BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian Hasil penlitian tindakan kelas ini disajikan berdasarkan hal yang diamati
meliputi aktivitas guru dan siswa, serta ketuntasan hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Tes ini digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar berdasarkan siklus pembelajaran seperti yang dimaksudkan pada hal berikut ini. 4.1.1 Hasil observasi aktivitas guru Pengamatan aktivitas guru pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang observer yaitu guru mitra dan dosen pembimbing. Berikut ini persentase aktivitas guru masing-masing siklus dalam pembelajaran disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Data Aktivitas Guru dalam pembelajaran materi laju reaksi. Siklus 1 No
Aktivitas Guru
Skor
1 1 2
2 Melakukan Apersepsi Menyampaikan indikator pembelajaran Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar Membimbing siswa melakukan pengamatan dalam praktikum Membimbing siswa melakukan diskusi kelompok Membimbing siswa mempresaentasikan hasil diskusi kelompok Melakukan pendekatan Chemoenterpreneurship terhadap siswa Membimbing siswa
3 4
5
6
7
8
Siklus 2 Skor
Capaian %
3 4,5 4
Capaian % 4 8,18 7,27
5 4,5 4
6 8,18 7,27
4,5
8,18
5
9,09
3,5
6,36
4
7,27
4
7,27
4,5
8,18
3.5
6,36
4,5
8,81
3,5
6,36
4
7,27
4
7,27
4,5
8.18
36
37 1 9 10 11
2 merangkum materi Memberikan evaluasi Hasil Belajar Memberikan penghargaan Memberikan penguatan /Umpan balik Jumlah Kriteria
3
4
5
6
4
7,27
5
9,09
4
7,27
4,5
8,18
4,5
8,18
5
9,09
40,5
79,97 Baik
49,5
90 Sangat Baik
Berdasarkan dari tabel di atas data aktivitas guru dari 16 aktivitas penilaian bahwa untuk siklus 1 mencapai 79,97% yang merupakan kriteria baik, sedangkan untuk siklus 2 meningkat menjadi 90% yang merupakan kriteria sangat baik. 4.1.2 Hasil observasi aktivitas siswa Pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang observator yaitu guru mitra dan dosen pembimbing. Berikut ini persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Aktivitas Siswa dalam pembelajaran materi laju reaksi Siklus 1 No
Aktivitas Guru
Skor
1 1 2 3
2 Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik Menjawab pertanyaan Menyimak penjelasan guru dengan sungguhsungguh Menunjukan antusias dalam pembelajaran Menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran
4 5
6 7
Siklus 2 Skor
Capaian %
3 3 3,5 3,5
Capaian % 4 3,75 4,37 4,37
5 4,5 4,5 4,5
6 5,62 5,62 5,62
3,5 4
4,37 5
5 5
6,25 6,25
3.5
4,37
4
5
4
5
5
6,25
38 1 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2 Menunjukan rasa senang dalam pembelajaran Memberi bantuan pada orang lain Menghargai pendapat orang lain Menunjukan kekompakan Menunjukan peran aktif dalam kelompok Bertanggung jawab pada tugas Tidak menggangu teman lain Melaksanakan tugas dengan rasa senang Melaksanakan tugas dengan antusias Jumlah Kriteria
3 4
4 4,37
5 5
6 6,25
3
3,75
3,5
4,37
3,5
4,37
4
5
4
5
4
5
4
5
3,5
4,37
3,5
4,37
4,5
5,26
3,5
4,37
4,5
5,26
4
5
5
6,25
4
5
5
6,25
58,5
73,13 Baik
71,5
89,34 Sangat Baik
Berdasarkan tabel aktivitas siswa di atas dari 16 aspek penilaian yang dilakukan maka untuk siklus 1 mencapai 73,13 yang merupakan kriteria baik, sedangkan untuk siklus 2 meningkat mencapai 89,34% yang merupakan kriteria sangat baik. 4.1.4 Hasil Observasi aktivitas Kelompok Pengamatan aktivitas kelompok pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang orserver yaitu guru mitra dan peneliti. Berikut ini hasil persentase aktivitas kelompok dalam pembelajaran disajikan dalam Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 aktivitas kelompok dari 6 aspek yang dinilai yang dapat dilihat pada Lampiran 13 untuk siklus 1 dan Lampiran 14 untuk siklus 2, aspek penilaian dilakukan maka untuk siklus 1 mencapai 62,22%. Sedangkan untuk siklus 2 meningkat menjadi 73,89%.
39 Tabel 6. Data Hasil Aktivitas Kelompok dalam pembelajaran materi laju reaksi No
Kel
1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 Jumlah
Siklus 1 Jumlah Pensentase Poin (%) 22 73,33 25 83,33 17 56,67 24 80 24 80 Σ = 62,22
Siklus 2 Jumlah Pensentase Poin (%) 26 86,67 29 96,67 22 73,33 27 90 29 96,67 Σ = 73,89
Kriteria Siklus Siklus 1 2 Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
4.1.3 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang telah dilakukan diperoleh dengan memberikan penilaian dalam bentuk tes evalusi. Data hasil belajar siswa ini disajkan dalam tabel berikut. Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa dalam pembelajaran materi laju reaksi No 1 2 3 4 5
Rentang Nilai 88-100 75-87 62-74 49-61 ≤48 Jumlah
Siklus 1 Jumlah Presentase Siswa (%) 2 9,09 5 22,72 4 18,18 11 50 22 100
Siklus 2 Jumlah Presentase Siswa (%) 4 18,18 13 59,09 2 9,09 1 4,54 2 9,09 22 100
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
Dari tabel di atas dinyatakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus 1 bahwa ada 7 siswa yang memenuhi standar ketuntasan belajar dari 22 siswa yang mengikuti tes akhir evaluasi atau sekitar 31,81%, sedangkan untuk siklus 2 hasil belajar meningkat menjadi 17 siswa yang memenuhi standar ketuntasan belajar atau sekitar 77,27%. 4.1.4 Refleksi Hasil Tindakan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan yaitu aktivitas guru yang ditemukan bahwa sudah ada yang dilakukan secara optimal, demikian pula
40 dengan hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi sebahagian lagi masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam menerima pelajaran yakni terdapat siswa yang belum menyatakan pendapatnya, mengajukan pertanyaan, mengerjakan tugas dengan baik, dan menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya kerja sama antar kelompok yang belum terlaksana secara optimal yaitu; memberikan bantuan pada orang lain, dan menghargai pendapat orang lain. Sehingga hasil belajar pada siklus 1 yang memenuhi standar ketuntasan belajar ada 7 siswa atau sekitar 31,81%. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas guru aktivitas guru sudah optimal begitu juga dengan aktivitas siswa yang sudah aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar pada siklus 2 ini meningkat menjadi 17 siswa yang sudah memenuhi standar ketuntasan belajar atau sekitar 77,27%, akan tetapi ada beberapa siswa akan dilakukan remedi untuk memantapkan pengetahuan mereka pada materi laju reaksi. 4.2
Pembahasan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CEP (Chemoenterpreneurship) dengan mengunakan model kooperatif STAD (Student Teams Achievement Devision), dengan melakukan praktikum yakni membuat pakan sapi potong dari batang silase jagung, selain itu mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, silabus, soal tes evaluasi, peneliti juga mempersiapkan lembar observasi yang terdapat dalam beberapa aspek penilaian yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa itu sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan siswa dan guru yang telah dilaksanakan dengan baik atau belum, sebab terlaksananya atau tidaknya aktivitas ini dapat mempengaruhi hasil
41 belajar siswa. Sehingga jika masih ada aktivitas yang belum terlaksana maka perlu diadakan tindakan selajutnya. Perolehan hasil tindakan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CEP dengan menggunakan model kooperatif STAD dapat dibandingkan hasil penelitian siklus I dengan siklus II terlihat jelas ada perbedaan yang secara signifikan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi. Perbedaan ini dapat dilihat baik dari segi hasil observasi maupun dari hasil belajar siswa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada antusias siswa dalam melakukan percobaan yang dilakukan pada pembuatan pakan sapi potong serta keingin tahuan siswa dan keantusian guru selama proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II. Pendekatan pembelajaran CEP dengan menggunakan metode kooperatif STAD ini selama proses kegiatan kelompok siswa bertugas mempelajari materi yang disajikan oleh guru dengan bekerja secara bersama-sama dalam pembuatan pakan sapi potong ini dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu diharapkan terhadap setiap anggota kelompok untuk aktif dalam bekerja. Jika ada salah satu anggota kelompok yang belum memahami meteri yang disajikan oleh guru maka dia tidak langsung bertanya pada guru melainkan pada rekan sekelompoknya yang sudah paham dan mengerti. Sebab Menurut (Slavin, 2005: 143) peserta didik di dalam kelompok bekerja sama, membandingkan jawaban dari setiap masalah, dan saling membantu sesama kelompok terhadap materi pembelajaran, sehingga keberhasilan sebuah kelompok adalah tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok tersebut. Bersadarkan hasil pengamatan kegiatan hasil belajar mengajar guru, siswa dan respon siswa pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belum
42 mencapai target yang diharapkan bila mengacu pada indikator pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, pada siklus II guru memberikan penekanan pada aktivitas yang belum dilaksanakan secara optimal serta mengembangkan aktivitas tersebut kearah yang lebih baik. Observasi aktivitas guru pada siklus I memperoleh persentase sekitar 79,97% yang merupakan kriteria baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90% dan memperoleh kriteria sangat baik. Hal ini disebabkan oleh ketrampilan guru yang belum terlaksana secara otipmal sehingga guru agak keliatan kaku dalam memberikan materi laju reaksi. Selain itu pula guru belum memiliki
kertampilan
dalam
mengelola
kelas
dengan
baik,
sehingga
mengakibatkan kelas agak sedikit kacau. Selanjutnya Observasi aktivitas siswa berdasarkan Tabel 4. Diperoleh untuk siklus 1 adalah 73,13% atau mencapai kriteria baik, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 89,34% atau mencapai kriteria sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada saat siswa melakukan praktikum dan diskusi yang dilakukan pada prose pembuatan pakan untuk sapi potong, mereka melakukannya sangat kreatif ddan senang melakukan praktikum. Selain itu juga siswa sudah lebih memehami materi yang diberikan sebelumnya karena siswa sudah memahami pada materi sebelumnya, karna pada siklus 2 ini materi yang diajarkan tentang proses tumbukan yang terjadi pada proses faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Demikian pula untuk observasi aktivitas kelompok berdasarkan Tabel 6. Diperoleh untuk siklus 1 adalah 62,22% dan sedangkan untuk siklus 2 memperoleh 73,89%, dapat dilihat terjadi peningkat aktivitas kelompok. Terdapat ada satu kempok yang mencapai kriteria cukup sedangakan yang lainnya
43 mencapai kriteria baik hal ini disebabkan oleh aktivitas dikelompok tersebut tidak saling menghargai satu sama lain dan belum ada yang mencapai kriteria sangat hebat, sedangkan untuk kelompok baik bisa menerima kekuranagan dan kelebihan dari teman sekeelompoknya. Demikian pula pada siklus 2 sama seperti pada siklus satu hanya satu kelompok yang mendapat krteria baik yang siklus sebelumnya memperoleh kriteria cukup, hal ini disebabkan mereka sudah bisa menghargai pendapat dari teman sekelompknya dan menerima kelebihan dan kekurangan kelompok tersebut. sedangak untuk kriteria yang lainya dari kriteria baik menjadi sangat baik untuk 4 (empat) kkelompok lainnya. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran untuk masing-masing siklus. Dapat dilihat bahwa pada hasil belajar pada siklus 1 ada 7 oarang siswa yang memenuhi standar ketuntasan belajar atau sekitar 31,81%, dan untuk siklus 2 adalah 77,27%
yang memenuhi stdandar ketuntasan belajar tersebut. hal ini
disebabkan siswa-siswa belum mampu menjawab beberapa pertanyaan yang ada dalam soal tes evaluasi tersebut. Contohnya seperti menentukan luas sentuhan atau luas permukaan pada percobaan yang dilakukan manakah luas permukaan yang lebih besar, jawabannya semakin besar CaCO3 maka luas permukaannya semakin besar pula. Bersadarkan jawaban siswa di atas terjadi kesalahan pada pemahaman tentang luas permukaan pada faktor-faktor yang memepengaruhi laju reaksi, yang jawaban sebenarnya adalah sebagai berikut: semakin besar suatu padatan yang kita gunakan dalam hal ini adalah CaCO3 semakin kecil luas permukaannya yakni ditandai dengan waktu yang diperlukan seperti pada percobaan yang kita lakukan yakni dengan memotong jerami jagung ada yang 2 cm dan 3 cm yang lebih cepat
44 bereaksi adalah 2 cm karena penampangnya lebih kecil sehingga mudah bereaksi, jadi dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran suatu padatan maka semakin kecil luas permukaanya, begitu pula sebaliknya semakin kecil ukuran suatu padatan maka luas permukaan semakin besar. Demikian juga pengaruh suhu pada faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi jawaban siswa lain yang belum memenuhi standar ketuntasan. Pada soal yang diberikan yakni natrium bereksi cepat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi tidak, mereka menjawab bahwa ini dipengaruhi oleh suhu. Hal ini mengakibatkan mereka keliru dalam menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini sama seperti yang dilakukan dalam melakukan percobaaan pembuatan pakan sapi yakni meletakkan pakan sapi pada 2 tempat yang berbeda yaitu pada suhu kamar yakni 25 oC dan diluar ruangan yang suhu mencapai 30 oC, yang lebih cepat bereaksi adalah suhu kamar yakni 25 oC. Hal ini disebabkan oleh bakteri pengurai yang bisa tahan hidup pada suhu kamar sehingga pada suhu 30 oC bakteri akan mati dan tidak bereaksi lagi, jadi suhu berpengaruh tergantung pada jenis pereaksi yang kita gunakan pula. Hal ini sama dengan soal yang diberikan tentang pengaruh suhu bahwa natrium lebih cepat bereaksi dengan air pada suhu ruangan sedangakan besi tidak, karena berdasarkan jenis pereaksi yang kita gunakan. Demikian juga pada pertanyaan tentang penentukan katalis yang digunakan pada faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, siswa yang lain yang tidak tuntas menjawab. Bahwa pada penentuan katalis yang digunakan pada soal H2O2 penguraian menjadi air dan gas oksigen mereka menganggap bahwa FeCl3 ikut bereaksi pada reaksi pengguraian dengan terjadi perbahan warna, hal ini juga
45 terjadi pada perlakuan yang dilakukan pada pembuatan pakan dengan menambahkan larutan gula, hal ini siswa menganggap bahwa larutan gula ikut bereaksi pada proses fermentasi yang ditandai dengan perubahan warna lebih gelap atau layu, akan tetapi peran dari larutan gula ini sebagai sumber energi atau penambah nikmat dari pakan yang akan kita buat. Maka dapat diketakui bahwa baik FeCl3 dan larutan gula sebagai katalis yaitu tidak ikut bereaksi akan tetapi akan merubah warna seiring dengan waktu yang kita tentukan. Pada siklus selanjutnya siswa sudah mampu menjawab soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru dan masih ada 5 orang siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan belajar atau sekitar , sehingga dilakukan tindakan selanjutnya yaitu melakukan remadial pada akhir pertemuan. Dapat dilihat pula hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan dilihat pada daya serap rata-rata pada siklus I sebesar 51,18% pada siklus II meningkat menjadi 73,90% serta pada prensentase nilai siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar siswa yakni 75% pada siklus I mecapai presentase 31,81% sedangkan pada siklus II meningkat secara signifikan yaitu 77,27%. Peningkatan ini disebabkan adanya kesadaran dan keantusiasan siswa dalam melekukan percobaan dan belajar mata pelajaran kimia melalui proses pembalajaran kooperati tipe STAD dengan mengimplemantasikan pendekatan CEP. Dengan demikian, pendekatan CEP menggunakan metode pembelajarn kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam untuk menyelesaikan soal-soal faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi serta meteri yang diajarkan selnjutnya yaitu tettang teori tmbukan pada siswa kelas XIIA-1 di SMA Negeri 1 Tapa. Hal ini sesuai dengan indikator penelitian bahwa ketuntasan belajar siswa mencapai 75%.
46 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi pembelajaran mata pelajaran kimia yang efektif akan tercermin dari perencanaan dan pelaksanaan yang jelas dari guru mata pelajaran kimia itu sendiri serta keantusiasan siswa dalam belajar.