BAB IV HASIL PENGUJIAN
IV.1 Metode Pengumpulan Sampel Dalam pengumpulan sampel, digunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam purposive sampling adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari internet. 2. Berasal dari sub sektor industri barang konsumsi, karena produk perusahaan yang berasal dari sub sektor ini biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari sehingga cukup familiar. 3. Mempunyai data laporan keuangan (financial report) dari tahun 2007-2009, karena dengan pemilihan time series selama tiga (3) tahun sudah cukup memiliki tingkat keakuratan untuk memprediksi perubahan-perubahan yang terjadi pada perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Tahun yang dipilih untuk penelitian adalah tahun 2007-2009 dikarenakan dengan pemilihan tahun tersebut dapat diperoleh informasi yang up to date. Periode tahun 2010 tidak diikutsertakan karena hanya sedikit perusahaan yang sudah mempublikasikan laporan keuangannya pada tahun 2010. Berdasarkan kriteria pemilihan sampling dengan purposive sampling diatas maka berikut akan dijelaskan secara rinci proses pengumpulan sampel tersebut. Pengumpulan 53
sampel tersebut akan dijabarkan dalam tabel 1. Tabel 1 Pengumpulan Sampel Kriteria Pengumpulan Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Bukan berasal dari sektor industri barang konsumsi Laporan keuangan tidak lengkap (dari tahun 2007-2009) Total perusahaan yang memenuhi kriteria Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
Jumlah Perusahaan 126 perusahaan 87 perusahaan 9 perusahaan 30 perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian beserta dengan pembagian berdasarkan sub sektornya adalah sebagai berikut: - Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor makanan dan minuman sebanyak sebelas (11) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 2. Tabel 2 Sampel Penelitian Sub Sektor Makanan dan Minuman No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 1 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 4 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 5 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 6 Makanan dan Minuman MYOR PT Mayora Indah Tbk 7 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 8 SKLT PT Sekar Laut Tbk 9 STTP PT Siantar Top Tbk 10 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk 11 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor rokok sebanyak satu (1) perusahaan. Perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 3.
54
Tabel 3 Sampel Penelitian Sub Sektor Rokok No
Kode Perusahaan
Sub Sektor
Nama Perusahaan
Rokok HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 1 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor farmasi sebanyak delapan (8) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 4. Tabel 4 Sampel Penelitian Sub Sektor Farmasi No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 1 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 3 MERK PT Merck Tbk 4 Farmasi PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 6 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 7 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 8 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 5. Tabel 5 Sampel Penelitian Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
MRAT PT Mustika Ratu Tbk 1 Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah TCID PT Mandom Indonesia Tbk 2 Tangga UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 3 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
55
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor peralatan rumah tangga sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 6. Tabel 6 Sampel Penelitian Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 1 Peralatan Rumah KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 2 Tangga LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 3 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
- Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor pulpen dan kertas sebanyak empat (4) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut akan dijabarkan dalam tabel 7. Tabel 7 Sampel Penelitian Sub Sektor Pulpen dan Kertas No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk 1 KBRI PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 2 Pulpen dan Kertas SAIP PT Surabaya Agung I P & K Tbk 3 SPMA PT Suparma Tbk 4 Sumber: http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors
Dari sampel perusahaan yang berjumlah tiga puluh (30) perusahaan, masingmasing akan dihitung terlebih dahulu Z-score Altman untuk mengelompokkan apakah perusahaan tersebut termasuk di dalam kelompok financial distress, grey area atau sehat. Sebagai contoh untuk perusahaan PT Ades Waters Indonesia Tbk, perhitungan Zscore Altman sebagai berikut: *Periode 2007: Working Capital to Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital/modal kerja diperoleh dari selisih
56
antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya: X1 = Working Capital 2007 / Total Assets 2007 = (Current Assets 2007 – Current Liabilities 2007) / Total Assets 2007 = (33.121.000.000 - 96.346.000.000) / 178.761.000.000 = -63.225.000.000.000 / 178.761.000.000 = -0.35368 Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya: X2 = Retained Earnings 2007 / Total Assets 2007 = -527.859.000.000 / 178.761.000.000 = -2,95288 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya: X3 = EBIT 2007 / Total Assets 2007 = -151.986.000.000 / 178.761.000.000
