BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Desa Boto 1. Legenda Desa Boto Konon pada zaman dahulu kala ada seseorang yang dianggap sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar terhadap disuatu perkampungan yang masih seperti hutan. Beliau adalah bernama mbah Kasban. Beliau tinggal bersama beberapa orang yang pada saat itu berpenghuni hanya beberapa orang saja. Pada suatu waktu di tanah mbah Kasban saat itu ada tumpukan bata atau boto yang konon akan digunakan mbah Kasban untuk membangun sesuatu. Bata atau boto tersebut berada disana cukup lama. Setelah beberapa lama kemudian penduduk dikampung tersebut semakin banyak dan perlu adanya sistem pengaturan pemerintahan. Kemudian orangorang yang dianggap memiliki pengaruh berkumpul untuk memberikan nama dikampung tersebut. Untuk lebih mempermudah mengingatnya disepakati bahwa tumpukan bata/boto tersebut dijadikan tenger atau tanda awal dibangunnya pemerintahan desa. Sehingga tercipta suatu desa yang damai dan tentram dengan nama Desa Boto yang pertama kali dipimpin oleh mbah Sodor yang tinggal di desa Boto.
22
2. Sejarah Pemerintahan Desa Boto Secara dejure pemerintahan Desa Boto di mulai dari H. Abdul Latif, namun konon sebelumnya terdapat legenda bahwa telah ada pengaturan desa secara sederhana kala itu yaitu diawali dari kepemimpinan simbah Sodor Boto dengan juru tulis Den Kromo. Berikut perjalanan legenda yang didapat dari berbagai sumber: 1. Mbah Demang Sodor asal Boto juru tulis bernama Den Kromo 2. Mbah Demang Resodipo asal Boto juru tulis bernama Den Kromo. 3. Mbah Demang Kertoyudo asal Gunung Kendal untuk nama cariknya belum diketahui. Berikut perjalanan sejarah pemerintahan desa Boto secara dejure 1. Kepala desa atau lurah H. Abdul Latif asal Krasak (1860-1917). Sekretaris desa / carik belum diketahui 2. Kepala desa atau lurah H. Yunus berasal dari Krasak (1917-1937). Sekretaris desa atau cariknya yang bernama Harjo, kemudian tugasnya dilanjutkan oleh H. Mahfud Al Subari. 3. Kepala desa atau lurah H. Mahfud Al Subari berasal dari Krasak (19371973). Sekretaris desa / cariknya bernama H. Abdullah, kemudian sepeninggal H. Abdullah sekretaris desa / cariknya dilanjutkan oleh Yasmin Amat Salam.
23
4. Kepala desa atau lurah Sunarti. Sejarah pembangunan di desa Boto dapat dicatat pembangunannya dalam beberapa masa kepemimpinan dengan sebutan demang yang kemudian lurah lalu kepala desa yang masing-masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol. Pada masa demang Sodor, Resodipo Kasan Monodo dan Kertoyudo sejarah pembangunan masih sangat sederhana yakni mengutamakan pertanian untuk kehidupan sehari-hari dan upaya babat alas untuk kebutuhan permukiman. Pada masa kepemimpinan di desa Boto masing-masing memiliki hal-hal yang menonjol yaitu: 1. Masa kepemimpinan kepala desa atau lurah H. Abdul Latif pembangunan yang dicapai cukup banyak di antaranya: a. Dalam pembangunan sebuah masjid agung Krasak. b. Pembangunan pondok pesantren Krasak dan langsung mendatangkan guru mengaji dari desa Karanglangu c. Membuat sekolah rakyat yang berada dikediamannya. d. Pembangunan rintisan jalan desa e. Pertanian yang masih cukup sederhana f. Membuat pasar krasak g. Di serahkannya Glompong ke desa Tempuran untuk mempermudah pelayanan di pemerintahan 2. Masa kepemimpinan lurah H. Yunus pembangunan yang dicapai diantaranya: 24
a. Melanjutkan pondok pesantren Krasak. b. Berdirinya masjid Penggung, masjid Klumpit dan masjid Boto dan beberapa surau atau langgar. c. Makin majunya pasar Krasak. d. Penataan kelembagaan. e. Penataan jalan utama dan pengalihan rute jalan. f. Perbaikan sistem pertanian dengan menghimpun perkumpulan. 3. Masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud hasil pembangunan yang dicapai diantaranya: a. Bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan RI (17-08-1945). b. Melanjutkan pondok pesantren. c. Perbaikan masjid, masjid Penggung, masjid Klumpit, masjid Boto, masjid Gunug dan beberapa surau atau langgar. d. Terwujudnya tempat pendidikan rakyat yaitu
Sekolah Dasar (SD)
Bancak di Boto. e. Penataan kelembagaan secara baik yakni penataan perangkat desa. f. Pengaturan siskampling yang terkendali dengan baik. g. Perbaikan sistem administrasi. h. Sistem pertanian terbentuk dengan baik dengan pengaturan irigasi dan penanaman secara serempak dan melarang penjualan panenan keluar Desa Boto.
