47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu kali pertemuan selama 2 x 40 menit. Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VII A. Tabel 6. Jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VII A. Hari / Siklus Pertemuan Pukul Materi Tanggal Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan Kamis, 28 09.15 WIB s.d. 10.35 1 panjang sisi dan WIB Mei 2009 macam-macam segitiga berdasarkan I besar sudut Mengidentifikasi macam-macam Jumat, 29 09.15 WIB s.d. 10.35 2 segitiga berdasarkan WIB Mei 2009 panjang sisi dan besar sudut Sabtu, 30 Mei 2009 Tes siklus I Menggunakan 09.15 WIB s.d. 10.35 Kamis, 04 hubungan sudut 1 WIB Juni 2009 dalam dan sudut luar segitiga II Menemukan rumus Jumat, 05 09.15 WIB s.d. 10.35 2 keliling dan luas WIB Juni 2009 segitiga Sabtu, 06 Juni 2009 Tes siklus II
48
Berikut ini penjabaran kegiatan–kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada masing-masing siklus. 1. Kegiatan siklus I Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Perencanaan Penelitian tindakan I yaitu penerapan penelitian berupa proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan sosiokultur. Pada penelitian tindakan I ini materi yang dipelajari adalah segitiga. Tindakan I ini dilakukan selama dua kali pertemuan tatap muka atau 4 jam pelajaran. Penerapan tindakan tahap I ini dapat dibuat tahapan-tahapan berupa : 1) Siswa kelas VIIA SMPN 5 Sleman sebagai subyek penelitian akan diberikan tindakan. 2) Pembelajaran
matematika
dengan
penerapan
pendekatan
sosiokultur berupa diskusi, belajar kelompok. Lembar Kegiatan Siswa untuk mengkontruksi pemikiran siswa, dan diakhiri dengan uji kompetensi mandiri untuk melihat perubahan pada diri siswa sebagai subyek penelitian. 3) Peningkatan kemandirian belajar siswa terlihat setelah tindakan diberikan.
49
Kegiatan perencanaan diawali dengan penentuan materi kelas VII semester 2 yang akan dijadikan objek penelitian bersama guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan. Setelah berdiskusi dengan guru matematika yang bersangkutan, maka ditetapkanlah materi segitiga guna objek penelitian ini, dan kelas VIIA sebagai subjek penelitiannya. Tindakan selanjutnya yang dilakukan peneliti yakni menyusun pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berjumlah 4 Lembar Kegiatan Siswa sesuai dengan kesepakatan guru matematika kelas VII A. Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 buah Lembar Kegiatan Siswa terlebih dahulu, ketiga Lembar Kegiatan Siswa itu adalah Lembar Kegiatan Siswa 1 dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut, Lembar Kegiatan Siswa 2 dengan materi mengidentifikasi macammacam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, sedangkan Lembar Kegiatan Siswa 3 dan Lembar Kegiatan Siswa 4 yang akan diuji cobakan pada siklus II penyusunannya disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I nantinya.
50
Materi untuk setiap Lembar Kegiatan Siswa disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 7. Materi-Materi dalam Lembar Kegiatan Siswa 1-4 Lembar Kegiatan Siswa Materi ke1
2
3
4
Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macammacam segitiga berdasarkan besar sudut Mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga Menemukan rumus keliling dan luas segitiga
Disamping menyusun Lembar Kegiatan Siswa, peneliti juga menyusun soal latihan dan soal tes siklus I dan tes siklus II dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIIA. Peneliti menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman observasi sosiokultur, dan angket kemandirian siswa yang telah disetujui oleh dosen pembimbing. b)
Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan 1 Pembelajaran matematika di kelas VIIA adalah hari kamis, tanggal 28 Mei 2009, pukul 09.15 WIB sampai dengan 10.35 WIB. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah guru melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun atas kerja sama peneliti, guru kelas, dan dosen
51
pembimbing. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai pengamat dibantu oleh teman sejawat yang mengetahui tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sosiokultur. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini sebagai berikut: a. Pembukaan Sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai,
ketua kelas
memimpin doa dan kemudian memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan peneliti yang turut serta dalam kelas. Kemudian guru matematika mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa. Ternyata ada 2 orang yang tidak hadir karena sedang sakit, sehingga jumlah siswa yang hadir adalah 33 orang. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran untuk hari ini yaitu siswa dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Guru juga menjelaskan bahwa penelitian ini dimaksudkan agar kemandirian belajar matematika
52
siswa bisa meningkat dengan adanya pembelajaran menggunakan pendekatan sosiokultur. Apersepsi berupa prasyarat tentang pengertian dari segitiga melalui kegiatan tanya jawab guru dengan siswa. Untuk mempermudah siswa, guru memberikan contoh segitiga melalui benda-benda yang ada didalam kelas seperti layar perahu, jilbab dan lain-lain, metode semacam ini didasarkan pada pendapat De Lange dalam I Gusti Putu suharta, dimana pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang dialami siswa dalam hidupnya sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung. Namun siswa hanya diam saja, mereka masih belum berani menjawab. Akhirnya guru menunjuk beberapa
siswa untuk
menjawab pertanyaan. b. Kegiatan inti Kegiatan
selanjutnya
setelah
apersepsi,
yakni
guru
melanjutkan pembelajaran dengan diskusi kelompok, terlebih dahulu membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Cara guru dalam membagi kelompok yakni berdasarkan kemampuan akademik yaitu dengan melihat nilai ulangan matematika pada semester 1 kelas VIIA. Guru
mempersilahkan
masing-masing
siwa
untuk
berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, tidak semua kelompok langsung bergegas membentuk kelompok, ada pula
53
kelompok yang mengeluh karena tidak puas atas pembagian kelompoknya dengan alasan merasa anggotanya ada yang tidak pandai, melihat hal tersebut, kemudian guru mengingatkan kembali kepada seluruh kelompok bahwa pembagian kelompok ini merupakan keputusan yang adil. Oleh karena itu, dalam belajar kelompok setiap anggota harus saling bekerja sama dan membantu. Guru juga mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, kemudian guru dan peneliti membagikan 2 Lembar Kegiatan Siswa dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut kepada masing-masing kelompok. Siswa terlihat penasaran dengan pembelajaran kali ini, hal tersebut dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada guru dan peneliti,ada beberapa siswa yang menanyakan bagaimana cara mengerjakan LKS tersebut, kemudian guru meminta semua siswa untuk memperhatikan petunjuk yang ada dalam LKS, dan mendiskusikannya
kepada
teman
dalam
masing-masing
kelompok, tidak lupa guru mempersilahkan siswa untuk menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk mengerjakan LKS, yaitu penggaris dan busur. Pada mulanya guru meminta siswa untuk menyelesaikan lembar kegiatan siswa tersebut dalam waktu 25–30 menit, akan
54
tetapi ternyata banyak kelompok yang masih belum selesai dalam batas waktu yang telah ditentukan. Akhirnya guru memberi perpanjangan waktu 7 menit lagi. Selama proses diskusi berlangsung, guru dan peneliti berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok mengontrol jalannya diskusi. Setiap kelompok berbeda-beda dalam mengerjakan LKS, ada yang membagi-bagi tugas misalnya satu anak menulis jawabannya, yang lain berusaha untuk memikirkan jawabannya, tetapi ada juga kelompok yang sulit untuk berdiskusi bersama dikarenakan ada kelompok yang terdiri dari satu siswi dan empat siswa, yang semua tugas diberikan kepada siswi tersebut, sehingga guru mengingatkan siswa yang tidak membantu untuk saling bekerja sama. Selama diskusi berlangsung, sangat jarang siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru, karena siswa masih merasa tidak percaya diri. Tidak semua siswa telah mahir dalam menggunakan busur derajat, akhirnya guru memberitahukan kepada siswa yang kurang paham untuk bertanya kepada siswa yang lain yang paham, dan siswa yang paham diharapkan dapat membantu siswa lain yang kurang paham.
