BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Pembiayaan bermasalah merupakan suatu pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau
melakukan
angsuran
sesuai
dengan
perjanjian
yang
telah
ditandatangani oleh bank dan nasabah.1 Dalam KJKS BMT Bahtera sendiri terdapat pembiayaan bermasalah pada setiap pembiayaanya, salah satunya pada pembiayaan dengan akad sewa menyewa (ijarah). Pembiayaan dengan akad ijarah di KJKS BMT Bahtera diterapkan pada dua produk pembiayaan yaitu pembiayaan pugar griya dan pembiayaan pijar investa. Pembiayaan Pugar Griya yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Sedangkan Pijar Investa merupakan pembiayaan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan.2Keunggulan
kedua produk pembiayaan
ini
yaitu bisa
melakukan angsuran disetiap melakukan pembiayaan dengan jangka waktu 3 tahun.
1
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
2
Brosur KJKS BMT Bahtera
hlm.123
53
54
Tabel 1.3 Jumlah Pembiayaan Ijarah Tahun Kantor
Pugar griya
Nsb
Pijar investa
Nsb
Pekalongan
26,383,300.00
6
25,619,500.00
2
Buaran
11,120,750.00
2
-
-
Batang
41,826,500.00
6
61,689,000.00
3
Warungasem
41,886,000.00
4
5,000,000.00
1
Jumlah
121,216,550.00
18
92,308,500.00
6
Pekalongan
52,334,500.00
12
15,658,000.00
4
Buaran
38,314,400.00
8
-
-
Batang
72,399,500.00
14
204,011,500.00
45
Warungasem
72,311,000.00
10
24,000,000.00
5
Tegal
-
-
30,000,000.00
2
Jumlah
235,359,400.00
44
273,669,500.00
56
Pekalongan
133,116,000.00
18
157,417,500.00
39
Buaran
82,000,000.00
13
Batang
58,480,000.00
16
640,670,156.00
137
Warungasem
131,000,000.00
13
231,000,000.00
23
Tegal
17,577,500.00
4
51,681,000.00
11
Jumlah
235,359,400.00
64
1,080,768,656.00 210
Pekalongan
80,428,100.00
13
313,089,500.00
89
Buaran
94,581,100.00
16
Batang
29,160,250.00
8
586,305,422.00
152
Warungasem
51,348,000.00
7
556,977,300.00
39
Tegal
830,000.00
1
134,184,000.00
29
Jumlah
256,347,450.00
45
1,080,768,656.00 309
2012 Tegal
2013
2014
2015
Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial
55
Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah nasabah pembiayaan ijarah dari tahun 2012-2015 selalu mengalami peningkatan nasabah per tahunnya.Hal tersebut membuktikan bahwa KJKS BMT Bahtera mampu menangani setiap masalah pada pembiayaannya yang menyebabkan macet atau berakibat pada pembiayaan bermasalah yang dapat merugikan pihak BMT. Selain itu, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dana yang digulirkan KJKS BMT Bahtera pada pembiayaan ijarah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 untuk pembiayaan ijarah pugar griya sebanyak 121,216,550.00, tahun 2013 sebanyak 235,359,400.00, tahun 2014 235,359,400.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 256,347,450.00. Sama halnya dengan pembiayaan ijarah pijar investa, pada tahun 2012 sebanyak 92,308,500.00, tahun 2013
sebanyak
273,669,500.00, tahun 2014 sebanyak 1,080,768,656.00, dan di tahun 2015 bulan Mei sebanyak 1,080,768,656.00. Dari kedua produk pembiayaan ijarah, dana yang paling banyak digulirkan yaitu pada produk pijar investa, hal itu dikarenakan banyak nasabah KJKS BMT Bahtera yang memanfaatkan akad ijarah untuk pengembangan usaha seperti penyewaan ruko/tokoh.3
3
Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 1 Oktober 2015, pukul 16.30 WIB.
56
Tabel 1.4 Jumlah Dana & NPF Pembiayaan Ijarah Tahun
Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan Ijarah
Non
Pugar Griya
Pijar Investa
Performance Finance (NPF)
2012
121,216,550.00
92,308,500.00
1, 16 %
2013
235,359,400.00
273,669,500.00
1, 26 %
2014
235,359,400.00
1,080,768,656.00
0,6 %
Juni 2015
256,347,450.00
1,080,768,656.00
-
Sumber data: Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial
Dari tabel diatas dapat diketahui persentase NPF per tahun dari tahun 2012-2015. Rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performance Finance (NPF) pada pembiayaan ijarah mulai terjadi pada tahun 2012 sebesar 1,16%, dan mengalami kenaikan di tahun 2013 menjadi 1,26% karena kurangnya
penanganan
yang
dilakukan
BMT
dalam
mengatasi
pembiayaan bermasalah, namun di tahun 2014 BMT mampu mengatasi permasalahan atau faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah sehingga NPF di tahun 2014 hanya 0,6%.4 1. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di KJKS BMT Bahtera Dalam melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan ijarah seringkali mengalami permasalahan yang mengakibatkan terjadinya pembiayaan macet atau bermasalah. Penyebab pembiayaan bermasalah secara umum dalam pembiayaandisebabkan 2 faktor berikut : 4
Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 September 2015, pukul 16.30 WIB.
57
a. Faktor kreditur a) kurang ahli b) Kegagalan memahami debitur dan kemampuan manajemen-nya c) Tidak mengerti bisnis debitur. d) Kegagalan untuk mengidentifikasi/ kelemahan/ risiko. e) Kegagalan memonitor penggunaan kredit. f) Lemah dalam melakukan prosedur tindak lanjut. g) Menunda tindakan penyelesaian kredit bermasalah. h) Terlalu murah hati. i) Mengabaikan rincian/ pemahaman dokumentasi. j) Terlalu berorientasi pada agunan dibandingkan dengan arus kas. k) Pelanggaran prinsip dasar pemberian kredit.5 b. Faktor debitur a) Mark-up, kenakalan debitur b) Kegagalan proyeksi bisnis c) Kesalahan asumsi, perkembangan ekonomi d) Industri dalam kondisi bermasalah e) Terkena embargo f) Tidak pandai dalam mengelola kas g) Tujuan yang tidak jelas/ tidak ada h) Manajemen yang tidak kompeten 5
Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015, pukul 16.30 WIB
58
i) Perilaku yang tidak kooperatif j) Masalah pribadi atau keluarga6 Dari kedua faktor penyebab kemacetan pembiayaan ijarah tersebut,di KJKS BMT Bahtera yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah dilihat dari faktor kreditur yaitu kegagalan BMT dalam memonitor penggunaan kredit yang biasanya berkaitan dengan character nasabah. Dilihat dari faktor debitur yang sering menyebabkan pembiayaan bermasalah antara lain kegagalan proyeksi bisnis, perilaku yang tidak kooperatif dan industri dalam kondisi bermasalah yang menyebabkan angsuran tersendat.
Dari faktor- faktor tersebut BMT melakukan proteksi setelah evaluasi agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah di periode selanjutnya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : a. RAB (Rencana Anggaran Belanja) b. Melakukan pemantaun untuk penggunaan c. Laporan hasil ketika sudah di renovasi (nasabah)
6
Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015, pukul 16.30 WIB.
59
Risiko yang dapat menyebabkan pembiayaan ijarah bermasalah dari faktor-faktor diatas pada produk pembiayaan ijarah yaitu : a. Pugar griya Yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Di KJKS BMT Bahtera dalam pembiayaan pada produk pugar griya yang dijadikan objek pembiayaan ijarah yaitu jasanya. Jasa dalam melakukan hunian rumah atau renovasi rumah nasabah. Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pugar griya yaitu penyalahgunaan dana dan adanya mark up dalam RAB. Contoh Kasus Kasus: Dana pembiayaan dipergunakan untuk dua orang. Dalam hal ini seorang nasabah A mengajukkan nasabah B untuk melakukan pembiayaan dengan akad sewa untuk produk pugar griya. Pembiayaan ini dimaksudkan untuk melakukan renovasi rumah si B. Setelah pihak BMT melakukan analisis kelayakan nasabah, maka nasabah B dinyatakan layak untuk melakukan pembiayaan. Berjalannya waktu angsuran pembayaran ternyata si B belum membayar angsuran selama 4-6 bulan yang menyebabkan pembiaayaan macet. Dalam hal ini BMT melakukan langkah- langkah sebagai berikut :
60
1) Musyawarah Dalam hal ini BMT melakukan musyawarah kepada nasabah B, yang diketahui bahwa ternyata dana yang dikeluarkan pihak BMT dipergunakan untuk 2 orang, tanpa adanya kesepakatan di awal perjanjian. Dana tersebut digunakan si B 70% dan si A 30%. Si B mengaku bahwa telah membayar angsuran tiap bulannya, namun dibayarkan ke si A. Yang ternyata dana angsuran tersebut di bawa kabur oleh si A. 2) Melakukan tindakan revitalisasi dengan 3R Setelah mengetahui permasalahan dana dipergunakan untuk 2 orang, dan dana angsuran di bawa kabur si A. Maka pihak BMT membebankan angsuran kepada keluarga si A dengan memberikan kemudahan melalui tindakan revitalisasi yaitu Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan. b. Pijar investa Yaitu pembiayan untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan. Mekanisme dalam produk pijar investa yaitu nasabah menyewa ruko atau rumah kepada BMT selama minimal tiga tahun dan membayar ujrah atau biaya sewa kepada BMT sesuai kesepakatan. Objek dalam produk pijar investa ini berupa barang yaitu sebuah ruko atau rumah milik BMT.
61
Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ijarah pada pijar investa yaitu salah prediksi dan kurang jeli dalam menganalisa pembiayaan. Salah prediksi yaitu dalam proses analisa account officer melakukan kesalahan dalam menghitung kebutuhan dana untuk rehab. Risiko lainnya yaitu Kurang jeli, dalam proses analisa account officer kurang jeli dalam mencari informasi nasabah Risiko pembiayaan ijarah pada produk pijar investa ini disebabkan karena faktor kreditur. Yaitu analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan. Misalnya, pembiayaan diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.7
B. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani Pembiayaan Bermasalah baik pada produk pugar griya maupun pijar investa tidak ada perbedaan, antara lain : a. Tindakan Preventif Tindakan yang bersifat pencegahan dan bersifat internal. Untuk itu keberhasilan tindakan sangat tergantung dari kualitas SDM, sistem dan
7
Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 15 Oktober 2015, pukul 16.30 WIB
62
prosedur, mekanisme monitoring dan evaluasi. Secara garis besar tindakan preventif dapat dilakukan melalui : a) Analisis pembiayaan b) Mekanisme monitoring dan evaluasi yang meliputi : 1) On Desk Monitoring On Desk Monitoring merupakan kegiatan pengawasan secara administratif melalui instrumen administrasi seperti: laporan, catatan, dokumen dan informasi anggota 2) On Site Monitoring On Site Monitoring merupakan kegiatan pengawasan bersifat langsung atau kunjungan langsung kepada anggota. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pendalaman dan pembuktian dari hasil on desk monitoring kepada anggota secara langsung maupun kepada pihak lain seperti rekanan anggota pembiayaan 3) Auditing Auditing merupakan kegiatan pengawasan dan evaluasi yang menitikberatkan kepada pemeriksaan kelengkapan dokumen dan pemenuhan persyaratan. b. Tindakan Revitalisasi Tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota.Tindakan ini dilakukan untuk pembiayaan yang telah atau sedang memasuki wilayah bermasalah. Tindakan revitalisasi meliputi antara lain :
63
a) Rescheduling Tindakan
yang berbentuk penjadwalan kembali kewajiban
anggota.Rescheduling dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan yang tidak berubah. Rescheduling dilakukan dengan melakukan : 1) Penjadwalan kembali jangka waktu pembiayaan 2) Perubahan jadwal angsuran 3) Pemberian grace period 4) Perubahan jumlah angsuran b) Restrukturing Tindakan yang berbentuk penyusunan ulang terhadap seluruh kewajiban anggota.Tindakan restrukturisasi dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus 2) Kemampuan anggota dalam memenuhi kewajiban masih ada. 3) Usaha hanya mengalami permasalahan cash flow yang bersifat sementara. 4) Plafon pembiayaan berubah
64
c) Reconditioning Tindakan adanya persyaratan ulang terhadap pembiayaan dan persyaratanyangtelah disepakati bersama.Tindakan reconditioning dapat dilakukan untuk kondisi: 1) Potensi usaha masih cukup bagus. 2) Sarana usaha yang masih memadai. 3) Usaha mengalami permasalahan cash flow dan manajemen. 4) Plafon pembiayaan tetap. Reconditioning dilakukan melalui. 1) Perubahan jaminan. 2) Bantuan manajemen.
