43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran dan angket yang didapat dari jawaban siswa. Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan item deskriptor dari indikator yang telah dikembangkan. Setiap indikator motivasi belajar memiliki beberapa deskriptor yang tersebar di sembilan tahap pembelajaran menggunakan problem solving berbasis eksperimen. Deskriptor-deskriptor untuk seluruh indikator motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran B.1. Pengolahan data observasi tersedia pada lampiran C.2. Data motivasi belajar siswa secara keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 4.1 di bawah. Tabel 4.1. Persentase Nilai Berdasarkan Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Nilai No. Indikator Motivasi Belajar Siswa Observasi Kategori (%) 1. Durasi kegiatan 81,1 Sangat baik 2. Frekuensi kegiatan 53,0 Cukup 3. Persistensi pada tujuan kegiatan 74,1 Baik 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya 54,2 Cukup dalam menghadapi rintangan dan kesulitan 5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai 56,4 Cukup tujuan 6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai 65,3 Baik 7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk 55,6 Cukup atau output yang dicapai Arah sikap terhadap sasaran kegiatan 8. 49,2 Cukup Rata-rata
61,1
Baik
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
Motivasi belajar siswa yang dijaring melalui angket diperoleh setelah seluruh tahapan problem solving selesai dilaksanakan. Penyebaran angket dilaksanakan di luar jam pelajaran dengan siswa sebagai subjeknya. Item-item pada angket yang disusun berdasarkan indikator motivasi dapat dilihat pada lampiran B.5. Pencapaian persentase nilai angket motivasi belajar siswa pada setiap indikator motivasi dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Adapun pengolahan data angket tersedia pada lampiran C.3. Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Nilai No. Indikator Motivasi Belajar Siswa Angket Kategori (%) 1. Durasi kegiatan 56,9 Cukup 2. Frekuensi kegiatan 61,4 Baik 3. Persistensi pada tujuan kegiatan 61,9 Baik 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam 75,3 Baik menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan 5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan 61,2 Baik 6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan 68,6 Baik kegiatan yang dilakukan 7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau 69,4 Baik output yang dicapai dari kegiatannya 8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan 77,2 Baik 66,5 Baik Rata-rata
Motivasi belajar siswa terdiri dari delapan indikator motivasi belajar menurut Makmun (2000). Kedelapan indikator itu adalah durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan); frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu); persistensi pada tujuan kegiatan; ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; tingkatan aspirasi yang hendak dicapai
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
dengan kegiatan yang dilakukan; tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya; serta arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. Secara keseluruhan indikator-indikator motivasi tersebut diukur menggunakan observasi dan angket. Sebaran siswa yang mengembangkan indikator-indikator motivasi belajar secara keseluruhan ditunjukkan oleh tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Persentase Sebaran Nilai Observasi Motivasi Belajar Siswa Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat (% dan (% dan (% dan (% dan Kurang tafsiran) tafsiran) tafsiran) tafsiran) (% dan Indikator tafsiran) Durasi kegiatan 61,5 28,2 10,3 0 0 (sebagian (hampir (sebagian (tidak satu (tidak besar) setengahnya) kecil) pun) satu pun) Frekuensi 7,7 23,1 38,5 30,8 0 kegiatan (sebagian (sebagian (hampir (hampir (tidak kecil) kecil) setengahnya) setengahnya) satu pun) Persistensi pada 28,2 53,8 12,8 5,1 0 tujuan kegiatan (hampir (sebagian (sebagian (sebagian (tidak setengahnya) besar) kecil) kecil) satu pun) Ketabahan, 2,6 35,9 35,9 23,1 2,6 keuletan dan (sebagian (hampir (hampir (sebagian (sebagian kemampuannya kecil) setengahnya) setengahnya) kecil) kecil) dalam menghadapi rintangan Devosi dan 7,7 28,2 41,0 18,0 5,1 pengorbanan (sebagian (hampir (hampir (sebagian (sebagian untuk mencapai kecil) setengahnya) setengahnya) kecil) kecil) tujuan Tingkatan 15,4 46,2 33,3 5,1 0 aspirasi yang (sebagian (hampir (hampir (sebagian (tidak hendak dicapai kecil) setengahnya) setengahnya) kecil) satu pun) Tingkatan 10,3 30,8 33,3 20,5 5,1 kualifikasi (sebagian (hampir (hampir (sebagian (sebagian prestasi atau kecil) setengahnya) setengahnya) kecil) kecil) produk atau output yang dicapai
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
Kategori Sangat Baik (% dan tafsiran) Indikator Arah sikap terhadap sasaran kegiatan Rata-rata
0 (tidak satu pun) 16,7 (sebagian kecil)
Baik (% dan tafsiran)
Cukup (% dan tafsiran)
10,3 74,4 (sebagian (sebagian kecil) besar) 32,1 35,0 (hampir (hampir setengahnya) setengahnya)
Kurang (% dan tafsiran) 15,4 (sebagian kecil) 14,7 (sebagian kecil)
Sangat Kurang (% dan tafsiran) 0,0 (tidak satu pun) 1,6 (sebagian kecil)
Berdasarkan data pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa indikator motivasi belajar menurut Makmun (2000) terdiri dari delapan indikator yang dapat diukur. Indikator tersebut dibahas satu persatu sebagai berikut: 1. Durasi Kegiatan Indikator durasi kegiatan mengembangkan indikator berkonsentrasi selama tahap pembelajaran. Berdasarkan nilai kategori yang didapat dari observasi, siswa mengembangkan dengan sangat baik (81,1%) untuk indikator durasi kegiatan. Artinya, siswa sangat baik dalam berkonsentrasi selama pembelajaran titrasi asam basa berlangsung. Dalam tabel 4.3 diketahui sebaran bahwa sebagian besar (61,5%) siswa sangat baik dalam berkonsentrasi selama tahap pembelajaran menggunakan model problem solving. Sesuai dengan pendapat Sardiman (2011) yang mengungkapkan bahwa dengan adanya motivasi mendorong seseorang untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Motivasi sangat dibutuhkan untuk membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Apabila siswa sudah merasa dirinya termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di kelas, maka siswa tersebut akan berkonsentrasi serta memusatkan
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
segenap pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti pembelajaran titrasi asam basa hingga tuntas. Hasil angket untuk indikator durasi kegiatan ternyata menunjukkan kategori cukup baik (56,9%). Indikator durasi kegiatan mengembangkan indikator mengisi waktu selama di kelas. Ketika siswa berada di dalam kelas, mereka mengisi waktu untuk membaca materi titrasi asam basa dan mengerjakan LKS dengan cukup baik. Menurut Mulyono (2011), kegiatan belajar mengajar (tatap muka) mencakup 3 kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Jadi, siswa tidak terus-menerus membaca materi ataupun mengerjakan LKS selama di kelas, melainkan ikut terlibat pula dalam kegiatan-kegiatan lain selama
pembelajaran,
seperti
misalnya
mendengarkan
guru
berbicara,
