46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 bulan April tahun 2013. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan wawancara selama 18 hari dimulai pada tanggal 24 April sampai tanggal 11 Mei tahun 2013. Wawancara ini ditujukan pada masyarakat di Kelurahan Limba B dengan sampel yaitu 373 responden. Selanjutnya pada tanggal 12-16 Mei data yang diperoleh dari wawancara diolah dengan menggunkana aplikasi SPSS. 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Limba B Puskesmas Limba B merupakan salah satu Puskesmas dari 7 puskesmas yang ada di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Puskesmas ini yang terletak di Kecamatan Kota Selatan, tepatnya di kelurahan Limba B. Puskesmas Limba B melayani masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Kota Selatan yang terdiri dari 10 Kelurahan yaitu : Kel. Limba U1, Limba U2, Limba B, Biawao, Biawu, Siendeng, Donggala, Tenda, Pohe dan Tanjung Kramat. Sesuai dengan sejarahnya Puskesmas Limba B diresmikan pada tanggal 15 Desember 1983 yang pada saat itu Kotamadya Gorontalo masih di bawah Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara. Kemudian sejalan dengan adanya perkembangan wilayah/daerah dimana Gorontalo menjadi salah satu Provinsi di Republik Indonesia, maka sejak saat itu Puskesmas Limba B merupakan puskesmas di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Pada bulan Maret 2011 wilayah kerja Puskesmas Limba B dibagi menjadi dua kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Hulondalangi. Luas wilayah
47
Puskesmas Limba B adalah 14,93 km2. Wilayah puskesmas Limba B berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kota Utara 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Kota Barat dan Kec. Kota Dungingi 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Kota Timur. 4.1.1.2 Gambaran Umum Kelurahan Limba B Nama Kelurahan Limba B berasala dari Bahasa Gorontalo “Limbato” yang berarti tempat lalu lalang. Pada jaman dahulu daerah Limba yang sekarang sudah di bagi menjadi tempat lalu-lalang Kerbau yang berasal dari Kecamatan Tapa sehingga jejak telapak kerbau membentuk selokan besar yang menjadi jalan air yang sekarang ini lebih terkenal dengan sebutan Kuala Panigoro. Kelurahan limba B ini telah berdiri sejak tahun 1912 dan sampai dengan sekarang telah memiliki 19 Lurah yang menjabat sebagai lurah pada kantor ini. Luas areal Kelurahan Limba B secara keseluruhan 112 ha yang diantaranya terdapat luas pemukiman, luas persawahan, luas perkebunan, luas kuburan, luas pekarangan, luas taman, perkantoran, pertokoan dan sekolah serta luas prasarana umum lainnya. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 Kecamatan Kota Selatan. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Biawao Kecamatan Kota Selatan.
48
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Timur. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Libuo Kecamatan Dungingi. Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Limba B jumlah penduduk seluruhnya sebanyak 6.914 jiwa.
4.1.2 Hasil Analisis Univariat Dalam penelitian ini yang menjadi subyek utama dalam penelitian yaitu masyarakat yang berada di Kelurahan Limba B yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Dimana yang menjadi lokasi penelitian yang terdiri dari 3 RW yaitu, RW 1 sebanyak 168 responden, RW 2 sebanyak 115 responden dan RW 3 sebanyak 90 responden. Dengan total keseluruhan sampel yaitu sebanyak 373 responden. Analisis yang dilakukan meliputi data umum responden yaitu, Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Jenis Pekerjaan. Untuk data mengenai perilaku masyarakat tentang klinik sanitasi yang meliputi : pengetahuan, sikap dan tindakan. Analisis data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan analisis komputer dan disajikan dalam bentuk tabel.
