BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI
4.1
Landasan Teori Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan
yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu (Gaspersz, 2004). Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master Production Schedule (MPS)
adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi
kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu) (Jurnal Alden Siregar, 2012). Beberapa metode yang digunakan dalam perhitungan data yaitu, metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah, metode mix strategy, dan metode transportasi. Berikut merupakan teori pendukung yang menjelaskan metodemetode tersebut (Penulisan Ilmiah Rio Dwi Hariono, 2012). a. Metode tenaga kerja tetap adalah metode perencanaan produksi agregat,
dimana
perubahan
jumlah
(tetap).
tenaga
metode
kerja
tenaga
tidak
kerja
tetap
mengalami memiliki
kecepatan produksi yang konstan. b. Metode tenaga kerja berubah adalah metode perencanaan produksi agregat, dimana jumlah tenaga kerja mengalami perubahan.
IV-1
IV-2
c. Metode mix strategy adalah metode perencanaan produksi agregat yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Metode mix strategy hanya menggabungkan hasil atau biaya yang didapat pada metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. d. Metode transportasi merupakan metode perencanaan produksi agregat yang berfungsi untuk menentukan rencana pengiriman barang dengan biaya minimal. Masalah transportasi membahas pendistribusian suatu komoditas dari sejumlah sumber (supply) ke
sejumlah
tujuan
(demand)
dengan
tujuan
untuk
meminimumkan biaya yang terjadi dari kegiatan tersebut, karena ide dasar dari masalah transportasi adalah meminimasi biaya total transportasi. Berdasarkan pengertian dari metode transportasi di atas, dimana memiliki ciri-ciri yang dikatakan metode transportasi. Berikut adalah ciri-ciri persoalan transportasi yang secara khusus (Universitas Sumatra Utara, 2012). 1. Terdapat sejumlah sumber sebagai pusat distribusi dan sejumlah tujuan tertentu. 2. Jumlah komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan besarnya tertentu. 3. Produk yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan besarnya tertentu. Kapasitas sumber harus sama dengan kapasitas tujuan. Apabila kapasitas sumber dengan tujuan tidak sama maka harus disamakan dengan jalan menambah dummy pada kapasitas sumber atau tujuan (Purnomo, 2004).
IV-3
4.2.
Pembahasan Jadwal Induk Produksi Pembahasan Jadwal induk produksi, yaitu menjelaskan
tentang ongkos tenaga kerja yang dibuat selama pembuatan lemari tas.
Jadwal
induk
produksi
menjelaskan
empat
metode
pembahasan, yaitu metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja berubah,
metode
mix
strategy,
dan
metode
transportasi.
Penyusunan Jadwal Induk Produksi (JIP) berdasarkan metodemetode yang digunakan dibutuhkan beberapa data penunjang. Data penunjang ini berupa hasil dari perhitungan yang sudah dilakukan sebelumnya, data penunjang diantaranya data dari hasil peramalan regresi linier dan rencana kebutuhan agregat. Data regresi linier dapat dilihat pada tabel 4.1 dan data perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut data penunjang yang dibutuhkan dalam perhitungan Jadwal Induk Produksi (JIP). Inventory awal
: 50 unit
Waktu baku
: 0,47 jam
Jam kerja/hari
: 8 jam
Maksimum lembur
: 25 %
Regular Time Cost (RTC)
: Rp 2500,- per unit
Over Time Cost (OTC)
: Rp 4500,- per unit
Sub Contract Cost
: Rp 5500,- per unit
Lay off Cost
: Rp 1.050.000,-
Hiring Cost
: Rp 1.050.000,-
Under Time Cost
: Rp 5000,- per jam orang
Holding atau Inventory Cost
: Rp 250,-
Kapasitas sub kontrak
: Diasumsikan 25 % dari kapasitas Perusahaan
IV-4
Tabel 4.1 Data Peramalan dengan Metode Regresi Linier Bulan Permintaan (Forecast) 1
540
2
540
3
540
4
540
5
540
6
540
7
540
8
540
9
540
10
540
11
540
12
540
Total
6480
Tabel 4.2 Rencana Kebutuhan Produksi Agregat Inventory Permintaan Safety Kebutuhan Inventory Bulan
Awal
(Forecast)
Stock
Produksi
Akhir
(1)
(Unit)
(Unit)
(Unit)
(Unit)
(Unit)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
50
540
135
625
135
2
135
540
135
540
135
3
135
540
135
540
135
4
135
540
135
540
135
5
135
540
135
540
135
6
135
540
135
540
135
135
540
135
540
135
8
135
540
135
540
135
9
135
540
135
540
135
10
135
540
135
540
135
11
135
540
135
540
135
12
135
540
135
540
135
Total
1535
6480
1620
6565
1620
7
IV-5
Contoh perhitungan rencana kebutuhan produksi agregat: Safety stock
= 540 + 135 – 50 = 625 Unit
Inventory Akhir
= 135 + 625 – 540 = 135 Unit
4.2.1 Metode Tenaga Kerja Tetap Berdasarkan data penunjang di atas maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap untuk
pembuatan
lemari
tas
akan
tetapi
metode
tersebut
berdasarkan biaya produksi yang paling kecil dari tenaga kerja yang dihitung. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap. ∑ TK =
= =
Wb ×(∑Demand - Inventory Awal) (∑HK ×JK) 0,47 (6565-50) (298 ×8) 3062,05 2384
= 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas)
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa untuk tenaga kerja (TK) a adalah 1 (dibulatkan ke bawah) dan untuk TK b adalah 2 (dibulatkan ke atas). Berikut ini adalah perhitungan dengan masing-masing jumlah tenaga kerja. Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT
= (a x JK x ∑ HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5072,34 ≈ 5073 unit
IV-6
Kekurangan Produksi
= (∑Demand –Inventory Awal) – Total Produksi RT = (6565 – 50) – 5073 = 1442 unit
Ongkos RT
= Total Produksi RT × Ongkos RT/unit = 5073 × Rp 2500 = Rp 12.682.500,-
Ongkos OT
= Kekurangan Produksi × Ongkos OT/unit = 1442 × Rp 4500 = Rp 6.489.000,-
Total Ongkos
= Ongkos OT + Ongkos RT = Rp 6.489.000 + Rp 12.682.500 = Rp 19.171.500,-
Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT
= (b x JK x ∑ HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = 10144,68 ≈ 10145 unit
Inventory
= Total Produksi RT - (∑Demand – Inventory Awal) = 10145 – (6565 – 50) = 10145 – 6515 = 3630 unit
Ongkos RT
= (∑Demand – Inventory Awal) × Ongkos RT/unit = (6565 – 50) × Rp 2500 = 6515 × Rp 2500 = Rp 16.287.500,-
IV-7
Ongkos Inventory
= Inventory × Ongkos Inventory/unit = 3630 × Rp 250 = Rp 907.500,-
Total Ongkos
= Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp 16.287.500 + Rp 907.500 = Rp 17.195.000,-
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, ongkos produksi yang paling kecil adalah dengan menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Perhitungan Tenaga Kerja Tetap Over
Unit
Periode
Demand
HK
RMH
UPRT
Man
Produced
(Bulan)
(Unit)
(Hari)
(Jam)
(Unit)
Hour
OT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(Unit)
(Unit)
(6)
(7)
Sub
Inventory
Kontrak
Akhir
(Unit)
(Unit)
(8)
(9)
1
625
23
368
782
92
0
0
207
2
540
25
400
852
100
0
0
519
3
540
26
416
885
104
0
0
864
4
540
23
368
782
92
0
0
1106
5
540
26
416
885
104
0
0
1451
6
540
26
416
885
104
0
0
1796
7
540
24
384
817
96
0
0
2073
8
540
25
400
851
100
0
0
2384
9
540
25
400
851
100
0
0
2695
10
540
26
416
885
104
0
0
3040
11
540
25
400
851
100
0
0
3351
12
540
24
384
817
96
0
0
3628
Total
6565
298
4768
10138
1192
0
0
23105
Contoh perhitungan periode 1: RMH
= ∑TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 jam
IV-8
UPRT
= =
RMH Wb 368 0.47
= 782 Unit OMH
= Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 jam
Inventory Akhir
= 782 + 50 – 625 = 207 unit
Perhitungan Ongkos RT, OT, Ongkos Inventory dan Total Ongkos Ongkos RT
= ∑UPRT × Ongkos RT = 10138 × Rp 2500 = Rp 25.345.000,-
Ongkos OT
= ∑Unit Produced OT × Ongkos OT = 0 × Rp 4500 = Rp 0,-
Ongkos Inventory
= ∑Inventory Akhir × Ongkos Inventory = 23105 × Rp 250 = Rp 5.776.250,-
Total Ongkos Produksi = Ongkos RT + Ongkos OT + Ongkos Inventory = Rp 25.345.000 + Rp 0 + Rp 5.776.250 = Rp 31.121.250,4.2.2 Metode Tenaga Kerja Berubah Metode berikut adalah metode tenaga kerja berubah. Metode tenaga kerja berubah merupakan rencana produksi yang dibuat sesuai kebutuhan (demand) dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.4 dan
IV-9
Hasil perhitungan untuk ongkos produksi dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.4 Perhitungan Metode Tenaga Kerja Berubah Lay
Under
Off
Time
(Org)
(Jam)
(9)
(10)
0
0
97
400
0
0
146
254
416
0
0
162
540
254
368
0
0
114
2
540
254
416
0
0
162
26
2
540
254
416
0
0
162
540
24
2
540
254
384
0
0
130
8
540
25
2
540
254
400
0
0
146
9
540
25
2
540
254
400
0
0
146
10
540
26
2
540
254
416
0
0
162
11
540
25
2
540
254
400
0
0
146
12
540
24
2
540
254
384
0
0
130
Total
6565
298
24
6515
3065
4768
0
0
1703
Periode
Demand
HK
∑TK
UPRT
RMHP
RMH
Hiring
(Bulan)
(Unit)
(Hari)
(Org)
(Unit)
(Jam)
(Jam)
(Org)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
625
23
2
575
271
368
2
540
25
2
540
254
3
540
26
2
540
4
540
23
2
5
540
26
6
540
7
Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1
1.437.500
0
0
485.000
2
1.350.000
0
0
730.000
3
1.350.000
0
0
810.000
4
1.350.000
0
0
570.000
5
1.350.000
0
0
810.000
6
1.350.000
0
0
810.000
7
1.350.000
0
0
650.000
8
1.350.000
0
0
730.000
9
1.350.000
0
0
730.000
10
1.350.000
0
0
810.000
IV-10
Tabel 4.5 Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah (Lanjutan) Ongkos Ongkos Under Periode Ongkos RT Ongkos Lay Off Hiring Time (Bulan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 11
1.350.000
0
0
730.000
12
1.350.000
0
0
650.000
Total
16.287.500
0
0
8.515.000
Contoh perhitungan untuk periode 1: ∑TK
