BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Identitas Subjek
Nama
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Pangkat
(Bharada)
(Bharada)
(Bharatu)
Kesatuan
Resimen 1 Brimob
Resimen 1 Brimob
Resimen 1 Brimob
Usia
23 Tahun
25 Tahun
24 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Agama
Islam
Islam
Islam
Suku Bangsa
Jawa
Jawa
Jawa
Pedidikan umum
MAN (Madrasah Aliyah Negri)
STM (Sekolah Tehnik Mesin)
SMEA ( Sekolah Menengah Ekonomi)
Peristiwa terjadi
Aceh, 3 Tahun Lalu
Aceh, 3 Tahun Lalu
Aceh, 4 Tahun Lalu
Secara umum ketiga subjek harus berada jauh dari rumah orang tuanya ketika bertugas didaerah konflik. Ketiga subjek sama sama memiliki keluarga yang sudah terlebih dahulu berada di Kepolisian dan cukup banyak memberi gambaran bagi subjek mengenai tugas Kepolisian dan rentan terhadap resikoresiko yang sangat berat, sehingga penuh dengan waspada dan hati-hati dalam 1
menjalani tugas yang sangat rentan terhadap bahaya yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan serta nyawa seorang Anggota Brimob.
4.2 Gambaran Umum Subjek 4.2.1 Gambaran Subjek 1 4.2.1.1 Hasil Observasi Pertemuan 1 Peneliti menemui subjek 1, pada hari kamis tanggal 11 mei 2013 pukul 10.00 WIB, bertempat di rumah dinas asrama kelapa dua. Subjek 1 merupakan seorang Anggota Brimob berusia 23 tahun tinggal diasrama Brimob.
Tubuh
subjek berbadan tegap dengan tinggi dan berat badan yang ideal, potongan rambutnya pendek, dan secara umum dapat dikatakan rapi. Diruangan tersebut peneliti dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu, dan disediakan minum, setelah itu peneliti mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke asrama brimob tersebut untuk melakukan observasi kepada subjek, setelah itu peneliti menunjukan informed concent penelitian (surat persetujuan atau perjanjian penelitian). Lalu subjek dan adiknya membaca surat tersebut dan menyetujui surat perjanjian tersebut dan subjek pun tidak keberatan, lalu peneliti meminta ijin kepada subjek untuk menggunakan alat perekam suara dan meletakannya ditengah penelitian subjek 1. Dengan diperbolehkan oleh subjek peneliti akhirnya memulainya. Motivasi subjek ingin menjadi anggota kepolisian adalah ia bercita-cita dari kecil ingin seali menjadi polisi yang gagah dan berani menghadapi musuh serta berani berkorban untuk Negara walaupun resikonya berat tetapi, subjek sangat 2
senang sekali apabila nanti kelak ia besar cita-citanya tercapai dan sangat bangga dengan apa yang ia sangat impikan menjadi seorang anggota kepolisian. Pangkat subjek Tamtama tetapi subjek tidak patah semangat untuk selalu menjadi yang tebaik untuk kepolisian Republik Indonesia yang sangat ia cintai, sehinga subjek tidak mempersoalkan masalah pangkat atau kedudukannya tetapi yang subjek banggakan saat ini ialah ia sudah menjadi anggota kepolisian yang sangat membanggakan keluarganya. Subjek berpendidikan SMA tetapi subjek memiliki keinginan unutuk sukses dan selalu menjaga NKRI. Dengan kemauan yang sangat tinggi subjek sangat disenangi oleh keluarga serta kerabatnya sehingga subjek dapat percaya diri dalam menjalankan tugasnya sebagai Anggota Kepolisian yang sangat membanggakan serta tugasnya yang sangat mulia yang selalu mengiringi perjalanan karirnya hingga saat ini. Tampaknya subjek adalah seorang yang mudah bergaul. Ia sering kali kontak mata pada peneliti dan bersikap sangat hangat dengan akrabnya subjek kepada peneliti dengan secara terbuka bercerita cukup banyak mengenai kecacatan yang di deritanya pada yang pertama, sambil senyum dan sedikit rasa malu subjek menceritakan keadaannya saat ini kepada peneliti, subjek sangat baik dan terbuka kepada peneliti sesekali bercanda dan disela-sela itu subjek sambil menggoyang-goyangkan kaki sambil memegang rokoknya subjek tampaknya sangat menimati dan tidak mempermasalahkan apapun kepada peneliti, dengan senyum yang menandakan seseorang nyaman untuk di wawancarai dan penelitipun tidak canggung lagi untuk melakukan observasi dirumah dinas tersebut. 3
4.2.1.2 Hasil Observasi Pertemuan ke 2 Dalam pertemuan peneliti ke rumah dinas subjek yaitu tanggal 15 mei 2013 , subjek mencari waktu yang senggang untuk peneliti datang ke rumah dinasnya karena subjek masih bertugas di bagian staf tapi tidak mengurangi rasa percaya diri subjek, dengan di temani oleh seniornya yang bernama Aris yang pada saat itu beliau sedang menunggu temannya yang sedang keluar. Teman subjek sedikit bercerita tentang subjek yang selalu bersemangat untuk tugas kembali walaupun sudah mengalami musibah. Saat itu wajah subjek tiba-tiba sangat murung karena subjek mengingat kembali kejadian yang dia alami sesekali merokok dan terkadang berbicara sambil menggerakan anggota tubuhnya, kebetulan subjek hari itu tidak sibuk jadi peneliti bisa mengunjunginyua kalinya. Untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah di siapkan untuk wawancara selanjutnya Selama proses wawancara subjek sangat antusias dengan intonasi suara yang tinggi dan diselingi tertawa dalam menceritakan pengalamannya di daerah konflik. Hanya saja subjek kelihatan sedikit murung ketika menceritakan kisah terjadinya peristiwa tragis yang menyebabkan dirinya menjadi cacat seperti sekarang ini. Bahkan ketika menceritakan perasaannya ketika mengalami peristiwa itu intonasi suaranya terlihat berubah menjadi sangat lemah, pandangan mata subjek menunduk dan rokok yang ada di jari tangannya menjadi mati karena
4
terlalu lama tidak di hisap. Secara umum proses wawancara yang di jalankan lancar tanpa mendapatkan halangan yang berarti.
4.2.2. Proses Pencapaian Makna Hidup I.
Tahap Derita Subjek 1 Pada tahap ini subjek 1 Peristiwa tragis yang menimpa subjek terjadi ketika penugasan pertamanya di Aceh dalam operasi patroli. Waktu ia bersama
teman-temannya pasukan baru yang menempati
pos dua bulan. Di suatu malam sekitar pukul 01:00 wib ketika sebagian besar orang sudah
tertidur,
tiba-tiba
di kagetkan
dengan
suara
tembakan beruntun yang berasal dari arah depan. Subjek yang itu sedang tertidur tesentak bangun mengambil senjata lalu membalas tembakannya. Dari sengitnya serangan, subjek dan teman pasukannya yang berjumlah tigapuluh orang. Menduga penyerangan yang dilakukan anggota Gerakan Aceh Merdeka, waktu itu subjek yang sedang beradu tembak sempat berteriak “allahuakbar” dan merasakan hawa panas yang masuk ke dalam tubuhnya, namun tidak begitu menghiraukannya karena sedang sibuk membalas tembakan ke arah GAM. 4.2.3
Hasil Wawancara
Narasumber
: Subjek dan teman subjek
Lokasi
: Rumah dinas Asrama Brimob Kelapa Dua
Waktu
: 16 mei 2013
5
Situasi
: Wawancara dilakukan diruang tamu, dan pada saat wawancara ada teman subjek yang ikut duduk disamping subjek sesekali keluar rumah dan masuk lagi. Pada saat wawancara berlangsung. “emmm....pada saat itu saya kaget banget kalo dipikir pikir sekarang si..kadang ada sedihnya ada ketawanya soale pada saat saya mewek salah satu dari temen saya ada yang tertawa,, yawislah g aku hirauin ya wong aku lagi kesusahan,,tapi sekarang saya sudah memahami semualah. wah waktu mendengar suara tembakan saya sangat kaget banget, saya langsung bangun mata masih ngantuk sekali waktu itu, ya wong tengah malam mba ga kepikiran bakal ada peristiwa kaya gitu, semua terbangun mba, bener bener kaget saya teriak aja allahuakbar dalam hati saya, saya pasrah kalau malam ini saya terakhir hidup di dunia,kaget sumpah…… ” Subjek yang pada saat itu terbangun setelah beberapa saat kemudian barulah subjek menyadari bahwa tangan kanannya menjadi dingin, lemas dan tidak dapat digerakan, barulah ia menyadari bahwa subjek terkena tembakan lalu memberitahu salah seorang temannya. Oleh temannya subjek di tarik ke belakang dan lengannya di ikat menggunakan kain sarung untuk mencegah agar darah tidak keluar terlalu banyak. Setengah sadar subjek berpikir apakah subjek masih hidup atau tidak, setelah itu subjek tidak mengetahui lagi subjek sudah berda di rumah sakit.
6
”haduh…….rasanya seperti pengen mati, saya kaget sekali waktu tangan saya
bergetar seperti ada yang nusuk gitu, ya allah tangan
terasa pegal banget…..kaya ga ada tulangnya ni tangan trus teman saya ngasih tau, tanganmu berdarah, sempet kaget ngeliat darah di tangan banyak ngalir trus di ikat sama teman saya pake kain di iket ke tangan saya mba alhamdulilah mampet darahnya hemm…….” subjek diberitahu mengenai keadaannya yang ternyata cukup parah. Dokter mengatakan bahwa ada serpihan peluru yang masih tersisa di dalam lengan subjek yang mengakibatkan rasa nyeri. Setelah itu kemudian subjek dipindahkan ke poliklinik polres Aceh untuk menjalani pengobatan selama tiga bulan, selama menjalani pengobatan itu praktis subjek di bebaskan dari segala tugas dan harus menginap di poliklinik. Karena tangan kanannya sakit maka temannya yang sering menjenguk selalu menyuapi makan subjek ketika makan. “ ya….namanya umur mana ada yang tau tiba tiba saya udah di rs aja, ya allah saya selalu istigfar berdoa terus-menerus, mimpi apa saya sampe seperti ini ga ada firasat apa apa, gusti allah ga kepikiran sampe kaya gini, tapi saya selalu bersukur atas kejadian ini saya masih diberikan umur panjang sama gusti allah, saya selalu istigfar dan istigfar rasa sakit tangan ini saya tahan saya harus kuat dan terima ini resiko bertugas emm...salah satu tanggung jawab saya kepada kepolisian, pengene mah.. baik-baik aja kasian orang tua kalo sayanya sakit g ada biaya tambahan untuk kehidupan orangtua sama biaya sekolah adik-adik saya” 7
Selama proses pengobatan subjek sering melamun dan berpikir sendiri mengenai nasib yang menimpanya. Kadang kala subjek menangis sendiri jika merenungi nasib yang menimpanya. Subjek merasakan sedih yang
mendalam dan bertanya kepada diri sendiri apakah subjek
selamanya menjerit
akan karena
menanggung subjek
cacat
sekarang
seperti
merasakan
itu.
Hati
lemah
kecilnya
dan
tidak
berdaya. “ perasaan saya kacau mba kalo saya ingat kejadian itu yang ga di duga saya kadang merenung salah apa saya sampe kena tembak seperti ini,tapi memang semua sudah takdir ya mba hehe ya saya selalu berdoa
semoga
saya cepet sembuh saya juga selalu istigfar, pikiran saya jauh kemanamana apa saya harus cacat seperti ini,gimana nasib saya nanti aduhh ga karuan deh gimana perasaan saya campur aduk kalo inget-inget itu rasanya sedih,,,tapi masa iya saya harus sedih terus ya ngga mba hehehe...” II.
Tahap Penerimaan Diri Setelah sekitar tiga bulan subjek kembali bekerja, dan subjek merasakan sedih karena hal hal yang berubah dan tidak seperti dulu lagi, setelah menyadari keterbatsan dirinya akibat cacat yang di derita, subjek berprinsip akan tetap melaksanakan tugas sebagai anggota polri dengan sebaik baiknya. Ketika kembali ke markas brimob subjek sering kali mendapatkan masukan-masukan dari rekan dan para seniornya. Mereka
8
menyarankan agar subjek dipindah ke bagian staf. Hal itu sering kali menjadi konflik pada dirinya karena disatu sisi subjek selalu merasakan sakit yang dideritanya namun di satu sisi lain subjek tidak mau mengkhianati kepercayaan komandannya dan membuat iri seniornya yang masih di lapangan. “ saya sadar saya sudah ga seperti dulu lagi, biar bagaimapun saya memang harus terima takdir ini saya berpostif sajalah semua ada hikmahnya, saya tetap akan menjadi anggota kepolisian dan saya harus bertugas dengan sebaik-baiknya alhamdulilah ya allah banyak yang sayang sama saya, banyak yang peduli senior senior ngasih masukan masukan yang bikin saya jadi semangat lagi, saya tadinya lemes aja mikirin keadaan saya yang seperti ini saya ga bisa berbuat apa apa insyallah lah saya bisa bekerja dengan baik lagi dan lebih hati-hati g semua hal bisa kita lakukan seenaknya aja yahhh...udah takdir gimana lagi ya harus di terimalah mau g mau emmmm....” III.
Tahap Penemuan Makna Hidup Dari pengalaman mendapatkan musibah tersebut subjek berhasil menemukan hikmah atau makna hidupnya . Pertama di dalam melakukan apapun juga harus berhati hati dan jangan semaunya sendiri. Setelah menemukan hikmah dari mengalami musibah yang mengakibatkan cacat tubuh tersebut membuat subjek lebih semangat menjalani hidup dan bersikap biasa saja dalam menerima nasib yang menimpanya subyek saat bercerita,melainkan dapat menerima keadaan dirinya apa adanya dan dapat 9
mengaktualisasikan segala potensi yang ada di dalam dirinya, semua itu terlihat dari raut wajah subyek saat bercerita. “yah…… insyallah doain ya emmmm saya…..insyallah dengan adanya kejadian ini saya sangat hati-hati lagi dalam melakukan sesuatu karena tugas ini memang berat karna berada didaerah konflik perasaan sangat dag dig dug ga karuan lah, saya…… insyallah menerima apa yang sudah ditakdirkan pada diri saya ya harus iklas semoga ada himah dibalik semua ini, saya percaya dan yakin mba……saya pasti bisa menerima ini dengan lapang dada emmmm……” Subjek mengaku bahwa dirinya dapat menemukan hikmah tersebut karena dia mengalami sendiri kejadian tersebut. Dia banyak menerima bantuan tidak berupa materi tapi juga berupa dukungan-dukungan dari komandannya serta senior dan orang disekitarnya yang bangga padanya serta peduli terhadap kehidupannya. “iya….. bener mba bener sekali iya….saya dapet hikmah itu karena saya mengalami sendiri mba. Banyak yang dukung saya untuk kembali bertugas, terutama teman teman yang tidak pernah meninggalkan saya dalam kondisi saya yang seperti ini mereka selalu memberikan dukungan psda saya mba. Alhamdulilah saya….. ya saya sangat bangga pada semuanya yang masih mau peduli sama saya, tapi yang paling saya syukuri adalah mereka ga berhenti buat nguatin saya, mereka selalu support saya, itulah mba sekarang saya yakin kalo kita bener-bener sama
10
pekerjaan kita, terus kita lakukin dengan cara yang baik,…..pasti em…dapat balasannya yang ga pernah kita duga sebelumnya”
C.
Komponen Makna Hidup Subjek 1 I.
Komponen Personal Subjek memiliki pemahaman diri dan pengubahan skapnya dalam
rangka menemukan makna hidupnya. Subjek yang awalnya menyesal dan hamper putus asa dengan hidupnya karena kejadian yang menimpa dirinya subjek sangat terpukul, sekarang perasaan-perasaan seperti itu sudah hilang dari dalam dirinya. Dia juga sudah memahami dirinya dan cukup bangga pada pekerjaannyasebagai anggota Polri karena pekerjaan itu sangat membanggakan terhadapnya dan juga terhadap keluarganya, tugas yang berat resikonya pun berat dan subjek sudah siap apapun yang akan terjadi terhadap kerjaannya. “iya …. Emmmm…….saya mikir kalau saya terus terusan menyesal nanti kehidupan saya kedepan seperti apa, dan saya sering ingat kedua orang tua saya dan keluarga yang selalu semangatatin saya ketika saya terpuruk gini mereka …emmmmm….semua semangat hidup saya tanpa mereka saya tidak berharga, saya cukup bangga dan puas gitu mba di saat kondisi
11
seperti itu masih ada bahkan banyak yang memberikan saya semangat kepada saya terimakasih ya allah” II.
Komponen Dukungan Sosial Subjek
juga
memiliki
dukungan
sosial
dari
orang-orang
terdekatnya, terutama kedua orang tuanya serta keluarga dekatnya yang selalu mendukung dan selalu memberikan semangat untuk kehidupannya kedepan, keluarganya adalah harta yang paling berharga maka dari itu subjek tidak akan menyia-nyiakan kehidupannya dengan bermalasmalasan, dan subjek tidak pernah mengeluh dengan kondisi apapun itu yang membuat kedua orang tuanya bangga. “Banyak banget….banget…. yang peduli mba…heeee pada saya makanya saya ga mau loh…..ngecewain mereka semua saya bisa dibilang tulang punggung keluarga iya…..kalau saya putus asa siapa nanti yang bahagiain orang tua saya, saya ga….mau deh….mereka sedih mba saya pengen lihat mereka selalu tersenyum heheee” III.
Komponen Nilai Subjek juga memiliki hikmah dan makna yang dia dapat selama dia
menjadi anggota polri. Dia juga memiliki tujuan hidupnya, sehingga dia berkomitmen untuk mencapainya dan kegiatannya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. “emmm…. Apa ya,,,,Hikmah yang saya dapat dari kejadian ini emmm…..saya selalu mengucapkan syukur alhamdulilah mba, saya masih diberikan umur panjang untuk membahagiakan keluarga terutama saya 12
pengen banget …….selalu membuat bahagia kedua orang tua saya mba, mereka memang benar-benar emm……orang tua yang baik disaat saya terpuruk mereka merangkul dan memberikan solusi terbaik alhamdulilah ya allah bersyukur sekali saya mba, semoga allah mendengar doa dan harapan saya amin hem…hem…”
4.3
Makna Hidup Subjek 1 Menurut hasil wawancara yang saya lakukan terhadap subjek 1, yaitu
subjek 1 dapat menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak seperti dulu lagi akibat musibah yang mengakibatkan cacat tubuh, dan sunjek 1 memaknai hidupnya lebih berharga dan bersemangat dalam menjalani hidup, sehingga subjek dapat mengaktualisasikan segala potensi yang ada didalam dirinya. Sesuai dengan yang dikatakan subjek meskipun telah mengalami cacat tubuh tetapi tetap akan menjadi anggota Kepolisian dan harus bertugas dengan sebaik-baiknya. Dukungan dari keluarga terdekat serta teman seperjuangan maupun dari komandan dan seniornya telah menjadi penambah semangat hidup subjek. Masukan-masukan yang diterima dari rekan-rekan serta keluarganya subjek terima dengan senang hati. Subjek mendapatkan hikmah dari kejadian yang dia alami karena subjek mengalaminya sendiri, subjek memiliki pemahaman diri dan pengubahan sikapnya dalam menemukan makna hidupnya. Subjek yang awalnya menyesal dan hamper putus asa dengan kehidupannya karena kejadian yang menimpa dirinya subjek sangat terpukul, sekarang perasaan-perasaan seperti itu 13
sudah hilang dari dalam dirinya. Dia juga sudah memahami dirinya cukup bangga pada kerjaanya sebagai anggota polri, pekerjaan itu sangat membanggakan keluarga serta membanggakan dirinya.
Makna Hidup
Hasrat Untuk Hidup -
Orang tua selalu mensuport
-
Litingannya selalu ada disaat subjek membutuhkan bantuan
-
Karakteristik Makna Hidup -
Pengalaman subjek pada waktu ditugaskan di daerah konflik.
Komandan subjek selalu membangkitkan rasa kepercayaan subjek untuk memulau kehidupan yang baru
-
Membangun kembali rasa kepercayaan diri.
-
Memiliki tujuan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.
-
Subjek bersikap hangat kepada peneliti.
-
-
Dalam prosese wawancara subjek terkadang tertawa
Perubahan hidup subjek yang baru dengan semangat baru juga.
-
Murung pada saat menceritakan peristiwa itu.
-
-
Suaranya berubah menjadi lemah, pandangan mata subjek menunduk, dan sambil merokok. 14
Agama yang kuat yang selalu di ajarkan dan di ingatkan pada orang tua subjek.
4.3 Gambaran Umum Subjek 2 4.3.1 Gambaran subjek 2 4.3.2 Hasil Observasi Pertemuan 1 Peneliti menemui subjek pada tanggal 3juni 2013, bertempat di Rumah dinas asrama Brimob kelapa dua, Subjek 2 merupakan seorang Anggota Brimob. Yang tinggal di asrama Brimob Kelapa dua. Ibu subjek 2 sebagai ibu rumah tangga dan bapak subjek adalah wiraswasta kakanya sudah menikah dan adiknya masih sekolah. Subjek mempersilakan masuk peneliti dan duduk lesehan di atas karpet yang telah disediakan subjek sebelumnya, setelah itu peneliti mengeluarkan informed concent penelitian (surat persetujuan penelitian), dan subjek sempat bertanya apakah setiap ingin melakukan observasi harus menggunakan ini, peneliti menjawab iya karena agar memudahkan dan menyetujui ketika wawancara nanti berlangsung. Subjek 2 memiliki postur tubuh berotot namun agak gemuk. Kulitnya agak kecoklatan. Ketika pertama kali bertemu untuk wawancara subjek berjalan dengan tegap kemudian memberikan salam dengan sedikit membungkuk. Motivasi subjek 15
menjadi polisi adalah pada waktu kecil ia melihat polisi dijalan sangat gagah sekali dan dibenaknya ia apabila nanti besar akan menjadi seperti itu tetapi hal yang sangat ia inginkan adalah ia ingin menjadi polisi lalu lintas atau sering di sebut Polantas yaitu Polisi lalu lintas yang mengatur jalan dan gagahnya berdiri di hadapan pengendara. Subjek berpendidikan SMA tetapi subjek memiliki jiwa kesatria subjek ingin sekali membantu orang yang lemah yang selalu di tindas oleh orang-orang yang memiliki berkedudukan tinggi dalam hati subjek, subjek ingin sekali menjadi peribadi yang baik dan tidak sombong. 4.3.2.1 Hasil Observasi Pertemuan ke 2 Peneliti menemui subjek di rumah dinasnya pada tanggal 4 Juni 2013. Ketika wawancara berlangsung, subjek 2 tampak antusias dalam menjawab. Ia selalu berusaha memberikan jawaban yang panjang dilengkapi dengan bahasa tubuh. Ia juga sering menjawab pertanyaan dengan cerita seolah-olah sedang berdialog dengan orang yang ia ceritakan dengan nada yang berbeda-beda dan subjek sangat antusias sekali apabila peneliti menanyakan hal-hal yang menyangkut dirinya subjek sangat senang sekali dan tidak sombong ketika peneliti bertanya kepada dirinya. Dan sesekali melontarkan senyuman serta candaan-candaan sehingga membuat peneliti ikut senang berada di situ dan subjek sangat antusias dengan diberikan pertanyaan-pertanyaan subjek sangat semangat untuk menjawabnya. 4.3.3 Hasil Wawancara Narasumber
: subjek
Lokasi
: Rumah dinas 16
Waktu
: 6 juni 2013
Situasi
: Wawancara dilakukan diruang tamu rumah dinas subjek dan subjek terlihat sangat terbuka kepada peneliti.
4.3.2.2 Proses Pencapaian Makna Hidup Subjek adalah pribadi yang hangat dengan musibah yang menimpa dirinya tidak ia jadikan masalah dalam hidupnya meskipun terkadang subjek masih mengeluh dengan kondisinya saat ini, yang dianggap sebagai penghambat rezeki untuk kehidupan pribadi serta keluarga. Tetapi dukungan keluarga Subjek serta ilmu agama yang dia pelajari sejak kecil itulah yang menjadi penguat subjek untuk tetap menjalani kehidupannya. ibu adalah seseorang yang paling berharga dalam hidup subjek 2, subjek sangat mencintai ibunya bahkan ibunya adalah motivasi terbesar dalam hidupnya. Sejak SD subjek selalu mendapatkan juara dikelasnya dan hampir menjadi ketua kelas. Namun saat itu prestasi yang dia capai bukan untuk ibunya tapi untuk dia sendiri. “ emmmm.....hemm...selama ini prestasi saya ya hanya untuk saya sendiri dulu bisa dibilang kerenlah jadi ketua kelas hehe....tapi itu semua hanya untuk kepentingan saya aja bukan untuk ibu saya,,,yaaaa...mungkin ibu juga bangga kalo denger cerita ini tapi buat saya ini hanya kepentingan saya aja yang saya dahulukan dulu huhhh,,,,” 17
Sejak kecil subjek tidak boleh keluar rumah karena orang tuanya melarang, karena menurut orang tua diluar sangat berbahaya dan meski demikian subjek menganngap itu adalah peraturan yang sangat mulia untuk masa depannya kelak “ya …..emmmmm……dulu mau keluar rumah aja...leee jangan jangan diluar bahaya banyak anak nakal,,masuk masuk...jangan keluar main didalem saja sama ademu. Ya allah kadang mikir masih anak-anak apa udah besar ya saya ini tapi gpp lah...ini buat kebaikan saya juga pastinya orang tua melarang ada alasannya hemmm..yawis saya turutin aja deh hehe… dari pada nggaa …” Yang paling hebat karena sejak kecil subjek sudah mencari uang sendiri dan bekerja keras, pada saat itu ada pendaftaran kepolisian subjek berniat untuk mendaftar tetapi subjek masih bingung dengan keberadaan orang tuanya yang masih membutuhkan uluran biaya untuk adiknya, subjek berpikir apabila nanti menjadi polisi subjek akan tinggal jauh dan tidak bisa mengirimkan uang kepada kedua orang tuanya di kampung. Sebenarnya subjek lebih suka menjadi seorang tentara karena menurutnya tentara adalah gagah dan berani di dalam medan pertempuran tetapi cita-cita menjadi tentara pada orang tuanya sangat di larang karena orang tuanya hawatir apabila subjek jadi tentara tetapi apabila subjek kekeh ingin mendaftar polisi orang tua subjek mengijinkan dan merestui. “hehehe direstui....alhamdulilah senenge ora kejagan ...semoga gusti allah mengabulkan cita-cita saya,,,hemm...penen bikin ibu bapa tersenyum bahagia 18
semangat terus dan latihan lari semangat banget saya...karena saya dari dulu seneng mba sama polisi..hehe gagah dan tampan kata orang tua saya itu mah hehe … muji nih..”. Dan subjek pun datang ke polres untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon polisi muda yang meimiliki semangat juang yang tinggi subjek pada akhirnya di terima dan lulus sebagai kepolisan. Wawancara dilakukan di salah satu ruangan pada kantor kesatuan Brimob Batalyon B. Kelapa dua. Saat itu subjek sedang melaksanakan piket jaga kompi. “wadah.....degdegan sekali hati ini bisa ngga ya hadehh...mudah-mudahan gusti allah merestui juga”amin.....doa orang tua emang ampuh semangat trus lah...untuk test test selanjutnya....kata orang tua mah ya...ojo lali sholat,doa, ibu,bapa selalu mendoakan kamu..haturnuhunn hehe…cinta banget deh sama ibu bapa he….” Sebelumnya subjek telah bersedia untuk di lakukan wawancara ketika peneliti datang subjek sedang nonton tivi bersama temannya, setelah berbincang sejenak bersama subjek untuk melakukan perkenalan dan pada saat ingin melakukan wawancara di lakukan berpindah ke salah satu ruangan staf kompi tersebut. Tampaknya subjek adalah tipe pendiam karena subjek terlihat begitu wibawa terhadap peneliti dan apabila tidak diberi pertanyaan subjek akan diam dan menunggu pertanyaan selanjutnya. Bentuk badan subjek ideal dan gagah seperti anggota Brimob lainnya kecuali ada bekas luka di bagian tangan
19
kirinya dan di jidatnya, suara subjek pelan dan jarang menunjukan nada suara yang tinggi dan penampilannya sangat baik. Peristiwa tragis yang yang menimpanya adalah waktu penugasan ke empat di daerah konflik Aceh Timur dalam operasi (Linkam (pemulihan keamanan) pada waktu itu terjadi mogok masal dengan menyambut hari ulang tahun GAM selama tiga hari. Bagi pihak GAM mengancam bagi pihak mana saja yang berani melewati jalan kota akan di tembak. Pasukan Brimob yang sedang bertugas di daerah Launere Aceh Timur kemudian melakukan patroli untuk mengamankan keadaan dengan menggunakan empat kendaraan lapis baja dengan bak terbuka. Kebetulan subjek dan teman temannya naik pada truk ke empat atau yang paling belakang dari rombongannya ketika sampai di suatu tikungan jalan, terdengarlah suara tembakan dari arah tebing tinggi. Walaupun truk yang mereka tumpangi mempunyai bak yang tahan tembakan, namun dari sisi atas yang terbuka masih dimungkinkan terjadi penembakan dari atas, dari serentetan tembakan itu tiba tiba sebuah tembakan peluru dari arah kanan masuk kedalam bak truk dan mengenai sisi bak kiri lengan subjek. Stelah membentur baja maka proyektil atau peluru dan serpihannya mengenai lengan subjek dan rekan rekan subjek memutuskan untuk membawa subjek ke rumah sakit. Maka truk yang di tumpangi subjek balik arah menuju rumah sakit selama perjalanan subjek mengaku tidak merasakan apa apa kecuali seperti kesemutan. Ia membaringkan badannya di atas lantai bak sedang kepalanya di bantalkan pada paha salah satu orang temannya dan subjekpun pada saat itu
20
antara sadar atau tidak sadar karena subjek tidak percaya sama sekali dengan apa yang menimpanya pada waktu itu. “astagfirllah……ahhhh……ya allah gusti apa yang terjadi sama saya...hemmm air mata sempet netes saya juga g tau spontan aja gitu keluar ya...mungkin udah takdir dari gusti allah...hemmmm mesti saya terim..oo yowes itu wae lah….”
