BAB IV
KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN
Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim dengan tujuan mendapatkan wilayah. Serta ada faktor lain yaitu untuk bisa mendapat akses ke sumber daya Laut Cina Selatan seperti minyak bumi dan gas alam atau sumber perikanan. Amerika Serikat tidak memiliki klaim wilayah di Laut Cina Selatan, dan Amerika Serikat tidak mempunyai akses ke sumber daya Laut Cina Selatan. Tetapi masih ada faktor yang melatarbelakangi keterlibatan Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan, yaitu jalur perdagangan A. Nilai Perdagangan Yang Melewati Jalur Perdagangan Laut Cina Selatan Laut Cina Selatan memiliki lokasi yang strategis karena letaknya yang berada di tengah arus perdagangan dunia. Hal ini menjadikan Laut Cina Selatan sebagai jalur perdagangan dan juga menjadi tempat pemberhentian arus perdagangan dunia. Lebih dari separuh pelayaran komersial dunia melewati jalur perairan wilayah Indo-Pasifik. khususnya, Selat Malaka, dalah salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia.
41
Selat Malaka, yang membentang antara Indonesia, Malaysia dan Singapura, telah lama menjadi pintu gerbang utama perdagangan ke dan dari Asia, dan sekali lagi meningkat dengan pesat. Sudah menjadi jalur air tersibuk kedua di dunia yang terus digunakan sejak zaman purbakala, dengan pedagang Romawi, Yunani, Cina dan India semua memanfaatkan saluran alami ini. Kepentingan strategisnya juga menjadikannya sumber gesekan internasional dari abad ke-15 sampai modern. Ditamabah pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 yang meningkatkan signifikansinya karena Selat menjadi penghubung utama antara Samudra Pasifik dan Hindia, mengurangi jarak antara Eropa dan Timur Jauh sampai sepertiga. Beberapa tahun ini telah berfungsi sebagai rute transit utama yang memasok komoditas vital untuk mendorong ekonomi Asia yang berkembang pesat dan di luarnya. Dari 87 juta barel minyak yang dihasilkan per hari pada tahun 2011, sekitar 15,2 juta melewati Selat Malaka, rute laut terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia dan pasar Asia. Ini adalah sekitar 19 kali jumlah yang melewati Terusan Panama dan empat kali lebih banyak dari volume melalui Terusan Suez selama periode yang sama. Selat tersebut menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik dan membawa sekitar 25% dari semua barang yang diperdagangkan. Ini juga membawa kira-kira 25% minyak yang bergerak melalui laut. Pada titik tersempitnya di selatan Singapura, Selat Malaka hanya selebar 1,5 mil, menjadikannya salah satu titik strategis yang paling penting di dunia. (Lihat Gambar 4.1 di lampiran)
42
1. Pergerakan Minyak Mentah Di Laut Cina Selatan Minyak mentah merupakan komoditas salah satu komoditas paling penting, melihat dari harganya jualnya dan nilai barangnya yang tinggi karena minyak mentah sudah menjadi kebutuhan wajib bagi negara manapun. Bagi negara yang mampu memproduksi sendiri minyak mentah, industri minyak mentah terbukti bisa memberikan keuntungan besar bagi negara mereka, dapat bisa dilihat bagaimana industri minyak mentah memajukan negara- negara yang mampu memproduksinya, seperti negara-negara di teluk Persia. Sedangkan bagi negara-negara yang tidak bisa memproduksi minyak mentahnya sendiri, impor menjadi satu-satunya pilihan. Mengingat bagaimana minyak mentah merupakan sumber energi kehidupan saat ini, wajar jika minyak mentah memiliki pengaruh yang begitu besar ke sebuah negara, terutama bagaimana industri