BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 yang berjumlah 442 perusahaan. Penulis hanya menggunakan tahun 2011 saja, karena pada tahun tersebut sudah banyak perusahaan go public yang menerapkan sebagian PSAK berbasis IFRS dan di tahun 2011 pula merupakan tahap persiapan akhir bagi perusahaanperusahaan go public dalam menerapkan sebagian PSAK berbasis IFRS tersebut. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Setelah dilakukan proses pemilihan sampel yang berdasar pada kriteria yang telah ditentukan, maka diperoleh 365 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. IV.2 Analisis Data IV.2.1 Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini dilakukan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan data sampel yang diperlihatkan dengan nilai rata-rata (mean), nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi. Variabel yang dianalisis dengan statistik deskriptif yang menggunakan skala rasio yaitu ukuran 65
perusahaan dan solvabilitas yang dijelaskan dengan nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi yang bersangkutan. Sedangkan variabel yang menggunakan skala nominal yaitu keterlambatan penyampaian laporan keuangan, penerapan IFRS, opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, dan kinerja perusahaan akan dijelaskan dengan frequency table, karena merupakan variabel kategorik. Berikut ini adalah penjelasan hasil statistik deskriptif variabel dependen dan variabel independen: 1. Variabel Dependen Variabel
dependen
dalam
penelitian
ini
adalah
keterlambatan
penyampaian laporan keuangan. Dimana keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut diukur berdasarkan tanggal penyampaian laporan keuangan ke Bapepam yang dapat diketahui melalui situs www.idx.co.id. Berikut adalah penjelasan analisa pengujian statistik deskriptif untuk variabel dependen: Tabel IV.1 Deskripsi Data Keterlambatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Tepat waktu atau tidak Dummy 0 1 Total
Frequency 230 135 365
Percent 63,0 37,0 100,0
Untuk perusahaan yang tepat waktu menyampaikan laporan keuangan diberi kode (0) sedangkan untuk perusahaan yang tidak tepat waktu diberi kode 66
(1). Berdasarkan tabel frekuensi, diperoleh 230 (63,0%) perusahaan yang tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dan 135 (37,0%) perusahaan tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Pada lampiran 1 akan diperlihatkan daftar perusahaan yang dikategorikan tepat waktu dan tidak tepat waktu beserta tanggal penyampaian laporan keuangannya ke Bapepam. 2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS, opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, ukuran perusahaan, solvabilitas, dan kinerja perusahaan. Berikut adalah penjelasan analisa pengujian statistik deskriptif untuk variabel independen: Tabel IV.2 Deskripsi Data Penerapan IFRS Terdampak atau tidak terdampak Dummy 0 1 Total
Frequency 93 272 365
Percent 25,5 74,5 100,0
Untuk perusahaan yang tidak terdampak IFRS diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang terdampak IFRS diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi yang dihasilkan, terdapat 93 (25,5%) perusahaan yang tidak terkena dampak IFRS dan 272 (74,5%) perusahaan yang terkena dampak IFRS. Maka dapat
67
disimpulkan untuk tahun 2011 sudah banyak perusahaan yang menerapkan dan terkena dampak IFRS. Tabel IV.3 Deskripsi Data Opini Auditor Opini Auditor
Dummy 0 1 Total
Frequency
Percent
357 8 365
97,8 2,2 100,0
Untuk perusahaan yang mendapat opini unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang mendapat selain unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi diperoleh 357 (97,8%) perusahaan mendapat opini unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language dan 8 (2,2%) perusahaan mendapat opini selain unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language. Tabel IV.4 Deskripsi Data Kualitas Auditor Kualitas Auditor Dummy 0 1 Total
Frequency 134 231 365
Percent 36,7 63,3 100,0 68
Untuk perusahaan yang menggunakan jasa KAP the big four diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang menggunakan jasa KAP non the big four diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi diperoleh 134 (36,7%) perusahaan menggunakan jasa KAP the big four dan 231 (63,3%) perusahaan menggunakan jasa KAP non the big four. Tabel IV.5 Deskripsi Data Kompleksitas Operasi Kompleksitas Operasi
Dummy 0 1 Total
Frequency 198 167
Percent 54,2 45,8
365
100,0
Untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang memiliki anak perusahaan diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi diperoleh 198 (54,2%) perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 167 (45,8%) perusahaan yang memiliki anak perusahaan.
69
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan dan Solvabilitas
Sampel Mean Minimum Maksimum Std. Deviation Quartiles Q1 Q3
Ukuran Perusahaan (Ln Total Asset) 365 28,0852 23,19 32,75 1,80846 26,7744 29,2983
Solvabilitas (Debt to Asset Ratio) 365 0,5050 0,004 1,662 0,25225 0,3022 0,6686
Pada ukuran perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan Ln total asset, diperoleh nilai minimum sebesar 23,19 yaitu pada Alam Karya Unggul Tbk, sedangkan nilai maksimum sebesar 32,75 yaitu pada Bank CIMB Niaga Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa Ln total asset yang dimiliki perusahaan dalam sampel adalah antara 23,19 sampai dengan 32,75. Sedangkan untuk nilai meannya diperoleh sebesar 28,0852 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,80846. Nilai kuartil 1 (Q1) menunjukkan bahwa 25% perusahaan memiliki ukuran dibawah 26,7744, sementara nilai kuartil 3 (Q3) menunjukkan bahwa 75% perusahaan memiliki ukuran dibawah 29,2983. Selanjutnya pada tingkat solvabilitas yang dilihat dari debt to asset ratio (DAR) yaitu perbandingan antara total liabilities dengan total asset, maka diperoleh hasil debt to asset ratio terendah adalah 0,004 pada Inti Agri Resources Tbk, sedangkan tingkat debt to asset ratio tertinggi adalah 1,662 pada Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. Berdasarkan laporan keuangan auditan perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2011 Inti Agri Resources Tbk memiliki total 70
liabilitas sebesar Rp 1.479.140.080 dari total aset Rp 382.378.022.616 dan Arpeni Pratama Ocean Line Tbk memiliki total liabilitas sebesar Rp 7.089.736.327.971 dari total aset Rp 4.265.545.870.749, dimana menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat debt to asset ratio, maka mengindikasikan buruknya kesehatan keuangan perusahaan karena sebagian besar aset dibiayai oleh hutang yang menyebabkan tingginya risiko finansial suatu perusahaan, dalam hal ini terjadi pada Arpeni Pratama Ocean Line Tbk yang memiliki tingkat debt to asset ratio paling tinggi. Sedangkan nilai mean untuk tingkat solvabilitas diperoleh sebesar 0,5050 dengan standar deviasi sebesar 0,25225. Nilai kuartil 1 (Q1) menunjukkan bahwa 25% perusahaan memiliki tingkat solvabilitas dibawah 0,3022, sementara nilai kuartil 3 (Q3) menunjukkan bahwa 75% perusahaan memiliki tingkat solvabilitas dibawah 0,6686. Tabel IV.7 Deskripsi Data Kinerja Perusahaan Kinerja Perusahaan Frequency Percent Dummy 0 315 86,3 1 50 13,7 Total 365 100,0
Untuk perusahaan yang mengalami profit diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang mengalami loss diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi diperoleh 315 (86,3%) perusahaan yang mengalami profit dan 50 (13,7%) perusahaan yang mengalami loss. 71
IV.2.2 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan model regresi logistik biner dengan metode enter dengan tingkat signifikansi 5%. Regresi logistik biner digunakan untuk menguji pengaruh penerapan IFRS, opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, ukuran perusahaan (Ln total asset), solvabilitas (debt to asset ratio), dan kinerja perusahaan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pengujian hipotesis meliputi, (1) menilai kelayakan model regresi, (2) menilai keseluruhan model, (3) menguji koefisien determinasi, dan (4) menguji koefisien regresi. IV.2.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) Menilai kelayakan model regresi dilakukan dengan memperhatikan nilai Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow, dimana jika tingkat signifikannya lebih dari 0,05 maka Ho diterima. Hasil pengujian disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel IV.8 Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 5,983 8 0,649
Pada tabel tersebut terlihat bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test sebesar 5,983 dengan tingkat signifikan (p-value) 0,649 yang nilainya lebih besar dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa model 72
mampu memprediksi nilai observasi karena cocok dengan data observasinya (Ho diterima), berarti model dinyatakan layak dan boleh diinterpretasikan. IV.2.2.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Menilai keseluruhan model dilakukan dengan cara memperhatikan nilai antara -2 Log Likehood (LL) block number = 0 dan -2 Log Likehood (LL) block number = 1. Tabel IV.9 Overall Model Fit Iteration Step 0 Step 1
-2 Log Likelihood 480,984 448,286
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai -2 Log Likehood block number = 0 adalah 480,984 sedangkan -2 Log Likehood block number = 1 adalah 448,286. Sehingga dapat dilihat bahwa adanya penurunan nilai -2 Log Likehood block number = 0 terhadap -2 Log Likehood block number = 1 sebesar 480,984 448,286 = 32,698. Dengan adanya penurunan nilai tersebut berarti keseluruhan model regresi logistik yang digunakan adalah model yang baik atau model yang dihipotesakan fit dengan data.
73
IV.2.2.3 Menguji Koefisien Determinasi Menilai koefisien determinasi didasarkan pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan nilai Nagelkerke R Square: Tabel IV.10 Nilai Nagelkerke R Square Step 1
-2 Log likelihood 448,286
Cox & Snell Nagelkerke R R Square Square ,086 ,117
Pada tabel diatas ditunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,117. Hal ini berarti variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 11,7%, sedangkan sisanya 88,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian. IV.2.2.4 Menguji Koefisien Regresi Tahap akhir yang dilakukan adalah menguji koefisien regresi. Pengujian regresi logistik dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan menguji koefisien regresi, maka akan dapat diketahui sejauh mana variabel independen berpengaruh pada variabel dependen. Sehingga apabila signifikansi p-value lebih besar dari 5%, maka hipotesis alternatif ditolak (berarti variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen), sedangkan apabila signifikansi p-value lebih kecil dari 5%, maka 74
hipotesis alternatif diterima. Dari hasil pengujian persamaan regresi logistik diperoleh model regresi sebagai berikut: Y = 3,648 + 0,579IFRS + 0,924OA + 0,460AUD - 0,110KOMP -
0,183TA
+ 0,232DAR + 0,776KINERJA + ε Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian koefisien regresi:
Tabel IV.11 Hasil Analisis Regresi Atas Penerapan IFRS, Opini Auditor, Kualitas Auditor, Kompleksitas Operasi, Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, dan Kinerja Perusahaan Terhadap Keterlambatan Penyampaian Laporan Keuangan
KLK = α + β1IFRS + β2OA + β3AUD + β4KOMP + β5TA+ β6DAR + β7KINERJA + ε Variabel
Koefisien
Standard Error
Sig.
Pengaruh
IFRS
0,579
0,280
0,039
Signifikan
OA
0,924
0,893
0,301
Tidak Signifikan
AUD
0,460
0,274
0,093
Tidak Signifikan
KOMP
-0,110
0,235
0,639
Tidak Signifikan
TA
-0,183
0,079
0,020
Signifikan
DAR
0,232
0,473
0,624
Tidak Signifikan
KINERJA
0,776
0,336
0,021
Signifikan
Constant
3,648
2,210
0,099
IFRS (International Financial Reporting Standards), OA (Opini Auditor), AUD (Kualitas Auditor), KOMP (Kompleksitas Operasi), TA (ukuran perusahaan dari log Total Asset), DAR (Solvabilitas dari Debt to Asset Ratio), KINERJA (Kinerja perusahaan berdasar Profit atau Loss).
75
Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel penerapan IFRS menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,579 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039. Hal ini berarti variabel penerapan IFRS menunjukkan arah positif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,039 dibawah signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penerapan IFRS berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha1 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel OA (Opini Auditor) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,924 dengan nilai signifikansi sebesar 0,301. Hal ini berarti variabel opini auditor menunjukkan arah positif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,301 diatas signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel OA (Opini Auditor) tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha2 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel AUD (Kualitas Auditor) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,460 dengan nilai signifikansi sebesar 0,093. Hal ini berarti variabel kualitas auditor menunjukkan arah positif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,093 diatas signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel AUD tidak berpengaruh signifikan terhadap 76
keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha3 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel KOMP (Kompleksitas Operasi) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,110 dengan nilai signifikansi sebesar 0,639. Hal ini berarti variabel kompleksitas operasi menunjukkan arah negatif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,639 diatas signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel KOMP tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha4 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel TA (ukuran perusahaan dari log Total Asset)
menunjukkan nilai
koefisien regresi sebesar -0,183 dengan nilai signifikansi sebesar 0,020. Hal ini berarti variabel ukuran perusahaan menunjukkan arah negatif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,020 dibawah signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel TA berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha5 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel DAR (Solvabilitas dari debt to asset ratio) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,232 dengan nilai signifikansi sebesar 0,624. Hal ini berarti variabel
solvabilitas
menunjukkan
arah
positif
terhadap
keterlambatan 77
penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,624 diatas signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha6 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan Tabel IV.11 diatas, dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel KINERJA (Kinerja Perusahaan berdasar profit atau loss) menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,776 dengan nilai signifikansi sebesar 0,021. Hal ini berarti variabel kinerja perusahaan menunjukkan arah positif terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan, karena nilai signifikansi 0,021 dibawah signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa variabel KINERJA berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Maka hipotesis Ha7 dalam penelitian ini diterima. IV.2.3 Diskusi Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, penulis ingin menguji pengaruh variabel independen yaitu: penerapan IFRS, opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, ukuran perusahaan, solvabilitas, dan kinerja perusahaan terhadap variabel dependen yaitu: keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan pada 365 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Berdasarkan serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap model regresi dan variabel-variabel penelitian, diperoleh ringkasan hasil pengujian hipotesis, yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
78
Tabel IV.12 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis No.
Hipotesis
Hasil
1
penerapan IFRS berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Diterima
2
Opini auditor berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Ditolak
3
Kualitas auditor berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Ditolak
4
Kompleksitas operasi berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Ditolak
5
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Diterima
6
Solvabilitas berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Ditolak
7
Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam
Diterima
Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: IV.2.3.1 IFRS IFRS pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,579 dengan tingkat signifikansi 0,039 lebih kecil dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti semakin perusahaan terdampak IFRS, maka semakin tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan
79
keuangan ke Bapepam, dan sebaliknya, semakin perusahaan tidak terdampak IFRS, maka semakin tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Penelitian yang berkembang terkait IFRS menyatakan bahwa IFRS menghendaki adanya pengungkapan yang luas, yang menuntut upaya dan waktu yang lebih besar dalam melaksanakan audit (Hoogendoorn,2006). Senada dengan Carlin, Finch dan Laili (2009) yang menyatakan bahwa kompleksitas IFRS tidak hanya pada perlakuan akuntansi, tetapi juga pada kesulitan untuk mematuhi pelaporan rinci dan ketentuan pengungkapan (Griffin, Lont dan Sun, 2009). Dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara IFRS dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga penerapan IFRS mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pada tabel hasil statistik deskripsi data penerapan IFRS, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan sampel terdampak IFRS. Hal ini berarti perusahaan yang terdampak IFRS, cenderung terlambat menyampaikan laporan keuangannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yaacob dan Che-Ahmad (2011) yang menyatakan bahwa adopsi IFRS berpengaruh terhadap audit delay, dimana kompleksitas IFRS menyebabkan auditor membutuhkan lebih banyak waktu dalam melaksanakan penugasan audit mereka. Sehingga dapat memperpanjang lamanya audit, yang berakibat pada keterlambatan penerbitan laporan keuangan auditan. Namun, hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretta (2011) yang tidak 80
menemukan hubungan signifikan antara IFRS dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada serta penelitian-penelitian yang berkembang terkait hubungan antara IFRS dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. IV.2.3.2 Opini Auditor Opini auditor pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,924 dengan tingkat signifikansi 0,301 lebih besar dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti ketika perusahaan mendapat opini selain unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language, maka cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya ketika perusahaan mendapat opini unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language, maka cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara opini auditor dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga opini auditor tidak mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. 81
Pada tabel hasil statistik deskripsi data opini auditor, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan sampel memperoleh unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language. Meskipun sebagian besar opini audit yang diperoleh merupakan unqualified opinion dan unqualified opinion with explanatory language, hal tersebut tidak mempengaruhi perusahaan terutama pihak manajemen untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu atau tidak tepat waktu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shukeri dan Nelson (2011) yang juga tidak menemukan adanya pengaruh antara jenis opini auditor dengan audit delay. Namun, hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004), Ahmad dan Kamarudin (2003), Yaacob dan Che-Ahmad (2011), Ashton et al., (1987), Carslaw dan Kaplan (1991), Bamber et al., (1993) dan Soltani (2002) yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh positif terhadap audit delay, dimana apabila perusahaan yang menerima
qualified opinion, cenderung untuk menunda penyampaian
laporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang menerima unqualified opinion, karena qualified opinion dilihat sebagai bad news sehingga akan memperlambat proses audit, yang menyebabkan telatnya penerbitan laporan auditor, sehingga berdampak pada keterlambatan penyampaian laporan keuangan auditan.
82
IV.2.3.3 Kualitas Auditor Kualitas auditor pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,460 dengan tingkat signifikansi 0,093 lebih besar dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti ketika perusahaan memakai jasa KAP non the big four, maka cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya ketika perusahaan memakai jasa KAP the big four, maka cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara kualitas auditor dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga kualitas auditor tidak mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pada tabel hasil statistik deskripsi data kualitas auditor, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan sampel memakai jasa KAP non the big four yaitu sebanyak 231 perusahaan sehingga membuat hasil penelitian menjadi tidak signifikan karena tidak sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Theresia (2005) yang menemukan bahwa kualitas auditor tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap timeliness, serta Prabandari dan Rustiana (2007), dan Al Ajmi (2008)
83
yang juga tidak menemukan adanya pengaruh antara kualitas auditor dengan audit delay. Namun, hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretta (2011) yang menemukan hubungan signifikan antara kualitas auditor dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan, serta Shukeri dan Nelson (2011), Ahmad dan Kamarudin (2003), Subekti dan Widiyanti (2004), Ashton et al., (1987), Gilling (1977), Rachmawati (2008), dan Lawrence dan Glover (1998) yang juga menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh
terhadap
audit
delay,
dimana
apabila
perusahaan
yang
menggunakan perusahaan audit yang besar seperti the big four dapat melakukan audit dengan cepat dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu untuk dapat menyelesaikan auditnya tepat waktu, yang berdampak pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan auditan. IV.2.3.4 Kompleksitas Operasi Kompleksitas operasi pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,110 dengan tingkat signifikansi 0,639 lebih besar dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti ketika perusahaan memiliki anak perusahaan, maka cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya ketika perusahaan tidak memiliki anak perusahaan, maka cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. 84
Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara kompleksitas operasi dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga kompleksitas operasi tidak mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pada tabel hasil statistik deskripsi data kompleksitas operasi, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan tidak memiliki anak perusahaan yaitu sebanyak 198 perusahaan sehingga membuat hasil penelitian menjadi tidak signifikan karena tidak sesuai dengan landasan teori yang digunakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretta (2011) yang juga menemukan bahwa kompleksitas operasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Namun, hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Owusu Ansah (2000) yang menemukan hubungan signifikan antara kompleksitas operasi dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, serta Givoly dan Palmon (1982) yang juga menyatakan bahwa kompleksitas operasi berpengaruh terhadap audit delay, dimana apabila perusahaan memiliki jumlah anak perusahaan yang banyak (kompleksitas operasi semakin besar) dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan auditnya, sehingga dapat membuat audit delay semakin panjang, yang berdampak pada keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. 85
IV.2.3.5 Ukuran Perusahaan (Log Total Asset) Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan natural logaritma total asset pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,183 dengan tingkat signifikansi 0,020 lebih kecil dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti semakin besar ukuran suatu perusahaan semakin besar kecenderungan perusahaan untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Penelitian yang berkembang terkait hubungan ukuran perusahaan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah perusahaan besar dapat melaksanakan suatu pengendalian internal yang lebih kuat yang memungkinkan auditor untuk menempatkan kepercayaan yang lebih atas pengujian kepatuhan daripada pengujian substantif atas saldo akhir tahun, sehingga dapat memfasilitasi terjadinya penyelesaian audit yang tepat waktu (Ashton et al., 1989). Senada dengan Dyer dan McHugh (1975) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki insentif untuk mengurangi audit delay dan menghadapi tekanan eksternal yang lebih besar untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dapat dinyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu 86
penyampaian laporan keuangan. Terlihat dari hasil statistik deskriptif diperoleh nilai dari rata-rata total asset perusahaan sampel cukup tinggi yaitu sebesar 28,0852 sehingga ukuran perusahaan yang besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Theresia (2005), Al Ajmi (2008), Rachmawati (2008), dan Margaretta (2011) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Disisi lain hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Givoly dan Palmon (1982) yang tidak menemukan hubungan signifikan antara ukuran perusahaan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan tahunan. Sehingga berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada serta penelitian-penelitian yang berkembang terkait hubungan antara ukuran perusahaan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. IV.2.3.6 Solvabilitas (Debt to Asset Ratio/DAR) Solvabilitas (Debt to Asset Ratio/DAR) pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,232 dengan tingkat signifikansi 0,624 lebih besar dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti semakin
besar
tingkat
solvabilitas
suatu
perusahaan
semakin
besar
kecenderungan perusahaan untuk tidak tepat waktu dalam menyampaikan 87
laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya, semakin kecil tingkat solvabilitas suatu perusahaan semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara solvabilitas dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sehingga tinggi rendahnya tingkat solvabilitas tidak mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pada hasil statistik deskriptif penelitian juga diperoleh hasil bahwa rata-rata tingkat solvabilitas perusahaan sampel cukup rendah yaitu sebesar 0,5050 dimana meskipun perusahaan sampel mempunyai tingkat solvabilitas yang rendah tidak mempengaruhi keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Namun, hasil pengujian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Ajmi (2008) dan Rachmawati (2008) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan pelaporan tahunan, serta Carslaw dan Kaplan (1991) yang juga menemukan pengaruh solvabilitas terhadap audit delay, dimana apabila perusahaan memiliki debt to asset ratio yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya kegagalan perusahaan, karena mengindikasikan buruknya kesehatan keuangan perusahaan, yang menyebabkan semakin tingginya risiko finansial suatu perusahaan tersebut yang membuat auditor memfokuskan perhatiannya terhadap laporan keuangan perusahaan yang
88
kurang reliable, sehingga auditor perlu cukup waktu yang lebih panjang yang dapat berdampak pada keterlambatan penyampaian laporan keuangan auditan. IV.2.3.7 Kinerja Perusahaan (Profit atau Loss) Kinerja perusahaan pada Tabel IV.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,776 dengan tingkat signifikansi 0,021 lebih kecil dari 0,05 (5%). Tanda koefisien yang positif ini menunjukkan hubungan yang searah dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berarti ketika suatu perusahaan mengalami loss, maka perusahaan cenderung untuk tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya ke Bapepam, dan sebaliknya, ketika suatu perusahaan mengalami profit, maka perusahaan cenderung untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Penelitian yang berkembang terkait hubungan kinerja perusahaan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah perusahaan yang mengalami loss cenderung untuk menunda menerbitkan laporan keuangannya, karena tidak ingin melaporkan bad news tersebut kepada publik yang dapat membahayakan reputasi dan kinerja perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Dan sebaliknya, untuk perusahaan yang mengalami profit cenderung segera melaporkan good news tersebut kepada publik, yang menyebabkan semakin kecil terjadinya keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Givoly dan Palmon (1982) yang menemukan bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman laba yang lebih awal atas adanya suatu good news. 89
Dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dapat dinyatakan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Pada tabel hasil statistik deskripsi data kinerja perusahaan, diperoleh hasil bahwa kebanyakan perusahaan sampel mengalami profit. Hal ini berarti perusahaan yang mengalami profit, mempengaruhi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shukeri dan Nelson (2011) yang menemukan hubungan signifikan kinerja perusahaan terhadap audit report lag. Sehingga berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada serta penelitian-penelitian yang berkembang terkait hubungan antara ukuran perusahaan dengan keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan.
90