25
i. Menolak
penggunaan
pupuk
kimia,
(revolusi
hijau)
dan
mempertahankan penggunaan pupuk kandang. j. Pembuatan balai desa Boto. k. Perbaikan utama dan poros desa. B. Riwayat Hidup Sunarti 1. Latar belakang keluarga Sunarti Pasangan H. Mahfud dan Hj. Siti Aminah adalah orang tua Sunarti, yang kemudian ia menjadi penerus kepemimpinan ayahnya sebagai kepala desa Boto 1974-2007. Sunarti dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1947 di desa Boto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Nama Sunarti berasal dari kata Su yang artinya luwih atau baik sedangkan Nar artinya bersinar atau cahaya jadi penggabungan arti nama Sunarti adalah perempuan yang bersinar dengan baik. Nama Panggilan sehari-hari Sunarti lebih akrab dipanggil Narti. Sunarti merupakan anak nomor enam dari sembilan bersaudara, akan tetapi lima saudara sudah meninggal, ketika mereka masih kecil, kini yang masih hidup tiga orang yaitu dua kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Kakak perempuannya bernama Miati, ia menjadi guru PNS SD Salatiga dan kakak perempuan yang kedua bernama Lisamah, ia menjadi pedagang di desanya dan adik laki-lakinya bernama Mohamad Natsir yang kemudian meninggal ketika usia dua belas tahun. H. Mahfud adalah putra lurah H. Sapuan dari Desa Sendang, sedangkan Hj. Siti Aminah Putri lurah H. Yunus dari Desa Boto, maka secara garis 26
keturunan Sunarti atau silsilahnya adalah garis ibundanya (garis putri), ia cucu lurah dari H. Yunus sedangkan dari garis ayahnya (garis laki-laki) ia juga cucu lurah H. Sapuan, dan ia juga cicit dari lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto. Sunarti merupakan keturunan anak lurah baik dari pihak ayah maupun ibunya. Dulu kakek Sunarti H. Yunus (pihak ibunya) merupakan lurah di desa Boto pada tahun 1917-1937 dan istrinya bernama Marfoah. H. Yunus merupakan anak lurah H. Abdul latif sebagai lurah Boto yang pertama. H. Yunus selain menjadi sebagai lurah, ia juga seorang dagang dan bertani dengan mempunyai sawah yang cukup luas. Berbeda dari kakeknya Sunarti H. Sapuan (pihak ayahnya), ia awalnya berdomisili desa Galih yang sebelumnya menjadi carik, kemudian pindah ke desa Sendang 1920-an untuk ikut mencalonkan diri sebagai lurah desa Sendang dan akhirnya terpilih menjadi sebagai lurah pada tahun 1920-an, sehingga H. Sapuan beserta istrinya menetap di desa Sendang. Desa Boto dalam masa kepemimpinannya secara tidak langsung masih secara turun-menurun walaupun dipilih masyarakat langsung, yang di mulai dari H. Abdul latif pada tahun (1860), kemudian di lanjutkan H.Yunus pada tahun (1917-1937) kemudian H. Mahfud ayahnya Sunarti sendiri pada tahun (1937-71973). H. Mahfud selain anak lurah ia juga sebagai menantu lurah. Semasa kepemimpinannya H. Mahfud telah memimpin desanya selama 40 tahun, ia di kenal lurah sangat tegas pada rakyat desanya. H. Mahfud tidak hanya berkedudukan sebagai lurah, ia juga bertani disawah sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga biasa. Dengan demikian darah keturunan lurah 27
keluarganya mengalir pada Sunarti. Keturunan atau silsilah keluarga Sunarti dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar A pihak ibu
Gambar B pihak ayah
Miati Lisamah Sunarti Natsir
Keterangan Kepala Desa
Saudara yang meninggal
Saudara Perempuan
Saudara Laki-laki
2. Masa kecil dan Pendidikan Sunarti Kehidupan masa kecil Sunarti hidup layaknya anak-anak pada umumnya yang tinggal dalam suasana pedesaan di Boto bersama kedua orang tuanya serta kedua kakak dan adiknya. Di desa Boto inilah Sunarti diasuh dan dibesarkan oleh orang tuanya sendiri dengan perhatian penuh kasih sayang dan ajaran disiplin dan tegas. Sunarti menjalankan hidup masa kecilnya dengan
28
kesederhanaan, mengikuti aturan desa pada umumnya seperti anak perempuan kalau bermain keluar rumah tidak boleh larut malam, memiliki sopan santun dan menghormati kepada orang yang lebih tua. Sunarti menghabiskan waktu masa kecilnya dengan bermain bersama teman-teman sebayanya, bersekolah dan malam hari mengaji di masjid Krasak dengan guru bernama H. Abdul Somad. Ketika mengaji Sunarti belajar ilmu agama seperti membaca Alquran dan bacaan cara ibadah sholat. Sunarti merupakan anak yang penurut dan mau membantu pekerjaan orang tua seperti menyapu dan mencuci piring. Ayahnya mendidik anakanaknya diberlakukan sama tanpa membeda-bedakan. Ayahnya mengajarkan anaknya hidup dengan kedisiplinan dan mau mengikuti aturan yang ada. Bagi Sunarti orang tua yang ditakuti adalah ayahnya karena orangnya keras, ia lebih menyukai ibunya karena lemah lembut, sabar, dan sangat keibuan. Baginya ibunya adalah tempat curahan hatinya. Walaupun hidup dalam serba cukup kedua orang tuanya tidak memanjakan anak-anaknya. Tujuannya agar nantinya bisa hidup mandiri. Saat usia Sunarti menginjak enam tahun, orang tuanya mendaftarkan Sunarti di Sekolah Rakyat (SR) di desa Bancak tahun 1953. Sunarti menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa selama enam tahun di SR desa Bancak tersebut. Sunarti mendapatkan banyak pengetahuan baru misalnya belajar membaca, menulis dan berhitung. Pada saat berada di bangku SR, Sunarti lebih menyukai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS), dari pada 29
matematika karena ia kurang menguasainya. Sunarti belajar tidak hanya pengetahuan di sekolah saja, ketika ia berusia sepuluh tahun, ayah Sunarti mengajarkan kepadanya cara bertani yang benar di sawah, seperti cara menanam padi dan cara memetik padi yang benar. Sunarti kemudian mulai tertarik belajar dengan bidang pertanian. Selain bertani kepada ayahnya, ia juga bertani bersama masyarakat. Sunarti anak yang supel dan mudah bergaul dengan siapapun. Saat menginjak usia tiga belas tahun, Sunarti telah menyelesaikan pendidikan di SR Bancak. Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu melanjutkan di SMP Taman Dewasa Ambarawa pada tahun 1959. Mulai saat itu, Sunarti mengawali kehidupan yang berada jauh dari keluarga dan tempat tinggalnya. Pada saat bersekolah di Ambarawa, Sunarti menyewa kamar kos yang berada di dekat SMP Taman Dewasa Ambarawa. Ia diberi kepercayaan ayahnya untuk mengelola uang bulanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Sunarti mengelola uang bulanannya untuk membayar keperluan sekolah, membayar kos dan kebutuhan pokok sehari-hari. Pada usia lima belas tahun Sunarti sudah bisa hidup mandiri dengan berada jauh dari kedua orang tua, semua keperluan dan kebutuhan pribadinya ia kerjakan sendiri. Dalam lingkungan sekolah, Sunarti termasuk salah satu murid yang pendiam dan penurut, tetapi ia sangat menaati peraturan sekolah dengan baik. Sunarti mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
30
matematika, ia sangat menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial semenjak di bangku SR. Setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun di SMP Taman Dewasa, Sunarti melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yaitu SMA Putra Dewasa Salatiga pada tahun 1962-1965. Sunarti kembali berjauhan dengan keluarga untuk menimba ilmu. Sunarti adalah anak yang berniat ingin memperdalam wawasan pengetahuan dan pendidikan walaupun ia harus berada jauh dari keluarganya. Teman-teman seusianya memilih meghabiskan waktu untuk bermain-main atau bermanja-manja dengan orang tuanya, tetapi bagi Sunarti masa remajanya lebih baik dimanfaatkan untuk belajar dan menambah wawasan
untuk
masa
depan
dan
mewujudkan
cita-citanya.
Sunarti
menghabiskan waktu libur sekolah untuk bertemu dan bekumpul bersama keluarga dan teman-temanya dirumah. Sunarti yang beranjak remaja terbentuk menjadi pribadi yang keras, dan berpendirian teguh dan tidak ingin melibatkan orang lain dalam menyelesaikan permasalahannya.
Sunarti
mewarisi
watak
ayahnya,
sehingga
sangat
berpengaruh dalam pemikiran kehidupan pribadinya. Sunarti tumbuh dalam lingkungan dan peraturan yang sangat disiplin. Kebiasaan yang ditanamkan dalam keluarga, membuat ia dengan mudah membiasakan diri saat menempuh pendidikan pada jenjang SMP dan SMA. Pada tahun 1972 Sunarti masuk ke perguruan tinggi di Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang. Sunarti meneruskan pendidikannya 31
dengan memilih Fakultas Hukum. Dibangku kuliah, Sunarti tidak hanya menghabiskan waktu dalam aktifitas akademik saja, melainkan juga aktif dalam kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Setelah dua tahun ia duduk di bangku kuliah, Sunarti memutuskan untuk mengakhiri pendidikannya karena pada tahun 1974 ia terpilih sebagai Kepala Desa Boto dengan memenangkan suara dalam pemilihan kepala desa. 3. Karir Sunarti Sunarti menjalankan kehidupan dengan sederhana dan tidak mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai. Ia meneruskan pendidikan dan menambah wawasan tanpa berambisi dia harus menang dalam pemilihan kepala desa Boto. Pada tahun 1974 dan pada saat itu ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Sunarti memenangkan suara dalam pemilihan kepala desa Boto, ketika ia berusia dua puluh lima tahun. Sunarti yang masih berusia muda dan belum menikah menjadikan ia sebagai pemimpin yang baik dalam jabatannya sebagai kepala desa. Saat Sunarti dilantik menjadi kepala desa Boto, Sunarti tidak disaksikan kepala desa yang menjabat sebelumnya, lurah Mahfud yaitu ayah kandung Sunarti. Ia adalah kepala desa yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaanya, tanpa memikirkan persoalan diluar dari tanggung jawabnya sebagai kepala desa. Sunarti yang dipercayai masyarakat Desa Boto sebagai kepala desa, juga mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak keluarga dan sanak saudara. Bagi Sunarti, tugas yang harus dijalankan sebagai seorang pemimpin desa harus 32
dilaksanakan dengan baik dan benar demi kehidupan masyarakat yang lebih aman dan sejahtera. Sunarti menjabat sebagai Kepala Desa Boto selama kurang lebih 32 tahun. 4. Kepribadian Sunarti Sunarti merupakan orang yang mandiri. Ia memiliki sifat yang keras, jujur, pendiam, lugu dan apa adanya. Sunarti memiliki watak yang keras dan jiwa kepemimpinan yang kental. Sifat yang dimiliki Sunarti didapatkan ayahnya yang menerapkan sikap disipilin dalam keluarganya. Sunarti mempunyai prinsip dimana sebisa mungkin ia tidak melibatkan orang lain dalam menyelesaikan permasalahan pribadinya, hal ini dia dapatkan saat ia tumbuh menjadi remaja dimana Sunarti terbiasa berada jauh dari keluarga dan tempat tinggalnya. Dibalik ketegasan sikap yang ia miliki, Sunarti juga memiliki hobi rekreasi atau jalan-jalan. Rekreasi adalah hobi yang digemari sejak remaja. Pada usia 26 tahun, Sunarti memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama Nuri yang berasal dari Desa Gogodalem Kecamatan Bringin. Dalam pernikahannya Sunarti dikaruniai dua putri dan satu putra yang bernama Ariyanti, Saikul Hadi, dan Rini Wulandari. Anak laki-laki Sunarti, Saikul Hadi menjabat sebagai Kepala Desa Boto dengan masa jabatan tahun 2007-2017.
33
C. Masa Kepemimpinan Sunarti Menjadi Kepala Desa 1.
Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1974 Pada tahun 1974, desa Boto mengadakan pemilihan kepala desa Boto. Dalam mengikuti pemilihan kepala desa, ada persyaratan yang harus dimiliki para calon kepala desa yaitu : (1) sudah berumur 25 tahun, berkelakuan baik, tidak pernah dipenjara atau dipidana, (2) pendidikan minimal tingkat SMP (3) berdomisili di desa Boto selama dua tahun. Setelah calon kepala desa memenuhi ketiga persyaratan tersebut, para calon kepala desa harus mengikuti ujian selanjutnya yang diadakan di Kawedanan Kota Salatiga. Ujian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa ujian tertulis, yaitu mengerjakan soal pengetahuan umum dan berhitung. Setelah ujian tahap pertama selesai, maka calon kepala desa mengikuti ujian tahap kedua, yaitu ujian berpidato. Dalam ujian kepala desa ini, Sunarti dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan untuk pencalonan pemilihan kepala desa Boto. Setelah diadakan seleksi terhadap calon kepala desa, terpilihlah tiga calon kepala desa yang dapat mengikuti pemilihan kepala desa Boto. Ketiga calon kepala desa tersebut adalah Sunarti dari desa Boto, Sugiarto dari desa Boto, dan Supriadi dari desa Boto. Kedua calon kepala desa merupakan lawan yang berat untuk Sunarti karena ke dua calon tersebut termasuk calon yang mempunyai banyak dana untuk membiayai keperluan selama mereka mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto. 34
Pemilihan kepala desa dilaksanakan dengan cara mengumpulkan suara masyarakat desa Boto untuk memilih calon kepala desa yang masyarakat percaya dapat memperbaiki dan mengembangkan desa Boto. Dalam pemilihan kepala desa ini, masyarakat tidak diberikan surat suara berisikan foto dan nama calon kepala desa, melainkan menggunakan gambar perwakilan. Setiap calon kepala desa memiliki gambar perwakilan masing-masing, Sunarti menggunakan gambar cangkul, Sugiarto menggunakan gambar lampu dan Supriadi menggunakan gambar payung. Suasana dalam pemilihan kepala desa sangat ramai dan dijaga ketat oleh keamanan desa. Hasil suara terbanyak dimenangkan oleh Sunarti dengan gambar cangkul. Sehingga pada tahun 1974, Sunarti terpilih dan resmi diangkat menjadi kepala desa seumur hidup, sebab pada zaman dulu belum ada peraturan daerah yang mengatur lama jabatan kepala desa. Ketika saat Sunarti menjabat kepala desa adalah seumur hidup. Hal ini mengingatkan bahwa kepemimpinan Sunarti secara tidak langsung sudah menjadi pemimpin yang turun menurun dari keluarganya karena ia merupakan pemimpin yang generasi ke empat setelah ayahnya. 2. Proses Pemilihan Kepala Desa Boto Tahun 1992 dan 2000 Setelah masa kepemimpinan Sunarti menginjak delapan belas tahun, yaitu tahun 1992, pemerintah membuat peraturan daerah mengenai kepala desa yang isinya bahwa menjadi seorang kepala desa hanya delapan tahun saja. Pada tahun 1992, desa Boto kembali mengadakan pemilihan kepala desa. Calon 35
kepala desa yang mengikuti pemilihan kepala desa ada dua calon. Calon kepala desa tersebut adalah Sunarti dan Harkim dari desa Boto. Cara yang dilakukan dalam pemilihaan kepala desa sama seperti tahun 1974, yaitu dengan menggunakan gambar perwakilan calon kepala desa. Sunarti menggunakan padi dan Harkim menggunakan ketela. Hasil yang diperoleh dalam penghitungan suara masyarakat desa Boto dalam pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Sunarti dengan menggunakan gambar perwakilan padi. Sunarti masih diberi kepercayaan masyarakat desa Boto untuk menjadi kepala desa . Dalam hal ini, Sunarti terpilih kembali karena faktor keturunan keluarga. Sunarti menganggap dirinya sudah ditakdirkan menjadi seorang kepala desa. Setelah masa kepemimpinan Sunarti habis, pada tahun 2000 desa Boto mengadakan pemilihan kepala desa kembali. Sunarti masih ikut mencalonkan diri sebagai kepla desa yang ke tiga kalinya, karena masih banyak masyarakat mendukungnya untuk maju menjadi kepala desa. Pencalonan kepala desa Boto ini terdiri Sunarti dan Harkim. Pelaksanaan pencalonan masih sama dilakukan dari tahun sebelumnya. Perbedaannya pada tahun 1992 Sunarti menggunakan gambar padi kini menggunakan ketela. Sedangkan lawannya, Harkim pada tahun 1992 menggunakan gambar ketela kini menggunakan padi. Ketiga kali pencalonan berturut-turut Sunarti memenangkan suara pemilihan kepla desa kembali sebagai kepala desa Boto. Masyarakat Desa Boto masih membutuhkan seorang figur kepemimpinan Sunarti yang memimpin desanya dengan baik. 36
Masa kepemimpinan Sunarti di mulai pada tahun 1974-2007. Sunarti mengemban tugas menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat dengan menciptakan visi untuk mewujudkan Desa Boto menjadi desa yang gemah ripah loh jinawi, di dukung oleh pemerintahan yang bersih, baik, transaparan, SDM, SDA yang berpotensi, menuju kehidupan sejahtera di segala bidang yang di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi panutan orang banyak. Ia ingin menjalankan tugas kepemimpinannya sesuai dengan visinya untuk kepentingan hidup masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Perjuangan yang dijalankan tidak begitu mudah dengan membutuhkan perjuangan yang sangat tinggi untuk menciptakan desa Boto yang lebih maju. Sebelum masa kepemimpinan Sunarti, keadaan desa Boto masih tergolong pedesaan dan sederhana dengan jumlah penduduknya yang masih sedikit, kehidupan pertanian masih sederhana dan pendidikan atau sekolahsekolah belum ada, hanya ada sekolah inpres saja dan jalan raya maupun jalan kampung masih berupa tanah dan berbatu yang belum tertata rapi. 3. Sunarti Pemimpin Masyarakat Boto Banyak perubahan yang dilakukan Sunarti sebagai kepala desa Boto. Sunarti adalah pemimpin yang transformatif dan demokratif. Banyak Bidang kehidupan masyarakat seperti bidang pendidikan, perekonomian dan sarana prasarana kehidupan sosial. Dalam kegiatan keagamaan diadakan kegiatan seperti pengajian rutin setiap hari jumat wage dimasjid dengan mengundang Kyai Faqurohman dari desa Poncol kecamatan Bringin, yang bertujuan agar 37
semua masyarakat mendapat ilmu agama, tempat pelaksanaan pengajian masjid bergilir dari dusun satu ke dusun lain. Kegiatan sosial juga dijalankan seperti menyatuni anak yatim satu tahun sekali pada bulan suro, masyarakat mengumpulkan dana secara sukarela serta mengadakan sunatan masal secara rutin setiap satu tahun sekali. Sunarti mengadakan sosialisasi kepada ibu-ibu supaya mendapat pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk batita dan balitanya. Sunarti juga menjalin komunikasi dengan masyarakat desa Boto secara terbuka, Sunarti terjun langsung kerumah masyarakat dengan berjalan kaki untuk berkeliling kampung ketempat dusun-dusun, untuk meninjau keadaan desa secara langsung, dan jika menemukan suatu permasalahan, dengan cepat Sunarti akan memecahkan masalah tersebut sebagai contoh apabila warganya pergi jauh tanpa ijin, Sunarti akan mencarinya, jika ada masyarakat yang akan bercerai Sunarti akan mendatangi dan menanyakan dulu apa penyebabnya sehingga Sunarti akan membantu menyelesaikan dan memberikan solusi kepada masyarakat tersebut. Sunarti menjalankan tugas sesuai azas-azas kepemimpinan, Sunarti mengembangkan nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan dalam memberikan pelayanan 24 jam kepada masyarakat desa Boto, seperti contoh jika ada masyarakat yang ingin meminta cap untuk keperluan surat maupun tanda tangan, Sunarti tidak memungut imbalan
dalam bentuk apapun, Sunarti
melayani dengan ikhlas, karena ingin menciptakan kepemimpinan yang bersih. 38
Sunarti dalam menjalankan kepemimpinan, ia juga mengalami beberapa kendala maupun kesulitan. Ia telah mengalami beberapa kendala diantaranya yang pertama ia harus memberikan sosialisasi mengenai pembayran pajak tanah dengan datang kerumah masyarakat satu persatu 4. Faktor-faktor Pendorong Sunarti Menjadi Seorang Kepala Desa Sunarti merupakan pemimpin perempuan yang pertama sebagai kepala desa Boto. Ia menjadi pemimpin selama 32 tahun. Sunarti menjalankan tugasnya sebagai kepala desa karena untuk kepentingan hidup masyarakat Boto yang sejahtera dan tentram. Hal ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab untuk melakukan perubahan kehidupan desa Boto menjadi lebih baik. Faktor yang mendorong Sunarti untuk maju menjadi salah satu calon kepala desa Boto pada pemilihan yang dilakukan pada tahun 1974 terbagi menjadi dua faktor pendorong, yaitu faktor pendorong internal (dari dalam pihak Sunarti) dan faktor pendorong eksternal (berasal dari luar pihak Sunarti). Faktor pendorong internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri menjadi calon kepala desa Boto adalah Sunarti ingin melanjutkan garis kekuasaan secara turun-temurun yang berawal dari kepala desa Boto yang pertama merupakan kakek buyut dari Sunarti H. Abdul Latif (1860), kemudian jabatan kepala desa dilanjutkan kakek Sunarti H. Yunus (1917), dan setelah masa jabatan kakek Sunarti berakhir, jabatan kepala desa Boto di percayakan kepada ayah Sunarti H. Mahfud (1937). Setelah ayah Sunarti meninggal dunia, dan pada saat itu pemerintahan desa Boto sementara dipimpin kakak ipar 39