55
Gambar 3. Dokumentasi Saat Salahsatu Kelompok Sedang Berdiskusi Proses
diskusi
selama
40
menit,
kemudian
guru
menanyakan apakah masing-masing kelompok sudah selesai mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa, ternyata masih ada 2 kelompok yang belum selesai mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa,
kemudian
guru
meminta
siswa
untuk
segera
menyelesaikan Lembar Kegiatan Siswa dengan memberikan tambahan waktu selama 5 menit, bagi kelompok yang sudah selesai diharapkan untuk mengoreksi kembali hasil pekerjaannya. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa, guru mempersilahkan kelompok siapa yang bersedia untuk maju mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Para siswa saling menunjuk satu sama lain untuk mempresentasikan jawabannya tetapi tidak ada yang berani maju. Akhirnya guru membahas Lembar Kegiatan Siswa bersama-sama siswa.
56
Gambar 4. Contoh Jawaban Salahsatu Kelompok
Setelah Lembar Kegiatan Siswa selesai dibahas, guru kembali menegaskan dan menyimpulkan kepada siswa tentang pembelajaran pada hari ini yaitu macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi ada 3: (1). Segitiga sama sisi adalah segitiga yang tiga sisinya sama panjang, (2). Segitiga sama kaki adalah segitiga yang dua sisinya sama panjang, (3). Segitiga sembarang adalah segitiga yang panjang tiga sisinya berbeda; dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut ada 3: (1). Segitiga siku-siku adalah segitiga yang besar salahsatu sudutnya 90o, (2). Segitiga tumpul adalah segitiga yang besar salahsatu sudutnya lebih dari 90o, (3) Segitiga lancip adalah segitiga yang besar tiga sudutnya kurang dari 90o. Setelah guru menyimpulkan bersama-sama dengan siswa, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk
57
mereka masing-masing. Selanjutnya guru membagikan lembar tugas individu yang harus dikerjakan oleh siswa secara perseorangan. Guru memberi waktu mereka 15 menit untuk menyelesaikan tugas
tersebut. siswa banyak yang mengeluh
karena harus mengerjakan tugas itu secara individu, namun guru meyakinkan kepada seluruh siswa
bahwa mereka dapat
mengerjakan tugas mandiri tersebut karena sudah paham dengan materi yang telah didiskusikan oleh masing-masing kelompok tadi. Setelah waktu yang telah ditentukan selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis, ada beberapa siswa yang belum selesai mengerjakan dan sibuk mencontek teman-temannya, melihat hal itu guru mengingatan siswa untuk mengerjakan sendiri tanpa mencontek teman, kalau belum paham bisa bertanya kepada guru, ada beberapa siswa yang aktif maju ke depan untuk menuliskan jawabannya. c. Penutup Sebelum pembelajaran diakhiri, guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
yaitu
mengidentifikasi
macam-macam
segitiga
berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, masing-masing siswa diharapkan untuk membawa busur dan penggaris serta untuk
58
pertemuan berikutnya siswa sudah duduk bersama kelompoknya seperti pertemuan hari ini. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa. 2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua untuk siklus I ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 29 Mei 2009, dari pukul pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB dengan materi yang dibahas pada pembelajaran hari ini adalah mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut. Tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini adalah siswa dapat mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut: a. Pembukaan Seperti kegiatan pembuka pada pertemuan pertama, guru memberi salam, kemudian mengecek kehadiran siswa, ternyata pada pertemuan kali ini ada 2 siswa yang tidak mengikuti pembelajaran karena sakit dan yang lain tidak ada keterangan. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran hari ini, serta menjelaskan pokok bahasan yang akan mereka pelajari pada pertemuan hari ini yaitu mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, tidak lupa guru memotivasi siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ini. Suasana kelas sudah kondusif dengan keadaan
59
siswa yang tidak ribut dan ramai seperti pertemuan pertama, namun kondisi kelas belum siap karena papan tulis masih dalam keadaan
kotor
membersihkannya
jadi
guru
terlebih
memerintahkan dahulu
siswa
sebelum
untuk
memulai
pembelajaran. Guru melakukan apersepsi pokok bahasan pertemuan pertama, yaitu macam-macam segitiga ditinjau dari panjang sisi dan macam-macam segitiga ditinjau dari besar sudut. b. Kegiatan inti Pada pertemuan kali ini, pembelajaran dilakukan dengan belajar kelompok yang dipadu dengan metode ‘kancing gemerincing’, dalam pelaksanaan metode ‘kancing gemerincing’ ini, guru menunjukkan kepada siswa kartu smile yang berfungsi sebagai kupon bagi siswa yang telah menjawab pertanyaan, atau mengeluarkan pendapat. Jadi bila siswa yang telah menjawab pertanyaan atau mengeluarkan pendapat akan mendapatkan satu kartu smile. Siswa yang telah mendapatkan satu kartu smile tidak
boleh
mengeluarkan
pendapatnya
atau
menjawab
pertanyaan lagi, agar siswa yang lain mendapat kesempatan untuk berpartisipasi. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
siswa dalam
mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan, sehingga
60
terjadi pemerataan tanggung jawab terhadap masing-masing siswa. Setelah memberikan penjelasan kepada siswa manfaat dari kartu smile tersebut, guru memulai memberikan pengantar tentang materi yang akan dipelajari yaitu mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, kemudian guru dan peneliti membagikan lembar kegiatan siswa untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok selama 15-20 menit, setiap kelompok nampak tidak ada kesulitan dalam berdiskusi karena permasalahan yang didiskusikan pada pembelajaran kali ini hampir sama dengan pembelajaran pada pembelajaran pertama. Dalam mengukur sudut menggunakan busur pun siswa sudah mahir dan tidak mengalami kesulitan. setelah itu siswa diberi kesempatan untuk menjawab masingmasing pertanyaan yang ada di dalam lembar kegiatan siswa, siswa yang telah menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan akan mendapat kartu smile. Kegiatan akhir dari kegiatan pembelajaran inti yaitu tugas mandiri, siswa kembali ke masing-masing tempat duduk individu dan mengerjakan lembar tugas individu yang telah dibagikan oleh guru dan peneliti, diberikan waktu selama 15 menit untuk mengerjakan.
61
Setelah selesai mengerjakan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab masing-masing pertanyaan, siapa yang telah menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan akan mendapatkan kartu smile, siapa yang mendapatkan kartu smile paling sedikit akan mendapat hukuman dari teman-temannya. Hukuman ini berbentuk hiburan, jadi siswa yang paling sedikit mendapatkan kartu smile harus menampilkan satu jenis hiburan yang dapat dinikmati oleh siswa lainnya. Hukuman atau punishmen ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Harapannya, setelah mendapatkan hukuman maka siswa akan lebih berusaha lagi dalam memahami materi yang diberikan.
Gambar 5. Dokumentasi Saat Beberapa Siswa Sedang Menulis Jawaban di Papan Tulis
62
c. Penutup Sebelum menutup pelajaran guru mengingatkan siswa untuk membaca dan memahami materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa belajar sungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran untuk hari ini di tutup dengan salam dan doa bersama-sama.
c) Data hasil observasi, angket dan evaluasi akhir siklus a. Data hasil observasi Observasi dilakukan oleh peneliti dengan di bantu oleh rekan peneliti terhadap keseluruhan aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan untuk setiap kali pertemuan berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya, selain itu pengamat juga membuat catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran matematika pada pertemuan pertama di peroleh keterangan diawali dengan guru membuka pelajaran dan memberikan penjelasan kepada siswa tentang segitiga dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa.
63
Mayoritas siswa kurang bertanggung jawab atas diri sendiri sehingga tidak memperhatikan pembelajaran yang akan berlangsung, apalagi mata pelajaran matematika yang dianggap siswa adalah mata pelajaran sulit dan membosankan. Pada saat menjelaskan, guru memberi contoh kongkrit pada siswa dengan menggunakan menggunakan benda-benda yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan guru agar siswa dapat mengkontruksi pemikirannya dengan hal-hal yang konkrit. Pada saat belajar kelompok yang dilakukan, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya permasalahan yang dihadapi selama mempelajari segitiga, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa lain yang mempunyai solusi terhadap permasalahan tersebut untuk mencoba memberikan pemecahan dari permasalahan yang dihadapi oleh temannya, namun mayoritas siswa masih bekerja sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Siswa yang kesulitan tidak mau bertanya kepada temannya yang sudah paham dalam satu kelompok. Guru tidak memberikan umpan balik kepada siswa yaitu pujian, karena siswa masih cenderung diam, dan guru masih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan karena siswa masih mengaggap bahwa pembelajaran pada hari ini sama seperti pembelajaran yang biasa, guru ceramah dan menjelaskan materi, kemudian siswa mengerjakan soal, sehingga siswa cenderung
64
menyerahkan tanggung jawab dan kendali pembelajaran kepada guru. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama guru memberikan tugas kepada siswa yang dikerjakan secara mandiri. Pada pertemuan ke 2, guru sudah mulai memberikan umpan balik kepada siswa yang berhasil memecahkan masalah atau membantu teman sekelompoknya yang kesulitan, yaitu berupa pujian, dalam proses pembelajaran, siswa sudah mulai ambil bagian dalam pembelajaran secara aktif, sehingga guru mulai tidak mendominasi kelas, tanggung jawab pembelajaran sudah mulai beralih dari guru ke siswa, walaupun belum secara keseluruhan, guru membagi Lembar Kegiatan Siswa dan siswa langsung diminta mengerjakan dengan kelompok masing-masing. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kelompok, walaupun belum ada pembagian tugas didalam masing-masing kelompok tersebut, namun pada saat sesi pembahasan tugas siswa sangat antusias untuk menjawab pertanyaan karena mereka ingin mendapatkan kartu smile. Di akhir pembelajaran inti, guru memberikan tugas yang dikerjakan siswa secara mandiri, pada proses evaluasi siswa bergiliran menjawab pertanyaan di papan tulis dan siswa lain boleh memberikan komentar serta menyatakan pendapatnya tentang soalsoal yang telah dikerjakannya oleh temannya. Siswa diberikan
65
kesempatan lebih besar untuk menyampaikan pendapatnya dan siswa juga dilatih untuk berkomunikasi di dalam kelas. Lembar observasi sosokultur digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan untuk mengetahui sejauh mana
keefektifan
penerapan
pendekatan
sosiokultur
dalam
pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi sosiokultur pada siklus I menunjukkan persentase sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 72,73% pada pertemuan 2. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi Sosiokultur Pada Siklus I Pertemuan
Jumlah Skor Maksimal
Jumlah Skor Observasi
Keterlaksanan Pembelajaran
Pertemuan I
22
14
Pertemuan II
22
16
14 100 % 63 , 64 % 22
16 100 % 72 , 73 % 22
Secara garis besar dalam siklus I ini, tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran meliputi tiga konsep utama sosiokultur. Setiap proses pembelajaran yang berlangsung selama dua kali pertemuan, tiga konsep utama teori belajar sosiokultur menjadi titik tekan pembelajarannya. Tindakan yang dilakukan memperhatikan :
66
1) Hukum genetik tentang perkembangan, dimana siswa diberikan contoh-contoh kongkrit yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari dalam penjelasan yang disampaikan oleh guru. 2) Zona
perkembangan
proksimal,
dalam
hal
ini
siswa
mendapatkan bantuan dari orang dewasa (guru) dan teman sebayanya yang lebih berkompeten untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih baik. Tindakan yang dilakukan dengan diskusi kelompok agar pada akhirnya siswa mampu belajar mandiri. 3) Mediasi, pada tindakan yang dilakukan guru menggunakan media berupa lembar kegiatan siswa serta kartu smile untuk membantu mengkontruksi pemikiran siswa. Mengutip dari pendapat Wertsch dalam Yuliani, maka dapat disimpulkan bahwa kartu smile berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas sosiokultural dengan individu sebagai tempat berlangsungnya
proses
mental,
sebagaimana
yang
telah
dijelaskan dalam tinjauan tentang pendekatan sosiokultur. b. Data angket Angket kemandirian belajar matematika siswa diberikan pada akhir siklus I untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar matematika siswa kelas VII A SMPN 5 Sleman. Angket diisi oleh 35 siswa kelas VII A SMPN 5 Sleman.
67
Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 9. Hasil Persentase Aspek Kemandirian Belajar Siswa Siklus I Aspek Kemandirian Belajar Motivasi
Jumlah Skor Angket Maksimal 680
Jumlah skor angket yang diperoleh 397
Persentase
397 100 % 680
58,4% (cukup) Inisiatif
680
390
390 100 % 680
57,35% (cukup) Disiplin
680
391
391 100 % 680
57,5% (cukup) Percaya diri
544
286
286 100 % 544
52,57% (kurang) Tanggung
816
506
506 100 % 816
jawab 62,01% (cukup) Rata–rata persentase
57,56% (cukup)
c. Data evaluasi akhir siklus Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus I, sedangkan pada setiap pertemuan hanya di berikan tugas mandiri saja. Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus 1 cukup, hal itu terlihat pada rata-rata kelas yang menunjukkan nilai 73,53. Data nilai tes siklus 1 dapat dilihat pada lampiran. Ada 7 siswa yang mendapat nilai kurang dari rata–rata ketuntasan yang ditentukan sekolah yaitu
68
7, artinya terdapat 20,5% siswa yang belum tuntas, jadi sebanyak 79,5% siswa berhasil mengerjakan tes siklus. Nilai rata-rata matematika kelas VII A SMPN 5 Sleman berdasarkan hasil tes siklus siklus I adalah 70 dengan kategori cukup.
d). Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, angket, dan hasil evaluasi akhir siklus, ternyata masih terdapat kekurangan yang menyebabkan terhambatnya tujuan penelitian yaitu upaya meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas VII A SMPN 5 Sleman dengan pendekatan sosiokultur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi dilakukan bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Beberapa kendala yang muncul selama pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah sebagai berikut : 1.
Sebagian siswa masih banyak yang diam dan malas untuk menyampaikan pendapat. Beberapa siswa kurang aktif apabila guru meminta menyelesaikan soal di depan karena kurang percaya diri.
2. Di dalam kelompok terlihat belum ada pembagian kerja, masih di dominasi oleh siswa yang pintar yang mengerjakan tugas, siswa yang lain cenderung menyerahkan kepada siswa yang pintar
69
dikelompoknya, sehingga mereka hanya mengobrol sendiri yang menyebabkan suasana kelas tidak kondusif dan ramai. 3.
Siswa belum terbiasa memberikan penjelasan kepada siswa lainnya, sehingga terkadang bahasa yang digunakan oleh siswa tersebut kurang dapat dimengerti oleh siswa lain. Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar
matematika siswa selama proses pembelajaran masih kurang optimal. Kemandirian belajar siswa pada aspek percaya diri persentasenya masih kurang dari 56% yaitu hanya sebesar 51,07%. Nilai rata – rata tes siklus pada akhir siklus I sebesar 70. Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II untuk mengatasi kendala di atas adalah sebagai berikut : 1. Perlunya dorongan yang lebih untuk siswa menyampaikan pendapat. 2. Perlunya metode belajar yang membuat masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap kepahaman materi yang diberikan, sehingga bukan hanya siswa pintar saja yang mendominasi diskusi maupun presentasi. Perlunya metode belajar yang mampu membuat siswa tidak merasa bosan, dan selalu merasa bahwa dia sedang bermain sambil belajar. 3. Perlunya memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk berkomunikasi dan berlatih menjelaskan kepada temannya,
70
sehingga siswa yang memiliki kompetensi lebih dalam memahami materi dapat membantu siswa lain yang kurang memahami materi. Dari analisis dan refleksi di atas, maka peneliti merasa masih perlu untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam tindakan I untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan kemandirian belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Tindakan lanjutan atau tindakan II merupakan tindakan modifikasi rancangan pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan sosiokultur. Perbaikan
yang
dilakukan
pada
siklus
II
diharapkan
dapat
mengoptimalkan usaha dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
2. Kegiatan siklus II Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Perencanaan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I, peneliti memutuskan untuk mengadakan tindakan lanjutan sebagai upaya untuk memaksimalkan peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Tindakan siklus II ini menggunakan metode yang sama dengan tindakan I, namun dimodifikasi. Pada tindakan II, pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran kelompok yang menekankan pemahaman masing-masing individu untuk
71
mendorong siswa mampu melakukan pembelajaran secara mandiri. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan kondisi siswa kelas VII A SMPN 5 Sleman yang masih kurang percaya diri dan cenderung pasif. Materi yang diberikan pada tindakan siklus II adalah materi lanjutan dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan siklus II dapat dibuat tahapan sebagai berikut :
1) Siswa kelas VII A SMPN 5 Sleman sebagai subyek penelitian akan diberikan tindakan. 2) Pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan sosiokultur metode “kepala bernomor” dan dengan belajar mandiri untuk melihat perubahan pada diri siswa sebagai subyek penelitian. 3) Peningkatan kemandirian belajar siswa terlihat setelah tindakan siklus II diberikan. Perencanaan tindakan pada siklus kedua didahului pada perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa, dan tes siklus 2 dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru matematika kelas VII A SMPN 5 Sleman. Peneliti juga menggunakan pedoman observasi dan angket yang telah disetujui oleh dosen pembimbing. Untuk siklus II, peneliti membuat 2 Lembar Kegiatan Siswa, yaitu Lembar Kegiatan Siswa 3 dengan materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dan Lembar Kegiatan Siswa 4 materi menemukan rumus keliling dan luas segitiga.
72
b) Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan 1 Pembelajaran matematika di kelas VII A SMPN 5 Sleman adalah hari Kamis, tanggal 4 Juni 2009 pukul pukul 09.15 WIB sampai dengan pukul 10.35 WIB. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan RPP yang telah disusun. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai pengamat dibantu oleh teman sejawat yang mengetahui tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sosiokultur, untuk siklus II ini menggunakan metode “kepala bernomor”. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memakimalkan Zona Perkembangan Proksimal siswa, dimana dalam pendekatan sosiokultur zona ini menekankan pada interaksi yang terjadi antar siswa yang memiliki pengetahuan berbeda, sehingga diharapkan terjadi pemerataan kepahaman yang akhirnya kemandirian belajar siswa dapat terlihat. Aktivitas-aktivitas
pembelajaran
pertemuan 1 ini sebagai berikut:
yang
terjadi
pada
73
a. Pembukaan Guru dan peneliti memasuki ruang kelas, terlihat kertaskertas berserakan dilantai, siswa juga dalam kondisi ribut dikarenakan
sebelumnya
diadakan
try-out
oleh
sekolah
bekerjasama dengan Primagama, try-out diadakan seluruh kelas dari kelas VII sampai kelas VIII kecuali kelas IX karena sudah ujian akhir. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, ketua kelas memimpin doa kemudian memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan peneliti yang turut serta dalam kelas. Kemudian guru matematika mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa. Ternyata ada 3 siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran matematika pada hari ini, dikarenakan menjadi perwakilan sekolah dalam lomba menari, sehingga 32 siswa yang mengikuti pembelajaran. Setelah seluruh siswa terlihat siap untuk memulai pelajaran, guru mengingatkan kembali para siswa melalui apersepsi tentang macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut yaitu (a). Segitiga siku-siku sama kaki (segitiga yang besar salahsatu sudutnya adalah 90o dan panjang dua sisi sama). (b). segitiga tumpul sama kaki (segitiga yang besar salahsatu sudutnya lebih dari 90o dan dua sisinya sama panjang). (c). Segitiga lancip sama kaki (segitiga yang besar tiga sudutnya kurang dari 90o dan dua sisinya sama panjang).
