BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
di
Kelurahan
Gogagoman
Kecamatan
Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu. Kelurahan ini merupakan sala satu kelurahan terbesar diwilaya
Kota Kotamobagu dengan luas 134,5 Ha.
Gogagoman adalah kelurahan terpadat penduduknya yang mencapai 12.000 jiwa (sumber data kelurahan Gogagoman), yang tersebar di 25 rukun tetangga (RT) dan 10 rukun warga (RW). 4.1.1 Sejarah Kelurahan Gogagoman Pada tahun 1886 lipu atau desa gogagoman sudah berdiri dengan jumlah penduduk 28 kepala keluarga, yang dipimpin lansung oleh kepala kaum/kepala suku yang bergelar Jogugu. Pada waktu sebagai Jogugu adalah Umbola yang memerintah kurang lebih 15 tahun. Adapun hasil kesepakatan Jogugu dan para orang-orang tua untuk membentuk satu nama
yakni Gogagoman. Nama ini
diambil karena disebelah utara ada sumber air panas Dumodap dan disebelah selatan ada sumber air panas Igarang. Kelurahan Gogagoman sedikitnya sudah 23 pemimpin yang pernah memerintah dari pemimpin yang bergelar Bobato kemudian diganti namanya menjadi Sangadi dan sekarang sudah di kenal dengan kepalah kelurahan yang diikuti sesuai dengan perkembangan zaman.
33
Kemudian ada satu lokasi yang terletak di RT 24 yang mempunyai legenda, lokasi tersebut dinamakan Pande Bulan. Lokasi tersebut tepatnya berada disebelah barat sungai katulidan. Daerah ini yang dikenal daerah perkebunan masyarakat Gogagoman adalah tempat seleksi para calon Dotu/Raja yang akan memimpin atau memerintah Gogagoman pada waktu itu. Adapun daftar nama Bobato, Sangadi dan lurah Gogagoman DAFTAR NAMA BOBATO, SANGADI & LURAH NO
NAMA
JABATAN
TAHUN
1
Toyayow Dotulong
Bobato
-
2
Abd. Pengke mokodompit
Bobato
-
3
Sandegau Mokodompit
Bobato
1901
4
Saliki Mokodompit
Bobato
1901-1910
5
Juga p. Mokodompit
Bobato
1910-1918
6
Koja Sambali
Bobato
1918-1920
7
Ac. D. Mokoagow
Sangadi
1920-1931
8
Papandeya l. Dotulong
Sangadi
1931-1946
9
Sali k. Dotulong
Sangadi
1946-1951
10
S. U. Tungkagi
Sangadi
1951-1952
11
Loda Dotulong
Sangadi
1952-1961
12
Is. A. Dotulong
Sangadi
1961
34
13
Abd. Latif mokodompit
Sangadi
1961-1962
14
I.K Abarang
Sangadi
1962-1963
15
H.j. Mokodompit
Sangadi
1963-1978
16
Mustafa Mokoagow
Lurah
1978-1986
17
R.n. Dotulong
Lurah
1986-1996
18
Dra. Muku Manoppo
Lurah
1996-1998
19
Jossi Mokodompit, SE
Lurah
1998-2002
20
Nini Mokodompit
Lurah
2002-2005
21
S.B. Umbola
Lurah
2005-2006
22
Hi. Nini Mokodompit, SE
Lurah
2006-2011
23
Mahmud M. Soleman, SE
Lurah
2011-
Sumber data : Kantor Kelurahan Gogagoman Berdasarkan tabel daftar nama pemimpin kelurahan gogagoman, dari 23 pemimpin dari masa ke masa, terdapat 6 orang yang masih bergelar Bobato, dan 9 orang bergelar Sangadi serta 8 orang bergelar Lurah. Terhitung dari tahun 1901 sampai dengan 2011. 4.1.2 Keadaan Sosial Kelurahan Gogagoman - Jumlah Penduduk Berdasarkan data penduduk tahun 2012, jumlah penduduk kelurahan Gogagoman secara keseluruan adalah 12.000 jiwa yang tersebar di 25 Rukun
35
Tetangga dan 10 Rukun Warga. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel 1 sbb : Tabel 1 Jumlah Penduduk Kelurahan Gogagoman Secara Umum Kepala Luas
Rukun Penduduk
Keluarga 134,5 Ha
3.957 kk
Rukun
Lingkungan Tetangga Warga
12.000 jiwa
5
25
10
Sumber : Data Penduduk Kelurahan Se- Kecamatan Kotamobagu Barat 2012 Berdasarkan data tabel diatas, ada terdapat 12.000 jiwa penduduk dengan 3.957 kepala keluarga. Rukun tetangga berjumlah 25 dan Rukun warga berjumlah 10 yang ada di kelurahan gogagoman dengan luas 134,5 Ha. Dari jumlah penduduk diatas, kaulah muda berkisar 40% dan yang dikategorikan usia remaja berkisar sekitaran 15%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 2 sbb : Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel 2 sbb : Tabel 2. Jumlah Penduduk Kaulah Muda dan Usia Remaja Kaulah Mudah
Usia Remaja
Usia 12 hingga 30 tahun
12 hingga 21 tahun
4.800 jiwa (40%)
720 jiwa (15%)
Jumlah Penduduk
12.000 jiwa
Sumber : data kantor Kelurahan Gogagoman Kec. Kota barat 2012
36
Dari sekian jumlah Penduduk, 40% di pegang oleh kaula mudah, yang usianya berkisar 12 hingga 30 tahun dan 15% di pegang oleh anak usia remaja yang usianya berkisar 12 hingga 21 tahun. 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Hasil Penelitian Dari pelaksanaan pengumpulan data yang telah dilakukan selama lebih kurang 2 minggu, maka dapat di deskripsikan faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang
dan
upaya
pemerintah
dalam
menanggulangi
tindakan
penyimpangan anak usia reamaja di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat adalah sebagai berikut. : 1. Faktor lingkungan Masyarakat Faktor lingkungan adalah faktor yang paling menonjol untuk seorang remaja melakukan tindakan penyimpangan. Kondisi masyarakat, yang selalu melakukan berbagai bentuk kenakalan, menjadi acuan dan petunjuk bagi anak berusia remaja. Sala seorang remaja mengungkapkan bahwa Masyarakat yang dikategorikan dewasa selalu memberikan jaminan keamanan jika apa yang mereka inginkan dipenuhi meskipun hal itu melanggar aturan. (wawanara dengan Remaja S, 28 april 2013). Terkadang remaja menjadikan masyarakat sebagi acuhan kehidupan tanpa melihat tingka laku yang mereka perbuat hal ini demi untuk membuat remaja dengan mudah bergaul pada kalangan dewasa (wawancara dengan AL, 25 april 2013 ). Dari data wawancara yang dapati ada 23 remaja, sedkitnya ada 17 orang yang menjawab terpengaru oleh masyarakat yang bersifat kekanak-kanakan. Masyarakat mempunyai daya tarik lebih besar dan pengaruhnya terhadap 37
kalangan anak usia remaja. Anak remaja sebagai anggota masyarakat selalu mendapatkan pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungan baik secara lansung maupun secara tidak langsung. 2. Faktor dari dalam diri remaja Faktor berkaitan dengan diri remaja, seperti kesalahan fisik dan minat dan kesadaran, ditemukan bahwa terdapat informasi yang mengalami ganguan fisik yang dapat menggangu proses kedewasaan. Ada juga yang terdapat gangguan mental seperti kurangnya kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Selain itu rata-rata minat kesadaran juga dapat dikatakan rendah ( wawancara dengan sekretaris lurah VP, 24 april 2013). Hal ini menunjukan sangat jelas bahwa kekurangan yang dimiliki seorang anak, baik secara fisik ataupun minat kesadarannya kurang, akan menyebabkan anak remaja ini kerap melakukan hal-hal yang kurang terpuji misalkan merokok,berbuat onar dll. Dan hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Salah satu anak remaja mengukapkan bahwa ( wawancara anak remaja SM, 30 april 2013) Pada dasarnya melakukan tindakan menyimpang adalah perbuatan yang hanya ikut-ikutan tetapi karena sudah terlanjur menikmatinya maka di lakukan terus menerus. Sesuai denga perolehan data, dari 750 jiwa anak remaja, hampir sebagian besar remaja melakukan penyimpangan yang diakibatkan kurangnya kesadaran pada dirinya dirinya. 3. Faktor keluarga Orang tua merupakan kelompok masyarakat terkecil akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak. Orang tua yang baik pengasuhannya dan tingginya kepedulian terhadap anak remaja, akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak remaja, sedangkan orang tua yang 38
jelek atau kurang pedulinya mereka terhadap perkembangana anak remaja, maka akan melahirkan perilak negatif bagi kehidupan anak remaja. Tingka laku orang tua yang tidak pernah memperdulikan perkembangan anak-anaknya dan terpenting bagi mereka selama anak-anaknya belum melanggar hukum maka ini tidak pernah menjadi permasalahan bagi mereka selaku orang tua sehingga kadang-kadang anak melakukan tindakan penyimpangan dan hal itu di anggap wajar-wajar saja ( wawancara dengan anak remaja RK, 25 april 2013 ). Hal ini menunjukan bahwa perlakuan orang tua adalah cermin bagi seorang anak, apa yang di lakukan oleh orang tua maka disitulah anak mengikuti jejak mereka. hasil wawancara dengan anak remaja ( RM, 25 april 2013 ) dy mengungkapkan bahwa Perlakuan orang tua adalah tingka laku juga yang diikuti oleh anak, apa yang menjadi kebiasaan orang tua itulah cermin pada anak misalnya merokok, mengkonsumsi miras bahkan sering bertengkar di depan anak-anaknya sendiri. Hal ini sesuai dengan data observasi awal peneliti pada lokasi penelitian, peneliti mendapatkan ada beberapa orang tua sedikitnya hampir sebagian orang tua yang didominasi oleh laki-laki sering mengkonsumsi miras, merokok, dan hal ini dilakukan didepan anaknya yang berusia remaja tanpa adanya kesadaran sedkitpun. 4.2.2 Upaya Pemerintah Kelurahan Gogagoman Pada perilaku Menyimpang Anak Usia Remaja Dalam mencegah dan menanggulangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja, ada beberapa hal yang telah dilakukan oleh
39
pemerintah kelurahan gogagoman, sesuai hasil data yang di dapati oleh peneliti yaitu : 1. Penyuluhan sosial untuk kesadaran bagi masyarakat Masyarakat adalah tempat yang cukup lama untuk sebuah hubungan dalam kehidupan remaja, sehingga itu masyarakat harus mempunyai kesadaran penuh dalam menaungi anak berusia remaja untuk menghadapi berbagai rintangan dalam kehidupan. Sosialisasi bagi masyarakat akan pentingnya sebuah kesadaran sangat berperan penting untuk menanggulangi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh kalangan anak remaja, sebab melihat dari kurangnya kesadaran yang dimilki oleh setiap warga masyarakat akan membuat semakin maraknya perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja. (wawancara dengan sekretaris Lurah, VP, 2 mei 2013 ). Hal ini dilihat dari beberapa acara di tiap-tiap lingkungan hampir semua acara selalu diselipkan pemberitahuan dan penyuluhan akan adanya sebuah kesadaran. 2. Memberikan sanksi kepada anak remaja yang melakukan penyimpangan Perilaku menyimpang yang dilakukan anak remaja di Kelurahan Gogagoman adalah tindakan yang dominannya belum melanggar hukum contohnya merokok, mengkonsumsi miras, tidak menghiraukan perkataan orang tua, dll, sehingga pemberian sanksi kepada anak yang melakukan pelanggaran adalah atas kebijakan pemerintah kelurahan gogagoman. Dan ini dianggap efektif dalam proses penanggulangan tindakan penyimpangan. ( wawancara dengan sekretaris Lurah VP, 2 mei 2013 ). Beliau menambahkan bahwa pemberian sanksi adalah hal
40
pokok dalam menanggulangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oeh para remaja. 3. Penyuluhan sosial pada setiap orang tua Orang tua, wali atau pengasuh harus memahami semua kebutuhan anakanaknya, baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis. Anak-anak didalam hidupnya perluh mkn, minum, pakaian. Disamping itu mereka membutuhkan cinta serta rasa aman dalam keluarga, juga perlakuan adil dari kedua orang tua sangat mereka harapkan. Orang tua memiliki peranan untuk menanamkan dsiplin bagi anak-anak sejak masih kecil agar setelah dewasa hal tersebut dapat menjadi kebiasaan. Kepedulian orang tua adalah bentuk pencegahan dari apa saja yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan, sebab lingkungan awal remaja adalah lingkungan keluarga dan secara khususnya adalah orang tua. Dalam mengahadapi tingka laku yang sering dilakukan oleh remaja, pemerintah sering melakukan sosialisasi terhadap para orang tua untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap anak remaja demi perkembangan moralitasnya ( wawancara dengan sekretaris Lurah VP, 2 mei 2013 ). Hal ini bisa dilihat pada setiap-tiap pertemuan sedikitnya ada 5 sampai dengan 6 orang tua yang sering mendapatkan teguran berupa nasehat dari pemerintah kelurahan hal ini berkaitan dengan anak remaja mereka yang kerap melakukan tingka laku pnyimpangan. 4.3 Pembahasan Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak usia 41
remaja serta upaya apa yang di tempuh oleh pemerintah kelurahan Gogagoman dalam menaggulangi perilaku menyimpang anak usia remaja. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab tindakan perilaku menyimpang pada anak usia remaja serta upaya yang dilakukan pemerintah dalam menggulanginya maka peneliti membahas pada uraian dibawa ini. Dari pemaparan data di atas, selanjutnya dilakukan pembahasan, bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang anak remaja diantaranya, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang yang sifatnya internal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang anak, misalnya pengaru pergaulan dalam masyarakat,kurang pengawasan dari orang tua sehingga anak terbiasa hidup bebas dll. Sedangkan faktor eksternal sifatnya adalah faktor penyebab yang datang dari dalam diri anak, misalnya kurangnya kesadaran, minat, dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis, rata-rata informan dapat memberikan informasi bahwa melakukan penyimpangan adalah hal yang wajar bahkan di anggap biasa-biasa saja dan hal ini disebabkan oleh pembawahan dari diri seorang remaja. Pada kesempatan yang sama, ditemukan adanya tingkat pendidikan remaja yang rata-rata duduk di bangku SMA. Kesadaran orang tua juga dapat menunjukan kesadaran yang rendah. Hal ini di tunjukan oleh adanya sikap pasrah walaupun anaknya sering melakukan penyimpangan.
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
perbuatan
penyimpangan dianggap wajar bagi remaja walaupun mereka mengenal apa yang di namakan dengan pendidikan. Meskipun hal ini terkait erat dengan diri anak itu
42
sendiri, peranan orang tua dalam memberikan dorongan kepada remaja sangat kurang berarti. Hal lain yang paling menonjol dalam pelaksanaan penelitian ini adalah terdapatnya hampir semua informan yang memberikan informasi mengatakan bahwa umumnya lingkungan masyarakat yang luas, pergaulan yang bebas, menjadi penyebab utama remaja melakukan perilaku yang menyimpang. Meskipun mereka tidak secara lansung mengatakan bahwa penyebab perilaku menyimpang adalah faktor lingkungan, data menunjukan bahwa kondisi lingkungan masyrakat yang begitu padat, serta di dominasi oleh anak muda yang berusia lebih dari tingkatan remaja, ini menjadi patokan bahwa remaja sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan tersebut. Disisi lain terdapat indikasi kurangnya kesadaran anak remaja dalam mengatur pola pergaulannya, padahal jika dilihat dari tingkatan pendidikan mereka (remaja) paling banyak merasakan dunia pendidikan. Dari pemaparan diatas, dapat di di kemukakan bahwa penyebab umum
terjadinya perilaku menyimpang pada anak usia remaja di kelurahan
Gogagoman Kecamatan Kota Barat adalah sebagai berikut : A. Faktor Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat adalah daerah yang dimana manusia yang dalam hal ini remaja, beradaptasi, beraktifitas, serta melakukan sesuatu yang dianggap berguna bagi dirinya (http/zifazi, 2012/02/13). Lingkungan merupakan faktor yang mendominasi terjadinya berbagai perilaku menyimpang, misalnya lingkungan yang tidak sehat dan pengaruh pergaulan antara teman. Dikalangan 43
remaja, di Kelurahan Gogagoman, memiliki banyak kawan adalah merupakan prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temanya (wawancara dengan anak remaja OM, 26 april 2013 ). Apalgi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas, misalnya anak orang paling kaya, anak pejabat pemerintah dan bahkan mungkin anak pejabat pusat ataupun anak yang terpandang lainnya. Dijaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si anak remaja tetapi bahkan juga pada orang tuanya. (wawancara Bapak MS, Lurah Gogagoman, 28 april 2013) orang tuanya juga senang dan bangga anaknya
mempunyai teman bergaul dari kalangan
tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Anak remaja adalah anak yang masih muda terpengaruh, apalagi yang mempengaruhinya adalah anak rata-rata usia kategori dewasa. Jika tidak diikuti mereka akan diasingkan dan yang jelas kurang akan mendapatkan pergaulan, remaja yang tidak mengikuti permintaan mereka akan dijauhi oleh teman-teman sebaya mereka yang suda terlebih dulu terjerumus hasutan anak berusia diatas remaja. Perilaku menyimpang tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpah kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema sosial yang muncul dari kelompok kecil sebagai implikasi dari ekselerasi perubahan masyarakat secara global ( Sudarsono, 2008:134). Setiap penyimpangan yang remaja lakukan sudah pasti ada yang melanggar hak-hak orag lain baik berupa hartamaupun jiwanya, perbuatan tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan sosial di dalam masyarakat. Hal ini semestinya perlu perhatian orang tua yang 44
paling banyak waktunya dengan anak ketimbang lembaga pendidikan, tetapi nyatanya orang tua malah mendukung sikap pergaulan anak yang mulai beradaptasi dengan kalangan masyarakat dan mempercayai sepenuhnya pada lembaga pendidikan tentang pengaturan sikap dan tingka laku mereka. Akibatnya remaja yang mulai terjerumus pada lingkungan masyarakat yang kurang baik serta merta melakukan segala jenis perilaku penyimpangan misalnya mulai mengkonsumsi miras, merokok, tidak lagi menghiraukan perkataan orang yang lebih tua di kalangan masyarakat, bahkan ada anak remaja mengkonsumsi minuman keras berupa tuak, yaitu sejenis miras asli yang di ambil dari pohonnya dan diminum tanpa melalui proses fermentasi. Beberapa jenis penyimpangan yang telah dijelaskan di atas tadi manggambarkan bahwa tindakan penyimpangan sudah merajalelah di kalangan anak usia remaja, bahkan tidak ada sedikitpun rasa takut ketika melakukan penyimpangan. Hal ini terjadi karena remaja biasanya sudah merasa terlindungi oleh masyarakat yang bersifat ke kanak-kanakan, dengan adanya sifat perlindungan dan tanggung jawab yang di berikan oleh masyarakat tertentu sehingga remaja merasa bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan tindakan mereka sekalipun orang tuanya (wawancara dengan anak remaja S, 21 tahun, 28 april 2013 ). Di sisi lain masyarakat yang kebanyakan berusia sedkit di atas usia remaja sering menjamin keselamatan para remaja dari hal-hal yang mereka anggap patut untuk ditakuti sehingga dengan beralasan itu, remaja harus patuh terhadap masyarakat walaupun sebenarnya mereka tahu bahwa ini termasuk perbuatan yang salah. 45
Hal ini sangatlah jelas bahwa jika melihat hasil diatas, lingkungan masyarakat sangatlah berpengaruh besar terhadap tingka laku seorang remaja, apa yang sering dilakukan oleh masyarakat
disitulah letak remaja sering
mengikutinya, dengan dalih jaminan atau perlindungan terhadap remaja, masyarakat bisa membuat perubahan penuh terhadap remaja yang mudah terpengaruh, walaupun sebagian besar remaja Kelurahan Gogagoman mengenal dan merasakan lembaga dan instansi pendidikan. B.
Faktor Anak Itu Sendiri Faktor anak itu sendiri yang dipengaruhi faktor dari luar dirinya. Menurut
teori pendidikan islam, bahwa anak yang lahir ibarat kertas putih yang baru di buat. Orang tualah yang membuat anak menjadi baik atau buruk ( dalam, Kusnadi dkk, 2002:328). Teori ini sejalan dengan kenyataan meskipun harus di padukan dengan teori lain yang menyatakan bahwa anak memiliki potensi pribadi untuk berkembang. Menurut Philip Graham faktor pribadi sangat mempengaruhi remaja untuk melakukan penyimpangan itu disebabakan karena faktor pribadi adalah sesuatu yang mencerminkan bentuk tubuh dan fisik, dari sesorang serta tingkan laku seseorang Potensi tersebut dapat berupa potensi positif maupun negative. Lingkunganlah yang mengarahkan perkembangan jiwa anak. Hal seperti itu terjadi pulah di Kelurahan Gogagoman, dimana terdapat anak yang memiliki potensi yang baik yaitu intelegensia yang cukup, namun karena terpengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan masyarakat, lingkungan orang tua, terpaksa anak mengalami perubahan demi kelangsungan hidupnya dikalangan masyarakat. 46
Dengan kata lain, anak tidak dapat mempertahankan kelebihan yang dimilikinya karena tidak mampu mempertahankan prinsipnya, padahal sebagian anak remaja ini sudah dibekali dengan pendidikan yang cukup, ekonomi yang mampu, rumah tangga yang ideal, serta kebutuhan anak lebih di dominankan. Tetapi karena rapunya pertahanan anak remaja ini, akibatnya anak malah terjerumus pula pada hasutan-hasutan anak kalangan dewasa. Beberapa hasil wawancara peneliti dengan informan, peneliti mendapatkan anak remaja yang mengaku sering mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya, bahkan guru di sekolah tiada hentinya selalu melontarkan kata pujian terhadapnya, tetapi karena lingkungan yang kuarang bersahabat, orang tua yang sering bertengkar, sehingga anak ini kurang mendapatkan perhatian, dia lebih banyak bergaul dengan kawan-kawannya dan masyarakat yang sangat kurang baik. Awalnya dengan kepintaranya, anak ini berfikir untuk beradaptasi agar kepintaranya bukan hanya disekolah, tetapi di lingkungan tempat tinggalnya juga. Dan karena kurangnya perhatian dari orang tua, dan kadang selalu bergaul dengan kawan-kawan sebayahnya, anak remaja ini akhirnya terjerumus pulah pada hal-hal yang memprihatinkan walaupun remaja ini termasuk anak yang pintar ( wawancara dengan anak remaja, SM, 18 tahun, 30 april 2013 ). Hal ini sangat jelas bahwa kepintaran seorang anak remaja bukanlah jaminan anak untuk bisa mempertahankan jati dirinya, apalagi jika kurang perhatian dari kalangankalangan tertentu, anak ini bisa dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik, terjerumus sehingga melakukan tindakan penyimpangan. Apalagi seorang anak yang perilakunya kurang akan kesadaran didalam dirinya, walaupun 47
kecerdasannya sangat diakui, ini bukanlah menjadi satu patokan bahwa anak ini bisa terhindar dari segala bentuk tindakan-tindakan yang dianggap menyimpang. C. Faktor Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak dan terutama bagi anak remaja. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh yang jelek ( wawancara dengan VP, Sekretaris Lurah Gogagoman, 2 Mei 2013 ). Oleh karena itu sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan sampai seterusnya, sebagian besar waktunya adalah didalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya penyimpangan itu sebagian besar juga berasal dari keluarga. Menurut Walgito (dalam, Sudarsono, 2008:125) adapun keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya penyimpangan dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home), keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Teori lain juga diantarnya adalah kehidupan sosial orang tua akan sangat berpengaruh pada perkembangan remaja contohnya kemiskinan yang diakibatkan kelalaian orang tua (Santrock, 2007:233). Sedangkan dalam kenyataannya menunjukan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan disebabkan karena didalam keluarga terjadi disintegrasi, Mereka terdiri dari anak yatim piatu, anak yang tidak jelas 48
asal usulnya, kemudian anak yang orang tuanya melakukan perceraian atau yang ditinggalkan ayahnya, tanpa perceraian yang sah, dan yang terakhir anak yang sering
ditinggalkan kedua orang tuanya karena mencari nafkah (bardagang,
mengemudi becak, ayah tugas di luar daerah) Jika dilihat dari beberapa teori diatas, pada dasarnya setiap keluarga di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat, ekonominya rata-rata di anggap mampu, sehingga anak usia remaja dominan merasakan lembaga pendidikan. Namun dengan kurang pedulinya orang tua terhadap lingkungan pergaulan anak remaja, sehingga anak kemungkinan besar bisa terpengaruh dengan lingkungan masyarakatnya yang kurang baik. Orang tua kebanyakan memberikan tanggung jawab penuh pada lembaga pendidikan dan mereka hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing tanpa memikirkan bahwa masyarakat lebih besar pengaruhnya dari pada lingkungan pendidikan bagi anak usia remaja. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pada masa usia remaja berbagai perubahan yang sangat cepat baik jasmani, tingkat emosi, social, akhlak dan kecerdasan. Dalam mengahadapi perubahan yang cepat itu, biasanya dunia remaja sering mengalami kesukaran. Kondisi ini akan memungkinkan anak untuk terjerumus kepada pelanggaran moral, Jika orang tuanya kurang memperhatikan kebutuhan, kurang memberikan kasih sayang, serta kurang memberikan pembinaan dan hanya mengharapkan atau memberikan tanggung jawab penuh pada lembaga pendidikan.
49
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, diperoleh informasi tentang upaya-upaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh pemerintah Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kota Barat untuk mencegah dan mengurangi tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh anak usia remaja yaitu sebagai berikut : 4.3.1 Upaya Pemerintah Kelurahan Gogagoman Pada Perilaku Menyimpang Anak Usia Remaja Penyimpangan-Penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak remaja seyogyanya diupayakan penanggulannya secara sungguh-sungguh, dalam arti penanggulannya yang setuntas-tuntasnya, upaya ini merupakan aktifitass yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisahpisah maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesioanl yang menuntut ketekunan dan berkesinambungan dari satu kondisi menuju kondisi yang lain. Ada beberapa penanggulangan dari pemerintah dalam mencega perilaku penyimpangan bagi anak usia remaja ( wawancara dengan MS, Lurah Gogagoman, 2 Mei 2013 ) antara lain : 1. Penyuluhan Sosial Untuk Kesadaran Bagi Masyarakat Ada sebagian masyarakat yang bersifat kekanak-kanakan terhadap penyimpangan yang dilakukan anak remaja, anak remaja biasanya menjadi sasaran utama untuk diberi predikat buruk dan menyesatkan, mereka kucilkan didalam masyarakat. Anak remaja yang melakukan penyimpangan karena keluarga, dan lingkungan masyarakat pada umumnya sering melakukan perbuatan 50
yang meresahkan dan mengancam ketentraman masyarakat misalnya pengaruh minuman keras sehingga anak ini melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat perbuatan tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan social di dalam masyarakat. Masyarakat dalam arti kelompok sosial maupun secara individual sebagai anggota kelompok tetapi dalam kenyataan acap kali ditemukan fenomena terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh remaja justru karena pengaruh atau minimal sebagai akibat dari kondisi sosial yang kurang menguntungkan bagi perkembangan mental anak. (Sudarsono, 2008:8). Dalam kelompok masyarakat, remaja terikat secara emosioanal pada beberapa kelompok saja, hubungan remaja dengan keluarga, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat dikampung terasa lebih akrab
(Rakhmat,
2007:142). Hal ini sangat jelas bahwa kelompok masyarakat adalah kelompok terbesar dan tercepat dampak perubahannya terhaddap perkembangan tingka laku anak. Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya menjadi tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari sisi lain masyarakatlah yang memikul beban kerugian. Suatu hal yang layak jika didalam menanggulangi perilaku yang menyimpang masyarakat juga bertanggung jawab secara moral. Perilaku menyimpang pada anak usia remaja tidak dipandang sebagai masalah yang timbul dan menimpah kelompok umur tertentu, akan tetapi dinilai sebagai problema social
yang muncul dari kelompok kecil sebagai implikasi dari
akselerasi perubahan masyarakat secara global. 51
Ketelibatan masyarakat didalam menanggulangi perilaku menyimpang anak usia remaja dapat berupa : a. Memberi nasehat secara lansung kepada anak yang bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatanya yang tidak sesuai seperangkat norma yang berlaku b. Membicarakan dengan orang tua / wali anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut c. Langkah yang terakhir, masyarakat harus berani melaporkan kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan penyimpangan sehingga segera dilakukan langkah-langkah prevensi secara menyeluruh. Anggota kelompok didalam masyarakat biasanya terdiri dari berbagai macam individu yang berbeda-beda dalam beberapa segi, mereka terdiri dari tua muda, kaya miskin, bangsawan, pejabat tinggi dan orang-orang awam ( Sudarsono, 2008:128). Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran dan pengertian tersebut tercermin dalam sifat kehidupan mereka yang satu sama lain
merasa saling
tergantung. Memenag dalam kehidupan sehari-hari ternyata jarang sekali seorang individu yang mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya secara mandiri, agar dapat menjalin hubungan masyarakat maka peranan rasa setia kawan sangat dibutuhkan, sebab kesadaran inilah yang dapat membuat kehidupan masyarakat menjadi aman dan tentram. 2.
Memberikan
Sanksi
Kepada
Anak
Remaja
Yang
Melakukan
Penyimpangan Anak remaja yang melakukan berbagai penyimpangan dan perilaku itu sudah meresahkan masyarakat walaupun belum melanggar hukum menurut 52
Sekretaris Lurah ( wawancara dengan VP Skretaris Lurah, 3 Mei 2013 ) dia menegaskan bahwa anak-anak remaja yang melakukan pelanggaran norma walaupun belum melanggar hukum akan di kenakan sangsi berupa sangsi pertama adalah teguran secara lansung, kemudian yang kedua jika masih melakukannya lagi pemerintah memberikan tugas dalam hal ini melakukan pembersihan pada fasilitas atau perangkat-perangkat kelurahan dan setelah itu jika masih melakukan yang ketiga kalinya maka anak itu akan diancam dengan hukuman kurungan dalam mereabilitasinya. Anak yang nakal yang telah menjadi kenyataan dalam masyarakat perlu perbaikan secara integral, upaya untuk mereabilitasinya memerlukan langka-langka khusus secara komprehensif, beraneka ragam aspek yang bersangkut-paut dengan kehidupan anak nakal, baik fisik maupun psikis yang perluh dibenahi secara mapan (Sudarsono, 2008:8). Ini adalah sala satu upaya penanggulangan penyimpangan yang sudah melebihi batas sebuah penyimpangan, pembenahan yang dilakukan secara formal, non-formal dan informal, upaya lengkap yang menyangkut segala aspek kehidupan remaja telah dipandang memadai untuk memperoleh hasil yang positif. Menurut pasal 45 KUHP ditegaskan bahwa jika anak dibawa umur enam belas tahun atau masuk dalam usia remaja, dan melakukan kejahatan maka, anak tersebut dituntut dimuka hakim, jika hakim memperoleh keyakinan bahwa anak tersebut bersalah, maka hakim dapat memutuskan : a. Anak tersebut dikembalikan pada orang tuanya tanpa menjatuhkan suatu pidana apa pun 53
b. Diserahkan kepada Negara untuk di didik. Dalam hal ini anak tersebut menjadi
anak
Negara
secara
cuma-cuma
seperti
di
lembaga
permasyarakatan anak Negara c. Hakim dapat menjatuhkan pidana pada yang bersalah dengan pidana atas dasar beberapa ketentuan, pidana poko tertinggi bagi kejahatan itu dikurangi dengan sepertiganya. Pasal tersebut diatas, menggambarkan bahwa anak usia remaja sudah barang tentu akan mendapatkan sanksi baik yang melanggar hukum, ataupun yang tidak melanggar hukum. 3.
Penyuluhan Sosial Pada Setiap Orang Tua Untuk Lebih Meningkatkan
Perhatian Kepada Anak Usia Remaja. Pada prinsipnya sikap negatif dari kedua orang tua terhadap anak dalam kedua bentuk keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar ternyata menyesatkan anak-anak remaja dan sangat merugikan masyarakatnya. Dalam konterks ini, orang tua adalah ajang pendidikan yang pertama bagi anak usia remaja sehingga peningkatan
perhatian
dan
kepedulian
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan moral anak usia remaja ( Sudarsono, 2008:128). Sebenarnya keadaan tersebut dapat dicarai cara mendidiknya. Misalnya keluarga kecil (anak tunggal) orang tua tidak berlebihan di dalam memberikan kasih sayang kepada anaknya dan supaya ditanamkan rasa hormat-menghormati sesama kawan. Sedangkan dalam keluarga besar yang mengalami tekanan ekonomi seharusnya anaknya di didik hidup sederhana, diberi pengertian tata cara mencari nafkah yang 54
benar menurut norma social, norma agama, norma susila dan norma hukum (Santrock, 2007:112). Hal ini jelas bahwa yang menjadi sebab anak melakukan penyimpangan biasanya timbul karena orang tua yang tidak normal mendidiknya, kurangnya kepedulian terhadap anak apalagi yang masuk pada usia remaja. Pada lokasi penelitian, hasil wawancara dengan skretaris lurah, beliau mengatakan bahwa pemerintah kelurahan Gogagoman juga sering menghimbau dan mengajak serta menanamkan kepada setiap orang tua yang khususnya mempunyai anak yang berusia remaja, untuk meningkatkan rasa peduli kepada anak-anak kita, dan tidak memberikan atau membebankan semuanya kepada lembaga pendidikan. Pada masa remaja ia mulai menyampaikan kebebasanya, dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri, tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan yang bisa menjaukan ia dari keluarganay (Santrock, 2007:134). Hal ini jelas bahwa orang tua harus meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan anak remajanya untuk mencega kesalahan
pergaulanya.
Kunci
kesuksesan
anak
dalam
perkembangan
moralitasnya atau tingka laku, ada sekitaran 80% terdapat pada polah asuh orang tua atau wali anak, sebab kehidupan yang cukup lama, serta waktu anak yang panjang menjadikan orang tua adalah kunci utamanya (wawancara dengan Lurah Gogagoman, MS, 4 mei 2013). Dan hal ini sering dihimbau pada setiap pertemuan-pertemuan antara aparat pemerintah Kelurahan Gogagoman dengan para orang tua di dalam acara apa saja,
55