Sunarti yang bernama H. Muttaqin pada tahun 1972-1974 selama dua tahun dan harus diadakan pemilihan kepala desa kembali. Hal itu yang mengakibatkan Sunarti bersedia mencalonkan diri sebagai calon kepala desa Boto sebagai calon perempuan satu-satunya dan berusia sangat muda. Dukungan dari keluarga terutama ibunya dan saudara yang memilih Sunarti untuk menjadi kepala desa, merupakan salah satu dukungan internal yang mendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa. Faktor eksternal pendorong Sunarti mencalonkan diri sebagai kepala desa Boto pada pemilihan tahun 1974 adalah banyaknya dukungan dari berbagai pihak luar, yaitu dukungan dari pamong desa dan seluruh masyarakat desa Boto yang menginginkan Sunarti menjadi kepala desa Boto. Banyak masyarakat desa Boto yang datang ke rumah Sunarti untuk memberikan dukungan semangat maupun doa kepadanya. Hal itu membuat Sunarti merasa dipercaya untuk memimpin dan merubah Desa Boto menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera dalam segala bidang kehidupan masyarakat. 5. Karakter Kepemimpinan Sunarti dan terhadap bawahannya Sunarti adalah sosok perempuan yang biasa menjadi luar biasa. Sunarti adalah sosok pemimpin perempuan yang transformatif yang membawa perubahan untuk desa Boto. Ia adalah pemimpin yang tegas, disiplin, jujur dan bertanggung jawab pada tugasnya untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam menjalankan
kepemimpinannya,
Sunarti
bertanggung
jawab
kepada
bawahannya maupun masyarakat. Sikap Sunarti pada lingkungan kerjanya, ia 40
mengayomi, sopan, menghargai serta tidak membeda-bedakan tugas antara pegawai satu dengan pegawai lain semua dianggap sama dan diberlakukan secara adil. Prinsip dalam hidupnya menjadi seorang pemimpin, Sunarti memegang sikap optimis, bahwa semua yang dia inginkan harus berhasil dan tercapai, apapun jalannnya akan tetap ditempuh yang terpenting adalah berhasil untuk kepentingan masyarakat bersama. Sunarti mengambil peran disetiap acara yang diselenggarakan kecamatan dan kabupaten, ia selalu mengajukan pendapat dan solusi untuk kemajuan desa Boto. Sunarti adalah sosok pemimpin yang memilih melihat keadaan langsung desa dan mengawasi kinerja para aparat desa secara mendalam. Sunarti membimbing aparat desa sebelum dan saat memberikan tugas, sehinggga dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Semua aparat desa menghargai, menghormati dan mempercayai apa yang Sunarti kerjakan. Sunarti adalah pemimpin yang demokratis dalam pembentukan gagasan dan ide untuk kemajuan desa Boto. Sunarti bersedia terjun kelapangan apabila aparat desa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Sunarti selalu mencetuskan solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan dengan baik. Ia tidak menerapkan sistem stratifikasi sosial pada aparat pedesaan dan masyarakat desa Boto, Sunarti tidak membedakan status sosial siapapun. Keberhasilan seorang pemimpin tidak akan terwujud jika tanpa dukungan dari para staff kelurahan, kelompok dan masyarakat Desa Boto. Sunarti
41
memerlukan saran, masukan dan pendapat dari masyarakat untuk memeperbaiki kinerjanya sebagai kepala desa. Sunarti menjalankan tugas sebagai kepala desa Boto berkerjasama dan dibantu aparat desa lainnya yaitu sekretaris desa, kaur pemerintahan, kaur bidang pembangunan, kaur keuangan dan kepala dusun lainnya. Di mata rekan kerja, Sunarti merupakan pemimpin yang bijaksana, kompak terhadap aparat desa lainnya dalam melaksanakan pemerintahan desa Boto. Meskipun Sunarti adalah sosok pemimpin perempuan, tetapi kinerja Sunarti bisa diperhitungkan dengan pemimpin-pemimpin lainnya. Sunarti bertukar pendapat dengan aparat desa lainnya dan masyarakat Desa Boto supaya Sunarti mengerti apa yang diharapkan masyarakat untuk desa Boto yang dipimpinnya. Sunarti melibatkan aparat desa dan masyarakat untuk berperan aktif dalam pencapaian tujuan mengembangkan desa Boto menjadi desa yang maju dan sejahtera sesuai dengan cita-cita bersama masyarakat dan pemerintah desa Boto. Sunarti percaya bahwa aparat desa akan menyelesaikan tugas pemerintah dengan penuh tanggung jawab sehingga semangat untuk memajukan desa Boto menjadi bertambah dengan kepercayaan yang ditunjukan kepala desa Boto tersebut. Dalam pengambilan suatu keputusan, Sunarti bersifat realistis. Dia mengambil keputusan yang telah menjadi kesepakatan bersama. Aparat desa yang berkerjasama dengan Sunarti merasa terjalin kerjasama yang sehat dan membangun, karena aparat desa sudah berkerjasama dengan Sunarti selama beberapa periode. Meskipun Sunarti menjabat sebagai kepala desa Boto, ia 42
tidak menganggap dirinya sebagai seorang penguasa yang memiliki hak atas desa tersebut, Sunarti menganggap bahwa dirinya dipercaya masyarakat desa Boto selama beberapa periode memimpin dan menjadikan desa Boto menjadi desa yang berkembang dan maju. 6. Gaya Kepemimpinan Sunarti Terhadap Perubahan Desa Boto. a. Keadaan Desa Boto Sebelum Masa Kepemimpinan Sunarti Keadaan Desa Boto sebelum masa kepemimpinan Sunarti kondisinya masih sangat sederhana, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan desa Boto pada masa kepemimpinan lurah H. Abdul Latif berada di tempat kediamannya, dengan tempat dan tenaga pengajar yang masih seadanya. Masyarakat masih banyak yang tidak menempuh pendidikan, hal ini yang mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa Boto. Seiring berjalannya waktu, ketika masa kepemimpinan lurah H. Mahfud terwujud pendidikan rakyat Sekolah Dasar (SD) Bancak di desa Boto. Kegiatan belajar masih sederhana dengan menempati bangunan sekolah yang berdinding kayu, beralaskan tanah dengan perlatan belajar masih terbatas dan tenaga pendidik yang seadanya. Di Desa Boto pada saat itu hanya memiliki bangunan Sekolah Rakyat, sehingga masyarakat Boto hanya mengenyam pendidikan sampai ke SR saja. Orang-orang yang mampu bisa melanjutkan bersekolah dengan kualitas baik di luar desa maupun ke kota. Hal ini membuktikan bahwa sarana dan prasarana gedung sekolah Boto sangat minim sehingga kualitas SDM masyarakat Boto masih rendah. 43
Dalam
kehidupan
perekonomian
desa
Boto,
masyarakat
lebih
memanfaatkan dibidang pertanian. Masyarakat dengan menanam padi sebagai tananaman pokok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masa kepemimpinan lurah H. Mahfud musim panen padi bisa dilakukan satu tahun sekali dengan menunggu waktu cukup lama. Pertanian yang diterapkan dengan menggunakan irigasi, dengan memberikan pupuk kandang yang menghemat biaya. Masyarakat Boto tidak dperkenankan untuk menjual hasil panenan padi keluar desa Boto, lebih baik digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kehidupan perekonomian Boto mayoritas berprofesi sebagai petani. Prasarana desa yang dibangun masih rendah, hanya terdapat prasarana bidang keagamaan salah satu contohnya bangunan tempat ibadah masjid yang belum merata yang ada di dusun Sembung dan dusun Kemiri, hal mengurus pernikahan masih menggunakan tempat lain di kecamatan Bringin. Kondisi jalan kampung maupun jalan raya masih berbentuk tanah dan berbatu seperti jalan setapak. Penerangan yang digunakan masyarakat masih sederhana, yaitu dengan menggunakan lampu uplik yang berisi minyak tanah. Sarana transportasi yang digunakan masih menggunakan tenaga kuda, gerobag maupun kursi yang diangkat dengan menggunakan tenaga manusia. Transportasi roda dua maupun roda empat masih jarang ditemui, masyarakat lebih banyak menggunakan jalan kaki. Hal ini membuktikan bahwa kondisi desa Boto masih alami dan sederhana. 44
b. Perubahan Desa Boto Masa Kepemimpinan Sunarti Sunarti sebagai kepala desa yang dipilih dan dipercaya masyarakat desa Boto, Sunarti secara otomatis mendapatkan tugas yang menjadi tanggung jawab kepala desa. Sunarti tidak hanya mengatur dan mengarahkan aparat desa untuk mengembangkan desa Boto saja, melainkan Sunarti bertanggung jawab atas semua perkerjaan dan memberikan bukti nyata dalam perubahan kehidupan dan kepentingan masyarakat desa Boto. Sunarti menjadi pemimpin yang transformasional, yaitu pemimpin pertama yang mewujudkan perubahan kearah yang lebih maju kepada masyarakat desa Boto. Hal transformasional yang dilaksanakan pemimpin perempuan pertama desa Boto diantaranya sebagai berikut: 1) Peningkatan Kualitas Pendidikan Desa Boto Pada bidang pendidikan desa Boto, saat kepemimpinan berada di kepala
desa Mahfud (1933-1973) di desa Boto sarana pendidikan
tergolong rendah, karena hanya memiliki satu bangunan sekolah rakyat (sejajar dengan tingkat sekolah dasar) yang terletak di Bancak, desa Boto. Masyarakat desa Boto yang mendapatkan pendidikan tergolong rendah. Tenaga pengajar yang mengabdi di desa harus terbiasa dengan rendahnya kualitas sarana pendidikan pada saat itu. Kondisi bangunan sekolah rakyat sangat sederhana, berdindingkan kayu dan beralaskan tanah. Media pendidikan seperti buku, papan tulis, bangku, meja dan alat pendukung pembelajaran lainnya masih sangat 45
minim. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat desa Boto lebih memilih melanjutkan pendidikan dengan pergi ke daerah lain seperti Salatiga, Ambarawa dan Semarang. Sepeninggal kepala desa H. Mahfud, kepemimpinan dipercayakan masyarakat kepada Sunarti yang dipilih menjadi kepala desa pada tahun 1974 melalui pemilihan umum. Sunarti segera membuat program memperbaiki bidang pendidikan desa Boto supaya pendidikan desa Boto menjadi maju dan masyarakat desa Boto mendapatkan pendidikan. Selain itu, Sunarti mempunyai program perbaikan infrastruktur disegala bidang pendidikan. Pertama yang dikerjakan Sunarti adalah pembangunan dan perubahan nama Sekolah Rakyat Bancak sudah dirubah menjadi Sekolah Dasar Negeri I dan Sekolah Dasar Negeri II Boto dan resmi didirikan pada tahun 1974. Pada tahun 1979, Sunarti kembali mewujudkan program pengembangan pendidikan di desa Boto dengan kembali mendirikan suatu sarana pendidikan yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Boto. Dengan berdirinya MI Boto ini dapat disimpulkan bahwa program pengembangan pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan Sunarti sebagai kepala desa dan para aparat-aparat desa Boto untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Boto. Pembangunan
sarana
pendidikan
kembali
dibuktikan
dengan
peresmian SMP Islam Sudirman Boto pada tahun 1980 yang didirikan 46
dan diketuai oleh Sunarti sendiri. Peningkatan sarana pendidikan tidak berhenti saat itu saja, setelah enam tahun berjalan desa Boto sudah membangun dan menghasilkan empat bangunan sekolah. Ide dan semangat perjuangan Sunarti dalam mewujudkan rintisan sekolah sangat tinggi demi kemajuan pendidikan sekolah desa Boto. Pada tahun 1985, Sunarti kembali merintis sekolah khusus anak balita, dan pada tahun 1985 mewujudkan bangunan sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Wita Siwi di desa Boto. TK Wita Siwi di Boto merupakan TK yang pertama di Boto, dan menjadi TK untuk masyarakat desa lain yaitu Desa Jlumpang dan desa Wonokerto. Dengan berdirinya taman kanak-kanak, maka kualitas pendidikan masyarakat desa Boto menjadi meningkat karena anak berusia lima tahun bisa mendapatkan pendidikan dasar sebelum melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan di desa Boto mulai mengalami peningkat secara signifikan, sehingga masyarakat desa Boto dalam melanjutkan pendidikan tidak perlu bersekolah keluar dari desa Boto. Sunarti tidak berhenti berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di desa Boto. Bagi Sunarti, perkembangan pendidikan masih kurang, karena Sunarti ingin desa Boto memiliki Sekolah Menengah Kejuruan. Sunarti mengajukan surat permohonan pendirian sekolah menengah atas desa Boto kepada pemerintah Kabupaten. Setelah berbagai usaha 47
untuk mengajukan usulan pembangunan SMK Boto dilakukan, Bupati kabupaten Semarang menyetujui permohonan pendirian SMK Boto. Pada akhirnya, Sunarti menjadi pelopor pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada saat proses pembangunan gedung SMK, Sunarti terlibat langsug dalam memperkenalkan SMK yang akan segera berdiri di desa Boto. Ia secara tidak kangsung Sunarti mencari calon siswa yang akan menempuh pendidikan di SMK Boto. Sunarti dan rekan-rekan memperkenalkan SMK Boto hingga luar daerah desa Boto seperti desa Lembu, desa Dadapayam bahkan hingga Wonosegoro. Perjuangan keras Sunarti membuahkan hasil yang memuaskan, Sunarti berhasil mendapatkan lima puluh delapan siswa yang pada saat itu kegiatan belajar mengajar masih meminjam kantor balai desa Boto dengan bantuan penjagaan dari sekertaris desa. Pelajaran dimulai pukul tujuh pagi dan berakhir pada pukul dua siang. Pada tahun 2005 sudah diresmikan terwujudnya gedung nama SMK N I Bancak di desa Boto. SMK N I Bancak adalah sekolah yang maju dan favorit pada bidang pendidikan masyarakat desa Boto maupun masyarakat desa lain. Pada awalnya, jumlah siswa SMK N I Bancak berjumlah 58 murid saja, dan seiring berjalannya waktu SMK N I memiliki kurang lebih 800 siswa. Sunarti
melakukan
perkembangan
bidang
pendidikan
demi
kepentingan masyarakat agar anak-anak desa Boto mendapatkan 48
pendidikan dengan kualitas yang baik. Sunarti mempunyai program pemberantasan buta huruf pada masyarakat desa Boto. Program kerja pemberantasan buta huruf adalah memperkenalkan huruf dan angka supaya masyarakat Boto bisa membaca dan menulis. Pemberantasan buta huruf dilaksanakan secara berkelompok perdusun. Menurut Sunarti, pemberantasan buta huruf sangat penting, dengan adanya program ini masyarakat yang tidak menempuh jalur pendidikan tidak menjadi korban penipuan dan mempermudah masyarakat dalam berinteraksi dengan sesama. Pendidikan desa Boto mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, anak-anak
usia
sekolah
mayoritas
menempuh
jalur
pendidikan.
Peningkatan pendidikan desa Boto menimbulkan dampak perubahan pada SDM masyarakat desa Boto. Pada masa kepemimpinan Sunarti yang telah membawa hasil perubahan pendidikan desa Boto menjadi maju dan meningkat. 2) Perekonomian Desa Boto Mayoritas masyarakat Desa Boto berprofesi sebagai petani sawah. Lahan tanah atau perkebunan digunakan untuk pertanian, Maka dari itu perekonomian desa Boto bergantung pada kegiatan pertanian. Masyarakat desa Boto memanfaatkan lahan pertanian dengan cara menanam padi, sehingga padi menjadi tanaman utama bidang pertanian desa Boto.
49
Tahun 1933, pada masa kepemimpinan kepala desa H. Mahfud, ia mengatur sistem pertanian desa Boto dengan sistem pertanian yang berkembang, dengan membuat pengaturan irigasi atau saluran air agar tanaman pertanian subur dan mendapatkan sistem pengairan yang baik. H. Mahfud menerapkan peraturan pada penanaman padi dengan tetap menggunakan pupuk kandang yang bersifat alami tanpa ada unsur kimia, hal ini dapat menghemat biaya penanaman. Proses dilakukan dengan alat yang digunakan masih sederhana, belum menggunakan alat yang modern. Jenis padi yang di tanam adalah padi swiri dan padi srempol. Masa panen padi desa Boto hanya terjadi satu tahun sekali. Masyarakat Boto tidak diperkenankan menjual hasil panen padi ke luar desa Boto, lebih baik digunakan untuk kebutuhan sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pada menjual pada daerah luar desa Boto. Tahun 1974, ketika desa Boto berada dibawah pimpinan Sunarti, pertanian mengalami pergantian jenis penanaman yang terjadi pada tahun 1933. Pada tahun 1974, lahan pertanian ditanami tebu dan hanya bertahan selama satu tahun saja, karena banyak masyarakat yang mengeluh dengan hasil panen tebu yang kurang memuaskan, dan hasil panen
tidak
mencukupi memenuhi kebutuhan hidup petani, sehingga ada masyarakat yang mengutarakan pendapat kepada Sunarti yang diterima dengan baik. Kemudian Sunarti memikirkan dan memperhatikan kehidupan ekonomi 50
masyarakatnya terutama dibidang pertanian. Sunarti segera menata program pertanian desa Boto, kemudian Sunarti menerapkan peraturan dengan kembali menanam padi. Sunarti mengubah sistem penanaman hasil panen dengan memilih jenis benih padi dengan umur cepat yang bisa dipanen. Ia menerapakan hasil panen padi bisa dilakukan dalam satu tahun dua kali yang disebut dengan gagarancah. Mengingat mayoritas lahan sawah yang ada di desa Boto
adalah
sawah tadah hujan, yang artinya petani dapat menanam padi hanya pada musim hujan saja. Cara penanaman padi dengan cara sederhana yaitu ditebar atau disebar saja. Jenis benih padi yang digunakan adalah jenis padi IR dan padi PB. Dengan demikian, secara
cepat dapat
meningkatkan hasil panen untuk masyarakat desa Boto. Hasil panen yang diperoleh masyarakat mengalami peningkatan dan hasil yang memuaskan sehingga perekonomian masyarakat meningkat. Selain hasil panen yang banyak, sisanya sebagian bisa dijual kepasar. Pada tahun 2000 perekonomian di desa Boto sudah tidak hanya bergantung dari hasil pertanian saja, masyarakat Boto sudah mulai berwiraswasta seperti membuka toko-toko kelontong, seperti toko sembako, fotokopi dan minimarket. Sehingga dari tahun ketahun perekomian masyarakat desa Boto sudah mengalami peningkatan dan perubahan yang cukup signifikan.