57
= -0,85022 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya: X4 = Market Value of Equity 2007 / Book Value of Total Liabilities 2007 = (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities) = (589.897.000 x 1.000) / (96.346.000.000 + 15.309.000.000) = 589.897.000.000 / 111.655.000.000 = 5,28321 Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2007. Berikut ini adalah perhitungannya: X5 = Sales 2007 / Total Assets 2007 = 131.549.000.000 / 178.761.000.000 = 0,73589 *Periode 2008 Working Capital to Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital/modal kerja diperoleh dari selisih
58
antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X1 = Working Capital 2008 / Total Assets 2008 = (Current Assets 2008 – Current Liabilities 2008) / Total Assets 2008 = (59.208.000.000 - 115.217.000.000) / 185.015.000.000 = -56.009.000.000 / 185.015.000.000 = -0,30273 Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X2 = Retained Earnings 2008 / Total Assets 2008 = -543.067.000.000 / 185.015.000.000 = -2,93526 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X3 = EBIT 2008 / Total Assets 2008 = -30.633.000.000 / 185.015.000.000
59
= -0,16557 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X4 = Market Value of Equity 2008 / Book Value of Total Liabilities 2008 = (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities 2008 + Non Current Liabilities 2008) = (589.897.000 x 1.000) / (115.217.000.000 + 17.900.000.000) = 589.897.000.000 / 133.117.000.000 = 4,43142 Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X5 = Sales 2008 / Total Assets 2008 = 129.542.000.000 / 185.015.000.000 = 0,70017
60
*Periode 2009 Working Capital to Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Working Capital/modal kerja diperoleh dari selisih antara harta lancar dengan hutang lancar. Dalam hal ini, maka harta lancar dan hutang lancar yang digunakan adalah harta lancar dan hutang lancar pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya: X1 = Working Capital 2009 / Total Assets 2009 = (Current Assets 2009 – Current Liabilities 2009) / Total Assets 2009 = (73.551.000.000 – 29.613.000.000) / 178.287.000.000 = 43.938.000.000 / 178.287.000.000 = 0,24644 Retained Earnings to Total Assets merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, maka laba ditahan dan total harta yang digunakan adalah laba ditahan dan total harta pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya: X2 = Retained Earnings 2009 / Total Assets 2009 = -526.746.000.000 / 178.287.000.000 = -2,95448 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Dalam hal ini, maka EBIT dan total
61
harta yang digunakan adalah EBIT dan total harga pada periode 2009. Berikut ini adalah perhitungannya: X3 = EBIT 2009 / Total Assets 2009 = 17.395.000.000 / 178.287.000.000 = 0,09757 Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Dalam hal ini, nilai saham pasar dan nilai buku hutang yang digunakan adalah nilai saham pasar dan nilai buku hutang pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X4 = Market Value of Equity 2009 / Book Value of Total Liabilities 2009 = (Share Issued x Par Value) / (Current Liabilities 2009 + Non Current Liabilities 2009) = (589.897.000 x 1.000) / (29.613.000.000 + 80.455.000.000) = 589.897.000.000 / 110.068.000.000 = 5,35939 Sales to Total Assets merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Dalam hal ini, penjualan bersih dan total harta yang digunakan adalah penjualan bersih dan total harta pada periode 2008. Berikut ini adalah perhitungannya: X5 = Sales 2009 / Total Assets 2009
62
= 134.438.000.000 / 178.287.000.000 = 0,75405 Setelah semua rasio-rasio diatas ditemukan, maka Z-score perusahaanperusahaan tersebut dihitung dengan menggunakan rumus 1,2(Working Capital to Total Assets) + 1,4(Retained Earnings to Total Assets) + 3,3(Earning Before Interests and Taxes to Total Assets) + 0,6(Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) + 0,999(Sales to Total Assets). Dalam hal ini karena digunakan time series selama tiga (3) tahun,maka digunakan rasio dari rata-rata perhitungan selama tiga (3) tahun tersebut. Berikut adalah perhitungan Z-score untuk PT Ades Waters Indonesia Tbk : Z-score = 1,2((X1 2007 + X1 2008 + X1 2009)/3) + 1,4((X2 2007 + X2 2008 + X2 2009)/3) + 3,3((X3 2007 + X3 2008 + X3 2009)/3) + 0,6((X4 2007 + X4 2008 + X4 2009)/3) + 0,999((X5 2007 + X5 2008 + X5 2009)/3) = 1,2(-0,13666) + 1,4(-2,94754) + 3,3(-0,30607) + 0,6(5,02467) + 0,999(0,73004) = -1,55647 Total Z-score untuk PT Ades Waters Indonesia Tbk pada periode 2007-2009 adalah sebesar -1,55647. Hasil perhitungan di atas adalah Z-score untuk PT Ades Waters Indonesia Tbk lebih kecil dari angka 1,81 sehingga perusahaan ini dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak sehat dalam arti perusahaan ini memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami kebangkrutan atau financial distress. Data seperti hasil perhitungan diatas kemudian dikelompokkan berdasarkan Zscore, dengan kriteria sebagai berikut:
63
1. Z-score < 1,81, perusahaan yang termasuk di dalam kelompok ini, merupakan perusahaan yang mengalami financial distress. 2.
1,81 < Z-score ≤ 2,99, kelompok ini dinamakan grey area, perusahaan yang termasuk kelompok ini mengalami sedikit masalah keuangan.
3. Z-score > 2,99, perusahaan yang termasuk di dalam kelompok ini, merupakan perusahaan yang sehat. Berikut hasil pengelompokkan Z-score sesuai dengan sub sektor perusahaan tersebut: - Pada sub sektor makanan dan minuman, ada tiga (3) perusahaan yang mengalami financial distress, enam (6) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan dua (2) perusahaan yang tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor makanan dan minuman akan dijabarkan pada tabel 8. Tabel 8 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Makanan dan Minuman No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
Grey Area
8
PSDN
9
SKLT
PT Ades Waters Indonesia Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk. PT Mayora Indah Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Sekar Laut Tbk
10
STTP
PT Siantar Top Tbk
2,44522
11
ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
2,35397
1
ADES
2
AISA
3 4
CEKA DLTA
5 6 7
INDF Makanan dan Minuman
MLBI MYOR
<1,81
>2,99
-1,55647 0,76406 3,29186 3,91827 1,43562 2,79065 2,81812 2,44424 2,32863
64
- Pada sub sektor rokok, hanya ada satu (1) perusahaan dan perusahaan tersebut tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor rokok akan dijabarkan pada tabel 9. Tabel 9 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Rokok No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
Rokok
HMSP
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
<1,81
Grey Area
>2,99 4,33155
- Pada sub sektor farmasi, ada satu (1) perusahaan yang mengalami financial distress, satu (1) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan enam (6) perusahaan yang tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor farmasi akan dijabarkan pada tabel 10. Tabel 10 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Farmasi No
Sub Sektor
Kode Perusahaan
1
DVLA
2
KAEF
3 4 5
KLBF MERK PYFA
Farmasi
6
SCPI
7
SQBI
8
TSPC
Nama Perusahaan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Merck Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Schering Plough Indonesia Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk
<1,81
Grey Area
>2,99 3,67444 3,38059 3,87442 5,13366
2,82693 1,36946 3,96658 3,38612
- Pada sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, terdapat tiga (3) buah perusahaan dan semua perusahaan tersebut tergolong dalam kategori perusahaan
65
yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga akan dijabarkan pada tabel 11. Tabel 11 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga No 1 2 3
Sub Sektor
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
MRAT
PT Mustika Ratu Tbk
TCID UNVR
<1,81
Grey Area
>2,99 3,26923
PT Mandom Indonesia Tbk PT Unilever Indonesia Tbk
4,20642 4,85022
- Pada sub sektor peralatan rumah tangga, ada dua (2) perusahaan yang termasuk dalam grey area, dan satu (1) perusahaan yang tergolong dalam kategori perusahaan yang sehat (tidak mengalami financial distress). Sub sektor peralatan rumah tangga akan dijabarkan pada tabel 12. Tabel 12 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga No 1 2 3
Sub Sektor
Kode Perusahaan KDSI
Peralatan Rumah Tangga
KICI LMPI
Nama Perusahaan PT Kedawung Setia Industrial Tbk PT Kedaung Indah Can Tbk PT Langgeng Makmur Industri Tbk
<1,81
Grey Area
>2,99
2,60005 3,43094 2,66113
- Pada sub sektor pulpen dan kertas, terdapat empat (4) buah perusahaan dan semuanya tergolong dalam kategori perusahaan yang mengalami financial distress. Sub sektor pulpen dan kertas akan dijabarkan pada tabel 13.
