BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum Responden Setelah jumlah kuesioner yang diterima sudah dianggap mencukupi, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan tabulasi atau rekapitulasi data. Data hasil tabulasi tersebut merupakan data yang akan diolah untuk pengujian hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang merupakan inti dari penelitian ini, penulis akan sampaikan terlebih dahulu mengenai gambaran umum responden. Kuesioner yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 kuesioner yang dapat dikelompokkan menjadi: Tabel IV.1 Pengelompokan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Pria 28 53,8% Wanita 24 46,2% Total 52 100% Sumber: Kuesioner Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin pria yakni mencapai persentase 53,8% dan sisanya sebesar 46,2% berjenis kelamin wanita. Sebaran kuesioner yang tidak merata dalam hal jenis kelamin dianggap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap data hasil penelitian yang akan diolah. Hal ini telah diuji melalui uji realibilitas yang dilakukan secara terpisah. Bagi yang berjenis kelamin prian menunjukan Cronbach’s Alpha sebesar 0,706 sehingga hasil yang ditunjukan reliabel, sedangkan untuk yang berjenis kelamin wanita memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,610 dan masih dikatakan reliabel juga. Selain itu
48
jumlah presentase pria dan wanita yang tidak begitu signifikan, melihat hanya ada perbedaan 7,6% antara total jenis kelamin wanita dan pria. (lihat lampiran L28-L34). Tabel IV.2 Pengelompokan Jabatan Responden Jabatan Frekuensi Persentase Partner Manajer 1 2% Senior Auditor 8 15,4% Junior Auditor 43 82,6% Lainnya Total 52 100% Sumber: Kuesioner Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jabatan auditor yang menjadi responden adalah Junior auditor dengan persentase sebanyak 82,6%, Senior auditor 15,4% dan persentase paling kecil adalah jabatan Manajer sebanyak 2%. Tabel IV.3 Pengelompokan Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan Frekuensi Persentase SMK D3 8 15,4% S1 43 82,6% S2 Lainnya 1 2% Total 52 100% Sumber: Kuesioner Dari tabel IV.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebesar 82,6% dan tidak sedikit juga responden yang memiliki pendidikan terakhir D3 sebesar 15,4%, walaupun demikian terdapat juga responden berstatus lainnya sebanyak 2%.
49
Tabel IV.4 Pengelompokan Lama Bekerja Responden Lama Bekerja Frekuensi Persentase 1 – 2 Tahun 45 86,5% 2 – 5 Tahun 4 7,7% > 5 Tahun 3 5,8% Total 52 100% Sumber: Kuesioner Dari data lama bekerja responden pada tabel di atas, sebagian besar responden bekerja kurang dari 2 tahun dengan persentase 86,5%. Hal ini dikarenakan jumlah responden yang sebagian besar memiliki jabatan sebagai junior auditor yang notabennya sedang meniti karir dan memiliki keinginan untuk mencapai posisi yang terbaik. Sisanya yang bekerja antara 2 sampai 5 tahun sebesar 7,7% dan kisaran 5 tahun keatas dan bisa dibilang sudah mempunyai pengalaman yang cukup sebagai auditor sedikitnya hanya sebesar sebesar 5,8%.
IV.2. Analisa Deskriptif Analisa deskriptif dimaksudkan untuk mengintepretasikan distribusi frekuensi jawaban responden atas pertanyaan inti dari kuesioner yang disebarkan, guna mendeskripsikan variabel pendidikan, pengalaman, pelatihan, independensi serta kualitas audit berdasarkan jawaban para responden. Pada deskripsi hasil penelitian ini dibahas mengenai data-data hasil penelitian yang telah diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada para responden. Kuesioner yang dibagikan kepada 52 responden yang terdiri dari 28 pertanyaan. Jumlah pertanyaan tersebut terdiri dari 5 bagian, yaitu: Bagian 1: Berkaitan dengan pertanyaan mengenai Pendidikan (PDK) yang terdiri dari 5 pertanyaan.
50
Bagian 2: Berkaitan dengan pertanyaan mengenai Pengalaman (PGL) yang terdiri dari 5 pertanyaan. Bagian 3: Berkaitan dengan pertanyaan mengenai Pelatihan (PLT) yang terdiri dari 5 pertanyaan. Bagian 4: Berkaitan dengan pertanyaan mengenai Indenpendensi (IDP) yang terdiri dari 5 pertanyaan Bagian 5: Berkaitan dengan pertanyaan mengenai Kualitas audit (KA) yang terdiri dari 8 pertanyaan.