51
3) Peningkatan sarana dan prasarana Desa Boto Sebelum
dibangun adanya
aspalisasi
(pembuatan jalan
raya
mengggunakan bahan dasar aspal) pada tahun 1990, sepanjang jalan desa Boto berupa tanah, batu-batuan yang berserakan dan tidak tertata dengan rapi. Pada saat musim hujan, jalan desa Boto sangat memprihatinkan karena tergenangan air hujan. Keadaan jalan desa Boto masih sepi, hanya pejalan kaki yang melewati jalan tersebut, karena pada saat itu sepeda montor dan mobil masih jarang dijumpai. Masyarakat dan pelancong membawa barang-barang menggunakan sarana kuda, gerobak dan kursi yang diangkat menggunakan tenaga manusia. Melihat keadaan desa Boto saat itu, membuat Sunarti menaruh perhatian khusus untuk memperbaiki keadaan desa Boto yang dipimpinnya. Pada tahun 1974, Sunarti melaksanakan program padat karya. Sunarti melibatkan masyarakat untuk bekerja sama bahu membahu dalam pengerasan jalan kampung. Sunarti melibatkan masyarakat langsung untuk bekerja bakti menata jalan menjadi lebih baik. Semua masyarakat dikerahkan dan mendapat tugas masing-masing, pembagian tugas tersebut antara lain adalah pembuatan pondasi jalan, mengaduk semen dan menata batu kerikil atau batu titikan. Setiap perdusun atau setiap rumah diberi tanggung jawab untuk menyediakan batu titikan satu tomblok (keranjang). Masyarakat desa Boto mengerjakan secara bersamasama untuk memperbaiki jalanan desa Boto. Dengan adanya kerja bakti 52
dan gotong royong akan meningkatkan kebersamaan persatuan dan kesatuan antar masyarakat. Setelah jalan selesai dikerjakan, dampak positifpun mulai timbul. Jalan menjadi aman untuk digunakan dan menjadi nilai positif bagi desa Boto. Pada tahun 1990, program aspalisasi mulai masuk desa Boto. Jalan raya desa Boto mulai dibangun menggunakan bahan aspal dengan dana subsidi dari pemerintah. Jalan yang dulu berbatuan kini sudah berubah menjadi jalan halus, keadaan desa Boto sudah rapi. Aspalisasi kini membawa dampak perubahan bagi kehidupan masyarakat, jalan raya desa Boto menjadi jalur transpotasi perdagangan khususnya roda empat dari pasar Krasak ke kota Salatiga. Biasanya jalur transportasi ini digunakan untuk para pedagang membawa barang dagangannya dari pasar Krasak ke kota Salatiga. Kini jalan desa Boto menjadi jalan penghubung para pedagang pasar Kalimaling ke Salatiga. Semakin bertambah jalan dulu yang sepi sekarang digunakan para pelancong. Kini sarana kendaraan semakin bertambah selain roda empat, kini kendaraan bus dan minibus banyak digunakan masyarakat untuk membawakan dagangannya dari pasar Kalimaling dan pasar Krasak ke kota Salatiga. Sunarti tidak hanya sebagai pemimpin formal yang selalu menjalankan tugas dari pemerintah bupati maupun camat, tetapi ia juga sebagai pemimpin informal yang mempunyai kepedulian dalam peningkatan sarana dan prasarana tempat ibadah untuk masyarakat. Salah satu 53
contohnya ia sangat peduli terhadap dusun Sembung dan dusun Kemiri. Di dusun Sembung dan Kemiri adalah dusun yang belum tersedia sarana ibadah yaitu masjid sendiri, sehingga masih bergabung ditempat ibadah dusun lain. Dengan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, Sunarti melakukan swadaya masyarakat untuk membangun masjid di dusun Sembung dan Kemiri. Semua masyarakat dilibatkan secara langsung untuk membangun sarana ibadah dengan cara bekerja bakti secara-bersama membangun masjid. Sarana dan prasarana sangat penting untuk fungsi kelangsungan kehidupan masyarakat. Dilihat dari setiap dusun desa Boto semua sudah ada tempat ibadah masing-masing tanpa adanya kecemburuan sosial, karena masjid adalah tempat ibadah manusia untuk berdoa. Ia juga memperbaiki dan merenovasi masjid lainnya seperti masjid Krasak, masjid Klumpit, masjid Penggung, masjid Boto dan beberapa surau atau musola lainnya. Sarana dan prasarana yang dibangun tidak hanya
pembanguanan
berbentuk masjid saja, Sunarti juga membangun Kantor Urusan Agama (KUA) yang diresmikan pada tahun 1985. Tujuan dibangun kantor KUA adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mendaftarkan pernikahan, karena sebelumnya masyarakat jika ingin mendaftarkan diri untuk menikah harus meminta bantuan pada KUA kecamatan Bringin. Sarana dan prasarana yang ditingkatkan adalah pembangunan kantor balai desa Boto. Fungsi di bangun kantor balai desa Boto untuk tempat 54
pertemuan antara masyarakat dengan pamong desa dalam acara rembug desa, untuk memberikan sosialisasi salah satunya mengenai membayar pajak. Sebagai wadah musyawarah rapat desa, dan juga sebagai tempat pelayanan umum dalam membuat surat menyurat kelurahan. Ia juga berhasil meningkatkan sarana prasarana desa lainnya, yaitu listrik sudah mulai masuk desanya pada tahun 1992, masyarakat menyambut dengan senang bahwa dengan adanya listrik masuk desa, sudah tidak lagi menggunakan lampu gembreng dan lampu uplik lainnya. Untuk mendirikan tiang listrik, Sunarti kembali melibatkan masyarakat untuk bekerja bakti mengangkat tiang listrik untuk dibangun. Solidaritas masyarakat sangat tinggi dalam kebersamaan dan kegotong royangannya, sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik dan cepat. Segala usaha yang diperjuangkan pada masa kepemimpinan Sunarti telah merubah kehidupan masyarakat Boto menjadi lebih baik dengan bantuan masyarakat Boto dan pemerintah kabupaten Semarang. c. Kesulitan Sunarti Saat Menjabat Sebagai Kepala Desa Selama 32 tahun Sunarti menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala desa. Sunarti dalam menjalankan tanggung jawab memimpin desa Boto, tidak berjalan dengan mulus, Sunarti mengalami berapa kendala maupun kesulitan yang harus Sunarti hadapi diantaranya : (1) Apabila warga desa Boto belum melunasi pajak pada saat jatuh tempo pembayaran, Sunarti melunasi
55
tanggungan pajak masyarakatnya terlebih dahulu untuk diberikan kepada pemerintah, hal ini menjadi beban tanggung jawab Sunarti sebagai kepala desa, (2) Sunarti menggalakan Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat untuk memiliki dua anak saja, tetapi masyarakat tidak menuruti aturan untuk memiliki anak lebih dari dua. Sehingga Sunarti menempuh jalan lain yaitu dengan mengatur masyarakat dengan memaksa untuk mengikuti aturan yang sudah diberikan, (3) apabila ada masyarakat pergi meninggalkan desanya tanpa ijin lebih dari 24 jam, Sunarti segera mencari infonya untuk mencari tahu keberadaanya, karena sebagai pemimpin Sunarti harus bertanggung jawab untuk menjaga keamanan masyarakat desa dalam keadaan apapun Segala kesulitan maupun permasalahan bisa diselesaikan secara bersama dengan baik.
56