BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk
analisa univariat
yang
menggambarkan distribusi frekuensi dari responden. Pemilihan wilayah berdasarkan data DBD dari Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kota Gorontalo dari tahun 2008- 2012. Berdasarkan data tersebut maka penelitian dilakukan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang merupakan wilayah yang memiliki kejadian DBD tertinggi. Pemilihan sampel di Kelurahan Pulubala dilakukan di RW 6. 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Pulubala terdiri atas 6 RW dengan jumlah penduduk sebanyak 6.239 Jiwa, dan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.174 jiwa. Luas Kelurahan Pulubala yaitu 306.500 Ha/m2 dan batas-batas dari Kelurahan ini adalah : 1.
Sebelah Utara
: Desa/Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah
2.
Sebelah Selatan
: Desa/Kelurahan Liluwo Kecamatan Kota Tengah
3.
Sebelah Timur
: Desa/Kelurahan Wonggaditi Kecamatan Kota Utara
4.
Sebelah Barat
: Desa/Kelurahan Tomulobutao Kecamatan Dungingi
31
32
4.1.2 Karakteristik Responden 1. Umur Pada penelitian ini, peneliti mengelompokan umur responden berdasarkan kriteria umur menurut Depkes RI, yaitu 17-25 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun dan > 65 tahun. Data umur responden disajikan dalam bentuk diagram dan menggunakan data numerik.
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
Gambar 4.1 menunjukan sebagian besar responden berumur 46-55 tahun sebanyak 45 responden (34.4 %), dan sebagian kecil berumur > 65 tahun sebanyak 1 orang responden (0.8 %).
33
2.
Distribusi Proporsi Pengetahuan berdasarkan Umur Responden Tentang Perawatan DBD .
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Umur Responden Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik n % n % n %
n
%
17-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun 56-65 Tahun >65 Tahun
4 5 13 6 3 1
66.7 21.7 29.5 13.3 25.0 100
1 11 16 31 5 0
16.7 47.8 36.4 68.9 41.7 0
1 7 15 8 4 0
16.7 30.4 34.1 17.8 33.3 0
6 23 44 45 12 1
100 100 100 100 100 100
Total
32
24.4
64
48.9
35
26.7
131
100
Umur
Total
Gambar 4.2 Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Umur Responden Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 ditunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 46-55 tahun dengan jumlah responden 45 responden yang terdiri dari 31 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD.
34
3. Pendidikan Pada penelitian ini peneliti membagi tingkat pendidikan responden yaitu SD, SLTP, SMU, Akademi dan Sarjana. Gambar 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikannya.
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
Gambar 4.3 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMU yaitu sebanyak 54 orang responden sebesar 41.2 % dan sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 14 orang responden atau 10.7 %.
35
4.
Distribusi Proporsi Pengetahuan berdasarkan Pendidikan Responden Tentang Perawatan DBD .
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Responden Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
SD SLTP SMU Akademi Sarjana
Tingkat Pengetahuan Kurang Cukup Baik n % n % n % 6 42.9 6 42.9 2 14.3 7 33.3 12 57.1 2 9.5 11 20.4 24 44.4 19 35.2 2 24.0 9 52.0 6 24.0 6 24.4 13 48.9 6 26.7
n 14 21 54 17 25
% 100 100 100 100 100
Total
32
131
100
Pendidikan
24.4
64
48.9
35
26.7
Total
Gambar 4.4 Distribusi Proporsi Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Responden Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.4 ditunjukan bahwa sebagian besar responden berasal dari tingkat pendidikan SMU dengan jumlah responden 54 responden yang terdiri dari 24 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD.