IV.2.1. Pendidikan (PDK) Hasil Penelitian dan pembahasan yang menggambarkan mengenai pendidikan dalam kualitas audit di kantor - kantor akuntan publik merupakan data - data yang diperoleh dari 52 kuesioner yang disebarkan kepada auditor di sepuluh KAP di Jakarta Barat, dimana kuesioner tersebut terdiri dari 5 pertanyaan mengenai pendidikan sebagai variabel independen. Berikut pembahasan kuesioner variabel pendidikan: Tabel IV.2.1.1 Auditor Tidak Harus Memiliki Latar Belakang Pendidikan S1 Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 16 30,8% Ragu-ragu 3 5,8% Setuju 13 25% Sangat Setuju 18 3,4% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.1.1 menerangkan bahwa jumlah responden yang menyatakan auditor harus memiliki latar belakang pendidikan S1 menunjukkan hasil sebanyak 2 responden
51
(3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 16 responden (30,8%) menyatakan tidak setuju, 3 responden (5,8%) menyatakan ragu - ragu, 13 responden (25%) menyatakan setuju dan 18 responden (3,4%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.1.2 Pendidikan Yang Berkelanjutan (PPL) Dapat Meningkatkan Keahlian Dan Pengetahuan Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 1 2% Tidak Setuju Ragu – ragu Setuju 30 57,7% Sangat Setuju 21 40,3% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel di atas menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pendidikan yang berkelanjutan (PPL) dapat meningkatkan keahlian dan kualitas auditor menunjukkan hasil sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju, dan jumlah yang setuju menyatakan setuju ada 30 responden (57,7%), sisanya 21 responden (40,3%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.1.3 Tingkat Pendidikan Akademis Dapat Mempengaruhi Kinerja Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 7 13.4% Ragu – ragu 1 2% Setuju 28 53,8% Sangat Setuju 16 30,8% Total 52 100 Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pendidikan akademis dapat mempengaruhi kinerja auditor menunjukkan hasil sebanyak 7 responden (13.4%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (2%) menyatakan ragu 52
ragu, 28 responden (53,8%) menyatakan setuju, dan 16 responden (30.8%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.1.4 Pendidikan Akademis Tidak Dapat Meingkatkan Kualitas Dan Kemampuan Untuk Mencapai Kedudukan dan Karir Yang Lebih Baik Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 4 7,7% Ragu – ragu 4 7,7% Setuju 28 53,8% Sangat Setuju 14 27% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pendidikan akademis tidak dapat meningkatkan kualias dan kemampuan untuk mencapai kedudukan dan karir yang lebih baik menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden (7,7%) menyatakan tidak setuju, 4 responden (7,7%) menyatakan ragu - ragu, 28 responden (53,8%) menyatakan setuju, dan 14 responden (27%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.1.5 Pendidikan Tidak Akan Membentuk Kepribadian dan Pengembangan Wawasan Bagi Seorang Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 3 5,8% Ragu – ragu 2 3,8% Setuju 23 44,2% Sangat Setuju 24 46,2% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pendidikan tidak akan membentuk kepribadian dan pengembangan wawasan bagi
53
seorang auditor menunjukkan hasil sebanyak 3 responden (5,8%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (3,8%) menyatakan ragu - ragu, 23 responden (44,2%) menyatakan setuju, dan 24 responden (46,2%) menyatakan setuju.
IV.2.2. Pengalaman (PGL) Hasil penelitian dan pembahasan yang menggambarkan mengenai pengalaman pada kualitas audit di kantor - kantor akuntan publik merupakan data - data yang diperoleh dari 52 kuesioner yang disebarkan kepada auditor di sepuluh KAP di Jakarta Barat, dimana kuesioner tersebut terdiri dari 5 pertanyaan mengenai pengalaman yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Berikut pembahasan kuesioner mengenai variabel pengalaman: Tabel IV.2.2.1 Dengan Melakukan Perpindahan Kantor Akuntan Publik Akan Memperkaya Pengalaman Sebagai Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 1 2% Tidak Setuju 10 19,2% Ragu – ragu 2 3,8% Setuju 30 57,7% Sangat Setuju 9 17,3% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa dengan melakukan perpindahan kantor akuntan publik akan memperkaya pengalaman sebagai auditor menunjukkan hasil sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju, 10 responden (19,2%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (3,8%) menyatakan ragu - ragu, 30 responden (57,4%) menyatakan setuju, dan 9 responden (17,3%) menyatakan sangat setuju.
54
Tabel IV.2.2.2 Kemampuan Auditor Dalam Melakukan Pengauditan Dapat Tercermin Dari Banyaknya Pengalaman Yang Dimiliki Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 2 3,8% Ragu – ragu 1 2% Setuju 27 51,9% Sangat Setuju 22 42,3% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.2.2 menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa kemampuan auditor dalam melakukan pengauditan dapat tercemin dari banyaknya pengalaman yang dimiliki menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan tidak setuju, 1 responden (2%) menyatakan ragu - ragu, 27 responden (51,9%) menyatakan setuju, dan 22 responden (42,3%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.2.3 Pengalaman Memudahkan Auditor Menemukan Salah Saji Dan Mengembangkan Temuan Auditnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 3 6% Ragu-ragu 2 4% Setuju 20 38% Sangat Setuju 27 52% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.2.3 menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pengalaman memudakan auditor menemukan salah saji dan mengembangkan temuan auditnya menunjukkan hasil sebanyak 3 responden (6%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (4%) menyatakan ragu - ragu, 20 responden (38%) menyatakan setuju, dan 27 responden (52%) menyatakan sangat setuju.
55
Tabel IV.2.2.4 Pengalaman Tidak Dapat Membantu Auditor Bernegosiasi Dengan Baik Pada Klien Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 1 2% Ragu – ragu 2 3,8% Setuju 31 59,6% Sangat Setuju 16 30,8% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.2.4 menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pengalaman tidak dapat membantu auditor bernegosiasi dengan baik pada klien menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 1 responden (2%) menyatakan tidak setuju, 2 responden (3,8%) menyatakan ragu - ragu, 31 responden (59,6%) menyatakan setuju, dan 16 responden (30,8%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.2.5 Pengalaman Tidak Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Dalam Penyelesaian Audit Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 5 9,6% Ragu – ragu 3 5,8% Setuju 31 59,6% Sangat Setuju 11 21,2% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden yang menyatakan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu dalam penyelesaian audit menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden (9,6%) menyatakan tidak setuju, 3 responden (5,8%) menyatakan ragu - ragu,
56
31 responden (59,6%) menyatakan setuju, dan 11 responden (21,2%) menyatakan sangat setuju.
IV.2.3. Pelatihan (PLT) Hasil penelitian dan pembahasan yang menggambarkan mengenai pelatihan dalam kualitas audit di kantor akuntan publik merupakan data - data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 52 auditor di sepuluh KAP di Jakarta Barat, dimana kuesioner tersebut terdiri dari 5 pertanyaan mengenai pengalaman sebagai variabel independen. Berikut ini pembahasan kuesioner pelatihan: Tabel IV.2.3.1 Auditor Tidak Wajib Mengikuti Pelatihan Guna Meningkatkan Mutu Profesional Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 4 7,7% Ragu – ragu 5 9,6% Setuju 26 50% Sangat Setuju 17 32,7% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.3.1 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa auditor tidak wajib mengikuti pelatihan guna meningkatkan mutu profesional, sehingga auditor diwajibkan untuk mengikutinya menunjukkan hasil sebanyak 4 responden (7,7%) menyatakan tidak setuju, 5 responden (9,6%) menyatakan tidak setuju, 26 responden (50%) menyatakan setuju, 17 responden (32,7%) menyatakan setuju dan 17 responden (32,7%) menyatakan sangat setuju.
57
Tabel IV.2.3.2 Auditor Wajib Mengikuti Lokakarya Dan Konfrensi Ataupun Simposium Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 6 11,5% Ragu – ragu 8 15,3% Setuju 23 44,2% Sangat Setuju 13 25% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa auditor wajibkan mengikuti lokakarya dan konfrensi ataupun simposium untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 6 responden (11,5%) menyatkan tidak setuju, 8 responden (15,3%) menyatakan ragu - ragu, dan 23 responden (44,2%) menyatakan setuju, dan sisanya 13 responden (25%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.3.3 Frekuensi Pelatihan Yang Berkelanjutan Tidak Dapat Meningkatkan Keahlian Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu – ragu 7 13,5% Setuju 6 11,5% Sangat Setuju 39 75% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa frekuensi pelatihan yang berkelanjutan tidak dapat meningkatkan keahlian auditor menunjukkan hasil sebanyak 7 responden (13,5%) menyatakan ragu –
58
ragu, 6 responden (11,5%) menyatakan setuju, 7 responden (13,5%) menyatakan ragu – ragu. Tabel IV.2.3.4 Pelatihan Berkelanjutan Dapat Menambah Pengetahuan Terkini Bidang Akuntansi Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu – ragu Setuju 29 55,8% Sangat Setuju 23 44,2% Total 52 100 Sumber Kuesioner Tabel IV.2.3.4 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pelatihan berkelanjutan dapat menambah pengetahuan terkini bidang akuntansi menunjukkan hasil sebanyak 29 responden (55,4%) menyatakan setuju, dan 23 responden (44,2%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.3.5 Pengarahan Dari Pembimbing Pelatihan Dapat Memotivasi Untuk Bekerja Lebih Baik Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu – ragu 2 4% Setuju 34 65,5% Sangat Setuju 16 30,5% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pengarahan dari pembimbing pelatihan dapat memotivasi untuk bekerja lebih baik menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (4%) menyatakan ragu -
59
ragu, 34 responden (65,5%) menyatakan setuju, dan 16 responden (30,5%) menyatakan sangat setuju.
IV.2.4. Independensi (IDP) Hasil penelitian dan pembahasan yang menggambarkan mengenai tingkat independensi auditor di KAP merupakan data - data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 52 orang auditor di sepuluh KAP di Jakarta Barat, dimana kuesioner tersebut terdiri dari 5 pertanyaan mengenai independensi yang merupakan variabel independen. Berikut ini pembahasan kuesioner independensi auditor: Tabel IV.2.4.1 Auditor Yang Bebas Dari Pengaruh Setiap Pekerjaan Dalam Bidang Yang Diauditnya Menjadi Seorang Auditor Yang Independen Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 5 9,6% Ragu - ragu Setuju 25 48% Sangat Setuju 22 42,4% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengunai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa auditor yang bebas dari pengaruh setiap pekerjaan dalam bidang yang diauditnya menjadi seorang auditor yang independen menunjukkan hasil sebanyak 5 responden (9,6%) menyatakan tidak setuju, 25 responden (48%) menyatakan setuju, dan 22 responden (42,4%) menyatakan sangat setuju.
60
Tabel IV.2.4.2 Seorang Auditor Tidak Memihak Kepada Siapapun Dalam Mengambil Keputusan Ataupun Mengeluarkan Opini Audit Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - ragu 4 7,7% Setuju 33 63,5% Sangat Setuju 15 28,8% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.4.2 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan seorang auditor tidak memihak kepada siapapun dalam mengambil keputusan ataupun mengeluarkan opini audit menunjukkan hasil sebanyak 4 responden (7,7%) menyatekan ragu - ragu, dan 33 responden (63,5%) menyatakan setuju, dan sisanya 15 responden (28,8%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.4.3 Auditor Sudah Seharusnya Tidak Terlibat Dalam Pertentangan Kepentingan Dengan Pihak Yang Diauditnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 5 9,6% Ragu – ragu 5 9,6% Setuju 26 50% Sangat Setuju 16 30,8% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden beserta persentasenya yang menyatakan auditor sedah seharusnya tidak terlibat dalam pertentangan kepentingan dengan pihak yang diauditnya menunjukkan hasil sebanyak 5 responden (9,6%) menyatakan tidak setuju, 5 responden (9,6%) menyatakan ragu - ragu, 26 responden (50%) menyatakan setuju, dan 16 responden (30,8%) menyatakan sangat setuju.
61
Tabel IV.2.4.4 Seorang Auditor Boleh Memiliki Ataupun Mempunyai Opsi Untuk Membeli Satu Lembar Saham-pun Dari Klien Agar Independen Dalam Melaksanakan Tugasnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 2 3,8% Ragu - ragu 15 28,8% Setuju 27 52% Sangat Setuju 8 15,4% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden beserta persentasenya yang menyatakan seorang auditor boleh memiliki ataupun mempunyai opsi untuk membeli satu lembar saham-pun dari klien agar indenpenden dalam melaksanakan tugasnya menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan tidak setuju, 15 responden (28,8%) menyatakan ragu - ragu, dan 27 responden (52%) menyatakan setuju, dan 8 responden (15,4%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.4.5 Independensi Seorang Auditor Tidak Akan Diragukan Apabila AuditorMemiliki Hubungan Kerjasama Ataupun Memegang Investasi Bisnis Dengan Perusahaan Yang Diauditnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 3 5,7% Tidak Setuju 4 7,7% Ragu - ragu 5 9,6% Setuju 27 52% Sangat Setuju 13 25% Total 52 100 Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa independensi seorang auditor tidak akan diragukan apabila auditor memiliki hubungan kerjasama ataupun memegang investasi bisnis dengan perusahaan
62
yang diauditnya menunjukkan hasil sebanyak 3 responden (5,7%) menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden (7,7%) menyatakan tidak setuju, 5 responden (9,6%) menyatakan ragu - ragu, 27 responden (52%) menyatakan setuju, dan 13 responden (25%) menyatakan sangat setuju.
IV.2.5. Kualitas Audit (KA) Hasil penelitian dan pembahasan yang menggambarkan mengenai tingkat kualitas audit auditor di kantor akuntan publik merupakan data - data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 52 orang auditor di sepuluh KAP di Jakarta Barat, dimana kuesioner tersebut terdiri dari 8 pertanyaan mengenai kualitas audit yang merupakan variabel dependen atau terikat. Berikut ini pembahasan kuesioner kualitas audit auditor: Tabel IV.2.5.1 Mampu Tidaknya Auditor Menemukan Salah Saji Yang Material, Tidak Ditentukan Dari Pendidikan Berkelanjutan (PPL) Yang Didapatnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 4 7,7% Tidak Setuju 15 42,4% Ragu - ragu 8 15,4% Setuju 22 28,8% Sangat Setuju 4 5,7% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan dapat mampu tidaknya auditor menemukan salah saji yang material, tidak ditentukan dari pendidikan berkelanjutan (PPL) yang didapatnya menunjukkan hasil sebanyak 4 responden (7,7%) menyatakan sangat tidak setuju, 15 responden (42,4%)
63
menyatakan tidak setuju, 8 responden (15,4%) menyatakan ragu - ragu, 22 responden (28,8%) menyatakan setuju, dan 4 responden (5,7%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.2 Pendidikan Akademis Auditor Berkaitan Dengan Kemampuan Auditor Dalam Menemukan Kecurangan (Fraud) Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 2 3,8% Tidak Setuju 16 30,7% Ragu - ragu 7 13,5% Setuju 22 42,4% Sangat Setuju 5 9,6% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.5.2 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pendidikan akademis auditor berkaitan dengan kemampuan auditor dalam menemukan kecurangan (fraud) menunjukkan hasil sebanyak 2 responden (3,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 16 responden (30,7%) menyatakan tidak setuju, 7 responden (13,5%) menyatakan ragu - ragu, 22 responden (42,4%) menyatakan setuju, dan 5 responden (9,6%) menyatakan sangat setuju. Tabel 4.2.5.3 Ketepatan Dalam Memberikan Opini Audit, Ditentukan Oleh Pengalaman Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 1 2% Tidak Setuju 5 9,6% Ragu - ragu 4 7,7% Setuju 33 63,4% Sangat Setuju 9 17,3% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel ini menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa ketepatan dalam memberikan opini audit, ditentukan oleh
64
pengalaman auditor menunjukkan hasil sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden (9,6%) menyatakan tidak setuju, 4 responden (7,7%) menyatakan ragu - ragu, 33 responden (63,4%) menyatakan setuju dan sisanya 9 responden (17,3%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.4 Pengalaman Pada Audit Berulang Kali Tidak Berpengaruh Kepada Kemampuan Auditor Dalam Memberikan Laporan Audit Tepat Waktu Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 3 5,8% Tidak Setuju 11 21,1% Ragu - ragu 12 23% Setuju 23 44,3% Sangat Setuju 3 5,8% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.5.4 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pengalaman pada audit berulang kali tidak berpengaruh kepada kemampuan auditor dalam memberikan laporan audit tepat waktu menunjukkan hasil sebanyak 3 responden (5,8%) menyatakan sangat tidak setuju, 11 responden (21,1%) menyatakan tidak setuju, 12 responden (23%) menunjukan ragu – ragu, 23 responden (44,3%) menyatakan setuju, dan 3 responden (5,8%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.5 Pelatihan Yang Telah Didapat Auditor Akan Berpengaruh Pada Kemampuan Auditor Mengidentifikasi Risiko Audit Klien Secara Tepat Waktu Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 3 5,5% Ragu - ragu 3 5,5% Setuju 35 67,5% Sangat Setuju 11 21,5% Total 52 100% Sumber : Kuesioner 65
Tabel IV.2.5.5 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pelatihan yang telah didapat auditor akan berpengaruh pada kemampuan auditor mengidentifikasi risiko audit klien secara tepat waktu menunjukkan hasil sebanyak 3 responden (5,5%) menyatakan tidak setuju, dan dengan jumlah yang sama 3 responden (5,5%) menyatakan ragu - ragu, 35 responden (67,5%) menyatakan setuju, dan sisanya 11 responden (21,5%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.6 Independensi Auditor Berkaitan Dengan Ada Tidaknya Tuntutan Hukum Pada Auditor Dari Pihak – Pihak Yang Dirugikan atas Auditnya Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju 12 23% Ragu-ragu 21 40,5% Setuju 14 26,9% Sangat Setuju 5 9,6% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.5.6 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa menunjukkan hasil sebanyak 12 responden (23%) menyatakan tidak setuju, 21 responden (40,5%) menyatakan ragu - ragu, 14 responden (26,9%) menyatakan setuju, dan 5 responden (5,8%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.7 Pelatihan Yang Diterima Auditor Dapat Membantu Auditor Menditeksi Perataan Laba (Income Smooting) Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu - ragu 6 11,5% Setuju 40 77% Sangat Setuju 6 11,5% Total 52 100% Sumber : Kuesioner 66
Tabel IV.2.5.7 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa pelatihan yang diterima auditor dapat membantu auditor menditeksi perataan laba (income smooting) menunjukkan hasil sebanyak 6 responden (11,5%) menyatakan ragu - ragu. 40 responden (77%) menyatakan setuju, dan 6 responden (11,5%) menyatakan sangat setuju. Tabel IV.2.5.8 Kemampuan Auditor Memberi Solusi Atas Permasalahan Bisnis Yang Dihadapi Klien Tidak Berkaitan Dengan Independensi Seorang Auditor Skala Likert Responden Persentase (orang) (%) Sangat Tidak Setuju 1 2% Tidak Setuju 22 42,3% Ragu – ragu 4 7,7% Setuju 20 38,5% Sangat Setuju 5 9,5% Total 52 100% Sumber : Kuesioner Tabel IV.2.5.8 menerangkan mengenai jumlah responden berikut persentasenya yang menyatakan bahwa kemampuan auditor memberi solusi atas permasalahan bisnis yang dihadapi klien tidak berkaitan dengan independensi seorang auditor menunjukkan hasil sebanyak 1 responden (2%) menyatakan sangat tidak setuju, 22 responden (42,3%) menyatakan tidak setuju, 4 responden (7,7%) menyatakan ragu - ragu, 20 responden (38,5%) menyatakan setuju, dan 5 responden (9,5%) menyatakan sangat setuju.
IV.3. Uji Kualitas Data IV.3.1. Uji Validitas Untuk mengetahui dan menilai kevalidan setiap butir pertanyaan yang terdapat pada kuesioner dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation dari setiap butir
67
pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r-hitung yang terdapat pada kolom corrected item-total correlation lebih besar (>) dari r-tabel.
IV.3.1.1. Uji validitas untuk variabel Pendidikan (PDK) Dengan menggunakan sampel sebanyak 52 responden, maka nilai r-tabel dapat diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut: df (degree of freedom) = n -2 Keterangan : df = Derajat kebebasan n = Jumlah responden Rumus di atas berlaku untuk uji validitas masing-masing butir pertanyaan dari setiap variabel dalam penelitian ini. Jadi untuk variabel PDK, df = 52 – 2 = 50 , maka nilai r-tabel = 0,273. Butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r-hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel). Berikut lampiran mengenai analisa output uji validitas PDK:
1 2 3 4 5
Tabel IV.3.1.1.1 Uji Validitas PDK r-hitung r-tabel 0,641 0,273 0,587 0,273 0,533 0,273 0,539 0,273 0,773 0,273
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Jadi kelima butir pertanyaan untuk variabel PDK telah lulus uji validitas. (L12)
68
IV.3.1.2. Uji validitas untuk variabel Pengalaman (PGL) Dengan menggunakan jumlah sampel 52 responden, maka nilai responden dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang sama pada variabel pendidikan (PDK). Jadi untuk variabel PGL, df = 52 – 2 = 50, maka r-tabel = 0,273. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel). Analisa output dapat dilihat sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Tabel V.3.1.2.1 Uji Validitas PGL r-hitung r-tabel 0,384 0,273 0,698 0,273 0,531 0,273 0,786 0,273 0,789 0,273
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Jadi kelima butir pertanyaan untuk variabel PGL telah lulus uji validitas. (L13) IV.3.1.3. Uji validitas untuk variabel Pelatihan (PLT) Dengan menggunakan jumlah sampel 52 responden, maka nilai responden dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang sama pada variabel pendidikan (PDK). Jadi untuk variabel PLT, df = 52 – 5 = 50, maka nilai r-tabel = 0,273. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel). Analisa output dapat dilihat sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Tabel IV.3.1.3.1 Uji Validitas PLT r-hitung r-tabel 0,761 0,273 0,439 0,273 0,553 0,273 0,607 0,273 0,714 0,273
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
69
Jadi kelima butir pertanyaan untuk variabel PLT telah lulus uji validitas. (L14) IV.3.1.4. Uji validitas untuk variabel Independensi (IDP) Dengan menggunakan jumlah sampel 52 responden, maka nilai responden dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang sama pada variabel pendidikan (PDK). Jadi untuk variabel IDP, df = 52 – 2 = 50, maka nilai r-tabel = 0,273. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel). Analisa output dapat dilihat sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Tabel IV.3.1.4.1 Uji Validitas IDP r-hitung r-tabel 0,273 0,721 0,681 0,273 0,860 0,273 0,804 0,273 0,800 0,273
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Jadi kelima butir pertanyaan untuk variabel IDP telah lulus uji validitas. (L15) IV.3.1.5. Uji validitas untuk variabel Kualitas Audit (KA) Dengan menggunakan jumlah sampel 52 responden, maka nilai responden dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang sama pada variabel pendidikan (PDK). Jadi untuk variabel KA, df = 52 – 2 = 50, maka nilai r-tabel = 0,273. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung yang merupakan nilai dari corrected item-total correlation lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel). Analisa output dapat dilihat sebagai berikut:
70
1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel IV.3.1.5.1 Uji Validitas KA r-hitung r-tabel 0,810 0,273 0,793 0,273 0,817 0,273 0,705 0,273 0,794 0,273 0,744 0,273 0,742 0,273 0,869 0,273
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Jadi kedelapan butir pertanyaan untuk variabel KA telah lulus uji validitas. (L16)
IV.4.1. Uji Reabilitas Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika menilai alpha lebih besar dari 0.06 (alpha > 0.60). Untuk melihat hasil uji realibilitas perlu dilihat pada tabel realibility statistic akan terlihat nilai alpha pada kolom conbach’s alpha. Analisa output dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.4.1.1. Uji Reabilitas Pertanyaan Cronbach's standar Variabel Alpha PDK, 0,662 0.60 PGL, PLT, IDP dan KA
Keterangan Reliabel
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa nilai alpha dari variabel pendidikan, pengalaman, pelatihan, independensi dan kualitas audit lebih dari 0,60 yang merupakan nilai standar. Maka dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. (L18)
71
IV.5.1. Uji Normalitas Pengujian asumsi normalitas data dilakukan untuk menentukan alat uji statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Asusmsi normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kolmogorof-Smirnov, yang pada dasarnya merupakan test of goodness of filt atau uji keselarasan. Uji normalitas dilakukan terhadap suatu data dikatakan terdistribusi normal jika assymp sig > alpha. Dalam penelitian ini alpha 5% (0,05). Tabel IV.5.1.1. Uji Normalitas Variabel
K-SZ
Assymp.Sig (2 tailed)
α
Keterangan
Pendidikan
1,040
0,230
0,05 Berdistribusi normal
Pengalaman
0,736
0,651
0,05 Berdistribusi normal
Pelatihan
1,495
0,023
0,05 Berdistribusi tidak normal
Independensi
1,236
0,094
0,05 Berdistribusi normal
Kualitas Audit
0.962
0.313
0,05 Berdistribusi normal
Dari data diatas dapat ketahui bahwa semua menunjukan nilai > 0,05 (alpha), kecuali variabel pelatihan tidak terdistribusi dengan normal. kemudian pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik, sedangkan berdasarkan uji normalitas yang dilakukan menunjukan bahwa variabel pelatihan tidak terdistribusi normal akan tetapi variabel tersebut masih bisa diregresikan karena koefisien hasil regresinya masih tetap akurat, hanya saja kurang efisien. Sehingga alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesisnya adalah statistik non parametrik, yaitu one sample kolmogorov smirnov test. (L21-23)
72
IV.6. Uji Regresi Linier Berganda IV.6.1. Mulitikolinearitas Untuk mendeteksi multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari tabel coefficients (a): jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, maka dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. Analisa output dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.6.1.1 Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance 1
VIF
(Constant) PDK PGL PLT IDP
0,684 0,693 0,819
1,462 1,443 1,221
0,960
1,042
Dari tabel diatas dapat dilihat masing-masing variabel independen memiliki VIF lebih besar dari 5% dan nilai tolerance tidak kurang dari 10%, maka data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. (L25)
IV.6.2. Autokorelasi Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorelation. Pengujian ini dapat dilihat sebagai berikut:
73
Tabel IV.6.2.1 Model Summaryb Adjusted R Square Square
Model
R
1
0,538a
R Std. Error of Durbinthe Estimate Watson
0,289 0,229
3,021
1,605
a. Predictors: (Constant), JML IDP, JML PDK , JML PLT, JML PGL b. Dependent Variable: JML KA Dari output SPSS di atas maka didapat nilai Durbin Watson hitung adalah 1,605. Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No autocorrelation. Dari hasil output nilai hitung Durbin Watson di atas yang mendekati angka 2, maka dapat dikatakan bahwa model ini terbebas dari asumsi klasik autokorelasi. (L24)
IV.6.3. Heteroskedastisitas Uji
asumsi
yang
terakhir
adalah
uji
asumsi
heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas didefinisikan oleh gujarati (1995) sebagai suatu situasi tidak konstannya variance. Konsekuensi dari kondisi ini adalah biasnya varians sehingga uji signifikansi menjadi tidak sahih (arrendra & Wijayana 2000). Deteksi atas kondisi ini dilakukan
dengan
membuat
variabel
residual
yang
dihasilkan
dari
regresi
understandarlized. Kemudian dilakukan uji dengan metoda Glezjer. Metoda ini memiliki model persamaan sebagai berikut: ׀μ = ׀f (Xi)
74
dengan: Ho : Homoskedastisitas Hi : Heterokedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas disajikan dalam tabel: Tabel IV.6.3.1 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
Model 1
(Constant) JUMLAH KA
Standardized Coefficients
Std. Error
-1.137
3.488
.041
.124
t
Beta .046
Sig.
-.326
.746
.328
.744
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Dalam tabel tersebut nilai sig untuk setiap variable independennya > 0,05 (alpha), yaitu 0,744. Nilai tersebut sangat signifikan. Dengan demikian Ho diterima, berarti tidak ada heterokedastisitas. (L26)
IV.6.4. Uji Hipotesis Uji hipotesis atau disebut uji regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen.
IV.6.4.1. Uji Hipotesis (T-Test) Hipotesis menguji pengaruh kualitas audit terhadap pendidikan, pelatihan, pengalaman, independensi . Hipotesis dibawah ini peneliti akan menguji apakah variabel bebas penelitian atau variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan,
75
pengalaman, pelatihan dan independensi secara simultan akan mempengaruhi kualitas audit.
IV.6.4.1.1. Uji Hipotesis (T-Test) Pendidikan Terhadap Kualitas Audit Hipotesis pertama, peneliti akan menguji apakah faktor pendidikan akan mempengaruhi kualitas audit. Hipotesis pertama Ho: Pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit H1: Pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit Hasil uji t untuk hipotesis 1 menggunakan spss 16.0 dengan signifikansi level α = 5% (uji dua arah/two-tailed) adalah sebagai berikut: Tabel V.6.4.1.1. Uji Hipotesis (T-Test) Pendidikan Terhadap Kualitas Audit Coefficientsa
Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
JUMLAH 0,386 PDK Dependen Variabel : Kualitas Audit
0,217
0,264
t 1,779
Sig. 0,082
Hasil uji F tergantung dari nilai signifikansinya, karena nilai signfikan 0,082 atau 8,2 lebih besar dari signifikan level α = 5% atau p-value 8,2 > α = 5% (uji dua arah/twotailed) maka Ho diterima, artinya faktor pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun demikian, pada level yang lebih konvensional (10%), maka hipotesis alternatif tersebut dapat diterima. Sehingga p-valeu 8,2 < α =10% (uji dua arah/twotailed) maka Ho tidak diterima, sehinga faktor pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit. (L25) 76
IV.6.4.1.2. Uji Hipotesis (T-Test) Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Hipotesis kedua, peneliti akan menguji apakah faktor pengalaman akan mempengaruhi kualitas audit. Hipotesis kedua Ho: Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. H2: Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit Hasil uji t untuk hipotesis 2 menggunakan SPSS 16.0 dengan signifikansi level α = 5% (uji dua arah/two-tailed) adalah sebagai berikut: Tabel IV.6.4.1.2. Uji Hipotesis (T-Test) Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Coefficientsa
Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
JUMLAH 0,132 PGL Dependen Variabel : Kualitas Audit
0,216
0,090
t 0,611
Sig. 0,544
Hasil dari uji t tergantung dari nilai signifikannya, karena nilai signifikan 0,544 atau 54,4% lebih besar dari signifikan level α = 5% atau p-value 54,4% < α = 5% (uji dua arah/two-tailed) maka Ho diterima, artinya faktor pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Bahkan pada level yang lebih konvensional sekalipun. (L25)
IV.6.4.1.3. Uji Hipotesis (T-Test) Pelatihan Terhadap Kualitas Audit Hipotesis ketiga, peneliti akan menguji apakah faktor pelatihan akan mempengaruhi kualitas audit. 77
Hipotesis ketiga Ho: Pelatihan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. H3: Pelatihan berpengaruh terhadap kualitas audit Hasil uji t untuk hipotesis 3 menggunakan SPSS 16.0 dengan signifikansi level α = 5% (uji dua arah/two-tailed) adalah sebagai berikut: Tabel IV.6.4.1.3. Uji Hipotesis (T-Test) Pelatihan Terhadap Kualitas Audit Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. B Std. Error Beta JUMLAH PLT 0,471 0,246 0,260 1,913 0,062 Dependen Variabel : Kualitas Audit Hasil dari uji t tergantung dari nilai signifikannya, karena nilai signifikan 0,062 lebih besar dari signifikan level α = 5% atau p-value 6,2% < α = 5% maka Ho diterima, artinya faktor pelatihan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun demikian, pada level yang lebih konvensional (10%), maka hipotesis alternatif tersebut dapat diterima. Sehingga p-valeu 6,2 < α =10% (uji dua arah/two-tailed) maka Ho tidak diterima, sehinga faktor pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit. (L25) IV.6.4.1.4. Uji Hipotesis (T-Test) Independensi Terhadap Kualitas Audit Hipotesis keempat, peneliti akan menguji apakah faktor independensi akan mempengaruhi kualitas audit. Hipotesis keempat Ho: Independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
78
H4: Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit Hasil uji t untuk hipotesis 4 menggunakan SPSS 16.0 dengan signifikansi level α = 5% (uji dua arah/two-tailed) adalah sebagai berikut: Tabel IV.6.4.1.4. Uji Hipotesis (T-Test) Independensi Terhadap Kualitas Audit Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model
JUMLAH -,453 IDP Dependen Variabel : Kualitas Audit
0,198
-0,287
t 2,288
Sig. 0,027
Hasil dari uji t tergantung dari nilai signifikannya, karena nilai signifikan 0,027 atau 2,7% lebih kecil dari signifikan level α = 5% atau p-value 2,7% < α = 5% (uji dua arah/two-tailed) maka Ho tidak diterima, artinya faktor independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. (L25) IV.6.4.2. Uji Hipotesis (F-Test) Untuk analisis koefisien kolerasi, koefisien determinasi dan R adjusted-nya adalah sebagai berikut: Tabel IV.6.4.2 Uji Hipotesis (F-Test) Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0,538a 0,229 3,21 1,605 a. Predictors: (Constant), JUMLAH IDP, JUMLAH PLT, JUMLAH PDK, JUMLAH PGL
79
Nilai R = 0,538 lebih besar dari nilai kritis 0,5. Karena nilai R 0,538 > 0,5 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara variabel independent yaitu pendidikan, pengalaman, pelatihan dan independensi terhadap kualitas audit. Sedangkan adjusted R Square hanya 0,321 artinya 32,1% kualitas audit dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, pelatihan dan independensi. Selebihnya dipengaruhi oleh faktor - faktor lain diluar penelitian. (L25) IV.6.5. Pembahasan Berdasarkan uji hipotesis yang telah dibahas sebelumnya maka ringkasan dari hasil uji hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel IV.6.5.1 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Terima/Tolak Hipotesis
Sig
α
Ho
Hasil
0,082
0,05 s/d 0,10
Ho ditolak
Pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit
0,554
0,05 s/d 0,10
Ho diterima
Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
0,062
0,05 s/d 0,10
Ho ditolak
Pelatihan berpengaruh terhadap kualitas audit
0,027
0,05 s/d 0,10
Ho ditolak
Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
Pengaruh Pendidikan Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Pelatihan Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
80
IV.6.5.1. Pendidikan, Pelatihan dan Independensi Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Berdasarkan hasil analisis, pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kebanyakan responden memilih setuju dengan variabel pendidikan karena selain sebagai penunjang dari latar belakang profesi auditor juga sebagai langkah awal untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang auditor yang diatur dalam UU No.34 tahun 1954 yang menjelaskan bahwa diperlukan gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari universitas negeri atau swasta yang telah mendapatkan persetujuan dari Panitia Ahli Persamaan Ijazah Akuntansi. Maka dari itu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Sehingga bukan tidak mungkin sebanyak dari total responden sebagian besar yang pendidikan S1 berjumlah 82,6%. Sehingga bisa dipastikan bahwa menurut mereka untuk menjadi seorang auditor sudah menjalani persyaratan pendidikan yang ditentukan. Menurut Suwardjono (1992), pengembangan pendidikan akademis yang dimiliki oleh auditor sangat diperlukan, sehingga para auditor yang secara teoritis telah mempelajari pengauditan tidak tergelincir menjadi pragmatis akan tetapi lebih profesionalisme
karena
mendapatkan
masukan
yang
lebih
besar
mengenai
profesionalisme dari pendidikan profesional yang merupakan pengembangan pendidikan akademik. (h.167) Selain itu pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit bisa dilihat dari latar belakang pendidikan yang memadai juga. Dengan didukung dengan latar belakang pendidikan yang cukup memadai untuk menjadi seorang auditor, seseorang akan lebih mudah melaksanakan tugasnya secara benar dan akan meminimalisasi kesalahan yang terjadi. Pendidikan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang auditor atau AP yang 81
berkualitas, karena pada dasarnya AP merupakan seorang profesional yang dapat memberikan jasanya kepada masyarakat umum dan ahli dibidang pemerikasaan pada laporan keuangan yang disusun oleh kliennya dan dalam prosesnya seorang akuntan diharapkan melakukan ataupun menghasilkan kualitas audit yang dapat dipertanggung jawabkan. Kemampuan merupakan salah satu unsur kompetensi yang penting, karena pekerjaan akan mudah diselesaikan bila kemampuan yang memadai dimiliki dan digunakan dengan semestinya. Kemampuan dapat diperoleh dari pendidikan formal, didukung dengan pengalaman yang dikembangkan dengan pelatihan guna meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Sehingga pada hipotesis pertama, nilai signifikansinya menunjukan 8,2% lebih kecil dari level α = 10% atau p-value 8,2% < α = 10%. Dengan demikian faktor pendidikan berpengaruh terhadap kualitas audit. Menurut Suwardjono (1992), mengungkapkan bahwa pendidikan yang diperoleh auditor di bangku kuliah yang menerima teori dengan rumus if-then tidaklah cukup untuk bekal auditor mengembangkan karirnya, rerangka konseptual dan penalaran yang harus dimiliki seorang auditor agar sikap kreatif dan inovatif dapat ikut berkembang hal ini dapat dicapai dengan melakukan praktek langsung dan mengembangkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki auditor yang dapat diperoleh dari pelatihan. (h.168) Sehingga dapat dinyatakan nilai signifikan hipotesis ketiga mengenai pelatihan 0,062 lebih kecil dari α = 10% atau p-value 6,2% < α = 10%, artinya faktor pelatihan berpengaruh terhadap kualitas audit.
82
Alasan utama adanya profesi auditor adalah untuk melakukan fungsi pengesahan atau meyakinkan akan kewajaran laporan keuangan melalui pengauditan yang dilakukan. Peran auditor dalam kehidupan masyarakat adalah untuk memberikan kepercayaan terhadap laporan keuangan atau menjadikan laporan keuangan lebih dapat dipercaya, yaitu digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak – pihak pemakai laporan, baik kreditor, pemegang saham, pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Akuntan publik mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pasar modal dan perekonomian di Indonesia, bahkan akuntan publik merupakan bagian yang penting dalam pasar modal karena laporan audit suatu perusahaan yang hanya dapat dikeluarkan oleh akuntan publik menentukan posisi perusahaan tersebut di bursa saham. Hal tersebut tentunya dapat didukung oleh independensi seorang auditor dalam melakukan tugasnya. Dengan sikap keindependensian seorang akuntan publik tersebut akan menghasilkan sebuah kualitas audit yang diragukan hasilnya. Sehingga laporan keuangan yang diperiksa-pun keadalannya dapat dipercaya, sehingga para investor ataupun para pemakai laporan keuangan menjadi lebih leluasa untuk mengambil tindakan. Laporan keuangan yang baik atau buruk dihasilkan dari pemeriksaan yang dijalankan oleh para akuntan publik, dan dapat membantu masyarakat melihat kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Independensi adalah hipotesis terakhir yang dinyatakan dengan nilai signifikan 0,027% atau 2,7% lebih kecil dari signifikan level α = 5% atau p-value 2,7% < α = 5%, artinya faktor independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
IV.6.5.2. Pengalaman Tidak Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit 83
Sumber daya manusia yang berkualitas seharusnya memenuhi semua unsur – unsur kompetensi dan karakteristik profesionalisme, akan tetapi pada saat ini masih banyak organisasi yang hanya memenuhi sebagian unsur – unsur kompetensi dan karakteristik profesionalisme dan tidak mengharuskan sumber daya manusianya memenuhi semua kriteria tersebut karena berbagai alasan, dimulai dari keterbatasan waktu mencari SDM yang berkualitas karena harus mencapai target yang telah ditetapkan
organisasi
sehingga
pengalaman
merupakan
faktor
yang
dapat
dikesampingkan terlebih dahulu. Pengalaman adalah suatu proses yang harus dilewati seseorang dalam melakukan pembelajaran. Semakin tinggi pengalaman seseorang maka bukan tidak mungkin seseorang akan ahli dalam bidangnya. Mampu membaca keadaan dan dapat mengendalikan situasi. Seorang akuntan publik juga dituntut untuk memberikan solusi terbaik disaat perusahaan ataupun keadaan perekonomian sedang tidak berjalan baik. Dan pengalaman tidak bisa didapat dari kursi pendidikan formal, akan tetapi pengalaman didapat dari perjalanan karir seseorang yang cukup matang. Semakin banyak msalah yang mereka hadapi dalam pekerjaannya, maka semakin bertambah pengalaman seseorang untuk menyelesaikan kendala suatu permasalahan. Kualitas audit yang bermutu dapat dihasilkan oleh seorang akuntan publik yang berpengalaman, akan tetapi kualitas audit juga masih bisa dihasilkan secara baik dari seseorang yang masih dalam tahap memperkaya pengalaman. Para akuntan publik bisa menghasilkan kualitan audit yang berkulitas dari bekal pendidikan dan pelatihan yang mereka dapatkan sebelumnya. Pengalaman hanya sebuah daftar referensi untuk mempermudah mereka menghadapi suatu permasalah sulit yang mereka hadapi dan jarang terjadi.
84
Oleh karena itu pengalaman dalam hipotesis kedua ini dinyatakan dengan nilai signifikan 0,554% atau 55,4% lebih besar dari signifikan level α = 10% atau p-value 55,4% > α = 10%, artinya faktor pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berbeda dengan penelitian lainnya, Sri Trianingsih Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur melakukan penelitian tentang INDEPENDENSI AUDITOR DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif
antara independensi auditor terhadap kinerja auditor, dapat dilihat dari nilai standardized regression weight 0.393. yang hasil hipotesisnya dapat disimpulkan bahwa H , yang 7
menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor terbukti atau didukung dengan fakta. Temuan ini mendukung Bhagat dan Black (2001).
85