74
b. Kegiatan inti Setelah guru melakukan apersepsi tentang macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, guru memberitahukan tujuan pembelajaran hari ini, tidak lupa guru memotivasi siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ini dan bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya, mau mengeluarkan pendapat atau ide dalam artian tidak diam dan hanya menyalin pekerjaan temannya, disiplin, dan bertanggung jawab selama berdiskusi. Guru memberitahukan bahwa pembelajaran hari ini menggunakan metode “kepala bernomor”. Guru memulai kegiatan inti dengan menjelaskan materi pembelajaran ini, yaitu menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar suatu segitiga. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, atau memberi tanggapan dari materi yang sudah disampaikan oleh guru, setelah selesai guru memberikan tugas yang akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok belajar. Berikut tahapan-tahapan pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode “kepala bernomor”. 1. Penomoran Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, namun perbedaan dari metode yang lalu adalah metode “kepala bernomor”
75
menggunakan ikat kepala bernomor pada masing-masing siswa
dalam
masing-masing
kelompok.
setiap
siswa
diberikan ikat kepala bernomor dari 1 sampai 5 pada masingmasing kelompok secara acak. Penomoran ini digunakan untuk penunjukan secara acak oleh guru untuk presentasi hasil diskusi tugas, ini bertujuan agar jika guru menunjuk salahsatu kelompok dengan nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan maka diantara anggota kelompok tidak saling lempar dan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kesiapan masing-masing siswa dalam diskusi kelompok, jadi dengan adanya metode “kepala bernomor” ini diharapkan siswa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri akan kepahaman materi yang disampaikan dan didiskusikan. 2. Pengajuan tugas Setelah seluruh siswa mengenakan ikat kepala bernomor, guru dan peneliti kemudian membagikan lembar tugas dengan materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga untuk didiskusikan oleh masing-masing kelompok, sebelum itu siswa diminta memperhatikan petunjuk yang ada di lembar diskusi. 3. Diskusi kelompok Siswa tampak bersemangat mengerjakan lembar tugas dengan kelompoknya, mereka sudah mulai terbiasa dengan
76
pembelajaran dengan pendekatan sosiokultur. jika ada kesulitan diharapkan siswa saling bekerjasama antar anggota kelompok, siswa yang sudah paham diharapkan dapat membantu siswa yang belum paham dalam kelompoknya.
Gambar 6. Dokumentasi Saat pembelajaran Kelompok ‘Kepala Bernomor’
Guru berkeliling untuk mengingatkan siswa yang gaduh dan melihat-lihat pekerjaan siswa serta membantu siswa jika mengalami kesulitan. Secara keseluruhan kegiatan diskusi pada pertemuan ini berjalan lancer dan sebagian besar siswa telah memahami materi yang dipelajari. 4.
Presentasi Sebelum guru menyebut nomor untuk menunjuk siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, guru memberikan
kesempatan
pada
seluruh
siswa
mau
mempresentasikan hasil diskusinya, ada beberapa siswa yang
77
inisiatif maju tanpa ditunjuk dan guru menunjuk beberapa nomor dari beberapa kelompok secara acak untuk presentasi hasil diskusi kelompok masing-masing, perbedaan presentasi dari siklus I dan siklus kedua II ini adalah pada siklus I yang maju mempresentasikan hasil diskusi adalah perwakilan dari anggota-anggota kelompok, namun pada siklus II yang menggunakan
metode
“kepala
bernomor”,
presentasi
dilakukan secara individu. Jadi pada siklus II ini siswa harus benar-benar paham materi dan hasil diskusi karena walaupun dengan
berdiskusi kelompok namun tanggung
jawab
kepahaman materi oleh masing-masing siswa yang akan di uji pada waktu presentasi.
Gambar 7 . Contoh Jawaban Yang Diberikan Siswa
78
Setelah guru menunjuk beberapa nomor tersebut, kemudian masing-masing
siswa
yang
dipersilahkan
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa nampak lebih percaya diri, namun ada juga siswa yang masih bingung dan takut saat mengerjakan di papan tulis. Setelah selesai presentasi dari beberapa siswa yang telah ditunjuk oleh guru secara acak tadi, kemudian guru bersama-sama siswa menyimpulkan jawaban yang benar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dibahas, apabila belum paham. 5.
Tugas Mandiri Seperti pada pembelajaran yang lalu, untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas, guru memberikan tugas mandiri yang harus dikerjakan oleh siswa secara sendiri-sendiri. Tugas mandiri yang dikerjakan siswa adalah dari buku paket yang merupakan buku pegangan masing-masing siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Sleman, siswa ditugaskan mengerjakan halaman 191 dengan nomor soal 4, 5, dan 6 buku matematika. Siswa diberi waktu selama 10 menit untuk mengerjakan. Guru dan peneliti berkeliling memonitor pekerjaan siswa. Setelah selesai, siswa diberi kesempatan untuk maju ke depan untuk menuliskan jawaban.
79
Siswa saling mengecek pekerjaannya dan menyimpulkan jawaban yang benar. c.
Penutup Pada sesi penutup ini, guru menguatkan kesimpulan yang diperoleh siswa dari hasil kegiatan pembelajaran tadi yaitu bahwa jumlah sudut dalam suatu segitiga adalah 180o dan besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar segitiga itu. Akhirnya bel berbunyi pertanda waktu pembelajaran matematika telah habis, guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
2) Pertemuan 2 Pertemuan kedua pada siklus kedua ini berlangsung pada hari jumat tanggal 05 Juni 2009 pada pukul pukul 09.15 WIB sampai dengan 10.35 WIB. Materi yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah menemukan rumus keliling dan luas segitiga. Tujuan pembelajaran hari ini adalah siswa dapat mencari keliling dan luas suatu segitiga. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan 2 ini sebagai berikut: a. Pembukaan Guru mengawali pembelajaran dengan salam. Guru mengingatkan kembali tentang materi pada pertemuan yang
80
lalu yaitu jumlah sudut dalam suatu segitiga adalah 180o dan besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar segitiga tersebut. Setelah itu guru menginformasikan tentang tujuan pembelajaran pada hari ini yaitu menurunkan rumus keliling dan luas segitiga. Guru juga menginformasikan pembelajaran pada pertemuan hari ini menggunakan metode “kepala bernomor” serta dalam evaluasi tugas mandiri menggunakan kartu smile seperti pada tindakan siklus I. Siswa dihumbau untuk
dapat
menggunakan
waktu
sebaik-baiknya
agar
pembelajaran dapat berjalan efektif. b. Kegiatan inti Untuk mengawali kegiatan inti pembelajaran ini, guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengertian keliling dan luas bangun serta keliling dan luas segi empat yang telah dipelajari pada pertemuan terdahulu. Setelah siswa paham dan ingat kembali pengertian keliling dan luas bangun, guru memerintahkan siswa untuk berkelompok. 1. Penomoran Seperti biasa siswa diminta untuk menuju kelompok masing-masing, guru dan peneliti kemudian membagikan ikat kepala bernomor 1–5 seperti pada pertemuan pertama siklus II yang diberikan secara acak pada masing-masing
81
kelompok. Siswa diminta untuk memakai ikat kepala bernomor tersebut. 2. Pengajuan tugas Guru dan peneliti kemudian membagikan Lembar Kegiatan Siswa 4 dengan materi menurunkan rumus keliling dan luas segitiga. Siswa diharapkan membaca petunjuk Lembar Kegiatan Siswa dahulu sebelum mulai mengerjakan bersama kelompoknya. 3. Diskusi kelompok Selama proses diskusi berlangsung, guru dan peneliti mengontrol dan memonitoring jalannya diskusi. Dalam kegiatan diskusi kali ini jarang ada pertanyaan yang dilontarkan siswa kepada guru maupun peneliti karena mereka sudah mulai terbiasa memecahkan masalah bersamasama anggota kelompoknya, jarang terlihat siswa yang tidak ikut ambil bagian dalam diskusi dan mengobrol sendiri. Waktu yang digunakan juga menjadi lebih optimal karena tidak banyak waktu yang terbuang. Mereka terlihat serius dalam belajar walaupun suasana sedikit ramai karena mereka saling berdiskusi. Siswa yang masih kesulitan, bertanya kepada temannya yang sudah paham, begitu pula temannya yang sudah paham tidak sungkan menjelaskan kepada teman yang kesulitan.
82
4. Presentasi Setelah waktu kurang 20 menit, guru meminta siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, masih seperti pertemuan 1 siklus II cara penentuan siswa yang mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan memanggil kelompok.
nomor berbeda
secara
acak
dengan
dari
masing-masing
pertemuan-pertemuan
sebelumnya, terlihat siswa lebih percaya diri dalam mempresentasikan jawabannya. Selama siswa mengerjakan di papan tulis, guru ikut membimbing siswa dan mengajak siswa untuk membahas masing-masing soal yang telah dikerjakan di papan tulis. Siswa yang lain mencocokkan jawaban hasil diskusinya dan menyalin penyelesaian yang dibenarkan oleh guru. Siswa yang telah menuliskan jawaban di papan tulis maupun memberi tanggapan akan diberikan tepuk tangan dan ”kartu smile” untuk menghargai hasil belajarnya. Setelah selesai presentasi dari masing-masing siswa yang telah ditunjuk melalui nomor tadi, kemudian guru bersamasama siswa membahas hasil presentasi dan mengajak siswa membuat kesimpulan yaitu keliling suatu segitiga adalah jumlah panjang semua sisi-sisi segitiga, dan luas suatu segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi.
83
5. Tugas mandiri Tahap terakhir dari pendekatan sosiokultur adalah belajar mandiri, yaitu mengerjakan tugas individu yang telah dipersiapkan oleh guru dan peneliti, pada saat proses mengerjakan soal, siswa tidak boleh mendapatkan bantuan dari siapapun, baik itu dari guru maupun dari siswa lainnya. Setelah
selesai
mengerjakan
guru
mempersilahkan
mengerjakan pekerjaannya di depan kelas, siswa yang mengerjakan di depan kelas atau yang memberi tanggapan akan mendapat kartu smile. Siapa yang mendapat kartu smile terbanyak akan mendapatkan reward dari guru, reward ini berfungsi sebagai rangsangan sekaligus motivasi siswa. Guru juga memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan pujian kepada siswa yang mengerjakan tugas didepan kelas. c. Penutup Dalam akhir pembelajaran, seperti biasa guru bersamasama siswa
meyimpulkan materi yang telah dibahas yaitu
keliling segitiga adalah jumlah semua sisi-sisi segitiga dan rumus luas segitiga adalah setengah dikali alas dikali tinggi. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami selama pembelajaran hari ini.
84
Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan yang akan datang diadakan tes siklus atau tes siklus II dengan materi tes adalah menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dan menurunkan rumus keliling dan luas segitiga, diharapkan siswa belajar dengan sungguh-sungguh. Guru menutup pembelajaran hari ini dengan salam dan doa serta berpesan kepada siswa untuk selalu belajar di rumah sebelum melakukan pembelajaran di sekolah.
c) Data hasil observasi, angket dan evaluasi akhir siklus a. Data hasil observasi Peneliti mengamati proses pembelajaran sama seperti siklus I yang menggunakan lembar observasi yaitu l lembar observasi pendekatan
sosiokultur
dengan
memuat
aspek-aspek
yang
berhubungan dengan pendekatan sosiokultur untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa. Peneliti juga membuat catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus II, siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran dengan pendekatan sosiokultur sehingga siswa lebih siap untuk dituntut melakukan
pembelajaran
matematika
guna
meningkatkan
kemandirian belajar matematika siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa terlihat semakin lebih antusias berdiskusi dengan teman sekelompoknya saat mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa
85
yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya dan mengerjakan soal tugas individu. Pada siklus II ini siswa terlihat lebih percaya diri ketika guru menyuruh siswa untuk maju mengerjakan hasil pekerjaannya di papan tulis. Observasi sosiokultur selama pembelajaran juga berjalan dengan baik, pada pertemuan 1 siklus II, siswa mulai saling berbagi tugas dalam berdiskusi kelompok mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa. Pada proses pembelajaran kelompok siswa berlomba untuk menjadikan kelompoknya yang terbaik. Sehingga siswa yang belum paham akan mendapatkan bantuan dari anggota kelompoknya yang sudah
memahami
materi
pembelajaran
kelompok
pembelajaran
ini
hanya
tersebut, yang
sehingga
efektif.
bertindak
Guru
sebagai
terjadi pada
proses kegiatan
fasilitator
yang
mendampingi dalam proses belajar kelompok yang terjadi pada siswa. Selama hampir dua jam pelajaran, siswa belajar kelompok dengan semangat, bahkan siswa tidak menyadari bahwa dalam pembelajaran kelompok ini mereka jadi saling membantu dan terjalin komunikasi yang baik antar siswa dalam kelompok. Pada pembelajaran kelompok inipun, siswa yang tadinya tidak berani berbicara di kelas, menjadi siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelompok. Bahkan antara satu sama lain di dalam kelompok terjalin komunikasi yang baik.
86
Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi sosiokultur pada siklus II menunjukkan persentase sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan meningkat 90,91% menjadi pada pertemuan 2. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi Sosiokultur Pada Siklus II Pertemuan
Pertemuan
Jumlah Skor Maksimal 22
Jumlah Skor Observasi
22
20
Keterlaksanan Pembelajaran 19 100 % 86 , 36 % 22
19
I
Pertemuan
20 100 % 90 , 91 % 22
II
Pada tindakan I ini, pembelajaran yang dilakukan meliputi tiga konsep utama sosiokultur. Setiap proses pembelajaran yang berlangsung selama dua kali pertemuan, tiga konsep utama pendekatan
sosiokultur
menjadi
titik
tekan
utama
dalam
pembelajarannya. Tindakan yang dilakukan memperhatikan : 1. Hukum genetik tentang perkembangan, dimana siswa diberikan contoh-contoh kongkrit yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari dalam penjelasan yang disampaikan oleh guru. 2. Zona perkembangan proksimal, dalam hal ini siswa mendapatkan bantuan dari orang dewasa (guru) dan teman sebayanya yang lebih berkompeten untuk mencapai tingkat pemahaman yang
87
lebih baik. Tindakan yang dilakukan dengan pembelajaran metode “kepala bernomor”. 3. Mediasi, pada tindakan yang dilakukan guru menggunakan media berupa Lembar Kegiatan Siswa dan kartu smile untuk membantu mengkontruksi pemikiran siswa. b. Data Angket Angket kemandirian belajar matematika siswa diberikan pada akhir siklus II untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar matematika siswa kelas VIIA SMPN 5 Sleman. Angket diisi oleh 35 siswa kelas VIIA SMPN 5 Sleman. Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Hasil Persentase Aspek Kemandirian Belajar Siswa Siklus II Aspek Kemandirian Belajar Motivasi
Jumlah Skor Angket Maksimal 660
Jumlah skor angket yang diperoleh 532
Persentase
532 100 % 660
80,6% (baik) Inisiatif
660
554
554 100 % 660
83,9% (baik) Disiplin
660
558
558 100 % 660
84,5% (baik) Percaya diri
528
424
424 100 % 528
80,3% (baik) Tanggung jawab
792
662
662 100 % 792
83,6% (baik) Rata rata persentase
82,6% (baik)
88
c. Data evaluasi akhir siklus Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus II. Sedangkan pada setiap pertemuan hanya di berikan tugas mandiri saja. Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus 2 cukup, hal itu terlihat pada rata-rata kelas yang menunjukkan nilai 82,58. Data nilai tes siklus 2 dapat dilihat pada lampiran. Ada 3 siswa yang mendapat nilai kurang dari rata–rata ketuntasan yang ditentukan sekolah yaitu 7. Artinya terdapat 9% siswa yang belum tuntas, jadi sebanyak 91% siswa berhasil mengerjakan tes siklus. Nilai rata-rata matematika kelas VII A SMPN 5 Sleman berdasarkan hasil tes siklus siklus II adalah 82,58 dengan kategori baik. d) Refleksi Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan pada segi keaktifan siswa selama proses diskusi, hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam proses diskusi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran siklus II ini ternyata masih sama dengan yang dihadapi siswa pada siklus I, yakni berkisar pada segi bahasa dan kurang percaya diri siswa. Untuk cara-cara menarik suatu kesimpulan, siswa tidak banyak mengalami kesulitan.
89
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru pada akhir siklus II menunjukkan bahwa secara umum pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Kemandirian
belajar
matematika
siswa
dalam
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil angket dan sikap siswa. Melalui pembelajaraan metode “kepala bernomor” hambatan dari siklus I dapat teratasi, siswa mulai
membagi
tugas
dalam
berdiskusi
kelompok,
tingkat
tanggungjawab masing-masing siswa juga meningkat dikarenakan pembelajaran dengan pendekatan sosiokultur dengan metode “kepala bernomor” mengharuskan masing-masing siswa untuk paham dan menguasai materi. Tingkat perbedaan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah mulai berkurang, siswa yang lebih paham memberikan bantuan kepada siswa yang belum paham, sebaliknya siswa yang belum paham materi juga tidak pasif. Selain itu, waktu yang digunakan untuk penelitian ini sangat sedikit sehingga kurang optimal dalam tindakan penelitian. Kurangnya waktu untuk tugas mandiri dan pembahasannya juga menjadi salah satu hambatan dalam penelitian ini.
B. Pembahasan Dari deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan sosiokultur
90
untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa di SMP Negeri 5 Sleman. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiokultur dalam pembelajaran matematika telah mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa SMP Negeri 5 Sleman kelas VII A. Hal ini nampak berdasarkan data yang diperoleh baik melalui hasil observasi, hasil angket, maupun hasil nilai tes siklus siklus I dan II. Pada proses pembelajaran siklus I, siswa masih kurang bertanggungjawab dengan apa yang akan mereka pelajari, belum ada kesiapan siswa dalam pembelajaran, dan ketika siswa menemukan kesulitan, mereka masih kurang percaya diri untuk bertanya, siswa juga kurang percaya diri untuk maju presentasi. Pada siklus II, setelah siswa mendapat Lembar Kegiatan Siswa dari guru, mereka dengan inisiatif sendiri mengerjakan bersama-sama kelompoknya, sudah terlihat ada pembagian tugas dalam kelompok, siswa mulai bertanggungjawab dengan materi yang mereka dapat. Siswa juga mulai mempunyai rasa percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa yang lebih paham memberikan bantuan kepada siswa yang kurang paham (peer tutoring). Siswa menjadi lebih percaya diri dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I, siswa masih belum berani mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Guru harus menunjuk salah seorang siswa untuk maju ke depan mempresentasikan
jawabannya.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
kepercayaan diri siswa masih rendah. Namun pada siklus II, siswa lebih
91
percaya diri untuk maju ke depan mempresentasikan jawabannya. Siswa yang berpartisipasi dalam pembahasan soal juga mengalami peningkatan dibanding siklus I. Hasil observasi pendekatan sosiokultur di SMP Negeri 5 Sleman kelas VII A dengan menggunakan pendekatan sosiokultur mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi pendekatan sosiokultur sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2 sedangkan pada siklus II sebesar 86,36% peda pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. Tabel keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi pendekatan sosiokultur dapat dilihat pada lampiran sedangkan grafik peningkatan dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 8. Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi dari Siklus I ke Siklus II Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar yang telah diisi oleh siswa, nampak adanya peningkatan pada masing–masing aspek kemandirian dari
92
siklus I ke siklus II. Penghitungan didasarkan atas banyaknya siswa yang menjawab benar untuk setiap butir soal yang menunjukkan masing-masing indikator pemahaman konsep matematika. Peningkatan yang terjadi pada masing–masing aspek kemandirian adalah sebagai berikut: 1)
Aspek motivasi yang terdiri dari 2 indikator yaitu menyadari untuk belajar, mempunyai semangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran, mengalami peningkatan sebesar 22,2% dari 58,4% menjadi 80,6%.
2)
Aspek inisiatif yang terdiri dari 2 indikator yaitu mempunyai gagasan sendiri, siswa lebih mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 26,55% dari 57,35% menjadi 83,9%.
3)
Aspek disiplin yang terdiri dari 2 indikator yaitu tertib dalam mengikuti pembelajaran dan yakin dapat memahami materi dengan baik mengalami peningkatan sebesar 27% dari 57,5% menjadi 84,5%.
4)
Aspek percaya diri yang terdiri dari 2 indikator yaitu yakin dapat memahami materi dengan baik dan berani bertanya atau menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan sebesar 27,73% dari 52,57% menjadi 80,3%.
5)
Aspek tanggung jawab yang terdiri dari 3 indikator yaitu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, baik individu maupun kelompok, mengukur kemampuan diri,
93
memperbaiki kesalahan mengalami peningkatan sebesar 21,59% dari 62,01% menjadi 83,6%. Kenaikan rata rata persentase dari siklus I ke siklus II sebanyak 25,01% dari siklus I rata-rata 57,56% menjadi 82,6% pada siklus II. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan persentase peningkatan kemandirian belajar siswa untuk masing-masing aspek. Tabel 12. Persentase Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan Aspek – aspek Kemandirian Belajar Siswa No Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan A
Motivasi
58,4%
80,6%
22,2%
B
Inisiatif
57,35%
83,9%
26,55%
C
Disiplin
57,5%
84,5%
27%
D
Percaya diri
52,57%
80,3%
27,73%
E
Tanggung jawab
62,01%
83,6%
21,59%
Rata-rata peningkatan
25,01%
Persentase peningkatan kemandirian belajar siswa berdasarkan aspekaspek kemandirian belajar siswa akan jauh lebih jelas pada grafik yang sajikan berikut ini.
94
Gambar 9. Grafik Persentase Aspek–aspek Kemandirian Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Dari hasil penelitian di atas nampak bahwa kemandirian belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sleman mengalami peningkatan. Pendekatan sosiokultur dapat memberikan peningkatan kemandirian belajar sebesar 25,01%. Berdasarkan hasil tes siklus siklus I dan siklus II, nampak bahwa terjadi peningkatan nilai. Ketuntasan belajar siswa untuk siklus I dan siklus II juga telah melebihi batas ketuntasan belajar minimal siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sleman, yakni yang diterapkan sebesar 80% dari keseluruhan jumlah siswa dalam satu kelas. Untuk lebih jelasnya, data peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan nilai evaluasi siklus I dan II disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 13. Nilai Rata-rata Matematika Kelas VII A Berdasarkan Hasil Tes Akhir Siklus I dan II Rata-rata Nilai Tes Kategori Siklus I 73,53 cukup Siklus II 82,58 Tinggi
95
Tabel 14. Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII A Berdasarkan Hasil Tes Akhir Siklus I dan II Ketuntasan Belajar Siklus I 79,5% Siklus II 91%
Dari segi persentase ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, yakni pada siklus I sebesar 74,3%, dan pada siklus II sebesar 95%.
C. Keterbatasan Penelitian Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan untuk melihat peningkatan kemandirian belajar siswa dengan menerapkan pendekatan sosiokultur
ini,
masih
banyak
terdapat
keterbatasan-keterbatasan.
Keterbatasan tersebut antara lain : 1.
Waktu yang kurang tepat saat pengambilan data, karena akan mempersiapkan ujian akhir semester II, sehingga konsentrasi siswa terpecah.
2.
Materi yang dipelajari pada setiap siklus berbeda meskipun pada pokok bahasan yang sama yaitu Segitiga. Hal ini memungkinkan pemahaman siswa terhadap materi berbeda-beda.
3.
Siswa masih ada yang malu-malu dalam mengungkapkan pendapat, sehingga sulit memancing siswa agar berani berbicara di kelas.
4.
Keterbatasan
waktu
dan
penelitian
harus
menyesuaikan tujuan pembelajaran dan silabus
dilakukan
dengan
96
5.
Pengamatan hanya dilakukan di dalam kelas sehingga aktivitas siswa yang terjadi di luar kelas tidak dapat diamati.
97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, pembelajaran matematika dengan pendekatan sosiokultur pada siswa
kelas VII A SMP Negeri 5 Sleman yang dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa sebagai berikut: 1. Kelas di bagi kelompok kecil dengan anggota lima orang, berdasarkan hasil nilai ulangan matematika pada semester 1. Setiap kelompok terdiri atas tim dengan kemampuan yang berbeda yakni, tinggi, sedang, dan rendah. Siswa belajar dalam kelompok setelah diberi materi, saling kerjasama dalam memahami materi maupun menyelesaikan tugas yang ada dalam LKS. Setelah pembelajaran kelompok selesai dilaksanakan tugas mandiri. Tugas mandiri ini bertujuan untuk mengetahui kepahaman masing-masing siswa akan materi yang telah di bahas. 2. Selama kegiatan kelompok berlangsung, guru dan peneliti berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. 3. Peningkatan kemandirian belajar siswa dengan pendekatan sosiokultur ditandai dengan: a.
Hasil observasi yang dilakukan dalam pembelajaran menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 5
98
Sleman
mengalami
peningkatan.
Pembelajaran
dengan
pendekatan sosiokultur sudah terlaksana dengan baik.
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
persentase
hasil
observasi
pembelajaran pada siklus I sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2. Pada siklus II persentase hasil observasi pembelajaran sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. b.
Hasil angket pada masing–masing aspek kemandirian belajar yang diberikan kepada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sleman mengalami peningkatan. Masing–masing aspek kemandirian belajar siswa meliputi: a) Aspek motivasi meningkat 22,2% dari 58,4% dengan kriteria cukup pada siklus I
menjadi 80,6% dengan
kriteria baik pada siklus II. b) Aspek inisiatif meningkat 26,55% dari 57,35% dengan kriteria cukup pada siklus I menjadi 83,9% dengan kriteria baik pada siklus II. c) Aspek disiplin meningkat 27% dari 57,5% dengan kriteria cukup pada siklus I menjadi 84,5% dengan kriteria baik pada siklus II. d) Apek percaya diri meningkat 27,73% dari 52,57% dengan kriteria cukup pada siklus I menjadi 80,3% dengan kriteria baik pada siklus II.
99
e) Aspek tanggung jawab meningkat 21,59% dari 62,01% dengan kriteria cukup pada siklus I menjadi 83,6% dengan kriteria baik pada siklus II. Hal
ini
dibuktikan
dengan
persentase
skor
peningkatan
kemandirian belajar siswa naik dari siklus I ke siklus II sebanyak 25,01% dari rata-rata siklus I 57,56% menjadi 82,6% pada siklus II. c.
Pada pembelajaran matematika, pendekatan sosiokultur dapat diterapkan dengan berbagai metode, namun tujuan utamanya adalah bagaimana siswa mampu bekerjasama dengan orang lain (dalam hal ini siswa lain maupun guru), hingga akhirnya mampu bekerja sendiri.
d.
Nilai rata-rata tes akhir pada akhir siklus I sebesar 73,53, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 82,58 dengan peningkatn sebesar 9,05
B. SARAN Peningkatan kemandirian belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sleman dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan dengan pendekatan sosiokultur, menjadikan dasar bagi peneliti untuk memberikan saran :
100
1. Bagi Guru a. Proses pembelajaran matematika di kelas hendaknya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan belajar sosiokultur, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. b. Dalam
proses
pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
sosiokultur hendaknya guru mampu menggunakan metode yang tepat, yang sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. 2. Bagi Pihak Sekolah a. Perlu memperhatikan hambatan yang dialami oleh guru dan siswa dalam
penerapan
pendekatan
sosiokultur
pada
pembelajaran
matematika, sehingga selalu ada perbaikan terhadap metode-metode yang digunakan. b. Perlunya
melakukan pembinaan kepada guru mata pelajaran
matematika dalam menggunakan berbagai metode pada penerapan pendekatan sosiokultur. Sehingga terjadi proses pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton. 3. Bagi Peneliti Lain Pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan sosiokultur dapat digunakan sebagai salah satu alternatif upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Untuk penelitian-penelitian berikutnya, hendaknya menggunakan metode yang tepat sesuai karateristik siswa sehingga dapat dikembangkan kembali agar jauh lebih baik dan
101
tercapai tujuan yang diharapkan. Sehingga siswa jauh lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada akhirnya prestasi belajar siswa yang diperoleh dapat lebih optimal.