BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Penyajian Data Penelitian
4.1.1
Wawancara Dengan Pihak Internal
Peneliti melakukan wawancara dengan officer cybermedia PT. Pertamina(Persero) yaitu Bapak Marlodieka Wibawa dan Seles Representations PT. Pertamina (Persero) yaitu Bapak Aripin sebagai pihak Internal perusahaan dikarenakan Vice President Corporate Communications tidak dapat diwawancarai berhubungan dengan adanya kenaikan harga BBM dan menjadi Pemegang Jabatan Sementara Senoir Vice President Corporate Communication sehingga peneliti diberikan arahan untuk mewawancarai Officer Cybermedia dan Seles Representations.
4.1.1.1 Wawancara dengan Officer Cybermedia PT. Pertamina (Persero).
Wawancara dengan Officer Cybermedia PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Marlodieka Wibawa sebagai officer cybermedia PT. Pertamina(Persero), penulis berusaha melakukan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan kualitas data dari perusahaan. Tujuan wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan judul penelitian. Wawancraa dilakukan pada hari Kamis 24 May 2012 pukul 09.00 WIB, di Kantor PT. Pertamina (Persero), Jakarta.
Pada hari itu penulis memulai pertanyaan mengenai pendapat Bapak Marlo mengenai public relations, kemudian beliau menjawab “Public relations itu adalah hubungan masyarakat yang fungsinya sebagai jembatan atau sebagai penghubung antara perusahaan dengan masyarakat atau publiknya dan public relations disisni juga mengkomunikasikan suatu pesan atau suatu pengetahuan mengenai perusahaan kepada masyarakat. Tetapi perlu dipahami juga selain public relations memberikan informasiinformasi kepada masyarakat, masyarakat disisni juga dapat memberikan masukan kepada perusahan melalui public relations guna perbaikan perusahaan. Dengan kata lain peran public relations tersebut berkaitan erat dengan tanggung jawab untuk reputasi perusahaan dan juga yang paling utama adalah mempertahankan atau bahkan meningkatkan citra perusahaan. Peranan public relations di PT. Pertamina (Persero) menurut Bapak Marlo yaitu “ Pada dasarnya peranan public relations di PT. Pertamina (Persero) sudah mencangkup ke empat peranan public relations di buku teori kamu ya, ada penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah, dan teknisi komunikasi. Sebagai penasehat ahli yaitu ketika ada suatu isu public relations disini memberikan masukan apa yang harus dilakukan, mana yang harus di bicarakan dan mana yang tidak harus disampaikan. Sebagai fasilitator komunikasi public relations menjembatani apakah ada baik internal perusahaan ataupun eksternal perusahaan yang memang kurang menerima informasi atau mendapatkan informasi seputar Pertamina. Sebagai fasilitator pemecahan masalah public relations disini harus bisa memberikan masukan yang konsumtif, apa nih solusi yang ditawarkan, dan pada dasarnya solusi itu bukan hanya dari public relations-nya saja yang mengajukan tetapi juga komitmen dari masing-masing pihak untuk menjalankan solusi itu, karena pada dasarnya disini hanya memberikan pilihan solusi
yang dapat dilakukan, tetapi hal itu kembali lagi pada perusahaan, kira-kira mana yang akan di ambil oleh perusahaan sebagai solusi untuk pemecahan masalah. Sedangkan yang terakhir yaitu tehnik komunikasi, kita juga melakukan hal itu, kita mengkomunikasikan kepada publik apa saja yang menjadi program-program di Pertamina dan bagaimana pencapaian-pencapaian dari setiap program-program tersebut hal itu dapat membuat masyarakat menjadi tahu apa saja yang menjadi bagian kemajuan perusahaan, misalnya seperti pencapaian dari program-program tersebut, sehingga perusahaan berharap mendapatkan dukungan yang berkaitan dengan pencapaianpencapaian tadi oleh masyarakat dan itulah yang harus disampaikan kepada publik atau masyarakat dan juga sebagai tanggung jawab dari public relations untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat.” Dalam memuat berita pers menurut Bapak marlo “Keahlian jurnalistik itu pada dasarnya dibutuhkan, tetapi bukan berarti harus dari jurnalis, hal itu karena kita sudah diberi kemampuan atau skill pengetahuan dari teman-teman jurnalis yang bekerja sama dengan perusahaan mengenai bagaimana tehnik-tehnik menyusun berita pers yang baik dan benar, yaitu apa saja sih yang diharapkan dan mana yang tidak diharapkan oleh si penerima informasi tersebut. Sehingga si penerima informasi menjadi mengerti tanpa adanya salah persepsi terhadap perusahaan. kalau kita tidak tahu bagaima tehniktehniknya tersebut, hal itu akan menimbulkan banyak kesalah pahaman terhadap perusahaan, yang seharusnya beritanya baik menjadi buruk seperti itu.” Dalam pertanyaan selanjutnya penulis menanyakam mengenai aktivitas public relations di PT. Pertamina (Persero), jawaban yang diberikan Bapak Marlo yaitu “Pada dasarnya banyak ya aktivitas public relations di Pertamina itu sendiri yaitu di dalam eksternal komunikasi, internal komunikasi, fungsi media, dan yang terakhir yaitu brand
management. Kalau eksternal komunikasi itu aktivitasnya berhubungan dengan stakeholder Pertamina yaitu hampir semua elemen masyarakat, dimulai dari DPR, Pemerintah, LSM, perguruan tinggi, pribadi, dan sebagainya. Kemudian internal komunikasi adanya perintah kerja, pidato kerja, kemudian juga mendapatkan tekanan dari vendor atau mitra kerja yang bekerja sama dengan Petamina. Kemudian juga ada fungsi media yaitu dimana menjadi tempat meramu informasi-informasi di Pertamina menjadi suatu bahan publikasi baik TV, cetak, maupun online kemudian juga memfasilitasi kegiatan-kegiatan Pertamina. Dan terakhir yaitu untuk brand, brand management itu aktivitasnya adalah bagaimana kita mengkarakter perusahaan Pertamina yang selalu mempunyai masa lalu yang dinilai masyarakat kurang begitu baik menjadi lebih baik lagi, yaitu membuat brand image Pertamina menjadi suatu hal yang lebih baru lagi misalnya seperti penggantian logo kemudian penggantian tagline Pertamina, contohnya tagline Pertamina sekarang ini adalah “Semangat Terbarukan” yang memiliki arti “Tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Kami terus membuka diri pada cakrawala energi dunia. Cita-cita menjadi penyedia energi global kami wujudkan melalui percepatan perubahan dan langkah nyata transformasi. Berbagai pencapaian menjadi energi yang membuat kami terus terbang tinggi, menggapai visi menjadi perusahaan nasional kelas dunia. Inilah Semangat Terbarukan bagi negeri”, seperti itu. Lalu penulis menanyakan mengenai bagaimana seorang PR ketika menghadapi suatu krisis, kemudian Bapak marlo menjawab, “Pada prinsipnya seorang public relations itu harus siap ya dalam menghadapi krisis kapanpun dan dimanapun. Sebelumnya kita harus sudah mencari tahu terlebih dahulu, apa sih penyebab krisis ini timbul di perusahaan, apa saja factor-faktor yang mempengaruhi, itu semua harus terlebih dahulu dicari tahu. Setelah kita mengetahui penyebabnya apa, dan apa saja
faktor-faktornya baru kita mencari tahu atau mempersiapkan solusi untuk mengatasi krisis tersebut secara cepat dan akurat sesuai ketentuan dari perusahaan”. Terkait dengan berapa banyak berita pers yang di keluarkan ketika menghadapi krisis, Bapak Marlo menjawab, “Sebenarnya akan dilihat dari kasus krisisnya terlebih dahulu atau jenis krisis kala itu, apakah dampak dari krisis tersebut meluas dan perlu harus di update setiap detik berita persnya atau sebaliknya dampak dari krisis kala itu tidak meluas ya mungkin hanya sekitar dua atau tiga release yang kami keluarkan. Misalnya sebagai contoh ledakan Gas Elpiji 3 kg, ledakan Gas Elpiji itu kan sifatnya akumulatif, bukan satu hari itu semua daerah mengalami ledakan, ada yang kejadiannya itu muncul seminggu sekali, dua minggu sekali, atau sebulan sekali di tiap-tiap daerah, releasenya ini akan di keluarkan best on effort. Dan jika ledakan itu mengakibatkan adanya korban, kobar-korban itu akan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat dan langsung menerima perawatan yang sebaik munkin. Lalu setelah itu apa saja yang dilakukan untuk perbaikan hal tersebut? Kita mengadakan sosialosasi di tempat terjadinya krisis ledakan Gas elpiji 3 kg, kita menghimbau masyarakat untuk mengganti asesoris yang sudah tidak layak pakai misalnya sudah kadaluarsa, kemudian juga gimana menjaga tingkat keamanan dalam menggunakan Gas elpiji 3 kg dalam memasak, apa saja ciri-ciri jika seumpamanya Gas Elpiji 3 kg bocor, dan bagaimana penanggulangan awalnya, seperti itu”. Dengan terjadinya krisis tersebut sudah pasti mengancam citra perusahaan, menurut Bapak Marlo “ Pada dasarnya kalau ditanya mengenai terjadinya krisis itu sudah pasti mengancam citra perusahaan itu iya, karena itu disini menjadi tugasnya public relations bagaimana cara penanganan krisis yang baik dan tidak terkesan terburu-buru. Karena kita tahu apa yang terburu-buru itu pasti penyelesaiannya tidak akan tuntas dan maksimal. Kalau kita menyelesaikannya dengan mencari tahu
penyebabnya dan mengatasinya secara tepat citra perusahaan yang sudah terbagun itu tidak akan goyah. Kalau ditanya mengenai citra perusahaan ya kita tahu harapannya menjadi perusahaan yang lebih baik dari sebelumnya. Contoh dengan adanya krisis seperti ledakan Gas elpiji 3 kg, kita tidak bisa pungkiri hal itu, dan kita juga tidak tinggal diam saja dan menerima hal itu terjadi, tetapi disini kita juga mencari perbaikanperbaikan dari sisi operasionalnya kemudian dari sisi regulatornya juga tetap minta Pemerintah untuk membuat suatu yang bisa melindungi masyarakat. Karena kan disini konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3kg itu merupakan kebijakan dari Pemerintah. Misalnya seperti Pemerintah harusnya membuat peraturan mengenai pembelian Gas elpiji 3 kg oleh para agen terdaftar itu maksimum berapa dan minimumnya berapa, kalau seumpamanya pembelian lebih dari 100 tabung Gas elpiji 3 kg harus ada izin ini izin itu, tapi Pemerintah belum membuat peraturan tersebut, sehingga selama ini masyarakat bebas bisa membeli berapa saja jumlahnya sesuai kemampuan, seperti itu. Jadi memang harus ada perbaikan-perbaikan dari sisi regulasinya, sisi operasionalnya, dan juga dari sisi bagaimana kita mengkomunikasikan kepada masyarakat bahwa memang Gas elpiji 3 kg ini kecil, cukup murah, namun tetap saja di dalamnya merupakan zat yang mudah sekal menyambar api sehingga juga harus hati-hati dalam pemakaian tidak boleh sembarangan”. Kemudian penulis menanyakan mengenai dapak positif dan negatif dari kejadian krisis yang mempengaruhi citra Pertamina, Bapak Marlo menjawab “Dampak positif dan negatif itu sudah pasti ada bukan hannya di Pertamina saja tapi juga di perusahanperusahan lain yang pernah mengalami krisis perusahaan. Tapi disini kita coba mengkomunikasikan mengenai profil perusahaan dan sejarah perusahaan kita ini seperti apa kepada masyarakat. Pertamina sebelum mengeluarkan dan memasarkan produk Gas
elpiji 3 kg ini sudah pasti ada tes uji kelayakan terlebih dahulu, bahkan sudah tertera di tabungnya tanggal kadaluarsanya. Gas elpiji 3 kg ini merupakan salah satu prodak yang diasuransikan, misalnya sebagai contoh kalau kita membeli motor, kalau kita mau asuransi kita harus beli lagi asuransinya ya kan, tapi kalau Gas elpiji 3 kg ini khususnya diasuransikan prodaknya oleh Pertamina, sehingga ketika ada kejadian kebocoran Gas elpiji 3 kg yang menyebabkan ledakan dan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan mendapatkan asuransi selama iya memang penerima Gas elpiji 3 kg yang terdaftar, namun kalau yang pakai Gas 12 kg itu tidak termasuk, karena dirasa sudah cukup mampu dan pemakaian Gas elpiji 12 kg itu sudah sejak tahun Sembilan puluhan, kalau seumpamanya sekarang baru ada ledakan itu berarti ada kelalaian dari pihak tersebut, bukan seperti kasus Gas elpiji 3 kg yang masyarakatnya baru pakai, dan belum tau cara penanggulangan kebocoran agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan seperti ledakan tadi”. Penulis menanyakan mengenai pelajaran yang di ambil ketika menghadapi krisis, kemudian Bapak Marlo menjawab “Menurut pendapat saya, pada dasarnya kan kita tidak tahu kapan krisis itu datang dan apa penyebabnya, untuk itu perusahaan harus sudah bahkan selalu mempersiapkan segala sesuatunya walaupun hal itu tidak diharapkan kehadirannya. Sehingga nanti apabila krisis itu tiba, kita siap dalam menyelesaikan krisis tersebut secara sepat, tepat, dan akurat”. Selanjutnya penulis menanyakan setelah kejadian krisis apakah ada krisis kepercayaan dari public yang berpengaruh pada Pertamina, Bapak Marlo memberikan jawabannya “Pada dasarnya krisis kepercayaan itu suatu hal yang akan terjadi atau sebagai dampak dari timbulnya krisis tersebut. Sekarang bagaimana caranya kita untuk dapat meyakinkan kembali kepercaan masyarakat bahwa produk Gas elpiji 3 kg ini
aman. Misalnya mobil kesalahan prodak akan langsung di tarik dari predaran semuanya untuk tahu kenapa bisa adanya kesalahan prodak, tapi Gas elpiji itu tidak bisa seperti itu, kita disini harus melihat dan mencari juga apa sih faktor-faktor penyebabnya terlebih dahulu. Karena kan ada sekarang ini oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyuntikan tabung Gas elpiji 3 kg ke tabung Gas elpiji 12 kg seperti itu. Dari hal-hal seperti itu sendiri sebenarnya salah satu penyebab juga terjadinya ledakan Gas elpiji 3 kg, karena tindakan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut itu merusak valve di tabung elpijinya dan itu yang membahayakan masyarakat disekitarnya akibat proses tersebut, dan sudah ada bukti di berbagai media bahwa ada suatu tempat yang besar dan di tempat itulah proses penyuntikan Gas elpiji 3 kg illegal dan hal itu menjadi tanggung jawab bersama dalam mengatasi dan mengawasi hal tersebut agar selesai”. Bapak Marlo memberikan pandangannya mengenai citra perusahaan, “Citra perusahaan itu gak bisa dibangun dalam jangka waktu setahun dua tahun, citra itu terbentuk sejak perusahaan itu berdiri dan juga bagaimana pengabdian dari karyawankaryawan yang bekerja disana. Maksdunya gini citra perusahaan itu bagaimana kita dilihat oleh orang, kalau karyawan-karyawannya saja pekerjaannya tidak sesuai atau tidak ada pengabdiannya kepada kelangsungan perusahan bagaimana orang dapat melihat nilai positif kepada perusahan kita, dan hal itu juga tergantung dari bagaimana perusahaan itu memberikan penghargaan kepada karyawan-karyawan yang bekerja disana. Jadi dapat di simpulkan citra itu merupakan suatu wajah dari Pertamina, dengan adanya krisis tersebut Pertamina harus dapat mempertahankan citranya jangan sampai runtuh, yaitu jika ada krisis segera di selesaikan, misalnya melakukan sosialisasi kepada orang-orang yang menggunakan Gas elpiji 3 kg. Karena Pertamina itu sendiri adalah
sebagai perusahaan bangsa yang seratus persen milik pemerintah. Pertamina juga merupakan salah satu lokomotif pemegang perekonomian Inodonesia”. Apakah citra Pertamina kini telah pulih setelah kejadian krisis Gas elpiji atau bahkan mengalami penurunan, Menurut Bapak Marlo, “Pada dasarnya kalau saya lihat dari survey yang dilakukan citra Pertamina untuk sekarang ini setelah kejadian ledakan-ledakan Gas elpiji 3 kg dulu pada tahun 2010 sudah cukup naik kembali. Hal itu dikarenakan oleh sudah banyaknya usaha-usaha yang dilakukan Pertamina salah satunya di bidang safety guna mengembalikan kepercayaan terhadap produk-produk yang dikeluarkan oleh Pertamina sehingga berdampak pada perubahan citra yang lebih baik”. Menurut Bapak Marlo, “Pada dasarnya ketika ada suatu krisis yang paling penting itu membentuk tim guna
mengatasi krisis yang timbul atau semacam tim krisis gitu, crisis center, semua anggotanya sudah di tentukan. Nah kalau berbicara soal 500.000 itu hanya tools saja. Tools untuk masyarakat memberikan feedback ke Pertamina, namun ketika feedback itu diberikan Pertamina akan menginformasikan kepada tim satgasnya”.
4.1.1.2 Wawancara dengan SR (Seles Representations) PT. Pertamina (Persero).
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Aripin sebagai Seles Representations PT. Pertamina (Persero), penulis berusaha melakukan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan kualitas data dari perusahaan. Tujuan wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan judul penelitian. Wawancara dilakukan pada hari Senin14 Mei 2012 pukul 11.00 WIB, di kantor PT. Pertamina di Gedung LPG & Gas Products Region III Jl. Yos Sudarso Jembatan 3, Plumpang Jakarta Utara.
Pada saat itu penulis memulai pertanyaan pendapat Bapak Aripin mengenai public relations, dengan singkatnya Bapak Aripin menjawab, “Public relations itu merupakan jembatan antara masyarakat dengan perusahaan. dimana perusahaan memberikan informasi kepada masyarakat melalui public relations itu tadi”. Peranan public relations di Pertamina menurut Bapak Aripin yaitu “Peranan public relations di Pertamina itu sendiri menurut saya cukup bagus ya dalam setiap penanganan krisis, misalnya krisis yang kamu angkat yaitu ledakan Gas elpiji 3 kg, pada saat itu kejadian ledakan terbanyak di tahun 2010 salah satunya ledakan di Jl. Mandalika, public relations-nya tersebut membatu mencarikan solusi dalam penanganan krisis tersebut. Kemudian memberika informasi-informasi kepada masyarakat bagaimana cara mengetahui kalau gas bocor, cara penanggulangan pertama seperti apa, apa saja yang harus masyarakat lakukan setelah adanya kebocoran tersebut, oh misalnya jika ada kebocoran langsung telepon ke contact center Pertamina 500.000 seperti itu. Setelah ada warga yang telepon ke 500.000 itu langsung tim dari Pertamina sendiri yaitu SR turun ke tempat kejadian guna melakukan penyelamatan, misalnya ada korban langsung SR membawanya ke rumah sakit dan biaya di tanggung oleh Pertamina”. Tugas SR (Seles Representations) itu sendiri, menurut Bapak Aripin dengan singkat menjelaskan “Seles Representations itu tugas utamanya adalah mengunjungi stakeholders distribusi elpiji 3 kg, 12 kg, dan itu ada di masing-masing wilayah kerjanya, kebetulan saya yang memegang wilayah DKI. Mengenai bagaimana gambaran fasilitator pemecahan masalah menurut Bapak Aripin yaitu “Selama ini kita ada contact center Pertamina yaitu 500.000, email ke pcc.pertamina.com, sms ke (021) 7111 3000, dan bisa juga fax ke (021) 7919 3000. Dan gambaran itu sendiri cukup baik ya, berjalan sesuai aturan yang berlaku di Pertamina pada saat terjadinya krisis, sehingga kita sebagai SR dapat dengan
cepat turun ke lokasi kejadian untuk langsung menolong korban ledakan Gas elpiji 3 kg tersebut”. Bapak Aripin menjelaskan bagaimana gambaran fasilitator pemecahan masalah yaitu “Jadi seperti ini, biasanya setelah adanya keluhan dari masyarakat yang disampaikan lewat contac center 500.000 itu kita langsung mengirim asisten SR kita yang berada tidak jauh dengan lokasi kejadian ledakan, karena kalau kejadiannya seperti di Jl. Mandalika 1 Tanjungduren tersebut tidak mungkin saya yang di Pelumpang langsung ke lokasi kejadian dengan cepat, jadi kita suruh asisten kita terlebih dahulu. Mereka lah yang ada di lapangan langsung membawa korban ledakan Gas elpiji 3 kg itu ke rumah sakit terdekat. Disini kita sudah bekerja sama dengan medical AR, mereka nanti yang membuat garansi letter, kemudian kami bekerja sama dengan rumah sakit, jadi tau kalau seumpamanya ada korban yang dibawa oleh warga setempat akibat ledakan pasti rumah sakit akan langsung menghubungi kita ke contac center 500.000 atau lansung ke nomer saya atau masing-masing SR, seperti RSCM, RS. Sumber waras sudah tau, jadi pasti langsung menghubungi kita kalau ada kejadian”. Berkaitan dengan berita pers apakah public relations Pertamina mengeluarkan secara rutin, kemudian Bapak Aripi menjawab, “ Tidak setiap saat public relations itu mengeluarkan berita pers, tergantung dari masalahnya itu sendiri. Biasanya disini public relations-nya meng-counter terlebih dahulu kalau tidak ada kecocokan dengan cerita di tempat kejadian, misalnya awalnya penyebab terjadinya kebakaran karena minyak tanah dan karena di rumah sebelahnya menggunakan Gas elpiji sehingga Gas yang sedang menyala tersebut tersambar dan menimbulkan ledakan, sehingga orang-orang di tempat kejadian bilangnya itu karena ledakan dari Gas, padahal kan walanya karena kompor minyak tanah seperti itu. Nah disana barulah public relations memberikan klarifikasi
mengenai kejadian-kejadian yang terjadi, yaitu setelah masalah itu sudah diketahui penyebab pastinya, dan juga public relations disini menginformasikan bahwa kejadian tersebut adalah tanggung jawab dari Pertamina dan Pertamina akan memberikan bantuan kepada korban ledakan Gas epiji, dan melakukan sosialisasi kembali mengenai cara menggunakan Gas elpiji yang baik dan benar seperti apa, dan bagaimana cara kita mengetahui bahwa Gas elpiji itu bocor, bagaimana penanganan pertamanya dan seterusnya”. Menurut Bapak Aripin mengenai krisis kepercayaan dari publik yaitu “Ya memang sudah pasti ada krisis kepercayaan dari masyarakat atau publik. Banyak masyarakat yang takut untuk menggunakan Gas elpiji 3 kg. Sehingga akhirnya kita lakukan atau kita mengadakan sosialisai lagi di beberapa kelurahan dimana kejadian itu terjadi, misalnya kita jalan-jalan dengan ibu-ibu pkk, majelis taklim. Pada saat kejadian di JL. Mandalika 1 Tanjugduren itu kebetulan ketua Rt disana mengajak jalan-jalan warga setempat, dan ketua RT itu menghubungi kita untuk ikut dan melakukan sosialisasi disana, memperlihatkan cara pemasangan Gas elpiji 3 kg yang benar seperti apa, sebelum memasak atau menggunakan Gas elpiji kita harus mencium terlebih dahulu ada tidak aroma khas Gas elpiji jika ada kita buka semua pintu yang membuat aroma khas Gas elpiji itu hilang di ruangan baru lah kita menggunakan Gas elpiji tersebut, dan kalau terjadinya kebocoran penanganan pertama kalinya seperti apa yaitu misalnya masih bingung segera hubungi cintac center 500.000 nanti dia akan memberitahukan caranya seperti apa, seperti itu, Setelah adanya sosialisasi itu akhirnya masyarakat menyadari ternyata memakai Gas elpiji 3 kg dengan baik dan benar dan tau cara-cara penanggulangan dan siapa yang harus dihubungi bayangan mereka terhadap rasa ketakutan dan ketidak percayaan tersebut dapat hilang’.
Bapak Aripin berpendapat mengenai krisis Gas elpiji 3 kg yang tejadi pada Pertamina di tahun 2010 lalu tepatnya di Jl. Mandalika 1 Tanjungduren yaitu “Jadi memang itu sebernya penanganannya saja ya yang kurang tepat. Karena pada saat ada kebocoran, mereka mengefakuasinya malah berkumpul disuatu tempat bukannya melakukan dengan apa yang telah di sosialisasikan sebelumnya. Maksdnya cara penanganannya aja yang gak tepat. Jadi kan seharusnya Gas elpiji 3 kg yang bocor itu dibawa ke ruangan terbuka dengan cara menutup dengan kain basah valve-nya, tapi disini dia malah merendam gas tersebut ke dalam ember yang berisi air, tentu hal tersebut akan membuat tabung Gas elpiji 3 kg ini menjadi terpental, setelah terpental itu dia membawa gas itu keluar ruangan, namun warga disana malah mengerubungi si gas tersebut, karna itu di pemukiman padat penduduk ya dan gangnya itu sempit ada rumah warga yang juga tukang bubur yang sedang memasak jualannya itu membuaka pintu rumahnya dank arena gasnya itu sudah keluar semua da nada api dari rumah sebelahnya itu sehingga langsunglah api tersebut menyambar Gas yang bocor itu dan mengakibatkan ledakan tersebut, sehingga memakan korban 10 orang ini. Dan seandainya pas ada kebocoran Gas elpiji 3 kg itu itu tdak ada ada sumber api yang menyala hal itu tidak akan terjadi, dan itu akan aman”. Setelah kejadian krisis tersebut apakah berpengaruh dengan citra atau reputasi dari Pertamina, Bapak Aripin menjelaskan “Pada saat krisis ledakan Gas elpiji 3 kg itu sudah pasti berpengaruh, karena kan pada saat itu semua media menyalahkan Pertamina seperti dari Metro TV, TV One, tapi setelah kita sampaikan bahwa ini sebenarnya kejadiannya seperti ini dan kita juga sudah melakukan hal yang terbaik bagi para korban ledakan. Namun sebenarnya dengan adanya konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg itu sudah membantu penghematan Negara dari pengeluaran anggaran Negara, dan juga
masyarakat merasakan hematnya memakai Gas elpiji 3 kg ini dibandingkan dengan memakai minyak tanah sebelumnya. Cuma karena setelah adanya kebijakan konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg ini adalah program baru yang ditawarkan Pemerintah jadi hal ini selalu di ekspos oleh media-media. Padahal kan banyak kebakaran yang terjadi karena malasalah konsleting listrik. Nah kenapa pada tahun 2010 itu paling tinggi kasus ledakannya?, hal itu karena kita kan membagi paket itu pada tahun 2008 itu kan selang dan regulatornya seharusnya sudah pada diganti, karena penggantian selang dan regulatornya itu jangka waktunya 3 tahun, tapi di anggap oleh masyarakat itu jangka waktunya selamanya. Makanya baru 2011 kita adakan program yang namanya penggantian atau tukar tambah selang regulator yang sudah lama dengan yang baru. Disana masyarakat membawa selang dan regulator lama ditukar menjadi yang baru dan di kenakan biaya sebesar tuju belas ribu rupiah dan regulatornya itu sebesar dua puluh ribu rupiah”. Menurut Bapak Aripin mengenai dampak positif dan negatif yang dirasakan Pertamina yaitu “Dampak negatifnya sudah jelas, orang-orang jadi takut memakai Gas elpiji 3 kg dengan adanya berita-berita ledakan tersebut. Dampak positif yang dirasakan oh akhirnya kita jadi tau betapa hematnya jika kita memakai Gas elpiji 3 kg ini, selain itu pulusinya sudah berkurang seperti itu. Dan juga setelah ada ledakan kan masyarakat menjadi takut menggunakan tapi kita lakukan sosialisasi lagi, sehingga masyarakat menjadi percaya dan rasa takutnya menjadi hilang, sehingga mereka menggunakan Gas elpiji lagi, dan dilihat sekarang ini makin banyak orang yang melakukan usaha menggunakan Gas elpiji 3 kg ini tanpa adanya rasa takut karena mereka sudah tau bagaimana cara pemakaian yang benar”. Pemecahan masalah yang dilakukan oleh Pertamina ketika menghadapi krisis Bapak Aripin menjelaskan, “Dari mulai hulunya
kita melakukan pengecekan di tempat pengisian Gas elpiji 3 kg ini bagaimana sih pengisiannya security control-nya jalan atau tidak, dan ternyata di luar sana masih banyak pihak yang melakukan pengoplosan yang membuat valve-nya itu menjadi rusak dan gampang jebol. Kita disisni juga bekerja sama dengan mabes polri, nah ternyata masalah ini setelah di teliti ternyata kerusakan itu adalah ulah-ulang oknum yang tidak bertanggung jawab. Lalu kita melakukan kerja sama, kita telusuri si pengoplospengoplos tadi dan menangkapnya, itu merupakan kerja sama kita dengan mabes polri. Dan kita menghimbau bagi seluruh masyarakat membeli Gas elpiji 3 kg seharusnya di agen-agen Gas elpiji 3 kg yang sudah terdaftar. Agen-agen yang resmi dan sudah terdaftar di Pertamina itu ada sekitar 180, dan pangkalan di agen-agen tersebut memiliki masing-masing sekitar 20 pangkalan. Untuk di wilayah DKI dan Jawa Barat itu kurang lebih ada lima belas ribu pangkalan. Kenapa di himbau untuk membeli di tempat-tempat resmi yang sudah terdaftar, itu untuk mengurangi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, karean tempat-tempat atau agen- agen yang sudah terdaftar itu sudah dilakukan sosialisai disana seperti di undang acara event-event dimana di sana diberitahukan lagi mengenai cara yang baik dan benar dan cara penanggulangannya dan hal itu nanti disampaikan kepada orang-oragng yang membeli dan menggunakan Gas elpiji 3 kg tersebut”. Pandangan Bapak Aripin mengenai citra perusahaan Pertamina sekarang ini yaitu “Citra perusahaan sekarang ini sudah cukup bagus, karena kepercayaan masyarakat dalam menggunakan Gas elpiji 3 kg ini sudah pulih kembali, dengan adanya sosialisasi yang gencar kita lakukan sejak tahun 2010 sampai sekarang ini, penyelesaian terhadap ledakan berjalan dengan semestinya, dan juga disini terlihat adanya tanggung jawab yang dirasakan oleh warga dari Pertamina. Dan juga perusahaan menjelaskan kepada
media bahwa tabung ini tidak meledak seperti yang dibayangkan, tetapi disini adalah kebocoran tabung di ruang yang tertutup da nada percikan api sehingga terjadilah ledakan, tapi tabungnya itu tidak meledak jadi itulah yang kita sosialisasikan. Public relations di pusat ini lah yang meredam dari berita-berita di tv tersebut. Dan masyarakat sekarang ini dengan adanya sosialisasi tadi juga jadi tahu betapa hematnya memakai Gas elpiji 3 kg ini, bersihnya tempat memasaknya tanpa adanya cipratan minyak tanah dimana-mana, dan masaknya juga jadi lebih cepat, selain itu polusinya juga sedikit, maksudnya asabnya tidak hitam seperti dulu memakai minyak tanah”. Bapak Aripin berpendapat mengenai alternatif pemecahan masalah unit kendali krisis di Pertamina yaitu “Jadi sekarang sih kita udah enak ya, kita udah ada contact center 500.000. kalau dulu kita sampai bikin posko krisis center, tapi sekarang bubar, karena masyarakat sekarang sudah tahu, ohh klo ada kecelakaan Gas elpiji 3 kg korbanya langsung saja bawa ke rumah sakit, nanti rumah sakit pasti akan menelepon ke contact center Pertamina yaitu 500.000, atau dia langsung telp aja ke 500.000, nanti 500.000 akan langsung email saya nah nanti saya langsung terjun ke tempat kejadian. Sehingga berkurangnya berita di Koran, kan kalau dulu jika adanya kecelakaan atau ledakan akibat gas elpiji 3kg itu orang-orang berpendapat, “Ah saya masukin aja ke Koran, biar Pertamina dan Pemerintah baca, sekarang masyarakat sudah tau, klo ada apa-apa ya langsung saja telepon ke 500.000 contact center Pertamina. Waktu tahun 2010 itu ada asuransi dari pertamina, jadi kita langsung panjer, kita langsung mengkomunikasikan kepada rumah sakitnya. Waktu itu klo gak salah untuk korban di tanjung duren ini sekitar tiga ratus tujuh puluh juta rupiah untuk sepuluh orang korban. Satu orang itu untuk biaya rumah sakit sebesar dua puluh lima juta rupiah, santunan bagi
keluarga korban yang meninggal dunia yaitu sekitar dua puluh lima juta rupiah, dan biaya penguburan atau pemakaman sebesar dua juta rupiah”. Penulis menanyakan pertanyaan terakhir mengenai apa saja yang dilakukan SR pada saat terjun ke lapangan, kemudian Bapak Aripin menjelaskan yaitu “Pada saat itu saya datang ke lokasi kejadian, saya bawa korbannya ke rumah sakit, pada tahap awal kita berikan uang ke rohiman dulu, mereka kan pedagang bubur ya, waktu itu ada koordinator uang kerohiman dari RW setempat, dan kita langsung bilang kepada rumah sakit bahwa korban ini nantinya akan dibayar oleh pertamina. Terus saya langsung membuat garansi letter, saya langsung bilang ke rumah sakit untuk merawat korban terlebih dahulu nanti semua biaya di cover oleh pertamina. Waktu itu disana sudah ada lima wartawan media yaitu dari TV One, Metro Tv dan yang lainnya, disana saya langsung di wawancara, tapi sebelum wawancara saya sampaikan dulu ke mereka tugas saya disisni hanyalah sebagai SR dan berbicara hanya mengenai cara penanganan korban karena ini murni kecelakan ledakan dari Gas elpiji 3 kg, terus sudah pasti nanti kita cek kembali dengan mabes polri, bener gak sih ini kecelakaan berasal dari Gas elpiji 3 kg, jangan sampai ini bukan karna Gas elpiji 3 kg. Nah setelah kejadian itu dua minggu kemudia di tempat kejadian itu kita langsung mengadakan sosialisasi klo gak salah waktu itu pak RW ngajak warganya jalan-jalan piknik ke puncak terus kita di undang untuk sosialisasinya disana. Sosialisasi tentang cara pakai Gas elpiji 3 kg dengan baik dan benar. Jadi kita bawa semua alat-alat peraganya kita demo disana, dan disana warga disuruh untuk mencoba, gitu. Kita juga memberikan lembaran dan buku pintar mengenai tatacara mengetahui cara pemakaian yang baik dan benar dan juga bagaimana mengetahui tabung gas yang mengalamin kebocoran, dan lain-lainnya”.
4.1.2
Wawancara Dengan Pihak Eksternal
4.1.1.3 Wawancara dengan Pengguna Setia Gas Elpiji 3 kg.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Sumardi (Kancil) sebagai salah satu pengguna setia Gas elpiji 3 kg, penulis berusaha melakukan wawancara secara mendalam untuk mendapatkan kualitas data dari narasumber. Tujuan wawancara ini adalah agar penulis memperoleh pendapat yang kemudian dapat dilakukan penelitian. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu 19 Mei 2012 pukul 14.00 WIB, di Warung Nasi Goreng Gila tempat Bapaknya melakukan usaha. Penulis memulai pertanyaan mengenai sudah berapa lama Bapak Sumardi atau yang biasa dipanggil Kancil ini menggunakan Gas elpiji 3 kg sebagai bahan bakar yang digunakan dalam berusaha “ Saya memakai Gas elpiji 3 kg ini sejak adanya konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg yaitu pada tahun 2007”, begitu ujuarnya. Bapak Kancil mengatakan menggunakan Gas elpiji 3 kg ini lebih irit “Memakai Gas elpiji 3 kg sebagai bahan bakar untuk memasak nasi goreng ini lebih irit dibandingkan saya memakai minyak tanah dulu, selain lebih irit pakai Gas elpiji 3 kg ini lebih bersih dan lebih simpel, selain lebih bersih juga lebih murah dibandingkan dengan memakai minyak tanah”, tambahnya dengan logat betawinya. Kemudian penulis memulai menanyakan hal yang berkaitan dengan penelitian, dengan menanyakan Bapak Kancil tentang kejadian krisis PT. Pertamina(Persero) pada 25 Juli tahun 2010 lalu mengenai Ledakan Gas elpiji 3 kg di Jl. Mandalika 1 rt: 06 rw: 006 Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat dan beliau menjawab “Saya sih tau, tapi cuma sedikit aja”. Tanggapan Bapak Kancil mengenai Terjadinya krisis ledakan Gas elpiji 3 kg di PT. Pertamina (Persero) “ Ledakan Gas elpiji 3 kg itu sempat tahu dan bikin saya
jadi takut untuk menggunakan Gas elpiji 3 kg dalam berusaha, tapi karna saya sudah pakai dan saya tahu bagaimana cara memakainya dengan aman ya saya jadi tidak takut, soalnya saya udah nyaman banget pakai Gas elpiji 3 kg tersebut, apalagi dengan keuntungan-keuntungan yang saya dapet, jadi ya saya tidak terpengaruh apalagi untuk kembali pakai minyak tanah yang susah untuk di dapat juga”, ujarnya. Citra Pertamina sekarang ini dibandingkan dengan bulan Juli 2010 lalu menurut Bapak Kancil “Kalau menurut saya citra Pertamina lebih baik, karena sekarang ini kan sudah ada sosialisasi mengenai cara penggunaan Gas elpiji 3 kg yang baik dan benar, jadi saya tau dan tidak takut lagi.” Dengan adanya krisis seperti itu masih ada kepercayaan terhadap Pertamina khususnya pada Gas elpiji 3 kg “Tetep dong masih, ya walaupun tadinya sempet ada gak percaya, tapi karna ada sosialisasi tadi saya jadinya tetap setia pakai Gas elpiji 3 kg yang dikeluarkan oleh Pertamina”, kata Bapak Kancil sambil tertawa. Menurut Bapak Kancil public relations Pertamina sudah berhasil menangani krisis “Saya gak ngerti ya maksudnya public relations itu fungsinya apa, tapi menurut saya berhasil, soalnya pedagang-pedagang gerobak keliling juga tetep pakai Gas elpiji 3 kg.” Terakhir penulis menanyakan
mengenai
apakah
public
relations
Pertamina
berhasil
dalam
mempertahankan citra pasca menghadapi krisis ledakan Gas elpiji 3 kg tersebut, kemudian Bapak Kancil menjawab pertanyaan dengan singkat sambil tertawa “ Hehehe, lebih baik, soalnya Pertamina sekarang ngeluarin karet untuk tabungnya warna item, dan yg warnanya item itu karetnya lebih tebal dari pada yang dulu karetnya warna merah yang lebih tipis, digoyang aja tabungnya gas gak keluar dari tabungnya, jadi kita sebagai pengguna jadinya aman, apa lagi ada sosialisasi mengenai tabung tadi.”
4.2
Pengolahan Data Yang Terkumpul
4.2.1
Peranan Public Relations
Peranan public relations dalam menghadapi suatu krisis perusahaan sebagai orang yang ahli dalam menyelesaikan masalah harus mampu menangani semua krisis yang ada atau datang secara tiba-tiba, mengingat masa krisis dapat berdampak negatif terhadap citra perusahaan. Menangani krisis yang datang yaitu dengan membuat berita pers kepada media, public relations juga harus mampu menjelaskan mengapa kejadian atau krisis itu dapat terjadi, dan bertanggung jawab untuk menangani korban. Pemecahan masalah pun disini tetap di perlukan yaitu dengan membuat press release dan mencari tahu penyebab terjadinya krisis. Peranan public relations sangat besar dalam penanganan krisis yang berkaitan untuk dapat bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan begitu citra perusahaan yang sudah terbangun dalam jangka panjang dapat dipertahankan dan juga mampu melakukan peningkatan citra dan reputasi perusahaan, melalui program-program yang ada di internal perusahaan maupun di eksternal perusahaan, karena segala sesuatu itu merupakan tanggung jawab dari public relations mengkomunikasikan yang menyangkut mengenai pengetahuan publik atau masyarakat. Peranan public relations dalam perusahaan yaitu bagaimana menginformasikan kepada masyarakat atau publik mengenai pencapaian-pencapaian dari setiap programprogram yang dilakukan perusahaan PT. Pertamina (Persero), sehingga masyarakat menjadi tau. Peranan public relations juga harus mampu membuat perusahaan bersikap responsif terhadap kepentingan publik dan kontribusinya kepada sistem informasi publik yang amat penting bagi masyarakat dan perusahaan. Peranan public relations juga harus
dapat mengelola isu atau krisis misalnya dengan mencari tahu penyebabnya atau menganalisis isu atau krisis tersebut, membuat kerangka penyelesaian masalah dari isu atau krisis yang timbul, dan membuat susunan informasi mengenai pengelolaan isu atau krisis dan melakukan upaya pencegahan agar isu atau krisis tersebut tidak terulang kembali. Dalam suatu krisis peranan
public relations selain harus mampu
menyelesaikan krisis tersebut public relations juga harus mampu melakukan pemulihan terhadap citra dan reputasi perusahaan yaitu dengan menginformasikan-nya melalui konferensi pers, bekerja sama dengan media cetak dan media elektronik.
4.2.2
Citra Perusahaan
Citra perusahaan merupakan hal yang terpenting dari suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang berhasil mencapai cita-cita dan tujuannya secara maksimal. Begitu pula dengan kerja praktisis public relations yang bertugas guna mencapai cita-cita perusahaan dan tujuannya secara maksimal dalam menangani krisis yaitu dengan cara mencari penyebab krisis, melakukan suatu tindakan setelah mengetahui penyebabnya, bertanggung jawab mengenai apa yang diakibatkan setelah adanya krisis dan melakukan sosialisasi agar citra perusahaan dapat pulih. Citra perusahaan itu merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk di dalam benak masyarakat mengenai perusahan, kesan itu dapat bersifat negative dan positif tergantung dari bagaimana masyarakat menanggapi krisis perusahaan tersebut dan bagaimana public relations perusahaan itu mengkomunikasikan secara jelas mengenai perusahaan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat atau publik sehingga dapat mengarahkan masyarakat dan publik tersebut dalam mencitrakan perusahaan secara positif. Akan menjadi hal yang percuma jika kita mengkomunikasikan secara jelas kepada masyarakat
mengenai apa yang mereka inginkan tetapi misalnya saja karyawan-karyawan yang bekerja di dalam perusahan tidak sesuai atau tidak adanya pengabdian pada kelangsungan perusahaan. Citra perusahaan itu harus selalu dijaga, karena itu merupakan gambaran dari suatu perusahaan dan keberlangsungan dari perusahaan, jika perusahaan itu citranya sudah runtuh itu akan menyebabkan perusahaan itu mati.
4.2.3
Krisis
Krisis adalah suatu kejadian atau masalah yang datangnya secara tiba-tiba. Public relations perusahaan harus siap dalam menghadapi krisis kapanpun dan dimanapun krisis itu terjadi. Public relations perusahaan harus sudah mencari tahu terlebih dahulu penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya krisis, dan kemudian mempersiapkan solusi guna mengatasi krisis tersebut secara cepat dan akurat. Krisis harus diselesaikan dengan penanganan yang cepat dan akurat, karena krisis dapat saja menjadikan perusahaan menjadi buruk citranya di masyarakat atau publik.
4.2.3.1 Unit Kendali Krisis
Krisis adalah suatu kejadian yang datangnya secara tiba-tiba atau tidak terduga. Krisis itu dapat dialami siapa saja, baik itu organisasi, lembaga, perusahaan, maupun diri sendiri. Krisis harus diselesaikan dengan penanganan yang tepat, karena kalau tidak diselesaikan dengan tepat krisis tersebut akan tersisa dan menyebabkan citra perusahaan yang sudah terbentuk dari awal perusahaan itu berdiri runtuh begitu saja. Penyelesaian krisis secara tepat akan membuat masyarakat atau publik melihat dan menilai perusahaan secraa positif. Dalam setiap timbulnya krisis di perusahaan sudah pasti akan
mengancam citra dan reputasi perusahaan, hal ini menjadi tanggung jawab public relations dalam menjaga atau mempertahankan citra dan reputasi perusahaan yang sudah ada, yaitu dengan cara menyelesaikan krisis dan menginformasikan tanpa adanya yang ditutup-tutupi. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti amati dari data yang diberikan dari narasumber internal perusahaan, peneliti disini menjadikan unit kendali krisis sebagai alternatif pemecahan masalah. Unit kendali pemecahan masalah ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada atau krisis yang ada dialami oleh perusahaan melalui peranan public relations dalam memberikan informasi kepada masyarakat atau publik guna mempertahankan atau mungkin meningkatkan citra perusahaan. Citra perusahaan itu dapat dipertahankan atau tidaknya tergantung dari bagaimana public relations menjalankan tanggung jawab-nya. Dalam proses penyampaian informasi dan cara penyelesaian dan penanggulangan krisis melalui unit kendali krisis pada saat terjadinya ledakan Gas elpiji 3 kg terlihat dengan jelas. Berikut ini merupakan penjelasan unit kendali krisis perusahaan PT. Pertamina (Persero). Pemecahan masalah ketika menghadapi krisis perusahaan PT. Pertamina (Persero) membentuk unit kendali krisis yang bertugas untuk mempertahankan citra PT. Pertamina (Persero). Unit kendali krisis adalah sebuah pusat pengendalian krisis dari peristiwa ledakan Gas elpiji 3 kg yang terjadi. Penggunaan unit kendali krisis ini merupakan layanan yang diberikan public relations dalam menghadapi krisis perusahaan. Layanan yang diberikan unit kendali krisis yaitu berupa pusat pengendali krisis dengan memberikan informasi pelayanan ketika adanya keluhan mengenai krisis dan juga layanan darurat lainnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan yang terkena bencana akibat Gas elpiji 3 kg. Untuk mempertahankan
citra agar tetap baik dimata publiknya, dan perusahaan memberikan upaya sebaikbaiknya agar pelanggan tetap percaya untuk terus menggunakan Gas elpiji 3 kg. Tindakan upaya membentuk unit kendali krisis ini sebagai bentuk tanggung jawab PT. Pertamina (Persero) dan juga merupakan bagian dari peranan public relations dalam membantu pimpinan organisasi sebagai penasihat, memberikan solusi penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya, mengkomunikasikan publiknya melalui informasi yang terpercaya kebenarannya, serta menjalin hubungan baik dengan media. Unit kendali krisis merupakan perwujudan dari good corporate governance (GCG) yang artinya korporasi itu bertanggung jawab secara cepat atas berbagai permasalahan Unit kendali krisis PT. Pertamina (Persero) yaitu pertama melalui contact center 500.000 yang merupakan sumber informasi yang bisa dilakukan oleh masyarakat atau public yang mempunyai suatu permasalahan terhadap Gas elpiji 3 kg, misalnya masih belum tahu bagaimana cara memasang selang legulator ke Gas elpiji 3 kg, dan juga mengenai cara penanggulangan pertama apabila Gas tersebut bocor. Setelah itu contac center Pertamina akan langsung menghubungi SR (Seles Representations) untuk terjun ke lapangan langsung kelapangan dan langsung membawa korban ledakan ke rumas sakit terdekat dan menanggung biaya pengobatan korban hingga sembuh. Kemudian public relations perusahaan membuat berita pers sesuai dengan kejadian agar tidak adanya kesimpang siuran berita. Setelah itu SR (Seles Representations) itu melakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat sekitar tempat terjadinya ledakan Gas elpiji 3 kg tersebut dengan memberikan buku pintar cara pemakaian Gas elpiji 3 kg yang baik dan benar, cara penanggulangannya, dan memberitahu jika ada kebocoran Gas langsung menghubungi contact center 500.000. Sosialisai juga dilakukan melalui iklan-iklan layanan masyarakat, blog bung,ijo, dan media informasi lainnnya.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
Data-data yang peneliti jabarkan berdasar dari data hasil wawancara dengan berbagai narasumber baik internal maupun eksternal dan hasil observasi yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti mencoba untuk mengaitkan antara teori yang digunakan dengan hasil observasi dan wawancara guna meneliti hasil dari tujuan diadakan penelitian ini. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator ke komunikan, tujuannya tak lain ialah untuk memberikan pesan atau informasi dari narasumber kepada masyarakat atau publik. Komunikasi merupaka proses yang dilakukan oleh public relations PT. Pertamina (Persero) dalam menyampaikan suatu pesan atau infoemasi kepada masyarakat atau publik. Public relations merupakan komunikator dan juga sebagai narasumber terpercaya dalam memberikan atau menyampaikan suatu pesan atau informasi. Public relations PT. Pertamina(Persero) menggkomunikasikan segala bentuk informasi atau pesan melalui berita pers dan juga konferensi pers yang dilakukan oleh VP Corprate Communications. Public relations adalah fungsi manajemen yang membangun, mempertahankan, serta menjaga hubungan baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik atau stakeholders-nya yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan pada PT. Pertamina (Persero). Public relations menjalin hubungan agar ada timbal balik yang kondusif antara suatu perusahaan yaitu PT. Pertamina (Persero) dengan para stakeholders-nya guna membangun dan mempertahankan citra perusahaan dan juga dapat menyelesaikan permasalahan krisis perusahan yang timbul secara tiba-tiba.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis. Penulis menarik kesimpulan bahwa public relations PT. Pertamina (Persero) dapat menyelesaikan krisis secara tepat dan melakukan btanggung jawabnya terhadap peningkatan citra dan reputasi perusahaan. Peranan public relations PT. Pertamina (Persero) dalam menghadapi isu atau krisis perusahan yaitu sebagai penasehat ahli harus mampu menangani krisis, seperti memberikan solusi yang baik bagi kelangsungan perusahaan. sebagai fasilitator komunikasi harus mampu menjadi mediator yang dapat membantu pihak manajemen mendengarkan apa yang diinginkan atau yang diharapkan oleh publknya. Sebagai fasilitator pemecahan masalah public relations disisni harus bisa dalam proses pemecahan masalah dan juga ini merupakan bagian dari tim
manajemen untuk
membantu pimpinan organisasi sebagai penasehat hingga mengambil tindakan untuk mengatasi persoalan. Dan yang terakhir yaitu sebagai teknisi komunikasi public relations ini memperaktikan layanan teknis komunikasi. Apabila dikaitkan dengan penjelasan di atas, peranan public relations PT. Pertamina (Persero) menurut Bapak Marlo selaku Officer Cybermedia secara keseluruhan melakukan ke empat peranan tersebut. Aktifitas public relations pada PT. Pertamina (Persero) yaitu menyelesaikan masalah atau krisis yang timbul di dalam perusahaan. Public relations lebih banyak menangani hal-hal yang berkaitan untuk mempertahankan citra atau reputasi perusahaan dengan baik dan benar tanpa adanya persepsi yang salah terhadap perusahaan. kemudian melangsungkan event-event serta program-program yang sedang dijalankan perusahaan. kemudian berkaitan dengan krisis public relations membuat berita pers dan mengadakan konferensi pers dengan media cetak maupun media televise guna memperbaiki citra
perusahaan PT. Pertamina (Persero). Dan juga memulihkan rasa ketidak percayaan publik, yang diakibatkan oleh krisis yang terjadi yaitu sesuai dengan permasalahan krisis yang penulis angkat yaitu ledakan Gas elpiji 3 kg. Menurut penulis citra adalah merupakan suatu pola pikir terhadap pandangan atau penilaian terhadap suatu perusahaan, lembaga, atau pun organisasi yang dapat dilihat dari sudut pandang opini publik. Opini dari publik tersebut dapat berbentuk penilaian yang positif maupun negatif, tergantung dari bagaimana publik tersebut memandang suatu permasalahan atau krisis di dalam perusahaan. Perusahaan yang mengalami suatu permasalahan atau krisis sudah pasti akan mendapat dampak buruk, yaitu salah satunya publik akan menilai negatif terhadap citra perusahaan tersebut. Publik disini sangat berpengaruh dalam penilaian citra perusahaan. Terkait dengan terjadinya suatu krisis pada perusahaan PT. Pertamina (Persero) yaitu peristiwa ledakan gas elpiji 3 kg di salah satu rumah warga di Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada 25 Juli 2010 yang memakan korban luka-luka sebanyak 10 orang dan salah satu korbanya meninggal dunia. Publik pun pada saat itu melihat citra perusahaan PT. Pertamina (Persero) jatuh karena banyaknya kejadian tersebut di tahun 2010. Namun melihat hal itu public relations PT Pertamina (Persero) giat melakukan pembenahan, mulai dari aktifnya melakukan sosialisasi di berbagai wilayah di Jakarta dan di luar daerah. Sehingga citra yang tadinya sempat dipandang jatuh oleh public pada saat itu menjadi pulih kembali, dengan suksesnya program konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg sekarang ini, dan terus dilakukannya peningkatan citra tersebut. Krisis kedatangannya memang secara tiba-tiba atau secara mendadak dan kedatangannya tidak diinginkan oleh suatu perusahaan. Hal itu dikarenakan krisis pada
dasarnya merupakan titik penentu yang dapat mengarah pada kehancuran atau kejayaan perusahaan atau lembaga. Arah perkembangan menuju kehancuran atau kejaan itulah yang menjadi tanggung jawab public relations memandang, mengambil sikap dan tindakan dalam menyelesaikan krisis yang dialami oleh perusahaan. Apabila krisis itu berhasil diselesaikan dengan tepat, pada umumnya akan melahirkan nama besar dan reputasi yang baik bagi perusahaan. Sesuai dengan krisis yang penulis bahas yaitu ledakan Gas elpiji 3 kg pada 25 Juli tahun 2010 lalu di Jalan Mandalika 1 RT 06/06 Kelurahan Tanjungduren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Pada kejadian krisis tersebut, public relations-nya langsung menghubungi SR (Seles Representations) untuk terjun langsung ke tempat kejadian dan membawa langsung korban ke rumah sakit terdekat. Kemudian public relations membuat dan memberikan berita pers kepada media, agar tidak adanya kesimpangsiuran berita yang ada. Setelah itu menyelidiki apa dih penyebab terjadinya ledakan tersebut disini pihak perusahan bekerja sama dengan mabes polri untuk menyelidiki penyebab terjadinya tersebut. Kemudian setelah itu dua minggu kemudian diadakanya sosialisai kepada warga sekitar guna mengembalikan kepercayaan dan mengsukseskan program Pemerintah yaitu konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg. dengan demikian PT. Pertamina (Persero) dapat menunjukan suatu kebangkitan dalam perusahaannya. Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan judul penelitian yaitu untuk mengetahui peranan public relations pada PT. Pertamina (Persero) dalam mempertahankan citra pasca menghadapi krisis perusahaan. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa PT. Pertamina (Persero) mampu mempertahankan citra pasca menghadapi krisis perusahaan beberapa tahun yang lalu, terbukti dengan adanya
peningkatan pada PT. Pertamina (Persero), seperti berhasil dan suksesnya program konversi minyak tanah ke Gas elpiji 3 kg yang di canangkan oleh Pemerintah kepada masyarakat. Hal tersebut membuktikan bahwa public tetap percaya menggunakan Gas elpiji 3 kg dan citra perusahaan tetap baik dimata publik. Pencapaian kesimpulan ini disarkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan narasumber.
Analisis Media Cetak Sebagai Lampiran Peneliti melakukan analisis pada data yang menjadi lampiran yaitu hasil klipingan, benar adanya apa yang dihasilkan dari hasil wawancara, bahwa jumlah korban yaitu ada 10 orang dan salah satunya meninggal dunia, uang ganti rugi atau santunan sebesar dua puluh lima juta rupiah dan untuk korban meninggal dunia uang santunan sebesar dua puluh lima juta rupiah dan uang pemakaman sebesar dua juta rupiah. Setelah kejadian kebocoran gas yang menyebabkan ledakan tersebut memang citra perusahaan PT. Pertamina (Persero) menurun karena banyaknya media-media dan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memberikan informasi-informasi yang tidak sesuai kenyataan dan banyaknya kata-kata sebagai judul media cetak yang menjatuhkan PT. Pertamina (Persero) pada saat itu yang menyihir masyarakat untuk tidak percaya pada produk-produk yang dikeluarkan PT. Pertamina (Persero). Tetapi kaarena publik relations PT. Pertamina (Persero) menjalankan peranan-nya sebagaimana mestinya, krisis kepercayaan itu dapat diatasi dan PT. Pertamina (Persero) dapat terus mempertahankan citra perusahaan pasca menghadapi krisis perusahaan.