36
4.1.3
Pengetahuan Responden Tentang Perawatan DBD
1. Pengertian DBD Hasil penelitian mengenai Pengetahuan responden tentang pengertian DBD dapat dilihat pada Gambar 4.5.
85.5 120 100 80 60 40 20 0
Pengertian DBD
Responden
14.5
Salah
Benar
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Pengertian DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
Gambar 4.5 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengettahuan yang baik tentang pengertian DBD. Hal ini ditunjukan sebanyak 112 reponden (85.5 %) yang mengetahui pengertian DBD. 2. Penyebab DBD Hasil Penelitian mengenai Pengetahuan responden tentang penyebab DBD dapat dilihat pada Gambar 4.6
37
86.3
Penyebab DBD
150 100
Responden
13.7 50 0 Salah
Benar
Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Penyebab DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Gambar 4.6 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang penyebab DBD. Hal ini ditunjukan sebanyak 113 responden (86.3 %) responden yang mengetahui penyebab DBD. 3. Tanda dan Gejala Hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang tanda dan gejala DBD dapat dilihat pada Gambar 4.7
Tanda dan Gejala DBD 68.7 120 100 80 60 40 20 0
31.3
Responden
Salah
Benar
Gambar 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Tanda Dan Gejala DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah
38
Gambar 4.7 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang tanda dan gejala DBD.
Hal ini ditunjukan
Sebanyak 90 responden (68.7 %) yang mengetahui tanda dan gejala DBD. 4. Cara Perawatan DBD Hasil Penelitian mengenai pengetahuan responden tentang cara perawatan DBD dapat dilihat pada Gambar 4.8
Cara Perawatan DBD 53.8 75 70 65 60 55 50
46.2 Responden
Salah
Benar
Gambar 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Cara Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Gambar 4.8 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang cara perawatan DBD.
Hal ini ditunjukan
sebanyak 71 responden (53.8 %) responden yang mengetahui cara perawatan DBD.
5.
Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan DBD
39
70
60 50 40
Baik
30
Cukup
20
Kurang
10 0 24.40%
48.90%
26.70%
KATEGORI HASIL
Gambar 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Berdasarkan
Gambar
4.9
frekuensi
responden
mengenai
tingkat
pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD, sebesar 32 responden (24.4 %) mempunyai tingkat pengetahuan kurang, 64 responden (48.9 %) mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 35 responden yang mempunyai tingkat pengetahun yang baik. 4.2
Pembahasan Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan
untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit DBD. Penelitian ini dilaksanakan selama Bulan Mei 2013 di daerah RW 06 Kelurahan Pulubala dengan pengumpulan data menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh peneliti kepada 131 responden. Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
40
penginderaan terhadap suatu objek tertentu,. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengetahuan keluarga tentang cara perawatan DBD. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD sebanyak 32 responden (24.4 %) mempunyai tingkat pengetahuan kurang, 64 responden (48.9 %) mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan 35 responden yang mempunyai tingkat pengetahun yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan DBD di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 64 responden (48.9%) Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden yang berada di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah memperoleh informasi dari media elektronik karena hampir seluruh responden mempunyai televisi, tetapi ada juga sebagian responden mendapat informasi dari media cetak, namun tidak ada penyuluhan secara langsung oleh tenaga kesehatan tentang DBD dan perawatannya. Oleh sebab itu, pengetahuan responden tentang perawatan DBD masih kurang. Hal ini juga dapat dilihat dari pengetahuan responden mengenai pengertian DBD sebanyak 112 responden, penyebab DBD sebanyak113 responden, tanda dan gejala sebanyak 90 responden, dan cara perawatan DBD sebanyak 71 responden. Selain itu, dari hasil pengetahuan responden tentang cara perawatan DBD, dimana dari seluruh responden sebanyak 131 responden, hanya ada 71 responden yang mengetahui cara perawatan DBD dengan tindakan observasi maupun mandiri. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan keluarga tentang cara perawatan
41
DBD masih kurang, hal ini dilihat dari hasil penelitian masih banyak keluarga yang belum mengetahui cara perawatan DBD dan dilihat dari jawaban responden tentang cara perawatan DBD masih banyak yang salah mengenai tindakan observasi dan mandiri pada tanda dan gejala awal DBD khususnya muntah dan kurang nafsu makan. Sebagian responden menjawab untuk tindakan awal pada muntah dan untuk tindakan lain yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala kurang nafsu makan adalah di perbanyak istirahat, sedangkan menurut Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009), dikatakan bahwa tindakan awal untuk tanda dan gejala seperti muntah adalah beri banyak minum dan untuk tindakan lain yang dilakukan jika muncul tanda dan gejala kurang nafsu makan adalah bantu untuk kebersihan mulut. Hasil analisis lain didukung oleh umur responden. Dari hasil penelitian berdasarkan gambar 4.1 ditunjukan bahwa distribusi frekuensi responden menurut umur, didapatkan umur terbanyak adalah lansia awal,. Dikatakan lansia awal berumur 46-55 tahun (Depkes RI, 2009). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. (Nursalam, 2008). Peneliti berasumsi bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik, namun pada penelitian ini sebagian besar responden berumur 46-55 tahun sehingga mengalami
penurunan fisik, biologis dan psikologi,
hal ini
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikirnya sehingga dari hasil penelitian didapatkan untuk pengetahuan responden tentang perawatan DBD adalah cukup.
