ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.
Deskripsi Data Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa LKPD tahun 2013 dan
2014, IHPS I dan II Tahun 2013 dan 2014, serta Evaluasi Waktu Penyelesaian LHP LKPD Tahun 2014 dan 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu yang telah dibahas dalam bab III. Berdasarkan kriteria tersebut, sampel pada penelitian ini ditunjukan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel No Kriteria Sampel 1. Pemerintah kabupaten/kota yang terdaftar pada tahun 2014 2. Pemerintah kabupaten/kota yang belum menyusun LKPD tahun 2014 dan belum diaudit oleh BPK. 3. Pemerintah kabupaten/kota yang dokumen Evaluasi Waktu Penyelesaian LHP LKPD Tahun 2015 tidak tersedia. Total (kabupaten/kota tahun 2014) Total (kabupaten/kota tahun 2013 dan 2014)
Total 508 (38) (37) 433 433 x 2
866
Tabel 4.1 menunjukan bahwa terdapat 508 pemerintah kabupaten/kota yang terdaftar pada tahun 2014 (kemendagri,2014). Terdapat 38 pemerintah kabupaten/kota yang belum menyerahkan laporan keuangan kepada BPK dan terdapat 37 pemerintah kabupaten/kota yang dokumen Evaluasi Waktu Penyelesaian LHP LKPD Tahun 2015 tidak dapat diperoleh. Atas dasar hasil data
tersebut, maka observasi penelitian adalah 866 observasi yang terdiri dari 433 pemerintah kabupaten/kota dari tahun 2013 sampai dengan 2014. 4.2.
Analisis Data dan Pembahasan Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji statistik
deskriptif, pemilihan model terbaik, dan uji hipotesis dengan menggunakan model regresi berganda. 4.2.1. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis. Penggambaran data meliputi rata-rata (mean), standar deviasi, nilai terendah (min), dan nilai tertinggi (max).Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini. Tabel 4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Mean Std.deviasi Min Max Obs AUDTIME 59,8781 10,30039 33 167 866 PROF 0,4097065 0,4920573 0 1 866 EDUC 0,9977427 0,0474846 0 1 866 TITLE 1,772009 0,4224569 1 3 866 REMARKS 19,13544 7,955224 4 53 866 OPINI 3,103837 0,7459472 1 4 866 ASSETS 292.013,6 317.913,2 51.300,2 3.860.594 866 Keterangan : AUDTIME = audit time, PROF = kecakapan profesional, EDUC = latar belakang pendidikan, TITLE = tingkat pendidikan formal, REMARKS = jumlah temuan audit tahun sebelumnya, OPINI = opini audit, ASSETS = total aset pemda.
Hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat 866 observasi kabupaten/kota yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari 443
44
kabupaten/kota pada tahun 2013 dan 443 kabupaten/kota pada tahun 2014. Variabel dependen audit time (AUDTIME) memiliki nilai rata-rata 59,87 hari. Hal tersebut menunjukan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit LKPD pada tahun 2013 dan 2014 tidak melebihi jangka waktu yang telah diatur dalam undangundang, yaitu 60 hari. Nilai terendah, yaitu waktu paling cepat yang dibutuhkan untuk mengaudit LKPD adalah 33 hari di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan dan waktu terlama yang dibutuhkan untuk mengaudit LKPD adalah 167 hari di Kabupaten Bengkalis, Riau. Variabel kecakapan profesional (PROF) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dan nilai rata-rata sebesar 0,4097. Angka tersebut menunjukan bahwa hampir separuh dari total auditor telah memiliki sertifikasi profesional akuntan, yaitu sebesar 40,97%. Variabel latar belakang pendidikan auditor (EDUC) memiliki nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dan nilai rata-rata sebesar 0,9977 menunjukan bahwa hampir keseluruhan dari total auditor berlatar belakang pendidikan akuntansi, yaitu sebesar 99,77%. Tingkat pendidikan formal auditor (TITLE) memiliki nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 3 dan nilai rata-rata 1,77 yang berarti bahwa rata-rata jenjang pendidikan auditor adalah S2. Jumlah temuan audit tahun sebelumnya (REMARKS), yaitu jumlah temuan kelemahan atas sistem pengendalian intern pemerintah daerah dan temuan ketidakpatuhan atas peraturan perundangundangan memiliki nilai minimum sebesar 4 di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Sorong. Selain itu
temuan paling banyak sebesar 53 terdapat di
Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Opini audit tahun sebelumnya (OPINI)
45
memiliki nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 4 dan nilai rata-rata sebesar 3,10 yang menunjukan bahwa rata-rata opini audit tahun sebelumnya adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Variabel ukuran pemerintah daerah (ASSETS) yang diukur dari total aset memiliki nilai minimum sebesar Rp.513.004.200.000,00 dan nilai maksimum sebesar Rp.38.605.940.000.000,00. 4.2.2. Pemilihan Model Terbaik 4.2.2.1.
Model Fixed Effect Tabel 4.3. Hasil Uji Pendekatan Fix Effect
AUDTIME Exp.Sign Coefficient Std.error t P > |t| PROF (-) -1,347849 0,8439454 -1,60 0,111 EDUC (-) 8,840507 7,589438 1,16 0,245 TITLE (-) 2,118957 1,448084 1,46 0,144 REMARKS (+) 0,1121457 0,0590775 1,90 0,058 OPINI (-) -1,535244 0,8119778 -1,89 0,059 ASSETS (+) -0,0000313 0,000013 -2,41 0,016 R-sq Within 0,0770 Between 0,0442 Overall 0,0114 F (6,442) 3,89 Prob>F 0,0008 Keterangan : AUDTIME = audit time, PROF = kecakapan profesional, EDUC = latar belakang pendidikan, TITLE = tingkat pendidikan formal, REMARKS = jumlah temuan audit tahun sebelumnya, OPINI = opini audit tahun sebelumnya, ASSETS = total aset pemda.
Hasil uji pendekatan fix effect menunjukan nilai Prob>F sebesar 0,0008 dibawah taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukan model regresi variabel independen secara bersama sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika dilihat dari uji signifikansi-T hanya variabel ukuran pemerintah daerah (ASSETS) yang
46
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (AUDTIME) dengan hasil 0,016.Variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen karena hasil uji-T menunjukan angka diatas taraf signifikansi 5%. 4.2.2.2.
Model Random Effect Tabel 4.4. Hasil Uji Pendekatan Random Effect
AUDTIME Exp.Sign Coefficient Std.error z P > |z| PROF (-) -2,433144 0,6338073 -3,84 0,000 EDUC (-) 11,89955 4,657662 2,55 0,011 TITLE (-) 2,390562 0,7287482 3,28 0,001 REMARKS (+) 0,1123095 0,0469718 2,39 0,017 OPINI (-) -0,9153583 0,4547349 -2,01 0,044 ASSETS (+) 4,55e-06 1,85e-06 2,46 0,014 R-sq Within 0,0292 Between 0,0877 Overall 0,0585 Wald chi2 (6) 32,42 Prob>chi2 0,0000 Keterangan : AUDTIME = audit time, PROF = kecakapan profesional, EDUC = latar belakang pendidikan, TITLE = tingkat pendidikan formal, REMARKS = jumlah temuan audit tahun sebelumnya, OPINI = opini audit tahun sebelumnya, ASSETS = total aset pemda.
Hasil uji pendekatan random effect menunjukan nilai probabilitas chi square sebesar 0,0000 dibawah taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukan model regresi variabel independen secara bersama sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji signifikansi-T masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, karena hasil uji-T untuk masing-masing variabel independen menunjukan angka dibawah taraf signifikansi 5%, yaitu sebesar 0,000 untuk variabel kecakapan profesional auditor (PROF), 0,011 untuk variabel latar
47
belakang pendidikan auditor (EDUC), 0,001 untuk variabel tingkat pendidikan formal auditor (TITLE), 0,017 untuk variabel jumlah temuan audit tahun sebelumnya (REMARKS) , 0,044 untuk variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINI), dan 0,014 untuk variabel ukuran pemerintah daerah (ASSETS). 4.2.2.3.
Menentukan Model Terbaik
Uji Hausman digunakan untuk membandingkan antara model random effect dan fixed effect. Untuk memutuskan mana model yang lebih baik, bisa dilihat dari nilai prob>chi2. Jika nilai prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka model fixed effect lebih baik. Jika sebaliknya, nilai prob>chi2 lebih besar dari tingkat signifikansi maka random effect lebih baik.Hipotesis yang dibentuk dalam Uji Hausman adalah sebagai berikut. H0 :Random Effect H1 :Fix Effect H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari tingkat signifikansi. Sebaliknya, H0 diterima jika P-valuelebih besar dari tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Tabel 4.5 Hasil pemilihan model dengan Uji Hausman Test Summary Cross section random
prob>chi2 0,8551
Table 4.5 di atas menunjukkan hasil Uji Hausman dengan nilai prob>chi2 sebesar 85,51%. Nilai ini dibandingkan dengan tingkat signifikansi dengan level
48
sebesar 5%, maka nilai prob>chi2 > tingkat signifikansi yaitu 0,8551> 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya bahwa pendekatan dengan menggunakan random effect lebih tepat digunakan daripada dengan pendekatan fix effect sebagai model regresi data panel. 4.3.
Pengujian Hipotesis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi audit time atas laporan keuangan pemerintah daerah. Variabel independen dibagi menjadi tiga karakteristik, yaitu karakteristik auditor yang terdiri dari kecakapan profesional (PROF), latar belakang pendidikan (EDUC), dan tingkat pendidikan formal auditor (TITLE). Karakteristik audit terdiri dari jumlah temuan audit tahun sebelumnya (REMARKS) dan opini audit tahun sebelumnya (OPINI). Karakteristik pemerintah daerah, yaitu ukuran pemerintah daerah yang diukur dari total aset (ASSETS).Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka analisis data penelitian menggunakan model regresi linier berganda.Pada penelitian ini, pengujian hipotesis terdiri dari uji signifikansi-F, uji signifikansi-T, dan uji koefisien determinasi.Hasil pengujian tersebut dijelaskan sebagai berikut. 4.3.1. Uji Signifikansi-F Uji signifikansi-F dilakukan untuk menentukan pengaruh variabel independen secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen.Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5%.Jika hasil probabilitas chi2
49
kurang dari 5% maka dapat dinyatakan model dapat digunakan sebagai model dalam penelitian.Begitu juga sebaliknya jika hasil uji lebih dari 5% maka dapat dinyatakan model tidak dapat digunakan sebagai model dalam penelitian. Hasil uji-F pada tabel diatas menunjukan probabilitas dari model regresi yang digunakan dalam penelitian menunjukan angka 0,0000 dimana angka ini berada di bawah taraf signifikansi 5%. Hasil ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. 4.3.2. Uji Signifikansi-T Uji signifikansi-T dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen seperti yang dinyatakan pada hipotesis. Selain itu uji signifikan-T juga digunakan untuk mengetahui koefisiensi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan kesimpulan uji-T menggunakan taraf signifikansi 5%, jika hasil uji-T kurang dari 5% maka dapat dinyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau didukung oleh penelitian. Hasil pengujian regresi diatas menunjukan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, karena hasil uji-T untuk masing-masing variabel independen menunjukan angka dibawah taraf signifikansi 5%.Hasil uji-T variabel kecakapan profesional auditor (PROF) sebesar 0,000 dan koefisiensi variabel tersebut adalah negatif.Hal ini berarti kecakapan profesional auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel dependen (AUDTIME). Hasil uji-T untuk variabel latar belakang pendidikan auditor (EDUC),
50
tingkat pendidikan formal auditor (TITLE), jumlah temuan audit (REMARKS), dan ukuran pemerintah daerah (ASSETS) adalah sebesar 0,011; 0,001; 0,017 dan 0,014. Keempat variabel ini memiliki koefisien variabel positif yang berarti variabel latar belakang pendidikan auditor (EDUC), tingkat pendidikan formal auditor (TITLE), jumlah temuan audit tahun sebelumnya (REMARKS), dan ukuran pemerintah daerah (ASSETS) berpengaruh positif signifikan terhadap audit time. Hasil uji-T untuk variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINI) sebesar 0,011 dan koefisien variabel tersebut adalah negatif yang berarti opini audit tahun sebelumnya berpengaruh negatif signifikan terhadap audit time. 4.3.3. Uji Koefisien Determinasi (? ?)
Koefisien determinasi (??) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
rangka menjelaskan variansi variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai ?? pendekatan model random effect dapat dilihat dari ??overall. Pada penelitian ini koefisien determinasi menunjukan angka sebesar 0,0585 (5,85%). Hal ini berari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen hanya sebesar 5,85% dan sisanya sebesar 94,15% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini. 4.4.
Pembahasan H1a dalam penelitian ini menguji pengaruh kecakapan profesional auditor
terhadap audit time. Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis tersebut diterima. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa kecakapan profesional auditor
51
berpengaruh negatif signifikan terhadap audit time. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki sertifikasi profesional cenderung membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk melaksanakan audit atas LKPD. Hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa auditor yang memiliki sertifikasi profesional memiliki kemampuan untuk melaksanakan prosedur audit secara lebih baik dan tepat waktu, atau bahkan lebih cepat dari batas waktu yang ditentukan, yaitu 60 hari. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Lase dan Sutaryo (2014) mengenai “Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Audit Delay Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” hasil menunjukkan semakin banyaknya auditor yang memiliki sertifikasi profesional dalam sebuah tim audit maka audit delay akan cenderung lebih singkat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Payne dan Jensen (2002) mengenai audit delay. Hasil penelitian menjelaskan bahwa keahlian auditor berhubungan negatif dengan audit delay. Yang berarti semakin tinggi tingkat keahlian yang dimiliki auditor, semakin mengurangi keterlambatan audit. H1b menguji pengaruh latar belakang pendidikan auditor terhadap audit time. Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis ditolak. Koefisien regresi bertanda positif menunjukan semakin besar persentase auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi maka waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan prosedur audit memiliki kecenderungan semakin bertambah. Dari hasil penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan, bahwa dalam suatu tim audit atas LKPD tidak hanya membutuhkan auditor yang berlatar belakang ekonomi saja. Prosedur pelaksanaan audit juga membutuhkan auditor dari berbagai latar belakang ilmu pendidikan.