4.4.1 Proses Penemuan Makna Hidup Subjek 2 I. Tahap Derita Peristiwa tragis yang yang menimpanya adalah waktu penugasan ke empat di daerah konflik Aceh Timur dalam operasi (Linkam (pemulihan keamanan) pada waktu itu terjadi mogok masal dengan menyambut hari ulang tahun GAM selama tiga hari. Bagi pihak GAM mengancam bagi pihak mana saja yang berani melewati jalan kota akan di tembak. Pasukan Brimob yang sedang bertugas di daerah Launere Aceh Timur kemudian melakukan patroli untuk mengamankan keadaan dengan menggunakan empat kendaraan lapis baja dengan bak terbuka. “saya mengalami peristiwa tragis mba yang kadang saya pikirkan saya akan mati pada saat itu, peristiwa itu terjadi di Aceh mba kalo udah inget itu rasanya sedih saya ga tau harus berbuat apa lagi, dearah konflik pastinya serem banget buat orang awam mah ya, tapi buat saya selalu
21
Anggota Brimob saya sudah terbiasa dengan tugas kaya gitu mba, dan udah tau resiko terburuk dari penugasan di daerah konflik,” Di perjalanan subjek merasakan takut karena ia berpikir akan mati apabila peluru yang di lengan menjalar ke bagian tubuh lainnya.ia pun selalu berfikir dan selalu berdoa memohon keselamatan dan subjek sempat meneteskan air mata ketika teringat keluarganya di kampung apabila mengetahi subjek seperti ini pasti orang tuanya terutama ibunya akan pingsan dan nangis melihat kondisi anaknya seperti ini, ingatan subjek jauh menerawang dan subjek tidak merasa canggung oleh teman-temannya walaupun subjek sempat mengeluarkan air mata, teman teman subjek menguatkannya agar kuat dan tabah menjalaninya.kemudian ia berpikir dan pasrah lalu ia berdoa memohon keselamatan dan memohon petunjuk jalan keluarnya agara di lancarkan segala urusannya dalam menjalankan tugas. “ Waduh kalo ngingat lagi rasanya sedih mba, waktu saya ketembak itu waktu lagi patroli rutin mba, disana kan daerah konflik jadi kita selaku anggota selalu berjaga –jaga soalnya kan warga warga pada takut mba, kita harus membuat suasana yang aman dan kondusif, tembakan itu masih aja terekam di memori saya mba saya berfikir mungkin umur saya tidak lama lagi karena apa yang terjadi pada saya bisa dikatakan bahaya, saya selalu inget-inget orang tua saya mba, pasti ibu saya kalau liat saya seperti ini akan pingsan dan nangis saya ga mau itu terjadi mba kasian liat ibu” 22
Sesampainya di rumah sakit, ia tidak langsung mendapat perawatan secara intensif kecuali kaki di perban oleh perawat.hari minggu kejadiannya berlalu dan subjek baru hari rabu di periksa secara intensif pada pihak dokter, selama tiga hari berada di rumah sakit subjek memikirkan banyak kejadian yang menimpanya, ia takut apabila peluru yang berada lengan takut
nyebar kebagian tubuh lainnya yang akan
menyebabkan kematian ia merasa siapa nanti keluarga yang membiayai kehidupan adi-adiknya subjek merasakan kekecewaan yang sangat mendalam pada saat menggu hasil dari dokter. Dan subjek berpikir jauh kedepan apakah nanti lengannya akan di amputasi atau tidak. “sedih banget saya seperti dibuang seperti ga ada yang peduli pada saya, tapi itu semua hanya emosi sesaat saja mba, saya akan melihat seseorang dari sisi baiknya, di pikiran saya pada saat itu saya takut sekali peluru itu mematikan dipikiran saya udah jelek aja mba, pikiran saya akan diamputasi atau ga ya Tuhan ga tau deh ga tau pikiran pada saat itu cetek banget mba, saya selalu memikirkan keluarga saya adik-adik saya kalau bukan saya siapa lagi yang biayain mereka” Di temani oleh beberapa temannya dan seringkali banyak orang yang menjenguk untuk menjaga perasaan keluarganya maka seperti biasa subjek menelpon keluarganya, bahwa ia sekarang sedang di rumah sakit sedang menuggu temannya sedang sakit. Setelah keadaanya benar banar pulih baru subjek akan bercerita kepada keluarganya agar keluarganya di kampung tidak sedih memikirkannya. 23
“ terimakasih banget buat teman-teman yang udah jagain saya waktu di rumah sakit, saya di hibur agar tidak sedih lagi, saya tidak terus terang pada keluarga saya ga mau keluarga sedih nanti ibu saya sakit saya ga mau itu terjadi mba saya sangat menjaga perasaan keluarga saya mba, saya sangat sayang banget sama keluarga, mungkin nanti setelah saya sembuh saya akan menceritakan kejadian yang sebenarnya mba pada orang tua saya semoga mereka dapat nerima dengan lapang dada” Setelah di operasi subjek di beritahu bahwa tidak semua pecahan logam dalam tubuhnya di ambil melalui operasi, sebabnya ialah untuk pecahan logam yang kecil tidak di ambil karena jika di iris malah beresiko akan mengenai syarafnya, subjek di rawat selama seminggu dan belum bisa di gerak-gerakan. Karena di rumah sakit itu tidak ada dokter syaraf maka subjek di rujuk ke rumah sakit lain agar bisa di tangani dengan tepat. Di rumah sakit medan subjek sudah menunjukan kemajuannya ia sudah bisa berjalan dan kondisinyapun sudah pulih, hasil penelitian syarafnya menyatakan bahwa syaraf tangan kiri subjek tidak terganggu, tangannya saat itu sudah bisa di gerakan walaupun masih sangat terbatas. Dan subjek masih bisa menjalani aktifitas seperti biasanya dan walaupun ada yang kurang tapi subjek yakin akan sehat kembali bekerja. Perlakuan teman dan atasannyapun tidak berubah kecuali dengan hal pemberian tugas keluar lainnya ia tidak di ikut sertakan. Ia tidak merasakan sedih yang mendalam dan subjek tidak merasakan minder walaupun ia hanya menunggu di pos, hal ini karena ia sudah menyadari keterbatasan dan ketidakmampuan 24
dirnya dalam menjalankan tugas tugas berat. Walaupun sesekali ingin mengikuti tugas di luar, tetapi selalu kembalikan lagi dengan keadaannya dirinya yang tidak memungkinkan untuk tugas di luar kota. Dan subjek belum secara optimal bertugas seperti biasanya. Setelah bertugas di posselama kurang lebih satu bulan subjek dan teman teman pasukannya di tarik kembali ke kesatuan Brimob Kelapa Dua. “Waktu saya di rumah sakit pikiran saya kemana mana mba saya takut apakah serpihan-serpihan peluru itu berbahaya banget ada didalam badan saya, saya selalu berdoa saja mba semoga ga ada suatu kekurangan apapun setelah operasi saya hanya berpikir positif saja lah apapun yang terjadi saya terima, tapi saya minder sama teman-teman apabila saya nanti sudah bertugas lagi saya pasti ga akan seperti dulu ga segagah seperti dulu mba sedih saya mba hati saya nangis dan miris mengalami peristiwa itu huaaa…. Masih bersyukur aja deh….” I.
Tahap Penerimaan Diri Subjek mengaku butuh waktu sekitar 1 tahun untuk menerima dirinya dengan kejadian yang menimpanya pada saat itu. Subjek mampu menerima dikarenakan dukungan dari keluarga dan beberapa rekanrekannya yang mengalami hal yang sama dan seprofesi dengannya. “butuh waktu saya mba satu tahun saya baru bisa menerima keadaan ini, dulu awalnya malu takut dihina atau di ejek dengan kekurangan saya sekarang ini, tapi temen-temen yang tau malah ngasih semangat ke saya, dan orang tuapun selalu mendukung saya agar saya 25
dapat bertugas kembali, jadi ya awalnya disitu saya bisa terima semuanya. Banyak yang kasih dukungan teman, keluarga dan komandan saya”. Subjek bersyukur bahwa dirinya dan keluarganya tetap sehat meski berada jauh dari dirinya. Subjek juga senang dia masih bisa melakukan pekerjaannya sebagai anggota kepolisian walaupun sudah dipindahkan dibagian staf subjek sangat bersyukur. Subjek juga senang dia tidak pernah mengeluhkan keadaannya yang sekarang waktu berada dalam kesulitan. “ya alhamdulilah mba, saya sekarang sudah bersemangat lagi dan keluarga juga sehat walafiat, saya masih bersyukur aja saya masih bisa kerja masih bisa lakuin kegiatan walaupun g seperti dulu mudah-mudahan saya sehat nanti kalo saya sakit sampe g bisa kerja lagi, wah mau makan apa nanti keluarga saya”. Subjek mulai bisa menerima apa adanya terhadap profesinya tersebut. Dia bersyukur masih bisa mencari nafkah untuk membiayai keluarga dan sekolah adik-adiknya dan subjek sangat terpukul dengan apa yang menimpa dirinya tetapi subjek sadar bahwa inilah resikonya sebagai Anggota kepolisian yang rentan akan bahaya yang sewaktu-waktu menghampirinya pada saat bertugas didaerah konflik.. “saya sih sudah coba buat nerima apa adanya deh mba, bersyukur saya masih dikasih sehat buat mencari nafkah untuk orang tua dan adikadik saya yang masih sekolah saya mau mereka harus bisa lebih dari saya
26
biar besok-besok bisa bantu orang tuanya ya….. amin amin ya robal alamin hee….”. II.
Tahap Penemuan Makna Hidup Subjek mengaku belum bisa menemukan hikmah dari profesinya sebagai anggota kepolisan. Subjek hanya bisa bersyukur dia dan keluarganya masih diberikan umur panjang dan diberikan kesehatan. “wah mba, saya juga ga tau tuh apa hikmahnya, tapi yang jelas si saya nyoba buat terima aja dan bersyukur kalo saya dan keluarga masih di kasih kesehatan makna hidup tidak begitu penting sekarang yang penting bahagiain orang tua”. Subjek bersikap pasrah aja semua sudah ada yang mengatur dan subjek harus menjalani kehidupannya dengan sebaik mungkin agar kedepannya tidak terjadi apa apa, dan subjek hanya berharap keluarganya sehat karena mereka adalah semangat hidupnya. “saya sih mba pengennya semua berjalan dengan lancar dan saya bisa kembali bertugas lagi itupun sudah bersyukur banget, yang saya pinta pada gusti allah adalah saya ingin keluarga saya selalu sehat…amin……” C. Komponen Makna Hidup Subjek I.
Komponen Personal Subjek 2 mempunyai pemahaman diri dan pengubahan sikap. Subjek mulai bisa menerima keadaannya dan memahami dirinya sebagai anggota kepolisian yang menjalani tugas di daerah konflik
27
“ saya bersyukur saya masih di kasih kesehatan untuk cari nafkah buat keluarga, teman-teman juga udah tau kondisi saya mereka sangat suport saya alhamdulilah banyak yang ngasih dukungan ke saya listingan saya serta komandan sangat perhatian sama saya,tapi kadang saya masih suka ngeluh kalau lihat badan saya ko jadi gini…”
II.
Komponen Dukungan Sosial Subjek mengaku mendapat banyak dukungan dari orang-orang sekitarnya, dan dapat dukungan dari anggota lainya serta dukungan dari komandannya. “ ya……alhamdulilah mba keluarga juga bisa terima keadaan saya yang tidak gagah seperti dulu lagi saya sangat bangga dengan semua yang telah memberikan dukungan kepada saya terutama orang tua saya yang mati-matian jadikan saya seorang anggota kepolisian trimis trimis mak aku akan membahagiakan mak dan adik adik itu janjiku mak doakan semoga terkabul dan selalu diberikan rezeki yang berlimpah agar saya bias menghidupi dan mencukupi keluarga saya itu yang sangat banggakan dan saya impikan adalah selalu membuat orang tua selalu tersenyum karena senyum orang tua adalah semangat saya…..haaa”. III.
Komponen Nilai
28
Subjek menganggap kesehatan ia dan keluarga yang paling berharga saat ini. Dia selalu bersyukur keluarganya masih diberikan kesehatan. Subjek juga mempunyai tujuan, dan ia harus berkerja keras untuk berusaha mewujudkannya serta bekerja keras dan tidak lupa berdoa. “emm....kesehatan memang hal yang paling nikmat ya..hehe....yang saya anggap berharga tuh kesehatan keluarga dan saya mba saya bersyukur masih diberi sehat saya memiliki tujuan untuk bisa biayain adi saya sampai perguruan tinggi mereka harus lebih sukses dan pinter dari pada saya” 4.4.2 Makna Hidup Subjek 2 Menurut hasil wawancara yang saya lakukan terhadap subjek 2, yaitu subjek sudah menerima kenyataan akan musibah yang telah menimpanya tetapi belum bisa menemukan makna hidupnya kembali setelah peristiwa tersebut. Subjek terkadang masih belum terima dengan keadaannya yang sekarang, tekadang masih mengeluh dengan keadaan yang sangat ia tidak diinginkan, subjek hanya ingin bersyukur karena dia dan keluarga masih diberikan kesehatan serta masih diberikan umur panjang dalam menjalani hidup, subjek bersikap pasrah karena subjek berfikir kehidupan sudah ada yang ngatur dan subjek hanya harus berhati-hati lagi kedepannya agar tidak terjadi dan tidak terulang kejadian yang menimpanya tersebut. Subjek sampai saat ini belum bisa menemukan makna hidupnya karena menurut subjek tidak penting , yang terpenting saat ini adalah kesehatan orang tua serta keluarganya dan bisa mencukupi keluarganya itu adalah
29
sangat berharga bagi kehidupannya. Dan sbjek berjanji akan membuat orang tuanya tersenyum bahagia.
Makna Hidup
Hasrat Untuk Hidup -
Memiliki perubahan sikap
-
Semangat dari keluarga
-
Dukungan dari rekan dan komandan subjek
-
Subjek melakukan perkenalan dengan peneliti.
-
Subjek tipe pendiam
-
Subjek terlihat berwibawa.
Karakteristik Makna Hidup
30
-
Subjek memiliki jiwa yang pemberani serta pendiam
-
Memiliki tujuan untuk hidup kedepannya lebih baik lagi.
-
Sejak kecil tidak boleh keluar rumah dengan orang tuanya.
-
Subjek tipe penurut
-
Memilki jiwa yang mulia ingin membiayai keluarganya.
4.5.
Gambaran Umum Subjek 3
4.5.1 Gambaran Subjek 3 4.5.1.2 Hasil Observasi Pertemuan 1 Peneliti menemui subjek pada tanggal 10 juni 2013 jam 13:00 WIB, bertempat di rumah dinas asrama Brimob kelapa dua, subjek anak pertama dari 4 bersaudara, bapak Mujahidin dan ibunya Sri wulandari, di ruang tamu yang letaknya tidak jauh dari subjek sebelumnya, subjek memperkenalkan teman subjek dua orang kepada peneliti. Setelah itu peneliti mulai menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepeda subjek untuk melakukan observasi kepada subjek 3, dan mewawancarai teman subjek yang subjek bilang sudah dianggap sudaranya sendiri, setelah itu peneliti menunjukan informed concent penelitian (surat persetujuan penelitian) lalu subjek langsung membacanya dengan sesekali tersenyum dengan peneliti.
31
Subjek 3 mengawali karirnya sebagai anggota kepolisan pada waktu subjek lulus sekolah ia bertekat untuk menjadi anggota kepolisan dari kecil subjek mengaku apabila ditanya orang tuanya cita-citanya ingin menjadi apa, subjek mengaku ia ingin menjadi polisi/tentara karena subjek melihat polisi gagah dan seragamnya bagus bisa membanggakan keluarganya, subjek mulai daftar sebagai anggota kepolisan dia sadar dari kampung harus semangat tidak bermalas-malasan subjek anak ke 3 dari 5 bersaudara kakak-kakaknya sudah pada nikah dan kedua adiknya masih sekolah, motivasi subjek adalah ingin membahagiakan kedua orang tuanya serta ingin memberikan bantuan terhadap keluarganya yang sangat sederhana tetapi ia tidak malu dan segan untuk menceritakan latar belakang dirinya kepada peneliti sehingga proses wawancara menjadi tenang tidak ada ketegangan sedikitpun, subjek ingin membantu kedua orang tuanya untuk membiayai kehidupannya serta ingin membiayai kedua adiknya yang masih sekolah yang harus diperjuangkan dengan semangat yang tinggi serta kerja keras. 4.6
Hasil Observasi Pertemuan 2 Peneliti menemui subjek pada tanggal 12 juni 2013, pukul 11:00 WIB, Wawancara dilakukan di Asrama Brimob kelapa 2 yang saat itu subjek sedang senggang dan tidak bertugas. Karena menurutnya kebersihan sebagian dari iman jadi harus berpatokan dengan makna tersebut agar kehidupan kita berjalan dengan baik dan tertata.Subjek ingin sekali menjadi anggota kepolisan dan dengan segala usaha serta kerja 32
kerasnya subjek akhirnya lulus menjadi anggota kepolisan sujud sukur pada yang maha kuasa dan bersimpuh di hadapan orang tua berterimakasih sudah membiayain dan sudah mewujudkan cita-citanya sebagai anggota kepolisan. Tidak terbayangkan betapa susah dan deritanya orang tua membiayai sampai anak menjadi orang yang sukses, dengan bersimbah air mata subjek selalu berdoa untuk kedua orang tuanya agar dipanjangkan umurnya dan selalu diberikan rizki yang halal agar kelak bias membahagiakan orang tua ingin memberangkatkan orang tua untuk pergi haji . Ayah subjek seorang pegawai negri yang penghasilannya kurang mencukupi untuk biaya ke depan perguruan tinggi adik-adiknya dan subjek bertekat untuk membantu keluarganya apabila subjek sudah memiliki gaji sendiri dan subjek harus membahagiakan kedua orang tuanya yang sangat bangga memiliki orang tua seperti itu selalu memberikan dukungannya pada saya dengan doanya semua yang anak harapkan terkabul berkat orang tua yang sangat menyayangi anaknya apapun ia perjuangkan sekalipun nyawanya ia korbankan demi anak-anak yang ia cintai dan ia banggakan kelak besar nanti. 4.6.1.
Hasil Wawancara
Narasumber
: subjek utama
Lokasi
: Rumah dinas asrama Brimob
Waktu
: 15 juni 2013 pukul 13:00 WIB.
33
Situasi
: wawancara dilakukan diruang tamu subjek, dengan cuaca yang mendung, subjek memakai pakaian santai dan subjek selalu tersenyum kepada peneliti
B.
Proses Penemuan Makna Hidup Subjek 3
I.
Tahap derita Dengan susah payah mendaftarkan diri sebagai Anggota kepolisian dengan doa dan semangat orang tua yang tiada hentinya mendoakan anaknya agar kelak menjadi anak yang berbakti pada orang tua, dari situ subjek sangat prihatin dengan kondisi perekonomian yang sangat minim subjek bertekad agar nanti dapat membahagiakan keluarga tercinta. Perasaan subjek waktu menjadi anggota kepolisan sangat bangga sekali dengan adanya subjek menjadi kebanggaan keluarganya subjek juga bertekad untuk membiayai kebutuhan sekolah adik-adiknya mereka sangat memerlukan biaya yang tidak sedikit setidaknya dengan adanya subjek membantu biaya keluarga dan adik tercintanya orang tua subjek akan bangga dengan dibantunya biaya adik-adik sekolah. “ susah payah mba orang tua cari uang sana sini cari cenel juga buat kita pengorbanan orang tua sangat saya hargai mba…sampai kapanpun saya akan ingat budi kebaikan orang tua saya sangat saying ssekali dengan orang tua saya semoga beliau selalu diberikan kesehatan,,,,amin….pertama kali menjadi anggota kepolisan sangat bangga banget mba……saya sampai lari-larian di tengah sawah pada saat saya di katakan lulus ya allah……..heee… syukur alhamdulilah 34
melihat kedua orang tua saya menangis dan memeluk saya mereka berkata alhamdulilah ……..sambil nangis kita berpelukan momen indah sekali itu…..bapak ibu bisa mewujudkan impianmu nak, dan saya bertekat untuk membantu biaya adik saya nanti yang masih butuh biaya banyak dan keperluan rumah tangga lainnya saya akan tanggung”. Subjek pada waktu itu sedang bertugas di daerah konflik mengalami kejadian yang sangat tidak diduga-duga kejadian tersebut berlangsung ketika subjek mengejar anggota gam yang melemparkan bom ke arah anggota dan pada saat itu subjek bersama 12 anggota sedang berjaga-jaga di daerah tersebut kejadian tersebut sangat cepat pada waktu subjek mengejar salah satu anggota gam yang sengaja menyerang pos anggota brimob pada saat itu subjek berlari dan subjek jatuh karena tergelincir oleh lobang akhirnya subjek berhenti dan teriak merasa kesakitan dan teman temannya membantu subjek dan menggendongnya ke dalam pos. “ ya allah pada saat kejadian tersebut saya merasa ngilu sekali kaki saya kejeblos lobang untung aja saya g di tembak ,kalo saya sampai di tembak dan di injak-injak di situ mungkun saya sekarang tinggal nama, darah terus mengalir dan teman-temanpun mengusahakan mengobati dengan peralatan seadanya”. Subjek di bawa ke rumah sakit terdekat disana subjek selalu memikirkan kedua orang tuanya apabila mengetahui dirinya mengalami hal seperti ini, dan dua hari kemudian subjek di operasi untuk dipasangkan 35
pen di kakinya, subjek berpikir apakah kaki subjek akan di amputasi atau seperti apa subjek sangat terpukul sekali mengetahui kakinya patah” “ saya sangat kaget saya selalu istigfar mba saya berpikir jelek sekali saya kira kaki ini akan di amputasi karena saya sempat liat tulang nya ada yang keluar mba saya ngilu, dan saya selalu berdoa saja sama allah semoga diberikan kekuatan bagi saya karena saya sangat takut sekali kalau nanti sampai di amputasi saya pikir nanti saya pulang ke kampung akan bawa uang lebih buat orang tua dan adik-adik tetapi yang saya alami seperti tak terduga mba” . II.
Tahap Penerimaan Diri Butuh waktu 1 tahunan untuk menerima keadaan dirinya sebagai anggota kepolisan yang mengalami kecelakaan dalam bertugas. Subjek mengaku hal yang bisa membuatnya menerima dirinya adalah karena umurnya masih muda masih bisa berkarya dan masih panjang perjalan hidup kedepan, dan semangatnyapun masih ada unutuk jadi yang terbaik dan menjadikan dirinya agar selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan yang Maha Kuasa kepadanya. subjek membantu kedua orang tuanya untuk menafkahi adik-adiknya dan kebutuhan hidup keluarganya. Subjek merasa bangga karena dia sudah bisa mencari uang sendiri, dengan kondisinya seperti apapun dan tidak berputus asa subjek sadar dengan kejadian yang menimpanya subjek sangat yain kedepannya pasti ada jalan terbaik untuk ia dan keluarganya. 36
“1 tahunan lah saya bisa menerima diri saya menggunakan tongkat untuk berjalan dan saya masih bersyukur saja lah saya masih hidup soalnya kalo saya ga ada siapa nanti yang bantu keuangan keluarga mba, saya tulang punggung keluarga saya harus bisa membanggakan keluarga dan membiayai adik saya agar kelak nanti dapat pekerjaan yang enak mba, yang sakit cukup saya aja yang pait cukup saya saja”. Subjek mengatakan bahwa hal yang paling berharga bagi dirinya adalah kedua orang tuanya. Dan takan ia lupakan segala pengorbanan yang orang tua telah berikan kepadanya dengan rasa hormat dan bangga mempunyai orang tua yang sangat perhatian dengan kondisi anaknya dan selalu berdoa agar anaknya kelak menjadi anak yang berguna bagi semua orang yang membutuhkan, orang tua hanya memberikan doa dan semangat agar semua bias berjalan dengan baik dan lancar. Semenjak menjadi anggota kepolisan, subjek belajar betapa beratnya perjuangan kedua orang tuanya dalam mencari nafkah untuk anak-anaknya. Sebelum menjadi anggota kepolisan subjek membantu kedua orang tuanya di kebun, dan berpikir bertapa kerasnya hidup. “sebelum saya jadi polisi saya dikebun mba…. Bantu bantu orang tua he…. Abis kalo dikampung ya begutulah kerjaan saya mba….. kalo saya g bangkit dan g usaha saya sampai saat ini mungkin masih nyangkul di kampong mba….hemmm ini senua berkat orang tua” Subjek sangat sayang sekali kepada kedua orang tuanya yang selalu mendoakan dimanapun ia berada subjek mengaku belum bisa sepenuhnya 37
membahagiakan kedua orang tuanya apa lagi dengan kondisinya saat ini yang mengalami kecelakaan dalam bertugas tetapi semua itu tidak dipermasalahkan karena subjek tipe orang yang selalu ingin berusaha sebaik mungkin dan selalu ingin membahagiakan kedua orang tuanya. “orangtua yang paling berharga menurut saya mba. Perjuangan mereka pas mencarai uang untuk menghidupi anak-anaknya waktu saya belum kerja kasian melihat orang tua pontang-panting menafkahi anaknya”. Subjek mengatakan bahwa dirinya yang sekarang sudah tidak gagah seperti dulu lagi, walau kadang sedikit malu dengan berjalan menggunakan tongkat subjek mengatakan ssekarang lebih giat dan lebih berhati-hati dalam melakukan hal-hal yang berbahaya, dengan wajah yang sedikit sedih subjek sebenarnya ingin sekali membantu orang tua serta adik-adiknya yang masih membutuhkan biaya sekolah, tetapi subjek tidak diam begitu saja dan tidak membenci dirinya subjek akan selalu terus berusaha menjadi yang terbaik agar kelak subjek bias membahagiakan orang tuanya.. “yah …….sekarang saya udah legowo lah mba, udah bodo amat lah orang mau ngejek apapun dengan kondisi saya, yang penting saya ingin bahagiakan keluarga dan saya ingin berbakti pada orang tua saya sangat bersyukur mereka semua sehat, tapi yasudahlah yang penting saya masih bekerja walau tidak seperti dulu emm……yawis wae lah semua
38
sudah ad yang ngatur gusti allah sangat baik semoga gusti allah mendengar doa rintihan saya aminnnnnn…..”. III .
Tahap Penemuan Makna Hidup Subjek3 Subjek mengatakan hikmah yang bisa diambil adalah dia sekarang lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan harus lebih bersyukur menghargai kerja keras kedua orangtuanya yang sudah mewujudkan impiannya menjadi anggota kepolisian. Harus lebih cekatan dalam menghadapi masalah dan tidak lemah, karena orang lemah tidak akan maju menurutnya. “emmm....akhirnya saya dapat mengambil hikmahnya,jadi saya sangat bersyukur selalu sama sang maha pencipta,,,ya ini mah jadiin pelajaran aja ya...semua mah jadi lebih bisa bersyukur aja mba, bisa belajar dari kejadian yang menimpa saya agar saya lebih berhati-hati dalam melakukan tugas mba, bersyukur juga masih bisa membiayai keluarga dan membiayai sekolah adik saya”. Tujuan subjek adalah membahagiakan kedua orang tuanya. Caranya dengan memulai ,membiayai adik sekolah, subjek mengatakan akan semaksimal mungkin memberikan bantuan biaya untuk keluarganya dengan harapam membuat orang tua menjadi bangga, dengan doa orang tua subjek sangat menghormati sekali dan sangat saying sekali kepada orang tuanya yang sangat ia banggakan dan sangat ia prioritaskan didalam kehidupannya.
39
“mau…..nya si… ngebahagiain orang tua mba, ya insyallah …sama adik saya yang masih butuh biaya sekolah sampai keperguruan tinggi, semoga aja orangtua ikut bangga melihat saya yang seperti ini masih bisa biayain keluarga”. C. Komponen Makna Hidup Subjek 3 I.
Komponen Personal Subjek memiliki pemahaman terhadap diri dan pengubahan sikapnya. Walau sekarang subjek berjalan tidak seperti dulu lagi dengan kekurangan subjek tidak mematahkan semngatnya untuk bekerja, subjekpun sudah tidak minder lagi dan sudah tidak malu lagi dengan kondisinya seperti sekarang ini, dan subjek merasa bangga bisa membahagiakan keluarga dan adiknya yang sangat membutuhkan biaya sekolah, oleh sebab itu subjek tidak boleh merenungkan kejadian yang ia alami karena mengingat masih ada kewajibannya sebagai seorang anakk untuk membiayai dan membahagiakankedua orang tuanya. “saya ya…..bangga walau dengan saya bekerja lagi dibagian staf dan tidak bisa ikut berperang lagi, seengga nya saya bangga mba saya masih bisa membiayai kehidupan keluarga saya terutama buat adik saya pengen mereka bahagia heee amin ya allah……”.
II.
Komponen Sosial Subjek mengatakan kalau kedua orangtuanya sangat mendukung profesinya sebagai anggota kepolisan biar bagaimanapun ini tekat dan keinginan subjek untuk menjadi anggota kepolisan yang sangat 40
membanggakan
keluarganya,
dan
subjek
masih
bisa
menafkahi
keluarganya, orang tua selalu mendukung dan tidak lupa kekasih hati yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan subjek yang sampai saatt ini masih ingin diperhatikan.. “emmm ya………alhamdulilah bapak dikampung sangat bangga sama saya dan sangat mendukung saya, semua teman teman pada baik semua mereka selalu memberi dukungan pada saya agar saya tidak berputus asa walau saya memakai tongkat dan saya tidak gagah seperti dulu lagi pada intinya masih sangat bersyukur masih diberikan umur panjang dan masih bisa kumpul sama keluarga sama kangen juga sama pacar heee….. sabar banget terima saya apa adanya makasih gusti……hehe jadi malu kalo inget…..”. III .
Komponen Nilai Makna hidup yang didapat oleh sunjek3 adalah dia menjadi lebih bersyukur dan bisa menghargai kerja keras orang tuanya pada saat mewujudkan impiannya moral materi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan kasih sayangnya yang tidak bisa dihitung, dan subjek bersyukur masih bisa membiayai kehidupan keluarganya. “ya…… sampai saat ini ya….hikmahnya mah saya jadi lebih bisa bersyukur mba atas kejadian yang menimpa saya, dan bersyukur juga masih bisa membiayai adik sekolah dan membuat orang tua tersenyum itu yang g dapat saya ganti dengan apapun mba…tengkyu semua….”
41
Tujuan subjek membahagiakan kedua orang tuanya dan membiayai adik sekolah serta mensyukuri nikmat sekarang dengan kejadian yang kemarin menimpanya, subjek juga bertekat untuk dapat membiayai adiknya sampai sekolah keperguruan tinggi dan bekerja dengan baik. “sekarang kan saya punya tujuan jadi saya g perlu putus asa dengan kejadian yang menimpa saya saya sangat bangga saya masih bisa menafkahi keluarga dengan kondisi saya seperti ini saya masih bisa”
4.7 Makna Hidup Subjek 3 Hasil wawancara subjek 3sudah menerima keadaanya yang sekarang, subjek masih bersyukur dengan adanya kejadian tersebut subjek dapat memaknai hidupnya dengan caraingin membanggakan keluarga, karena bagi dirinya kedua orang Tanya sangat berharga disbanding apapun, subjek sangat saying sekali kepada kedua orang tuanya. Dengan kondisinya saat ini subjek tidak mempermasalahkan karena subjek adalah tipe orang yang selalu berusaha sebaik mungkin agar merubah kehidupannya lebih baik untk kedepannya. Subjek sudah terima dengan kondisinya saat ini dan terserah orang ingin bicara apapun tentang dirinya yang penting subjek dan keluarga baik-baik saja. Subjek mengatakan hikmah yang dapat diambil dalam kejadian ini adalah lebih hati-hati dalam melakukan sesuatu dan harus banyak bersyukur.
