BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah singkat Terbentuknya Kecamatan Toili Toili merupakan daerah transmigrasi yang didatangkan oleh pemerintah pusat dari daerah asalnya yakni dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Provinsi Bali. Berdasarkan administrasi Toili ketika itu masih wilayah kecamatan Batui. Jarak antara Toili dengan pusat pemerintahan kecamatan Batui kurang lebih 50 km, maka dengan pertimbangan jarak Toili dimekarkan menjadi kecamatan sendiri dengan surat keputusan Bupati Banggai Nomor : 43/tahun 1996 tanggal 24 Juni 1996, yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada tanggal 7 Januari 1997. Toili berasal dari kesepakatan dua suku yaitu suku Toili dan suku Towana. Adapun arti pemberian nama Toili adalah dua suku yang mengalir rotan (Tonoili) untuk membuat ruangan rumah dan alat rumah tangga. Dengan perkembangan Daerah Kabupaten Banggai dan wilayah kecamatan Toili serta pertimbangan jarak untuk pendekatan pelayanan public maka kecamatan Toili dimekarkan menjadi kecamatan Toili Barat. Dan selang beberapa tahun kemudian kecamatan Toili dimekarkan lagi menjadi kecamatan Moilong. Kecamatan Toili merupakan salah satu kecamatan yang terletak disebelah Barat Ibu Kota Kabupaten Banggai, telah enam kali melakukan pergantian kepemimpinan yaitu : -
Tahun 1997 – 2001
: Drs. Mahmud Daeng Masiki
-
Tahun 2001 – 2002
: Yusran Lalusu, SH
42
43
-
Tahun 2002 – 2004
: Drs. Haris Hakim
-
Tahun 2004 – 2008
: Drs. Martono Suling
-
Tahun 2008 – 2010
: M. Yunus Hi Said, SE
-
Tahun 2010 – sekarang
: Drs. Subhan Hanusi
( Sumber Data Kecamatan Toili ) 4.1.2 Keadaan Geografis Kecamatan Toili Kecamatan Toili dengan Ibu Kota Kecamatan Kelurahan Cendana yang merupakan bagian wilayah Kabupaten Banggai dengan jarak kurang lebih 98 km dengan pusat pemerintahan Kabupaten Banggai, dan kurang lebih 692 Km dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Kecamatan Toili memiliki luas wilayah sebagai berikut : -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bunta
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moilong
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Peling
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Toili Barat
Kecamatan Toili memiliki dua iklim (musim) yakni musim kemarau dan musim penghujan, musim kemarau terjadi antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, sementara musim penghujan antara bulan April sampai bulan September, curah hujan rata-rata di Kecamatan Toili 1880 mm pertahun dengan suhu udara rata-rata 30oc. Kecamatan Toili hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim
44
kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November. Suhu udara di Kecamatan Toili antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2010, suhu udara rata-rata berkisar antara 26,8oC sampai 29,4oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 36oC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 20oC. Kecamatan Toili mempunyai kelembaban udara relatif tinggi di mana pada tahun 2012 rata-rata berkisar antara 72 persen sampai 81 persen. Curah hujan di Kecamatan
Toiliantara
lain
dipengaruhi
oleh
keadaan
iklim
dan
perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 3,4 mm sampai 284,9 mm. Kecepatan angin di Kecamatan Toili umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar antara 4 knot hingga 6 knot. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan arah/kecepatan angin adalah perbedaan tekanan udara. Wilayah Kecamatan Toili mempunyai ketinggian 10 meter dari atas permukaan laut dengan bentuk permukaan tanah sebagai berikut : -
Daratan
: 95%
-
Perbukitan
: 5%
-
Pegunungan
: 0%
45
Desa – desa yang termasuk dalam wilayah administrasi di Kecamatan Tolili, Cendana (kelurahan), Piondo, Bukit Jaya, Tolisu, Sindang Baru, Mekar Kencana, Marga Kencana, Tirta Kencana, Mulyasari, Tirtasari, Tirta Jaya, Tohiti Sari, Sari Bhuana, Jaya Kencana, Sentral Sari, Sentral Timur, Singkoyo, Tanah Abang, Rusa Kencana, Mansahang, Benteng, Samalore, dan Uwe Mea. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2. Desa –desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Toili No
Nama
Keterangan
1
Cendana
Kelurahan
2.
Piondo
Desa
3.
Bukit Jaya
Desa
4.
Tolisu
Desa
5.
Sindang Baru
Desa
6.
Mekar Kencana
Desa
7.
Marga Kencana
Desa
8.
Tirta Kencana
Desa
9.
Mulyasari
Desa
10.
Tirtasari
Desa
11.
Tirta Jaya
Desa
12.
Tohiti Sari
Desa
13.
Sari Bhuana
Desa
46
14.
Jaya Kencana
Desa
15.
Sentral Sari
Desa
16.
Sentral Timur
Desa
17.
Singkoyo
Desa
18.
Tanah Abang
Desa
19.
Rusa Kencana
Desa
20.
Mansahang
Desa
21.
Benteng
Desa
22.
Samalore
Desa
23.