49
4.1.2.1 Data Umum Responden 1. Jenis Kelamin Distribusi klinik sanitasi berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Klinik Sanitasi Tidak Jenis Kelamin Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % Laki-laki 129 84,3 24 15,7 Perempuan 161 73,2 59 26,8 Total 290 77,7 83 22,3 Sumber : Data Primer, April 2013
Total n 153 220 373
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Limba B mayorits responden adalah perempuan dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 129 responden (84,3%) yang tidak memanfaatkan klinik sanitasi dan yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 24 responden (15,7%). Sedangkan responden yang berjenis perempuan sebanyak 161 responden (73,2%) yang tidak memanfatkan klinik sanitasi dan yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 59 responden (26,8%).
50
2. Umur Distribusi responden berdasarkan Umur dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Umur di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Klinik Sanitasi Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % 12-16 2 100 0 0 17-25 39 69,6 17 30,4 26-35 69 77,5 20 22,5 36-45 134 81,2 31 18,8 46-55 46 75,4 15 24,6 Total 290 77,7 83 22,3 Sumber : Data Primer, April 2013 Umur (Tahun)
Total n 2 56 89 165 61 373
% 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa seluruh responden masih termasuk dalam usia produktif. Responden yang berumur 12- 25 tahun termasuk usia masa remaja awal dan remaja akhir yaitu sebanyak 58 orang. Sedangkan Responden yang berumur 26-45 tahun termasuk usia masa dewasa awal dan akhir yaitu sebanyak 254 orang dan responden yang berumur 46-55 tahun termasuk usia masa lansia awal yaitu sebanyak 61 orang. Sehingga responden yang paling banyak tidak memanfaatkan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B yaitu pada umur 36-45 tahun sebanyak 134 orang (81,2%) dan responden paling sedikit yang memanfaatkan klinik sanitasi yaitu pada umur 46-55 tahun 15 orang (24,6%).
51
3. Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Klinik Sanitasi Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % SD 54 83,1 11 16,9 SMP/MTs 69 84,1 13 15,9 SMA/MA 147 75 49 25 Akademi/PT 20 66,7 10 33,3 Total 290 77,7 83 22,3 Sumber : Data Primer, April 2013 Pendidikan
Total n 65 82 196 30 373
% 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Limba B mayoritas pendidikan responden adalah pendidikan SMA/MA dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Sehingga didapatkan hasil responden yang paling banyak tidak memanfaatkan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B adalah pendidikan SMA/MA sebanyak 147 orang (75%) dan responden paling sedikit yang memanfaatkan klinik sanitasi adalah pendidikan Akademi/PT sebanyak 10 orang (33,3%).
52
4. Jenis Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Distribusi Klinik Sanitasi Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Klinik Sanitasi Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % IRT 128 74,4 44 25,6 PNS 11 57,9 8 42,1 Honorer 4 40 6 60 Wiraswata 136 86,1 22 13,9 Mahasiswa 9 75 3 25 Pelajar 2 100 0 0 Total 290 77,7 83 22,3 Sumber : Data Primer, April 2013 Pekerjaan
Total n 172 19 10 158 12 2 373
% 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Limba B sebagian besar jenis pekerjaan responden adalah IRT dari jumlah keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden. Sehingga didapatkan hasil responden yang paling banyak tidak memanfaatkan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B adalah jenis pekerjaan wiraswasta sebanyak 136 orang (86,1%) dan responden paling sedikit yang memanfaatkan klinik sanitasi adalah jenis pekerjaan mahasiswa sebanyak 3 orang (25%). 4.1.2.2 Data Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan merupakan sesuatu yang di peroleh berdasarkan dari pengamatan, pengalaman, penglihatan, maupun pendengaran. Pada pengukuran
53
tingkat pengetahuan pengelohan datanya berdasarkan pada pengetahuan masyarakat di Kelurahan Limba B tentang definisi klinik sanitasi dan pengetahuan masyarakat di Kelurahan Limba B terhadap keberadaan klinik sanitasi. Hasil penelitian tentang pengetahuan masyarakat kelurahan limba b tentang klinik sanitasi dapat dilihat pada grafik berikut ini : Pengetahuan Responden Tentang Klinik Sanitasi di Puskesms Limba B 0
0
0
0
0
0
0 68 141
137
159
189
210
343 373
373 373 373
373 373 373 305
236
232
214
186
163
30 Pemb Klinik Pasien Kunju Tujua Manfa entuk Sanita dan ngan n at an si klien rumah progra progra progra m m m klisan klisan klisan Salah % 36.7 0 50.1 0 0 0 Benar % 63.3
100
49.9
100
100
100
Wakt u pelaya nan klisan 92 8
Keunt Petug Kepan Alur Klisan Sasara Kegia ungan as janga Klisan bagia n tan berku sanita n n dari Klisan Klisan njung rian KUS puske ke ADES smas klisan 0 0 0 37.8 18.2 56.3 42.6 100
100
100
62.2
81.8
43.7
57.4
Grafik 4.1 Hasil Penelitian Pengetahuan Responden Tentang Klinik Sanitasi Di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Berdasaran grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan no.2, 4, 5, 6, 8, 9 dan 10 yang telah dilakukan didapatkan hasil sebanyak 100% responden menjawab dengan sangat baik dan benar dari keseluruhan 373 sampel dan sudah
54
paham tentang definisi klinik sanitasi, definisi kunjungan rumah, tujuan program klinik sanitasi, manfaat program klinik sanitasi, keuntungan berkunjung kembali klinik sanitasi, petugas sanitarian yang berjaga dan kepanjangan dari KUSADES tersebut. Semantara itu pertanyaan yang menjawab dibawah dari 50% pertanyaan benar dari keselurahan 373 sampel yaitu terdapat pada pertanyaan no.7 dimana tingkat pengetahuan responden yang tahu mengenai waktu pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B hanya berkisar 8% responden dan ada 92% responden yang tidak tahu tentang waktu pelayanan klinik sanitasi tersebut. Berikut ini distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Tingkat Pengetahuan Baik Kurang Total Sumber : Data Primer, April 2013
Jumlah n 373 0 373
% 100 55,6 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa responden di Kelurahan Limba B dengan keselurahan sampel 373 responden yang termasuk kriteria tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 100% dan tidak terdapat responden dengan kriteria tingkat pengetahuan kurang yaitu 0%.
55
2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Sikap responden dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap dari masyarakat setempat di Kelurahan Limba B tentang pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B, untuk penilaian sikap masyarakat yaitu sikap responden tentang kondisi klinik sanitasi, keberadaan klinik sanitasi dan pemanfaatan klinik sanitasi. Hasil penelitian tentang sikap masyarakat di kelurahan Limba B tentang klinik sanitasi dapat dilihat pada grafik berikut ini : Sikap Responden Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B 0
0
0
0
0
0
0
373
373
373
373
373
373
373
213
160
Jarak Pengadaa tempuh n program ke klisan klisan di Puskesma s Tidak Setuju % 57.1 0 Setuju %
42.9
100
Program Pelayanan Keadaan klisan klisan klisan
Peralatan Keaktifan Berkunju klisan petugas ng sanitarian kembali ke klisan
0
0
0
0
0
0
100
100
100
100
100
100
Grafik 4.2 Hasil Penelitian Sikap Responden Tentang Klinik Sanitasi Di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo Berdasarkan grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pertanyaan no.2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 yang telah dilakukan wawancara didapatkan hasil sebanyak 100%
56
responden menjawab dengan sangat baik dan setuju dari keseluruhan 373 sampel dan setuju dengan hal tentang pengadaan program klinik sanitasi, menyetujui adanya program klinik sanitasi merupakan cara efektif untuk upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap masalah kesehatan lingkungan, setuju pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B baik, setuju keadaan klinik sanitasi bersih dan nyaman, menyetujui peralatan klinik sanitasi yang sudah lengkap dan setuju akan ke klinik sanitasi apabila petugas sanitarian aktif serta setuju akan berkunjung ke klinik sanitasi jika mereka sudah dikatakan penderita penyakit berbasis lingkungan. Semantara itu pertanyaan yang menjawab dibawah dari 50% pertanyaan setuju dari keselurahan 373 sampel yaitu terdapat pada pertanyaan no.1 dimana sebagian kecil responden ada 42,9% yang setuju bahwa jarak tempuh ke klinik sanitasi tidak menjadi kendala dan sebagian besar responden ada 57,1% yang menjawab tidak setuju. Berikut ini distribusi frekuensi menurut sikap responden tentang klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Sikap Baik Kurang Total Sumber : Data Primer, April 2013
Jumlah n 373 0 373
% 100 55,6 100
57
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa keselurahan responden di Kelurahan Limba B memiliki kriteria sikap baik yaitu 100% dan tidak terdapat responden memiliki criteria sikap kurang yaitu 0%. 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tindakan responden dalam penelitian ini yaitu bagaimana tindakan mereka mengenai pemanfaatan program klinik sanitasi di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Hasil penilaian tindakan di lihat pada tindakan responden tentang keberadaan klinik sanitasi dan pemanfaatan klinik sanitasi. Hasil penelitian dalam hal tindakan responden tentang klinik sanitasi dapat dilihat dari grafik berikut : Tindakan Responden Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B 41
77
287
290
314
332
296
86
83
Pemanfaat Pengadaa Pengguna an klisan n program an klisan kembali klisan Tidak % 77.7 11 76.9 Ya %
22.3
89
23.1
112
261
59 Saran petugas klisan 84.2 15.8
Sosialisasi Kegunaan /penyuluh memanfaa an klisan tkan klisan 20.6 30 79.4
70
Grafik 4.2 Hasil Penelitian Tindakan Responden Tentang Klinik Sanitasi Di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
58
Berdasarkan dalam grafik 4.3 dapat dilihat bahwa pertanyaan no.2 yang telah dilakukan didapatkan hasil sebanyak 89% responden menjawab dengan baik dari keseluruhan 373 sampel dimana responden menyetujui diadakannya program klinik sanitasi di Puskesmas Limba B dan ada 11% responden yang tidak menyetujui diadakannya program klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Semantara itu pertanyaan yang menjawab dibawah dari 50% pertanyaan benar dari keselurahan 373 sampel yaitu terdapat pada pertanyaan no.4 dimana sebagian kecil 15,8% responden melakukan saran yang diperintahkan petugas sanitarian tetapi sebagian besar sebanyak 82,2% responden yang tidak melakukan saran tersebut. Berikut ini distribusi frekuensi menurut tindakan responden tentang klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Tindakan Baik Kurang Total Sumber : Data Primer, April 2013
Jumlah n 52 321 373
% 13,9 86,1 100
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan kriteria tindakan kurang atau tidak menggunakan klinik sanitasi di Puskesmas yaitu sebanyak 86,1% semantara responden dengan kriteria tindakan baik atau menggunakan klinik sanitasi yaitu sebanyak 13,9%.
59
4. Distribusi Pemanfaatan Klinik Sanitasi Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Distribusi klinik sanitasi berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini : Tabel 4.8 Distribusi Pemanfaatan Klinik Sanitasi Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Di Kelurahan Limba B Tahun 2013 Klinik Sanitasi Tidak Variabel Kriteria Memanfaatkan Memanfaatkan n % n % Pengetahuan Baik 290 77,7 83 22,3 Kurang 0 0 0 0 Total 290 77,7 83 22,3 Sikap Baik 290 77,7 83 22,3 Kurang 0 0 0 0 Total 290 77,7 83 22,3 Tindakan Baik 9 17,3 43 82,7 Kurang 281 87,5 40 12,5 Total 290 77,7 83 22,3 Sumber : Data Primer, April 2013
Total n 373 0 373 373 0 373 52 321 373
% 100 0 100 100 0 100 100 0 100
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Limba B tentang pemanfaatan klinik sanitasi yang ditinjau dari responden masing-masing yaitu dengan kriteria baik sebagian besar responden tidak memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 290 orang (77,7%) dan responden yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 83 orang (22,3%). Sedangkan responden dengan kriteria kurang yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan klinik sanitasi tidak ada (0%). Sementara menurut tindakan masyarakat tentang pemanfaatan klinik sanitasi dengan kriteria baik sebagian kecil masyarakat yang tidak memanfaatkan klinik
60
sanitasi sebanyak 9 orang (17,3%) dan sebagian besar responden yang memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 43 orang (82,7%). Sedangkan responden dengan kriteria kurang yang tidak memanfaatkan klinik sanitasi sebanyak 281 orang (87,5%) dan responden yang memanfatkan klinik sanitasi sebanyak 40 orang (12,5%).
