BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Muaro Jambi. Terdapat 7 kelas paralel dari kelas VIII. Untuk mendapatkan kelas yang akan dijadikan sampel, peneliti menggunakan nilai ulangan tengah semesterSiswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2015/2016 yang kemudian akan diuji normalitas populasi dengan menggunakan uji Liliefors (lihat pada lampiran 2)diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1: Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas Jumlah Siswa L0 VIII A 32 0,155304 VIII B 30 0,148604 VIII C 30 0,155 VIII D 31 0,139 VIII E 30 0,147 VIII F 21 0,180 VIII G 22 0,183
Dari
tabel
4.1
terlihat
bahwa
Ltabel 0,15662 0,161760 0,161760 0,1591 0,161760 0,1933 0,1889
7
kelas
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
tersebut
berdistribusi
normal.Selanjutnya dilakukan uji homogenitas variansi terhadap populasi dengan menggunakan uji Bartlett (lihat pada lampiran 3).Dari uji homogenitas kelas dalam populasi, diperoleh Karena
<
= 10,78558 <
= 12,59
.
maka dapat disimpulkan bahwa 7 kelas tersebut
memiliki variansi yang homogen pada taraf kepercayaan 95%.Sedangkan uji kesamaan rata-rata kelas dalam populasi dengan Analisis Variansi diperoleh Fhitung = 2,13 (lihat pada lampiran 4). Karena harga Fhitung = 2,13
= 6 dan dk penyebut
= 189 untuk taraf kepercayaan 95% maka
62
63
H0 diterima dan disimpulkan bahwa kemampuan 7 kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. Sehingga 6 kelompok sampel disusun menjadi 21 macam sampel (VIII A, VIII B), (VIII A, VIII C), (VIII A, VIII D), (VIII A, VIII E), (VIII A, VIII F), (VIII A, VIII G), (VIII B, VIII C), (VIII B, VIII D), (VIII B, VIII E), (VIII B, VIII F), (VIII B, VIII G), (VIII C, VIII D), (VIII C, VIII E), (VIII C, VIII F), (VIII C, VIII G), (VIII D, VIII E), (VIII D, VIII F), (VIII D, VIII G), (VIII E, VIII F), (VIII E, VIII G), (VIII F, VIII G). Kemudian pengambilan kelompok sampel dilakukan dengan teknik undian diperoleh kelompok sampel VIII C danVIII E. Selanjutnya peneliti menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan melakukan pengambilan secara acak, yang terpilih pertama sebagai kelas eksperimen, dan yang terpilih kedua sebagai kelas kontrol. Dari hasil pengambilan secara acak, pengambilan pertama diperoleh kelas VIII E dan kemudian dijadikan sebagai kelas eksperimen. Pada pengambilan kedua diperoleh kelasVIII C dan dijadikan sebagai kelas kontrol. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada aspek kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari hasil tes akhir (post-test) yang dilakukan setelah kedua kelas sampel mendapatkan perlakuan yang berbeda, yaitu pembelajaran dengan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) untuk kelas eksperimen dan pembelajaran Direct Instructionuntuk kelas kontrol. Sebelum post-test diberikan pada kelas sampel,soal post-test tersebut terlebih dahulu diuji cobakan pada kelas di luar kelas sampel. Dalam hal ini soal yang diuji cobakan adalah sebanyak 7 soal essai. Hasil perhitungan validitas uji coba soal post-test dapat dilihat pada tabel berikut:
64
Tabel 4.2 Hasil validitas uji coba soal post-test Butir Soal rhitung rtabel 1 2 3 4 5 6 7
0,875247 0,652396 0,688961 0,434182 0,584107 0,696777 0,670311
0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334
Keterangan Validitas sangat tinggi validitas tinggi validitas tinggi validitas sedang validitas sedang validitas tinggi validitas tinggi
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada 1 soal memilki validitas sangat tinggi, 4 soal memiliki validitas tinggi dan 2 soal memiliki validitas sedang.Perhitungan lengkap validitas uji coba soal post-test tersebut dapat dilihat pada lampiran 9. Untuk tingkat kesukaran uji coba soal post-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Post-test Butir SA SB N Maks n x Maks SA+SB Soal
Taraf Kesukaran
Kriteria
1
61
39
16
8
128
100
0,78125
Mudah
2
73
42
16
11
176
115
0,653409091
Sedang
3
66
46
16
9
144
112
0,777777778
Mudah
4
66
41
16
9
144
107
0,743055556
Mudah
5
80
54
16
11
176
134
0,761363636
Mudah
6
74
51
16
11
176
125
0,710227273
Mudah
7
80
55
16
11
176
135
0,767045455
Mudah
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa ada1 soal memilikitingkat kesukaran sedang dan 6 soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah. Perhitungan lengkap tingkat kesukaran uji coba soal post-test dapat dilihat pada lampiran 11. Selanjutnya daya beda uji coba soal post-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
65
Tabel 4.4Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Soal Post-Test Butir SA SB N Maks 1/2(n x Maks) SA-SB Soal 1 61 39 16 8 64 22
Daya Beda
Kriteria
0,34375
cukup
2
73
42
16
11
88
31
0,352272727
cukup
3
66
46
16
9
72
20
0,277777778
cukup
4
66
41
16
9
72
25
0,347222222
cukup
5
80
54
16
11
88
26
0,295454545
cukup
6
74
51
16
11
88
23
0,261363636
cukup
7
80
55
16
11
88
25
0,284090909
cukup
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada 7 soal memiliki daya beda cukup,perhitungan lengkap daya beda uji coba soal post-test dapat dilihat pada lampiran 10. Untuk reliabilitas uji coba soal post-test perhitungannya menggunakan rumus rumus alpha. Adapun
yang diperoleh adalah
0,967461 ≥
0,339yang berarti soal memiliki reliabilitassangat tinggi. Perhitungan lengkap reliabilitas uji coba soal post-test dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas pada uji coba soal post-test, maka soal yang digunakan untuk post-test adalah sebanyak 7 soal. Selanjutnya 7 soal tersebut diberikan kepada kedua kelas sampel untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi Teorema Pythagoras. Tabel 4.5 Hasil Post Test Matematika Siswa Kelas
Jumlah Siswa
Eksperimen Kontrol
30 Orang 30 Orang
Nilai Rata-Rata 82,0 70,80
66
Perbandingan hasil post test antara kelas eksperimen yang pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran Direct Instructiondapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Post Test SiswaKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 30 30 Mean 82 70,8 Varians 66,9387971 130,567824 Simpangan Baku 8,181613356 11,42662785 Koefisien Variasi 16,13% 9,97%
Dari Tabel 4.6 dapat terlihat perbedaan statistika bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kelas kontrol. Selisih nilai rata-rata kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah 11,2 (82– 70,8). Dilihat
dari
simpangan
baku,nilai
kelas
kontrol
lebih
menyebardibandingkan kelas eksperimen. Tetapi jika dilihat dari koefisien variasi, nilai kelas eksperimem lebih homogen dibanding kelas kontrol. Hal ini dikarenakan besarnya koefisien variasi akan berpengaruh terhadap kualitas sebaran data. Jika semakin kecil koefisien variasinya maka data semakin homogen dan jika koefisien variasinya semakin besar maka datanya semakin heterogen (Riduwan, 2014:129). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematissiswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkemampuan pemecahan masalah matematissiswa pada kelas kontrol.Untuk itu maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
67
4.1.1
Pengujian Hipotesis Sebelum uji t maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas.