Uwe Mea
Desa
( Sumber : Data pemerintah Kecamatan Toili ) Kondisi tanah di wilayah Kecamatan Toili adalah potensial, hal ini dapat di lihat dari luas areal lahan yang dipakai untuk lahan pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3. Luas Lahan Pertanian Kecamatan Toili Lahan Sawah dan Lahan Kering
Potensial
Fungsional
Luas Lahan Sawah
8.583,25 ha
3.230,75 ha
Luas Lahan Kering
5.528,50 ha
1.689,10 ha
( Sumber : Data pemerintah Kecamatan Toili )
47
4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Toili terjadi dalam bentuk perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Sebab-sebab perkembangan itu dapat ditinjau dari beberapa hal, antara lain pengaruh kemajuan dibidang pendidikan yaitu dengan adanya sekolah-sekolah unggulan sampai dengan perguruan tinggi. Perkembangan lain bisa kita lihat dengan terbukanya komunikasi dan transportasi darat, laut, yang makin membaik sehingga mempercepat arus informasi dari luar. Kecamatan Toili memiliki jumlah 22 Desa dan 1 kelurahan dengan jumlah penduduk 32.376 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16. 595 jiwa, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 15. 781 jiwa, dan jumlah kepala keluarga berjumlah 8.824. Rincian jumlah penduduk di Kecamatan Toili menurut jenis kelamin dapat dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Toili Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Persentase
Jumlah
Laki – laki
60%
16. 595
Perempuan
40%
15. 781
Jumlah Total
32.376
( Sumber : Data olahan dari Kecamatan Toili ) Kecamatan Toili merupakan daerah yang penduduknya multi etnis atau sangat beragam. suku bangsa yang terdapat di Kecamatan Toili di kelompokkan menjadi dua bagian, yakni masyarakat transmigrasi yang terdiri dari Suku Sasak,
48
Bali dan Jawa. sedangkan kelompok yang satunya lagi lebih sering dipanggil dengan Orang kampung atau tuan tanah yang terdiri dari suku banggai, saluan, bugis, Taa dan Bajo. Adapun Objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi terletak di Kecamatan Toili adalah pantai pandanwangi dan bendungan mantawa yang menjadi primadona bagi masyarakat Kecamatan Toili dan pendatang. Sumber penghasilan masyarakat di Kecamatan Toli lebih banyak pada bidang pertanian lahan sawah dengang jumlah presentase 70 %, sedangkan 20% dan 10% terbagi pada bidang lahan perkebunan dan perikanan. Adapun rincian mata pencaharian dan sumber penghasilan penduduk kecamatan Toili dapat digambarkan pada tabel berikut: Tabel 5. Sumber Penghasilan Sebagian Besar Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Toili
No.
Desa
Sumber Penghasilan
1.
Cendana (kelurahan)
Pertanian Lahan Sawah
2.
Piondo
Pertanian Lahan Sawah
3.
Bukit Jaya
Pertanian Lahan Sawah
4.
Tolisu
Pertanian Lahan Sawah
5.
Sindang Baru
Pertanian Lahan Sawah
49
6.
Mekar Kencana
Pertanian Lahan Sawah
7.
Marga Kencana
Pertanian Lahan Sawah
8.
Tirta Kencana
Pertanian Lahan Sawah
9.
Mulyasari
Pertanian Lahan Sawah
10.
Tirtasari
Pertanian Lahan Sawah
11.
Tirta Jaya
Pertanian Lahan Sawah
12.
Tohiti Sari
Pertanian Lahan Sawah
13.
Sari Bhuana
Pertanian Lahan Sawah
14.
Jaya Kencana
Pertanian Lahan Sawah
15.
Sentral Sari
Pertanian Lahan Sawah
16.
Sentral Timur
Pertanian Lahan Sawah
17.
Singkoyo
Pertanian Lahan Sawah
18.
Tanah Abang
Perikanan
19.
Rusa Kencana
Lahan Perkebunan
20.
Mansahang
Pertanian Lahan Sawah
21.
Benteng
Lahan Perkebunan
50
22.
Samalore
Lahan Perkebunan
23.
Uwe Mea
Lahan Perkebunan
Keterangan : -
Luas Lahan Sawah
=
8.583,25 ha
-
Luas lahan perkebunan
=
5.528,50 ha
( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili ) Adapun mata pencaharian penduduk di Kecamatan Toili menurut jenis pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa kategori yakni, petani, pedagang, PNS/TNI/Polri/Pensiunan, buruh dan tukang, dengan jumlah presentase dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6. Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan No.
Mata Pencaharian
Persentase
1.
Petani
85%
2.
Pedagang
4%
3.
PNS/TNI/Polri/Pensiunan
3%
4.
Buruh
6%
5.
Tukang
2%
( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili )
51
4.1.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Toili Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan tekonologi. Di samping itu pendidikan juga dapat menghindari manusia dari kemiskinan, keterbelakangan dan lebih hidup dinamis. Tingkat pendidikan di Kecamatan Toili dirinci menjadi beberapa kategori, antara lain; (1) tidak / belum pernah sekolah sebanyak 120 orang, (2) tidak / tamat SD sebanyak 72 orang, (3) SD sebanyak 13.253 orang, (4) SMP sebanyak
52
10.121orang, (5) SMA/MA/SMK sebanyak 8.118 orang, (6) Sarjana sebanyak 526 orang, (7) PASCASARJANA sebanyak 45 orang. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Toili dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Toili No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
SD
13.253 orang
2.
SLTP/MTS
10.121 orang
3.
SLTA/MA
8.118 orang
4.
SARJANA
526 orang
5.
PASCA SARJANA
45 orang
Jumlah
32.063 orang
( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili ) Tingkat pendidikan di Kecamatan Toili sangat banyak dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan pendapatan dari masyarakat. Banyak diantara masyarakat yang ada di Kecamatan Tolili sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan betapa pentingnya nilai-nilai pendidikan bagi anak, hal ini terbukti dari hasil presentase tinggat pendidikan yang sudah semakin meningkat.
53
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili Bedasarkan hasil observasi yang dilakukan ( 12 Maret 2013 ), ditemukan bahwa awal kedatangan wanita Jawa di kecamatan Toili adalah tahun 1974 dengan keikutsertaanya dalam program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen transmigrasi dan tenaga kerja. Jika dicermati perkembangan wanita Jawa di Kecamatan Toili, ada bukti kemajuan nyata yang telah dialami. Namun ada pula cukup bukti bahwa sebahagian kecil wanita Jawa di Kecamatan Toili belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Seperti yang diperkuat oleh pendapat Muksin ( Wawancara, 18 Maret 2013 ) bahwa masih ada pula wanita Jawa yang mengalami pelecehan, menjadi korban kekerasan, mengalami marginalisasi baik di rumah tangga atau di tempat kerja. Terhadap perlakuan yang tidak adil tersebut, hukum belum berpihak sepenuhnya. Akibatnya masyarakat semakin tidak percaya pada pemerintah dan lembaga penegak hukum. Pemerkosaan belum lama ini terjadi mempunyai makna ganda. Pertama, hal ini menunjukkan perilaku kekerasan dari masyarakat yang bertentangan dengan hukum. Kedua, perilaku masyarakat ini juga dapat menjadi indikasi dari adanya ketidak percayaan masyarakat terhadap penegakan keadilan oleh lembaga peradilan. Sesuai wawancara dengan Moasri ( 25 Maret 2013 ) mengatakan bahwa pada tahun 80-an di Kecamatan Toili mengalami masa perkembangan perekonomian, karena para penduduknnya termasuk wanita Jawa sudah mulai
54
berusaha untuk meningkatkan pondasi ekonominya dengan bertumpu pada sektor pertanian tanaman pangan dengan komoditas padi. Selanjutnya listrik di daerah ini sudah dalam masa proses pemasangan karena masih gelap, dulu masih menggunakan damar templek dan oblek atau lampu dinding dan lampu meja, dan jalan-jalan sedikit-dikit mulai diberi batu dan berpasir, walaupun sebentarsebentar bisa berlubang lagi dan pengaspalan sering tidak merata, dan sedikitsedikit mulai dibangun rumah-rumah secara permanen walaupun masih sederhana yang masih terbuat dari papan dan banyak kita jumpai sawah mereka berdekatan dengan rumah, dan sawah banyak mulai berisi dengan padi. Dominasi pria di Kecamatan Toili meliputi berbagai aspek kehidupan antara lain bidang sosial, politik, sosio-kultural, religius. Dalam lingkungan keluarga, pria menjadi kepala keluarga mempunyai kekuasaan sebagai pemberi keputusan, sebagai pencari nafkah, jabatannya menentukan status keluarga, penentu garis keturunan, pemimpin kerabat. Meskipun terdapat banyak perbedaan posisi sosial wanita Jawa di Kecamatan Toili, dalam bidang pertanian, perkebunan dan organisasi sosial tempat wanita Jawa di Kecamatan Toili mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yang sangat penting, dan posisi mereka sama sekali tidak direndahkan. Pandangan mengenai anggapan rendahnya kedudukan wanita Jawa di kecamatan Toili awalnya disebabkan oleh karena sejak awal menurut adat tradisi selalu ditekankan perbedaan perlakuan antara pria dan wanita, salah satunya dalam hal pendidikan. Di kecamatan Toili bagi banyak keluarga petani, sekolah hanya merupakan suatu hal yang baru. Anak dari keluarga petani di kecamatan
55
Toili sebahagian belum memaknai akan betapa pentingnya pendidikan. Bagi mereka seorang anak, apalagi anak wanita hanya berkewajiban untuk membantu orang tuanya meningkatkan ekonomi keluarga dengan melakukan pekerjaan di sawah atau perkebunan-perkebunan swasta atau di pabrik. Akan tetapi pada perkembangan saat ini sudah banyak wanita Jawa di kecamatan Toili yang sudah sadar akan betapa pentingnya pendidikan, hal ini terbukti dari data yang ditemukan di lapangan menunjukan 40% wanita Jawa di Kecamatan Toili sudah mengecam dunia pendidikan bahkan hingga ke perguruan tinggi. 4.2.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi 4.2.2.1 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam Keluarga Berdasarkan hasil observasi ( 14 Maret 2013) wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili
peran dan kedudukan dalam keluarga sangat
nampak lebih dominan dari kaum pria, peran dan kedudukan wanita Jawa dapat dilihat dari segala bentuk aspek aktivitas wanita Jawa dalam keluarga itu sendiri. Hal ini seperti yang di perkuat oleh Sumiati ( wawancara, 30 Maret 2013) pada awalnya wanita Jawa di Kecamatan Toili masih mempunyai harapan atas hasil yang mereka terima dari ladang yang mereka usahakan meskipun hasil itu harus dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan akan makanan. Namun, setelah lebih kurang empat tahun di lokasi, pendapatan rumah tangga dari hasil pertanian tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar tersebut. Hal ini disebabkan adanya gangguan alam, seperti berkurangnya
56
kesuburan tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan hama seperti babi hutan. Hasil wawancara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa keadaan serba tidak pasti. Tersebut, menuntut peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya ditinjau dan kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi keluarga transmigran. Dalam menghadapi gangguaan alam yang berakibat pada segala aspek kehidupan para transmigran khususnya wanita Jawa di Kecamatan Toili harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi terlebih dahulu pada lingkungannya. Adaptasi ini diperlukan agar kehidupan rumah tangga tetap tenang sehingga tercipta suasana kerasan bagi anggota rumah tangga yang pada akhirnya juga akan berguna untuk mengurangi rasa penyesalan karena harus meninggalkan daerah asalnya. Untuk tetap bertahan di daerah yang baru, wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun non ekonomis. Pekerjaan ekonomis mereka lakukan agar dapat membantu ekonomi keluarga yang jika diharapkan kepada pendapatan suami saja dirasakan tidak mencukupi, sementara pekerjaan yang tidak bernilai ekonomis dilakukan agar kehidupan rumah tangga tetap berlangsung. Kaum wanita Jawa di kecamatan Toili tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan domestik dalam keluarga, tetapi juga sudah masuk ke dalam pekerjaan yang produktif sementara kaum pria tetap bertahan dalam lingkungan publiknya sebagai kepala keluarga. Sesuai wawacara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga wanita Jawa di kecamatan Toili pada
57
umumnya bekerja sendiri, terlebih-lebih pada awal penempatan mereka karena sewaktu berangkat ke daerah transmigrasi sebagian besar transmigran hanya membawa istri dan anak-anak atau balita. Salah satu alasan mereka berbuat seperti itu adalah karena anak-anak sedang dalam masa sekolah sehingga dirasakan tidak mungkin untuk dipindahkan serta masih adanya perasaan ragu apakah di daerah yang baru nantinya mereka dapat membiayai kebutuhan keluarga jika mempunyai tanggungan yang lebih besar. Pekerjaan rumah tangga yang lakukan wanita Jawa di kecamatan Toili antara lain, mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengambil air dan mencari kayu bakar. Disamping mengerjakan pekerjaan rumah tangga, wanita Jawa di kecamatan Toili juga membantu pekerjaan suami di ladang. Sebagai daerah baru tenaga wanita sangat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan di ladang, Wanita Jawa di kecamatan Toili merupakan tenaga inti selain tenaga suami. Wanita
Jawa di kecamatan Toili melakukan pekerjaan
hampir sama dengan yang dilakukan oleh suami, yaitu ikut membakar pohon yang sudah mati, mencangkul ladang, menanam, menyiang hingga memanen hasil. Hasil wawancara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa pekerjaan di ladang ini dilakukan oleh wanita Jawa di kecamatan Toili setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bahkan tidak jarang mereka melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus seperti mengasuh anak sambil bertanam. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili berperan ganda dan bahkan lebih.
58
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada saat penghasilan dari lahan pertanian sudah semakin sedikit, maka wanita Jawa di kecamatan Toili mulai mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya misalnya dengan berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, membuat atap rumah dan membuat tahu. Peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam perekonomian rumah. tangga terbukti relatif besar. Meskipun dalam rumah tangga wanita Jawa di kecamatan Toili juga menyumbangkan penghasilan mereka tetap dianggap hanya membantu suami dalam mencari nafkah. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Dominasi suami atas pengeluaran rumah tangga diperlihatkan dari wanita Jawa di kecamatan Toili yang menyatakan bahwa mereka harus meminta izin terlebih dahulu jika akan mengeluarkan uang dalam jumlah relatif besar. Keadaan ini semakin dikuatkan dengan adanya anggapan bahwa keikutsertaan istri dalam bekerja hanyalah disebabkan oleh situasi pada saat itu yang memungkinkan wanita Jawa di kecamatan Toili untuk bekerja. Hasil observasi ( 14 Maret 2013 ) menemukan saat ini wanita Jawa di kecamatan Toili banyak yang bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan kelapa sawit yang bernaung di bawah perusahaan PT. Kurnia Luwuk Sejati. Wanita Jawa di kecamatan Toili masuk dalam pekerjaan ini karena semakin menyempitnya peluang bagi mereka untuk dapat membantu ekonomi keluarga. Sebagai buruh wanita Jawa di kecamatan Toili di upah dengan sistem upah harian. Pekerjaan rutin yang dilakukan oleh wanita Jawa di kecamatan Toili adalah sebagai berikut: mereka biasanya meninggalkan rumah pada pukul enam pagi
59
setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan kembali ke rumah pada pukul empat sore. Setelah pulang ke rumah mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mengajar anak. Pendapatan yang relatif tetap dari pekerjaan
ini menjadikan wanita Jawa di kecamatan Toili bertahan dengan
kondisi yang demikian itu. Bekerja sebagai buruh dapat dilakukan oleh wanita Jawa di kecamatan Toili sendiri maupun bersama-sama, namun pekerjaan rumah tangga tetap dikerjakan oleh istri. Ngatminah mengatakan ( wawancara, 11 April 2013 ) bahwa peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam keluarga dalam membantu suami mencukupi kebutuhan hidup keluarga relatif berimbang. Begitu pula curahan waktu kerja mereka relatif berimbang dengan suami mereka. Bahkan, lebih dari itu wanita Jawa di kecamatan Toili juga harus memainkan peranan yang berhubungan dengan kegiatan sosial dilingkungan masyarakatnya. Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan rasa kerasan berada di daerah baru karena secara psikologis mereka telah terlepas dari ikatan-ikatan tradisional yang biasanya mengikat mereka, yaitu jauh dari keluarga dan jauh dari sanak famili. Keberhasilan wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili sangat ditentukan dari kesiapan mereka dalam menghadapi kehidupan di daerah baru. Namun, secara teknis sering kali dalam keberangkatan ke daerah yang baru wanita Jawa belum dipersiapkan secara baik sebagaimana hal itu dilakukan terhadap laki-laki.
60
Ketidaksiapan
wanita
Jawa
daerah
transmigasi
kecamatan
Toili
menghadapi situasi dan kondisi di daerah yang baru sering kali menjadi pemicu para transmigran itu untuk kembali ke daerah asalnya setelah mencoba untuk tetap bertahan selama beberapa waktu. Wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili yang tidak siap akan merasa kecewa dan terasing, sehingga tidak mempunyai harapan untuk dapat terus bertahan. Peluang lain tidak dapat mereka temukan sementara pendapatan keluarga yang diupayakan oleh suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun, keadaan sebaliknya terjadi pada mereka yang dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungannya akan tetap bertahan. Salah satu pendorong bagi Wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili untuk tetap bertahan adalah karena di daerah yang baru mereka mempunyai tanah sementara di daerah asal hal itu sudah tidak memungkinkan lagi. Tabel 8. Prosentase peran dan kedudukan pria dan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga
No
Peran dan Kedudukan Dalam Keluarga
Pengambilan Keputusan
Ekonomi Keluarga
Pendidikan Anak
1
Pria Jawa
90%
40%
40%
2
Wanita Jawa
10%
60%
60%
Sumber : Data olahan dari hasil observasi dan wawancara
61
Hasil wawancara dengan Sumiati
(wawancara, 30 Maret 2013)
mengatakan bahwa ternyata ada kriteria laki-laki Jawa dalam memilih wanita Jawa ideal yang dapat dijadikan istri. Walaupun seiring waktu, kriteria-kriteria ini sudah jarang digunakan sebagai patokan baku. Berikut ini adalah beberapa kriterianya: 1. Kusuma Wicitra. Ibaratnya bunga mekar yang sangat mempesona, yang siap untuk dipetik. Wanita yang ideal sebaiknya mempersiapkan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan agama, mengharumkan dirinya dengan perbuatan baik, menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. 2. Padma Sari. Ibaratnya bunga teratai yang sedang mekar di kolam. Bunga teratai dalam budaya Jawa merupakan simbul kemesraan, sehingga yang dimaksudkan dengan wanita ideal dalam konsep ini adalah wanita cantik yang penuh kasih mesra hanya bila bersama dengan suaminya. 3. Sri Pagulingan. Ibaratnya cahaya yang sangat indah di peraduan/singgasana raja. Wanita yang ideal sebaiknya tidak hanya cantik jasmaninya, namun juga dapat mempersembahkan dan menunjukkan kecantikannya hanya kepada suaminya ketika berolah asmara di peraduan. 4. Sri Tumurun. Ibaratnya bidadari nirwana yang turun ke dunia. Wanita yang ideal sebaiknya cantik raga dan jiwanya. Ini dibuktikan dengan kesediannya
62
untuk “turun”, berinteraksi dengan rakyat jelata, kaum yang terpinggirkan untuk menebarkan cahaya cinta dan berbagi kasih. 5. Sesotya Sinangling. Ibaratnya intan yang amat indah, berkilauan. Wanita yang ideal sebaiknya selalu dapat menjadi perhiasan hanya bagi suaminya, sehingga dapat memperindah dan mencerahkan hidup dan masa depan suaminya, juga keluarganya. 6. Traju Mas. Ibaratnya alat untuk menimbang emas. Ini merupakan simbol wanita setia yang selalu dapat memberikan saran, pertimbangan, nasihat, demi terciptanya keluarga yang sakinah. 7. Gedhong Kencana. Ibaratnya gedung atau rumah yang terbuat dari emas, dan berhiaskan emas. Ini merupakan simbol wanita yang berhati teduh dan berjiwa teguh sehingga dapat memberikan kehangatan dan kedamaian bagi suami dan keluarganya. 8. Sawur Sari. Ibaratnya bunga yang harum semerbak. Wanita yang ideal sebaiknya dikenal karena kebaikan hatinya, keluhuran budi pekertinya, kehalusan perasaannya, keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaknya. Kecantikan fisik dan kekayaan harta yang dimiliki wanita hanya sebagai pelengkap, bukan syarat mutlak seorang wanita ideal.
63
9. Pandhan Kanginan. Ibaratnya pandhan wangi yang tertiup angin. Ini merupakan simbol wanita yang amat menggairahkan, menawan, dan memikat hati. Dapat dilukiskan sebagai tinggi semampai, berparas cantik, berkulit kuning langsat, berbibir merah alami, berpayudara montok, murah senyum, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, dapat memberikan keturunan. 4.2.2.2 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam masyarakat Sesuai dengan hasil wawancara dengan ( Ngatminah, 11 April 2013 ) wanita Jawa di daerah tranmigrasi kecamatan Toili tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam bermasyarakat. Hal ini dalam artian penyesuaian diri wanita Jawa terhadap sesama penduduk atau peserta yang mengikuti program transmigrasi. Wanita Jawa di kecamatan Toili hanya mengalami kesulitan dengan bahasa daerah setempat, apalagi peserta yang berasal dari luar Sulawesi. Tetapi lambat laun dan seiring berjalannya waktu semua kesulitan itu dapat teratasi oleh wanita Jawa karena sifat kekeluargaan. Wanita Jawa di kecamatan Toili menjadi kebingungan untuk memahami bahasa itu, tapi yang sering kali kita temukan adalah interaksi antara orang Jawa dan pribumi lambat laun ada orang pribumi bisa bahasa Jawa karena akibat pergaulannya dengan orang Jawa, dan orang Jawa bisa menggunakan bahasa daerah masyarakat pribumi. Berdasarkan hasil observasi ( 14 Maret 2013 ) ditemukan adanya kerja sama wanita Jawa di kecamatan Toili yang terjalin antara penduduk sesama transmigrasi dan pribumi dalam masyarakat adalah gotong royong pembersihan jalan yang sering berumput dan pembangunan jalan yang sering berlubang.
64
Mereka juga bergotong royong dalam pembangunan tempat ibadah dan mereka akan saling bahu membahu dalam bergotong-royong, dan jika ada hajatan terutama orang Jawa dengan adatnnya yang sangat kental sekali, dan mereka tidak akan meninggalkan tradisi yang sudah melekat sejak jaman nenek moyang mereka, kerja sama yang terjalin yaitu menggarap persawahan dengan wargawarga setempat. Hasil wawancara dengan Muksin ( 18 Maret 2013 ) bahwa wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat hampir tidak perna ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi seperti perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan. Contohnnya dalam musyawarah pemilihan kepala desa, pembentukan struktur organisasi, ,misalnnya organisasi dalam masyarakat untuk pembentukan kelompok tani, pembagian lahan, untuk sejumlah warga untuk membuat perumahan dan musyawarah lainnya. Lebih tegas lagi Muksin ( wawancara, 18 Maret 2013 ) menyatakan bahwa asimilasi wanita Jawa di kecamatan toili dan masyarakat pribumi telah terjadi pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi wanita Jawa di kecamatan Toili dan masyarakat pribumi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok, untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama. Hasil wawancara dengan Afrida Irmaika ( 8 April 2013 ) asimilasi yang terjadi dikalangan wanita Jawa di kecamatan Toili antara lain: Percampuran
65
budaya/tradisi etos kerja Jawa yang digabung dengan budaya/tradisi pribumi yang akan membentuk sehingga sebagian akan meninggalkan tradisi yang asli. Yaitu budaya/tradisi etos kerja orang pribumi yang masih ada didaerah itu akibat bercampur dengan budaya Jawa sehingga sebagian meninggalkan kebudayaan aslinya. Dijelaskan oleh Afrida Irmaika, ( wawancara, 8 April 2013 ) bahwa wanita Jawa di Kecamatan Toili telah mengalami perkawinan campuran antara suku-suku Jawa dengan penduduk pribumi itu sendiri. Pada awalnnya memang masih kental terasa kesukuannya dan masing-masing berkeras untuk tidak menikah dengan suku lain. Tetapi lambat laun dan seiring berjalannya waktu semua itu sekarang sudah berubah. Disini terlihat bahwa wanita Jawa yang ada di kecamatan Toili cukup terbuka dengan suku lain, mereka tidak melarang anak-anak mereka menikah dengan warga yang berasal dari suku lain. Hal tersebut menjadikan hubungan antar suku semakin erat, serta interaksi antara kedua belah pihak semakin lancar karena mereka saling menghargai. Perkawinan campuran ini merupakan cara mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar . Hasil observasi ( 15 Maret 2013 )
ditemukan bahwa telah
terjadi
komunikasi yang jelas dan lancar antara wanita Jawa yang ada di kecamatan Toili terhadap kelompok-kelompok atau suku yang lain dengan kebudayaan yang berbeda. Sebagai contoh bila yang muslim merayakaan idul fitri pasti yang nonmuslim akan berkunjung kerumah yang muslim dan begitu pula sebaliknya. Selain itu toleransi yang terjadi dikampung yaitu, bila ada acara selamatan atau acara pengantenan antara orang Jawa dan orang kampung pasti saling membantu dalam
66
mempersiapkan semua bahan-bahan makanan dan apa yang dibutuhkan pasti mereka saling membantu, walaupun mereka berbeda bahasa dan tradisi mereka hapal dengan bahasa yang digunakan satu sama lainnya Selain itu wanita Jawa di kecamatan Toili telah melakukan interaksi atau bersosialisasi dengan peserta lain dari luar daerah atau penduduk setempat, mereka saling bertukar pengalaman saling bahu membahu melakukan berbagai aktivitas sehingga rasa kekerabatan mereka semakin erat satu sama lainnya termasuk wanita Jawa itu sendiri. Dengan demikian masalah yang di hadapi di kecamatan Toili akan dapat di selesaikan dengan mudah secara bersama dan mereka saling mengenal, mereka pun melakukan percampuran kebudayaan dengan perkawinan campuran misalnnya antara orang pribumi dengan orang Jawa walaupun mereka belum tau bahasa masing-masing mereka berbeda prinsip dan perbedaan adat istiadat. Tabel 9. Prosentase peran dan kedudukan wanita di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat
Peran dan Kedudukan Dalam Masyarakat
Prosentase Peran dan Kedudukan Dalam Masyarakat
Keterangan
1
Wanita Pribumi
20%
-
2
Wanita Jawa
50%
-
3
Wanita Bali
20%
-
Wanita Bugis
10%
-
No
Sumber : Data olahan dari hasil observasi dan wawancara
67
4.2.2.3 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam organisasi
Hasil observasi (17 Maret 2013) ditemukan bahwa wanita Jawa memegang peranan penting dalam pembangunan di Kecamatan Toili. Saat ini tidak sedikit pembangunan yang mendapat dukungan dari wanita. Dengan jumlah yang demikian banyak, pantas bila wanita Jawa dan wanita dari sukusuku lain dijadikan salah satu komponen pembangunan desa di Kecamatan Toili. Hasil observasi di atas diperkuat oleh wawancara dengan Ngatminah ( 11 April 2013 ) bahwa peran wanita Jawa dalam pembangunan desa di Kecamatan Toili sangat besar dan merupakan aset desa yang potensial dan kontributor yang signifikan dalam pembanguan desa baik sebagai agen perubahan maupun subjek pembangunan. Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita di Kecamatan Toili dilakukan
untuk
memantapkan
fungsinya
dalam
berpartisipasi
dalam
pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK, kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Di samping itu, terus dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan di kecamatan Toili. Hasil wawancara dengan Afrida Irmaika, ( wawancara, 8 April 2013 ) menjelaskan bahwa kegiatan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam organisasi diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).
68
Kelompok PKK telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Toili. Sementara itu, jumlah organisasi wanita selain PKK sudah semakin bertambah, ini membuktikan bahwa kesadaran wanita Jawa di Kecamatan Toili dalam mengasah kemampuan berorganisasi sudah semakin meningkat. Peningkatan peranan wanita Jawa dalam pembangunan di Kecamatan Toili
perlu
adanya
tindak
lanjut
yang
berkesinambungan
dan
tidak
mengesampingkan kodrat wanita sebagaimana mestinya sebagai ibu rumah tangga. Sebagai bagian dari kegiatan pemantauan dan evaluasi program peningkatan peranan wanita di kecamatan Toili dilakukan lokakarya yang bertujuan untuk memberikan kesamaan persepsi bagi perencana tingkat desa dan kecamatan, agar dalam merencanakan dan melaporkan kegiatan pembangunan hendaknya menggunakan data-data statistik yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kesepakatan yang dihasilkan dalam lokakarya tersebut dituangkan dalam bentuk implementasi kemasyarakat di setiap desa yang ada di kecamatan Toili. Selanjutnya, untuk mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan, pada tahun 2012 telah disusun pedoman pelatihan perencanaan yang melibatkan dinas peternakan Kabupaten Banggai. Di samping itu, pada tahun yang sama akan dilakukan pelatihan penyuluh pertanian bagi organisasi kelompok tani dibawah binaan Departemen Pertanian Kabupaten Banggai. Tidak dapat dipungkiri bahwa selain wanita Jawa yang ada di kecamatan Toili ada juga peran wanita dari suku-suku lain, sebab dari keseluruhan wanita yang ada di kecamatan Toili memiliki kompetensi dan kemauan untuk
69
berkembang. Hal ini sangatlah dibutuhkan dalam proses pembangunan yang berkesinambungan di kecamatan Toili itu sendiri. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili Transmigrasi pada dasarnya merupakan pembangunan wilayah dalam rangka peningkatan taraf hidup serta pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa melalui program terpadu dan lintas sektoral. Menurut undang-undang nomor 3 tahun 1972 tentang ketentuanketentuan pokok transmigrasi, yang dimaksud transmigrasi adalah pemindahan atau kepindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap kedaerah lain yang ditetapkan dalam wilayah republik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau atas alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh undang-undang. Perkembangannya semenjak masih bernama kolonialisme di zaman pemerintahan Hindia Belanda, zaman kemerdekaan dan tahap-tahap awal repelita kebijakan transmigrasi lebih bersifat demografi sentris. Indonesia adalah Negara yang
subur
dan
memiliki
banyak
kekayaan
yang
melimpah.
potensi
keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu yang terbesar di dunia setelah Zaire dan Brazil. Kekayaan sumber daya alam ini adalah anugerah dari sang pencipta yang harus bisa dimanfaatkan seefesien mungkin sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah tersebut, pasti diperlukan sumber daya manusia yang melimpah pula.
70
Menurut Petrice Levang ( 202:10) pola transmigrasi sebenarnnya sudah cukup lama di kenal oleh bangsa Indonesia. Menurut sejarah, program transmigrasi awalnnya di selenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa penjajahan dengan nama kolonialisasi pertanian. Pada masa itu secara tidak langsung pemerintahan kolonial belanda telah menerapkan pola transmigrasi dengan membawa banyak orang pribumi untuk melakukan ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar seperti sumatera dan Kalimantan.orang-orang pribumi tersebut pada awalnnya pekerja sebagai petani di daerah asalnya. Atau tukang pembantu untuk menjagakan kebun karet merawat dan membersihkan. Penyelenggaraan transmigrasi menurut undang-undang Nomor 15 tahun 1997 tentang ketransmigrasian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, serta meningkatkan dan melakukan pemerataan pembangunan di daerah dan juga memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut (CIDA,1997) berbicara mengenai konsep perempuan dan pengambilan keputusan akan sangat berbeda dengan berbicara mengenai konsep perempuan, kemiskinan, dan pengambilan keputusan. Persoalan perempuan miskin tidak hanya terkait dengan ketidaksetaraan relasi gender antara laki-laki dan perempuan ,tetapi juga ketidaksetaraan relasi kekuasaan antara kelompok miskin dan kelompok yang lebih kuat. Bagi perempuan miskin, persoalan kemiskinan secara ekonomi seringkali meminggirkan persoalan-persoalan gender menjadi sesuatu yang dinilai wajar karena ada beban-beban persoalan yang dianggap lebih berat, yaitu kemiskinan itu sendiri. Fenomenafenomena tersebut tampak nyata terutama dalam studi-studi mikro yang dilakukan mengenai kehidupan petani, pengusaha kecil, dan buruh. Proses kapitalisasi yang masuk ke sendi-sendi kehidupan masyarakat telah membebani kelompok miskin yang sejak semula memang hampir tidak memiliki posisi tawar. Pada awal tahun 1974 Kecamatan Toili adalah salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terkecil dibandingkan daerah lain di Kabupaten Banggai, pertumbuham pembangunannya masih kecil dan perekonomian masih belum berkembang, maka oleh karena itu pemerintah pusat atau Departemen
71
Transmigrasi dan Tenaga Kerja di putuskanlah untuk membangun daerah transmigrasi. Selain karena kurangnnya jumlah penduduk di Kecamatan Toili, yang menjadi alasan pemerintah daerah untuk menjadikan kecamatan Toili sebagai tujuan transmigrasi, alasan pemerintah daerah untuk menjadikan Kecamatan Toili sebagai
tujuan
transmigrsi,
karena
tempatnnya
dipedalaman
sangat
menguntungkan bagi pertanian, jenis tanamamn yang ditanam bermacam-macam, dan juga jarang penduduknnya. Unit pemukiman transmigrasi Kecamatan Toili sangat banyak lahan kosong dan tanaman hutan. Latar belakang awal pembentukan unit pemukiman transmigrasi di Kecamatan Toili disebabkan karena banyak sumber daya alam dan lahan yang sangat berpotensi tetapi belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah dan masih sangat kecil perekonomiannya karena daerahnnya yang masih tergolong wilayah terpencil. Jika dicermati perkembangan wanita Jawa di Kecamatan Toili, ada bukti kemajuan nyata yang telah dialami. Namun ada pula cukup bukti bahwa sebagian kecil wanita Jawa di Kecamatan Toili belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Masih ada pula wanita Jawa yang mengalami pelecehan, menjadi korban kekerasan, mengalami marginalisasi baik di rumah tangga atau di tempat kerja. Terhadap perlakuan yang tidak adil tersebut, hukum belum berpihak sepenuhnya. Akibatnya masyarakat semakin tidak percaya pada pemerintah dan lembaga penegak hukum. Pemerkosaan belum lama ini terjadi mempunyai makna ganda. Pertama, hal ini menunjukkan perilaku kekerasan dari
72
masyarakat yang bertentangan dengan hukum. Kedua, perilaku masyarakat ini juga dapat menjadi indikasi dari adanya ketidak percayaan masyarakat pemerintah. Wanita Jawa yang ada di Kecamatan Toili seperti juga laki-laki, adalah warga negara, dengan hak-hak kewarga negaraan yang sama. Tidak boleh ada diskriminasi oleh negara karena perbedaan jenis kelamin, seperti juga tidak dibenarkan adanya diskriminasi karena perbedaan agama, suku, bahasa, kelas ekonomi, dan sebagainya, karena hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang universal. Inilah prinsip yang dikhotbahkan para penganjur demokrasi, tapi yang hingga sekarang masih merupakan tanda tanya. Pengingkaran hak-hak kewarganegaraan karena perbedaan alami atau sosial ini masih terjadi di banyak bagian dunia. Oleh sebab itu perlu adanya gerakan baru untuk dijadikan sebagai momentum untuk melakukan revitalisasi terhadap perjuangan kesetaraan gender yang ada di Kecamatan Toili. Upaya seperti ini perlu diletakkan dalam konteks keadilan sosial yang lebih luas, yaitu membebaskan manusia dari segala bentuk diskriminasi atas dasar jenis kelamin, suku, atau agama. Ketimpangan gender tidak hanya menjadi masalah perempuan, tetapi masalah semua anak bangsa. Demikian juga masyarakat yang berkeadilan gender tidak hanya akan menguntungkan wanita Jawa di Kecamatan Toili, tetapi juga laki-laki, karena majunya wanita Jawa di Kecamatan Toili akan menjadi variabel penting dari kemajuan masyarakat secara keseluruhan, laki-laki dan Wanita.
73
Berdasarkan deskripsi di atas maka ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dan menjadi solusi dari berbagai persoalan tentang wanita Jawa di kecamatan Toili sebagai berikut : 1. Menghilangkan diskriminasi antara pria dan wanita dalam hal peran dan kedudukannya. 2. Perlu adanya sosialisai terhadap pentingnya dunia pendidikan bagi semua pria dan wanita di kecamatan Toili 3. Memberikan kesempatan kepada wanita Jawa di kecamatan Toili untuk mengecam pendidikan yang lebih tinggi. 4.3.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi 4.3.2.1 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga Wanita memiliki potensi yang besar untuk berkiprah dalam pembangunan di pedesaan. Anggapan bahwa kaum perempuan selayaknya mengurus rumah tangga dan keluarga, sementara kaum pria diharapkan lebih banyak berperan di sektor publik, ditepis oleh Elizabeth (2007:126) yang menyatakan bahwa : Perempuan sekarang tidak lagi menjadi teman hidup saja atau mengurus rumah tangga, tetapi ikut serta dalam menciptakan ketahanan ekonomi rumah tangganya. peran perempuan dalam menopang kehidupan dan penghidupan keluarga semakin nyata. Mereka tidak saja bekerja mengurus keluarga tetapi sudah banyak yang bekerja di luar rumah sebagai pekerja di sektor formal maupun informal. Dari sisi jumlah, menunjukkan 50% dari total penduduk Indonesia adalah perempuan, lebih dari 70% perempuan (sekitar 82,6 juta orang) berada di perdesaan dan 55% diantaranya hidup dari pertanian. Transmigran pada umumnya memiliki pendapatan yang terbatas. Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah seringkali karena
74
pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan memenuhi kekurangan tenaga kerja. Menurut Kimtrans (7: 2009) data empiris di lapangan menunjukkan bahwa banyak perempuan di Permukiman Transmigrasi yang bekerja di lahan usaha untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja keluarga di lahan pekarangan maupun di lahan usaha. Adapun jenis pekerjaan wanita Jawa di kecamatan Toili diantaranya, penanaman, penyiangan, panen dan pasca panen. Jika pengolahan lahan dilakukan secara gotong royong, wanita Jawa di kecamatan Toili tetap mempunyai peranan sebagai penyumbang tenaga kerja tidak langsung, seperti menyediakan makanan dan minuman bagi pekerja. Di perkebunan kelapa sawit, wanita Jawa di kecamatan Toili umumnya bekerja di bidang pembibitan dengan memperoleh imbalan berupa upah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga. Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga sangat menonjol, hal ini disebabkan karena peran ganda wanita Jawa itu sendiri. adapaun peran ganda wanita Jawa di kecamatan Toili dalam keluarga adalah : pertama, sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus segala
75
bentuk aktivitas dalam keluarga. kedua, sebagai patner suami dalam
hal
memenuhi kebutuhan ekonomi keluagra. Peran yang di jalankan oleh para wanita Jawa di kecamatan Toili ini tidak terlepas dari adanya dukungan sosial baik dukungan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan tempatnya bekerja. Dukungan sosial dapat berpengaruh positif terhadap individu. Dukungan sosial juga menjadi alasan mengapa wanita memilih untuk tetap berada dalam peran gandanya ini. Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai tersedianya hubungan yang didalamnya terkandung isi pemberitahuan bantuan. Dukungan sosial dapat berasal dari suami, teman seprofesi maupun keluarga inti yang dapat memberi kontribusi pada keluarga. Pengertian keluarga dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting. Dukungan suami dan anakanak berpengaruh besar bagi mereka yang memutuskan untuk terus berkarir. Semua tampaknya kembali pada dasar pemikiran tentang konsep rasa bahagia bagi wanita. Apakah rasa bahagia itu ada dalam keluarga atau pekerjaan. Alangkah baiknya bila kedua hal tersebut berjalan seimbang. Sehingga, ungkapan ''be a woman'' yang menekankan agar seorang wanita dapat menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dapat terwujudnya, karir, keluarga, dan anakanak dapat menjadi wujud yang harmonis dalam diri seorang wanita.
76
4.3.2.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat Peningkatan peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat dimaksudkan untuk menciptakan kemitrasejajaran pria dan wanita dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Peran wanita dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor pembangunan. Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat nampak dari beberapa hal sebagai berikut : 1. Interaksi dengan wanita-wanita lain di kecamatan Toili, gotong royong dalam pembersihan jalan yang sering berumput dan pembangunan jalan yang sering berlubang. 2. Bergotong royong dengan kaum pria dalam pembangunan tempat ibadah dan mereka akan saling bahu membahu dalam kerja. 3. Membantu masyarakat dalam menggarap persawahan dengan wargawarga setempat. 4. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat hampir tidak pernah ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi seperti perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan. Contohnnya dalam musyawarah pemilihan kepala desa, pembentukan struktur organisasi, ,misalnnya organisasi dalam masyarakat untuk pembentukan kelompok tani, pembagian lahan, untuk sejumlah warga untuk membuat perumahan dan musawarah lainnya.
77
Peningkatan partisipasi wanita Jawa di kecamatan Toili dalam pembangunan dapat berhasil bila pengertian akan makna kemitrasejajaran pria dan wanita dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat secara keseluruhan serta didukung oleh iklim sosial budaya yang mendorong kemajuan wanita Jawa di kecamatan Toili. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai kegiatan yang mencakup penataan hukum dan perundang-undangan dan kegiatan komunikasi, informasi, sosialisasi mengenai jender, dan sosialisasi tentang pendidikan. 4.3.2.3 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi
Kontribusi peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi sangatlah berimbang dengan kontribusi wanitawanita dari berbagai macam suku di kecamatan Toili seperti, wanita pribumi, wanita Bali, wanita Bugis. Keikutsertaan wanita Jawa di kecamatan Toli adalah sebuah bukti bahwa selain berperan dalam keluarga, masayarakat wanita Jawa juga mampu berkecimpung dalam berbagai macam organisasi kewanitaan di kecamatan Toili. Adapun bentuk peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi adalah sebagai berikut : 1. Pembinaan kelompok PKK di kecamatan Toili. 2. Ikut serta dalam kelompok wanita tani (KWT). 3. Ikut serta dalam pengelolaan PNPM Mandiri.
78
Bentuk peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi seperti yang telah disebutkan di atas tidak lepas dari dukungan pemerintah kecamatan Toili itu sendiri, akan tetapi dari deskripsi itu sendiri ada beberapa permasalahan yang seharusnya mendapat soilusi dari pihak pemerintah. Adapaun permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan organisasi wanita di kecamatan Toili adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya sumber daya wanita yang paham akan tugas dan fungsi dalam berorganisasi. 2. Kurangnya wadah organisasi yang dapat mengasah jiwa berorganisasi wanita di kecamatan Toili. 3. Adanya asumsi dalam masyarakat yang mengatakan bahwa kodrat wanita adalah sebagai ibu rumah tangga bukan yang lain-lain. Berbagai permasalahan yang telah disebutkan, sangatlah perlu untuk pemerintah kecamatan Toili mencari solusinya. Adapun tawaran solusi dari masalah yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan sumber daya wanita dengan cara memberi pemahaman kepada masyarakat akan betapa pentingnya dunia pendidikan bagi wanita di kecamatan Toili. 2. Membentuk dan menambah wadah-wadah organisasi kewanitaan yang ada di kecamatan Toili. 3. Memberikan sosialisasi tentang gender dan pentingnya emansipasi wanita kepada masyarakat di kecamatan Toili.
79
4.4 Pokok Temuan Deskripsi yang telah di uraikan di atas sangatlah jelas bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili sangat berbanding seimbang dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh para pria yang ada di kecamatan Toili. Adapun beberapa hal yang menjadi pokok temuan dalam penelitian tentang aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili adalah : Pertama, bahwa aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili lebih banyak bergerak disektor pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Adapun aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili disektor pertanian yakni lebih banyak terlibat dalam hal tandor atau menanam bibit, maton atau kegiatan pembersihan lahan sawah, memanen sampai dengan aktivitas penggilingan hasil pertanian. Aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili disektor perkebunan adalah lebih banyak berhubungan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili disektor perdagangan dapat dilihat dari banyaknya aktivitas wanita Jawa yang berdagang di pasar tradisional, rumah, dan berkeliling kampung. Kedua dalam keluarga wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun non ekonomis. Ketiga, Wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili juga banyak berkecimpung dalam organisasi yang mencakup pembinaan kelompok PKK, kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Di samping itu, terus
80
dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan di kecamatan Toili. Kegiatan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam organisasi diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).