4.2 Pembahasan Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Studi Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi (Suatu Penelitian di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo). Berdasarkan hasil analisis Univariat yang telah dilakukan terhadap 373 responden di Kelurahan Limba B pembahasannya sebagai berikut: 4.2.1 Kajian Tentang Responden Penelitian 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa jumlah responden di Kelurahan Limba B untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak 220 responden dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 153 responden. Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis kelamin perempuan mempunyai waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik. Adapun menurut penelitian dari Berk et al (2006) menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga atau dalam pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya pria cenderung untuk
61
menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani urusan pekerjaan daripada wanita. Hal mendasari berpeluang besar untuk perempuan mempunyai waktu yang cukup luang dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki mereka lebih banyak aktifitasnya di luar rumah. Sehingga cukup luang untuk datang ke klinik sanitasi dan tidak menjadi kendala untuk berkunjung kembali ke klinik sanitasi. 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa ternyata distribusi responden yang ada di Kelurahan Limba B berarti secara keseluruhan masih dalam usia produktif. Sehingga kondisi lingkungan terhadap penyakit berbasis lingkungan tentang pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B dapat di pengaruhi oleh golongan umur. Menurut kategori umur oleh Depkes RI (2009) golongan umur dibagi menjadi 9 yaitu masa balita 0-5 tahun, masa kanak-kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun, masa dewasa awal 2635 tahun, masa dewasa akhir 36-45 tahun, masa lansia awal 46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun dan masa manula 65-sampai atas. Semakin banyak golongan umur yang remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir dan lansia awal sebanyak 373 responden maka perilaku masyarakat yang kurang mendukung dikarenakan golongan umur yang masih produktif karena masyarakat lebih banyak kegiatan yang di kerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan terbatasnya pengalaman, kesadaran dan keinginan
62
responden untuk berperilaku positif terhadap kesehatan masyarakat maupun individu dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi tersebut. b. Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Dapat dilihat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa perilaku masyarakat tentang pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B dapat dipengaruhi oleh jumlah pendidikan yang paling banyak pada responden adalah pendidikan SMA sebanyak 196 reponden, Pendidikan SMP sebanyak 82 responden, pendidikan SD sebanyak 65 responden dan jumlah pendidikan paling rendah Akademi/PT sebanyak 30 responden. Menurut Prembayun Ageng (2013) pendidikan membentuk dasar dari setiap masyarakat, hal ini berkaitan dalam pertumbuhan ekonomi, sosial, politik dan perkembangan
masyarakat
pada
umumnya.
Pendidikan
menanamkan
pengetahuan, dimana membuat penemuan dan menerapkannya untuk kemajuan masyarakat menjadi mungkin. Pertumbuhan masyarakat tergantung pada kualitas pendidikannya. Semakin baik kualitas orang-orang yang lebih baik dapat belajar dan memanfaatkan bahwa pendidikan untuk membuat reformasi yang mengarah pada penelitian dan pengembangan. Menurut Notoatmojdjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Pengetahuan disini meliputi pengertian klinik sanitasi, tujuan dan manfaat dan keuntungan dari pemanfaatan klinik sanitasi. Dengan pendidikan SMA paling
63
banyak pada masyarakat di Kelurahan Limba B sehingga memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. c. Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Dapat dilihat pada tabel 4.4. bahwa perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan klinik sanitasi dapat dipengaruhi oleh jumlah pekerjaan yang paling banyak pada responden yaitu jenis pekerjaan responden yang sebagian besar memiliki jenis pekerjaan IRT sebanyak 172 responden. Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis kelamin perempuan mempunyai waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik. Adapun menurut penelitian dari Berk et al (2006) menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga atau dalam pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani urusan pekerjaan daripada wanita. Hal ini menyatakan bahwa pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga lebih mempunyai cukup luang untuk berkunjung ke klinik sanitasi atau memanfaatkan kembali klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. 4.2.2 Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan/ perilaku
64
seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan didalam diri sendiri (Maulana, 2009). Peningkatan status kesehatan masyarakat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bukan hanya sekedar meningkatkan sarana kesehatan lingkungan, tetapi harus diimbangi dengan upaya intervensi perilaku dari masyarakat itu sendiri. Perilaku hidup sehat itu sendiri meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang aktif dalam upaya memelihara dan mencegah timbulnya penyakit berbasis lingkungan serta berperan dalam gerakan kesehatan di puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. 1. Pengetahuan Masyarakat Di Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B. Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa keseluruhan responden di Kelurahan Limba B yang diwawancarai memiliki kriteria tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 100% dan untuk responden yang memiliki kriteria tingkat pengetahuan yang kurang 0%. Tingginya hasil dari responden untuk tingkat pengetahuan didukung dengan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 196 reponden dari keseluruhan sampel yaitu berjumlah 373 responden yang berada di Kelurahan Limba B. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
65
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Bahtiar, 2008). Dengan tingginya tingkat pendidikan mengenai pengetahuan tentang program klinik sanitasi yang dimiliki oleh masyarakat dapat membuat mereka lebih memahami lagi apa yang harus dilakukan agar tidak menimbulkan masalah tentang penyakit berbasis lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki masyarakat di Kelurahan Limba B tentang pengertian klinik sanitasi, tujuan, manfaat dan keuntungan memanfaatkan klinik sanitasi sudah tergolong baik. Sehingga pendidikan kesehatan yang mereka ketahui merupakan suatu upaya intervensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk dapat menjaga kesehatan lingkungan sekitar tempat tinggal. Sejalan dengan tujuan pendidikan pemeliharan kesehatan seseorang, tidak lepas dari pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Faktor pengetahuan tentang program klinik sanitasi sangat penting untuk ditanamkan pada masyarakat dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Limba B. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelaksanaan sosialisasi atau penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan guna memberikan pengetahuan dan kesadaran pada masyarakat yang dilakukan
66
tiap kali masyarakat berjunjung ke puskesmas dan juga dilakukan diluar gedung yaitu kegiatan pemantauan langsung ke masyarakat. Menurut Asrini (2007) faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam masyarakat yaitu: 1) sosial ekonomi, 2) kultur (budaya dan agama), 3) pendidikan, dan 4) pengalaman. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng. Pengetahuan dibagi menjadi enam tahap yaitu tahu, memahami penerapan analisis, sintesis, dan evaluasi, sehingga dapat dipahami bahwa untuk membentuk perilaku yang baik harus mencapai tingkat penerapan. Menurut Bahtiar (2008) pengetahuan terbentuk dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain yaitu umur dan intelegensi sedangkan faktor eksternal yaitu pendidikan, lingkungan, pengalaman, informasi, dan orang yang dianggap penting. Faktor internal yang mempunyai pengetahuan yaitu usia/umur dimana usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tersebut, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri. Hal ini terbukti dalam penelitian bahwa responden dengan umur 36-45 jauh lebih banyak yaitu 165 responden dibandingakn dengan responden yang berumur 12-16 tahun yaitu hanya 2 responden. Hal ini menandakan bahwa faktor pembentuk pengetahuan baik internal maupun eksternal berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.
67
2. Sikap Masyarakat Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik 100%. Sikap masyarakat timbul berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mendorong masyarakat untuk bersikap lebih baik sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Pemanfaatan klinik sanitasi yang dapat mempengaruhi sikap masyarakat diharapkan adanya peneguran jika terjadi sikap yang salah dimana sikap akan berdampak pada perilaku masyarakat, dengan sikap yang baik diharapkan akan menimbulkan perilaku yang baik walaupun tidak selalu. Menurut
Sarwono (1997), sikap merupakan kecenderungan merespons
(secara positif atau negatif) orang, situasi atau objek tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional atau afektif (senang, benci dan sedih), kognitif (pengetahuan tentang suatu objek), konatif (kecenderungan bertindak). Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu seringkali memperlihatkan tindakan bertentangan dengan sikapnya (Maulana, 2009). Sehingga sikap masyarakat yang mendukung tentang pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas merasakan bahwa klinik sanitasi dapat memberikan efek yang positif dan dapat menguntungkan bagi kesehatan masyarakat dalam hal memanfaatkan klinik sanitasi tersebut. Sedangkan sikap masyarakat yang tidak mendukung tentang pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas yakni masyarakat
68
merasa berkunjung ke klinik sanitasi atau memanfaatkan kembali klinik sanitasi hanya akan merepotkan mereka sendiri dikarenakan banyak kegiatan yang dikerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan termasuk juga sebagian masyarakat malas akan hal tersebut. 3. Tindakan Masyarakat Kelurahan Limba B Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal tindakan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan baik sebanyak 52 responden (13,9%) dan sebagian besar responden yang memiliki tindakan kurang sebanyak 321 responden (86,1%). Pengetahuan dan sikap yang baik namun tidak di ikuti oleh tindakan yang baik, perubahan tindakan yang terjadi dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi, akan tetapi setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati objek yang sama (Bahtiar, 2008). Hal ini menggambarkan tindakan responden tentang pemanfaatan klinik sanitasi dikarenakan tidak adanya kesinambungan yang dilakukan masyarakat antara pengetahuan dan sikap yang mereka miliki dengan tindakan yang mereka lakukan. Sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya dari penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami akan tetapi penyesuaian dengan adanya tindakan langsung terhadap upaya menanggulangi kejadian penyakit tersebut masyarakat tidak efektif dalam pelaksanaannya. Menurut Pandujati (2010) menyatakan bahwa dilihat dari jenis kelamin perempuan mempunyai waktu yang cukup luang sebagai ibu rumah tangga yang
69
bisa juga dapat memanfaatkan untuk mengajari atau mengawasi pendidikan anak dengan lebih baik. Adapun menurut penelitian dari Berk et al (2006) menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga atau dalam pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani urusan pekerjaan daripada wanita. Tindakan yang kurang dikarenakan sebagian besar masyarakat Limba B adalah IRT yang seharusnya memiliki banyak waktu luang dirumah, akan tetapi pada kenyataannya mereka kurang memanfaatkan klinik sanitasi tersebut. Masyarakat cenderung acuh tak acuh dalam hal pemanfaatan klinik santasi di puskesmas, mereka berfikir bahwa berkunjung ke klinik sanitasi/memanfaatkan kembali klinik sanitasi hanya akan merepotkan mereka sendiri dikarenakan banyak kegiatan yang dikerjakan atau lebih tinggi tingkat kesibukan dan termasuk juga sebagian masyarakat malas akan hal tersebut. 4. Pemanfaatan Klinik Sanitasi Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan di Kelurahan Limba B. Berdasarkan hasil penelitian dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi di puskesmas Limba B dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan didapatkan hasil bahwa angka penilaian yang baik untuk pengetahuan dan sikap yang ditunjukan dalam pemanfaatan klinik sanitasi tidak dapat menjamin bahwa tindakan yang kurang memanfaatkan klinik sanitasi yang akan dilakukan sebaik dengan pengetahuan yang diketahui dan sikap yang ditunjukan.