4.1.1.1 Uji normalitas Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilieforts terhadap nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil seperti pada tabel berikut: Tabel 4.7Uji Normalitas Hasil Post-test Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Siswa Lhitung Keterangan Ltabel( = 0,05) Eksperimen 30 0,12 0,16 Normal Kontrol 30 0,13 0,16 Normal
Berdasarkan tabel 4.7pada taraf signifikan
= 0,05 , dapat dilihat
bahwaLhitung< Ltabel untuk kedua kelas sampel, yaitu0,12<0,16
untuk kelas
eksperimen dan 0,13 < 0,16 untuk kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Perhitungan lengkap uji normalitas data post-test dapat dilihat pada lampiran 18. 4.1.1.2 Uji homogenitas Uji statistik yang digunakan dalam melakukan uji homogenitas variansi adalah uji F. Dengan n1 = 30, n2 = 30, S12 = 130,5678 dan S22 = 66,9388 diperoleh Ffitung = 3,287371 . Selanjutnya dengan dk pembilang (v1) = 29 dan dk penyebut (v2) = 29 diperoleh
Ftabel = 3,84
68
Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Uji Homogenitas Hasil Post Test SiswaKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Sampel Fhitung Ftabel ( =0,05) Varians ( ) 66,9388 Eksperimen 30 3,287371 3,84 130,5678 Kontrol 30
Dari tabel 4.8 terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 3,287371 <3,84 , maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang homogen. Perhitungan lengkap uji homogenitas variansi dapat dilihat pada lampiran 19. 4.1.1.3 Pengujian hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas serta data dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis uji kesamaan dua rata-ratapihak kanandengan menggunakan uji-t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak.Hasil dari uji-t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9Hasil uji kesamaan dua rata-rata pihak kanan Kelas Jumlah Siswa Rata-rata thitung Eksperimen 30 82 2,567 Kontrol 30 70,8
ttabel
Kesimpulan
1,67
H1 diterima
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa thitung >ttabel, yaitu 2,567 >1,67. Karena thitung >ttabel maka dapatdisimpulkan bahwa H0ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Perhitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata pihakkanan dapat dilihat pada lampiran 21. Karena H1 diterima maka kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan strategi
69
pembelajaran langsusngdikelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi.Menurut Sugiyono (2014) “Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan jika H1 diterima maka strategi pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi.
4.2 Lembar observasi Penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysis pada
kelas
eksperimen.PenerapanMeans
Ends
Analysiskegiatan
proses
pembelajarannya diamati dengan menggunakan lembar observasi. Hasil dari penggunaan strategi pembelajaran pada kelas eksperimen berupa observasi aktivitas guru. Hasil observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen,yang menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysisdapat dilihat pada tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysis No Pertemuan Persentase Penilaian 1 Pertemuan ke-1 91,7 % 2 Pertemuan ke-2 91,7 % 3 Pertemuan ke-3 83,3 % 4 Pertemuan ke-4 91,7 % Total rata-rata 89,6 % Tabel 4.11 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru strategi pembelajaran Means Ends Analysis Persentase No Interpretasi
1 2 3 4
0-25 % 26-50 % 51-75 % 76-100 %
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
70
Berdasarkan tabel 4.10diperoleh persentase rata-rata hasil observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen adalah 89,6% pada persentase tertinggi 91,7 %, maka hasil penilaianya berdasarkan rerata skor yaitu interval 76-100 % sehingga hasil penilaian termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”.Dari jumlah skor rata-rata hasil observasi aktivitas guru pada kelas eksperimen dapat di simpulkan bahwa menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysisdapat terlaksana dengan sangat baik. Hasil dari penggunaan strategi pembelajaran pada kelas eksperimen berupa observasi aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen, menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysisdapat di lihat pada tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysis No Pertemuan Persentase Penilaian 1 Pertemuan ke-1 81,8 % 2 Pertemuan ke-2 72,7 % 3 Pertemuan ke-3 72,7 % 4 Pertemuan ke-4 90,9 % Total rata-rata 79,5 %
Tabel 4.13Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswamenggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysis
No 1 2 3 4
Persentase
0-25 % 26-50 % 51-75 % 76-100 %
Interpretasi Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh jumlah persentase rata-rata hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen adalah 79,5 % maka hasil penilaianya termasuk kedalam kategori “sangat baik”.