minyak mempengaruhi keadaan ekonomi negara tersebut. Perubahan harga atau pasokan minyak internasional dapat memberi pengaruh besar semua negara di dunia. Baik ekspor maupun impor, distribusi memegang penting bagi produski maupun konsumsi suatu negara. Terhambatnya distribusi akan mempersulit ekspor minyak mentah ke suatu negara dan hal itu akan mengurangi pendapatan negara ekspor minyak mentah. Begitu juga bagi negara impor, terhambatnya distibusi pasokan minyak akan menjadi awal dari berbagai masalah di kehidupan di negara tersebut. 43
Satu aspek yang pasti terjadi adalah dengan jika berkurangnya pasokan minyak di suatu negara , maka harga minyak mentah otomatis akan naik di negara tersebut. Dan kebanyakan negara di dunia masih mengadalkan minyak mentah sebagai sumber energi. Sehingga jika harga minyak mentah naik, maka harga barang apapun akan ikut naik yang akan menjadi masalah ekonomi. Bisa dilihat bagaimana bukan hanya produksi minyak mentah yang dapat memberi pengaruh ke negaranegara di dunia, tetapi juga distribusi. Sedangkan untuk distribusi minyak mentah, Laut Cina Selatan memiliki peran peran penting bagi pergerakan minyak dunia. Sekitar 14 juta barel minyak mentah melewati Laut Cina Selatan dan per hari, atau hampir sepertiga dari pergerakan minyak global, menurut data dari GTIS Global Trade Atlas, lebih dari 90 persen dari minyak mentah yang bergerak berasal dari Selat Malaka, sedangkan sisanya berasal dari perdagangan regional antar negara di Asia Tenggara Sekitar 15,2 juta barel per hari (MMbbl / d) minyak melewati Selat Jakarta Malaka pada tahun 2011, rute laut terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia dan Pasar Asia. Sejumlah besar minyak mentah tiba di Selat (1,4 MMbbl / d) menuju pemberhentian di Singapura dan Malaysia, tempat pemrosesannya diproses, lalu dikirim lagi sebagai produk minyak sulingan. Selanjutnya, sisa arus minyak tersebut (12,8 juta MMbbl / d) berlanjut melalui Laut Cina Selatan ke Cina dan Jepang (4.5 dan 3.2Mbbl / d, masing-masing), dua konsumen energi terbesar di Asia. Akhirnya
44
sekitar 15 persen minyak yang bergerak melalui Laut Cina Selatan berlanjut ke Laut Cina Timur, sebagian besar ke Korea Selatan Aliran minyak mentah di Laut Cina Selatan juga berasal dari perdagangan regional Intra-Asia Tenggara, terutama dari ekspor minyak Malaysia (0,4 MMbbl / d), Indonesia (0,3 MMbbl / d), dan Australia (0,2MMbbl / d). Perdagangan intraregional hampir merata antara Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan China, dengan jumlah yang lebih kecil pergi ke Negara-negara Asia Tenggara lainnya .Seperlima aliran minyak mentah intra-regional, yang paling banyak untuk importir manapun, masuk ke Singapura untuk pemurnian. Sekitar 0,2 MMbbl / d minyak mentah melewati selatan melalui Selat Malaka Lombok menuju ke Australia dan Pasifik. Dapat dilihat bagaimana pentingnya Laut Cina Selatan bagi pergerakan minyak mentah dunia, termasuk juga Amerika Serikat. Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dalam ekspor dan impor minyak mentah. Pada tahun 70-an A.S menganggap mereka harus mulai menghadapi masalah utama mereka tentang bagaimana menghadapi emisi karbon, perubahan iklim, dan konsumsi bahan bakar fosil. Dan secara umum, pada dasarnya ada dua cara untuk mengatasi masalah ini: Kurangi permintaan akan produk yang menciptakan karbon, atau kurangi pasokan produk tersebut. “Cap-and-trade systems” dan menaikkan pajak produksi akan mengurangi permintaan dengan menaikkan biaya konsumsi, sehingga memaksa orang-orang memilih sumber energi lain. Strategi lain adalah mengurangi pasokan, dengan mengurangi dana mencegah bahan bakar fosil tidak diproduksi untuk 45
