59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Profil SMA Negeri 6 Cimahi SMA Negeri 6 Cimahi berlokasi di Jalan Melong Raya No.172 Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi berdiri diatas tanah seluas 5.440 m2 dengan luas bangunan 3.374 m2. Sebelumnya sekolah ini bernama SMA Negeri 13 Bandung didirikan Tahun 1979 Nomor SK Pendirian 0188 / 0 / 1979, Alamat Sekolah tahun 1979 – 1980 Jl.Gardujati No.20 Bandung kemudian Sekolah berpindah tempat pada tahun 1981 – Sekarang Jl.Melong Raya No.172 Cijerah Cimahi, akreditasi pada tahun 2003 peringkat A dengan No.SK 058 / BAS / YB / 2003 Tanggal 11 Nopember 2003, kemudian mendapat akreditasi terbaru pada 13 Desember 2007 dengan peringkat A No.SK Ma.001609 / BAN-S / M. Sekolah SMA Negeri 6 Cimahi dipimpin oleh Kepala Sekolah dengan nama Drs.Yayat Hidayat. Adapun nama-nama Kepala Sekolah mulai dari nama sekolah yang lama (SMA Negeri 13 Bandung) sampai dengan berubah nama menjadi SMA Negeri 6 Cimahi adalah Nama Kepala SMA Negeri 13 Bandung Periode 1979 / 1980 – 1981 / 1982 Drs.Komarudin, Periode 1981 / 1982 – 1987 / 1988 Emma Yogasara, BA, Periode 1987 / 1988 – 1990 / 1991 Drs.Eri Kaswiri, Periode 1990 / 1991 – 1994 / 1995 H.E.Sukanda Kartawiria, BA, Periode 1994 / 1995 – 1996 / 1997 Drs.A.Rukoman, kemudian Kepala sekolah SMA Negeri 6 Cimahi adalah Periode 1996 / 1997 – 1998 / 1999 Drs.A.Rukoman, Periode 1998 / 1999 – 2001 / 2002 Drs.Purbo Suroyo, Periode 2001 / 2002 –
60
2002 / 2003 Drs.Eddy Junaedi, Periode 2002 / 2003 – 2006 / 2007 Drs.Kurdi Sutisna, Periode 2006 / 2007 – Sekarang Drs.Yayat Hidayat.
2. Visi dan Misi a. Visi Visi SMA Negeri 6 Cimahi dalam pandangan yang luas dan wawasan jauh kedepan adalah ingin memajukan pendidikan sesuai dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mampu meluluskan siswa-siswi yang berprestasi di semua bidang pendidikan yang pada akhirnya akan mengangkat nama dan derajat SMA Negeri 6 Cimahi menjadi Sekolah Favorit di kawasan Kota Cimahi dan Bandung Raya. Adapun prestasi yang dicita-citakan oleh SMA Negeri 6 Cimahi adalah : 1) Terutama unggul prestasi akademis, ditunjang dengan 2) Unggul prestasi ekstrakurikuler dan 3) Luhur dalam budi pekerti. Untuk mewujudkan cita-cita yang luhur tersebut SMA Negeri 6 Cimahi telah menuangkan cita-cita itu kedalam Visi Sekolah, sebagai berikut : Unggul dalam prestasi, luhur budi pekerti dilandasi iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Sekolah Favorit) dan ilmu pengetahuan penting tetapi budi pekerti luhur jauh lebih penting (knowledge is power but character is more)
a) Indikator Visi :
61
(1) Terutama Unggul Prestasi Akademis, lulusannya banyak (lebih dari 50%) diterima di PTN terkemuka di Indonesia, 20% PTS dan 30% lain-lain. (2) Unggul Prestasi Ekstrakurikuler, menjuarai banyak event (lebih dari 50%) event yang diadakan baik tingkat Kota/Kab, Propinsi, maupun Nasional (3) Siswa menghayati dan mengamalkan perintah agamanya,belajar merupakan perintah agama, patuh nasehat orang tua dan guru, serta mempunyai rasa kejujuran dan sikap yang baik yang selalu menjadi suri tauladan di masyarakat. b. Misi Adapun Misi sekolah ada 3 , yaitu : 1) Mewujudkan Prestasi Akademis Yang Unggul Lulusannya banyak (lebih dari 50%) diterima di PTN terkemuka di Indonesia. 2) Mewujudkan Kegiatan Ekstrakurikuler Berprestasi Menjuarai banyak event (lebih dari 50%) event yang diadakan baik tingkat Kota/Kab, Propinsi, maupun Nasional. 3) Mewujudkan Moral Siswa Berbudi Pekerti Luhur Siswa menghayati dan mengamalkan perintah agamanya, mempunyai rasa kejujuran dan sikap yang baik yang selalu menjadi suri tauladan di masyarakat.
3. Lokasi Sekolah SMA Negeri 6 Cimahi berlokasi di Jalan Melong Raya No.172 Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Lokasi sekolah dilingkungan perumahan, serta di
62
pinggir jalan raya sehingga mudah memudahkan
pemeriksaan
dijangkau. Letak sekolah dekat
dengan Puskesmas,
kesehatan. Letak sekolah berdampingan dengan
kantor pos,
memudahkan komunikasi melalui surat-menyurat. SMA Negeri 6 Cimahi mempunyai 27 ruang kelas, 20 ruang kelas dalam kedaan baik, 3 ruang kelas rusak ringan dan 4 ruang kelas rusak berat. Ruang lain yang terdapat di SMA Negeri 6 Cimahi ini adalah ruang Kepala Sekolah, ruang Wakil Kepala Sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BP / BK, laboratorium IPA, Lab.komputer, perpustakaan, ruang PMR, ruang OSIS, ruang kesenian, ruang pesuruh, ruang satpam, gudang, masjid, kantin, WC Kepala Sekolah, WC guru, dan WC siswa. Selain itu SMA Negeri 6 Cimahi juga merupakan sekolah yang unggul dalam berprestasi, dari prestasi akademik sampai dengan non akademik semisal: 1) Juara II lomba komputer grafis tingkat kota Cimahi. 2) Juara II lomba Palang Merah Remaja (PMR) tingkat Jawa Barat 3) Juara III lomba Paskibra tingkat Jawa Barat 4) Juara III lomba sekolah sehat tingkat kota Cimahi 5) Juara II lomba olah raga tolak peluru tingkat kota Cimahi 6) Juara II lomba modern dance tingkat Bandung Raya 7) Juara III lomba olimpiade kimia dan fisika tingkat kota Cimahi 8) Juara II lomba cerdas cermat untuk hari anak nasional tingkat kota Cimahi 9) Juara I lomba debat bahasa Sunda tingkat Jawa Barat.
4. Keadaan Fasilitas Personal Dan Kelengkapan Lingkungan Proses Pembelajaran Di Sekolah
63
a. Keadaan fasilitas personal Pengadaan kesejahteraan personal merupakan satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan di SMA Negeri 6 Cimahi. Pelayanan kesejahteraan telah berjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pembayaran berupa uang yang diberikan guru kepada karyawan. Secara umum setiap guru bertugas di SMA Negeri ini memperoleh fasilitas yang memadai, misalnya masing-masing guru disediakan meja dan kursi serta loker untuk menyimpan arsip penting. Begitupun fasilitas yang diberikan kepada siswa cukup baik seperti bangku yang lengkap, alat tulis, kantin sekolah, koperasi sekolah, kamar mandi. Selain itu siswa mendapatkan fasilitas laboratorium komputer untuk belajar serta komputer tersebut terfasilitasi dengan adanya internet, sehingga membuat siswa dapat mengakses ilmu untuk menunjang belajarnya, laboratorium IPA dan ruangan kelas yang cukup baik. Bagi karyawan yang bertugas sebagai tata usaha disediakan sebuah ruangan khusus tata usaha. Setiap petugas tata usaha mendapatkan meja kerja, satu buah komputer lengkap dengan printernya, selain itu juga disediakan beberapa buah mesin tik.
b. Kelengkapan Lingkungan Proses Pembelajaran Di Sekolah Kelengkapan lingkungan, dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Cimahi ini terdiri dari: 1) Lapangan Olahraga SMA Negeri 6 Cimahi memiliki sebuah lapangan yang dapat dipergunakan sebagai tempat berolah raga dan kegiatan lain bagi siswa, seperti dugunakan untuk digunakan kegiatan upacara bendera.
64
2) Pelayanan Perpustakaan Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan adalah ilmu pengetahuan berupa buku paket yang disediakan oleh pemerintah, fiksi berupa cerita sastra dan majalah dan referensi yaitu berupa kamus bahasa Inggris, Al-Qur’an dan Ensiklopedia.
5. Subjek Penelitian a. Profil Guru Mitra Guru yang menjadi mitra dalam penelitian ini bernama Dike Mustika, S.Pd, yang lahir di Bandung 23 Desember 1981. Riwayat pendidikannya antara lain Taman Kanak-kanak Karmel Napitupulu tahun 1986 sampai dengan tahun 1987, kemudian melanjutkan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Leuwi Bandung II tahun 1987 sampai dengan tahun 1993, yang dilanjutkan sekolah ke selolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dayeuh Kolot Bandung tahun 1993 sampai dengan tahun 1996 dan dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjaran Bandung tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. setelah tamat SMA beliau melanjutkan kuliah ke Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan program SI. Setelah tamat kuliah beliau menjadi guru honorer di SMA Negeri 6 Cimahi. Ketika mengenyam pendidikan di perguruan tinggi beliau juga giat mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada. Pengalaman Organisasi beliau adalah Sekretaris Bidang I dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Civic Hukum tahun 2003-2004. Guru mitra ini mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X dengan jumlah jam mengajar dalam satu minggu sebanyak empat belas jam pelajaran. b. Profil Siswa
65
Gambaran umum mengenai siswa meliputi nama, jenis kelamin, kemampuan akademik, kegiatan belajar siswa melalui informasi dari guru mengajar di kelas X-I kelas ini di jadikan sebagai penelitian karena kemampuan akademik siswa-siswinya beragam dilihat dari prestasi, motivasi, keaktifan dan kegiatan mereka disekolah. Kemampuan akademik sebagian siswa kelas X-I cukup bagus, ini terbukti dengan adanya juara umum dalam kenaikan kelas, tetapi kelas ini umumnya keaktifan dalam pembelajarannya kurang, sehingga sebagian siswa pasif ketika proses pembelajaran. Yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas X-I, dengan keadaan siswa dapat dilihat dari table di bawah ini:
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Kelas X-I Jenis Kelamin Siswa Laki-laki perempuan Jumlah seluruh siswa
Jumlah Siswa 7 33 40
Jumlah Persentase siswa 17.5% 82.5% 100%
Siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler hanya beberapa orang saja seperti OSIS, basket, Paskibra, Soris. Dalam proses pembelajaran ada siswa pendiam, ada yang serius, aktif, dan ada juga yang senang bercanda dengan temannya. Adapun posisi meja belajar tidak selamanya tetap, tetapi posisi meja belajar yang paling sering di dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
66
Papan tulis Meja guru
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
siswa
Siswa
Siswa
siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
67
Gambar 4.3 Posisi Tempat Duduk Guru Dan Siswa
Berdasarkan keterangan dari guru mitra, posisi tempat duduk di atas dirasa lebih strategis serta dapat menciptakan kelas yang nyaman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
B. Deskripsi Umum Pembelajaran 1. Observasi Awal Pembelajaran PKn a. Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran Observasi awal dilakukan peneliti untuk mengetahui kesulitan guru di kelas selama pembelajaran dan selanjutnya hal itu dijadikan bahan evaluasi untuk rencana tindakan. Pada saat observasi awal yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10 Maret 2009 di kelas X-I, pembelajaran PKn yang berlangsung dengan materi “Sistem Politik Indonesia”. Pengamatan pada observasi awal meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada saat kegiatan awal terlihat guru tidak melakukan presensi kepada siswa, guru mitra hanya mengucapkan salam serta memperkenalkan peneliti pada siswa. Setelah itu guru mitra langsung menanyakan tugas serta memeriksanya perbangku, tetapi pada kegiatan awal guru belum mengkondisikan kelas, sehingga banyak siswa yang gaduh.