mengemukakan pendapat dan sanggahan, membantu temannya yang bertanya karena menemui kesulitan, melaksanakan percobaan, dan lain-lain. 2. Frekuensi Kegiatan Untuk observasi, indikator frekuensi kegiatan mengembangkan indikator memberikan respon akademik selama pembelajaran dan memperoleh hasil cukup (53,0%) dengan sebaran siswa hampir setengahnya (38,5%) mengembangkan indikator ini dengan cukup. Untuk angket, indikator frekuensi kegiatan mengembangkan indikator melakukan kegiatan belajar secara rutin dengan hasil yang didapat baik (61,4%). Wlodkowski (2004) berpendapat bahwa bila motivasi belajar telah menjadi suatu kebiasaan, rutinitas, dan prioritas dalam kehidupan siswa, maka belajar siswa akan semakin efektif dan harmonis. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menyimpulkan hasil
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
percobaan, maupun mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran titrasi asam basa berlangsung merupakan bukti adanya suatu kegiatan belajar di kelas. Banyak bakat siswa tidak berkembang dikarenakan tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga-tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil yang maksimal (Sagala, 2011). Membiasakan siswa mendiskusikan suatu pendapat mereka masing-masing dapat memperkuat motivasi yang baik pada diri siswa tersebut (Purwanto, 2006). 3. Persistensi pada tujuan kegiatan Indikator persistensi pada tujuan kegiatan memperoleh kategori baik (74,1%) yang diperoleh dari observasi. Hasil angket juga menunjukkan kategori baik (61,9%). Indikator persistensi pada tujuan kegiatan untuk observasi mengembangkan indikator keterlibatan dalam proses pembelajaran, sedangkan untuk angket indikator ini mengembangkan indikator mencari informasi tentang bahan yang akan dipelajari. Sebagian besar (53,8%) siswa mengembangkan indikator ini dengan baik. Dalam model pembelajaran problem solving, siswa secara langsung melakukan aktivitas selama kegiatan belajar titrasi asam basa dilaksanakan. Diantaranya memperhatikan temannya ketika mengemukakan suatu ide atau pendapat, maupun memberi masukan tentang pendapat yang keliru dari temannya. Memperhatikan atau memberi masukan termasuk sikap (attitude) dalam belajar. Adanya perubahan sikap atau perilaku menunjukkan siswa telah melakukan belajar dan terlibat di dalam pembelajaran tersebut. Sebagaimana yang
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
diungkapkan oleh Uno (2011), bahwa belajar adalah suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri. Siswa harus menyadari betapa pentingnya memberi perhatian ketika harus mengingat sesuatu (Suprijono, 2009). Dimyati dan Mudjiono (2006) mengungkapkan bahwa dengan adanya motivasi belajar yang kuat akan mempunyai kekuatan mental yang mendorong siswa untuk belajar. Apabila siswa sudah memiliki kemauan untuk belajar karena didorong oleh adanya motivasi yang kuat, maka tujuan belajar pasti akan tercapai. Pencarian informasi tentang bahan yang akan dipelajari menunjukkan hasil baik. Artinya dalam diri siswa timbul rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang ia pelajari. Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Siswa merasa sadar akan tujuan yang ingin dicapai, sehingga bertindak untuk mencapai tujuan tersebut. Makmun (2000) menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu. 4. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan Indikator ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan memperoleh kategori cukup (54,2%) dari hasil observasi yang mengembangkan indikator berusaha untuk mengatasi kesulitan belajar. Sebaran siswa hampir setengahnya (35,9%) mengembangkan indikator ini. Untuk angket, indikator ketabahan dan keuletan mengembangkan indikator tabah dan
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
ulet untuk memecahkan permasalahan menunjukkan kategori baik (75,3%). Siswa yang memiliki motivasi tinggi ketika menemukan kesulitan dalam belajarnya, akan segan untuk bertanya pada guru ataupun temannya yang dianggap mampu untuk mengatasi kesulitan yang ia hadapi. Dalam indikator ini, siswa berusaha mengerjakan LKS titrasi asam basa secara mandiri, dan berusaha menjawab pertanyaan yang ada pada artikel permasalahan asam basa yang diberikan. Suatu kesulitan atau hambatan mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini dapat menjadi suatu dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa sehingga tercapai keunggulan dalam bidang tertentu (Sardiman, 2011). Dalam bukunya Uno (2011) pun berpendapat bahwa seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa motivasi untuk belajar seorang anak dapat menjadi penyebab anak tersebut menjadi tekun dan ulet untuk belajar sehingga ia mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. 5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan Indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan mengembangkan indikator pada observasi yaitu pengorbanan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil cukup (56,4%) dan hampir setengahnya (41,0%) siswa mengembangkan indikator ini dengan cukup. Sedangkan untuk angket, indikator yang dikembangkan yaitu melakukan pengorbanan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang memperoleh hasil baik (61,2%). Dalam indikator ini, siswa berusaha membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami isi
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
artikel, membantu teman melakukan percobaan titrasi asam basa, membantu teman mengolah data hasil percobaan titrasi asam basa, hingga memberi solusi pada temannya yang mengalami kesulitan dalam tahap re-evaluasi pemecahan masalah dengan cukup. Tidak semua siswa dapat membantu temannya dengan memberikan solusi dari kesulitan yang dihadapi karena tiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2011) bahwa siswa yang mampu mengerjakan sesuatu sebagai hasil belajar tentulah akibat dari kapabilitasnya (kemampuan tertentu). Menurut Sardiman (2011), fungsi motivasi yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Siswa telah menunjukkan fungsi motivasi seperti yang dikemukakan di atas dengan baik. Siswa merelakan waktunya untuk belajar titrasi asam basa dibandingkan bermain, dan menyisihkan uangnya untuk membeli buku-buku pelajaran kimia dibandingkan membeli buku komik atau barang-barang yang kurang berguna lainnya. 6. Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai Indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai memperoleh kategori baik (65,3%) yang diperoleh dari hasil observasi. Temuan ini didukung dengan hasil angket untuk indikator yang sama ternyata menunjukkan hasil yang baik pula (68,6%). Indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai mengembangkan indikator ketercapaian maksud atau target dari pembelajaran yang dilakukan (untuk observasi), dan untuk angket indikator ini mengembangkan indikator peningkatan wawasan titrasi asam basa. Hampir setengahnya (46,2%) siswa
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