66
Tabel 13 Pengelompokkan Z-score Sub Sektor Pulpen dan Kertas No
Sub Sektor
1 2 3
Kode Perusahaan FASW
Pulpen dan Kertas
4
KBRI SAIP SPMA
Nama Perusahaan PT Fajar Surya Wisesa Tbk PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk PT Surabaya Agung I P & K Tbk PT Suparma Tbk
<1,81
Grey Area
>2,99
1,49215 -1,92149 -1,01397 1,39049
Setelah semua perusahaan sampel diketahui jumlah Z-scorenya masing-masing, maka semua perusahaan tersebut digolongkan menurut kelompok Z-scorenya. Ringkasan kelompok Z-score secara keseluruhan akan dijabarkan dalam tabel 14. Tabel 14 Ringkasan Kelompok Z-score No 1 2
Kelompok Z-score Z-score <1,81 1,81 < Z-score ≤ 2,99
Jumlah 8 9
3
Z-score >2,99
13
IV.2 Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diuji pada setiap hipotesis, bagaimana profil dan distribusi variabel-variabel (bukan variabel dummy) tersebut. Diharapkan hasil uji statistik secara umum melegitimasi data penelitian pada variabel yang akan digunakan dalam uji statistik setiap hipotesis penelitian. Pengujian setiap hipotesis menggunakan uji statistik yang sesuai dengan hipotesis penelitian yang dimaksud. Uji statistik deskriptif untuk variabel-variabel
67
penelitian kecuali variabel dummy, untuk mengetahui berapa besarnya nilai rata-rata, deviasi standar, nilai minimum, dan maximum. Hasil uji statistik deskriptif disajikan di dalam tabel 15.
Tabel 15 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian CR LEV GPM ITO ROE Financial Distress Financial Distress Grey Area Non Financial Distress
N 30 30 30 30 30
Minimum 0,09446 -0,41773 -18,9534 0,17321 -0,91164
Maximum 9,02318 0,38321 7,14249 40,74875 1,00047
Mean 2,757498 0,068827 0,840439 2,696674 0,172481
Std. Deviation 2,094878614 0,14278971 6,138927613 7,683434186 0,317394974
8 9 13
Hasil uji statistik deskriptif untuk 30 sampel perusahaan dimana 8 tergolong dalam financial distress, 9 dalam grey area, dan 13 dalam non finacial distress adalah nilai rata-rata Current Ratio = 2,757498 dengan standar deviasi = 2,094878614; nilai terendah Current Ratio dari 30 sampel = 0,09446 dan nilai tertinggi Current Ratio = 9,02318. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam melunasi tagihan hutang-hutangnya terbilang cukup rendah. Namun demikian data yang terukur dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi, dengan standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya, sehingga sebaran data Current Ratio cukup menyebar jauh dari nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata Leverage Ratio = 0,068827 dengan standar deviasi = 0,14278971; nilai terendah Leverage Ratio dari 30 sampel = -0,41773 dan nilai tertinggi Leverage Ratio = 0,38321. Hal ini berarti perusahaan dalam memiliki hutang daripada memiliki aktiva sebesar 0,068827. Nilai ini cukup rendah, karena Leverage Ratio berada di bawah
68
angka 10%. Namun demikian data yang terukur dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi. Nilai rata-rata Gross Profit Margin adalah 0,840439, standar deviasi sebesar 6,138927613 dengan nilai tertinggi = 7,14249, dan nilai terendah = -18,9534. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan 0,840439%, dengan ukuran penyebaran yang homogen (di bawah rata-rata) yaitu sebesar 6,138927613 dari 30 kasus yang terjadi. Nilai rata-rata Inventory Turnover adalah 2,696674, standar deviasi sebesar 7,683434186 dengan nilai tertinggi = 40,74875, dan nilai terendah = 0,17321. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan menjual persediaannya adalah 2,696674%, dengan penyebaran ukuran yang homogen (di bawah rata-rata) yaitu sebesar 7,683434186 dari 30 kasus yang terjadi. Hasil uji statistik deskriptif untuk 30 sampel perusahaan adalah nilai rata-rata Return on Equity = 0,172481 dengan standar deviasi = 0,317394974; nilai terendah Return on Equity dari 30 sampel = -0,91164 dan nilai tertinggi Return on Equity = 1,00047. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas pengelolaan equity/modal sendiri adalah sebesar 0,172481%. Nilai kurang efektif, karena ROE berada di bawah angka 10%. Namun demikian data yang terukur dari 30 perusahaan sampel cukup bervariasi, dengan standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-ratanya, sehingga sebaran data ROE cukup menyebar jauh dari nilai rataratanya. Sementara hasil deskriptif terhadap financial distress yang terbagi dalam 3 kelompok menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan manufaktur di BEI cenderung
69
tidak berpotensi bangkrut (non financial distress) adalah sebesar 13 perusahaan, berpotensi mengalami financial distress yaitu sebanyak 8 perusahaan, 9 perusahaan termasuk dalam grey area. IV.3 Pengujian Hipotesis Analisis statistik dalam penelitian ini terbagi dalam dua analisis yaitu analisis univariate dan analisis multivariate. Analisis univariate digunakan untuk membuktikan hipotesis pertama hingga ketiga dengan menggunakan uji Independent Sample t-Test jika datanya normal dan uji Mann Whitney jika datanya tidak normal. Sedangkan analisis multivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat menggunakan analisis regresi logistik. IV.3.1. Pengujian Univariate Pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara statistik apakah variabel-variabel independen berbeda secara signifikan di antara perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menggunakan two Independent Sample t Test jika datanya berdistribusi normal dan uji Mann Whitney jika datanya tidak berdistribusi normal. Untuk itu terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data. Hasil pengujian normalitas data dapat ditunjukkan pada tabel 16.
70
Tabel 16 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
CR
LEG
30 2,7574977 2,094879 ,188 ,188 -,128 1,030 ,240
30 2,6966740 7,683434 ,459 ,459 -,371 2,511 ,066
GPM 30 ,0688273 ,14278971 ,218 ,101 -,218 1,195 ,115
ITO
ROE
30 ,8404387 6,138928 ,247 ,152 -,247 1,350 ,052
30 ,1724813 ,31739497 ,246 ,219 -,246 1,349 ,053
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian yaitu rasio keuangan perusahaan (Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity) memiliki nilai p-value (Asym. Sig 2 Tiled) yang nilainya > 0,05 sehingga seluruh variabel rasio keuangan tersebut datanya berdistribusi normal. IV.3.1.1. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress”. Pengujian yang dilakukan adalah Uji beda Z-test karena semua variabel rasio keuangan menyebar normal dengan prosedur uji-t yang digunakan adalah paired sample Z-test seperti yang tampak pada tabel 17.
71
Tabel 17 Uji-t Hipotesis Pertama Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean CRnfc - CRfc 2,603654 LEVnfc - LEVfc -8,00703 GPMnfc - GPMfc ,16448875 ITOnfc - ITOfc 5,559520 ROEnfc - ROEfc ,17650125
Std. Error Mean Std. Deviation 1,31207970 ,46389023 13,84810175 4,896043 ,13404031 ,04739041 11,16626027 3,947869 ,41966632 ,14837445
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 1,506728 3,700580 -19,5843 3,570268 ,05242824 ,27654926 -3,77571 14,89475 -,174349 ,52735107
t 5,613 -1,635 3,471 1,408 1,190
df 7 7 7 7 7
Sig. (2-tailed) ,001 ,146 ,010 ,202 ,273
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai probabilitas p=0,001<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,146>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Leverage Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,01<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Gross Profit Margin antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,202>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
72
Inventory Turnover antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,273>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Return on Equity antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress” tidak ditolak. IV.3.1.2. Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)”. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t seperti tampak pada tabel 18.
73
Tabel 18 Uji – t Hipotesis Kedua Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean CRfc - CRga -,940609 LEVfc - LEVga 7,586614 GPMfc - GPMga -,113646 ITOfc - ITOga -6,50477 ROEfc - ROEga -,179556
Std. Error Std. Deviation Mean 1,12482049 ,39768410 13,86578886 4,902297 ,17366331 ,06139925 10,85802054 3,838890 ,52656198 ,18616777
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -1,88098 -,000235 -4,00548 19,17870 -,258832 ,03153991 -15,5823 2,572765 -,619773 ,26066058
t -2,365 1,548 -1,851 -1,694 -,964
df 7 7 7 7 7
Sig. (2-tailed) ,050 ,166 ,107 ,134 ,367
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai probabilitas p=0,05<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Current Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,166>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Leverage Ratio antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang berda di dalam grey area. Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,107<0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Gross Profit Margin antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,134>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio
74
Inventory Turnover antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,367>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Return on Equity antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” tidak ditolak. IV.3.1.3. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)”. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t seperti tampak pada tabel 19. Tabel 19 Uji – t Hipotesis Ketiga Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
Mean CRnfc - CRga 2,024807 LEVnfc - LEVga -,439250 GPMnfc - GPMga ,04348000 ITOnfc - ITOga -,159299 ROEnfc - ROEga -,009903
Std. Deviation 1,79550227 ,32192995 ,09493415 4,50421441 ,35790249
Std. Error Mean ,59850076 ,10730998 ,03164472 1,501405 ,11930083
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper ,64466145 3,404952 -,686707 -,191793 -,029493 ,11645284 -3,62154 3,302947 -,285012 ,26520487
t 3,383 -4,093 1,374 -,106 -,083
df 8 8 8 8 8
Sig. (2-tailed) ,010 ,003 ,207 ,918 ,936
75
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki nilai probabilitas p=0,01<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Current Ratio antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil uji-t pada Leverage Ratio diperoleh nilai probabilitas p=0,003<0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan rasio Leverage Ratio antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil uji-t pada Gross Profit Margin diperoleh nilai probabilitas p=0,207>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Gross Profit Margin antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil uji-t pada Inventory Turnover diperoleh nilai probabilitas p=0,918>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Inventory Turnover antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area Hasil uji-t pada Return on Equity diperoleh nilai probabilitas p=0,936>0,05, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rasio Return on Equity antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada di dalam grey area. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang tidak
76
mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” tidak ditolak. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok perusahaan adalah sama-sama perusahaan yang tidak mengalami masalah financial distress, hanya pada kelompok perusahaan grey area hanya sedikit mengalami masalah keuangan, tetapi tidak mengalami masalah kebangkrutan. Karena mengalami masalah keuangan, biasanya perusahaan cukup mudah dalam mengatasinya misalnya dengan mengeluarkan surat hutang, atau saham baru. Hal ini dilakukan dengan tujuan investasi, aktiva dan equity perusahaan mengalami peningkatan, sehingga mampu meningkatkan kinerjanya melalui rasio Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity. Berikut akan disajikan hasil ringkasan pengujian univariate secara keseluruhan. Hasil ringkasan pengujian univariate tersebut akan disajikan dalam tabel 20. Tabel 20 Ringkasan Pengujian Univariate Hipotesis Hipotesis 1
Hipotesis 2
Hipotesis 3
Rasio Keuangan CR LEV GPM ITO ROE CR LEV GPM ITO ROE CR LEV GPM ITO ROE
p-value 0,001 0,146 0,01 0,202 0,273 0,05 0,166 0,107 0,134 0,367 0,01 0,003 0,207 0,918 0,936
Hasil Pengujian H0 ditolak H0 tidak ditolak H0 ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak H0 ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak H0 tidak ditolak
77
IV.3.2. Pengujian Multivariate Analisis multivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat yang menyatakan “Rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan”. Analisis multivariate ini menggunakan analisis regresi logistik. Namun demikian sebelum dilakukan uji regresi logistik, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan. IV.3.2.1. Uji Persyaratan Regresi Logistik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan diuji kelayakan dari model regresi logistik yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Omnibus Tests of Model Coefficients. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka model regresi tidak layak digunakan. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka model regresi layak digunakan. Hasil pengujian kelayakan model regresi dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 27,910 27,910 27,910
df 5 5 5
Sig. ,000 ,000 ,000
Pada tampilan keluaran SPSS dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients. Tabel tersebut menunjukkan apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan atau tidak. Dari tabel 21 di atas diketahui nilai model sebesar 27,910 dengan nilai signifikan pada probabilitas 0,000. Karena nilai pvalue < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi finansial perusahaan.
78
Sebelum menganalisis hasil regresi logistik, akan diuji terlebih dahulu fit atau tidak model yang akan dianalisis. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi Likelihood. Likelihood L dari model adalah probalitas bahwa model dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Tampilan output SPSS memberikan dua nilai 2LogL yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta adalah 27,910 yang ditampilkan pada tabel 21, sedangkan -2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas adalah 0,000 yang disajikan pada tabel 22b. Penurunan nilai pada -2LogL dari 27,910 menjadi 0,000 mengindikasikan bahwa model fit dengan data. Tabel 22a Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta Iteration Historya,b,c
Iteration Step 1 0 2 3
-2 Log likelihood 27,911 27,910 27,910
Coefficients Constant -,476 -,485 -,486
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 27,910 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001.