71
4.2.1 Implementasi Pertemuan Pertama Peneliti mengawali proses pembelajaran dengan salam dan berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu, guru mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu persatu untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir pada saat pelaksanaan penelitian. Setelah kondisi kelas dirasa kondusif untuk belajar, guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada saat pelaksanaan penelitian, yaitu materi Teorema Pythagoras. Kemudian peneliti memberikan informasi kepada siswa bahwa pada pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan itu adalah dengan menggunakan strategi MeansEnds Analysis, berbeda dengan pembelajaran yang biasanya dibelajarkan oleh guru mata pelajaran matematika di SMPN 7 Muaro Jambi. Setelah itu, peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran yang akan berlangsung nantinya. Selanjutnya, untuk membangkitkan motivasi dan semangat belajar siswa, peneliti memberikan contoh manfaat atau keterkaitan materi yang akan dipelajari tentang Teorema Pythagoras dalam kehidupan seharihari. Namun, pada saat peneliti sedang berkata “Teorema Pythagoras ini memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari”, ada salah satu siswa yang bertanya “untuk apa pak?”. Kemudian peneliti menjawab “Teorema pythagoras ini biasanya digunakan mengukur tinggi tembok yang ada di depan kita tanpa kita mengukur menggunakan penggaris atau meteran, dapat juga untuk mengukur tinggi pesawat terbang, juga dapat mengukur jarak yang jauh sekalipun, seperti itulah manfaat mempelajari Teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari”.
72
Selanjutnya, untuk mempermudah dalam proses pembelajaran peneliti akan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Sebelum pembagian kelompok, ketua kelas berkata kepada peneliti “Pak kelompoknya ditentukan sendiri saja ya, Pak”. Lalu peneliti menyetujui pendapat dari ketua kelas. Namun, saat pembagian kelompok berlangsung, seketika suasana kelas menjadi tidak terkendali dan suara gaduh di setiap sudut ruangan terdengar jelas. Kemudian, peneliti menenangkan semua siswa seraya mengatakan, “Bapak saja yang membagi kelompoknya supaya tidak ada suara gaduh lagi di kelas ini”. “Bapak akan membagi kelompoknya sesuai dengan absen dan ingat, selama pembelajaran dengan Bapak, posisi duduknya harus sesuai dengan kelompok yang sudah Bapak bagi” lanjut peneliti. Lalu peneliti membagi siswa menjadi 6 kelompok dan satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Ternyata, sebagian besar dari mereka adalah siswa yang aktif. Namun, ada juga siswa yang tidak aktif dan ada juga siswa yang membuat kegaduhan. Selanjutnya, peneliti mulai menyampaikan materi pembelajaran tentang pembuktian dalil Teorema Pythagoras yang diawali dengan membagikan Lembar Kerja (LK) kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama teman kelompok. Saat sedang membagikan LK, peneliti berkata “diskusikan bersama teman kelompoknya terlebih dahulu, kalau ada yang kurang dimengerti boleh langsung bertanya kepada Bapak ya”. Kemudian peneliti mempersilahkan siswa untuk mengisi lembar kerja yang telah diberikan. “Nah, sekarang sudah mulai boleh di isi lembar kerja yang Bapak berikan, bagi teman yang belum mengerti, silahkan bertanya kepada teman dalam kelompoknya yang sudah mengerti” jelas peneliti yang kemudian dijawab dengan suara serentak oleh siswa “iya paaaaaak”.
73
“Didalam mengerjakan lembar kerja itu masih menggunakan konsep bangun datar segitiga dan persegi. Tetapi Bapak yakin kalau anak-anak Bapak masih ingat konsep-konsep yang ada pada bangun datar segitiga dan persegi. Jangan lupa juga tulis nama kelompok masing-masing” peneliti menambahkan penjelasannya. Lalu ada seorang siswa bertanya “Pak, pada halaman 2 bagian ‘4 × Luas segitiga siku-siku + Luas persegi kecil = Luas persegi besar’ini kenapa kok dikalikan dengan 4, apa yang dikali 4 ini Pak?”. Peneliti menjawab pertanyaan siswa tersebut dengan menjelaskan kepada semua anggota dalam kelompok siswa tersebut “Oke, baiklah coba semua kelompok perhatikan pada LK nya ada bangun apa saja?”. Salah satu siswa menyahut “ada persegi Pak”. “nah, iya itu ada persegi dan ada bangun apa lagi?” sambung peneliti memancing siswa untuk menggali pengetahuannya. “ada segitiga juga Pak” sahut siswa lain. Peneliti membenarkan jawaban-jawaban siswa “iya benar, ada segitiga dan berapa jumlah segitiganya?” tanya peneliti menggali informasi lagi. “Ada 4 pak” sahut sebagian siswa didalam kelas dengan serentak. “Iya benar, nah sekarang sudah tau maksudnya kan?” tanya peneliti lagi. “Sudah Paaaak” sahut beberapa siswa serentak. Saat siswa mengerjakan LK tersebut, peneliti berjalan dari satu kelompok ke kelompok lain dan mendapat banyak pertanyaan dari masing-masing kelompok. Peneliti pun menuntun siswa agar memahami bagaimana penyelesaian soal dalam lembar kerja yang diberikan. Pada halaman pertama siswa diperintahkan agar mengelaborasi kondisikondisi atau syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir pada penelitian ini. Syarat yang dibutuhkan adalah siswa dapat menghitung luas persegi dan luas segitiga agar pada saat akan menemukan dalil Teorema Pythagoras,
74
siswa tidak merasa bingung lagi konsep-konsep yang muncul berkaitan dengan segitiga dan persegi. Sebelum dilanjutkan ke pembahasan LK, siswa diingatkan kembali tentang cara menghitung luas persegi panjang. “masih ingat kan dengan rumus-rumus persegi dan segitiga?” tanya peneliti. “Masih pak” jawab siswa. Lalu ada satu kelompok mengatakan “Pak kelompok satu sudah selesai mengerjakan halaman satu”. “Pak, kelompok 5 juga sudah selesai” ucap salah satu dari anggota kelompok 5 dan begitu juga kelompok lain. “Baiklah kalo sudah selesai, jadi berapa luas persegi EFGH ?” tanya peneliti kepada seluruh siswa. “25 Pak” jawab semua siswa hampir serentak. Selanjutnya peneliti bertanya lagi “jadi panjang sisi EF, GH, HE, EF berapa ?”, “5 Pak” jawab salah seorang siswa. “Iya Pak 5” tambah teman dari kelompok lain. “Jadi sudah mengerti semua kan bagaimana menyelesaikan masalah pada halaman 1?” tanya peneliti lagi. “Sudah Pak” jawab siswa serentak. “Ada yang kesulitan tidak dalam mengerjakannya tadi?” “tidak Pak” jawab siswa lagi. Selanjutnya peneliti memerintahkan untuk mengerjakan LK halaman kedua yaitu tentang pembuktian dalil Teorema Pythagoras, dalam mengorganisasi langkah ini siswa dibantu agar dapat menemukan dalil Teorema Pythagoras melalui lembar kerja yang diberikan. Beberapa menit setelah peneliti memerintahkan untuk mengisi lembar kerja halaman kedua, salah satu siswa bertanya “Pak bagaimana cara mengisinya Pak?”. Peneliti pun menjawab “dikerjakan seperti contoh yang diatas tadi, bedanya pada halaman dua menggunakan rumus”. Siswa pun mengerjakan lembar kerja dengan mengisi titiktitik yang kosong pada lembar kerja tersebut bersama kelompoknya masingmasing. Peneliti kembali berjalan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk
75
memantau setiap kelompok dalam mengerjakan lembar kerjanya. Ada beberapa kelompok yang sudah selesai dan ada juga yang sedang membantu teman kelompoknya untuk memahami cara penyelesaian soal yang ada pada lembar kerja tersebut. “Sudah selesai semua?” tanya peneliti. “Sudah pak” sahut semua kelompok, baiklah “apa solusi dari permasalahan di dalam LK itu?” tanya peneliti. “Sudah selesai semua kan?” tanya peneliti lagi meyakinkan siswa supaya siswa berani menjawab pertanyaan peneliti. “sudah Paaak” jawab siswa dengan suara yang lebih keras. “lalu bagaimana solusi yang kalian dapatkan? Yang berani menjawan acungkan tangannya” tanya peneliti lagi sembari memotivasi agar siswa
mau menjawab. Ada beberapa siswa dari kelompok yang berbeda
mengacungkan tangan sambil bertriak “saya Pak”. Peneliti menunjuk siswa yang mengacungkan tangan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelompok lainnya dan peneliti mengevaluasi jawaban dari siswa yang salah. Setelah dipresentasikan oleh siswa dari salah satu kelompok didepan, peneliti bertanya pada kelompok
lain “benar atau salah salah jawaban dari
temannya ini?” tanya peneliti. “Benar Pak” jawab kelompok lain.
“Coba
kelompok lain bagaimana solusinya?” tanya peneliti, “solusinya c2 =a2+b2 pak” jawab siswa perwakilan kelompok, “iya benar sekali, jadi sama kan jawabannya dengan kelompok yang di depan?” tanya peneliti. “sama Pak” jawab siswa dari kelompok tersebut. Guru mempersilahkan siswa yang mempresentasikan jawaban untuk kembali kedalam kelompoknya lagi. Peneliti juga meminta siswa memperbaiki jawaban yang masih kurang tepat. Siswa yang masih belum
76
memahami pelajaran pada pertemuan itu pun dipersilahkan untuk bertanya kepada peneliti. Selanjutnya, peneliti membuat kesimpulan bersama dengan siswa dan memberikan umpan balik berupa perbaikan-perbaikan dari jawaban yang masih belum tepat untuk setiap kelompok. “Jadi solusi untuk mencari panjang sisi cadalah dengan mencari akar dari a2+ b2, dan solusi tersebut dinamakan dalil Teorema Pythagoras” jelas peneliti.
“sudah paham kan
darimana kita mendapat rumus Pythagoras ini?” tambah peneliti. “Paham Pak” jawab siswa serentak. “nah, sekarang siapa yang bisa menyimpulkan pelajaran tentang Teorema Pythagoras hari ini?” tanya peneliti, “saya Pak” salah satu siswa dari kelas itu mengacungkan tangan.“Coba kamu simpulkan” peneliti menunjuk siswa. “Jadi, dari pembelajaran hari ini kita telah mengetahui dan membuktikan dalil Teorema Pythagoras dan mengetahui rumusnya yaitu c2 = a2 + b2 pak” jawab siswa yang ditunjuk oleh peneliti. “iya benar itu rumusnya, kalau digambarkan dengan kalimat secara umum jadinya bagaimana?” tanya peneliti lagi, “jumlah kuadrat semua sisi segitiga pak” jawab siswa. “Jawabannya masih kurang tepat kurang tepat tapi sudah mendekati” sambung peneliti. “sisi segitiga saling berhubungan pak” jawab salah satu siswa. “Iya itu mendekati juga” sambung peneliti lagi. “Jadi kesimpulan secara umumnya yaitu, Teorema Pythagoras adalah hubungan panjang sisi siku-siku pada segitiga” peneliti menyempurnakan jawaban siswa. Lalu peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk dikumpul pada pertemuan selanjutnya. Sebelum guru menutup pembelajaran, peneliti memberitahukan materi berikutnya
77
yaitu mengetahui jenis-jenis segitiga. Peneliti pun menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan Kedua Kegiatan pembelajaran diawali dengan peneliti mengucapkan salam, lalu berdoa dan dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu persatu untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir pada tahap pelaksanaan penelitian. Peneliti mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya sekaligus membahas PR siswa yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi pada pertemuan kedua yaitu
mengetahui
jenis-jenis
segitiga.