mengembangkan dengan baik. Pada indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai, siswa merencanakan prosedur percobaan dan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan, bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan percobaan, mengemukakan jawaban pengolahan data hasil titrasi, terbentuknya suatu kesimpulan berdasarkan kesepakatan teman sekelompok, dan mengaitkan konsep titrasi asam basa dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Iskandar (2009), dengan memberikan topik yang menarik pada siswa, memberitahu tujuan yang ingin dicapai, memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa, akan membangkitkan motivasi belajar siswa tersebut sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri. Siswa memiliki motivasi untuk mencapai maksud atau target dari pembelajaran yang dilakukan, terbukti dengan pencapaiannya yang menunjukkan kategori baik. Semakin kuat motivasi yang dimiliki siswa untuk belajar, maka wawasan ilmunya pun akan semakin meningkat, dan bukan tidak mungkin bisa menumbuhkan keinginan untuk melanjutkan studi terkait dengan bidang kimia. Sardiman (2011) mengatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu, dan satu-satunya jalan untuk menggapai tujuan yang ingin dicapai ialah belajar. 7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai Indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai mengembangkan indikator tingkat kepuasan hasil belajar untuk observasi yang mendapat hasil cukup (55,6%) dengan sebaran hampir setengahnya (33,3%) siswa mengembangkan indikator ini. Untuk angket, indikator tingkatan kualifikasi
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
prestasi atau produk yang dicapai mengembangkan indikator mencari informasi lebih lanjut untuk memuaskan rasa ingin tahu mendapat hasil yang baik (69,4%). Pada indikator ini, siswa dituntut untuk percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat di setiap tahap problem solving. Setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan untuk percaya pada diri sendiri, memiliki rasa kebebasan, dan kreativitas (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Suprijono (2009) mengungkapkan konsep self efficacy terkait dengan keyakinan atau kepercayaan diri bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Menurut Iskandar (2009), hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar diantaranya adalah dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut pada diri siswa. Jadi apabila guru berhasil menghilangkan rasa takut pada siswa, maka siswa akan selalu merasa percaya diri dalam bersikap. Hasil angket ditemukan bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yang baik dalam belajar titrasi asam basa. Menurut Sardiman (2011), rasa ingin tahu dan eksistensi diri dapat mendorong motivasi siswa untuk belajar. Terbukti dari terdapatnya banyak buku kimia di atas meja siswa, dan ada beberapa siswa yang meminta percobaannya diulang karena kurang puas pada hasil percobaan. Menurut hukum belajar Thorndike, sesuatu yang menimbulkan rasa senang cenderung untuk diulang. Pengulangan ini penting untuk mengukuhkan hal-hal yang telah dipelajari (Djaali, 2008). Siswa harus menyadari pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan kebutuhan dirinya agar memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai modal hidupnya kelak jika telah dewasa (Sagala, 2011).
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan Indikator arah sikap terhadap sasaran kegiatan pada format observasi mengembangkan indikator menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan memperoleh hasil yang cukup (49,2%) dengan sebaran siswa sebagian besar (74,4%) mengembangkan indikator ini. Pada angket, indikator arah sikap terhadap sasaran kegiatan mengembangkan indikator menyenangi pembelajaran yang dilakukan dan memperoleh persentase tertinggi dengan hasil yang baik (77,2%). Dari hasil ini dapat dilihat walaupun indikator yang dikembangkan sama, namun deskriptor observasi dan item-item pada angket berbeda. Pada observasi, menyenangi pembelajaran yang dilakukan ditandai dengan mencatat semua yang telah dikemukakan di kelas dimulai dari tahap penjabaran masalah hingga tahap konsolidasi pengetahuan dalam model problem solving. Mencatat adalah suatu kegiatan yang dapat diamati. Sedangkan pada angket, indikator ini diukur dengan item merasa senang mengerjakan LKS titrasi asam basa bersama teman, dan item merasa senang melakukan percobaan titrasi asam basa. Menurut Sardiman (2011), motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Apabila siswa merasa senang untuk belajar, salah satu usaha yang dapat ia lakukan adalah mencatat pembelajaran, baik dengan atau tanpa diinstruksikan oleh guru. Dari penelitian ini diketahui hanya beberapa siswa saja yang sadar akan pentingnya mencatat, sehingga hasil yang didapat hanya memperoleh kategori cukup. Salah satu cara belajar yang baik secara umum diantaranya siswa mampu membuat berbagai catatan yaitu selalu mencatat
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
pelajaran dan tertib dalam membuat catatan (Sagala, 2011). Cara belajar yang baik tentu harus mampu mengatasi kesulitan belajar. Teknik mengatasi kesulitan siswa antara lain menetapkan target dan tujuan belajar yang jelas, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan suasana belajar yang sehat dan kompetitif, menyelenggarakan program remedial, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses (Sagala, 2011). Menurut Sukmadinata (2007), sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap sesuatu. Siswa merasa senang ketika mengerjakan LKS titrasi asam basa bersama teman sekelompoknya dan ketika melakukan percobaan titrasi asam basa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban angket yang menunjukkan kategori baik. Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu (Uno, 2011). Dari hasil penelitian yang dijaring melalui observasi, didapat persentase nilai dengan kategori sangat baik, baik, dan cukup untuk kedelapan indikator motivasi. Indikator durasi kegiatan memperoleh kategori sangat baik dengan persentase tertinggi. Kategori baik adalah indikator persistensi pada tujuan kegiatan dan indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai. Kategori cukup adalah indikator frekuensi kegiatan, indikator ketabahan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya, serta indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. Hasil jawaban angket motivasi belajar siswa didapat kategori baik dan cukup.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
Yang termasuk kategori baik adalah indikator frekuensi kegiatan, persistensi pada tujuan kegiatan, ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasi yang hendak dicapai, tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai, serta arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. Sedangkan kategori cukup adalah indikator durasi kegiatan. Indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan memperoleh persentase paling tinggi. Rata-rata hasil observasi dan angket motivasi belajar menunjukkan hasil yang baik. Data dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Motivasi Belajar Siswa Hasil Observasi dan Angket Data Observasi Data Angket No Indikator Motivasi Belajar % Kategori % Kategori 81,1 Sangat 56,9 Cukup 1. Durasi kegiatan baik 53,0 Cukup 61,4 Baik 2. Frekuensi kegiatan 74,1 Baik 61,9 Baik 3. Persistensi pada tujuan kegiatan. keuletan dan 4. Ketabahan, kemampuan dalam menghadapi 54,2 Cukup 75,3 Baik rintangan Cukup 61,2 Baik 5. Devosi dan pengorbanan untuk 56,4 mencapai tujuan Baik 68,6 Baik 6. Tingkatan aspirasi yang hendak 65,3 dicapai Cukup 69,4 Baik 7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau 55,6 produk yang dicapai Cukup 77,2 Baik 8. Arah sikapnya terhadap sasaran 49,2 kegiatan 61,1 Baik 66,5 Baik Rata-rata