68
Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi tentang “Sistem Politik Indonesia”. Kegiatan inti diawali dengan guru menulis di papan tulis mengenai konsep-konsep materi yang akan diajarkan. Guru mengajarkan dengan menggunakan metode konvensional yaitu menerangkan atau ceramah. Pada materi ini guru menjelaskan tentang pengertian sistem politik menurut Gabriel Almond. Penggunaan metode konvensional menyebabkan siswa kurang aktif untuk mengikuti pelajaran sehingga respon siswa kurang selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut tampak dari kondisi siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan masih banyak siswa yang gaduh dan sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri seperti mengobrol, bermain hand phone, dan tidur-tiduran tanpa menghiraukan guru. Ketika guru mendikte materi, ada siswa yang menulis ada juga siswa yang acuh dan tidak menulis apa yang disampaikan guru. Pada saat menerangkan materi, ada beberapa siswa yang bertanya tentang hal-hal atau istilah yang baru didengarnya. Siswa pun mulai menunjukkan ketertarikannya untuk menyimak penjelasan guru setelah guru memberikan contoh-contoh yang menarik. Guru mitra pun sesekali melontarkan beberapa pertanyaan pada siswa serta juga bertanya apakah mereka telah mengerti dengan apa yang diterangkan oleh guru mitra. Respon siswa dalam menanggapi pertanyaan yang dilontarkan guru sangat rendah, hanya beberapa siswa saja yang mencoba menjawab yaitu Rd, Eg dan Uf, sedangkan sebagian besar siswa tidak memberikan komentar. Pada kegiatan akhir guru mitra tidak langsung menyimpulkan materi yang sudah dijelaskan dan guru mitra pun tidak memberikan evaluasi. Guru mitra hanya mengabsen siswa dan memberikan tugas beserta contoh format pengerjaan tugasnya. Setelah melakukan observasi awal, peneliti mewawancarai beberapa siswa untuk diminta keterangan mengenai pembelajaran PKn selama ini. Berdasarkan hasil wawancara dapat
69
disimpulkan ternyata mereka kurang senang belajar PKn karena materinya terlalu sulit untuk dimengerti dan terlalu banyak untuk dihafal. Selain itu mereka merasa bosan dengan metode yang digunakan guru yaitu menggunakan metode yang kurang variatif dan kurang menarik. Melihat fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi kejenuhan dalam prose pembelajaran. Mereka menginginkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran PKn yang dapat melibatkan keaktifan mereka. b. Refleksi Observasi Awal Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi awal, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru mitra selama pembelajaran. Permasalahan tersebut datang dari guru itu sendiri dan dari siswa, permasalahan dari guru menurut pandangan peneliti adalah guru tidak memahami kondisi siswa, metode serta media yang digunakan kurang bervariatif dan kurang menarik, pembelajaran hanya terpusat pada guru, selain itu diakhir pembelajaran guru tidak memberikan kesimpulan dan evaluasi. Adapun permasalahan dari siswa adalah kurangnya keaktifan siswa dalam merespon pembelajaran, hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dan banyaknya aktifitas lain oleh siswa selama pembelajaran yang tidak ada kaitannya dengan proses pembelajaran tersebut. Secara terperinci kelemahan selama observasi awal digambarkan sebagai berikut: 1) Guru tidak melakukan apersepsi di awal pembelajaran. Apersepsi ini sangat penting untuk mengaitkan dan menghubungkan materi yang lalu dengan materi yang akan dipelajari saat itu. 2) Pembelajaran terpusat pada guru, sehingga guru terlihat cukup mendominasi proses pembelajaran.
70
3) Guru bersikap kurang tegas terhadap siswa sehingga siswa banyak yang tidak memperhatikan pembelajaran serta sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. 4) Siswa kurang berperan aktif selama pembelajaran terbukti banyak siswa yang tidak merespon apa yang telah disampaikan oleh gurunya. 5) Guru kurang mampu mengajak siswa untuk berperan aktif selama pembelajaran. 6) Guru tidak menggunakan metode dan media yang bervariatif. 7) Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran. c.
Program Rencana Siklus Dari hasil observasi awal dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi siswa kelas
X-I selama pembelajaran PKn yaitu kurangnya peran aktif siswa dan guru terlalu mendominasi selama pembelajaran, maka peneliti dan guru mitra berdiskusi untuk mencari solusi dalam mengatasi kesulitan pembelajaran dikelas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa aktif di kelas. Model pembelajaran tersebut adalah model simulasi. Peneliti dan guru sepakat bahwa selama proses pembelajaran akan menggunakan model simulasi, membuat silabus, Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) serta memperbaiki proses pembelajaran. Adapun langkah pertama yang dibicarakan antara peneliti dan guru mitra adalah menentukan jadwal penelitian, menentukan materi pembelajaran, menentukan media pembelajaran, serta mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data dibantu oleh instrumen dan alat pedoman observasi, kamera serta catatan lapangan.
2. Penelitian Siklus I
71
a. Perencanaan Pada saat refleksi setelah orientasi awal pembelajaran antara peneliti dan guru mitra sepakat dalam tindakan siklus I berencana melakukan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan belajar siswa aktif melalui model simulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pengkondisian awal siswa, agar siswa memiliki kesiapan belajar. 2) Melakukan apersepsi untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah lalu dan kaitannya dengan materi yang akan dibahas. 3) Membentuk kelompok simulasi agar siswa dapat belajar bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok. 4) Selama pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator yang mempunyai peran mengarahkan dan mengelola selama kegiatan simulasi berlangsung. 5) Pemberian stimulus terhadap siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat berperan aktif di dalam pembelajaran. 6) Penggunaan media yang sesuai dengan model yang digunakan dengan materi yang akan dibahas 7) Melakukan kegiatan akhir seperti memberikan kesimpulan dan evaluasi. Guru mitra menyepakati usulan tersebut setelah peneliti memberikan penjelasan. Selanjutnya langkah-langkah yang akan dibahas dilakukan selama pembelajaran akan di informasikan kepada siswa oleh guru mitra. Guru mitra pada tindakan siklus I membahas materi “Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam berbagai aspek kehidupan“ dengan sub materi pokok “Warga Negara dan Pewarganegaraan” selanjutnya peneliti dan guru mitra sepakat bahwa
72
selam pembelajaran peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati kegiatan pembelajaran dalam kelas yang meliputi: 1) Kegiatan pembelajaran dalam bersimulasi dalam kelas 2) Mengamati kegiatan belajar siswa, dalam bersimulasi di dalam kelompoknya masing-masing. 3) Mengamati kegiatan guru dalam melakukan pembelajaran dengan model simulasi, serta dalam mengarahkan kelompok siswa agar ikut terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 1 April 2009 Pukul 11.30-13.05 WIB. Tindakan siklus I ini meliputi: 1) Materi Materi yang digunakan pada siklus I adalah “Warga Negara dan Pewarganegaraan”. 2) Metode Metode yang digunakan adalah model simulasi dengan simulasi status kewarganegaraan. 3) Media Media yang digunakan adalah property yang berkaitan dengan simulasi tentang status kewarganegaraan.
4) Evaluasi Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok. Teknik penilaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai aktifitasnya pada saat melakukan
73
simulasi, sedangkan penilaian kelompok dilakukuan pada kekompakan setiap kelompok dalam mengerjakan tugas simulasi. Tindakan pembelajaan pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan membahas materi pokok yang baru yaitu “Persamaan Kedudukan Warga Negara Dalam Berbagai Aspek Kehidupan” dengan sub materi pokok “Warga Negara dan Pewarganegaraan”. Guru mitra memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, selanjutnya guru mitra memperkenalkan peneliti dan menjelaskan maksud kedatangan peneliti di kelas kemudian guru mitra mengabsen siswa. Guru mitra membuka pelajaran dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini. Guru mitra tidak melakukan apersepsi karena materi yang akan dibahas adalah materi pertama pada bab yang baru. Pembelajaran pun terus berlangsung dan guru mitra menerangkan mengenai ”Dasar Hukum yang Mengatur Warga Negara dan Asas Kewarganegaraan”, sementara siswa adayang memperhatikan dan ada juga beberapa siswa yang masih mengobrol dengan temannya. Ketika menyampaikan materi guru mitra sedikit terlihat kaku dan sesekali melihat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hal tersebut mungkin dikarenakan kehadiran peneliti di kelas. Setelah selesai ceramah guru mitra mencoba mensosialisasikan model pembelajaran simulasi, kemudian meminta siswa untuk menbagi kelas kedalam delapan kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan menurut daftar absen siswa, guru mitra tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan kelompoknya sendiri, karena apabila siswa menentukan kelompoknya sendiri maka siswa akan berkumpul dengan teman-teman terdekatnya sehingga siswa tidak dapat bersosialisasi dengan teman yang lainnya. Selain itu membentuk
74
kelompok menurut absensi siswa darasa lebih adil dibandingkan menentukan kelompoknya sendiri. Guru mitra menyebutkan nama-nama anggota kelompok berdasarkan daftar absen, kemudian menyuruh siswa untuk mulai duduk berkelompok. Dalam pembentukan kelompok ini, siswa mulai ribut, ada yang tidak setuju dengan anggota kelompoknya ada juga yang ribut karena namanya tidak terdengar ketika disebutkan oleh guru mitra. Guru mitra pun memperhatikan siswa dengan sesekali mengingatkan siswa untuk tidak ribut. Sekitar sepuluh menit kelompok sudah terbentuk dan daftar nama-nama tiap anggota kelompok diserahkan kepada guru mitra. Adapun kelompok yang terbentuk adalah sebanyak delapan kelompok dengan jumlah anggota lima siswa. Setelah siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing, kemudian guru mitra membagikan lembar skenario untuk bersimulasi pada tiap-tiap kelompok yang dilanjutkan dengan penjelasan skenario simulasi. Setiap kelompok mendapatkan lembar skenario yang sama untuk disimulasikan yaitu simulasi tentang “Status Kewarganegaraan”. Guru mitra menjelaskan langkah-langkah dalam model simulasi dengan menuliskan langkah-langkahnya di papan tulis kemudian guru mitra menerangkan tiap langkah demi langkah peran dalam simulasi. Setelah siswa mendengarkan penjelasan dari guru mitra kemudian siswa diminta untuk melakukan simulasi dengan langkah-langkah dalam model simulasi Menurut (Wardani, 1997: 85) sebagai berikut: 1) Persiapan Agar pembelajaran dengan simulasi dapat berlangsung secara efektif, pengajar perlu menyiapkan hal-hal berikut:
75
a)
Satuan Acara Pembelajaran (SAP) yang merupakan rencana rinci pembelajaran, mencakup tujuan, materi / topik, kegiatan, media / alat bantu, dan penilaian.
b) Menetapkan kemampuan / situasi yang akan disajikan dalam bentuk simulasi. Misalnya, dari 3 tujuan yang ingin dicapai, satu tujuan akan dicapai melalui simulasi. c)
Menyusun skenario kegiatan simulasi, sehingga jelas langkah-langkah yang akan ditempuh.
d) Menyiapkan alat-alat / fasilitas yang dibutuhkan dalam simulasi. Misalnya: ruang kelas dengan perlengkapannya jika yang disimulasikan adalah keterampilan mengajar, bendabenda tiruan sebuah ban, jika yang akan disimulasikan penataan ruangan sebuah bank, atau tiruan alat-alat penolong kecelakaan jika yang disimulasikan kemampuan menolong orangorang yang mendapat kecelakaan. e)
Membentuk kelompok-kelompok kecil jika simulasi akan dilakukan dalam kelompok kecil.
f)
Menyiapkan lembar kerja dan lembar observasi, terutama jika simulasi akan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Lembar kerja berisi panduan rinci bagi kelompok dalam melaksanakan simulasi, sedangkan lembar observasi berisi aspek-aspek yang akan diamati selama simulasi berlangsung. Lembar observasi dapat digunakan oleh pengajar atau oleh siswa yang ditunjuk sebagai pengamat.
2) Pelaksanaan a) Pendahuluan Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan skenario simulasi, diikuti oleh pembagian kelompok, lembar kerja dan peran dalam kelompok. Setelah semua siswa paham akan skenario sajian dan perannya masing-masing, simulasi segera dimulai. b) Kegiatan Inti
76
(1) Kegiatan inti dimulai dengan menyajikan situasi dalam kehidupan nyata. Dalam penyajian situasi ini dapat diadakan tanya jawab sehingga setiap siswa siap memahami perannya dengan tepat. (2) Siswa diminta menyiapkan diri untuk memainkan peran yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Siswa bersimulasi dalam kelompok sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. c)
Penutup Kegiatan penutup dapat diisi dengan demonstrasi salah satu kelompok dan kemudian kelompok lain diminta memberi komentar terhadap demonstrasi tersebut.
3) Review / Balikan a)
Setelah simulasi selesai, perlu diadakan review umum yang dipandu oleh instruktur. Review dapat dimulai dengan meminta siswa menyatakan kesannya tentang penguasaan yang baru saja dilatihkan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dapat dimulai dengan laporan para pengamat.
b) Pada akhir diskusi, pengajar memberikan balikan dan tindak lanjut sesuai dengan kesimpulan hasil simulasi. Selama satu jam sepuluh menit proses pembelajaran pun berakhir. Setelah mengumpulkan hasil diskusi guru mitra memerintahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok dan menganalisis hasil simulasi secara lisan dan tertulis, dan guru mitra meluruskan hasil jawaban atau analisis siswa yang kurang tepat. Setelah itu guru mitra menutup pelajaran dengan memberikan salam. c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model simulasi yang menggunakan pedoman observasi atau lembar
77
pengamatan yang telah dibuat peneliti. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah peningkatan belajar siswa aktif dalam pembelajaran PKn dengan model simulasi. d. Refleksi Tahap refleksi ini dilakukan atas hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya pembelajaran dengan model simulasi. Dalam tahap refleksi ini, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis selain itu dianalisis pula hasil evaluasi diri siswa. 3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan Penelitian a. Hasil Observasi Hasil observasi pada pembelajaran tindakan siklus I ini tampak mengalami sedikit perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik perubahan dalam cara guru mitra mengajar maupun respon siswa dalam pembelajara. Perubahan yang diperoleh guru mitra antara lain yaitu guru mitra sebelumnya tidak membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar, sekarang dituntut untuk membuat perencanaan sebelum mengajar. Ternyata apabila guru mempersiapkan dan mengembangkan bahan ajar yang akan disampaikan berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maka dapat menciptakan suasana kelas syang mendukung terhadap terlaksananya proses pembelajaran. Selain itu proses pembelajaran pun menjadi lebih terarah. Penggunaan media serta bahan ajar yang menarik berupa skenario tentang status kewarganegaraan (pernikahan antar warga Negara), selain itu melalui skenario simulasi tersebut siswa belajar untuk bertanggung jawab serta mampu menganalisis permasalahan yang ada dalam simulasi.
78
Selain itu sebagian siswa sudah mulai tumbuh keinginan untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dengan mengikuti simulasi tentang status kewarganegaraan, meskipun masih banyak siswa lain yang bersikap pasif ketika bersimulasi. Tetapi hal tersebut merupakan suatu kemajuan yang cukup berarti dibandingkan pada saat peneliti melakukan observasi awal. Meskipun sudah mengalami beberapa perubahan, proses pembelajaran pada tindakan siklus I ini belum dapat dikatakan sempurna karena menurut peneliti masih banyak menemukan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Misalnya guru mitra belum melakukan apersepsi, padahal apersepsi sangat penting dilakukan untuk mengingatkan siswa pada materi sebelumnya dan menghubungkannya dengan materi yang akan dibahas. Disamping itu guru mitra belum dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam melaksanakan simulasi, hal tersebut terlihat dari kepasifan siswa dalam proses simulasi. Tabel 4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan siklus I dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa Kriteria penilaian No.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa
Ya
Tidak
Total
(%)
(%)
(%)
21(52.5)
19(47.5)
40(100)
A.
Keterlibatan/Partisipasi
1.
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2.
Terlibat dalam pemecahan masalah
24(60)
16(40)
40(100)
3.
Keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti
8(20)
32(80)
40(100)
4.
Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan
22(55)
18(45)
40(100)
79
seksama 5.
Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung
6(15)
34(85)
40(100)
6.
Melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
7.
Ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra
15(37.5)
25(62.5)
40(100)
B.
Interaksi
1.
Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra
8(20)
32(80)
40(100)
2.
Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya
15(37.5)
25(62.5)
40(100)
3.
Melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok
11(27.5)
29(72.5)
40(100)
4.
Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami
6(15)
34(85)
40(100)
5.
Menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham
6(15)
34(85)
40(100)
6.
Keseriusan dalam melakukan simulasi
21(52.5)
19(47.5)
40(100)
C..
Kemampuan berfikir
1.
Mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas
9(22.5)
31(77.5)
40(100)
2.
Menggunakan kemampuan berfikir kritis
21(52.5)
19(47.5)
40(100)
3.
Dapat menelaah skenario simulasi dengan
6(15)
34(85)
40(100)
80
baik 4.
Dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkahnya
8(20)
32(80)
40(100)
5.
Mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
10(25)
30(75)
40(100)
6.
Mampu mnenganalisis permasalahan dalam simulasi
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
7.
Mampu mendeskripsikan proses simulasi
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
Fokus observasi terhadap siswa yang peneliti lakukan sebanyak 20 indikator, tetapi yang telah dilakukan dan berhasil baru lima indikator sedangkan 15 indikator lainnya belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Indikator yang telah memperlihatkan hasilnya yaitu siswa sudah terlibat dalam pemecahan masalah, dengan persentase sebesar 60% meskipun masih ada beberapa siswa yang sesekali masih mengobrol, tetapi hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Dalam menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran siswa sudah mencapai presentase 55%, sedangkan siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajar, keseriusan dalam bersimulasi, dan menggunakan kemampuan berfikir kritis, masing-masing dengan persentase 51%. Hal tersebut dikarenakan siswa belum benar-benar memahami tentang simulasi. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, model simulasi diterapkan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan a) Pendahuluan
81
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan skenario simulasi, diikuti oleh pembagian kelompok, lembar kerja dan peran dalam kelompok. Setelah semua siswa paham akan skenario sajian dan perannya masing-masing, simulasi segera dimulai. b) Kegiatan Inti (1) Kegiatan inti dimulai dengan menyajikan situasi dalam kehidupan nyata. Yaitu: ada seorang perempuan Warga Negara Indonesia berkuliah di Amerika, disana orang tersebut menjalin hubungan dengan lawan jenis dengan teman laki-laki kuliahnya yang berkewarganegaraan Amerika, sampai akhirnya diputuskan untuk meneruskan ke jenjang pernikahan setelah mereka lulus kuliah. Kemudian dilasanakanlah pernikahan, dan pernikahannya tersebut dilaksanakan di Indonesia. Setelah pernikahan, suaminya membawa istrinya ke Negara Amerika. Dalam sekian tahun akhirnya mereka mempunyai seorang anak yang dilahirkan di Amerika. Kemudian ketika anak tersebut sudah menginjak sekolah, orang tuanya berinisiatif menyekolahkan anaknya di Indonesia, dan anak tersebut mulai sekolah di Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama. Kemudian anak tersebut melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Amerika karena inisiatif orang tuanya juga, setelah lulus sekolah anak tersebut melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi tempat kedua orang tuanya dulu pernah kuliah, dan sampai akhirnya mendapatkan gelar sarjana. Namun di satu sisi anak tersebut tidak pernah konfirmasi tentang status kewarganegaraannya ke Indonesia selama lima tahun berturut-turut sampai dia menikah dan bekerja di Amerika. (2) Siswa diminta menyiapkan diri untuk memainkan peran yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Siswa bersimulasi dalam kelompok sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Yaitu siswa mengerjakan simulasi dengan kelompoknya masing-masing serta semua kelompok
82
bersimulasi dalam waktu yang bersamaan dan mengerjakan sesuai dengan langkah-langkah dalam lembar skenario yang telah dibagikan. c) Penutup Kegiatan penutup dapat diisi dengan demonstrasi salah satu kelompok dan kemudian kelompok lain diminta memberi komentar terhadap demonstrasi tersebut. Yaitu kelompok I diperintahkan untuk mendemonstrasikan kembali simulasi tentang “Status Kewarganegaraan” dan untuk kelompok II sampai kelompok VIII diperintahkan untuk mengomentari demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok I tentang kebenaran langkah-langkah peran yang sesuai dengan skenario. 2) Review / Balikan a) Setelah simulasi selesai, perlu diadakan review umum yang dipandu oleh instruktur. Review dapat dimulai dengan meminta siswa menyatakan kesannya tentang penguasaan yang baru saja dilatihkan, kemudian dilanjutkan dengan hasil diskusi
yang sesuai dengan hasil
pengamatan pengajar dan peneliti. b) Pada akhir diskusi, pengajar memberikan balikan dan tindak lanjut sesuai dengan kesimpulan hasil simulasi. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas secara tertulis kepada tiap kelompok, yaitu: (1) Sebutkan asas kewarganegaraan (2) Sebutkan syarat menjadi warga negara Indonesia (3) Sebutkan tentang penyebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia.
b. Hasil Refleksi
83
Berdasarkan hasil observasi tindakan siklus I ini peneliti menemukan beberapa kekurangan yang berkaitan dengan penerapan model simulasi dalam rangka meningkatkan belajar siswa aktif yaitu: 1) Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dan guru mitra baik itu silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebenarnya sudah cukup memadai baik dalam pemilihan materi, merumuskan tujuan pembelajaran, pemilihan model dan media pembelajaran yang digunakan serta skenario pembelajaran yang dibuat. Namun dalam pelaksanaannya, guru mitra terpaku pada skenario sehingga guru mitra tidak bebas dalam melakukan pengembangan pembelajaran di kelas. Selain itu ada tahapan yang terlewatkan oleh guru mitra yaitu guru mitra tidak melakukan apersepsi. 2) Pada awal pembelajaran guru mitra tidak melakukan apersepsi, baik itu mengulang materi yang telah lalu maupun mengaitkan materi yang lalu dengan materi yang akan dibahas. 3) Suasana belajar siswa dari awal hingga akhir dirasa belum kondusif. 4) Guru mitra kurang memantau setiap kelompok ketika melakukan simulasi. Guru mitra hanya mendekati siswa yang bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti saja. 5) Guru mitra belum dapat membangkitkan motivasi siswa untuk terlibat aktif dalam bersimulasi. 6) Siswa belum memahami langkah-langkah model simulasi dengan benar. 7) Setiap kelompok simulasi belum bias bekerja sama dengan baik. 8) Pada akhir pembelajaran guru mitra tidak memberi kesimpulan. c. Persepsi Guru dan Siswa Penerapan model simulasi dalam pembelajaran PKn memberikan kesan tersendiri bagi siswa, terlebih siswa yang ikut terlibat atau berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
84
Berikut ini dikemukakan pandangan guru mitra dan siswa setelah penerapan model simulasi pada tindakan siklus I ini. 1) Persepsi Guru Kelebihan: a) Penerapan model simulasi dalam pembelajaran dapat mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b) Melatih siswa untuk menganalisis permasalahan dalam simulasi. c) Melatih siswa untuk berinteraksi serta melakukan sharring dengan semua temannya. d) Melatih siswa untuk lebih terampil dan siap ketika menghadapi situasi yang sebenarnya. Kelemahan: a) Guru merasa bahwa langkah-langkah dalam simulasi terlalu rumit. b) Guru pun melihat siswa kesulitan dalam memahami langkah-langkah model simulasi sehingga hasil pekerjaan siswa belum sistematis. c) model simulasi memerlukan fasilitas yang khusus yang mungkin tidak tersedia di sekolah. 2) Persepsi Siswa Kelebihan: a) Penerapan model simulasi dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan belajar siswa aktif, b) Siswa dapat melatih kerja sama atau kekompakan dalam menghadapi pembelajaran c) Melatih siswa untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata. Kelemahan: a) Memerlukan waktu yang relatif lama
85
b) Siswa kurang memahami langkah-langkah dalam model simulasi, sehingga mengerjakan tugas tidak sistematis d. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus II Berdasarkan hasil temuan penelitian dan refleksi pada tindakan siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap beberapa kekurangan dalam penerapan model simulasi agar pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik lagi. Perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru mitra akan berusaha untuk tidak terpaku pada skenario pembelajaran sehingga guru mitra tidak terlalu kaku dalam pembelajaran, serta guru mitra dapat mengembangkan pembelajarannya sendiri. 2) Guru mitra akan melakukan apersepsi pada awal pembelajaran. 3) Agar dapat tercipta suasana yang kondusif, guru mitra akan mengkondisikan dulu siswa sebelum memulai pembelajaran, sehingga siswa mampu menerima materi dengan baik. 4) Ketika simulasi berlangsung guru mitra akan lebih mengontrol setiap kelompok dan memberikan dorongan kepada siswa untuk bekerjasama dan melakukan sharring dalam membahas tugas kelompoknya atau peran simulasinya. 5) Guru mitra akan memberikan penjelasan selengkap mungkin mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan model simulasi, sehingga siswa lebih memahami dalam memainkan perannya. 6) Guru mitra akan memberikan evaluasi baik di awal pembelajaran, ditengah, maupun akhir, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. 7) Siswa di ajak untuk merefleksikan nilai-nilai yang bias di petik dalam pembelajaran simulasi.
86
8) Disepakati bahwa pada hari Rabu tanggal 8 April 2009 peneliti dan guru mitra akan melakukan tindakan siklus II.
4. Penelitian Siklus II a
Perencanaan Pada perencanaan tindakan siklus II, peneliti dan guru mitra akan menjelaskan sub materi
pokok yaitu ”Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Adapun hal-hal yang dipersiapkan antara lain sebagai berikut: 1) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan . 2) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model simulasi pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 3) Guru berfungsi sebagai instruktur yaitu mentapkan situasi yang akan disajikan, mengelola kegiatan simulasi, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam simulasi dan mengamati interaksi siswa dalam proses simulasi. Adapun dokumentasi tata cara pemilihan pada saat pelaksanaan simulasi Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di dalam tindakan siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
87
Gambar 4.4
88
Tata cara Pemilihan Suara di TPS
b. Pelaksanaan Tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yaitu berupa dilaksanaknnya skenario pembelajaran yang telah direncankan siswa sesuai dengan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti dan guru mitra. Tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 8 april pukul 11.30-13:00 WIB. Tindakan siklus II ini meliputi: 1) Materi Materi yang diberikan pada tindakan siklus II adalah “Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”. 2) Metode Metode yang digunakan adalah model simulasi dengan simulasi Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yaitu siswa diperintahkan untuk melaksanakan simulasi seperti Pemilihan Presiden pada umumnya, adapun mekanisme pemilihan terdapat pada gambar di bawah ini:
89
Gambar 4.5 Simulasi Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
90
3) Media Media yang digunakan adalah property atau alat di dalam Pemilihan presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS), seperti: ID card, kartu suara, bilik suara, kotak suara, dan tinta. 4) Evaluasi Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok, teknik penilaian individu adalah semua anggota kelompok di nilai pada saat melakukan simulasi yaitu melakukan peran sesuai dengan skenario, bertanya pada siswa lain atau guru tentang hal yang belum dipahami dalam simulasi, terlibat aktif dalam melaksanakan simulasi. Sedangkan penilaian kelompok diperoleh dari kekompakan dan kerja sama dalam bersimulasi. Pada tindakan siklus II proses pembelajaran dimulai dengan guru mitra dan peneliti masuk ke dalam kelas, kegiatan awal dimulai dari mengucapkan salam kemudian guru mitra melakukan presensi terhadap siswa. Setelah melakukan presensi kemudian guru mitra melakukan apersepsi dengan mengulang kembali materi minggu lalu dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Guru : “Anak-anak minggu kemarin kita membahas materi tentang apa? Siswa : “Warga Negara dan Pewarganegaraan” Guru
:”Iya betul, pada hari ini kita akan membahas materi mengenai persamaan Kedudukan Warga Negara dalam kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, tetapi Ibu sebelumnya ingin bertanya mengenai materi yang telah lalu yaitu apa yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan Indonesia?”
91
Siswa
: “Seseorang warga negara Indonesia menetap diluar negeri selama lima tahun berturut-turut tanpa konfirmasi tentang status kewarganegaraan ke pemerintahan Indonesia.”
Guru
: “Iya betul, ternyata kalian masih ingat dengan materi minggu lalu”.
Memasuki kegiatan inti guru mitra menerangkan materi tentang “Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”. Ketika guru mitra menyampaikan materi sekitar sepuluh menit siswa sudah mulai memperhatikan dengan baik penjelasan materi dari guru mitra, kemudian guru mitra menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul dengan membagi kelas menjadi dua kelompok besar sesuai urutan nomor absen. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya
kemudian guru mitra membagikan
lembar skenario simulasi dilanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah yang ada pada lembar skenario dan guru mitra memberi semangat beserta dorongan kepada siswa agar terlibat aktif dalam simulasi. Setelah kelas dikondisikan, kelompok satu mendapat giliran pertama untuk melakukan simulasi dan kelompok dua dipersilahkan untuk istirahat dulu, kemudian setelah sepuluh menit berlalu giliran kelompok dua melakukan simulasi dengan skenario yang sama. Ketika kelompok dua selesai melakukan simulasi terlihat kedua kelompok sudah mulai terlihat aktif dan ada peningkatan dalam memahami skenario, mungkin dikarenakan topik simulasi yang kedua ini lebih menarik dari pada topik yang pertama. Adapun langkah-langkah simulasi adalah yang pertama diawali dengan pembukaan yang dipimpin oleh ketua Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) yang merangkap menjadi anggota I, yang dilanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah Pemilihan Presiden. Kemudian setelah ketua Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) melakukan
92
pembukaan, yang dilanjutkan dengan pengecekan seperti pada umumnya semisal, pengecekan kotak suara, bilik suara dan lain-lain. Kemudian ada pemilih masuk ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dengan menyerahkan undangan Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) ke anggota IV Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) untuk didaftar, kemudian anggota IV mendaftar pemilih yang menyerahkan undangan pemanggilan pemilihan setelah itu pemilih dipersilahkan duduk ditempat duduk yang telah disediakan untuk menunggu pemanggilan oleh anggota II, dengan waktu yang sama anggota III mengecek kartu suara kosong yang di saksiksan oleh para saksi dari tiap-tiap partai pendukung calon presiden dan diserahkan ke ketua Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) untuk ditandatangani dalam urutan pertama. Yang dilanjutkan dengan pemanggilan nama pemilih untuk diberi surat suara setelah mendapat surat suara, pemilih dengan ditunjukkan anggota V Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) menuju ke bilik suara untuk melakukan pemilihan presiden sesuai hati nurani kemudian setelah melakukan pemilihan, pemilih dengan diarahkan anggota VI Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) untuk memasukkan surat suara yang sudah ada pilihannya ke kotak suara yang telah tersedia. Untuk tahap akhir sebelum pemilih keluar harus diberi tanda yang biasanya berupa tinta, dengan dipandu oleh anggota VII Kelompok Penyelenggara Pemilihan Suara (KPPS) pemilih memasukkan satu jari ke dalam botol tinta sebagai tanda bahwa orang tersebut telah berpartisipasi dalam proses demokrasi di Indonesia, yang pada akhir simulasi dilakukan penandatanganan berita acara pemilihan presiden. Setelah satu jam sepuluh menit semua kelompok melaksanakan simulasi. kemudian guru mitra memberikan reward dengan bertepuk tangan dan pujian kepada seluruh siswa yang bersimulasi dan dilanjutkan dengan guru mitra memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa yang berkaitan dengan materi dan simulasi yang telah diajarkan. Guru mitra melanjutkan dengan
93
melakukan review yaitu menanyakan kesan siswa setelah melakukan simulasi kemudian dilanjutkan dengan koreksi laporan pengamat. Guru mitra memerintahkan siswa untuk menganalisis hasil simulasi secara lisan, dan guru mitra meluruskan serta menyimpulkan hasil jawaban atau analisis siswa yang kurang tepat. Setelah itu guru mitra menutup pelajaran dengan memberikan salam. c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model simulasi yang menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat peneliti. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah peningkatan belajar siswa aktif dalam pembelajaran PKn dengan model simulasi. d. Refleksi Tahap refleksi ini dilakukan atas hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya pembelajaran dengan model simulasi. Dalam tahap refleksi ini, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis selain itu dianalisis pula hasil evaluasi diri siswa.
5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan Penelitian a. Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi ketika simulasi Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS) berlangsung dalam siklus II melihat bahwa ada peningkatan belajar siswa aktif ketika proses pembelajaran dengan model simulasi, hal ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti dan mengerjakan simulasi Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara
94
(TPS) dengan baik yang sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada petunjuk skenario serta sudah sedikit mampu untuk menganalisis skenario. Meskipun masih ada sebagian siswa yang masih bersikap acuh dan tidak melaksanakan simulasinya dengan baik. Fokus observasi terhadap siswa pada tindakan kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan siklus II dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa Kriteria penilaian No.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa
Ya
Tidak
Total
(%)
(%)
(%)
23(57.5)
17(42.5)
40(100)
A.
Keterlibatan/Partisipasi
1.
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2.
Terlibat dalam pemecahan masalah
24(60)
16(40)
40(100)
3.
Keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti
10(25)
30(75)
40(100)
4.
Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama
22(55)
18(45)
40(100)
5.
Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung
25(62.5)
15(37.5)
40(100)
95
6.
Melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
7.
Ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra
15(37.5)
25(62.5)
40(100)
B.
Interaksi
1.
Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra
12(30)
28(70)
40(100)
2.
Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya
15(37.5)
25(62.5)
40(100)
3.
Melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok
11(27.5)
29(72.5)
40(100)
4.
Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami
10(25)
30(75)
40(100)
5.
Menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham
6(15)
34(85)
40(100)
6.
Keseriusan dalam melakukan simulasi
21(52.5)
19(47.5)
40(100)
C..
Kemampuan berfikir
1.
Mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas
9(22.5)
31(77.5)
40(100)
2.
Menggunakan kemampuan berfikir kritis
24(60)
16(40)
40(100)
3.
Dapat menelaah skenario simulasi dengan baik
10(25)
30(75)
40(100)
4.
Dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkahnya
8(20)
32(80)
40(100)
5.
Mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
10(25)
30(75)
40(100)
6.
Mampu mnenganalisis permasalahan dalam simulasi
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
7.
Mampu mendeskripsikan proses simulasi
13(32.5)
27(67.5)
40(100)
96
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus I dan II dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa
No.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa
Siklus I
Siklus II
Kriteria Penilaian
Kriteria Penilaian
Ya
Tidak
Ya
Tidak
(%)
(%)
(%)
(%)
21(52.5)
19(47.5)
23(57.5)
17(42.5)
A.
Keterlibatan/Partisipasi
1.
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2.
Terlibat dalam pemecahan masalah
24(60)
16(40)
24(60)
16(40)
3.
Keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti
8(20)
32(80)
10(25)
30(75)
4.
Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama
22(55)
18(45)
22(55)
18(45)
97
5.
Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung
6(15)
34(85)
25(62.5)
15(37.5)
6.
Melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
7.
Ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra
15(37.5)
25(62.5)
15(37.5)
25(62.5)
B.
Interaksi
1.
Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra
8(20)
32(80)
12(30)
28(70)
2.
Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya
15(37.5)
25(62.5)
15(37.5)
25(62.5)
3.
Melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok
11(27.5)
29(72.5)
11(27.5)
29(72.5)
4.
Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami
6(15)
34(85)
10(25)
30(75)
5.
Menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham
6(15)
34(85)
6(15)
34(85)
6.
Keseriusan dalam melakukan simulasi
21(52.5)
19(47.5)
21(52.5)
19(47.5)
C.
Kemampuan berfikir
1.
Mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas
9(22.5)
31(77.5)
9(22.5)
31(77.5)
2.
Menggunakan kemampuan berfikir kritis
21(52.5)
19(47.5)
24(60)
16(40)
3.
Dapat menelaah skenario simulasi dengan baik
6(15)
34(85)
12(30)
28(70)
4.
Dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai
8(20)
32(80)
8(20)
32(80)
98
langkah-langkahnya
5.
Mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
10(25)
30(75)
10(25)
30(75)
6.
Mampu mnenganalisis permasalahan dalam simulasi
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
7.
Mampu mendeskripsikan proses simulasi
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
Dari tabel perbandingan hasil observasi terhadap siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II diatas, dapat dilihat ada tujuh indikator penilaian yang mengalami peningkatan. Indikator penilaian tersebut yaitu siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya yang pada siklus I hanya 52.5 % sedangkan pada siklus II menjadi 57.5%, keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti juga mengalami sedikit peningkatan yang pada siklus I hanya 20% sedangkan pada siklus II menjadi 25%. Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung juga terlihat mengalami peningkatan yang mana pada siklus I hanya 15% sedangkan pada siklus II menjadi 62.5%. Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra ditunjukkan dengan peningkatan persentasi dari 20% pada siklus I menjadi 30% pada siklus ke II. Indikator lainnya yang juga mengalami peningkatan yaitu Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami yang pada siklus I sebesar 15% sedangkan pada siklus II menjadi 25%. Menggunakan kemampuan berfikir kritis pun mengalami peningkatan yang pada siklus I hanya 52.5% menjadi 60% pada siklus II. Selain itu peningkatan juga terjadi ketika siswa dapat menelaah skenario simulasi dengan baik yang pada siklus I hanya 15% sedangkan pada
99
siklus II menjadi 25%, peningkatan tersebut terjadi karena skenario simulasi lebih menarik dan siswa juga mulai tertarik pula untuk lebih ingin mampu dalam bersimulasi. b. Hasil fefleksi Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada tindakan siklus II, peneliti masih menemukan beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan oleh guru mitra yang berkaitan dengan kekurangan dan kelemahan dalam proses pembelajaran utuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Kekurangan pada tindakan siklus kedua ini adalah sebagai berikut: 1) Guru mitra masih mrndominasi selama proses belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan banyak ikut sertanya guru dalam proses simulasi, meskipun tujuannya untuk menciptakan suasana kompetitif. 2) Guru mitra tidak membagi perhatian yang sama kepada seluruh siswa, guru mitra hanya memperhatikan siswa yang bertanya saja, sedangkan siswa lainnya yang pasif tidak diperhatikan. 3) Tidak seluruh kelompok dapat hasil yang maksimal dalam bersimulasi. 4) Suasana belajar siswa sudah terlihat kondusif. 5) Guru mitra dan siswa tidak menyimpilkan hasil diskusi. c. Persepsi Guru dan Siswa 1) Persepsi Guru Kelebihan: a) Penerapan model simulasi dalam pembelajaran dapat mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b) Melatih guru untuk lebih professional dalam mengajar
100
c) Melatih siswa untuk menganalisis permasalahan dalam simulasi. d) Melatih siswa untuk berinteraksi serta melakukan sharring dengan semua temannya. e) Melatih siswa untuk lebih terampil dan siap ketika menghadapi situasi yang sebenarnya. f) Membantu siswa dalam memahami pelajaran g) Menanamkan sikap disiplin kepada siswa.
Kelemahan: a) Penerapan model simulasi tidak akan berhasil apabila guru kurang kreatif.. b) Guru pun melihat siswa kesulitan dalam memahami langkah-langkah model simulasi sehingga hasil pekerjaan siswa belum sistematis. c) Guru kesulitan merancang kelas untuk bersimulasi d) Guru melihat siswa belum maksimal dalam menggunakan property yang ada dalam simulasi. 2) Persepsi Siswa Kelebihan: d) Siswa lebih memahami materi yang dibelajarkan. e) Siswa lebih antusias untuk belajar. f) Siswa dapat melatih kerja sama atau kekompakan dalam menghadapi pembelajaran g) Melatih siswa untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata. Kelemahan: a) Memerlukan waktu yang relatif lama. b) Siswa kurang memahami langkah-langkah dalam model simulasi, sehingga mengerjakan tugas tidak sistematis.
101
c) Masih terdapat siswa yang mengandalkan temannya dalam mengerjakan tugas. d. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus III Berdasarkan hasil temuan penelitian dan refleksi pada tindakan siklus II, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap beberapa kekurangan dalam penerapan model simulasi agar pelaksanaan tindakan berikutnya lebih baik lagi. Perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Perlu persiapan dari guru mitra dan siswa dalam pembelajaran sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mitra dan siswa dapat berinteraksi dengan baik. 2) Guru mitra akan lebih memperdalam tentang makna model simulasi, sehingga dalam menjelaskannya siswa dapat lebih memahami serta melakukan model simulasi secara baik 3) Keberanian siswa untuk menjalankan peran dalam simulasi akan lebih terdorong oleh guru mitra, sehingga siswa merasa semangat untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 4) Guru mitra hendaknya mendorong siswa melakukan persiapan sebelum belajar agar pada saat penerapan langkah-langkah simulasi tidak kesulitan. 5) Guru mitra dan siswa akan menyimpulkan hasil diskusi yang lebih baik 6) Disepakati antara peneliti dan guru mitra pelaksanaan tindakan siklus III akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 April 2009.
6. Penelitian Siklus III a.. Perencanaan Pada rencanaan siklus III ini, peneliti dan guru mitra menyepakati bahwa materi pokok yang akan diberikan masih sama dengan tindakan siklus yang lalu, yaitu tentang “Persamaan Kedudukan Warga Negara Dalam Berbagai Aspek Kehidupan”, hanya saja sub materi pokok
102
yang akan diberikan adalah”Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya, dan suku”. Hal-hal yang dipersiapkan antara lain sebagai berikut: 1) Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan model simulasi dengan simulasi pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). 2) Guru berfungsi sebagai instruktur, yaitu menetapkan topik yang disajikan, mengelola kegiatan simulasi, dan mengamati interaksi para siswa dalam bersimulasi . 3) Mendorong siswa agar ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. 4) Menetapkan alokasi waktu bagi semua kelompok siswa. b. Pelaksanaan Tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 April 2009 pukul 11.3013.00 WIB, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Materi Materi yang diberikan pada tindakan siklus III adalah”Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya, dan suku” 2) Metode Metode yang digunakan adalah model simulasi dengan simulasi pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). 3) Media Media yang digunakan adalah property untuk pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
4) Evaluasi
103
Pelaksanaan evaluasi menggunakan penilaian individu dan penilaian kelompok, tekinik penilaian individu adalah semua anggota kelompok dinilai pada saat melakukan simulasi pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yaitu melakukan peran sesuai dengan skenario, bertanya pada siswa lain atau guru tentang hal yang belum dipahami dalam simulasi, terlibat aktif dalam melaksanakan simulasi. Sedangkan penilaian kelompok diperoleh dari kekompakan dan kerja sama dalam bersimulasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus III ini guru mitra membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kemudian melakukan presensi kepada siswa. Guru mitra melakukan apersepsi dengan mengulang materi yang lalu serta mengaitkan materi yang lalu dengan materi yang akan dibahas. Guru mitra memulai pelajaran dengan memberi tahu kepada siswa bahwa pada pertemuan kali ini siswa akan melakukan pembelajaran model simulasi yaitu simulasi pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan materi “Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya, dan suku”.Guru mitra menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya, yaitu membagi dua kelompok besar sesuai dengan nomor urut absen. Siswa mulai berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Guru mitra memberikan lembar kerja simulasi yang berisikan skenario maupun peran dalam simulasi, kemudian guru mitra menjelaskan kembali langkah-langkah model simulasi. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih memahami langkah-langkah model simulasi yang harus mereka terapkan di dalam kelas. Guru mitra memberikan waktu kepada siswa untuk menelaah lembar kerja simulasi serta memberikan dorongan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam bersimulasi serta bekerjasama sesama anggota kelompok.
104
Pada saat melaksanakan simulasi terlihat bahwa keaktifan siswa sudah meningkat, hal tersebut tampak dari kekompakan siswa dalam bekerjasama untuk mengerjakan tugas kelompok. Siswa tidak lagi mengandalkan temannya dalam bersimulasi dan siswa terlihat terampil ketika mengerjakan peran yang di dapat. Guru mitra melakukan pengontrolan terhadap semua kelompok belajar dan sebagian besar dari kelompok sudah paham bagaimana menggunakan langkah-langkah dalam model simulasi, hal tersebut terlihat dari pekerjaan siswa yang sudah mulai sistematis. Guru mitra selain mengontrol juga bertanya kepada tiap kelompok apakah ada hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompoknya. Setelah semua kelompok selesai bersimulasi Setelah satu jam sepuluh menit semua kelompok melaksanakan simulasi. kemudian guru mitra memberikan reward dengan bertepuk tangan dan pujian kepada seluruh siswa yang bersimulasi dan dilanjutkan dengan guru mitra memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa yang berkaitan dengan materi dan simulasi yang telah diajarkan. Guru mitra melanjutkan dengan melakukan review yaitu menanyakan kesan siswa setelah melakukan simulasi kemudian dilanjutkan dengan koreksi laporan pengamat. Guru mitra memerintahkan siswa untuk menganalisis hasil simulasi secara lisan, dan guru mitra meluruskan hasil jawaban atau analisis siswa yang kurang tepat. Setelah itu guru mitra memerintahkan siswa untuk mengerjakan tugas kelompok secara tertulis, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang ditulis guru mitra di papan tulis. Setelah itu guru mitra menyimpulkan hasil pembelajaran dan mengajak siswa merefleksikan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam pembelajaran serta menutup pelajaran dengan memberikan salam. Penerapan model simulasi pada tindakan siklus III ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
105
a) Pendahuluan: Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan skenario simulasi, diikuti oleh pembagian kelompok, lembar kerja dan peran dalam kelompok. Setelah semua siswa paham akan skenario sajian dan perannya masing-masing, simulasi segera dimulai. b) Kegiatan inti: Dimulai dengan menyajikan situasi dalam kehidupan nyata. Dalam penyajian situasi ini dapat diadakan tanya jawab sehingga setiap siswa siap memahami perannya dengan tepat. (1) Siswa diminta menyiapkan diri untuk memainkan peran yang menjadi tanggung jawabnya (2) Siswa bersimulasi dalam kelompok sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. c) Penutup: Kegiatan penutup dapat diisi dengan demonstrasi salah satu kelompok dan kemudian kelompok lain diminta memberi komentar terhadap demonstrasi tersebut. a) Review / Balikan (1) Setelah simulasi selesai, perlu diadakan review umum yang dipandu oleh instruktur. Review dapat dimulai dengan meminta siswa menyatakan kesannya tentang penguasaan yang baru saja dilatihkan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dapat dimulai dengan laporan para pengamat. Dalam pembelajaran simulasi terjadi suasana yang akrab antar sesame teman dan hasil dari ananlisis simulasi diperoleh dengan berbagai pendapat. Pada akhir pembelajaran guru mitra mencoba melakukan review agar siswa mengerti dengan apa yang telah dipelajarinya. Hasil dari review adalah siswa mengetahui hal-hal tentang mekanisme pemilihan ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang selama ini belum pernah mereka lakukan. Guru mitra mengemukakan bahwa salah satu intisari dari model tersebut adalah siswa belajar dan dibina untuk menganalisis suatu kejadian agar lebih respon dengan kehidupan sehari-hari. c. Observasi
106
Pada tahap ini dilaksanakan observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model simulasi yang menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan yang telah dibuat peneliti. Pengamatan ini sangat penting untuk melihat adakah perubahan yang terjadi dalam pembelajaran dengan model simulasi. d. Refleksi Sebagamana pelaksanaan tindakan siklus I dan II, pada siklus III ini pun dilakukan refleksi hasil observasi atau pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya pembelajaran dengan model simulasi. Dalam refleksi ini, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis.
7. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus III dan Temuan Penelitian a. Hasil Observasi Hasil observasi dari tindakan siklus III ini menunjukkan proses pembelajaran dengan menerapkan model simulasi terus mengalami peningkatan dari mulai pelaksanaan tindakan siklus I hingga siklus III. Model simulasi sudah diterapkan dengan baik oleh guru mitra dan siswa. Hasil observasi dengan fokus penelitian dan penilaian terhadap siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan siklus III dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa Kriteria penilaian No.
Fokus Penelitian dan Penilaian Pada Siswa
A.
Keterlibatan/Partisipasi
1.
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
Ya
Tidak
Total
(%)
(%)
(%)
30(75)
10(25)
40(100)
107
2.
Terlibat dalam pemecahan masalah
24(60)
16(40)
40(100)
3.
Keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti
10(25)
30(75)
40(100)
4.
Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama
27(67.5)
13(32.5)
40(100)
5.
Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung
25(62.5)
15(37.5)
40(100)
6.
Melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru
20(50)
20(50)
40(100)
7.
Ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra
32(80)
8(20)
40(100)
B.
Interaksi
1.
Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra
15(37.5)
25(62.5)
40(100)
2.
Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya
32(80)
8(20)
40(100)
3.
Melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok
29(72.5)
11(27.5)
40(100)
4.
Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami
10(25)
30(75)
40(100)
5.
Menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham
6(15)
34(85)
40(100)
6.
Keseriusan dalam melakukan simulasi
29(72.5)
11(27.5)
40(100)
C..
Kemampuan berfikir
1.
Mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas
31(77.5)
9(22.5)
40(100)
108
2.
Menggunakan kemampuan berfikir kritis
24(60)
16(40)
40(100)
3.
Dapat menelaah skenario simulasi dengan baik
32(80)
8(20)
40(100)
4.
Dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkahnya
28(70)
12(30)
40(100)
5.
Mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru
10(25)
30(75)
40(100)
6.
Mampu menganalisis permasalahan dalam simulasi
30(75)
10(25)
40(100)
7.
Mampu mendeskripsikan proses simulasi
30(75)
10(25)
40(100)
Berdasarkan tabel penilaian terhadap siswa pada tindakan siklus III di atas terdapat 12 indikator penilaian mengalami kenaikan persentase dari siklus sebelumnya. Indikator yang mengalami kenaikan tersebut adalah turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya yang pada siklus II
sebanyak 57.5% menjadi 75% pada siklus III, menyimak dan memperhatikan
penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama juga mengalami kenaikan, yang mana pada siklus II hanya 55% menjadi 67.5% pada siklus III, melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru mengalami peningkatan yang pada siklus II hanya 32.5% pada siklus III menjadi 50%, ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra juga meningkat dari 37.5% pada siklus II menjadi 80%. Peningkatan juga nampak dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra yang pada siklus II sebanyak 30% menjadi 37.5% pada siklus III. Siswa pun sudah mampu Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya, hal tersebut terlihat dari kenaikan persentase yang pada siklus II sebanyak 37.5% menjadi 80% pada siklus
109
III, serta siswa juga mampu melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok juga meningkat yang mana pada siklus II hanya 27.5% menjadi 72.5% pada siklus III. Kemudian peningkatan juga terlihat ketika siswa sudah mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas dengan 22.5% pada siklus II menjadi 77.5% pada siklus III, siswa dapat menelaah skenario simulasi dengan baik meningkat cukup drastis dari 25% pada siklus II menjadi 80% pada siklus III, siswa juga dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkahnya terlihat dari siklus II hanya 20% dan pada siklus III menjadi 70%. Dari siklus II yang hanya 32.5% dan pada siklus III meningkat menjadi 75% adalah pada indikator siswa mampu menganalisis permasalahan dalam simulasi dan siswa mampu mendeskripsikan proses simulasi. Agar lebih jelas maka di bawah ini disajikan tabel perbandingan antara siklus I, siklus II dan siklus III untuk melihat adanya presentase kenaikan pada beberapa indikator penilaian pada siswa.
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Tindakan Siklus I, II dan III dengan Fokus Penelitian dan Penilaian Terhadap Siswa
No .
Fokus Penelitian dan penilaian pada Siswa
A.
Keterlibatan/Partisip asi Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya Terlibat dalam pemecahan masalah Keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang
1.
2. 3.
Siklus I Kriteria Penilaian Ya Tidak (%) (%)
Siklus II Kriteria Penilaian Ya Tidak (%) (%)
Siklus III Kriteria Penilaian Ya Tidak (%) (%)
21(52.5)
19(47.5)
23(57.5)
17(42.5)
30(75)
10(25)
24(60)
16(40)
24(60)
16(40)
24(60)
16(40)
8(20)
32(80)
10(25)
30(75)
10(25)
30(75)
110
4.
5.
6.
7.
B. 1.
2.
3.
4.
5.
6. C. 1.
2.
belum dimengerti Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran dengan seksama Membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung Melaksanakan kerja kelompok sesuai petunjuk guru Ketepatan dan kecermatan dalam merespon topik pembelajaran yang di sampaikan guru mitra Interaksi Dalam proses pembelajaran terjadi sharing baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru mitra Mengerjakan simulasi sesuai dengan perannya Melatih diri memecahkan masalah dalam kelompok Bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami Menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham Keseriusan dalam melakukan simulasi Kemampuan berfikir Mampu menggunakan atau menerapkan apa yang di perolehnya dalam menyelesaikan tugas Menggunakan
22(55)
18(45)
22(55)
18(45)
27(67.5)
13(32.5)
6(15)
34(85)
25(62.5)
15(37.5)
25(62.5)
15(37.5)
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
20(50)
20(50)
15(37.5)
25(62.5)
15(37.5)
25(62.5)
32(80)
8(20)
12(30)
28(70)
15(37.5)
25(62.5)
8(20)
32(80)
15(37.5)
25(62.5)
15(37.5)
25(62.5)
32(80)
8(20)
11(27.5)
29(72.5)
11(27.5)
29(72.5)
29(72.5)
11(27.5)
6(15)
34(85)
30(75)
10(25)
30(75)
6(15)
34(85)
6(15)
34(85)
6(15)
34(85)
10(25)
21(52.5)
19(47.5)
21(52.5)
19(47.5)
29(72.5)
11(27.5)
9(22.5)
31(77.5)
9(22.5)
31(77.5)
31(77.5)
9(22.5)
21(52.5)
19(47.5)
24(60)
16(40)
24(60)
16(40)
111
3.
4.
5.
6.
7.
kemampuan berfikir kritis Dapat menelaah skenario simulasi dengan baik Dapat menyelesaikan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkahnya Mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru Mampu mnenganalisis permasalahan dalam simulasi Mampu mendeskripsikan proses simulasi
6(15)
34(85)
10(25)
30(75)
32(80)
8(20)
8(20)
32(80)
8(20)
32(80)
28(70)
12(30)
10(25)
30(75)
10(25)
30(75)
10(25)
30(75)
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
30(75)
10(25)
13(32.5)
27(67.5)
13(32.5)
27(67.5)
30(75)
10(25)
Secara umum pelaksanaan tindakan siklus III ini sudah baik dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 20 indikator yang dinilai, 12 indikator sudah dilakukan dengan baik dan mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan persentase dari tindakan siklus I, II, serta III. Delapan indikator lainnya sudah dilakukan hanya saja belum menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya. Delapan indikator penilaian yang belum menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu terlibat dalam pemecahan masalah, keberanian dalam bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah (peran) yang belum dimengerti, membaca dan menelaah lembar skenario, buku, LKS atau sumber lain untuk mengerjakan tugas atau untuk mendapat informasi yang mendukung, bertanya pada siswa dan guru tentang hal yang belum dipahami, menghormati dan tidak meremehkan siswa yang belum paham, keseriusan dalam melakukan simulasi, menggunakan kemampuan berfikir kritis, mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. b. Persepsi Guru dan siswa
112
1)
Persepsi Guru Guru mitra berpendapat bahwa model simulasi telah terbukti dapat meningkatkan belajar
siswa aktif di dalam pembelajaran, tetapi guru mitra menyarankan agar di dalam pelaksanaannya jangan terlalu sering karena akan menimbulkan kebosanan. Bahwa keaktifan siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan model simulasi terlihat meningkat dari pada sebelumnya. Jika pada siklus dua partisipasi siswa dalam bersimulasi ditunjukkan dengan keterlibatan 6-12 siswa, maka pada siklus III angka kuantitatif mahasiswa yang terlibat berkisar antara 12-17 siswa. Menurut guru mitra hal tersebut sudah menunjukkan kemajuan yang cukup baik, bahwa dengan penerapan model simulasi di dalam pembelajaran ternyata mampu meningkatkan belajar siswa aktif dalam bentuk keterampilan menganalisis permasalahan, berfikir kritis, berinteraksi dengan sesama siswa dan mampu menjawab pertanyaan dari guru., serta menanamkan sikap disiplin kepada siswa untuk kehidupannya sehari-hari. Selain itu dengan disajikannya model simulasi dalam pembelajaran benar-benar menyiapkan siswa untuk hidup di masyarakat. Dengan diterapkannya model simulasi di dalam pembelajaran, ternyata menimbulkan keinginan pada guru mitra untuk mengujicobakan model-model pembelajaran lainnya yang sudah ada tetapi belum sempat diujicobakan oleh guru mitra. Guru mitra pun mengutarakan bahwa dalam penerapan model simulasi di dalam pemebelajaran ternyata masih terdapat kelemahan, yaitu terletak pada media simulasi yang tidak tersedia di sekolah. 2)
Pengalaman Siswa Dalam pelaksanaan tindakan siklus III siswa merasa lebih siap dan lebih fokus untuk
melakukan langkah-langkah model simulasi di dalam menyelesaikan skenario simulasi terutama
113
disertai peran guru sebagai fasilitator proses pembelajaran. Siswa merasakan dengan diterapkannya model simulasi dalam pembelajaran, kegiatan belajar menjadi tidak membosankan dan lebih menyenangkan. Selain itu siswa merasa dengan digunakannya model simulasi mereka lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. c. Temuan Penelitian Pada Siklus III Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan siklus III ini, maka peneliti menemukan beberapa temuan yang berhubungan dengan pembelajaran melalui model simulasi dalam meningkatkan belajar siswa aktif, yaitu: 1) Pelaksanaan siklus III ini sudah berlangsung dengan baik selama proses pembelajaran, peran guru mitra sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik. 2)
Penerapan model simulasi akan semakin efektif dalam meningkatkan belajar siswa aktif jika guru mitra senantiasa mendorong siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran.
3)
Siswa sudah dapat berfikir kritis, dan menganalisis permasalahan dalam simulasi.
4)
Siswa sudah mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dan siswa mulai melakukan sharing antar siswa lain maupun dengan guru.
5)
Siswa sudah melaksanakan skenario simulasi dengan baik sesuai langkah-langkah dalam bersimulasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari tiga siklus, peneliti dan guru mitra
merasa bahwa masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu peningkatan belajar siswa aktif dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model simulasi sudah terjawab. Dengan penggunaan model simulasi pada pembelajaran telah mampu meningkatkan belajar siswa aktif, yaitu pada awalnya siswa menunjukkan rasa ketertarikan dan rasa ingin tahu mereka ketika model simulasi
114
di terapakan. Di dalam kelompok simulasi siswa sudah dapat bekerja sama dan tidak lagi saling mengandalkan temannya. Peningkatan belajar siswa aktif juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa aktif di kelas, hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai tes setelah diterapkannya model simulasi dalm pembelajaran PKn. Untuk melihat adanya pengaruh peningkatan belajar siswa aktif terhadap nilai tes mata pelajaran PKn di kelas X.I dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7 Perolehan Nilai Tes Mata Pelajaran PKn Kelas X.I SMA Negeri 6 Cimahi Nomor Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Induk 080910001 080910002 080910003 080910004 080910005 080910006 080910007 080910008 080910009 0809100010 0809100011 0809100012 0809100013 0809100014 0809100015 0809100016 0809100017 0809100018 0809100019 0809100020 0809100021 0809100022 0809100023 0809100024 0809100025 0809100026
L/P
Nilai Sebelum Digunakan MS
Nilai Setelah Digunakan MS
P P P P P P P P P L P P P P P L L P P P P P P P P P
65 75 70 70 65 70 65 80 60 70 60 70 60 75 70 65 75 70 65 60 70 80 80 60 65 70
70 80 75 75 70 75 70 85 65 75 65 75 65 80 75 70 80 75 70 65 75 85 85 65 70 75
115
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
0809100027 0809100028 0809100029 0809100030 0809100031 0809100032 0809100033 0809100034 0809100035 0809100036 0809100037 0809100038 0809100039 0809100040
P P P L P P P L P P P P P L
70 85 70 75 65 70 85 75 85 75 70 70 75 70
75 90 75 80 70 75 90 80 90 80 75 75 80 75
C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas Dalam Penerapan Model Simulasi Dalam Pembelajaran PKn. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Yang Dilakukan Guru Selama Proses Pembelajaran Melalui Model Simulasi Analisis ini didasarkan dari siklus I sampai dengan siklus III pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model simulasi. Peneliti melihat bahwa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model simulasi sebanyak tiga siklus telah dapat meningkatkan belajar siswa aktif. Agar lebih jelas di bawah ini akan diulas satu persatu dari setiap siklus. a. Siklus I, pada tindakan siklus I ini yang dilakukan adalah mensosialisasikan model simulasi yang akan digunakan dalam pembelajaran kemudian membagi siswa kedalam delapan kelompok. Tiap kelompok diberi tugas berupa skenario untuk simulasi yang sama, dengan menggunakan langkah-langkah model simulasi. Kelompok simulasi ini bertujuan untuk melatih kekompakan dan kerjasama dalam mengerjakan tugas dalam kelompoknya, serta
116
melatih siswa untuk lebih terampil dan siap ketika menghadapi situasi yang sebenarnya. Pada tindakan siklus I ini peran guru sebagai fasilitator belum dapat dilaksanakan dengan baik, guru tidak memonitoring tiap kelompok, guru pun kurang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam simulasi. Selama proses pembelajaran berlangsung sekalipun belum maksimal namun terlihat mengalami sedikit perubahan, dimana selama ini guru yang sebelumnya tidak membuat perencanaan seperti Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka pada pembelajaran kali ini guru sudah membuat perencanaan. Selain itu sebagian siswa sudah mulai tumbuh keinginan untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dengan mengikuti simulasi tentang status kewarganegaraan, meskipun masih banyak siswa lain yang bersikap pasif ketika bersimulasi. b. Siklus II, pada tindakan siklus II yang dilakukan
adalah membagi kelas menjadi dua
kelompok besar dan diberi tugas mensimulasikan Pemilihan Presiden di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Setelah kelas dikondisikan, kelompok satu mendapat giliran pertama untuk melakukan simulasi dan kelompok dua dipersilahkan untuk istirahat dulu, kemudian setelah sepuluh menit berlalu giliran kelompok dua melakukan simulasi dengan skenario yang sama. Ketika kelompok dua selesai melakukan simulasi terlihat kedua kelompok sudah mulai terlihat aktif dan ada peningkatan dalam memahami skenario, mungkin dikarenakan topik simulasi yang kedua ini lebih menarik dari pada topik yang pertama. Pada tindakan siklus II ini hasilnya lebih meningkat dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Peran guru sebagai fasilitator sudah dijalankan dengan baik, terlihat guru tidak mendominasi ketika simulasi pembelajaran berlangsung. c. Siklus III, pada tindakan siklus III guru mitra memulai pelajaran dengan memberi tahu kepada siswa bahwa pada pertemuan kali ini siswa akan melakukan pembelajaran model
117
simulasi yaitu simulasi pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan materi “Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa membedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya, dan suku”. Guru mitra menginstruksikan kepada siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya, yaitu membagi dua kelompok besar sesuai dengan nomor urut absen. Siswa mulai berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Guru mitra memberikan lembar kerja simulasi yang berisikan skenario maupun peran dalam simulasi, kemudian guru mitra menjelaskan kembali langkahlangkah model simulasi. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih memahami langkah-langkah model simulasi yang harus mereka terapkan di dalam kelas. Guru mitra memberikan waktu kepada siswa untuk menelaah lembar kerja simulasi serta memberikan dorongan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam bersimulasi serta bekerjasama sesama anggota kelompok. Pada saat melaksanakan simulasi terlihat bahwa keaktifan siswa sudah meningkat, hal tersebut tampak dari kekompakan siswa dalam bekerjasama untuk mengerjakan tugas kelompok. Siswa tidak lagi mengandalkan temannya dalam bersimulasi dan siswa terlihat terampil ketika mengerjakan peran yang di dapat. Guru mitra melakukan pengontrolan terhadap semua kelompok belajar dan sebagian besar dari kelompok sudah paham bagaimana menggunakan langkah-langkah dalam model simulasi, hal tersebut terlihat dari pekerjaan siswa yang sudah mulai sistematis. Guru mitra selain mengontrol juga bertanya kepada tiap kelompok apakah ada hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompoknya. Setelah semua kelompok selesai bersimulasi Setelah satu jam sepuluh menit semua kelompok melaksanakan simulasi. kemudian guru mitra memberikan reward dengan bertepuk tangan dan pujian kepada seluruh siswa yang bersimulasi dan dilanjutkan dengan guru mitra memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa yang berkaitan dengan materi dan simulasi yang telah
118
diajarkan. Guru mitra melanjutkan dengan melakukan review yaitu menanyakan kesan siswa setelah melakukan simulasi kemudian dilanjutkan dengan koreksi laporan pengamat. Guru mitra memerintahkan siswa untuk menganalisis hasil simulasi secara lisan, dan guru mitra meluruskan hasil jawaban atau analisis siswa yang kurang tepat. Setelah itu guru mitra memerintahkan siswa untuk mengerjakan tugas kelompok secara tertulis, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang ditulis guru mitra di papan tulis. Setelah itu guru mitra menyimpulkan hasil pembelajaran dan mengajak siswa merefleksikan nilai-nilai yang bisa dipetik dalam pembelajaran serta menutup pelajaran dengan memberikan salam. Penerapan model simulasi pada tindakan siklus III ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam bersimulasi dari siklus I sampai III siswa sudah terlihat aktif dengan adanya interaksi langsung maupun tidak langsung antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa. Sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif tersebut tidak terlepas dari peran serta guru dan siswa sebagai komponen pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Djahiri (2003: 1) tentang hakikat pembelajaran, yaitu sebagai berikut: Pembelajaran memuat makna dua proses kegiatan ialah kegiatan belajar siswa (KBS) dan kegiatan perencanaan serta pelaksanaan atau mengajar guru (KMG). Berbeda dengan faham lama yang menetapkan KMB sebagai kiblat pembelajaran, maka dalam pembaharuan pendidikan kini, KBS adalah hal yang penting utama dan menjadi penjuru dari seluruh perancangan pengajaran maupun proses dan perolehan hasilnya. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi guru sebagai pendidik dengan siswa sebagai peserta didik merupakan inti proses dalam terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain itu perlu adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran pun menuntut
119
direncanakannya secara sistematis masing-masing komponen agar terjadi suatu proses pembelajaran yang optimal, efektif dan efisien. Guru sebagai pengajar harus mampu menciptakan pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa. Proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi siswa diikutsertakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam membelajarkan siswa, guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi agar tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada siswa. Berkaitan dengan peranan guru, Djahiri (1985: 28) mengemukakan bahwa: Guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode / cara atau pola dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu atau dalam mengajarkan sesuatu. Dan guru pun harus menguasai metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik. Didalam penerapan model simulasi dalam pembelajaran PKn pun guru terlebih harus memahami serta menguasai model simulasi tersebut agar guru dapat memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan pada saat melakukan model simulasi yaitu ketika menjalankan langkah-langkah skenario. Penerapan model simulasi dalam pembelajaran PKn bertujuan untuk membentuk kemampuan menilai situasi, memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata, dapat menanamkan kedisiplinan dan membentuk keterampilan kepada siswa untuk dapat menilai situasi serta membuat pertimbanganpertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul. Disamping itu penerapan model simulasi dalam pembelajaran telah menciptakan suasana yang menyenangkan serta pembelajaran yang menarik. Hal ini dapat dilihat dari persepsi siswa terhadap materi pelajaran yang dibelajarkan dengan model pembelajarna simulasi menjadi lebih menarik serta mudah dimengerti dan dipahami. Karena dengan model simulasi siswa tidak hanya
120
menerima materi pelajaran untuk di simpan di memori saja, tetapi siswa belajar untuk merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam simulasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardani (dalam Suparman, 1997: 80) menyatakan bahwa: Salah satu model pembelajaran interaktif adalah model simulasi, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk meniru satu pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari yang akan menjadi tanggung jawabnya, serta memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, membantu membentuk kemampuan menilai situasi, membuat pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul. Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan dan menanamkan kedisiplinan pada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran simulasi cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn, yaitu mata pelajaran PKn memiliki fungsi dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan pendapat Somantri (2001: 166) sebagai berikut: Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari. Berdasarkan hal di atas, penerapan model pembelajaran simulasi pada mata pelajaran Pkn mampu memberikan kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan dan menanamkan kedisiplinan pada siswa.untuk menumbuhkan keterampilan siswa dalam pengetahuan yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru selama proses pembelajaran melalui model simulasi menuntut guru untuk menjalankan perannya sebagai fasilitator di dalam pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator sudah dapat terlaksana dengan baik pada tindakan
121
siklus III, sedangkan pada tindakan siklus I dan II peran tersebut belum dijalankan dengan baik oleh guru, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator tersebut sangat diperlukan dalam menerapkan model simulasi pada pembelajaran karena peran guru disini hanya menetapkan topik dalam model simulasi, menyiapkan model simulasi, mengelola kegiatan simulasi, memotivasi siswa, mengamati interaksi siswa. Uraian di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sagala (2007: 114) yang mengemukakan bahwa : Guru merupakan faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa, jadi peran guru lebih dari sekedar memberi ilmu pengetahuan, tetapi guru juga rekan belajar, model, pembimbing, fasilitator, dan mengubah kesuksesan siswa, mempercepat belajar. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model simulasi sebanyak tiga siklus telah melatih dan mendidik siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan model simulasi yang diterapkan dalam pembelajaran telah mampu menciptakan kerjasama dan kekompakan dalam kelompok untuk menjalankan skenario simulasi, serta melatih siswa untuk memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model simulasi berlangsung guru senantiasa mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam simulasi, upaya yang dilakukan guru adalah dengan menciptakan suasana kompetitif serta memberikan dorongan kepada siswa berupa reward sehingga siswa terdorong untuk aktif dalam simulasi. Dalam kegiatan belajar ini guru ternyata mampu memberi kesempatan siswa untuk lebih terampil dalam proses pembelajaran.
122
2. Implikasi Model Simulasi Terhadap Peningkatan Belajar Siswa Aktif Pada Pembelajaran PKn Guru memiliki peranan, yaitu menciptakan suasana yang dapat mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru.(http://idependidikan.blogspot.com) Dalam proses pembelajaran terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru sebagai figur sentral harus mampu mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa aktif, oleh karena itu ada tiga alasan mengapa belajar aktif perlu diterapkan, yaitu: a. Karakteristik siswa, yakni rasa ingin tahu yang merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis, dan imajinasi yang merupakan modal berfikir dan berperilaku kreatif. b. Hakikat belajar, yakni proses menemukan dan membangun makna atau pengertian oleh si pembelajar terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi, pikiran, dan perasaan si pembelajar. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Pengetahuan dibangun sendiri oleh si pembelajar. c. Karakteristik lulusan yang dikehendaki, yakni agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang: 1) Peka yang berarti berpikir tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain. 2) Mandiri yang berarti berani dan mampu bertindak tanpa selalu tergantung pada orang lain. 3) Bertanggung jawab yang berarti siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil.(http://idependidikan.blogspot.com)
123
Rasa keingintahuan siswa harus mampu direspon oleh guru, sehingga guru mampu menyaring keinginan siswa melalui persepsi, pikiran dan perasaan yang mana akan menghasilkan lulusan yang dikehendaki oleh guru, yakni lulusan yang mampu bertahan dan berhasil dalam hidup yang meliputi kepekaan siswa, kemandirian dan tanggung jawab dengan tindakannya. Hal ini pun sejalan dengan Sudjana (1989: 23), perlunya belajar aktif diterapkan dalam proses pemmbealajaran yaitu: 1) Asumsi pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau membudayakan manusia dan proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, seta moral. 2) Asumsi anak didik, yaitu didasarkan atas anak bukan manusia kecil tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, individu atau anak didik pada dasarnya insane yang aktif kreatif dalam menghadapi lingkungannya. 3) Asumsi guru, yaitu bertanggung jawab atas tercapainyan belajar siswa, berperan sebagai pemimpin belajardan fasilitator bealajar. 4) Asumsi proses pengajaran, yaitu proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru, proses pengajaran akan lebih efektif apabila menggunakan metode atau teknik yang tepat. Proses belajar aktif memang membutuhkan hubungan sinergi antara guru dan siswa, sehingga keinginan tahuan siswa sebagai modal dasar berkembangnya sikap ktitis dan imajinasinya, mampu bertahan dalam kehidupannya, karena pendidikan pun adalah usaha sadar memanusiakan manusia sehingga ada tanggung jawab dari guru yaitu mampu mengajak siswa yang mempunyai potensi untuk berkembang dengan menggunakan teknik yang tepat. Dalam proses belajar aktif lebih efektif jika prinsip-prinsip belajar siswa aktif dapat diterapkan, hal ini senada dengan Sudjana (1989: 27) ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya belajar siswa aktif, yaitu: 1) Stimulus belajar, pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus yang pertama perlua adanya pengulangan sehingga membantu
124
siswa dalam memperkuat pemahamannya dan kedua siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. 2) Perhatian dan motivasi, merupakan pra syarat utama dalm proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. 3) Respon yang dipelajari, keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar. 4) Penguatan, setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan. 5) Pemakaian dan pemindahan, pikiran manusia mempunyai kesanggupan, menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali. Penunjang tumbuhnya belajar siswa aktif harus mampu guru kuasai dengan memberikan stimulus belajar terhadap siswa serta memberi perhatian serta motivasi sehingga proses pembelajaran dapat optimal, disatu sisi penempatan informasi secara optimal harus mampu dikuasai pula oleh guru, sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, oleh karena itu penggunaan model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran merupakan satu upaya yang ditempuh guru untuk meningkatkan belajar siswa aktif. Belajar aktif memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar siswa karena dapat menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar aktif yaitu, belajar aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar
125
sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru atau orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru. Sesuai dengan pengertian belajar aktif diatas, yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan perilaku guru hendaknya: 1) Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa. 2) Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara atau bertanya. 3) Menghargai perbedaan pendapat. 4) Mentolerir ‘salah’ dan mendorong untuk memperbaiki. 5) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa. 6) Tidak terlalu cepat membantu siswa. 7) Tidak kikir memuji atau menghargai. 8) Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas. 9) Menumbuhkan rasa percaya diri. 10) Mendorong
siswa
untuk
tidak
takut
salah
dan
berani
menanggung
resiko.(http://idependidikan.blogspot.com) Sejalan dengan pemikiran Sudjana (1989: 37) bahwa agar siswa belajar lebih aktif guru dituntut seperti halsebagai berikut: 1) Mampu menjabarkan bahan pengajaran dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk skenario untuk disimulasikan atau didemonstrasikan oleh siswa. 2) Memiliki siakp yang posotif terhadap tugas profesinya, sehingga selalu berupaya meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, yaitu keterbukaan untuk menerima kritik. 3) Terampil dalam melakukan interaksi dengan para siswa, yakni cara-cara yang digunakan guru dalam melakukan hubungan timbale balik dengan para siswa. 4) Memahami sifat dan karakteristik siswa terutama kemampuan belajarnya.
126
5) Terampil mengelola kelas atau memimpin siswa belajar, yaitu kegiatan siswa belajar dapat dikendalikan dengan baik dan produktif. Belajar aktif dapat terealisasikan dengan baik ketika peran guru dalam mengajar mampu untuk mengkondisikan kelas dengan membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara atau bertanya dan memahami karakteristik siswa sehingga akan menghasilkan kelas yang optimal dan produktif, serta akan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal demikian pun terjadi dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran simulasi pada tindakan siklus I sampai dengan III. Pada ketiga siklus yang dilakukan keaktifan siswa memang meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran simulasi tersebut dalam proses pembelajaran, hanya saja keaktifan tersebut akan tumbuh apabila guru selalu memahami sifat dan karakteristik siswa terutama kemampuan belajarnya. Oleh karena itu penggunaan model simulasi dalam proses pembelajaran merupakan satu upaya yang ditempuh guru untuk meningkatkan belajar siswa aktif, karena tanpa adanya keterlibatan yang aktif oleh siswa maka proses pembelajaran akan terasa sukar berjalan dengan lancar, sehingga siswa mempunyai inisiatif untuk selalu ingin terus belajar. Keterlibatan aktif siswa memang modal keberhasilan dalam proses pembelajaran, maka dari itu siswa dalam proses pembelajaran harus senantiasa harus turut serta dalam melaksanakan tugas belajrnya ketika guru memberikan tugas, dan bertanya pada siswa lain atau guru ketika ada hal yang belum dipahami ketika proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan kriteria keaktifan siswa menurut Sudjana ( 1990: 261 ), yaitu: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah 3) Bertanya pada siswa lain atau guru tentang masalah yang belum dipahami.
127
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan berkaitan dengan pemecahan masalah yang dihadapinya. 5) Melaksanakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Melatih diri dalam memecahkan masalah bersanma kelompok. 7) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnyadalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Sesuai dengan kriteria diatas, pada ketiga siklus yang dilakukan belajar siswa aktif memang terbukti meningkat, dengan diterapkannya model simulasi dalam proses pembelajaran, hanya saja keaktifan tersebut akan tumbuh apabila guru selalu mendirong siswa untuk selalu terlibat aktif, menumbuhkan rasa percaya diri dan mendorong siswa untuk tidak takut salah ketika belajar. Pembelajaran dengan menggunakan model simulasi telah mampu membangkitkan belajar siswa aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya dimana siswa hanya menyimak saja dan informasi atau materi yang kemudian menyimpannya dalam memori tanpa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru diketahui awalnya implikasi penerapan model simulasi terhadap peningkatan belajar siswa aktif pada pembelajaran PKn terlihat dari mulai munculnya rasa ketertarikan siswa dan rasa ingin tahu mereka ketika model tersebut mulai diterapkan. Dengan keingintahuannya tersebut siswa berusaha menyimak dan menerapkan langkah-langkah model simulasi dalam proses pembelajaran. Meskipun pada siklus I hasil pekerjaan mereka belum sempurna dan belum sistematis, dengan munculnya rasa ingin tahu mereka terhadap model simulasi merupakan langkah awal yang baik, karena dengan adanya rasa ingin tahu mereka dapat menumbuhkan semangat untuk mengetahui lebih dalam mengenai model simulasi.
128
Penggunaan model simulasi dalam pembelajaran mampu meningkatkan belajar siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat ketika melaksanakan peran yang disimulasikan, keberanian bertanya kepada siswa ataupun guru ketika ada hal yang belum dipahami ketika bersimulasi siswa tidak lagi malu untuk bertanya ketika ada hal yang belum dipahami, siswa juga semua terlibat terhadap tugas simulasinya siswa tidak lagi mengandalkan temannya. Selain itu penggunaan model simulasi dalam pembelajaran PKn sebanyak tiga siklus dapat melatih keterampilan tertentu bagi kehidupan sehari-hari, meningkatkan kegiatan belajar dengan melibatkan siswa mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya serta membantu siswa untuk berusaha mencari informasi yang berkaitan dengan simulasi. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk dapat sharing, berbagi pengalaman serta informasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai yang diutarakan siswa dalam wawancara yang mengatakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran simulasi, siswa dapat saling bertukar informasi sehingga materi yang dibelajarkan menjadi lebih menarik. Dengan menggunakan model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran PKn telah terbukti dapat meningkatkan belajar siswa aktif, dan memnjadikan proses balajar lebih menarik.
3. Kendala Yang dihadapi Dalam Penerapan model Simulasi Model simulasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran PKn telah mampu meningkatkan belajar siswa aktif, tetapi dalam pelaksanaan model simulasi tidak lepas dari kendala. Adapun kendala yang dihadapi dalam penerapan model simulasi yaitu:
129
Pertama, siswa belum sepenuhnya memahami tentang model pembelajaran simulasi. Hal tersebut terlihat dari pel;aksanaan siklus I sampai III masih ada siswa yang belum dapat menerapkan langkah-langkah model simulasi secara sistematis. Kedua, keaktifan siswa sudah meningkat dengan diterapkannya model simulasi, tetapi keaktifan tersebut senantiasa digali dan ditumbuhkan oleh guru, baru siswa kemudian dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan kata lain guru masih mendominasi dan belum berperan sebagai fasilitator yang baik bagi siswa. Ketiga, siswa sudah berani ikut serta dalam proses pembelajaran khususnya dalam proses simulasi, meskipun banyak siswa yang masih ragu dan malu untuk melaksanakan perannya, hal ini dikarenakan siswa masih takut untuk salah dalam berperan. Keempat, waktu dalam bersimulasi yang relatif kurang lama, dengan keterbatasan waktu tersebut membuat siswa kurang mampu mengekspresikan perannya serta mengakibatkan kurang pahamnya siswa terhadap langkah-langkah yang harus dijalani dalam bersimulasi yang akhirnya pengerjaan simulasi kurang sistematis. Kelima, belum adanya fasilitas yang memadai yang digunakan pada waktu simulasi, hal tersebut terlihat dari pelaksanaan siklus I sampai dengan siklus III masih terjadi kegaduhan ketika bersimulasi yang disebabkan karena fasilitas yang kurang mendukung. Keenam, guru belum terbiasa mempersiapkan perencanaan dan menyiapkan program pembelajaran seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam setia pertemuan dengan baik dan matang untuk mencapai sasaran yang diharapkan karena keberhasilan pembelajaran melalui model simulasi salah satunya ditentukan dalam perencanaan yang dibuat.
130
Kelemahan tersebut senada dengan dikemukakan oleh Wardani (dalam Suparman, 1997: 81) bahwa ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran simulasi, yaitu: a. Model simulasi memerlukan fasilitas khusus yang mungkin tidak terdapat pada satu sekolah serta kurang efektif untuk kelas besar. b. Kelemahan lain dari simulasi terletak pada media berlatih berupa situasi buatan. Situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi sebenarnya. c. Memerlukan waktu yang banyak untuk bersimulasi agar semua siswa bias diberi kesempatan berlatih. Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa ternyata masih banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan model simulasi pada pembelajaran PKn. Melihat kondisi tersebut, maka guru sebagai pengelola kelas diharuskan mengorganisir serta meminimalisir kendala tersebut sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa aktif. Selain itu dengan meminimalisir kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan memudahkan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
4. Upaya Untuk Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Dalam Penerapan model Simulasi Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan dengan melihat kendala-kendala yang dihadapi dari penerapan model simulasi maka diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, maka guru mencoba mengatasinya dengan tindakan dibawah ini: Pertama, guru berusaha memahami betul mengenai makna serta langkah-langkah model simulasi karena di dalam menerapkan model tersebut guru harus memberikan pengarahan yang jelas tentang model simulasi tersebut, sehingga siswa dapat lebih memahami model tersebut dan
131
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar, sistematis serta dapat mengambil manfaat dari penerapannya. Hal tersebut senada dengan dikemukakan oleh Wardani (dalam Suparman, 1997: 84), yaitu: Penguasaan keterampilan di bawah ini merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam mengelola model simulasi dalam pembelajaran. a. b. c. d.
Keterampilan bertanya Keterampilan menjelaskan Keterampilan memberi penguatan Keterampilan mengajar kelompok kecil
Kedua, kemampuan guru senantiasa terus ditingkatkan secara optimal untuk meningkatkan profesionalisme dengan menambah wawasan ilmu pengetahuan, model pembelajaran maupun pengelolaan kelas. Dengan pengelolaan kelas yang baik maka dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk terselenggaranya penggunaan model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran. Hal tersebut senada dengan dikemukakan oleh Sudjana (1989: 36), yaitu: Pengajaran yang bernafaskan belajar siswa aktif lebih menekankan pentingnya proses belajar siswa disamping hasil belajar yang dicapainya. Asumsinya adalah bahwa proses belajar yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Namun hasil belajar yang optimal tidak selamanya merupakan akibat proses belajar. Oleh sebab itu pengendalian proses belajar siswa merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Disamping itu juga untuk menambah wawasan bagi guru tersebut dapat melalui penataran-penataran, selain itu juga mencari sumber-sumber dengan memanfaatkan media cetak ataupun elektronik. Ketiga, menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa berani, yakin dan tidak takut salah dalm proses pembelajaran. Pemberian reward pun sangat diperlukan untuk menumbuhkan
132
kepercayaan diri siswa serta untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Reward tersebut dapat berupa kata-kata atau pujian, gerak tubuh seperti tepuk tangan maupun pemberian nilai tambahan. Selain itu peran guru sebagai fasilitator memegang peranan penting agar cara belajar siswa aktif dapat terealisasi. Hal tersebut senada dengan pendapat Sudjana (1989: 33), yaitu: Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Kemudahan tersebut bisa diupayakan dalam berbagai bentuk, antara lain sumber dan alat-alat belajar, memberikan bantuan terhadap siswa yang memerlukan, menunjukkan jalan keluar dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Upaya lain untuk meningkatkan belajar siswa agar dapat berperan aktif dalam pembelajaran menurut Sudjana (1989: 37), yaitu: Guru harus memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang diasuhnya, sehingga selalu berupaya meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Keterbukaan untuk menerima kritik, keinginan untuk mencoba model dan cara-cara belajar baru dalam mengajar, terampil dalam melakukan interaksi dengan para siswa serta memahami karakteristik siswa terutama kemampuan belajarnya.
Selain itu suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat takut salah pada diri siswa. Maka guru dituntut untuk terampil mengelola kelas atau memimpin siswa belajar, menguasai kelas disini pengertiannya adalah kegiatan siswa belajar dapat dikendalikan dengan baik dan produktif. Keempat, waktu dalam bersimulasi seyogyanya harus lebih lama, agar siswa lebih optimal dalam bersimulasi, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wardani (dalam Suparman, 1997: 84), yaitu: Waktu untuk menyajikan simulasi dapat berfariasi mulai dari satu sesi(60 menit) sampai beberapa sesi. Hal ini tergantung dari hakikat situasi atau keterampilan yang akan disimulasikan. Namun perlu juga agar waktu jangan terlampau panjang, sehingga kebosanan dapat dihindari.
133
Dalam simulasi sering kali terjadi terbatasnya waktu, sehingga membuat siswa kurang mampu berekspresi dalam memerankan perannya dalam skenario, tetapi ketika waktu bersimulasi waktu juga harus dijaga agar tidak melampaui batas waktu yang mengakibatkan kebosanan. Kelima, model simulasi memerlukan fasilitas khusus yang mungkin tidak terdapat pada satu sekolah serta kurang efektif untuk kelas besar, maka guru harus mampu menyiasati dengan menyiapkan alat-alat atau fasilitas yang dibutuhkan dalam simulasi. Misalnya, ruang kelas dengan perlengkapannya jika yang disimulasikan adalah keterampilan mengajar, benda-benda tiruan yang sesuai dengan materi yang disimulasikan. Keenam, dalam menyusun perencanaan pembelajaran perlu disusun secara baik dan matang, yaitu dalm hal materi, metode serta media yang digunakan dalam pembelajaran. Pemilihan media dan metode pembelajaran ataupun model pembelajaran harus tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemilihan media yang digunakan pun harus sesuai dengan materi yang akan dibelajarkan. Selain itu guru harus memahami berbagai macam teknik mengajar, hubungan bahan pelajaran PKn dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, lingkungan masyarakat serta mengenal karakter-karakter ilmu sosial (Soemantri, 2001: 313). Dengan upaya-upaya yang dilakukan guru tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan guru ketika mengajar di kelas, serta dapat memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga dapat menciptakan pembelajaran PKn yang optimal, efektif dan dapat meningkatkan belajar siswa aktif.