=
(Demand x Wb) (HK x JK)
=
(625 x 0,47) (23 x 8)
= 1,28 ≈ 2 Orang UPRT
= 625 – 50 = 575 Unit
RMHP
= UPRT x Wb = 575 x 0,47 = 271 Jam
RMH
= ∑TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam
Under Time
= RMH – RMHP = 368 – 271 = 97 Jam
Ongkos RT
= UPRT x Regular Time Cost = 575 x Rp 2500 = Rp 1.437.500
Ongkos Under Time
= Under Time x Under Time Cost = 97 x Rp 5000 = Rp 485.000
IV-11
Perhitungan Total biaya untuk metode tenaga kerja berubah: Production Cost
= ∑Cost RT + ∑Cost Hiring + ∑Cost Lay Off + ∑Cost Under Time = Rp 16.287.500 + Rp 0 + Rp 0 + Rp 8.515.000 = Rp 24.802.500,-
4.2.3 Metode Mix Strategy Metode berikut adalah mix strategy yang menggabungkan metode tenaga kerja tetap dengan metode tenaga kerja berubah. Hasil perhitungan metode mix strategy dapat dilihat pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (1) Periode Demand HK ∑TK UPRT RMH RMHP (Bulan) (Unit) (Hari) (Org) (Unit) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (7) 1
625
23
2
368
368
782
2
540
25
2
400
401
852
3
540
26
2
416
416
885
4
540
23
2
368
368
782
5
540
26
2
416
416
885
6
540
26
2
416
416
885
7
540
24
2
384
254
540
8
540
25
2
400
254
540
9
540
25
2
400
254
540
10
540
26
2
416
254
540
11
540
25
2
400
254
540
12
540
24
2
384
254
540
Total
6565
298
24
4768
3065
8306
IV-12
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (2) Under Inventory Periode Hiring Lay Off OMH UPOT SC Time Akhir (Bulan) (Org) (Org) (8) (9) (10) (Unit) (Unit) (1) (11) (12) (13) (14) 1
92
0
0
0
0
0
207
2
100
0
0
0
0
0
519
3
104
0
0
0
0
0
864
4
92
0
0
0
0
0
1106
5
104
0
0
0
0
0
1451
6
104
0
0
0
0
0
1796
7
96
0
0
0
0
130
0
8
100
0
0
0
0
146
0
9
100
0
0
0
0
146
0
10
104
0
0
0
0
162
0
11
100
0
0
0
0
146
0
12
96
0
0
0
0
130
0
Total
1184
0
0
0
0
847
5945
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) Periode
Ongkos RT
(Bulan)
(Rp)
(1)
(15)
Ongkos
Ongkos
Ongkos
Ongkos
Ongkos
OT
SC
Inventory
Hiring
Lay Off
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
Ongkos Under Time (Rp) (21)
1
1.955.000
0
0
0
0
0
0
2
2.130.000
0
0
0
0
0
0
3
2.212.500
0
0
0
0
0
0
4
1.957.500
0
0
0
0
0
0
5
2.212.500
0
0
0
0
0
0
6
2.212.500
0
0
0
0
0
0
7
1.350.000
0
0
0
0
0
650000
8
1.350.000
0
0
0
0
0
730000
9
1.350.000
0
0
0
0
0
730000
10
1.350.000
0
0
0
0
0
810000
IV-13
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Metode Mix Strategy (3) (Lanjutan) Periode
Ongkos RT
(Bulan)
(Rp)
(1)
(15)
Ongkos
Ongkos
Ongkos
Ongkos
Ongkos
OT
SC
Inventory
Hiring
Lay Off
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
Ongkos Under Time (Rp) (21)
11
1.350.000
0
0
0
0
0
730000
12
1.350.000
0
0
0
0
0
650000
Total
20.782.485
0
0
0
0
0
4.299.979
Total Ongkos Produksi = Rp 20.782.485,-
Contoh perhitungan metode mix strategy untuk periode 1: RMH
= ∑TK x HK x JK = 2 x 23 x 8 = 368 Jam
UPRT
= =
RMH Wb 368 0,47
= 782 Unit RMHP
= UPRT x Wb = 782 x 0,47 = 368 Unit
OMH
= Kapasitas Lembur (25%) x RMH = 25% x 368 = 92 Jam
Under Time
= RMH – RMHP = 368 – 368 = 0 Jam
Inventory Akhir
= UPRT + Inventory Awal – Demand = 782 + 50 – 625 = 207 Unit
IV-14
Ongkos RT
= UPRT x Ongkos RT = 782 x Rp 2500 = Rp 1.955.000
Ongkos Under Time
= Under Time x Under Time Cost = 92 x Rp 5000 = Rp 460.000
Berdasarkan tabel di atas dimana dapat lihat keterangan. Keterangan tersebut merupakan penjelasan dari tabel perhitungan metode mix strategy yang dijelaskan pada tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8 adalah sebagai berikut. Kolom 1
: Periode 1 – 12 (Bulan Januari sampai Februari)
Kolom 2
: Demand (kebutuhan produksi)
Kolom 3
: Hari kerja sesuai ketentuan
Kolom 4
: Tenaga kerja, 6 dari tenaga kerja tetap dan 6 dari tenaga kerja berubah
Kolom 5
: RMH (Regular Man Hour) RMH
Kolom 6
= ∑ TK x HK x JK
: RMHP (Regular Man Hour Product) RMHP = UPRT x Wb
Kolom 7
: UPRT (Unit Produced Regular Time) UPRT = Demand atau permintaan (dari hasil peramalan), UPRT periode ke-1 dikurangi inventory awal
Kolom 8
: OMH (Over Man Hour) = kapasitas lembur (25%) x RMH
Kolom 9
: Demand – UPRT – Inventory awal
Kolom 10
: (25% x UPRT) – Demand – UPRT
Kolom 11
: Hiring = penambahan tenaga kerja
Kolom 12
: Lay off = pengurangan tenaga kerja
Kolom 13
: Under Time = RMH – RMHP
IV-15
Kolom 14
: Inventory akhir = UPRT + Inventory awal – Demand
Kolom 15
: Ongkos RT = UPRT x Ongkos RT
Kolom 16
: Ongkos OT = UPOT x Ongkos OT
Kolom 17
: Ongkos SC = SC x Ongkos SC
Kolom 18
: Ongkos Inventory = Inventory x Ongkos Inventory
Kolom 19
: Ongkos Hiring = Hiring x Hiring Cost
Kolom 20
: Ongkos Lay Off = Lay Off x Lay Off Cost
Kolom 21
: Ongkos Under Time = Under Time x Under Time Cost
Total Ongkos Produksi = total ongkos RT + total ongkos OT + total ongkos SC + total ongkos inventory + total ongkos hiring + total ongkos lay off
4.2.4 Metode Transportasi Metode berikut adalah transportasi, merupakan metode yang
digunakan
untuk
menentukan
rencana
pengalokasian
produksi dengan biaya minimal. Berikut ini adalah perhitungan jumlah tenaga kerja pada metode transportasi. ∑TK =
Wb ×(∑D - Inventory )
= =
(∑HK ×JK) 0,47 (6565-50) (298 ×8) 3062,05 2384
= 1,28 a = 1 (TK pembulatan ke bawah) b = 2 (TK pembulatan ke atas)
IV-16
Perhitungan dengan TK a: Total Produksi RT
= (a x JK x ∑ HK) / Wb = (1 x 8 x 298) / 0,47 = 5073 unit
Kekurangan produksi
= (∑ Demand – Inventory Awal – Total Produksi RT) = 6565 – 50 – 5073 = 1442 unit
Ongkos RT
= Total Produksi RT x Biaya RT / unit = 5073 x Rp 2500 = Rp 12.682.500,-
Ongkos OT
= Kekurangan produksi x Biaya OT / unit = 1442 x Rp 4500 = Rp 6.489.000,-
Total Ongkos
= Ongkos RT + Ongkos OT = Rp 12.682.500 + Rp 6.489.000 = Rp 19.171.500,-
Perhitungan dengan TK b: Total Produksi RT
= (b x JK x ∑ HK) / Wb = (2 x 8 x 298) / 0,47 = 10145 unit
Inventory
= Total Produksi RT – (∑ Demand – Inventory Awal) = 10145 – (6565 – 50) = 3630 unit
Ongkos RT
= (∑ Demand – Inventory) x Biaya RT / unit = (6565 – 50) x Rp 2500 = Rp 16.287.500,-
IV-17
Ongkos Inventory
= ∑ Inventory x Biaya Inventory / unit = 3630 x Rp 250 = Rp 907.500,-
Total Ongkos
= Ongkos RT + Ongkos Inventory = Rp 16.287.500 + Rp 907.500 = Rp 17.195.000,-
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa tenaga kerja (TK) yang digunakan, yaitu 2 orang tenaga kerja (pembulatan ke atas) dengan total ongkos yang terkecil.
Tahap
perhitungan
selanjutnya
adalah
menghitung
besarnya Kapasitas Tersedia (KT) untuk masing-masing periode. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Kapasitas Tersedia Setiap Periode Periode KT RT KT OT KT SC 1
783
196
245
2
852
213
266
3
886
222
277
4
783
196
244
5
886
222
277
6
886
222
277
7
818
205
255
8
852
213
266
9
852
213
266
10
886
222
277
11
852
213
266
12
818
205
255
Contoh perhitungan untuk kapasitas tersedia: KT RT
= (∑ TK x HK x JK) / Wb = (2 x 23 x 8) / 0,47 = 783 unit
IV-18
KT OT
= 25% x KT RT = 25% x 783 = 196 unit
KT SC
= 25% x (KT RT + KT OT) = 25% x (783 + 196) = 245 unit
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan maka kembali melakukan perhitungan dengan menggunakan metode transportasi. Metode transpotasi ini dimana bertujuan untuk meminimumkan
biaya
dari
sumber
tenaga
kerja.
Metode
transportasi ini dapat mengetahui lebih detail untuk perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan proses produksi. Metode transportasi pun menjelaskan biaya lebih detail, baik biaya regular time, over time dan subkontrak. Biaya regular time itu biaya yang dikelurkan dalam waktu normal. Biaya over time ini biaya yang dikeluarkan lebih dari waktu normal, jika waktu normal tersebut belum mencapai target produksi maka biaya over time
akan
dikelurkan
sedangkan
biaya
subkontrak,
jika
perusahaan tidak mampu memproduksi lemari tas sesuai target yang ditentukan maka pihak perusahaan memesan barang atau lemari tas dari perusahaan lain hal ini demi tercapainya target lemari tas yang telah ditentukan. Hasil perhitungan untuk metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.10 dan ongkos biaya yang dikeluarkan dari metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.11.
IV-19
Tabel 4.10 Perhitungan Transportasi
IV-20
Tabel 4.11 Ongkos Produksi Lemari Tas dengan Metode Transportasi Ongkos Ongkos Periode Ongkos RT Ongkos SC KTT OT KTT (Bulan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1
1.437.500
-
-
208
52.000
2
1.350.000
-
-
312
78.000
3
1.350.000
-
-
346
86.500
4
1.350.000
-
-
243
60.750
5
1.350.000
-
-
346
86.500
6
1.350.000
-
-
346
86.500
7
1.350.000
-
-
278
69.500
8
1.350.000
-
-
312
78.000
9
1.350.000
-
-
312
78.000
10
1.350.000
-
-
346
86.500
11
1.350.000
-
-
312
78.000
12
1.350.000
-
-
278
69.500
Total
15.377.750
-
-
-
909.750
Total Ongkos Produksi = 15.377.750
Berdasarkan hasil perhitungan total ongkos produksi di setiap metode, didapatkan masing-masing total ongkos produksi tersebut. Hasil total ongkos produksi di setiap metode tersebut kemudian dibandingkan dan dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Perbandingan Total Ongkos Produksi Lemari Tas Metode Total Ongkos Produksi Tenaga Kerja Tetap
Rp 31.180.250,-
Tenaga Kerja Berubah
Rp 24.802.500,-
Mix Strategy
Rp 20.782.485,-
Transportasi
Rp 15.377.750,-
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dari
keempat
metode
tersebut, diketahui bahwa metode transportasi memberikan total ongkos produksi yang terkecil. Hasil perhitungan biaya pada metode
transportasi
selanjutnya
digunakan
untuk
membuat
jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi lemari tas yang
IV-21
dibuat berdasarkan metode transportasi dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Jadwal Induk Produksi Lemari Tas Periode Data Peramalan Perencanaan Agregat (P)
4.3
1
540
575
2
540
540
3
540
540
4
540
540
5
540
540
6
540
540
7
540
540
8
540
540
9
540
540
10
540
540
11
540
540
12
540
540
Analisis Jadwal Induk Produksi Berdasarkan hasil perhitungan dari keempat metode di atas
menjelaskan untuk hasil dari metode jumlah tenaga kerja tetap pada tabel 4.3 untuk hasil yang diproduksi sebanyak 782 unit di periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah melebihi dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan waktu over time atau pun subkontrak dan seterusnya sampai dengan periode 12 (bulan). Hasil dari jumlah produksi pun telah melebihi dari total permintaan, yaitu 10138 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja tetap dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup besar dengan jumlah Rp 31.121.250,-.
IV-22
Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode tenaga kerja berubah untuk hasil yang diproduksi berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan, yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun cukup minimum dari metode tenaga kerja berubah dengan jumlah Rp 24.802.500,Hasil yang didapat dari perhitungan untuk metode mix strategy ini dimana mengabungkan kedua metode seperti metode tenaga kerja tetap dan metode tenaga kerja berubah. Segi hasil yang diproduksi pun berjumlah 625 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah yang diproduksi dikatakan telah tercapai dengan jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas. Oleh sebab itu dalam hal ini untuk pembuatan lemari tas jangka waktu 23 hari itu telah mencapai dari demand (permintaan) maka hal tersebut tidak dibutuhkan penambahan tenaga kerja dan pengurangan tenaga kerja, akan tetapi untuk waktu sisa dalam menyelesaikan produk lemari tas (under time) selama 23 hari ialah 97 jam dikarenakan tenaga kerja bekerja
IV-23
selama 271 jam dalam menyelesaikan waktu produksi pembuatan lemari tas. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga
pada
metode
mix
strategy
dari
segi
biaya
yang
dikeluarkan pun lebih minimum dari metode sebelumnya dengan jumlah Rp 20.782.485,Hasil
yang
didapat
dari
perhitungan
untuk
metode
transportasi ini dimana hasil yang diproduksi pun berjumlah 575 unit untuk periode pertama. Hasil tersebut didapat ketika jumlah tenaga kerja berjumlah 2 orang dengan jumlah hari kerja 23 hari. Jumlah permintaan 625 unit untuk lemari tas untuk waktu regular
time.
penambahan
Hasil untuk
dari waktu
perhitungan over
time
tersebut
tidak
ada
ataupun
subkontrak
dikarenakan jumlah produksi tersebut telah sesuai dengan permintaan sebesar 625 unit untuk periode pertama sampai dengan periode 12 (bulan) tidak ada untuk penambahan waktu over time atau subkontrak. Hasil dari jumlah produksi pun telah terpenuhi dari total permintaan yaitu 6565 unit dari permintaan 6565 unit, sehingga pada metode tenaga kerja berubah dari segi biaya yang dikeluarkan pun minimum dari metode tenaga kerja tetap dengan jumlah Rp 15.377.750,-. Berdasarkan perhitungan dari keempat metode tersebut dapat dikatakan bahwa biaya yang lebih minimum adalah metode transportasi. Metode transportasi ini akan lebih baik diterapkan dalam sistem produksi pembuatan lemari tas karena biaya yang dikeluarkan minimum, yaitu Rp 15.377.750,-.