Peneliti
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kedua. Tujuan pada pembelajaran ini adalah siswa dapat mengetahui jenis jenis segitiga menggunakan Teorema Pythagoras. Sebelum memulai pembelajaran peneliti meminta siswa untuk duduk pada kelompok masing-masing yang sudah dibentuk pada pertemuan pertama. Lalu peneliti memulai dengan sebuah permasalahan, yaitu peneliti menggambar sebuah segitiga di papan tulis beserta panjang alas, tinggi dan sisi miringnya kemudian peneliti bertanya kepada siswa “bisakah kalian menentukan gambar ini berbentuk segitiga apa?” dan antar siswa pun beradu argumen tentang gambar di papan tulis. “Itu segitiga siku-siku pak” jawab salah seorang siswa, “kenapa segitiga sikusiku?” sambung guru. “Karena tegak lurus alas dan tingginya, Pak” sahutnya. “Kamu yakin itu segitiga siku-siku?”
guru menanyakan keyakinan terhadap
jawaban siswa dan siswa pun kurang yakin. Peneliti pun berkata “untuk
78
meyakinkan ini segitiga siku-siku atau bukan kita bisa membuktikannya dengan rumus Pythagoras”. “Coba kalian sebutkan apa syaratnya sebuah segitiga disebut segitiga siku-siku?”, tanya peneliti, semua murid diam karna belum ada yang tau, “ada yang tau?” tanya peneliti lagi, “tegak lurus, benar atau tidak pak?” jawab siswa ragu-ragu, “itu bisa juga, tetapi supaya lebih pasti, coba kita buktikan dengan menggunakan rumus Pythagoras” jawab peneliti. “Sekarang buka buku paket tentang menentukan jenis-jenis segitiga”, sambung peneliti. “Ooh..iyaa pak” ada salah satu siswa bersuara, “bagaimana? Sudah mengerti?” tanya peneliti. Peneliti meminta siswa menyebutkan syaratnya “coba kamu, sebutkan apa syaratnya?”, “jika c2 > a2 + b2 maka disebut segitiga tumpul, jika c2 = a2 + b2 maka disebut segitiga siku-siku dan jika c2 < a2 + b2 maka disebut segitiga lancip” jawab salah satu siswa. “iya, benar sekali itu syarat-syaratnya. Sekarang coba dicari apakah ini segitiga siku siku?” ucap peneliti. Setelah itu siswa mengerjakan masalah yang diberikan peneliti pada awal pembelajaran dengan syarat-syarat yang sudah ditemukan dan peneliti mempersilahkan untuk menerapkan rencana pembuktian segitiga siku-siku di kelompok masing masing untuk menentukan jenis segitiga tersebut. Peneliti mempersilahkan salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan hasil kerja kelompok tenteng solusi yang di dapat oleh siswa didepan teman teman nya. Ternyata, yang didapat adalah segitiga lancip karna berlaku c2 < a2 + b2, “bagaimana pendapat kalian tentang jawaban yang diberikan teman kalian?” Tanya peneliti, “sudah benar Pak” sebagian siswa menjawab dengan serentak, “baiklah apa ada yang belum paham dan ada yang ingin ditanyakan lagi? Kalau
79
ada langsung saja acungkan tangannya” sahut peneliti. Seketika sebagian besar siswa mengatakan “sudah paham Pak”. Kemudian peneliti mengingatkan “dalam menentukan jenis-jenis segitiga harus hati-hati, sebab jika salah dalam perhitungan dapat merubah kesimpulan ini” tegas peneliti. Beberapa menit kemudian salah satu siswa berkata “Pak coba contoh soal”, peneliti pun memberikan 3 soal untuk siswa agar siswa lebih mahir dalam mengidentifikasi jenis-jenis segitiga. Setelah siswa selesai mengerjakan 3 soal yang diberikan oleh guru, soal tersebut dibahas bersama-sama oleh peneliti dan siswa. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti membrikan umpan balik kepada siswa dan peneliti memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk dikumpul pada pertemuan selanjutnya. Sebelum guru menutup pembelajaran, guru memberitahukan materi berikutnya yaitu menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa (salah satu sudutnya 300, 450, 600 ) dan peneliti menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan Ketiga Kegiatan pembelajaran diawali dengan peneliti mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu persatu untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir pada tahap pelaksanaan penelitian. Peneliti mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya sekaligus membahas PR siswa yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menyampaikan materi pada pertemuan kali ini yaitu menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga
80
siku-siku istimewa (salah satu sudutnya 300, 450, 600). Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ketiga. Sebelum memulai pembelajaran peneliti meminta siswa untuk duduk pada kelompok masing-masing yang telah ditentukan pada pertemuan pertama. Lalu peneliti memulai dengan sebuah permasalahan yaitu “Budi ingin memanjat dinding yang memiliki ketinggian 10 m menggunakan tangga yang akan dibuat ayahnya. Jika sudut yang dibentuk antara tangga dengan lantai adalah 300, maka berapa panjang tangga yang dibutuhkan Budi?” tanya peneliti kepada siswa. “Ada yang bisa membantu Budi?” lanjut peneliti. Semua siswa diam kebingungan, lalu peneliti meminta siswa meneliti permasalahan yang diberikan oleh peneliti. “Coba perhatikan, apa saja yang diketahui dari permasalahan tersebut”. “Ada tinggi dinding dan besar sudut yang dibentuk Pak” jawab siswa. “Iya benar” sahut peneliti lagi. “Lalu bagaimana menggunakan rumus Pythagorasnya Pak, pada permasalahan itu tidak diketahui jarak tembok dengan tangga?” Tanya salah satu siswa lagi, “pertanyaannya bagus, pada permasalahan ini, kondisinya sekarang tidak diketahui jarak antara tangga dan tembok. Coba kalian buka buku paket pada bab menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku siku istimewa” jawab peneliti. Setelah siswa membaca buku paket, peneliti melanjutkan pembelajaran, “Baik semua sudah selesai membacanya, jadi ada yang sudah mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan Budi?” tanya peneliti, “sudah Pak, tapi masih bingung Pak” jawab siswa. Peneliti menanggapi kebingungan siswa “Oke, mana yang masih bingung tanya sama Bapak”. “Ini bagaimana cara mensubstitusikan kedalam rumusnya Pak, tanya siswa lagi. Peneliti menanggapi lagi “coba kalian lihat apa saja yang sudah diketahui pada masalah itu, apa yang
81
ditanyakan”. Siswa menjantak dan benar “ yang diketahui tinggi tembok dan besar sudutnya Pak, dan yang ditanyakan adalah sisi miringnya pak”. “Ya, benar sekali, dari unsur-unsur yang telah diketahui tadi, substitusikanlah nilai-nilai yang telah diketahui kedalam rumus Pythagoras dan kemudian diskusikan dalam kelompok masing-masing” ucap peneliti. Setelah didiskusikan didalam kelompoknya, peneliti meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari permasalahan Budi. “Ada yang sudah selesai? silahkan maju untuk mengerjakannya dan jelaskan kepada temanteman yang lain” tanya peneliti. “Sudah Pak tetapi belum pasti kebenarannya” jawab siswa. “Tidak masalah, kerjakan saja dulu. Nanti kita bahas bersama” jawab peneliti. Lalu siswa yang ditunjuk mengerjakan permasalahan tersebut setelah selesai dan peneliti menanyakan kepada kelompok lainnya “bagaimana jawaban dari teman kita? Sama atau tidak dengan jawaban kelompok lain?”. “ada sebagian yang masih salah Pak. Rumusnya terbalik Pak” sahut siswa. “Nah, untuk itu mari kita bahas bersama” jawab peneliti. “Coba lihat, apa yang diketahui dalam masalah yang Bapak berikan tadi?” Tanya peneliti. “tinggi dinding dan sudut yang dibentuk pak” jawab siswa. “Lalu apa yang dicari?” tanya peneliti, “sisi miringnya Pak” jawab siswa. “Jadi kita menggunakan rumus BC : AB : AC = 2 : √3 : 1 tetapi lihat apa yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan diatas” tegas peneliti. “BC dan AC pak” tanya peneliti, “kenapa kok hanya itu saja?” tanya peneliti. “karena kita hanya mencari sisi miring dan yang sudah diketahui tingginya Pak” jawab siswa, “benar sekali, jadi berapa yang dibutuhkan panjang tangganya?” Tanya peneliti. “sebentar pak saya belum menghitungnya” sahut salah satu siswa, lalu dari depan sebelah kiri kelas
82
ada yang menjawab “20 m Pak”. Kemudian ditanggapi oleh peneliti seraya meminta siswa mengerjakan di papan tulis. “Nah benar itu, coba kerjakan di depan”. “Iya pak” jawab siswa. Setelah mengerjakan di depan lalu peneliti bertanya kembali, “sudah paham semua?” “sudah Pak” jawab siswa. “Ada yang mau ditanyakan lagi?” tanya peneliti, “tidak Pak”. “Baiklah kalau tidak ada yang ingin bertanya, coba kerjakan soal ini” tambah peneliti sambil menunjuk 2 soal pada buku paket. Beberapa menit setelah siswa selesai mengerjakan soal, peneliti meminta siswa mengerjakan di papan tulis dan semua siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan benar. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti memberikan umpan balik kepada siswa dan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk dikumpulkan
pada
pertemuan
selanjutnya.
Sebelum
peneliti
menutup
pembelajaran, peneliti memberitahukan materi berikutnya yaitu menghitung panjang diagonal pada bangun datar, misal persegi, persegi panjang, belah ketupat, dan sebagainya. Peneliti menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan Keempat Kegiatan pembelajaran diawali dengan peneliti mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu, peneliti mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa satu persatu untuk mengetahui jumlah siswa yang hadir pada tahap pelaksanaan penelitian.Peneliti mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya sekaligus membahas PR siswa yang diberikan pada pertemuan sebelumnya Selanjutnya peneliti menyampaikan
83
materi pada pertemuan kali ini yaitu menghitung panjang diagonal pada bangun datarpersegi, persegi panjang, dan belah ketupat. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan keempat. Sebelum memulai memulai pembelajaran peneliti meminta siswa untuk duduk pada kelompok masing-masing masing yang sudah ditentukan pada pertemuan pertama. Kemudian peneliti memulai dengan sebuah permasalahan yaitu “Pak “ Michael menjual sebidang tanah seharga Rp.36.000.000,00. Tanah tersebut tersebut berbentuk trapesium seperti gambar dibawah. Berapa harga tanah tersebut setiap meter perseginya?
Siswa kelihatan antusias, ada yang langsung menghitung dan ada juga yang langsung bertanya “bagiaman Pak caranya?”. Peneliti menanggapi dengan memberikn kn arahan “coba kalian perhatikan permasalahan yang bapak berikan tadi, tentukan tujuan kita” jelasnya. “Mencari harga tanah Pak Michael, pak” jawab salah satu siswa. “Iya benar lebih tepatnya kita akan mencari berapa harga tanah per meter persegi” jawab peneliti. peneliti. “Sekarang coba kalian kerjakan bersama kelompok masing-masing, masing, jika ada pertanyaan silahkan tanyakan pada bapak” lanjut peneliti. Lalu siswa mengerjakan permasalahan yang diberikan bersama kelompok masing masing. Selang beberapa menit kemudian, ada ada seorang siswa yang bertanya, “pak bagaimana mengerjakannya pak, saya masih bingung” tanya siswa. “Dimana bingungnya?” tanya peneliti. “ini pak, cara menghitungnya” jawab siswa
84
tersebut. “Nah, coba kamu perhatikan ini bentuk bagunan apa?” tanya peneliti sambil menunjuk ke arah kertas yang dipegang siswa. “Persegi dan segitiga pak” salah satu siswa menyahut, “coba lihat lagi dan ingat pelajaran sebelumnya” perintah peneliti itu. Lalu salah satu siswa berteriak dari belakang “trapesium pak”. “Nah itu teman kalian sudah menjawabnya” ucap peneliti, “lalu apa rumus mencari luas trapesium?” lanjut peneliti. “jumlah sisi sejajar dibagi 2, kemudian dikalikan dengan tingginya pak” sahut siswa dibelakang. “Benar” jawab peneliti, “lalu apa yang belum diketahui dalam permasalahan itu?” tanya peneliti lagi. “Tinggi trapesium pak” jawab siswa. “Nah, cara mencari tingginya adalah perhatikan terlebih dahulu bangun apa yang berhimpitan atau segaris dengan tinggi trapesium itu?” tanya peneliti. “Segitiga pak” jawab siswa “jadi bagimana mencari tingginya?” tanya peneliti. “Menggunakan rumus Teorema Pythagoras pak” jawab siswa, dan hampir semua siswa menanggapi “Ooh iya iya”. “Nah, sekarang kerjakan lagi bersama kelompok masing-masing” lanjut peneliti. Salah satu kelompok memanggil peneliti “Pak, kalau sudah diketahui luasnya, dicari apanya lagi pak?”, “diskusikan dulu bersama kelompoknya, baca soalnya baik-baik” jawab peneliti. “Dibagi ya, pak?” celetuk kelompok lain. “Iya, dibagi” jawab peneliti. “Siapa yang sudah selesai silahkan maju kedepan, tulis jawabannya dipapan tulis dan jelaskan kepada teman yang lain” perintah peneliti. Siswa saling menunjuk antar teman untuk maju dan menjelaskan kepada teman yang lain. Kemudian anggota kelompok yang paling depan mengacungkan tangan, dan peneliti pun mempersilahkannya untuk maju ke depan kelas “iya coba silahkan ke depan” perintah guru dan siswa langsung mengerjakan di papan tulis.
85
Guru mempersilahkan lagi siswa untuk menjelaskan kepada temannya “nah, coba kalian perhatikan ke depan dulu, teman kalian akan menjelaskan apa yang ditulisnya” ucap peneliti. Setelah selesai dijelaskan oleh siswa tersebut, peneliti kembali bertanya kepada semua siswa “dari hasil pekerjaan kelompok 2 yang diwakilkan oleh salah satu anggota kelompok 2 tadi, menurut kalian sudah benar atau tidak langkah-langkah dan hasilnya?”, “benar paaak” jawab siswa serentak dan diakhiri dengan acungan tangan siswa yang kemudian bertanya “kalau sudah ketemu luasnya, diapain pak?”, “nah, kamu tadi yang maju coba jawab pertanyaan teman kamu” perintah guru. “jadi kalau sudah ketemu luasnya, harga keseluruhannya yaitu Rp. 36.000.000,00 dibagi dengan luas tanah itu 240 m2. Jadi harga per meternya adalah Rp. 150.000,00” jawab siswa tersebut. “Sudah paham?” tanya peneliti kepada siswa yang bertanya tadi. “Sudah pak” jawab siswa itu. Lalu peneliti memberikan contoh soal untuk dikerjakan “sekarang kerjakan soal ini kalau tidak selesai kumpulkan pertemuan berikutnya ini sebagai tugas” sambil menunjuk buku paket. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti memberikan umpan balik kepada siswa lalu. Sebelum peneliti mengakhiri pembelajaran, peneliti memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya akan dilakukan ujian harian dengan materi Teorema Pythagoras dan mengingatkan siswa untuk rajin belajar. Peneliti mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMPN 7 Muaro Jambi pada materi Teorema Pythagoras. Dalam penelitian ini terdapat dua kelas sampel, satu kelas
86
eksperimen dan satu kelas kontrol, kelas eksperimen ( VIII E) sebagai yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran Mean Ends Analysisdan satu kelas kontrol (VIIIC) yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran langsusng. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 14 hari dengan intensitas pertemuan sebanyak 4 kali di kelas eksperimen dan 4 kali di kelas kontrol. Kedua kelas sampel diajar dengan materi yang sama yaitu Teorema Pythagoras. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa di kelas eksperimen telah mencapai kriteria “Sangat Baik” dengan rerata persentase 89,6 % pada kelas eksperimen.Hasil observasi yang telah disebutkan sebelumnya, terlihat pada aktivitas pada kelas eksperimen sudah mencapai kriteria kesuksesan dalam suatu pembelajaran karena dapat mengaktifkan siswa dengan adanya permasalahan sehari-hari siswa yang di sampaikan berbasis heuristik, hal ini memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia sehingga siswa merasa tertarik untuk mempelajarinya. Setelah diberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa mengelaborasi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir, lalu siswa mengidentifikasi perbedaan antara problem state dan goal state sehingga siswa dapat terfokuskan dalam menyelesaikan permasalahan yang di hadapi siswa, setelah mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan siswa menyusun sub masalah agar permasalahan tepat untuk diselesaikan lalu siswa menganalisis sub masalah untuk memilih strategi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut, setelah mendapat strategi yang tepat siswa mudah dalam memecahkan masalah
87
yang telah diberikan sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematis yang diberikan dengan tepat dan sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Pada pembelajaran MEA ini siswa berperan lebih aktif untuk untuk meng ekspresikan ide-ide meraka dan siswa dengan kemampuan metematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri, hal ini sesuai dengan yang telah disebutkan Menurut Sohimin (2014: 104) tentang kelebihan dari strategi Means-Ends Analysis Pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran MeansEnds Analys yang berjumlah 30 siswa didapatkanlah hasil posttest terendah70, tertinggi 100 dengan rata-rata hitung 82, persentase ketuntasan induvidu76,67%, simpangan baku 8,18 dan koefisien variasi 16,13% serta. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan direct instruction yang berjumlah 30 siswa didapatkan hasil posttest terendah 40, tertinggi 85,71429 dengan rata-rata 70,8, persentase ketuntasan induvidu53,33%, simpangan baku 11,42 dan koefisien variasi 9,97%. Pada SMPN 7 Muaro Jambi ketuntasan klasikal adalah 85% jadi pada kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol tidak tuntas pada ketuntasan klasikal. Untuk melihat kesamaan dua rata-rata hasil belajar matematika siswa yang
menerapkan
strategi
pembelajaran
Means-Ends
Analysis
dengan
menggunakan direct instruction, kriteria pengujian yang digunakan adalah terima Hojika thitung = ttabel Pada taraf nyata 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (
+
− 2), didapat ttabel =1,67 Oleh karena nilai thitung = 2,56 dan nilai ttabel = 1,67, berarti 2,56 > 1,67
maka kriteria uji terima Ho tidak terpenuhi sehingga Ho ditolak.Pada awal bagian
88
ini juga telah dikemukakan bahwa rata-rata hitung skor hasil belajar kelas eksperimen adalah 82, sedangkan pada kelas kontrol skor rata-rata hasil belajarnya adalah 70,8. Dengan demikian bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunaka strategi pembelajaran Means-Ends Analysis lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena itu, maka strategi pembelajaran Means-Ends Analysis berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Tingginya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen jika dibandingkan dengan kelas kontrolBerdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada kelas sampel, siswa yang mengikuti Pembelajaran dengan strategi pembelajaran MeansEnds Analysis lebih berpartisipasi untuk aktif dalam keinginan untuk memecahkan masalah matematis yang di sajikan oleh guru. Baik itu bertanya kepada guru ataupun kepada teman. Selain aktif mengajukan pertanyaan siswa juga aktif dalam diskusi memberikan ide-ide mereka dan kerja kelompok untuk memecahkan masalah matematis. Sedangkan pada kelas yang menggunakan pembelajaran Direct Instruction siswa masih terlihat agak ragu-ragu untuk bertanya kepada guru ataupun menjawab pertanyaan. Selain itu dalam kelompok siswa juga terlihat kurang aktif berdiskusi mengenai pelajaran dengan temanteman di dalam kelas. Sebagian besar siswa yang mengikuti pembelajaran Direct Instruction juga masih kurang mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar dan benar.
89
Dalam pembelajaran ini siswa terbiasa untuk memecahkan soal soal pemecahan masalah, selain itu siswa juga lebih akif dalam pembelajaan dan sering mengekspresikan ide-idenya, pada model pembelajaran ini siswa memeiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematika siswa, bahkan siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah dapat merespon dengan cara mereka sendiri, lalu dalam pembelajaran ini siswa memiliki pengalaman yang banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelompok selain itu strategi heuristik dapat memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Ada beberapa kendala yang dialami peneliti dalam menerapkan Pembelajaran dengan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis diantaranya pada awal pertemuan. Kondisi siswa yang telah terbiasa dengan Pembelajaran Langsung tidak mudah beradaptasi dengan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis yang lebih menuntut partisipasi setiap siswa dalam pembelajaran dan menuntut siswa untuk lebih memahami apa yang telah mereka miliki terkait dengan materiTeorema Pythagoras . Pada pertemuan pertama siswa masih canggung untuk terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi maka dapat dilakukan dengan sering menerapkan strategi pembelajaran Means-Ends Analysis dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam
pelaksanaannya,
kegiatan
Pembelajaran
dengan
strategi
pembelajaran Means-Ends Analysis tidak berjalan monoton karena siswa merasa penasaran untuk memecahkan masalah sehingga siswa bersemangat .Menurut Huda (2013: 295) MEA merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui (problem state) dan tujuan yang akan dicapai (goal state) yang
90
kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada diantara permasalahan dan tujuan.Selain itu pembelajaran dengan
menggunakan
strategi
pembelajaran
Means-Ends
Analysis
juga
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dalam pelaksanaanya. Strategi pembelajaran MEA merupakan suatu startegi pemecahan masalah yang dapat membantu siswa menemukan konsep-konsep materi dengan mengelaborasi sub-sub masalah menjadi lebih sederhana sehingga didapatkan sebuah solusi yang tepat. Dengan langkah model pembelajaran MEA ini siswa dapat berfikir dan bertindak secara kreatif dalam memecahkan masalah yang ditemui. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmadiyah (2013) menunjukkan bahwa strategi pembelajaran MEA Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan strategi Means-Ends Analysis (MEA) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, begitu juga untuk pemecahan masalah matematis yang telah diteliti oleh peneliti Berbeda dengan kelas eksperimen, di kelas kontrol yang mengikuti Pembelajaran Langsung peran guru jauh lebih dominan. Hal ini dikarenakan guru menyampaikan materi secara keseluruhan termasuk dalam pemberian contoh soal. Kadang-kadang guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, peran siswa yang terlihat hanyalah menerima pelajaran dari apa yang disampaikan oleh guru saja. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dikelas eksperimen
(VIIIE) menggunakan
strategi pembelajaran Mean-Ends Analysisberbeda secara signifikandari pada kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan di kelas kontrol
91
(VIIIC)
dengan strategi pembelajaran langsung sehingga dapat dikatakan
penerapanstrategi pembelajaran mean-ends analysisberpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah matematis pada pokok pahasan Teorema Pythagoras di kelas VIII SMP N 7 Muaro Jambi. Hal ini terbukti dari lebih baiknya rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan strategi pembelajaran Mean-Ends Analysis. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menciptakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan antusiasme dan memotivasi siswa untuk belajar sehingga siswa akan ikut berpartisipasi aktif didalam proses pembelajaran.