Perbandingan persentase motivasi belajar siswa hasil observasi dan angket pada setiap indikator motivasi belajar dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
90 80 70 60 50 Nilai (%)
Data observasi Data angket
40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Indikator Motivasi Belajar
Gambar 4.1 Persentase Nilai Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Observasi dan Angket Keterangan: Indikator 1: Durasi kegiatan Indikator 2: Frekuensi kegiatan Indikator 3: Persistensi pada tujuan kegiatan. Indikator 4: Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan Indikator 5: Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan. Indikator 6: Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai Indikator 7: Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai Indikator 8: Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan Dari tabel 4.4 di atas, diketahui perbandingan nilai motivasi belajar siswa mendapat rata-rata persentase tidak jauh berbeda, yaitu 61,1% untuk hasil observasi, dan 66,5% untuk hasil angket. Untuk indikator durasi kegiatan dan persistensi pada tujuan kegiatan, persentase tertinggi dicapai dengan observasi. Sedangkan indikator frekuensi kegiatan, ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan, devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasi yang hendak dicapai, tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai, dan arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan, persentase tertinggi dicapai dengan menggunakan angket motivasi belajar. Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
B. Profil Motivasi Belajar Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen Profil motivasi belajar secara umum diketahui dari siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah yang dibagi berdasarkan rata-rata hasil dua kali ulangan di semester genap. Berdasarkan data hasil observasi dapat diketahui bahwa siswa kelompok tinggi, siswa kelompok sedang, dan siswa kelompok rendah telah mengembangkan indikator motivasi belajar dengan kategori baik dan cukup. Secara rinci data persentase nilai motivasi beserta kategorinya dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Persentase Nilai Observasi Setiap Indikator Motivasi Belajar tiap Kelompok Siswa Persentase Nilai / Indikator Motivasi Kategori Nilai Kelompok Siswa No. Belajar Siswa Tinggi Sedang Rendah 89,3/ 81,1/ Durasi Kegiatan 76,5/ 1 Sangat Sangat Baik Baik Baik 68,0/ 52,6/ 45,8/ 2 Frekuensi Kegiatan Baik Cukup Cukup 81,5/ Persistensi pada Tujuan 75,1/ 67,2/ 3 Sangat Kegiatan Baik Baik Baik Ketabahan, Keuletan dan 65,0/ 54,2/ 48,3/ 4 Kemampuannya dalam Baik Cukup Cukup Menghadapi Kesulitan Devosi dan Pengorbanan 78,0/ 56,2/ 45,0/ 5 untuk Mencapai Tujuan Baik Cukup Cukup Tingkatan Aspirasi yang 78,0/ 66,5/ 54,8/ 6 Hendak Dicapai Baik Baik Cukup Tingkatan Kualifikasi 82,3/ 54,5/ 43,8/ 7 Prestasi atau Produk atau Sangat Cukup Cukup Output yang Dicapai Baik Arah Sikapnya Terhadap 55,0/ 50,0/ 43,6/ 8 Sasaran Kegiatan Cukup Cukup Cukup 74,6/ 61,3/ 53,1/ Rata-rata Baik Baik Cukup Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
Persentase rata-rata untuk kelompok tinggi pada seluruh indikator motivasi belajar adalah sebesar 74,6% dengan kategori baik. Kelompok sedang memperoleh persentase nilai 61,3% dengan kategori baik. Kelompok rendah memperoleh nilai 53,1% dengan kategori cukup. Setelah diperoleh data motivasi belajar siswa secara keseluruhan menggunakan observasi di kelas, kemudian diperoleh persentase kedelapan indikator yang diukur melalui angket. Tabel 4.6 menunjukkan persentase motivasi belajar siswa kelompok tinggi, siswa kelompok sedang, dan siswa kelompok rendah pada kedelapan indikator motivasi belajar yang diukur dengan angket. Tabel 4.6 Persentase Nilai Angket Motivasi Belajar tiap Kelompok Siswa pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Persentase Nilai/ Indikator Motivasi Kategori Nilai Kelompok Siswa No. Belajar Siswa Tinggi Sedang Rendah 1 Durasi Kegiatan 57,5/ 57,5/ 54,9/ Cukup Cukup Cukup 2 Frekuensi Kegiatan 66,3/ 61,3/ 59,0/ Baik Baik Cukup 3 Persistensi pada Tujuan 67,5/ 60,0/ 63,9/ Kegiatan Baik Cukup Baik 4 Ketabahan, Keuletan dan 81,3/ 75,0/ 72,9/ Kemampuannya dalam Sangat Baik Baik Baik Menghadapi Kesulitan 5 Devosi dan Pengorbanan 70,0/ 58,5/ 63,9/ untuk Mencapai Tujuan Baik Cukup Baik 6 Tingkatan Aspirasi yang 70,0/ 67,3/ 71,5/ Hendak Dicapai Baik Baik Baik 7 Tingkatan Kualifikasi 67,5/ 69,5/ 70,1/ Prestasi atau Produk atau Baik Baik Baik Output yang Dicapai 8 Arah Sikapnya Terhadap 76,3/ 76,5/ 79,9/ Sasaran Kegiatan Baik Baik Baik 69,5/ 65,7/ 67,0/ Rata-rata Baik Baik Baik
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
Persentase nilai motivasi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah berturut-turut adalah 69,5%, 65,7%, dan 67,0%. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa semua kelompok telah mengembangkan indikator motivasi belajar dengan baik. Hal ini secara umum ditunjukkan dengan pencapaian motivasi belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata di atas 50%. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa motivasi siswa kelompok tinggi dan kelompok sedang mendapat kategori baik, sedangkan kelompok rendah mendapat kategori cukup. Hasil angket menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa seluruh kelompok mendapat kategori baik. Persentase motivasi belajar siswa kelompok tinggi lebih besar dari kelompok sedang dan kelompok rendah yang dijaring dengan observasi dan angket. Artinya siswa kelompok tinggi memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dibandingkan dengan siswa kelompok sedang maupun siswa kelompok rendah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djaali (2008), bahwasannya motivasi berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian. Motivasi adalah suatu dorongan yang terdapat pada diri siswa yang selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka dewasa (Djaali, 2008). Senada dengan pendapat Sukmadinata (2009) yang mengatakan bahwa salah satu ciri perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi adalah mempunyai motivasi yang tinggi. Perilaku cerdas selalu didorong oleh motivasi yang kuat baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar dirinya.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
C. Profil Motivasi Belajar Siswa Untuk Tiap Tahap Pembelajaran Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen Pada subbab ini dibahas mengenai indikator motivasi belajar apa yang paling dikembangkan untuk tiap tahapan problem solving berbasis eksperimen menurut Mothes. Tahap pembelajaran tersebut terdiri dari tahap motivasi, tahap penjabaran masalah, tahap penyusunan opini, tahap perencanaan dan konstruksi, tahap percobaan, tahap kesimpulan, tahap abstraksi, tahap re-evaluasi pemecahan masalah, dan tahap konsolidasi pengetahuan. Hanya hasil dari observasi saja yang dapat menjawab rumusan masalah yang dibahas pada subbab ini. Perbedaan jumlah deskriptor yang diamati dalam tiap tahapan problem solving tergantung dari alokasi waktu yang tersedia untuk pelaksanaannya. 1. Tahap Motivasi Di tahap pertama dalam pembelajaran problem solving menurut Mothes ini terdapat tiga deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi membaca artikel yang diberikan, bertanya pada guru tentang ketidakjelasan isi artikel, dan membantu teman yang kesulitan memahami isi artikel. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan (indikator 4), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan (indikator 5). Secara rinci persentase nilai dan kategorinya untuk tahap motivasi dijelaskan pada tabel 4.7 di bawah.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Tabel 4.7. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Motivasi dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi membaca artikel permasalahan mengenai asam basa yang 76,4 Baik diberikan (indikator 1) 2. Bertanya pada guru tentang ketidakjelasan isi 35,4 Kurang artikel (indikator 4) 3. Membantu teman yang kesulitan memahami 52,3 Cukup isi artikel (indikator 5) 54,7 Cukup Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.7, deskriptor berkonsentrasi membaca artikel yang diberikan dikembangkan dengan baik oleh siswa dengan persentase sebesar 76,4%. Artinya, indikator durasi kegiatan paling banyak dikembangkan oleh siswa di kelas dengan persentase tertinggi untuk tahap motivasi. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap motivasi adalah sebesar 54,7%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap motivasi dengan cukup. Sardiman (2011) berpendapat, hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil pula pelajaran itu. Tahap motivasi merupakan tahap pertama dalam pembelajaran menggunakan model problem solving yang bertujuan menuntun, membangkitkan rasa ingin tahu, menyiapkan kesediaan dan meningkatkan antusiasme siswa dalam menghadapi pembelajaran (Rosbiono, 2007). Kondisi individu pada awal pembelajaran akan mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya keadaan sikap dan kesiapan untuk memulai pembelajaran (Surya, 2004). Pada tahap ini siswa dibagikan artikel permasalahan yang menyangkut asam basa dalam kehidupan sehari-hari, dan hasilnya siswa termotivasi dengan cukup (54,7%) untuk mempelajari lebih lanjut karena merasa tidak asing dengan isi artikel tersebut. Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
2. Tahap Penjabaran Masalah Di tahap kedua dalam pembelajaran problem solving terdapat lima deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama merumuskan pertanyaan, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi artikel, memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh temannya berkaitan dengan isi artikel, percaya diri dalam mengajukan pertanyaan, mencatat setiap pertanyaan yang diajukan. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor kelima termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap penjabaran masalah dijelaskan pada tabel 4.8 di bawah. Tabel 4.8. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Penjabaran Masalah dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama merumuskan 74,9 Baik pertanyaan terkait artikel (indikator 1) 2. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan 50,8 Cukup dengan isi artikel asam basa (indikator 2) 3. Memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh temannya berkaitan dengan isi artikel 72,8 Baik (indikator 3) 4. Percaya diri dalam mengajukan pertanyaan 54,9 Cukup pada tahap penjabaran masalah (indikator 7) 5. Mencatat setiap pertanyaan yang diajukan 50,3 Cukup pada tahap penjabaran masalah (indikator 8) 60,7 Baik Rata-rata
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Berdasarkan data pada tabel 4.8, deskriptor berkonsentrasi selama merumuskan pertanyaan terkait artikel dikembangkan dengan baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 74,9%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa pada tahap penjabaran masalah, indikator yang paling banyak dikembangkan adalah indikator durasi kegiatan (indikator 1). Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap penjabaran masalah adalah sebesar 60,7%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap penjabaran masalah dengan baik. Sardiman (2011) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Apabila pikiran siswa sudah terpusat untuk melakukan kegiatan belajar, maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Tujuan tahap kedua dari model problem solving ini adalah memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas (Rosbiono, 2007). Dalam tahap penjabaran masalah ini siswa dituntut untuk membuat pertanyaan dari artikel yang telah dibagikan dan mengajukan pertanyaan tersebut. Siswa tidak mungkin dapat membuat pertanyaan apalagi mengajukan pertanyaan tersebut apabila pikirannya tidak terfokus pada pembelajaran. Dalam model belajar ini dilakukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan model belajar problem solving ini kemampuan penalaran anak akan berkembang (Sagala, 2011). 3. Tahap Penyusunan Opini Di tahap ketiga dalam pembelajaran problem solving terdapat enam deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap penyusunan opini,
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan artikel, memperhatikan pendapat yang dikemukakan temannya, memberi masukan tentang pendapat yang keliru dari temannya, percaya diri dalam mengemukakan pendapat, mencatat pendapat yang dikemukakan. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2), deskriptor ketiga dan deskriptor keempat termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor kelima termasuk dalam indikator tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor keenam termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap penyusunan opini dijelaskan pada tabel 4.9 di bawah. Tabel 4.9. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Penyusunan Opini dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap penyusunan 77,4 Baik opini (indikator 1) 2. Mengemukakan pendapat yang berkaitan 43,1 Cukup dengan artikel (indikator 2) 3. Memperhatikan pendapat yang dikemukakan 73,3 Baik temannya (indikator 3) 4. Memberi masukan tentang pendapat yang 43,1 Cukup keliru dari temannya (indikator 3) 5. Percaya diri dalam mengemukakan pendapat 46,2 Cukup (indikator 7) 6. Mencatat pendapat yang dikemukakan dalam 36,4 Kurang tahap penyusunan opini (indikator 8) 53,3 Cukup Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.9, deskriptor berkonsentrasi selama tahap penyusunan opini dikembangkan dengan baik oleh siswa dengan persentase nilai
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
tertinggi yaitu sebesar 77,4%. Pada tahap ini diketahui indikator yang paling banyak dikembangkan oleh siswa adalah indikator durasi kegiatan (indikator 1). Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap penyusunan opini adalah sebesar 53,3%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap penyusunan opini dengan cukup. Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman (2011) adalah tekun menghadapi tugas. Siswa yang tekun dapat belajar terus menerus dalam waktu yang lama, dan tidak berhenti sebelum selesai. Dalam hal ini berarti durasi memegang peran penting dalam kuat atau lemahnya motivasi yang dimiliki individu. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mengajukan pendapat atau ide-ide dari pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap penjabaran masalah. Menurut Rosbiono (2007), pada langkah ini para siswa berkesempatan menyatakan daya hayal, kreativitas, cara berpikir dan intuisi. Para siswa mencari keterangan dan interpretasi dengan berbagai kemungkinan. 4. Tahap Perencanaan dan Konstruksi Di tahap keempat dalam pembelajaran problem solving terdapat tujuh deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap perencanaan dan konstruksi, memperhatikan pendapat yang diajukan temannya, bertanya pada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas, merencanakan prosedur percobaan secara mandiri, merencanakan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan untuk percobaan, percaya diri dalam mengemukakan pendapat, mencatat pendapatpendapat yang telah tersusun untuk melakukan percobaan. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
(indikator 3), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan (indikator 4), deskriptor keempat dan deskriptor kelima termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai (indikator 6), deskriptor keenam termasuk dalam indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor ketujuh termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap perencanaan dan konstruksi dijelaskan pada tabel 4.10 di bawah. Tabel 4.10. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Perencanaan dan Konstruksi dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap perencanaan dan 81,5 Sangat Baik konstruksi (indikator 1) 2. Memperhatikan pendapat yang diajukan 74,9 Baik temannya (indikator 3) 3. Bertanya pada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas dalam merencanakan percobaan 41,5 Cukup titrasi asam basa (indikator 4) 4. Merencanakan prosedur percobaan titrasi 62,1 Baik asam basa secara mandiri (indikator 6) 5. Merencanakan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan untuk percobaan 51,3 Cukup (indikator 6) 6. Percaya diri dalam mengemukakan pendapat pada tahap perencanaaan dan konstruksi 60,5 Baik (indikator 7) 7. Mencatat pendapat-pendapat yang telah tersusun untuk melakukan percobaan 29,7 Kurang (indikator 8) 57,4 Cukup Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.10, deskriptor berkonsentrasi selama tahap perencanaan dan konstruksi dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 81,5%. Artinya, indikator yang paling
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
banyak dikembangkan untuk tahap perencanaan dan konstruksi adalah indikator durasi kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi yang besar terhadap suatu aktivitas, akan lebih banyak memberikan perhatiannya dibandingkan siswa yang rendah motivasinya (Surya, 2004). Artinya, dalam tahap ini siswa berkonsentrasi secara penuh dan memberikan perhatiannya untuk merencanakan prosedur percobaan, merencanakan indikator titrasi asam basa yang akan digunakan, memperhatikan, bertanya, dan mencatat. Tujuan langkah ini adalah merencanakan dan
mengkonstruksi
suatu
perangkat
percobaan
yang
berfungsi,
yang
memungkinkan dapat memverifikasi atau menolak hipotesis, dan penentuan keterkaitan antara parameter-parameter yang relevan (Rosbiono, 2007). Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap perencanaan dan konstruksi adalah sebesar 57,4%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap perencanaan dan konstruksi dengan cukup. 5. Tahap Percobaan Di tahap kelima dalam pembelajaran problem solving terdapat sembilan deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap percobaan, bertanya pada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas, bertanya pada teman apabila kurang paham tentang percobaan yang dilakukan, membantu teman yang kesulitan dalam melakukan percobaan, membantu teman yang kesulitan dalam mengolah data hasil titrasi, bekerjasama dalam kelompok untuk melakukan percobaan, mengemukakan jawaban pengolahan data hasil titrasi, melaksanakan kegiatan percobaan dengan sungguh-sungguh, mencatat hasil percobaan pada LKS yang tersedia.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua dan ketiga termasuk dalam indikator ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan (indikator 4), deskriptor keempat dan kelima termasuk dalam indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan (indikator 5), deskriptor keenam dan ketujuh termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai (indikator 6), deskriptor kedelapan dan kesembilan termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap percobaan dijelaskan pada tabel 4.11 di bawah. Tabel 4.11. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Percobaan dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap percobaan titrasi 83,6 Sangat Baik asam basa (indikator 1) 2. Bertanya pada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas selama kegiatan percobaan 62,6 Baik berlangsung (indikator 4) 3. Bertanya pada teman apabila kurang paham 77,4 Baik tentang percobaan yang dilakukan (indikator 4) 4. Membantu teman yang kesulitan dalam melakukan percobaan titrasi asam basa 69,2 Baik (indikator 5) 5. Membantu teman yang kesulitan dalam 59,0 Cukup mengolah data hasil titrasi (indikator 5) 6. Bekerjasama dalam kelompok untuk 86,7 Sangat Baik melakukan percobaan (indikator 6) 7. Mengemukakan jawaban pengolahan data 57,4 Cukup hasil titrasi (indikator 6) 8. Melaksanakan kegiatan percobaan dengan 90,3 Sangat Baik sungguh-sungguh (indikator 8) 9. Mencatat hasil percobaan pada LKS yang 96,4 Sangat Baik tersedia (indikator 8) 75,8 Baik Rata-rata
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
Berdasarkan data pada tabel 4.11, deskriptor mencatat hasil percobaan pada LKS yang tersedia dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 96,4%. Dari hasil ini diketahui indikator yang paling banyak dikembangkan adalah indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Hasil ini didukung oleh temuan pada jawaban angket siswa untuk item merasa senang mengerjakan LKS titrasi asam basa bersama teman (item nomor 12 untuk indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan) yang mendapat persentase nilai paling tinggi untuk hasil angket (lampiran C.3). Contoh motivasi intrinsik adalah kesadaran siswa agar belajar sungguh-sungguh untuk meraih kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang (Sagala, 2011). Dimyati dan Mudjiono (2006) pun menambahkan arti pentingnya motivasi yang salah satunya adalah untuk membesarkan semangat belajar peserta didik. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap percobaan adalah sebesar 75,8%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap percobaan dengan baik. Pada tahap percobaan, siswa melakukan percobaan titrasi asam basa berdasarkan permasalahan pada artikel yang telah siswa terima di awal pembelajaran. Kemudian siswa mencatat hasil percobaan pada LKS dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
ada
pada
LKS.
Sagala
(2011)
mengungkapkan informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali, praktek, dan elaborasi. Menurut Purwanto (2006), teori motivasi salah satunya adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. 6. Tahap Kesimpulan Di tahap keenam dalam pembelajaran problem solving terdapat lima deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap kesimpulan, menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan, memperhatikan kesimpulan yang dibuat oleh temannya, terbentuknya suatu kesimpulan berdasarkan kesepakatan teman sekelompok, dan percaya diri dalam membuat kesimpulan hasil percobaan. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai (indikator 6), dan deskriptor kelima termasuk dalam indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap kesimpulan dijelaskan pada tabel 4.12 di bawah. Tabel 4.12. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Kesimpulan dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap kesimpulan 75,4 Baik (indikator 1) 2. Menyimpulkan hasil percobaan titrasi asam 70,8 Baik basa yang telah dilakukan (indikator 2) 3. Memperhatikan kesimpulan yang dibuat 86,7 Sangat Baik temannya (indikator 3) 4. Terbentuknya suatu kesimpulan berdasarkan 68,2 Baik kesepakatan teman sekelompok (indikator 6) 5. Percaya diri dalam membuat kesimpulan 56,9 Cukup Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
hasil percobaan titrasi asam basa (indikator 7) Rata-rata
71,6
Baik
Berdasarkan data pada tabel 4.12, deskriptor memperhatikan kesimpulan yang dibuat temannya dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 86,7%. Dari hasil yang didapat pada tahap kesimpulan, berarti indikator yang paling banyak dikembangkan ialah indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3). Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan saja tidak cukup jika proses pembelajaran tidak efektif sesuai tujuan yang diharapkan (Depdiknas, 2008). Jadi dapat diketahui siswa merasa tertarik untuk memperhatikan ketika ada temannya yang membuat kesimpulan dari hasil percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan. Tanpa mencapai kesimpulan, semua pengamatan dan pernyataan tidak mempunyai manfaat untuk kemajuan pengetahuan (Rosbiono, 2007). Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap kesimpulan adalah sebesar 71,6%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap kesimpulan dengan baik. 7. Tahap Abstraksi Di tahap ketujuh dalam pembelajaran problem solving terdapat lima deskriptor
yang
mengemukakan
diamati, pendapat
yaitu dalam
berkonsentrasi
selama
mengintisarikan
tahap
titrasi
abstraksi,
asam
basa,
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
memperhatikan pengintisarian yang dikemukakan temannya, percaya diri dalam mengintisarikan titrasi asam basa, mencatat hasil pengintisarian yang telah dikemukakan di kelas. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor kelima termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap abstraksi dijelaskan pada tabel 4.13 di bawah. Tabel 4.13. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Abstraksi dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap abstraksi 82,1 Sangat Baik (indikator 1) 2. Mengemukakan pendapat dalam 51,3 Cukup mengintisarikan titrasi asam basa (indikator 2) 3. Memperhatikan pengintisarian yang 82,1 Sangat Baik dikemukakan temannya (indikator 3) 4. Percaya diri dalam mengintisarikan titrasi asam 54,4 Cukup basa (indikator 7) 5. Mencatat hasil pengintisarian yang telah 29,2 Kurang dikemukakan di kelas (indikator 8) 59,8 Cukup Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.13, deskriptor berkonsentrasi selama tahap abstraksi dan deskriptor memperhatikan pengintisarian yang dikemukakan temannya dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 82,1%. Artinya, indikator durasi kegiatan dan persistensi
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
pada tujuan kegiatan sama-sama paling banyak dikembangkan oleh siswa pada tahap ini. Mc Donald berpendapat bahwa motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2011). Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai seorang siswa dalam belajarnya, maka motivasi dirinya pun kuat untuk mencapai tujuan tersebut. Nasution (2010) mengatakan bahwa menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dalam tahap ini siswa betul-betul menggunakan waktunya untuk berkonsentrasi dan memberi perhatian dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan tercapai. Menurut Rosbiono (2007), tahap abstraksi bertujuan mengintisarikan hasil ilmiah yang sah. Dengan kata lain, tahap abstraksi adalah tahap penggeneralisasian dari yang khusus ke yang umum. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap abstraksi adalah sebesar 59,8%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap abstraksi dengan cukup. 8. Tahap Re-evaluasi Pemecahan Masalah Di tahap kedelapan dalam pembelajaran problem solving terdapat enam deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap re-evaluasi, mengemukakan
kendala/kesulitan
yang
dihadapi
selama
pembelajaran
berlangsung, memperhatikan temannya yang mengemukakan kesulitannya selama pembelajaran, memberi solusi pada temannya yang mengalami kesulitan, percaya diri dalam mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dialami, mencatat solusi dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator frekuensi kegiatan (indikator 2), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor keempat termasuk dalam indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan (indikator 5), deskriptor kelima termasuk dalam indikator tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor keenam termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap re-evaluasi dijelaskan pada tabel 4.14 di bawah. Tabel 4.14. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Re-evaluasi dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap re-evaluasi 89,7 Sangat Baik (indikator 1) 2. Mengemukakan kendala/ kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran titrasi asam 49,2 Cukup basa berlangsung (indikator 2) 3. Memperhatikan temannya yang mengemukakan kesulitannya selama 81,5 Sangat Baik pembelajaran (indikator 3) 4. Memberi solusi pada temannya yang mengalami kesulitan dalam tahap re-evaluasi 45,1 Cukup pemecahan masalah (indikator 5) 5. Percaya diri dalam mengemukakan kesulitan58,5 Cukup kesulitan yang dialami (indikator 7) 6. Mencatat solusi dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung 29,2 Kurang (indikator 8) 58,9 Cukup Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.14, deskriptor berkonsentrasi selama tahap re-evaluasi dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 89,7%. Artinya, indikator durasi kegiatan paling banyak
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
dikembangkan selama tahap re-evaluasi berlangsung dengan kategori sangat baik.. Menurut Sukmadinata (2009), makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar motivasinya, dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Motivasi siswa untuk dapat menggapai tujuan dalam tahap re-evaluasi sangat besar, terbukti dengan kuatnya siswa berkonsentrasi selama tahap ini dengan sangat baik. Tahap re-evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi keseluruhan hasil selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya mengemukakan kesulitankesulitan yang siswa alami mulai dari membaca artikel permasalahan asam basa yang diberikan hingga mengintisarikan konsep titrasi asam basa. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap re-evaluasi pemecahan masalah adalah sebesar 58,9%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap re-evaluasi dengan cukup. 9. Tahap Konsolidasi Pengetahuan Di tahap terakhir dalam pembelajaran problem solving terdapat lima deskriptor yang diamati, yaitu berkonsentrasi selama tahap konsolidasi pengetahuan, memperhatikan pendapat yang diajukan oleh temannya, mengaitkan konsep titrasi asam basa dengan kehidupan sehari-hari, percaya diri dalam mengajukan pendapat, dan mencatat aplikasi titrasi asam basa yang telah dikemukakan. Deskriptor pertama termasuk dalam indikator durasi kegiatan (indikator 1), deskriptor kedua termasuk dalam indikator persistensi pada tujuan kegiatan (indikator 3), deskriptor ketiga termasuk dalam indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai (indikator 6), deskriptor keempat termasuk dalam indikator
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai (indikator 7), dan deskriptor kelima termasuk dalam indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (indikator 8). Secara rinci persentase nilai beserta kategorinya untuk tahap konsolidasi pengetahuan dijelaskan pada tabel 4.15 di bawah. Tabel 4.15. Persentase Nilai dan Kategori pada Tahap Konsolidasi Pengetahuan dalam Model Problem Solving No. Deskriptor Nilai (%) Kategori 1. Berkonsentrasi selama tahap konsolidasi 88,7 Sangat Baik pengetahuan (indikator 1) 2. Memperhatikan pendapat yang diajukan temannya untuk mengaplikasikan asam basa 78,5 Baik dalam kehidupan sehari-hari (indikator 3) 3. Mengaitkan konsep titrasi asam basa dengan 66,2 Baik kehidupan sehari-hari (indikator 6) 4. Percaya diri dalam mengajukan pendapat pada 57,9 Cukup tahap konsolidasi pengetahuan (indikator 7) 5. Mencatat aplikasi titrasi asam basa yang telah 31,8 Kurang dikemukakan (indikator 8) 64,6 Baik Rata-rata
Berdasarkan data pada tabel 4.15, deskriptor berkonsentrasi selama tahap konsolidasi pengetahuan dikembangkan dengan sangat baik oleh siswa dengan persentase nilai tertinggi yaitu sebesar 88,7%. Berarti indikator durasi kegiatan paling banyak dikembangkan selama tahap konsolidasi dilaksanakan. Pada tahap ini bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan terintegrasi dan terinternalisasinya pengetahuan itu ke dalam struktur pengetahuan siswa yang sudah ada (Rosbiono, 2007). Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan jika mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya (Trianto, 2010). Dalam tahap ini siswa merasa pentingnya aplikasi atau penerapan konsep titrasi asam basa yang telah ia pelajari ke dalam kehidupan Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
sehari-hari. Menurut Wena (2009), kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya. Oleh karenanya siswa berkonsentrasi dengan sangat baik agar ia mampu menerapkan konsep titrasi asam basa ke kehidupan sehari-hari. Rata-rata pencapaian nilai persentase untuk tahap konsolidasi pengetahuan adalah sebesar 64,6%. Siswa mengembangkan setiap deskriptor selama tahap konsolidasi pengetahuan dengan baik. Jadi, indikator motivasi belajar yang paling berkembang pada tahap motivasi, tahap penjabaran masalah, tahap penyusunan opini, tahap perencanaan dan konstruksi, tahap re-evaluasi pemecahan masalah, dan tahap konsolidasi pengetahuan adalah durasi kegiatan; tahap percobaan adalah indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan; tahap kesimpulan adalah indikator persistensi pada tujuan kegiatan; tahap abstraksi adalah durasi kegiatan dan persistensi pada tujuan kegiatan.
D. Profil Motivasi Belajar Siswa untuk Seluruh Tahap Pembelajaran Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen Motivasi belajar menurut Makmun (2000) terdiri dari delapan indikator yang dapat diukur. Sementara model problem solving berbasis eksperimen menurut Mothes terdiri dari sembilan tahap pembelajaran yang harus ditempuh siswa. Tabel 4.16 menunjukkan hubungan antara tahapan pembelajaran menggunakan problem solving dengan indikator-indikator motivasi belajar. Dalam tabel 4.16 akan diketahui indikator mana yang paling banyak dikembangkan untuk seluruh tahap problem solving berdasarkan persentase nilai yang sudah diperoleh dari hasil observasi. Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
Tabel 4.16. Nilai Motivasi Belajar Siswa per Indikator Motivasi Belajar dalam Tiap Tahap Problem Solving (%) Indikator Tahap PS Motivasi Penjabaran Masalah Penyusunan Opini Perencanaan dan Konstruksi Percobaan Kesimpulan Abstraksi Re-evaluasi
Pencapaian Hasil Motivasi (%) 1
2
3
76,4
4
5
35,4
52,3
6
7
8
74,9
50,8
72,8
54,9
50,3
77,4
43,1
73,3 43,1
46,2
36,4
60,5
29,7
81,5
74,9
62,6 77,4
83,6 75,4
70,8
86,7
82,1
51,3
82,1
89,7
49,2
81,5
Konsolidasi Pengetahuan
88,7
Rata-rata Pencapaian
81,1
41,5 69,2 59,0
68,2
74,1
54,2
56,4
90,3 96,4 56,9 54,4
29,2
58,5
29,2
66,2
57,9
31,8
65,3
55,6
49,2
45,1
78,5 53,0
62,1 51,3 86,7 57,4
Keterangan: Indikator 1: Durasi kegiatan Indikator 2: Frekuensi kegiatan Indikator 3: Persistensi pada tujuan kegiatan. Indikator 4: Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan Indikator 5: Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan. Indikator 6: Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai Indikator 7:Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai Indikator 8: Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan Berdasarkan perolehan yang telah disajikan pada tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa indikator durasi kegiatan tersebar di seluruh tahap problem solving. Indikator frekuensi kegiatan dan keenam indikator motivasi lainnya tidak
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
semua ada dalam sembilan tahap problem solving secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan adanya pertimbangan terhadap alokasi waktu yang berbeda-beda untuk tiap tahap problem solving (lampiran A.1). Indikator persistensi, indikator ketabahan keuletan dalam menghadapi rintangan, indikator devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, indikator tingkatan aspirasi yang hendak dicapai, dan indikator arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan memiliki dua deskriptor dalam satu tahapan problem solving tertentu. Indikator durasi kegiatan memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 81,1% dengan kategori sangat baik. Artinya, indikator durasi kegiatan paling banyak berkembang untuk seluruh tahap problem solving. Didukung oleh temuan pada subbab C yang menunjukkan bahwa dari sembilan tahapan problem solving, tujuh diantaranya paling banyak mengembangkan indikator durasi kegiatan dengan persentase nilai paling tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan temuan pada subbab A. Menurut Sardiman (2011), siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang cukup lama. Senada dengan yang diungkapkan Suprijono (2009) bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Kegiatan belajar titrasi asam basa dengan menggunakan model problem solving berbasis eksperimen dapat memotivasi siswa secara kuat sehingga mereka mampu belajar dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
Jadi, berdasarkan hasil observasi didapat indikator yang paling banyak dikembangkan untuk seluruh tahapan problem solving adalah indikator durasi kegiatan karena indikator ini tersebar di seluruh pembelajaran titrasi asam basa menggunakan model problem solving dengan persentase tertinggi dan memperoleh kategori sangat baik.
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu