BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Karakteristik Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 139 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tingkat total laba atau rugi bersih selama tahun 2008-2009. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana sebanyak 113 perusahaan terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa total sampel dalam penelitian ini adalah 226 perusahaan selama periode penelitian 20082009. Selanjutnya 226 sampel penelitian yang telah terpilih, akan menjadi kumpulan data observasi yang akan diproses untuk mendapat bukti empiris atas pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada model analisis determinan melalui program SPSS versi 17.0.
B. Gambaran Umum Variabel Penelitian 1. Opini Audit Going Concern (OPDIT) Berdasarkan hasil analisis atas laporan auditor independen maka dapat dikelompokkan opini audit going concern (GCAO) dan opini audit non going concern (Non GCAO) yang diterima oleh 113 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama tahun 20082009.
Secara ringkas, perusahaan yang menerima opini audit going concern (GCAO) dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern (Non GCAO), disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel opini audit Going Concern 2008
2009
Kategori Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
GCAO
22
19.47%
20
17.70%
Non GCAO
91
80.53%
93
82.30%
113
100.00%
113
100.00%
TOTAL
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa 1. Pada tahun 2008, perusahaan yang menerima opini audit going concern (GCAO) sebanyak 22 perusahaan (19,54%) dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern (NON GCAO) sebanyak 91 perusahaan (80.53%). 2. Pada tahun 2009, perusahaan yang menerima opini audit going concern (GCAO) sebanyak 20 perusahaan (17,70%) dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern (NON GCAO) sebanyak 93 perusahaan (82.30%).
2. Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) Berdasarkan hasil analisis dari data laporan keuangan tahunan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) terhadap 113 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama tahun 2008-2009, maka didapatkan hasil perhitungan atas variabel pertumbuhan perusahaan berdasarkan rasio pertumbuhan laba masing-masing perusahaan.
3. Ukuran Perusahaan (SIZE) Berdasarkan hasil analisis dari data laporan keuangan tahunan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) terhadap 113 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama tahun 2008-2009, maka didapatkan hasil perhitungan atas variabel pertumbuhan perusahaan berdasarkan rasio pertumbuhan laba masing-masing perusahaan.
C. Hasil Pengujian Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Dengan analisis statistic deskriptif kita dapat mengetahui jumlah sample yang diteliti, nilai rata-rata (mean), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maksimum) dan simpangan baku (std deviation) atas variabel independen yang terdiri dari pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Hasil Uji Statistic Deskriptif dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Growth
226
-87.0599
32793.0000
151.770199
2.1826401E3
Size
226
1.6444
18.3035
13.527576
1.9217047
Valid N (listwise)
226
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil output pengujian statistic deskriptif pada tabel 4.2, maka dapat dikatakan bahwa :
a.
Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH), pada perusahaan yang menerima opini audit going concern dan pada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar -87.0599 (PT.Tirta Mahakam Resources Tbk), nilai maksimum sebesar 32793.00(PT Dynaplast Tbk), mean sebesar 151.770199, dan std deviation sebesar 2.1826401E3.
b.
Variabel ukuran perusahaan (Size), pada perusahaan yang menerima opini audit going concern dan pada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 1,644419 (PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk), nilai maksimum sebesar 18.303450 (PT.Astra Internasional Tbk), mean sebesar 13.52757634, dan std deviation sebesar 1.921704702
Hasil Uji Statistic Deskriptif Non GCAO dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Growth
184
-87.060
32793.000
186.94470
2418.790497
Size
184
1.644
18.303
13.68060
1.871349
Valid N (listwise)
184
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil output pengujian statistic deskriptif pada tabel 4.3, maka dapat dikatakan bahwa : 1. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH), pada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar -87.060 (PT.Tirta Mahakam Resources
Tbk), nilai maksimum sebesar 32793.00 (PT Dynaplast Tbk), mean sebesar 186.94470, dan std deviation sebesar 2418.790497. 2. Variabel ukuran perusahaan (Size), pada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 1,644419 (PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk), nilai maksimum sebesar 18.303450 (PT.Astra Internasional Tbk), mean sebesar 13.68060, dan std deviation sebesar 1.871349.
Hasil Uji Statistic Deskriptif GCAO dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Growth
42
-77.3442
11.6751
-2.327598
12.3892907
Size
42
6.8035
16.6630
12.857170
2.0174359
Valid N (listwise)
42
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil output pengujian statistic deskriptif pada tabel 4.4, maka dapat dikatakan bahwa : 1. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH), pada perusahaan yang menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar -77.3442 (PT.Barito Pasific Tbk), nilai maksimum sebesar 11.6751 (PT.Surya Intrindo Makmur Tbk), mean sebesar -2.327598 , dan std deviation sebesar 12.3892907. 2. Variabel ukuran perusahaan (Size), pada perusahaan yang menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 6.8035 (PT.Hanson International Tbk), nilai
maksimum sebesar 16.6630 (PT.Barito Pasific Tbk), mean sebesar 12.857170, dan std deviation sebesar 2.0174359.
2. Analisis Inferensial Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2006). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas, heteroscedasitiy, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan (Growth) dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap penerimaan opini audit going concern (GCAO). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi () 5 persen.
a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Hipotesis untuk menilai model fit adalah :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Tabel 4.5 a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
218.763
-1.257
2
217.028
-1.464
3
217.021
-1.477
4
217.021
-1.477
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 217,021 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Output SPSS pada Tabel 4.21 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood pertama sebesar 217.021, angka ini secara matematik signifikan pada alpha () 5% dan hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi). Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005).
Tabel 4.6 a,b,c,d
Iteration History
Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood
Constant
GROWTH
SIZE
1
217.214
-1.211
.000
.000
2
214.238
-1.372
.000
.000
3
213.610
-1.343
.000
.000
4
213.405
-1.320
.000
.000
5
212.919
-1.310
-.001
.000
6
212.258
-1.304
-.004
.000
7
211.248
-1.299
-.010
.000
8
211.001
-1.304
-.016
.000
9
210.999
-1.305
-.016
.000
10
210.999
-1.306
-.016
.000
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 217,021 d. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Setelah keseluruhan variabel bebas yaitu Rasio pertumbuhan penjualan (Growth) dan Ukuran Perusahaan (Size) dimasukkan ke dalam model, -2 Log Likelihood menunjukkan angka 210.999, atau terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 6.022. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b. Pengujian Kelayakan Model Regresi Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikasi () 5 %. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah : H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Tabel 4.7 Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
22.082
df
Sig. 8
.005
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.Dengan probabilitas signifikasi menunjukkan angka 0,005, nilai signifikansi yang diperoleh ini jauh lebih kecil dari pada 0,05 () 5%, maka H0 tidak dapat diterima (ditolak). Hal ini berarti model regresi tidak layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.
c.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–
variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. Tabel 4.8 Model Summary Cox & Snell R Step
-2 Log likelihood Square
1
210.999
a
.026
Nagelkerke R Square .043
a. Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Tabel 4.8 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,043 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 4,3%, sisanya sebesar 95,7 % dijelaskan oleh variabilitas variabel - variabel lain di luar model penelitian. Atau secara bersamasama variasi variabel pertumbuhan perusahaan (Growth) dan ukuran perusahaan (Size) dapat menjelaskan variasi variabel opini going concern sebesar 4,3%.
d. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee.
Tabel 4.9 Classification Table
a
Predicted FIRM Observed Step 1
FIRM
.00
Percentage 1.00
Correct
.00
183
1
99.5
1.00
42
0
.0
Overall Percentage
81.0
a. The cut value is ,500
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Dari Tabel 4.9 dapat dibaca bahwa menurut prediksi, auditee yang menerima opini going concern adalah 42, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini going concern adalah 0. Jadi ketepatan model ini adalah 0/42 atau 0 %. Dan menurut prediksi, auditee yang menerima opini non going concern adalah 184, sedangkan observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa auditee yang menerima opini non going concern adalah 183. Jadi ketepatan model ini adalah 183/184 keseluruhan model ini adalah 81%.
atau 99.5%. Ketepatan prediksi
e. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas yaitu pertumbuhan perusahaan (Growth), dan ukuran Perusahaan (Size) terhadap Opini Audit Going Concern dengan menggunakan hasil ujiregresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat Variables in the Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0.05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha diterima.
Tabel 4.10 Variables in the Equation B Step 1
a
GROWTH SIZE Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-.016
.012
1.763
1
.184
.984
.000
.000
1.654
1
.198
1.000
-1.306
.200
42.667
1
.000
.271
a. Variable(s) entered on step 1: GROWTH, SIZE.
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikasi 5 persen. Dari pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut : OPINI = -1.306 – (-0.016 Growth) – Size + H1 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan, pada Tabel 4.10 menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.605 dengan tingkat signifikansi 0.184 >
0.05 yang berarti H1 ditolak atau Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. H2 : Ukuran berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Variabel Ukuran Perusahaan menunjukkan koefisien negatif sebesar 1.961 pada signifikansi 0.198 > 0.05 yang berarti H2 ditolak atau Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
D. Pembahasan Penelitian ini merupakan studi mengenai penerbitan opini going concern dan non going concern oleh auditor. Penelitian ini mengamati dua variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva. Penelitian terhadap 226 perusahaan manufaktur sebagai sampel dari 278 perusahaan populasi yang dipilih dengan metode purposive sampling selama tahun 2008 dan 2009 diperoleh hasil 42 auditee menerima opini going concern dan sisanya sebanyak 184 auditee menerima opini non going concern. Berdasarkan opini yang diterima tersebut, auditee yang terpilih menjadi sampel penelitian kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok dengan GCAO dan kelompok dengan NGCAO.
Ringkasan hasil pengujian kedua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Ringkasan Pengujian Hipotesis No. 1
Hipotesis Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going
2
Hasil Ditolak
Concern Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going
Ditolak
Concern Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17.0
Pengaruh dari masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Perusahaan Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan (Sales Growth ratio) menunjukkan koefisien negatif sebesar -0.016 dengan tingkat signifikansi 0.184 > 0.05. Artinya dapat disimpulkan bahwa Ha1 tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Tanda koefisien variabel Growth ini negatif yang menunjukkan hubungan berlawanan arah, yang berarti semakin tinggi rasio pertumbuhan pejualan auditee semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Walaupun tanda koefisien variabel Growth ini negatif, namun peningkatan penjualan tersebut tidak menjamin auditee untuk tidak menerima opini going concern. Peningkatan penjualan yang tidak seimbang dengan peningkatan beban operasional, atau peningkatan beban operasional yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih setelah pajak yang negatif dan selanjutnya akan berdampak pada berkurangnya saldo laba ditahan. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Fanny dan Saputra (2005), Yang menemukan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan yang lain yaitu rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit going concern.
2. Ukuran Perusahaan Variabel Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan Log total aset, (Size) menunjukkan koefisien negatif sebesar 0 dengan tingkat signifikansi 0.198 > 0.05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H2 tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Tanda koefisien variabel Size ini negatif yang menunjukkan hubungan berlawanan arah, yang berarti semakin besar ukuran perusahaan auditee semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Walaupun tanda koefisien variabel Size ini negatif, namun peningkatan aktiva tersebut tidak menjamin auditee untuk tidak menerima opini going concern. Hal ini terjadi karena pertumbuhan aktiva tidak diikuti dengan kemampuan auditee untuk meningkatkan saldonya. Karena meskipun nilai aktivanya meningkat setiap tahunnya, auditee akan mengalami masalah going concern jika terus-menerus mengalami saldo laba yang negatif setiap tahunnya. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Penelitian Ramadhany (2004) dan Santoso (2007) yang menemukan adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan
opini going concern. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan yang lain yaitu ukuran perusahaan yang positif tidak bisa menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit going concern.