BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanakan Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan budaya antri melalui teknik modeling pada anak Kelompok B TK Aster berlangsung dalam tiga siklus pembelajaran. Untuk maksud tersebut maka peneliti menyiapkan Rencana Kegiatan Harian dan Skenario Pembelajaran, serta instrumen untuk mengamati kegiatan anak, ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, serta keluar kelas. Proses pembelajaran dimulai dengan pelaksanaan observasi awal yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 14 Desember tahun 2013. Aspek yang diamati adalah budaya antri anak pada beberapa kegiatan, yaitu ketika akan masuk masuk kelas, menyerahkan tugas, serta keluar kelas. Kegiatan berikut adalah melaksanakan proses tindakan siklus I. Pelaksanaan pembelajaran dan tindakan siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Desember tahun 2013 yang dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian perilaku budaya antri anak pada hari Selasa tanggal 17 Desember tahun 2013. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Desember tahun 2013 yang dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada hari Kamis tanggal 19 Desember tahun 2013. Pengamatan dimaksudkan untuk melihat dan menilai peningkatan budaya antri anak setelah dilakukan tindakan siklus I. Observasi tersebut dilaksanakan bersama guru pengamat. Proses pembelajaran dan tindakan siklus II berlangsung dua kali pertemuan. Siklus II untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Desember tahun 2013 yang
dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada hari Sabtu tanggal 21 Desember tahun 2013. Pertemuan kedua untuk siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Desember tahun 2013 yang dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian perilaku disiplin anak pada hari Selasa tanggal 24 Desember tahun 2013. Selanjutnya, proses pembelajaran dan tindakan siklus III juga berlangsung selama dua kali pertemuan. Siklus III untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Desember tahun 2013 yang dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada hari Sabtu tanggal 28 Desember tahun 2013. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 Desember tahun 2013 yang dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada hari Selasa tanggal 31 Desember tahun 2013.
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 4.1.2.1 Hasil Pengamatan Awal Berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra terhadap budaya antri dari 26 anak kelompok B sebelum tindakan kelas dilaksanakan diperoleh data hasil pengamatan awal sebagaimana diuraikan pada lampiran 3a, dan secara ringkas diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1:
Hasil Pengamatan Awal Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster Sebelum Dilakukan Tindakan Kelas Hasil Pengamatan
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
Sabar menunggu giliran
%
1
Masuk kelas
10
38,4
16
61,6
2
Menyerahkan tugas
11
42,3
15
57,7
3
Keluar kelas
10
38,4
16
61,6
Keterangan: Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan awal pada tabel 1 dan lampiran 3a menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 15 sampai 16 anak telah memahami dan melaksanakan budaya antri, sehingga sabar menunggu giliran. Anakanak tersebut mampu menerapkan budaya antri itu ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, ketika keluar kelas. Sebaliknya, ada10 sampai 11 orang anak masih memerlukan tindakan kelas agar budaya antri mereka dapat ditingkatkan, karena selalu mendahului teman.
4.1.2.2 Hasil pengamatan budaya antri anak pada Siklus I Proses pembelajaran dan tindakan siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, setiap pertemuan dilanjutkan dengan pengamatan dan penilaian terhadap budaya antri anak. Sasaran utama pembelajaran adalah meningkatkan budaya antri anak melalui teknik modeling. Untuk maksud tersebut dalam pembelajaran, guru bercerita dan memberi contoh tentang kegiatan mengantri pada sebuah kegiatan di suatu tempat, misalnya ketika bersalaman dengan pengantin pada sebuah pesta pernikahan. Selanjutnya, selama proses pembelajaran dengan menerapkan teknik modeling, guru peneliti bersama pengamat melakukan bimbingan dan penguatan kepada anak bagaimana mengantri ketika akan masuk kelas, mengantri mengantar tugas, dan ketika akan keluar kelas. Selain itu, kepada seluruh anak diberitahu bahwa budaya antri mereka akan diamati oleh guru dan dinilai.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap 26 anak yang dikenakan tindakan pada pembelajaran siklus I pertemuan pertama diperoleh data yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3b, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 2: Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus I Pertemuan ke-1 Hasil Pengamatan
1
Masuk kelas
10
38,4
Sabar menunggu giliran 16
2
Menyerahkan tugas
11
42,3
15
57,7
3
Keluar kelas
11
42,3
15
57,7
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
% 61,6
Keterangan: Observasi dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 15 sampai 16 anak telah memahami dan melaksanakan budaya antri ketika berada di sekolah dan sabar menunggu giliran. Anak-anak ini telah mampu menerapkan budaya antri itu ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika akan keluar kelas. Dengan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus I pertemuan ke-1 belum meningkat secara signifikan dibandingkan dengan hasil pengamatan awal. Dalam hal ini terdapat 10 sampai 11 orang anak masih memerlukan tindakan kelas agar mereka tidak saling mendahului dalam sebuah antrian. Selanjutnya, hasil pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada siklus I pertemuan ke-2 diuraikan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3c, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 3: Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus I Pertemuan ke-2
Hasil Pengamatan
1
Masuk kelas
8
30,8
Sabar menunggu giliran 18
2
Menyerahkan tugas
9
34,6
17
65,4
3
Keluar kelas
9
34,6
17
65,4
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
% 69,2
Keterangan: Pengamatan dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 18 dan 19 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 17 sampai 18 anak telah memahami dan melaksanakan budaya antri dan sabar menunggu giliran. Anak-anak ini sudah mampu menerapkan budaya antri pada kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika hendak keluar kelas. Dengan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus I pertemuan ke-2 mulai menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil observasi dan penilaian pada siklus I pertemuan ke-1. Dalam hal ini masil terdapat 8 sampai 9 orang anak masih memerlukan tindakan kelas agar tidak saling mendahului ketika melakukan antrian. 4.1.2.3 Refleksi proses tindakan Siklus I Memperhatikan capaian tersebut, maka pada akhir siklus I, peneliti bersama guru mitra selaku pemgamat melakukan refeleksi terhadap pembelajaran dan tindakan kelas yang telah dilakukan. Refleksi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah penerapan teknik modeling yang dipilih dalam upaya meningkatkan budaya antri anak telah terlaksana sesuai rencana. Berdasarkan refleksi yang dilakukan melalui diskusi diketahui bahwa tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang direncanakan, sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran dan tindakan
siklus I terdapat beberapa aspek, baik menyangkut kegiatan guru maupun aktivitas anak yang belum optimal sehingga turut mempengaruhi budaya antri yang dilakukan oleh anak. Aspekaspek tersebut meliputi: 1. Cerita yang disiapkan pada siklus I belum mampu menarik perhatian anak untuk terlibat dalam berbudaya antri. 2. Penjelasan guru mengenai kegiatan anak ketika melakukan antrian cenderung kurang, sehingga ada anak yang tidak memahami bagaimana bentuk antrian yang harus dilakukan. 3. Partisipasi anak dalam memodelkan suatu antrian belum optimal, karena ada anak yang tidak menuruti perintah guru untuk melakukan kegiatan mengantri seperti yang diceritakan. 4. Kegiatan mengantri yang dilakukan anak kurang memberi penguatan pada materi yang hendak ditingkatkan, yakni budaya antri anak. Kekurangan-kekurangan tersebut diupayakan diotimalkan pada proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus II, disamping mempertahankan hasil capaian pada siklus I.
1.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 4.1.3.1 Hasil observasi budaya antri anak pada Siklus II Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti membuat langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek-aspek pembelajaran dan tindakan yang belum terlaksana secara optimal pada pembelajaran siklus I. Mengacu pada catatan-catatan yang diberikan oleh guru mitra pada akhir siklus I, dapat dikemukakan aspek-aspek yang direncanakan untuk diperbaiki dan disempurnakan pada siklus II,
meliputi hal-hal sebagai
berikut. a. Guru perlu menyediakan cerita yang lebih menarik perhatian anak untuk terlibat dalam kegiatan antrian.
b. Guru perlu menjelaskan bagaimana membentuk antrian pada kegiatan yang ditetapkan oleh guru. c. Partisipasi anak dalam kegiatan antrian perlu dioptimalkan dan diupayakan seluruh anak mampu melakukan antrian sebagaimana dicontohkan oleh teman-temannya. d. Guru perlu memberi penguatan terutama kepada anak yang belum mampu melakukan budaya antri dan menjelaskan bahwa pembelajaran yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan mereka dan berbudaya antri. Setelah merencanakan aspek-aspek tersebut, maka pembelajaran siklus II dilaksanakan. Proses pembelajaran dan tindakan siklus II dilaksanakan dengan sasaran utama adalah meningkatkan budaya antri anak melalui teknik modeling. Untuk maksud tersebut ditunjuk beberapa anak yang dianggap mampu menjadi model bagi teman-temannya dalam melakukan antrian. Modeling dilakukan setelah anak diberikan arahan-arahan tentang kegiatan mengantri ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika hendak keluar kelas. Selama proses pembelajaran dan tindakan, guru observer bersama peneliti melakukan bimbingan dan penjelasan kepada anak tentang kegiatan antrian. Selain itu, kepada seluruh anak diberitahu bahwa budaya antri mereka akan diamati dan dinilai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap 26 anak yang dikenakan tindakan pada pembelajaran siklus II pertemuan ke-1 diperoleh data yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4a, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 4: Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus II Pertemuan ke-1 Hasil Pengamatan No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
Sabar menunggu
%
1
Masuk kelas
8
30,8
giliran 18
2
Menyerahkan tugas
9
34,6
17
65,4
3
Keluar kelas
8
30,8
18
69,2
69,2
Keterangan: Pengamatan dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 17 sampai 18 anak telah memahami dan melaksanakan budaya antri dengan sabar menunggu giliran, sehingga mampu menerapkan budaya antri itu ketika masuk dan keluar kelas, menyerahkan tugas, ketika mengambil makanan, dan mengambil alat permainan. Dengan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus II pertemuan ke-1 meningkat secara signifikan dibandingkan dengan hasil observasi dan penilaian pada siklus I. Dalam hal ini terdapat 9 sampai 11 orang anak yang masih saling mendahului dalam antrian. Anak-anak ini masih memerlukan tindakan lebih lanjut, agar budaya antri anak-anak tersebut dapat ditingkatkan. Selanjutnya, hasil pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada siklus II pertemuan ke-2 diuraikan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4b, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 5:
Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus II Pertemuan ke-2 Hasil Pengamatan
1
Masuk kelas
7
26,9
Sabar menunggu giliran 19
2
Menyerahkan tugas
7
26,9
19
73,1
3
Keluar kelas
8
30,8
18
69,2
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
% 73,1
Keterangan: Pengamatan dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 18 sampai 19 anak yang telah memahami dan melaksanakan budaya antri dan sabar menunggu giliran. Anak-anak ini sudah mampu menerapkan budaya antri pada kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika keluar kelas. Memperhatikan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus II pertemuan ke-2 mulai menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil observasi dan penilaian pada siklus II pertemuan ke-1. Akan tetapi, masih terdapat 7 sampai 8 orang anak yang masih memerlukan tindakan yang lebih optimal agar budaya antri anak-anak tersebut dapat ditingkatkan.
4.1.3.2 Refleksi proses tindakan Siklus II Memperhatikan capaian tersebut, maka pada akhir siklus II, peneliti bersama guru mitra melakukan refeleksi terhadap pembelajaran dan tindakan kelas yang telah dilakukan. Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan teknik modeling yang dipilih mampu meningkatkan budaya antri anak pada siklus II telah terlaksana sesuai rencana. Berdasarkan refleksi yang dilakukan melalui diskusi diketahui bahwa tindakan kelas yang dilakukan pada siklus II belum terlaksana sebagaimana yang direncanakan, sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran dan tindakan siklus II masih terdapat beberapa aspek, baik menyangkut kegiatan guru maupun aktivitas anak yang belum optimal sehingga turut mempengaruhi budaya antri yang dilakukan oleh anak. Aspek-aspek yang belum optimal tersebut meliputi:
a. Penjelasan guru mengenai kegiatan anak ketika melakukan antrian masih kurang, terutama menyangkut bentuk antrian dan apa yang harus dilakukan oleh anak ketika melakukan antrian. b. Adanya sebagian anak yang tidak menuruti perintah guru untuk melakukan kegiatan mengantri seperti yang dimodelkan sebelumnya. Kekurangan-kekurangan tersebut diupayakan diotimalkan pada proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus III, disamping mempertahankan hasil capaian pada siklus II.