c. Tindakan Kuratif Tindakan yang bersifat penyelamatan melalui penanganan yang menggunakan pendekatan aspek legal formal.Tindakan kuratif dapat dilakukan dengan cara eksekusi. Jenis eksekusi yang dapat dilakukan adalah : 1) Parate Eksekusi (Non Ligitasi) Proses eksekusi jaminan yang dilakukan secara sukarela tanpa melalui proses pengadilan. Ada 2 opsi yang dilakukan: 1) Anggota menjual sendiri barang jaminannya
65
2) Anggota memberi kepercayaan BMT untuk menjual barang jaminan. Dan setelah dikurangi kewajiban sisa pembiayaan, maka sisa uang akan dikembalikan pada anggota. 2) Eksekusi Secara Formal (Ligitasi) Proses eksekusi secara paksa melalui lembaga hukum yang berlaku. 1) Pengadilan Negeri 2) Pengadilan Agama 3) Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (BASYARNAS) 4) Pengadilan Niaga untuk anggota yang pailit 5) Panitia Urusan Piutang Negara / Badan Urusan Piutang dan lelang
Negara
Untuk
anggota
yang
merupakan
bank
pemerintah Gambar 1.2 Alur penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan
STRATEGY
STAY
PHASE OUT
WRITE OFF
TAGIH RESCHEDULING
SOFT APPROUCH
HARD APPROUCH
RECONDITIONING RESTRUCTURING
MUSYAWARAH
BASYARNAS
NEGOSIASI
PENGADILAN (KPKNL)
TAKE OVER
KEPOLISIAN
66
Analisis Upaya yang dilakukan KJKS BMT Bahtera dalam menangani pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah telah sesuai dengan prosedure penanganan pembiayaan bermasalah yaitu : 1. Stay Strategy adalah strategi saat BMT masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang. Stay Staregi ini meliputi penanganan pembiayaan bermasalah dengan prinsip
3R
yaitu
Rescheduling,
Reconditioning,
Restructuring,
kombinasi dan Eksekusi. a. Di KJKS BMT Bahtera stay staregi ini dilakukan melalui Tindakan Revitalisasi yang merupakan suatu tindakan dalam rangka memperbaiki dan menyelamatkan pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota. Tindakan ini dilakukan dengan prinsip 3R tanpa adanya kombinasi. b. Untuk eksekusi sendiri KJKS BMT Bahtera menerapkan pada tindakan Kuratif yaitu penyelamatan dengan pendekatan aspek legal formal. 2. Phase out Strategy adalah strategi saat pada prinsipnya BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang,kecuali bila ada faktor-faktor lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi nasabah. Dalam hal ini apabila ada faktor-faktor yang mendukung maka BMT bisa melakukan tahap musyawarah dengan nasabah. Namun dalam pembiayaan ijarah ini KJKS BMT Bahtera
67
tidak menerapkan Phase out Strategy, karena pembiayaan yang bermasalah masih bisa ditangani dengan stray staregi atau dengan tindakan revitalisasi.