memulainya. Hal ini juga meningkatkan biaya dan mendorong orang ke pilihan lain. (Spross, 2015) Kongres A.S akhirnya mengeluarkan larangan (ban) pada tahun 1975, sebagai reaksi untuk melonjaknya harga minyak dunia yang didorong oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Secara singkat isi larangan tersebut adalah mencegah produsen domestik agar tidak mengekspor minyak mentah dari negara tersebut sehingga pasokan domestic terjaga dan harga domestik turun. Dan karena Amerika mengimpor lebih banyak minyak daripada yang bisa diekspor, produsen dalam negeri tidak merasa kerugian. Namun itu semua berubah ketika adanya tren terbaru untuk menggunakan “fracking”, yang meningkatkan produksi minyak mentah meningkat. Tetapi karena adanya larangan dari kongres, minyak mentah tidak diperbolehkan di untuk diekspor kecuali ke Kanada. (Clemente, 2017) Adanya larangan untuk mengekspor ini membatasi potensi dari kemampuan ekspor minyak mentah Amerika Serikat, dan tentu saja membatasai potensi keuntungan yang bisa didapat. Sehingga setelah perdebatan panjang, Kongres A.S akhirnya memutuskan untuk mencabut larangan tersebut pada tahun 2015. Dicabutnya larangan tersebut berarti akhirnya produsen minyak mentah Amerika Serikat bisa mengekspor ke negara lain, selain Kanada. Peningkatan tinggi terlihat dari tahun 2013 A.S hanya mengeskpor sebanyak 48,702 barrel, sedangkan pada tahun 2016 A.S mengekspor sebanyak 190 juta barrel.
46
Dari jumlah ekspor minyak mentah yang tinggi itu, ada beberapa negara yang merupakan tujuan utama ekspor Amerika Serikat seperti Kanada dan Meksiko, mengingat letak geografis yang berdekatan. Namun setelah kedua negara tersebut, tujuan eksportir minyak mentah tertinggi A.S justru langsung menuju negara Asia, yaitu Jepang dengan 2,8 juta barrel dan Korea Selatan dengan 3,8 juta barrel. Jika meliputi semua produk olahan minyak mentah, Jepang dan Korea Selatan juga merupakan salah satu tujuan ekspor tertinggi dengan total 130 juta barrel. Jumlah ekspor minyak mentah dan produk olahan minyak ke kedua negara tersebut dapat dikatakan cukup tinggi, sehingga bisa dikatakan Korea Selatan dan Jepang termasuk dalam prioritas ekspor minyak Amerika Serikat. Dan melakukan ekspor ke kedua negara tersebut memiliki persamaan, yaitu melewati Laut Cina Selatan yang dipersengketakan. 2. Pergerakan Perdagangan Barang di Laut Cina Selatan
Hampir semua perdagangan maritim yang menuju ke timur, datang melalui Laut Cina Selatan melewati Selat Malaka Malaka, Sunda, dan Lombok. Meskipun ada beberapa sumber terperinci mengenai volume lalu lintas, sebuah Studi pada tahun 2006 oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Jepang (MLIT) memperkirakan bahwa hampir 94 ribu kapal dari 100 gross tonnage melewati Selat Jakarta Malaka pada tahun 2004, dari 607 ribu gelombang perdagangan global yang melewati laut, atau 15 persen dari total dunia. Dari jumlah tersebut, 32 persen
47
adalah kapal kontainer, 25 persen adalah kapal tanker Kapal, 15 persen adalah kapal kargo, dan 15 persen adalah kapal curah, dengan sisa gas alam cair dan kapal lainnya. Sebuah survei lanjutan pada akhir 2007 memperkirakan 117 ribu kapal akan melewati Malaka pada 2010 dengan total bobot mati 4,7 miliar metrik ton. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa Konferensi Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada tahun 2011, diperkirakan total perdagangan maritim dunia pada tahun 2010 sekitar 8,4 miliar ton. Angka tersebut
menunjukkan lebih setengah
perdagangan maritime dunia melewati Selat Malaka Malaka, Sunda, dan Lombok pada tahun 2010. Dengan meningkatnya permintaan energi Asia, diperkirakan pangsa minyak yang lebih besar dari produsen di Indonesia ,Teluk Persia dan Afrika akan melewati Laut Cina Selatan. Selain itu, negara-negara asia mulai berinvestasi dalam eksplorasi baru dan pengembangan sumber daya gas alam di Laut Cina Selatan, yang juga akan meningkatkan pangsa perdagangan gas alam cair di Laut Cina Selatan Dari angka-angka di atas bisa terlihat bagaimana besarnya peran Laut Cina Selatan untuk negara-negara di dunia, termasuk juga Amerika Serikat. Namun perdagangan Internasional jauh lebih penting untuk Amerika Serikat dibanding kebanyakan negara lain. Pada 2016, total perdagangan A.S. dengan negara-negara asing adalah $ 4,9 triliun. Angka itu terdiri dari $ 2,2 triliun dalam ekspor dan $ 2,7 triliun impor barang
48
dan jasa. Amerika Serikat adalah eksportir terbesar ketiga di dunia, setelah China dan Uni Eropa. A.S juga merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa. Pada tahun 2008, menurut angka yang dikumpulkan oleh Biro Sensus, ekspor barang-barang manufaktur mencapai $ 1,12 triliun. Lebih dari 41 juta pekerjaan di Amerika bergantung pada perdagangan, dan perdagangan sangat penting bagi keberhasilan banyak sektor ekonomi A.S. Manufaktur ekspor mendukung sekitar 6 juta pekerjaan A.S. di tahun 2006. Dari pekerjaan yang didukung ekspor tersebut, 2,58 juta berada di industri manufaktur. Pekerjaan tersebut menyumbang 19,9 persen dari seluruh pekerjaan manufaktur A.S., hampir satu dari setiap lima pekerjaan. Sehingga bisa terlihat, bagaimana pentingnya ekspor bagi ekonomi Amerika Serikat. (Ward, 2009) Tidak hanya ekspor, melakukan impor juga penting bagi sebuah negara. Impor menyediakan pilihan lain bagi rumah tangga yang mungkin bisa lebih murah atau bervariasi dibandingkan dengan produk lokal. Melakukan impor juga memberi akses kepada barang yang sebelumya tidak tersedia, contohnya buah-buahan di musim dingin bagi beberapa negara. Selain itu melakukan impor juga berarti memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk membeli barang yang bahan baku dari negara lain yang kemungkina lebih murah. Hal itu akan menguntungkan perusahaanperusahan tersebut dan membuat mereka mampu untuk tetap bersaing.
49
Amerika Serikat melakukan lebih banyak impor daripada ekspor. Lebih dari 80 persen impor A.S. adalah barang ($ 2,2 triliun). Sedikitnya kurang dari sepertiga ini adalah mesin dan peralatan industri ($ 444 miliar). Sub-kategori terbesar adalah produk minyak dan minyak bumi, sebesar $ 144 miliar. Sedangkan perlatan kantor mencapai seperempat dari semua barang yang diimpor ($ 590 miliar). Itu termasuk komputer ($ 114 miliar) dan peralatan telekomunikasi, termasuk semikonduktor ($ 123 miliar). Hampir seperempat lainnya adalah barang konsumsi ($ 584 miliar). Dari jumlah ini, pakaian jadi dan alas kaki adalah yang terbesar ($ 123 miliar), lalu kategori ponsel dan TV ($ 121 miliar), dan terakhir impor farmasi yang berjumlah $ 112 miliar. Kategori terbesar keempat adalah kendaraan otomotif, suku cadang dan mesin seharga $ 350 miliar. Kategori makanan, makanan dan minuman adalah yang terkecil, dengan harga $ 130 miliar.Dapat dilihat bagaimana impor dapat membantu di berbagai aspek kehidupan A.S .
B. Dampak Apabila Jalur Perdagangan Laut Cina Selatan Terganggu atau Tertutup
Meskipun ada beberapa rute transit utama atau jalur komunikasi laut (SLOC) yang menawarkan jalan masuk ke Laut Cina Selatan , seperti Selat Sunda dan Selat Lombok di antaranya , namun Selat Malaka lah yang sejauh ini paling banyak digunakan. Ini adalah jalur terpendek dan paling ekonomis antara Samudra Pasifik dan Hindia. (Lihat Gambar 4.2 di Lampiran) 50
Bila lalu lintas pengiriman terganggu dan membahayakan kapal komersial yang melewati Selat Malaka maka arus perdagangan dunia akan terganggu . Gangguan jangka pendek akan memaksa kapal untuk menunggu sampai akses terbuka kembali atau mempertimbangkan untuk menggunakan rute alternatif, sementara gangguan jangka panjang dapat memiliki konsekuensi luas untuk triliunan dolar barang yang transit Laut China Selatan setiap tahunnya. . Ketika mempertimbangkan penutupan Selat Malaka secara jangka pendek, biaya tambahan untuk perutean ulang dapat diperkirakan dengan menghitung biaya pelayaran harian rata-rata dari berbagai kapal. Dengan asumsi bahwa kapal tanker dan kapal curah yang melebihi 100.000 tonase bobot mati (DWT) menyusuri Selat Lombok dalam air dan bahwa semua kapal transit lain yang lebih kecil menggunakan Selat Sunda yang lebih kecil namun dangkal, penutupan Selat Malaka sepanjang seminggu akan menghasilkan Sekitar $ 64,5 juta biaya pengiriman tambahan. Biaya cukup signifikan yang harus ditanggung
negara yang menggunakan
jalur
perdagangan Laut Cina Selatan apabila jalur tersebut terggangu atau bahkan tertutup. Sebagai salah satu negara yang memiliki ekspor dan impor terbesar di dunia, bila Amerika Serikat tidak mendapat akses untuk menggunakan Selat Malaka, maka A.S akan mengalami banyak kerugian. Karena dari semua pergerakan barang menuju Asia sebagian besar akan melalui Laut Cina Selatan, tepatnya Selat Malaka yang merupakan jalur paling dekat. Meskipun jarak memutar yang ditempuh tidak terlalu jauh, dan biaya akibat memutar tidak terlalu besar, tetap jika terjadi dalam jangka 51
panjang hal itu tentu saja akan mempengaruhi ekonomi A.S. Bertambahnya biaya distribusi akan mempengaruhi ekspor dan impor A.S. Apalagi mengingat betapa pentingnya perdagangan internasional bagi Amerika Serikat. Jepang dan Korea Selatan adalah salah satu tujuan utama ekspor minyak A.S. Lebih dari 41 juta pekerjaan di Amerika bergantung pada perdagangan internasional. Mengingat jumlah seluruh tenaga kerja A.S berjumlah 243 juta, itu berarti 1 dari 5 pekerja A.S bergantung pada perdagangan internasional. Jika keadaan perdagangan internasional mengalami kerugian, hal ini akan mempengaruhi banyak jiwa, dan bahkan bisa mempengaruhi ekonomi nasional A.S secara keseluruhan. Banyak hal yang bisa terjadi jika RRC berhasil memenangkan klaim mereka di Laut Cina Selatan. RRC bisa mendapatkan akses sumber daya minyak dan gas alam yang ada di Laut Cina Selatan, RRC bisa melarang kapal ikan negara lain masuk ke dalam wilayah perairannya dan memonopoli perikanan di wilayah tersebut. Namun yang paling berdampak ke negara-negara lain termasuk Amerika adalah jalur perdagangan. Jika RRC mendapat kontrol atas wilayah yang mereka klaim, maka ada resiko terhadap negara-negara lain yang menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Banyak tindakan yang bisa diambil RRC terhadap jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Hal ini terindikasi dari pemerintahan RRC yang sudah mulai menerapkan aturan baru di Laut Cina Selatan. Bila ada kapal barang yang melewati wilayah
52
perairan yang mereka klaim, maka RRC menuntut mereka untuk mendapatkan izin dahulu dari pemerintahan RRC. Hal tersebut menunjukan bahwa RRC bertekad mengontrol apapun yang terjadi di wilayah perairan yang mereka klaim, termasuk jalur perdagangan Satu lagi yang menjadi petunjuk dari dugaan ini adalah meningkatnya anggaran militer RRC secara pesat dan bertambahnya kekuatan militer RRC terutama di perairan Laut Cina Selatan. Tingkat pertumbuhan ekonomi RRC yang tinggi telah menyediakan sarana untuk pembangunan transformasi dan modernisasi angkatan bersenjatanya. Transformasi pertahanan RRC dapat dilihat sebagai bagian dari proses modernisasi militer yang difasilitasi oleh perkembangan teknologi, seperti revolusi di urusan militer, yang bersifat defensif. Misalnya, di tingkat strategis, RRC telah dan terus mengembangkan rudal nuklir balistik yang dikontrol dari darat dan ditempatkan di laut. Hal ini dianggap akan digunakan untuk memperkuat pertahanan wilayah perairan RRC. Amerika Serikat, Jepang, Australia dan beberapa negara regional lainnya telah menyatakan keprihatinannya lama ukuran dan pertumbuhan anggaran militter dan pertahanan RRC dan kurangnya transparansi mengenai niat dari peningkatan anggaran tersebut. RRC secara luas diyakini mengecilkan angka anggaran sebenarnya dari pembelanjaan militer dan pertahanan RRC. Anggaran militer telah meningkat lebih dari 500 persen sejak 1997 dan pertumbuhan belanja pertahanan (11-15 persen) telah melampaui pertumbuhan ekonomi (8-9 persen). 53
Jika RRC berhasil mendapatkan wilayah yang mereka klaim, berarti salah satu jalur perdagangan paling penting yaitu Selat Malaka akan berada di bawah kontrol RRC. Mereka bisa, dan sudah memaksa kapal perdagangan yang melewat perairan mereka untuk meminta izin terlebih dahulu. Mereka bisa mengenakan tarif untuk kapal yang melewati daerah perairannya, atau langsung mengenakan tarif kepada negara yang ingin menggunakan jalur perdagangannya. Dan scenario terburuk adalah jika RRC menutup jalur perdagangan Laut Cina Selatan sebagai maneuver politik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Amerika Serikat tidak bisa mengambil resiko tersebut , apalagi mengingat adanya persaingan antara Amerika Serikat dan RRC beberapa tahun ini. Dampak yang bisa terjadi ke Amerika Serikat terlalu besar, contohnya apabila menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan dikenakan tarif, atau kapal perdagangan Amerika Serikat bisa dilarang menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Tidak bisa menggunakan jalur tersebut berarti kapal perdagangan Amerika Serikat harus memutar menggunakan jalur lain yang berarti biaya tambahan yang harus ditanggung kapal perdagangan Amerika Serikat. Dan bila terjadi dalam jangka panjang maka hal itu akan mempengaruhi ekonomi dari Amerika Serikat. Ratzel saat membahas Teori Geopolitikdi essaynya , Ratzel mengatakan “States as spatial organisms require the room or space in which growth is possible. Borders become insignificant in that a developing state or one that is advancing is likely to require annexation of territories that are controlled by other less powerful 54
states.”. Negara akan terus tumbuh berkembang keluar dari “ruang:-nya , dan menurut Ratzel untuk memenuhi kebutuhannya negara harus berusaha mengambil kontrol teritori yang bernilai strategis. Teritori ini bisa bernilai strategis secara ekonomi maupun militer. Hal ini harus dilakukan, meskipun harus melibatkan diri dengan konflik ke negara lain, atau wilayah yang dikontrol oleh negara lain. Dengan didukung oleh teori tersebut dapat terlihat yang menjadi faktor kenapa Amerika Serikat terlibat dalam konflik Laut Cina Selatan. Amerika Serikat berusaha melindungi jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang memiliki nilai penting untuk A.S. Amerika Serikat harus berusaha, terutama melalui jalur politik, untuk membuat perairan Laut Cina Selatan tetap sebagai wilayah perairan terbuka. Sehingga tidak ada dampak buruk yang terjadi terhadap perdagangan internasional Amerika Serikat maupun negara lain di dunia.
55