Likert
atau skala ordinal,
maka data tersebut ditransformasikan terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan
metode
successive
interval (MSI) dengan program
Excel. (Tenaya, 2002). 4.6.4
Analisis hubungan proses pelaksanaan, hasil, dan dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Analisis data menggunakan analisis asosiasi (korelasi dan regresi), akan
memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Selanjutnya, setelah nilai-nilai variabel X dan variabel Y terbentuk, maka dilakukan analisis regresi linier berganda. Dalam analisis regresi linier berganda terhadap variabel tidak bebas (Y) atas variabel bebas Xi (proses pelaksanaan FMA =X1 dan hasil pelaksanaan FMA =X2,). Pengaruh variabel bebas X yang terdiri atas dua variabel yaitu
proses
pelaksanaan FMA (X1), dan hasil (X2), yang diregresikan terhadap variabel tak bebas dampak keberhasilan FMA (Y) dinyatakan dengan persamaan regresi linier berganda Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e. Keterangan : X1 = proses pelaksanaan FMA X2 = hasil pelaksanaan FMA Y = dampak keberhasilan FMA b0, b1, dan b2 = koefisien regresi e = kesalahan perhitungan
43
Urutan analisis regresi yang digunakan dalam pengolahan data adalah: (1)
untuk melihat pengaruh individu variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y digunakan analisis korelasi linier sederhana (linier correlation analysis);
(2)
untuk melihat pengaruh parsial dan simultan variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y, digunakan analisis regresi linier berganda (multiple linier regression analysis);
(3) analisis langkah bijak ( stepwise analysis ), untuk melihat pengaruh secara dominan
variabel
(Tenaya, 2009).
bebas
Xi
terhadap variabel tak bebas dampak (Y)