42
Hal tersebut dapat dilihat dari distribusi proporsi pengetahuan berdasarkan umur responden tentang perawatan DBD di kelurahan pulubala kecamatan kota tengah pada tabel 4.1 dan gambar 4.8 bahwa sebagian besar responden berumur 46-55 tahun yang terdiri dari 31 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang perawatan DBD. Selain itu, hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian dimana sebagian besar responden berpendidikan SMU yaitu sebanyak 54 orang responden. Proporsi pengetahuan responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan perawatan DBD di kelurahan pulubala kecamatan kota tengah, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMU yang terdiri dari 24 responden memiliki tingkat pengetahuan cukup. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah masih cukup. Peneliti bersumsi bahwa pengetahuan masyarakat tentang perawatan DBD untuk tingkat pendidikan khususnya SMU masih kurang, karena pada pendidikan SMU biasanya untuk pengetahuan tentang penyakit masih diajarkan secara umum. Sehingga upaya peningkatan pendidikan masyarakat harus terus ditingkatkan khusunya dalam perawatan DBD. Baderudin (2002) menyatakan secara umum seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi biasanya akan lebih mudah memahami tentang penyakit karena mereka lebih mudah memahami informasi tentang suatu hal termasuk tentang perawatan penyakit. Muzaham (2000) menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup terutama yang berkaitan dengan penyakit DBD.
43
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan diikuti oleh semakin tingginya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang. Hasil penelitian lainnya mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD) di desa lemah ireng kecamatan karangmalang kabupaten
sragen
menunjukan
sebagian
besar
responden
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19 responden. Hal ini didukung oleh sumber informasi baik dari media cetak, atau media elektronik sekaligus adanya penyuluhan secara langsung oleh tenaga kesehatan di wilayah tersebut. Peneliti berpendapat bahwa tingginya keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup di sebabkan karena pemerintah dalam hal ini adalah Depkes RI melakukan sosialisasi informasi tentang DBD berupa penyuluhan melalui media cetak dan media elektronik. Namun di Kelurahan tersebut tidak melakukan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, sehingga informasi mengenai perawatan DBD yang didapatkan keluarga masih kurang. WHO dalam (Notoadmodjo, 2003) mengatakan bahwa pendekatan edukasi berupa pendidikan kesehatan akan lebih tepat bila digunakan untuk pembinaan dan peningkatan kesehatan di dalam keluarga karena dapat meningkatkan pengetahuan dan menimbulkan kesadaran tentang kesehatannya serta perubahan yang dicapai dapat bertahan lebih lama. Tingginya tingkat pengetahuan keluarga tentang DBD juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Tingkat pengetahuan keluarga yang tinggi tentang DBD dan perawatannya akan sangat mempengaruhi tugas kesehatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang ada didalam keluarga.
44
Dengan tingkat pengetahuan yang tinggi diharapkan keluarga mampu mengenali dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga. Kesadaran akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk melakukan tindakan perawatan terhadap DBD jika keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang berhubungan dengan DBD (Wahit, 2006). Dengan demikian diharapkan pemerintah dalam hal ini dapat lebih mengoptimalkan tenaga keperawatan yang berkerja di puskesmas untu melakukan penyuluhan tentang perawatan DBD dan kunjungan rumah sekaligus penerapan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan keluarga. Hal ini berfungsi untuk lebih meningkatkan pengetahuan keluarga tentang tindakan observasi dan tidakan mandiri tentang perawatan DBD sehingga kasus-kasus penyakit subtropis seperti DBD dapat ditanggulangi.