52
Sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dijelaskan bahwa : “Suatu organisasi pemeriksa dapat menggunakan pemeriksanya sendiri atau pihak luar yang memiliki pengetahuan, keahlian, atau pengalaman di bidang tertentu, seperti akuntansi, statistik, hukum, teknik, desain dan metodologi pemeriksaan, teknologi informasi, administrasi negara, ilmu ekonomi, ilmu sosial, atau ilmu aktuaria.” Selain harus menguasai akuntansi dan auditing, auditor BPK juga dituntut untuk menguasai berbagai macam ketrampilan lainnya seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sehingga dalam satu tim diperlukan auditor dengan berbagai macam pengetahuan dengan latar belakang yang berbeda. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Lase dan Sutaryo (2014) bahwa latar belakang pendidikan auditor berpengaruh positif terhadap audit delay, tim audit yang didukung oleh auditor dari berbagai latar belakang ilmu pendidikan yang relevan memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan audit lebih tepat waktu dibandingkan tim audit yang hanya didukung oleh auditor yang hanya berlatar belakang akuntansi saja. H1c menguji pengaruh tingkat pendidikan formal auditor terhadap audit time. Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis ditolak. Tingkat pendidikan formal auditor berpengaruh positif signifikan terhadap audit time. Berarti semakin besar persentase auditor yang menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi cenderung membutuhkan waktu lebih banyak untuk melaksanakan prosedur audit. Dari hasil penelitian ini, peneliti berkesimpulan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan auditor, akan semakin berpengalaman dan teliti dalam menemukan kesalahan dalam laporan keuangan yang akan disajikan dan semakin peka untuk menemukan
53
kesalahan dalam laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh auditor, akan menghasilkan laporan audit yang semakin reliable, yaitu semakin dapat dipercaya dan memberikan informasi yang sebenarnya. Namun menjadi kurang relevant, karena membutuhkan waktu yang lebih lama di dalam melakukan pemeriksaan. Prasetyo dan Utama (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Independensi, Etika Profesi, Pengalaman Kerja dan Tingkat Pendidikan Auditor pada Kualitas Audit” menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Audit dikatakan berkualitas jika auditor dapat menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam laporan keuangan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.Hal ini berdampak pada lebih lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit. Karena auditor ingin menghasilkan audit yang berkualitas, akurat dan relevan. H2a menguji pengaruh jumlah temuan audit tahun sebelumnya terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit (AUDTIME). Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis diterima.Koefisien regresi bertanda positif menunjukan semakin besar jumlah temuan audit, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan prosedur audit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Cohen dan Leventis (2012) bahwa auditor membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengujian didalam prosedur audit ketika menemukan ketidakberesan, yaitu temuan kelemahan sistem pengendalian intern maupun pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Selain itu terjadi negosiasi antara auditor dengan klien, yaitu
54
pemerintah daerah didalam pengambilan keputusan dan persetujuan mengenai pelanggaran yang telah dilakukan pemerintah daerah, sehingga membutuhkan waktu lebih lama didalam pelaksanaan proses audit. H2b menguji pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit (AUDTIME). Hasil menunjukan bahwa hipotesis diterima. Variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap audit time. Hal ini berarti opini audit yang semakin buruk akan membutuhkan waktu yang lebih lama didalam melaksanakan prosedur pengujian audit. Hasil yang sama dengan penelitian Payne dan Jensen (2002) bahwa qualified opinion (Wajar Dengan Pengecualian) akan menambah audit delay, karena auditor memerlukan prosedur tambahan didalam pemeriksaan audit mengenai pengecualian-pengecualian yang ditemukan. Selain itu pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan patner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Menurut Dwyer dan Wilson (1989) dalam Mclelland dan Giroux (2000) bahwa qualified opinion sering dipandang sebagai badnews bagi perusahaan sehingga akan mengulur waktu atau memperlambat publikasi laporan keuangan tersebut kepada publik. H3 menguji pengaruh ukuran pemerintah daerah, yaitu total aset (ASSETS) terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan audit (AUDTIME). Hasil menunjukan bahwa hipotesis diterima, yaitu total aset berpengaruh positif signifikan terhadap audit time. Artinya, semakin luas atau semakin besar total aset pemerintah kabupaten/kota akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan proses
55
audit. Menurut Payne dan Jensen (2002), ukuran kota yang besar akan mengalami audit delay yang lebih lama. Hal itu terkait dengan meningkatnya jumlah transaksi keuangan pada kota tersebut. Apabila dikaitkan dengan ukuran pemerintah, maka pemerintah dengan APBD besar akan membutuhkan waktu audit lebih lama. Pemerintah daerah yang memiliki ukuran besar kecenderungan untuk memiliki transaksi keuangan yang lebih banyak dibandingkan dengan pemerintah daerah yang berukuran kecil. Banyaknya transaksi keuangan akan menyebabkan pengelolaan keuangan
bertambah
rumit
sehingga
penyusunan
laporan
keuangan
akan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal tersebut akan menyebabkan penyampaian laporan keuangan kepada auditor menjadi lebih lama dan akan menambah audit time.
56