1.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus III 4.1.4.1 Hasil pengamatan budaya antri anak pada Siklus III Seperti halnya pada siklus yang sebelumnya telah berlangsung, maka sebelum melaksanakan pembelajaran siklus III, peneliti membuat langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek-aspek pembelajaran dan tindakan yang belum terlaksana secara optimal pada pembelajaran siklus III. Mengacu pada catatan-catatan yang diberikan oleh guru mitra pada akhir siklus II, diketahui aspek-aspek yang direncanakan untuk disempurnakan pada siklus II, meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Guru menjelaskan kembali bagaimana membentuk antrian pada kegiatan yang ditetapkan oleh guru. b. Guru mengupayakan agar seluruh anak mampu melakukan antrian sebagaimana divisualisasikan melalui gambar. Setelah merencanakan aspek-aspek tersebut, maka pembelajaran siklus III dilaksanakan. Proses pembelajaran dan tindakan siklus III dilaksanakan dengan sasaran utama adalah meningkatkan budaya antri anak melalui teknik modeling. Untuk maksud tersebut disiapkan beberapa gambar tentang antrian yang berlangsung dibeberapa tempat. Setelah ditunjukkan
gambar, anak diberikan arahan-arahan tentang kegiatan mengantri ketika masuk dan keluar kelas, menyerahkan tugas, ketika mengambil makanan, serta antri mengambil alat permainan. Selama proses pembelajaran dan tindakan, guru observer bersama peneliti melakukan bimbingan dan penjelasan kepada anak tentang kegiatan antrian. Selain itu, kepada seluruh anak diberitahu bahwa budaya antri mereka akan diamati dan dinilai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap 26 anak yang dikenakan tindakan pada pembelajaran siklus III pertemuan ke-1 diperoleh data yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5a, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 6:
Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus III Pertemuan ke-1 Hasil Pengamatan
1
Masuk kelas
6
23,1
Sabar menunggu giliran 20
2
Menyerahkan tugas
7
26,9
19
73,1
3
Keluar kelas
7
26,9
19
73,1
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
% 76,9
Keterangan: Pengamatan dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 6 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 19 sampai 20 anak yang telah memahami dan melaksanakan budaya antri sabar menunggu giliran. Anak-anak ini telah mampu menerapkan budaya antri itu ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika hendak keluar kelas. Dengan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus III pertemuan ke-1 meningkat secara signifikan dibandingkan dengan hasil observasi dan penilaian pada siklus II. Dalam hal ini hanya 6 sampai 7 orang anak yang masih memerlukan
tindakan lebih lanjut, karena masih saling mendahului. Anak-anak tersebut masih memerlukan tindak lanjut agar budaya antri anak-anak tersebut dapat ditingkatkan. Selanjutnya, hasil pengamatan dan penilaian budaya antri anak pada siklus III pertemuan ke-2 diuraikan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5b, sedangkan secara ringkas seperti diuraikan pada tabel berikut. Tabel 7:
Hasil Pengamatan Budaya Antri Anak Kelompok B TK Aster pada Siklus III Pertemuan ke-2 Hasil Pengamatan
1
Masuk kelas
2
7,7
Sabar menunggu giliran 24
2
Menyerahkan tugas
4
15,4
22
84,6
3
Keluar kelas
3
11,5
23
88,5
No
Budaya Antri yang Diamati
Mendahului teman
%
% 92,3
Keterangan: Pengamatan dan penilaian dilaksanakan pada tanggal 30 dan 31 Desember 2013
Memperhatikan data hasil pengamatan dan penilaian pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 3 (tiga) indikator budaya antri anak yang diamati dan dinilai, terdapat 22 sampai 24 anak yang telah memahami dan melaksanakan budaya antri dengan sabar menunggu giliran. Anakanak ini sudah mampu menerapkan budaya antri pada kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti ketika masuk kelas, menyerahkan tugas, dan ketika hendak keluar kelas. Memperhatikan data tersebut terlihat bahwa hasil pengamatan dan penilaian pada siklus III pertemuan ke-2 mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil pengamatan dan penilaian pada siklus III pertemuan ke-1. Dalam hal ini hanya 2 sampai 4 orang anak yang mampu berbudaya antri, sehingga masih memerlukan tindakan, karena masih saling mendahului ketika melakukan antrian. Tindak lanjut diperlukan agar budaya antri anak-anak tersebut dapat ditingkatkan.
4.1.4.2 Refleksi proses tindakan Siklus III Memperhatikan capaian tersebut, maka pada akhir siklus III, peneliti bersama guru mitra melakukan refeleksi terhadap tindakan kelas yang telah dilakukan. Refleksi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah penerapan teknik modeling yang dipilih dalam upaya meningkatkan budaya antri anak pada siklus III telah terlaksana sesuai rencana. Berdasarkan refleksi yang dilakukan melalui diskusi diketahui bahwa tindakan kelas yang dilakukan pada siklus II sudah terlaksana sebagaimana yang direncanakan, dan mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Dalam hal ini sudah lebih dari 20 anak yang mampu melaksanakan budaya antri sebagaimana yang diharapkan. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, sehingga tidak diperlukan lagi tindakan untuk siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian pada pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III menunjukkan berkurangnya jumlah anak kelompok B TK Aster Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014 yang mampu melakukan budaya antri. Berkurangnya jumlah anak berarti terjadi peningkatan budaya antri anak berkat penerapan teknik modeling yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang menerapkan teknik modeling telah berhasil mengurangi jumlah anak yang tidak mampu melaksanakan budaya antri. Mereka dengan sabar menunggu giliran ketika melakukan antrian. Akan tetapi capaian ini masih perlu ditindaklanjuti setelah penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Hal ini karena sesuai analisis data pada siklus III masih terdapat 3
(satu) orang anak yang menurut hasil observasi masih saling mendahului ketika melakukan antrian. Ketiga orang anak tersebut membutuhkan penanganan dan pembimbingan yang intensif agar yang bersangkutan mampu meningkatkan perilaku budaya antri dalam kehidupannya seharihari, baik di sekolah maupun di tempat lain. Secara umum proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan budaya antri anak kelompok B TK Aster Pulubala Kabupaten Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan teknik modeling dapat dinyatakan berhasil. Hal ini terlihat dari jumlah anak yang dikenakan tindakan kelas, dimana sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, anak yang mampu berbudaya antri berjumlah 15 dari 26 orang atau 57,7%, telah berhasil ditingkatkan menjadi 22 orang atau 84,6% setelah tindakan siklus III. Data ini sekaligus menjadi bukti bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan pada penelitian ini, yaitu siswa yang mampu berbudaya antri dapat ditingkatkan dari sebelumnya 15 orang menjadi 20 orang atau lebih. Memperhatikan hasil capaian pada siklus III berarti hipotesis tindakan yang telah dirumuskan, yaitu: Budaya antri anak kelompok B dapat tingkatkan melalui teknik modeling di TK Aster Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo, terbukti kebenarannya. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa, walaupun budaya antri anak telah dapat ditingkatkan, namun masih tetap memerlukan tindakan lebih lanjut pada pembelajaranpembelajaran berikutnya. Untuk maksud tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teknik modeling guna peningkatan budaya antri anak antara lain sebagai berikut. a. Cerita yang disediakan oleh guru diupayakan dapat menarik perhatian anak untuk terlibat dalam kegiatan antrian. b. Guru perlu menjelaskan tata cara mengantri dan posisi anak dalam antrian, agar jalannya pembelajaran lebih efektif. .
c. Diupayakan seluruh anak untuk melakukan kegiatan mengantri berdasarkan kegiatan yang ditetapkan. d. Pemberian penguatan terutama kepada anak yang kurang percaya diri dalam melakukan antrian lebih dioptimalkan.