BAB IV HASIL PENELITIAN, POKOK-POKOK TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gebe merupakan daerah tambang nikel yang berada di kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Daerah ini telah menjadi daerah yang telah memperoleh status sebagai daerah tempat tinggal sejak tahun 1935. Desa-desa yang tergabung dalam wilaya Kecamatan Gebe yaitu Desa Kapaleo, Desa Kacepi, Desa Mamin, Desa Sanafkacepo, Desa Umera dan Desa Umyal yang terpisa dengan pulau Gebe. Dari beberapa desa yang tergabung dalam satu kecamatan ada beberapa desa yang tidak terjangkau oleh jarigan listrik tersebut diatas yakni Desa Sanafkacepo, desa umera dan Desa Umiyal diberikan genset tersendiri degan bahan bakar perbulan masing-masing desa sebanyak 400 liter yang cukup untuk kebutuhan malam hari. Daerah Gebe sebelum berdirinya PT. Aneka Tambang hanya mencapai 2238 jiwa, angka ini beruba ketika PT. Aneka Tambang Beroperasi pada tahun 1978 bertambah naik sampai 6125 jiwa hingga 2013. Angka ini menunjuhkan bahwa hampir 60% penduduk di Gebe adalah pendatang yang berasal dari hampir semua Provinsi di Indonesia dan sebagian kecil berasal dari luar negeri. Selain itu Gebe juga mempunyai penduduk asli yang bahasa aslinya adalah bahasa Gebe. Daerah Gebe adalah daerah yang jahu dari teknologi dan merupakan daerah dengan masyarakat yang digolongkan masyarakat yang homogen. Melihat perkembangan zaman dari waktu ke waktu serta terjadinya perubahan sosial, maka
39
dengan ini bisa dikatakan menjadi daerah yang cukup moderen serta menjadikan daerah ini menjadi daerah yang telah menghasilkan pajak yang cukup besar terhadap pemerintah setempat. Selain itu Gebe pada saat ini telah menjadi daerah yang memiliki sarana dan infrastruktur yang cukup lengkap dan tatanan daerah teratur dan rapi. Bapak Imam desa yam Badarudin Jakaria (wawancara 28 Juli 2013) menjelaskan Ada 3 areal hunian penduduk asli Gebe yaitu Sonof, Umere dan Yoy. Awalnya masyarakat kacepi tinggalnya di desa Sonof dengan legalitas dusun kacepo akan tetapi dalam pembagian anggaran desa tidak merata sehingganya timbul kecemburuan sosial diantara desa sonof dan dusun kacepo, disinilah dusun kacepo memutuskan harus panda tempat dengan jarak desa Sonof 30 KM dan sekarang dusun Kacepo suda dikenal dengan desa Kacepi yang suda berdiri sendiri dan desa Sonof suda berdiri sendiri. Sedangkakan masyarakat mamin pada awalnya penduduk asli desa Sonof akan tetapi beberapa masyarakat terpaksa harus pinda karena naiknya ombak besar yang berhasil merusak ruma-ruma masyarakat yang berada di pinggiran laut sehngganya, masyarakat setempat memaksakan harus pindah tempat tinggal dengan jarak 25 KM pada tempat yang lebih aman shingganya tempat ini suda berdiri desa yang bernama desa mamin dengan tata desa yang cukup baik. Sedangkan desa Umere suda dikenal dengan desa umera dengan tempat tinggal yang menetap, begitu juga Yoy yang berdiri di tempat tinggal tetap yang sekarang sudah dikenal dengan desa Umyal. Pada tahun 1976 masuknya perusahan Jepan yang bernama Indeko, perusahaan ini bertahan hanya Sembilan bulan karena, kedapatan pengambialan Or tampa izin sehingganya dihentikan tanpa proses. Selepasnya Indeko maka pada 40
tahun 1978 masuknya PT. ANEKA TAMBANG sebagai perusahaan BUMN yang akan beroperasi di bekas perusahaan Indeko dengan operasi aktif pada tahun 1979 sampai sekarang. Gebe awalnya dihuni oleh suku yang bernama suku Gebe dengan kulit hitam rambuh kriting dengan memiliki postur tubu yang tinggi dengan memiliki cirri khas yang berbeda dengan masyarakat dari kecamatan lain. Hadirnya perusahaan tambang di Gebe membuat daerah ini terkenal sebagai daerah yang menjanjikan sebagai lapangan pekerjaan baik di sektor industri maupun perdagangan. Banyak orang-orang yang berdatangan untuk mengadu nasib di daerah tambang ini, sehingganya laju peningkatan penduduk berkembang pesat. Berbagai suku dan Etnis sekarang yang ada di Gebe, diantaranya suku Toraja, Bugis, Batak, Sunda, jawa, Kalimantan, Buton, Kendari, Papua bahkan dari luar negeri WNA banyak ditemui di Gebe. 4.2 Letak Geografis Berdasrkan peta dan Grafik wilaya yang dimiliki oleh (Kantor Camat Gebe 2009-2010) yaitu, Pulau Gebe sangat jauh dari ibukota provinsi Maluku Utara dengan jarak tempuh menggunakan pesawat udara kira-kira sama dengan jarak Ternate ke Manado, sehingga pulau gebe lebih dekat dengan kota sorong, hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi semua pihak terkait. Namun hal itu tidak selayaknya membuat peratian kepada pulau Gebe. Sejak berdirinya perusahaan tambang PT. ANEKA TAMBANG di Gebe Mengubah beberapa lahan yang awalnya adalah hutan belantara menjadi areal tambang. Pumukiman tempat tinggal kariawan telah di tatah rapi dengan perumahan yang memiliki urutan yang berbeda-beda dan fasilitas yang tidak sama. 41
Pulau Gebe merupakan salah satu pulau kecil 153 km² di kabupaten Halmahera tengah, propinsi Maluku utara, yang terletak di antara pulau Halmahera dan pulau Papua. Secara geografis pulau ini dilewati garis dan terletak diantara garis 0°2’24” LU dan 0°13’12” LS serta 129°16’48” BT dan 129°34’48” BT, dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut: sebelah utara dengan Samudara Pasifik, sebelah selatan dengan laut Halmahera, sebelah timur dengan kabupaten Raja Ampat (Waisai), dan sebelah barat perbatasan dengan kecamatan Patani. Secara administrasif pulau Gebe masuk dalam lingkup wilayah Kabupaten Halmahera Tengah, sebelum menjadi kecamatan defenitif, pulau Gebe hanya merupakan kumpulan beberapa desa yang secara administrasi pemerintahan berada dalam
wilayah
Kecamatan
Patani,
namun
dengan
pertimbangan
untuk
memperpendek rentang kendali, meningkatkan pelayanan masyarakat serta mempercepat proses pembangunan, maka pada tanggal 7 April tahun 2001 status desa Gebe dinaikkan menjadi kecamatan pulau Gebe dengan enam desa defenitif. Pulau Gebe memanjang dari arah barat laut ke tenggara dengan panjang sekitar 45 km, dan lebar bervariasi 1-7 km dengan luas wilayah ± 153 km². 4.3 Luas Areal Penambangan Berdasarkan laporan pelaksanaan tambang Nikel Gebe Periode Triwulan II tahun 2012, Lokasi kegiatan penambangan nikel Aneka Tambang Gebe terletak di semenanjung Oboelie yaitu pada sisi bagian barat daya pulau Gebe dalam wilayah KP Eksploitasi, menurut laporan pelaksanaan tambang Nikel Gebe periode triwulan II tahun 2013 Kegiatan penambangan nikel Gebe berdasarkan atas Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi pada lahan dengan luas 1225 ha terletak di pulau
42
Gebe, Kecamatan pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Kegiatan penambangan di lokasi ini telah dimulainya sejak tahun 1979. 4.4 Kependudukan Dan Tenaga Kerja 4.4.1 Kependudukan Berdasarkan data Sensus Penduduk (SP) yang dikelurkan oleh (Kecamatan pulau Gebe pada tahun 2013) sebesar 6.125 jiwa. Pulau Gebe sebelum masuknya PT. ANTAM hanya memiliki penduduk sebesar 2.238 jiwa. Melihat frekwensi perkembangan penduduk yang berkembang sejak berdirinya PT. Aneka Tambang di Gebe sangat besar dibandingkan sebelum masuknya perusahaan di Gebe. Penduduk yang berkembang di lingkungan lingkar tambang PT. ANTAM sangat banyak dan hampir semua akan bertahan sebagai penduduk asli masyarakat Gebe, semua ini didorong oleh mata pencarian yang tersedia dan sangat mendukung dengan baik buat masyarakat Gebe. Penduduk yang mendomisili di Gebe sangat heterogen, hampir semua suku di Indonesia terlihat di Gebe, hal ini menunjuhkan bahwa masyarakat sangat memerlukan mata pencarian yang jelas, pasti dan hasil yang memuaskan buat kebutuhan sehari-hari. 4.4.2
Tenaga Kerja Penduduk usia kerja di Gebe pada tahun 2013 berjumla 4.031 jiwa, dan
sisanya 2.094 bukan angkatan kerja. Berdasarkan data dari perusahaan (PT. Aneka Tambang Tbk. 2013) Tercatat jumlah karyawan pada tahun 2013 adalah
PT.
ANTAM 2.985 jiwa dan sisanya bekerja diluar perusahaan sebagai Pegawai Kantor, Tenaga Mengajar (Guru), Petani, Nelayan, Peternak dan Pedagang berjumlah 1046 jiwa.
43
4.5 Sarana Tranportasi Jenis angkutan yang difasilitasi oleh perusahaan PT. ANTAM Tbk. Untuk masyarakat Gebe adalah untuk transport udara yaitu satu bua pesawat yang melayani kariawan sekaligus masyarakat biasa dengan tujuan Gebe Ternate (Ibukota), dan untuk transportasi laut hanya satu bua kapal cepat dengan nama Gibalo, kapal ini hanya dipakai untuk keperluan perusahaan. Selain dari kedua Transportasi diatas masi ada transportasi yang paling diharapkan oleh masyarakat gebe yaitu kapal perintis yang arah lennya dari arah selatan dan utara dengan jangkawan tiket yang mura. Secara geografis transportasi gebe tidak bisa melalui transportasi darat dari gebe ke pulau irian, Gebe ke pulau Halmahera Ibukota Maluku utara (Sofifi). Jadi transpotasi pulau Gebe hanya dua yaitu udara dan laut. 4.6 Sajian Data 4.6.1 Aspek Agama Pada awalnya penduduk asli Gebe yaitu islam namun seiring masuknya perusahaan ANTAM sehingganya pertumbuhan penduduk baik yang lahir maupun pendatang mulai munculan berbagai keyakinan dan kepercayaan yang dibangun di masyarakat Gebe. Badarudin Jakaria (wawancara 28 Juli 2013) menjelaskan, bahwa masyrakat Gebe pada awal pembentukan perkampungan di pulau Gebe pada saat itu masi terdapat satu agama yaitu agama islam. Masuknya agama kresten protestan dan kristen katolik ketika PT. Aneka Tambang masuk di Gebe pada tahun 1978, agama kresten dibawa oleh kariawan yang berasal dari Irian dengan mayoritasnya agama Kristen protestan, disinilah agama Kristen berkembang di masyarakat Gebe samapi saat ini. Sedangkan agama Kristen katolik dibawa oleh kariawan yang berasal dari Tator dengan mayoritas Kristen katolik, disinilah agama Kristen katolik berkembang dan bertahan sampai saat ini. 44
Berdasarkan pendapat diatas maka, saya berkesimpulan bahwa ternyata pengaru perusahan terhadap masyarakat itu tidak hanya di bidang ekonomi dan dampak lingkungan, tetapi masuk sampai pada rana agama, itu berarti perusahaan memiliki peranan dan pengaru yang sangat besar terhadap masyarakat lingkar Tambang. 4.6.2
Aspek Olaraga Pulau Gebe terdapat sarana dan fasilitas Olahraga, yang telah disediakan oleh
PT. ANTAM Tbk. Gebe, sebagai fasilitas umum yang dapat digunakan oleh kariawan perusahaan dan seluruh masyarakat Gebe. Melalui fasilitas yang di sediakan oleh PT. ANTAM Tbk. Maka banyak generasi yang mengembangkan bakatnya melalui fasilitas yang disediakan oleh perusahan, proses perkembangan juga sangat meningkat dibandinkan sebelum masuknya perusahaan. 4.6.3
Aspek Pendidikan PT. ANTAM Tbk. Gebe untuk menangani pendidikan dengan berdasarkan
Undang-Undang PT. pasal 74, ayat 1 “Perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Berdasarkan
undang-undang PT diatas maka PT. ANTAM Tbk. Gebe
membentuk Tim Corporate Social Responsibility (CSR) dengan tujuan untuk menangani
biaya
pendidikan
masyarakat
pulau
Gebe
yang
melanjutkan
pendidikanya di Perguruan Tinggi. Tim CSR ini dibentuk samapi saat ini belum ada realisasi yang jelas buat pembiaayaan pendidikan generasi muda yang berada di
45
lingkar tambang. Hal ini menunjuhkan bahwa PT. Aneka Tamabang belum bisa bertanggung jawab terhadap pendidikan yang ada di pulau Gebe. Takbir Sahadi (wawancara 30 Juli 2013) menjelaskan, Kehadiran PT. Antam di Gebe diharapkan merupakan suatu kesempatan serta peluang kerja yang besar bagi masyarakat sekitar lingkar Tambang. Namun hal ini belum menjadi jaminan besar bagi masyarakat lingkar tambang karena tingkat pendidikan masyarakat yang masih minim. Sehingga mau dan tidak mau tentunya masyarakat hanya menjadi buruh kasar (Pekerja Biasa) pada PT. Antam. Untuk itu, PT. Antam dituntut untuk dapat memberikan jaminan pendidikan kepada masyarakat sebagai bentuk salah satu tanggung jawab dari perusahaan. Namun apa yang menjadi tanggung jawab perusahaan belum terealisasi dengan baik, terutama masalah peningkatan sumber daya manusia yang ada dipulau Gebe itu sendiri. Sampai saat ini tingkat pendidikan dari masyarakat serta sarana yang disiapkan untuk peningkatan sumber daya manusia masih minim. Karena dari kehadiran PT. Antam sampai saat ini usaha produksi dari perusahaan tersebut tingkat pendidikan atas masyarakat masih kurang. Ini menunjukan bahwa kehadiran perusahaan Antam di pulau gebe ternyata belum menjamin tingkat serta penyediaan fasilitas bagi masyarakat. Semua itu cerminan bagi kita dan diambil sebagai pelajaran untuk semua daerah. Pulau Gebe terdapat sarana dan prasarana pendidikan, yang telah disediakan oleh PT. ANTAM Tbk. Gebe, sebagai fasilitas umum untuk kariawan dan seluruh masyarakat Gebe. 4.6.4
Aspek Kesehatan Dampak pertambangan terhadap kesehatan pada masyarakat sangat banyak
karena, sisa-sisa limbah cair yang dibuang di wilaya pertambangan akan berpengaru ke ekosistem laut yang tidak lagi berguna bagi rakyat hal ini sangat mengganggu kesehatan laut, ikan yang tadinya dekat di wilaya pesisir, saat ini tidak lagi didapat di wilaya tersebut. Bahan jat kimia seperti merkuri yang dilepaskan ke sungai terdekat bahkan ke laut akan mencemari Air.
46
Sarwan Laduhu (wawancara 1 Agustus 2013) menjelaskan, pada tahun 2013 ini penyakit ISPA semakin meningkat dibandingkan pada tahun kemarin, sebab dari peningkatan ISPA yaitu wilayah pertambangan yang dekat dengan perkampungan sehingganya, debu yang berasal dari tambang sangat dirasakan oleh masyarakat Gebe bahkan merasa terganggu, belum lagi banyak alat perusahan yang melintasi jalan raya dengan meninggalkan sisasisa tana tambang di sepanjang jalan. Berdasarkan pendapat dari kepala puskesmas Gebe diatas maka, perusahan pertambangan tidak bisa menjaga kesehatan rakyat Gebe dengan baik apalagi sampai menjamin. Hal ini menunjuhkan bahwa yang namanya perusahaan yang akan masuk di wilaya pertambangan akan membawa kerusakan kesehatan masyarakat setempat. Dengan perbandingan bahwa PT. ANTAM yang merupakan BUMN saja tidak bisa menjamin itu semua apalagi perusahaan suasta yang dipegang oleh Negara luar (Pihak Asing) akan lebih para dibandingkan dengan perusahaan BUMN. 4.6.5
Aspek Ekonomi Gebe merupakan suatu daerah yang mengandung banyak biji nikel sehingga
menjadikannya wilayah pertambangan. Sebagian besar masyarakat gebe bekerja sebagai kariawan di perusahaan tambang tersebut baik masyarakat di gebe maupun pendatang yang datang mencari kerja di gebe. Syarifudin Nurlete (wawancara 29 Juli 2013) menjelaskan, Kondisi Ekonomi masyarakat Gebe sebelum masuknya perusahaan ANTAM Tbk. Sangat renda dalam perputaran ekonomi, setingkat pembelian Sembilan bahan pokok saja harus menunggu dengan bulan-bulan dari kapal Fenes yang akan masuk di Gebe, pada saat itu masyarakat Gebe menjunjung tinggi yang namannya sistem barter. Sedikit dikata stabil perekonomian masyarakat Gebe ketika ANTAM masuk dan aktif baru terlihat perekonomian masyarakat sedikit baik dan berkembang. Lanjut penjelasannya bahwa Perkembangan perekonomian masyarakat hanya dirasakan oleh masyarakat tertentuh diantaranya kariawan dan pedagang yang sangat dekat dengan ANTAM. Berdasarkan realitas yang terjadi sekarang yaitu masyarakat luar gebe yang memegang perekonomian pulau Gebe. Hal ini menunjuhkan 47
bahwa ANTAM tidak bisa memperhatikan masyarakat untuk memperbaiki perekonomian khususnya masyarakat asli pulau Gebe. Aneka Tambang juga sangat kuat dalam memperlakukan sistem jaringan yang kuat, ini yang membuat kesulitan masyarakat Gebe untuk masuk menjadi kariawan di PT. ANTAM. Fadila Sahar (wawancara 29 Juli 2013) menjelaskan, Mulai perusahaan aktif pada tahun 1979, pendapatan ekonomi masyarakat Gebe berkisar 1,5 hingga 2 juta per bulan, hampir semua perekonomian berkiblat ke Perusahaan. Sedikitnya enam desa di wilayah kecamatan pulau Gebe Halmahera tengah, kondisi ekonomi masyarakat Ke-enam desa dimaksud adalah desa Yuimial, Umara, Sanafkaceko, Sanafi, Kacepi dan desa kapaleo. Mayoritas masyarakat enam desa tersebut, menggantungkan hidupnya sebagai buruh lapangan diperusahaan tambang PT. ANTAM selama kurang lebih 33 tahun. Lanjut menjelaskan, suda seharusnya masyarakat Gebe sadar bahwa, perusahaan ANTAM jangan jadikan sebagai kiblat perekonomian masyarakat Gebe karena, perusahaan tidak selamanya akan bertahan di Gebe. Berdasarkan laporan pelaksanaan tambang nikel Gebe periode triwulan II tahun 2012 Dengan telah disepakatinya perjanjian bersama pelaksanaan Corporate Social Responsibiliti (CSR) di Gebe pada bulan September 2011 antara PT. Antam (Persero) Tbk dengan pemerintah Halmahera tengah, LPPM IPB dan LPPM UNKAHIR tentang program pemberdayaan ekonomi masyarakat Kecamatan pulau Gebe dalam rangka pelaksanaan Corporate Social Responsibiliti (CSR) PT. Antam (Persero) Tbk. Adalah tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan sebelumnya pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat Kecamatan pulau Gebe dalam sector perikanan, peternakan, perkebunan dan pengolahan pangan. Relasi waktu kerjasama tahap kedua PT. ANTAM (Persero) Tbk. dan IPB Bogor dengan perjanjian kerja sama diatas masyarakat yang suda terbentuk kelompok binaan dalam pengembangan potensi lokal masyarakat Gebe tetap melaksanakan kegiatan sebagaimana
yang telah diajarkan pada program
sebelumnya. Kegiatan pengembangan masyakat yang dilakukan pada periode 48
triwulan II tahun 2012 sebagai mana pada perjanjian bersama pelaksanaan CSR di Gebe yang disepakati pada bulan September 2011 PT. Antam dengan pemerintah kabupaten Halmahera Tengah, LPPM IPB dan LPPM UNKHAIR tentang program pemberdayaan ekonomi masyarakat Kecamatan pulau Gebe dalam rangka pelaksanaan Corporate Social Resposibiliti PT. (Antam) Tbk. Berdasarkan isi laporan diatas dengan membandingkan realitas yang terjadi di masyarakat Gebe pada saat ini yaitu sangat tidak di rasakan oleh masyarakat karena, semua program yang disepakati dalam pelaksanaan anggaran Corporate Social Resposibiliti (CSR) tidak jalan bahkan suda mandek sehingganya tidak satupun programnya yang terlaksana dengan aliran dana yang tak jelas dikemanakan. 4.6.6
Aspek Budaya Sejak PT. Aneka Tamabng masuk di pulau Gebe, pada saat itu masyarakat
masi memiliki budaya dan tradisi yang masi berpegang tegu dengan budaya yang ditinggalkan oleh leluhur yang pertama kali membuka kampong di daerah Gebe. Dengan prosesi waktu ke waktu sampai pada tahun1978 PT. Aneka Tambang masuk dengan beroperasi besar-besar di Gebe, dalam pelaksanaan tambang itu tentunya memerlukan tenaga skil yang bisa memegang alat berat dan kariawan untuk bidang kerja lainya. Hal ini menuntut PT. Antam harus menerim kariawan tanpa melihat asal usul, akan tetapi yang dilihat adalah skilnya. Proses berjalanya penerimaan kariawan ini banyak menimbulkan kedatangan orang-orang yang ingin mencari kerja di ANTAM, disinilan transformasi budaya antara masyarakat Gebe dengan penduduk baru. Dalam prosesi transformasi, saat ini budaya asli Gebe suda hilang dengan sebab, banyaknya orang asing berdomisili 49
di gebe dengan budaya barunya, hampir semua orang yang berpengaru di gebe asli orang luar daerah.
4.6.7
Fadila Sahar (wawancara 1 Agustus 2013) menjelaskan, Kehilangan budaya asli Gebe saat ini menimbulkan berbagai macam permasalahan yang terjadi di masyarakat asli Gebe diantaranya adalah: 1. Hilangnya tatanan nilai sosial yang dulunya dimiliki oleh komonitas warga setempat. 2. Putusnya hubungan silaturahmi antar warga menyebabkan perpecahan, persengketaan bahkan ke arah konflik. 3. Generasi muda tidak lagi mengenal budaya aslinya sendiri. Aspek Lingkungan Setiap kegiatan pembangunan di bidang penambangan pasti menimbulkan
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari kegiatan pembangunan di bidang penambangan adalah: 1. Membrikan nilai ekonomi kepada pertumbuhan ekonomi Nasional. 2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 3. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang. Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah: 1. Kehancuran lingkungan hidup 2. Penderitaan masyarakat adat 3. Menurunya kualitas hidup penduduk lokal 4. Kehancuran ekologi pulau-pulau 5. Terjadi pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan. Sejak saat ini, Indonesia memilih politik hukum pertambangan yang berorentasi pada kekuatan modal besar dan Eksploitatif. Dampak susulanya adalah keluarnya berbagai Regulasi pemerintah yang berpihak pada kepentingan modal asing. Dari kebijakan-kebijakannya sendiri, akhirnya pemerintah tejebak dalam
50
posisi lebih rendah disbanding posisi modal yang disayanginya. Akibatnya, pemerintah tidak bisa bertindak tegas terhadap perusahaan pertambangan yang seharunya patut untuk ditindak. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat simpulkan berdasarkan fakta lapangan bahwa dampak yang paling besar dikenahkan kepada masyarakat adalah dampak negatifnya karena, saat perusahan beroperasi tidak bisa menjamin kesejateraan rakyat di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan, akan tetapi yang terbukti sekarang adalah masyarakat bertambah susah disebabkan perusahaan membongkar lahan masyarakat tanpa memikirkan dampak lingkungan yang akan menghilangkan lapangan kerja masyarakat sekitar lingkar tambang. Kita ketahui bahwa ketika ekspoitasi berjalan maka lahan dengan ribuan Hektar akan di bongkar habis dan digali dengan puluhan meter bahkan ratusan meter kebawa, hal ini menunjuhkan bahwa suda pasti lahan rakyat yang akan di produksi tidak bisa di harapkan lagi oleh masyarakat untuk di kelolah kembali sebagai lahan pertanian seperti lapangan kerja yang mereka kerjakan sebelum perusahaan masuk, akan tetapi yang terlihat sekang rakyat tidak bisa lagi kembali ke lapangan kerja lama “Petani dan Nelayan”. Posisi dampak laut yang kita lihat hari ini adalah ketika lahan dibongkar dan tidak ada lagi saringan rumput maka otomatis ketika datangnya hujan maka air akan membawa tanah merah ke laut, disinilah terletak kerusakan air laut dan akan berdampak pada ekosistem laut yang akan rusak dan menjahukan ikan serta hasil laut lainya yang berada di sekitaran wilaya lingkat tambang. Fadila Sahar (Wawancara 1 Agustus 2013) menjelaskan, bahwa pelaksanaan PT. Aneka Tambang di Gebe saat ini sangat merusak lahan rakyat walaupun pada sebelunya suda di kapling oleh perusahan, akan tetapi dalam 51
pengkaplingan perusahaan itu banyak merugikan rakyat karena, harga lahan yang di kapling sangat mura di bayar oleh perusahaa, sehingganya rakyat merasa tidak sebanding dengan harga pembayaran lahan rakyat Gebe. Penjelasan lanjut, perlu kita ketahui bahwa masyarakat Gebe sebagian besar tidak bekerja di perusahan ANTAM, hal ini yang harus dipikirkan oleh perusahan, ketika lingkungan pulau gebe suda rusak, maka masyarakat gebe juga akan kehilangan lapangan kerja. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, yang namanya perusahan itu pasti merusak lahan rakyat, apapun alasan yang di utarakan oleh pihak perusahaan, sekalipun diperkuat oleh HAMDAL dan aturan-aturan perusahaan lain yang hari ini kita kenal hanya sebagai hiasan belaka tanpa ada realisasi terhadap pelaksanaan dalam eksploitasi pertambangan dimana-mana. 4.7 Pokok-Pokok Temuan Adapun permasalahan yang ditemui dalam penelitian ini adalah beragam permasalahan diantaranya yang Pertama, kerusakan lahan yang tidak ada hentinya dalam lokasi perusahaan. Perusahan dalam pencarian hasil tambang dengan pengeboran sampai dengan rata permukaan laut, gunung yang tinggi di ratakan, hanya untuk menguras dan merampas hasil yang di sekitaran wilaya tambang yang dibebaskan untuk perusahaan. Hal ini sangat menyusahkan rakyat pulau gebe, kerena rakyat tidak bisa lagi mengembalikan lahan seperti semula untuk jadikan sebagai lahan garapan pertanian. Kedua, Laut yang jerni menjadi kabur, ketika pembongkaran lahan besar-besaran oleh perusahaan maka, wilaya tambang akan kekosongan akan adanya penahan air. Ketika turun hujan maka tana tambang yang mera dan memiliki zat kimia, merkuri dan sejenis lainya akan mencemar ke laut, disinilah menimbulkan kerusakan laut dan hilangnya semua hasil kekayaan laut yang tadinya sangat beragam di pesisir laut pulau gebe. Ketiga, sangat
52
mempengaruhi generasi muda untuk memutuskan pendidikannya pada waktu SD, SMP, dan SMA, hal ini sangat di rasakan oleh masyarakat gebe bahwa, pengaru perusahaan sangat besar. Banyak generasi muda yang tidak lagi melanjutkan studinya karena dengan alasan untuk bekerja di perusahaan. Hal ini suda menjadi kebiasaan masyarakat lingkar tambang yang lebih senang kerja di perusahaan dibandingkan dengan harus melanjutkan pendidikan lebih lanjut. Keempat, persoalan budaya yang awalnya masayarakat sangat menjunjung budaya lokal, dengan kehadiran perusahaan maka budaya masyarakat juga ikut hilang di kalangan masayarakat. Hal ini menunjuhkan perusahan tidak hanya menghancurkan lingkungan, akan tetapi perusahan juga merusak budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat pulau gebe.
53