79
Tabel 22b Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas Model Summary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square ,000a ,735
Nagelkerke R Square 1,000
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Kemudian, untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit) digunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai signifikan (pvalue) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,10 maka hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Model tidak baik karena tidak memprediksi nilai observasinya. Jika nilai signifikan (p-value) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,10 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak yang berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya. Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ditampilkan pada tabel 23. Tabel 23 Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square ,000
df 8
Sig. 1,000
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi (p-value) Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 1,000 maka nilai ini lebih besar
80
dari 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat ditunjukkan pada tabel 24. Tabel 24 Uji Multikolinieritas Regression Analysis: CR versus LEV; GPM; ITO; ROE The regression equation is CR = 3,11 - 0,0252 LEV + 9,72 GPM + 0,065 ITO - 4,05 ROE Predictor Constant LEV GPM ITO ROE
Coef 3,1062 -0,02518 9,723 0,0648 -4,050
SE Coef 0,6031 0,07688 5,134 0,1120 2,412
T 5,15 -0,33 1,89 0,58 -1,68
P 0,000 0,748 0,076 0,571 0,113
VIF 2,1 3,1 2,3 2,7
Regression Analysis: LEV versus CR; GPM; ITO; ROE The regression equation is LEV = 4,26 - 0,264 CR - 11,3 GPM - 0,904 ITO + 5,47 ROE Predictor Constant CR GPM ITO ROE
Coef 4,265 -0,2644 -11,30 -0,9044 5,473
SE Coef 3,003 0,8075 18,19 0,2888 8,366
T 1,42 -0,33 -0,62 -3,13 0,65
P 0,175 0,748 0,543 0,006 0,522
VIF 1,5 3,7 1,5 3,1
Regression Analysis: GPM versus CR; LEV; ITO; ROE The regression equation is GPM = - 0,0395 + 0,0188 CR - 0,00208 LEV + 0,00153 ITO + 0,363 ROE Predictor Constant CR LEV ITO ROE
Coef -0,03951 0,018835 -0,002083 0,001534 0,36307
SE Coef 0,04213 0,009945 0,003355 0,004966 0,07081
T -0,94 1,89 -0,62 0,31 5,13
P 0,362 0,076 0,543 0,761 0,000
VIF 1,2 2,1 2,3 1,2
81
Regression Analysis: ITO versus CR; LEV; GPM; ROE The regression equation is ITO = - 0,24 + 0,316 CR - 0,420 LEV + 3,9 GPM + 3,43 ROE Predictor Constant CR LEV GPM ROE
Coef -0,239 0,3162 -0,4202 3,86 3,431
SE Coef 2,171 0,5466 0,1342 12,51 5,714
T -0,11 0,58 -3,13 0,31 0,60
P 0,914 0,571 0,006 0,761 0,557
VIF 1,5 1,3 3,8 3,1
Regression Analysis: ROE versus CR; LEV; GPM; ITO The regression equation is ROE = 0,138 - 0,0370 CR + 0,00476 LEV + 1,71 GPM + 0,0064 ITO Predictor Constant CR LEV GPM ITO
Coef 0,13849 -0,03699 0,004760 1,7121 0,00642
SE Coef 0,08736 0,02203 0,007276 0,3339 0,01070
T 1,59 -1,68 0,65 5,13 0,60
P 0,132 0,113 0,522 0,000 0,557
VIF 1,3 2,1 1,4 2,3
Berdasarkan tabel 24 di atas dinyatakan bahwa matrik korelasi antara variabel bebas (Current Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity) menunjukkan tidak adanya multikolinieritas antara variabel bebas (independent). Hal itu dibuktikan dari semua nilai VIF < 10. Selanjutnya untuk menguji ketepatan prediksi dapat ditunjukkan pada tabel 25. Tabel 25 Tabel klasifikasi Classification Table
a,b
Predicted Y Step 0
Observed Y
Zscore>2,9 13 8
Zscore > 2,9 Zscore<1,81
Overall Percentage
Zscore<1,81 9 30
Percentage Correct 91,7 74,9 81,9
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
82
Dari hasil overall classification result untuk regresi binary logistic hasilnya bagus, yaitu sebesar 81,9%. Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress 91,7% sedangkan persentase kebenaran untuk non financial distress sebesar 74,9%. IV.3.2.2. Estimasi Hasil Regresi Logistik Uji regresi logistik secara serentak dilakukan terhadap semua variabel independen dengan tingkat signifikansi 5%. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan seluruh variabel Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity pada kondisi perusahaan. Pengujian bertujuan untuk melihat pengaruh secara parsial Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity terhadap kondisi perusahaan yang sehat ataupun mengalami financial distress. Hasil pengujian parameter regresi logistik secara parsial disajikan dalam tabel 26. Tabel 26 Hasil Pengujian Regresi Logistik Secara Serentak Variables in the Equation Step a 1
CR LEV GPM ITO ROE Constant
B -11,240 23,770 -180,683 -,250 12,086 ,011
S.E. 5098,275 5137,244 76116,877 1302,892 15665,445 21899,999
Wald 4,861 2,140 ,563 ,369 ,595 2,316
df 1 1 1 1 1 1
Sig. ,768 ,046 ,398 ,200 ,499 ,795
Exp(B) 1,313 2,104 ,000 ,779 177312,6 1,011
a. Variable(s) entered on step 1: CR, LEV, GPM, ITO, ROE.
Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Current Ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,768 > 0,05. Dengan demikian secara parsial variabel Current Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial
83
distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Current Ratio tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial dstress atau tidak. Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Leverage Ratio memiliki nilai probabilitas sebesar 0,046 < 0,05. Dengan demikian secara parsial variabel Leverage Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Dengan koefisien regresi yang bernilai negatif sebesar 23,770 menunjukkan bahwa semakin besar Leverage Ratio, semakin besar perusahaan berpeluang untuk mengalami financial distress. Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Gross Profit Margin memiliki nilai probabilitas sebesar 0,398 > 0,05. Dengan demikian secara parsial variabel Gross Profit Margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Gross Profit Margin tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak. Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Inventory Turnover memiliki nilai probabilitas sebesar 0,200 > 0,05. Dengan demikian secara parsial variabel Inventory Turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Inventory Turnover tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak. Berdasarkan hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa untuk variabel Return on Equity memiliki nilai probabilitas sebesar 0,499 > 0,05. Dengan demikian
84
secara parsial variabel Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini berarti besar kecilnya nilai Return on Equity tidak mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan mengalami financial distress atau tidak. Dari hasil analisis multivariate tersebut dapat dinyatakan bahwa Leverage Ratio terbukti berpengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan, sedangkan Current Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover dan Return on Equity tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat pada penelitian ini tidak ditolak. Berdasarkan hasil uji univariate dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan yang juga mengalami financial distress atau dengan perusahaan yang berada pada daerah grey area. Sementara untuk perbandingan rasio keuangan antara perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan perusahaan yang berada pada daerah grey area juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perusahaan yang mengalami finansial distress akan memiliki Leverage Ratio dan Inventory Turnover yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress maupun yang berada pada grey area, sedangkan untuk Current Ratio, Gross Profit Margin, dan Return on Equity lebih rendah pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan dengan yang tidak mengalami financial distress maupun yang berada pada grey area.
85
Hasil analisis multivariate turut menunjukkan bahwa rasio keuangan secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Hal ini disebabkan karena rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity, merupakan bentuk efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, menjual persedian, serta dalam hal proporsi hutang terhadap aktiva. Semakin besar Gross Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity maka semakin besar pula laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini berarti perusahaan tidak akan mengalami masalah kesulitan keuangan/financial. Leverage Ratio menunjukkan besar hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin besar Leverage Ratio, maka artinya semakin besar juga hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan terus-menerus mengalami kerugian yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai rasio keuangan, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kurangnya modal, investasi dan aktiva secara keseluruhan. Hal ini berdampak pada kurangnya jumlah modal yang tersedia untuk membayar kewajibankewajiban sehingga perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu, perusahaan mengalami masalah keuangan. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung maka aspek keuangan perusahaan akan semakin berkurang dan menyebabkan kondisi financial distress perusahaan tersebut. Penelitian terdahulu mengenai financial distress yang dilakukan oleh Luciana (2004) dalam memprediksi financial distress menggunakan rasio keuangan yang berasal dari laporan atas posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas dapat
86
membuktikan bahwa rasio keuangan dapat untuk memprediksi financial distress. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Luciana (2004) bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) bahwa Leverage Ratio suatu perusahaan terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan.
87