42
Makna Hidup
Karakteristik Makna Hidup
Hasrat Untuk Hidup -
Dorongan dari keluarga
-
Subjek memiliki jiwa kesatria
-
Dukungan dari rekan-rekan.
-
Pendiam
-
Dukungan dari komandan subjek.
-
Mudah bergaul dengan orang baru dikenal
-
Memiliki tujuan hidup kedepannya.
-
-
Ingin memperbaiki diri.
Selalu melakukan yang terbaik untuk keluargnya.
-
Memiliki tujuan ingin membahagiakan kedua orang tuanya.
-
Subjek memiliki pemahaman diri dalam bersikap
-
Ingin kembali bertugas.
-
Menjawab dengan nada yang rendah
-
Sesekali menggoyangkan kakinya.
43
4.7.
Analisis AntarKasus 4.7.1
Gambaran Antar Subjek Antar kedua subjek yaitu subjek1 dan subjek2 memiliki kesamaan
yaitu pada awalnya tidak dapat menerima keadaan tersebut. Ketiganya memiliki persamaan yaitu tugas di daerah konflik yang sangat berbahaya bagi jiwa dan raganya di daerah Aceh. Dengan latarbelakang yang berbeda-beda subjek1 merupakan anak dari seorang petani, dan subjek2 merupakan anak dari seorang kulibangunan yang setiap harinya harus bekerja keras untuk menafkahi anak dan istrinya di rumah yang membutuhkan biaya kehidupan yang semakin lama semakin mahal, subjek 3 anak seorang pegawai negri yang kehidupannya sangat sederhana sebelum menjadi polisi subjek membantu orang tuanya di kebun dan sesudah menjadi polisi subjek3 bertekat untuk bisa membahagiakan keluarganya. 4.7.2.
Proses Pencarian Makna Hidup Antar Subjek
I.
Tahap Derita Peristiwa tragis merupakan peristiwa-peristiwa yang tak terelakan baik dalam sumber dari dalam diri sendiri maupun berasal dari lingkungan. Peristiwa tersebut menimbulkan perasaan kecewa,sedih,marah, dan stress (Bastaman 1996). Tahap derita ini jugaterdapat penghayatan tak bermakna didalamnya. penghayatan
Penghayatan terhadap
tak
bermakna
peristiwa
tragis
merupakan yang
penghayatan-
dihadapi
dengan
mengembangkan sikap mental dan citra negatif terhadap diri sendiri dan 44
lingkungannya. Hal ini yang akan menimbulkan gangguan penyakit organik dan psikis serta sebagai perilaku menyimpang lainnya (Bastaman, 1996). Pada tahap ini subjek 1 merasa sangat malu pada saat kembali bertugas dengan keadaan fisik yang tidak seperti dulu lagi, bahkan subjek sangat minder dengan teman-temannya yang masih bertugas dan tidak menjadikan fisik mereka menjadi tidak utuh lagi. Subjek 2 mengaku bahwa dirinya hanya ingin menjadikan keluarganya bahagia dan membiayai semua kehidupan keluarganya yang masih sangat kekurangan di kampung yang masih sangat membutuhkan biaya untuk kehidupan kedepan. Sedangkan perasaan subjek3 pada awalnya malu waktu kembali bertugas lagi tapi dengan berjalannya waktu dan banyaknya dukungan-dukungan yang diberikan pada teman dan keluarganya
yang
menjadikan
subjek
sangat
bersemangat
untuk
melanjutkan perjuangannya sebagai anggota keplosian dan tidak putus assa sangat menghargai kerja keras. Agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya dan adiknya yang masih membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit maka dari itu subjek sangat bersemangat untuk kerja. II.
Tahap Pemahaman diri Pemahaman diri merupakan upaya dalam
mengenali dan
memahami diri dari peristiwa tragis yang dialami secara positif dengan mengurangi hal-hal yang bersikap negatif. Pengenalan dan pemahaman tersebut berupa penyadaran sikap sehingga bermanfaat untuk masa yang akan datang. Tahap ini juga menyangkut adanya perubahan sikap 45
merupakan perubahan atas diri seseorang atas hikmah yang didapatkan dengan menambah pengalaman baru dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan menyadari batasan-batsannya sehingga dapat menentukan sendiri sikap yang akan di ambil (Bastaman, 1996). Subjek 1 Setelah sekitar tiga bulan subjek kembali bekerja, dan subjek merasakan sedih karena hal hal yang berubah dan tidak seperti dulu lagi, setelah menyadari keterbatsan dirinya akibat cacat yang di derita, subjek berprinsip akan tetap melaksanakan tugas sebagai anggota polri dengan sebaik baiknya. Ketika kembali ke markas brimob subjek sering kali mendapatkan masukan-masukan dari para seniornya. Mereka menyarankan agar subjek dipindah ke bagian staf. Hal itu sering kali menjadi konflik pada dirinya karena disatu sisi subjek selalu merasakan sakit yang dideritanya namun di satu sisi lain subjek tidak mau menghianati kepercayaan komandannya dan membuat iri seniornya yang masih di lapangan. Subjek 2 Subjek mengaku butuh waktu sekitar 1 tahun untuk menerima dirinya dengan kejadian yang menimpanya pada saat itu. Subjek mampu menerima dikarenakan dukungan dari keluarga dan beberapa rekan-rekannya yang mengalami hal yang sama dan seprofesi dengannya. Subjek 3 mengaku hal hal yang bisa membuatnya menerima dirinya adalah karena umur masih muda dan masih bisa berkarya dengan baik dan masih bisa melakukan hal-hal positif yang membuat kedua orangtuanya sangat bangga dengannya
46
III .
Tahap Penemuan Makna Hidup Penemuan makna hidup dan tujuan hidup merupakan usaha dalam mendapatkan atau mengatasi kesulitam-kesulitan dan perasaan yang tak menyenangkan akibat
penderitaa.
Hikmah
dapat
ditemukan dari
penderitaan yang dihadapinya (Bastaman, 1996). Hidup bermakna merupakan kehidupan yang dapat mengubah hidup tanpa makna jadi bermakna, sehingga urutan pengalaman dan tahap-tahap yang dilalui seseorang dapat lebih berarti dalam menentukan tujuan hidup. Subjek 1 mengatakan bahwa dia mendapatkan pelajaran dan hikmah dari profesinya sebagai anggota kepolisan. Subjek 1 mendapatkan hikmah bahwa kasih itu miliki semua manusia dan dimiliki oleh setiap manusia tidak peduli berasal dari golongan, agama, atau suku bangsa apa seseorang tersebut, hal itu tidak mencegah terjadinya kasih dan sayang antar sesama manusia, dan subjek1 juga mengatakan bahwa kekurangan fisik bukanlah penghambat untuk berhenti bekerja. Subjek 2 mengatakan hikmah yang bisa diambil adalah dia menjadi lebih bersyukur dan bisa menghargai kerja keras kedua orang tuanya yang sangat bangga pada dirinya yang sudah bisa mengangkat derajat orang tuanya sebagai kuli bangunan tidak ada kata menyerah untuk menyambut masa depan dengan kondisi fisik yang tidak seperti dulu subjek2 mengaku akan terus bertugas dengan sekuat tenaga dan sebaik mungkin. Subjek3 mengaku belum bisa menemukan hikmah dari profesi yang ditekuninya ini. Subjek3 hanya bisa bersyukur dia dan keluarganya masih di berikan kesehatan. Subjek 3 47
memiliki harapan dan tujuan kelak akan membantu biaya keluarganya dan biaya sekolah adiknya subjek 3 mengatakan bahwa tiada yang tidak mungkin selagi kita niat dan bekerja keras. 4.7.3 Komponen Makna Hidup I.
Komponen Personal Komponen personal terdiri atas pemahan diri dan pengubahan sikap. Pemahaman diri (self insight),yakni kesadaran akan kondisi yang di nilai buruk saat ini dan keinginan untuk melakukan perbaikan. Pengubahan sikap (changing attitude), yang semula tidak tepat dalam menghadapi masalah atau musibah yang tidak terelakan (Bastaman, dalam Wibowo, 2007). Subjek 1 memiliki pemahaman diri dan pengubahan sikapnya dalam rangka menemukan makna hidupnya. Subjek 1 yang awalnya menyesal, mempunyai rasa malu, sekarang perasaan-perasaan seperti itu sudah hilang dalam dirinya. Subjek 2 memiliki pemahaman terhadap diri dan pengubahan sikapnya. Walau dia cacat, subjek 2 dapat bekerja kembali dan dapat membiayai kehidupan keluarganya dengan membiayai adiknya sekolah. Subjek 2 sudah tidak minder dan merasa malu lagi dengan keadaannya yang sekarang sudah tidak seperti yang dulu lagi, karena subjek 2 merasa bangga bisa memcari nafkah untuk kedua orangtuanya serta biaya sekolah adik-adiknya. Subjek 3 mempunyai komponen pemahaman diri dan pengubahan sikap. Subjek 3 mulai bisa menerima dan memahami dirinya sebagai anggota kepolisian yang 48
bertugas di daerah konflik yang mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk Negara. Subjek 3 juga mulai bisa menghilangkan rasa malu dan sedih sediki demi sedikit atas kejadian yang menimpanya yang mengakibatkan kakinya patah karena bertugas dan subjek sudah mulai bangkit dari keterpurukannya selama ia mengalami musibah tersebut dengan hati-hati kini subjek dalam melakukan hal apapun agar kejadian serupa tidak akan terjadi lagi sama siapapun agar tetap berhati-hati dan tidak seenaknya saja dalam melakukan sesuatu hal yang akan dilakukan. II.
Komponen Sosial Dukungan social (sosial support), yakni adanya seorang atau sejumlah orang yang dipercaya dan bersedia mampu memberikan dukungan dan bantuan bilamana diperlukan. Subjek 2 mengatakan kalau kedua orang tuanya dan kakakkakaknya sangat mendukung penuh pekerjaan yang di embannya yaitu sebagai anggota kepolisan yang mengalami cacat tubuh akibat bertugas. Subjek 2 mengatakan ayahnya cukup bangga dengan perjuangannya selama ini melakukan hal yang positif dan membanggakan negara dengan melakukan tugas dengan sebaik mungkin. Teman-teman subjek 2 sangat baik padanya dan selalu memberikan dukungan terhadapnya disaat subjek 2 rapuh saat mengalami kejadian yang menimpanya, serta kebaikan dari komandannya yang selalu memantau perkembangannya selama subjek 2 berada di rumah sakit dan selalu memberikan dukunga untuk tetap semangat. Subjek 3 mengaku mendapatkan dukungan dari orang-orang 49
sekitarnya terutama orang tua serta adik-adiknya dan juga saudaranya yang sangat iba melihatnya mereka sangat mendukung dan selalu memberikan semangat padanya agar tetap berkarya dan tetap bertugas kembali serta hati-hati dalam melakukan tugas yang dianggap berat sehingga tidak terjadi apa-apa dan semua sangat memberikan semangat agar subjek 3 tidak putus asa. III .
Komponen Nilai Kelompok komponen nilai ini terdapat adanya makna hidup, kegiatan terarah serta keikatan diri untuk berkomitmen terhadap makna hidup yang didapat (Bastaman, dalam Wibowo, 2007). Makna hidup yang di dapat oleh subjek 2 adalah dia menjadi lebih bersyukur atas kejadian yang menimpanya dan masih diberikan umur panjang oleh Allah, dan bersyukur masih bisa membiayai keluarganya serta adiknya yang masih membutuhkannya. Subjek 2 juga bertekad agar kelak bisa menjadi anak yang berbakti dan bisa menafkahi keluarganya serta membiayai adiknya yang masih sekolah. Subjek 3 menggap kesehatan dia dan keluarganya yang paling berharga saat ini. Dia selalu bersyukur keluarganya masih diberikan kesehatan. Subjek 3 juga mempunyai tujuan untuk dapat membiayai kebutuhan keluarganya dan ingin membuat orang tuanya tersenyum dan bangga padanya. Subjek 3 mengaku bahwa ia akan bekerja keras untuk mewujudkan tujuannya. Subjek 1 juga memiliki hikmah dan makna yang dia dapat selama ia menjadi anggota kepolisan . dia juga mempunyai tujuan hidupnya, sehingga berkomitmen untuk 50
mencapainya dan kegiatannya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut agar ia dapat bekerja dengan giat dan berhati-hati dalam meenjalankan tugas selanjutnya dan tetap semangat untuk meraih kehidupan yang baik dengan niat dan seamangat serta doa yang akan selalu mengiringi perjalan hidup seseorang. Dengan adanya kejadian yang sangat bahaya ini semua dapat mengambil hikmahnya agar tetap berhati-hati dalam melakukan segalanya, dengan diiringi doa serta ketekunan semua akan berjalan dengan baik dan lancar serta hal serupa dijadikan pelajaran kelak akan bahayanya seorang Anggota Kepolisian yang bertugas didaerah konflik yang rentan akan musibah berbahaya yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawanya tetapi itulah yang dinamankan tugas dimanapun Angota Brimob berada disana akan selalu tetap berhati-hati.
51
Tabel 4.8.
Analisis Antarkasus
Subjek
1
2
3
Tahap derita
Malu,sedih, karena keadaanya sudah tidak seperti dulu lagi dan menyesal apabila nanti akan melakukan sesuatu harus lebih hati hati dalam mengambil tindakan-tindakan yang dianggap berbahaya karena tindakan tersebut akan fatal apabila tidak berhati hati.
Malu,merasa di kucilkan teman dengan keadaan fisiknya. Dengan perasaan subjek yang seperti ini subjek sangat menyadari kekurangannya sekarang tetapi masih ada tekat dan semngat untuk menjalani kehidupannya yang lebih baik lagi.
Tahap penerimaan
3 bulan mulai bisa menerima diri. Karena dengan kejadian seperti ini subjek mengaku bahwa sesuatu yang terjadi adalah resiko dari tugasnya yang sangat rentan terhadap segala ancamanancaman yang membahayakan diri serta temanteman seperjuangannya.
Malu dan sedih karena dengan keadaanya fisiknya sudah tidak gagah sperti dulu dan sedih apabila menginat kejadian itu dan berharap tidak akan terulang lagi, karena dengan adanya kejadian seperti ini subjek dapat mengambil hikmahnya. 1 tahun baru bisa menerima diri. Dengan waktu yang dapat dibilang lama subjek dari hari ke hari memikirkan keadaannya yang kadang membuat dirinya merasa malu dan sedih. Dengan berjalannya waktu subjek dapat menerima keadaanya dengan lapang dada dan suka cita.
52
1tahun baru bisa menerima diri. Waktu yang dapat dibilang lama ini subjek selalu memikirkan keadaannya yang sampai saat ini dirinya masih memikirkan kejadian yang menimpa dirinya tetapi dengan berbagai peristiwa selama 1 tahun serta proses proses yang dia alami akhirnya dapat menerima keadaan yang sebenarnya.
Tahap penemuan makna hidup
Subjek Personal
Dapat hikmah bahwa seseorang harus bangkit dari keterpurukan. Dari berbagai peristiwa yang menimpanya subjek bertekat harus bangkit dari rasa apapun yang menghantui dirinya selama hidup ini setelah kejadian yang menimpanya sehingga subjek harus lebih berhati-hati dalam melakukan apapun yang dianngapnya berbahaya yang bisa mengancam keselamatannya.
Kesehatan yang paling berharga. Tapi tidak punya tujuan yang dicapai. Subjek akan tetap menjalani hidupnya dengan keadaan apapun dan selalu bersyukur atas kesehatan, nikmat serta panjang umur yang telah diberikan oleh Tuhan. Yang tidak dapat terbayar oleh apapun dan dengan rasa menerima subjek akan selalu bersyukur kepada Tuhan.
Perjuangan orang tua dalam mencari nafkah itu berat, ingin membahagiakan orangtua menabung buat biaya adik sekolah, dengan menjalani kehidupan serta bekerja lagi subjek bertekat akan selalu membahagiakan kedua orang tua serta adikadiknya yang sampai saat ini masih membutuhkan biaya sekolah yang selalu dibebani oleh subjek karena subjek dapat dibilang tulang punggung keluarga dan sangat mulia ingin membahagiakan keluarganya
1
2
3
Memiliki pemahaman dan pengubahan sikap. Subjek dapat memahami dan mengiklaskan apa yang sudah terjadi
Memiliki pemahaman dan pengubahan sikap, mampu menjalani kejadian yang sudah dialami dengan selalu
Memiliki pemahaman dan pengubahan sikap, kemampuan yang dimiliki subjek sangat baik karena subjek telah
53
pada dirinya dengan selalu bersyukur terhadap apa yang subjek alami dan subjek memiliki tekad kedepannya akan selalu baik. Sosial
Nilai
Mempunyai dukungan dari keluarga beserta teman-teaman listingannya. Dengan adanya dukungan serta semangat subjek akan dapat lebih lega serta lebih bijak dalam melakukan apa yang menurutnya berbahaya, dan berterimakasih terhadap dukungan yang diberikan kepadanya subjek berkata tidak ada yang paling berharga selain dukungandukungan dari orang terdekat dan sekitarnya yang selalu meberikan masukan serta doa untuknya. Mendapatkan hikmah dengan kejadian yang dialaminya, dan mempunyai tujua. Dalam kejadian yang dialami subjek, subjek
menjalani berbagai peristiwa tragis dan selalu ingin memperbaiki dirinya kedepan dengan cara cara yang berbeda dan dengan tujuan yang berbeda. Mempunyai Mempunyai dukungan dari dukungan dari, keluarga dan keluarga terutama anggota kepolisan dari orang tua, dan lainnya. Dan dukungan dari selalu bersyukur komandan. Sangat atas dukunganberterimakasih dukungan yang dengan dukungan diberikan karena apa yang tidak dengan dukungan berharga menjadi tersebut akan berharga menjadikan subjek dukungan yang lebih lega diberikan sangat menjalani membantu kehidupannya membangangun kedepan dengan kepercayaan lebih baik lagi. dirinya lagi. Dan lebih berhati Dengan adanya hati apabila dukungan dari melakukan sesuatu orang-orang yang yang berbahaya subjek percaya dan dukungan akan lebih mudah tersebut sangat menjalani subjek hargai kehidupan yang karena dari sangat indah dan merekalah beliau selalu dapat bangkit lagi menenangkan hati dan pikirannya.
bersyukur kepada Tuhan dan selalu memohon agar kedua orang tua selalu sehat karena kebahagian subjek ada dimereka.
Menganggap kesehatan yang berharga, hanya bersyukur tidak punya tujuan. Subjek menganggapa semua yang ia 54
Kebahagian orang tua menjadi tujuannya dengan bekerja keras agar bisa membiayai adik sekolah. Subjek ingin sekali membuat
sangat bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan dan kedua orang tuanya yang selalu sabar dalam menyikapi keadaanya yang dulu tidak bisa ia terima dan sekarang ia dapat menerimanya dengan lapang dada serta subjek iklas dengan kejadian yang menimpanya setidaknya itu adalah tegoran dari Tuhan agar lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan sebelumnya harus dipikirkan matang-matang agar hasilnyapun maksimal.
alami dalam hidup ini adalah ujian yang harus ia jalankan serta kehidupan yang sederhana yang selalu ia tunjukan mampu membuatnya bahagia dan tidak berandai-andai akan mendapatkan sesuatu dalam hidupnya didalam hidupnya saat ini hanya ada rasa bersyukur dengan diberikan kesehatan subjek dan keluarga itu menurut subjek sudah cukup berharga serta sudah cukup untuk menjalani kehidupannya kedepan.
55
kedua orang tuanya tersenyum dan ingin membiayai adikadiknya yang masih sangat membutuhkan biaya sekolah sampai perguruan tinggi. Dan subjek berharap diberikan kesehatan dan panjang umur agar dapat mewujudkan itu semua yng selalu menjadi prioritasnya pada saat ini, serta memiliki tujuan yang sangat baik dengan menanamkan kepercayaan diri yang subjek dapat dari dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya.