BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Peneliti melakukan pemilihan sampel perusahaan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2014. Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektoral yang merupakan sub indeks dari IHSG, yang diklasikfikasikan menurut industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah Sektor-sektor primer (Ekstraktif), Pertanian dan Pertambangan; Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan/Manufaktur), Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi; Sektor-sektor tersier (Industri Jasa/ Nonmanufaktur), Properti dan Real Estate, Transportasi dan infrastruktur, keuangan, serta perdagangan, jasa dan investasi. Dalam penelitian ini, penulis memilih subsektor industry dasar dan kimia. Dari 64 emiten perusahaan sektor industry dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh 27 sampel perusahaan yang memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian ini.
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B.
Statistik Deskriptif Statistik deskripsi menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun independen selama periode tahun 2012-2014 yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Sum
Mean
Std. Deviation
ETR
81
.0225
.5582
21.3346
.263391
.0885653
CSR
81
.1099
.3077
14.2418
.175824
.0538349
CapitalInt
81
.0458
.8431
29.3454
.362288
.1991588
InventoryInt
81
.0397
.4970
18.0415
.222734
.1225831
Size
81
14.1189
28.8131
1590.9946
19.641909
3.7201101
Profitabilitas
81
.0054
.3506
9.9769
.123171
.0869979
Leverage
81
.0135
.3560
8.3328
.102875
.0842288
Valid N (listwise)
81
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa : 1. Variabel Effective Tax Rate (ETR) merupakan komposisi hasil pembagian antara laba sebelum pajak dengan jumlah beban pajak dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan jumlah keseluruhan ETR, Jumlah ETR dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar .0225 yaitu PT Budi Strach & Sweetener Tbk pada tahun
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2014, nilai maksimum jumlah ETR adalah sebesar .5582 yaitu PT Indai Aluminium Industry Tbk pada tahun 2013, mean jumlah ETR adalah .263391. 2. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komposisi pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan dengan jumlah keseluruhan Global Reporting Iniative. Jumlah Corporate Social Responsibility dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebanyak .1099 yaitu PT Indo Acitama Tbk pada tahun 2012 hingga tahun 2014, PT Trias Sentosa Tbk pada tahun 2012 hingga tahun 2014 dan PT Citra Turbindo Tbk pada tahun 2012 hingga tahun 2014, nilai maksimum jumlah Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebanyak .3077 yaitu PT Semen Indonesia Tbk pada tahun 2012 hingga tahun 2014, mean jumlah Corporate Social Responsibility adalah .175842 3. Variabel Capital Intensity merupakan komposisi total asset tetap dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan dengan jumlah keseluruhan total asset dalam suatu perusahaan . Jumlah Capital Intensity dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar .0458 yaitu PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk pada tahun 2013, nilai maksimum jumlah Capital Intensity adalah sebesar .8431 yaitu PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2014, mean jumlah Capital Intensity adalah .362288 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Variabel Inventory Intensity merupakan komposisi total persediaan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan dengan jumlah keseluruhan asset dalam suatu perusahaan. Jumlah Inventory Intensity dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar .0397 yaitu PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2012, nilai maksimum jumlah Inventory Intensity adalah sebesar .4970 yaitu PT Steel Pipe Industri Tbk pada tahun 2012, mean jumlah Inventory Intensity adalah .222734 5. Variabel Size merupakan komposisi total aset dalam suatu perusahaan yang dapat di ukur melalui logaritma total asset dalam suatu perusahaan. Jumlah Size dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar 14.1189 yaitu PT Lionmesh Prima Tbk pada tahun 2012, nilai maksimum jumlah Size adalah sebesar 28.8131 yaitu PT Trias Sentosa Tbk pada tahun 2014, mean jumlah Size adalah .19.6419 6. Variabel Profitabilitas merupakan komposisi laba sebelum pajak dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan dengan jumlah keseluruhan total asset. Jumlah Profitabilitas dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar .0054 yaitu PT. Budi Strach & Swetener Tbk pada tahun 201, nilai maksimum jumlah Profitabilitas adalah sebesar .3506 yaitu PT Lionmesh Prima Tbk pada tahun 2012, mean jumlah Profitabilitas adalah 12.3171 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7. Variabel Leverage merupakan komposisi Hutang Jangka Panjang dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan dengan jumlah keseluruhan total asset dalam suatu perusahaan. Jumlah Leverage dari ke dua puluh tujuh perusahaan yang diteliti selama 3 tahun mempunyai nilai minimum sebesar .0135 yaitu PT Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2013, nilai maksimum jumlah Leverage adalah sebesar .3560 yaitu PT Japfa Comfeed pada tahun 2012, mean jumlah Leverage adalah .102875 C.
Uji Asumsi Klasik Agar model persamaan regresi linier berganda memberikan hasil yang representative sesuai kriteria Best, Linier, Unbiased, Estimated (BLUE) maka dilakukan uji asumsi klasik sebelum model tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Persamaan yang dibangun harus memenuhi asumsi dasar : data berdistribusi normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas, tidak ada gejala autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun uji asumsi dasar klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau reidual memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap nilai unstandardized residual dari
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
model regresi dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov- Smirnov Test. Data dikategorikan berdistribusi normal jika menghasilkan nilai asymptotic significance > α = 5%. Untuk menentukan bahwa data terdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui: a) Nilai Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal. b) Nilai Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi secara tidak normal Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
81 a,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
0E-7
Std. Deviation
,07377660
Absolute
,116
Positive
,116
Negative
-,062
Kolmogrov-smirnov z
,1044
Asymp. Sig. (2-tailed)
,226
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20
63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil uji One Sample Kolmogorov- Smirnov Test memberikan nilai 1,044 dengan probabilitas 0,226 yaitu diatas α= 0,05. Jadi dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas, dapat dilihat berdasarkan tolerance dan VIP. Jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIP kurang dari 10 maka tidak terjadi masalah multikolonieritas Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) CSR
.776
1.289
CapitalInt
.466
2.147
InventoryInt
.497
2.012
Size
.917
1.091
Profitabilitas
.766
1.305
Leverage
.720
1.389
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari tabel 4.2 dapat diketahui nilai toleransi tidak kurang dari 0,1 yaitu CSR senilai 0,776 berarti (0,776 > 0,1), Capitalint 0,466 berarti (0,466 > 0,1), InventoryInt senilai 0,497 berarti (0,497 > 0,1), Size senilai 0,917 berarti (0,917 > 0,1), Profitabilitas senilai 0,766 berarti (0,766 > 0,1), Leverage senilai 0,720 berarti (0,720 > 0,1) dan nilai VIP tidak lebih dari 10, yaitu CSR 1,289 berarti (1,289 < 10), CapitalInt senilai 2,147 berarti (2,147 < 10), InventorInt senilai 2,012 berarti (2,012 < 10), Size senilai 1,091 berarti (1,091 < 10), Profitabilitas senilai 1,305 berarti (1,305 < 10), Leverage senilai 1,389 berarti (1,389 < 10) . Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tersebut tidak terdapat gangguan multikolinearitas. 3. Uji Autokorelasi Hasil analisis Durbin Watson (DW) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi ketentuan pengambilan keputusan secara umum bisa di ambil patokan : a. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif (Singgih Santoso 2001:219)
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
1.447
a. Predictors: (Constant), Leverage, InventoryInt, CSR, Profitabilitas, CapitalInt, Size b. Dependent Variable: ETR
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20 Dari tabel 4.3 tersebut memperlihatkan bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar +1,447. Hal ini berarti model regresi diatas, tidak terdapat masalah autokorelasi. 4. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual serta pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat nilai signifikansi dari uji glesjer:
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error .083
.050
CSR
-.175
.104
CapitalInt
-.050
InventoryInt Size Profitabilitas Leverage
Beta
T
Sig.
.1.664
.100
-.186
-.1.678
.098
.036
-.195
-.1.366
.176
-.101
.057
-.245
-.1.766
.082
.003
.001
.229
-.1858
.071
-.185
.065
-.394
-.1.950
.080
.090
.069
-.149
1.294
.200
a. Dependent Variable: Res2 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20 Dari tabel 4.2, diketahui bahwa nilai signifikansi tidak lebih dari 0.05, Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
D.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen (Corporate Social Resposibility (CSR), Capital Intensity, Inventory Intensity, Size, Profitabilitas, Leverage) dalam menjelaskan variabel dependen Effective Tax Rate (ETR) . Untuk regresi linier berganda digunakan R square dimana R² yang dapat diketahui pada tabel nilai koefisien determinasi (output spss) berikut ini :
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi b
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
1
Adjusted R
,553
,306
,250
Durbin-Watson
,0767093
1.447
a. Predictors: (Constant), Leverage, InventoryInt, CSR, Profitabilitas, CapitalInt, Size b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terjadi korelasi atau hubungan yang signifikan antara Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Intensity, Inventory Intensity, Size, Profitabilitas, dan Leverage sebagai variabel independen. Dari hasil pengujian pada tabel diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,250 Angka ini mengidentifikasi bahwa 25% variasi atau perubahan nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh Corporate Social Responsibility, Capital Intensity, Inventory Intensity, Size, Profitabilitas dan Leverage. Sedangkan 75% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan oleh model penelitian. E.
Uji Hipotesis 1. Uji F Simultan (ANOVA/ Uji F) Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Corporate Social Resposnsibility (CSR), Capital Intensity, Inventory Intensity, Size,
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Profitabilita, dan Leverage secara simultan terhadap Nilai i Perusahaan. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA berikut ini: Tabel 4.7. Hasil Uji F (Uji ANOVA) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.192
6
.032
Residual
.435
74
.006
Total
.628
80
F 5.440
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), Leverage, InventoryInt, CSR, Profitabilitas, CapitalInt, Size b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20 Tabel 4.5 menunjukkan nilai F hitung sebesar 1,984 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai probabilitas yang diperoleh <0,05, yang berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen, yaitu Effective Tax Rate (ETR). Nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, artinya variabel Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Intensity, Inventory Intensity, Size, Profitabilitas, dan Leverage berpengaruh secara simultan terhadap variabel Effective Tax Rate (ETR).
2. Uji signifikansi Parameter Individual (t-test)
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh masing-masing variabel bebas (X) secara individual terhadap variabel terikat (Y). Tabel 4.8. Hasil Uji T (Uji Parsial) a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error .045
.086
CSR
-.042
.181
CapitalInt
-.048
InventoryInt Size Profitabilitas Leverage
Beta
T
Sig.
.528
.599
-.026
-.233
.816
.307
-.058
3.051
.004
-.093
.412
-.045
3.427
.001
.011
.002
.445
4.403
.000
-.235
.113
-.231
-2.089
.040
.004
.120
.004
.037
.970
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 20 Nilai t hitung variabel Corporate Social Responsibility (CSR) (X1) diperoleh sebesar -.233 dan nilai signifikan sebesar .816. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar 0,816 lebih besar dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara parsial Corporate Social Responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap Effective Tax Rate.
Nilai t hitung variabel Capital Intensity (X2) diperoleh sebesar 3.451 dan nilai signifikan sebesar .004. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh 70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebesar .004 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial Capital Intensity berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR). Nilai t hitung variabel Inventory Intensity (X3) diperoleh sebesar 3.427 dan nilai signifikan sebesar .001. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar .001 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial Inventory Intensity berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR). Nilai t hitung variabel Size (X 4 ) diperoleh sebesar 4.403 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial Size berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR). Nilai t hitung variabel Profitabilitas (X 5 ) diperoleh sebesar -2,089 dan nilai signifikan sebesar 0,040. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar 0,040 lebih kecil dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak artinya secara parsial Profitabilitas berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR). Nilai t hitung variabel Leverage (X 6 ) diperoleh sebesar .037 dan nilai signifikan sebesar ,970. Nilai signifikan uji “t” yang diperoleh sebesar .970 71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lebih besar dari tingkat signifikan alpha yang telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya secara parsial Leverage tidak berpengaruh terhadap Effective Tax Rate (ETR). 3. Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan tabel 4.5 , menunjukkan persamaan regresi berganda sebagai berikut : Effective Tax Rate =
0.045 + 0.042 CSR - 0.048 CapitalInt - 0.093
InventoryInt - 0.011 Size - 0.235 ROA + 0.004 LEV + e Keterangan koefisien regresi : 1. Konstanta sebesar 0.045 menyatakan jika Corporate Social Responsibility, Capital Intensity, Inventory Intensity,Size, Profitabilitas dan Leverage bernilai nol maka besarnya Effective Tax Rate adalah 0,045. 2. Koefisien regresi variabel Corporate Social Responsibility adalah negatif sebesar -0,042. Hasil ini menujukkan bahwa variabel independen lainnya nilainya tetap dan variabel Corporate Social Resposibility mengalami kenaikan 1% maka effective tax rate akan mengalami penurunan sebesar 0,042. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Corporate Social Responsibility dengan effective tax rate, semakin naik Corporate Social Responsibility maka akan semakin menurun effective tax rate. 3. Koefisien regresi variabel Capital Intensity adalah negatif sebesar -0,048. Hasil ini menujukkan bahwa setiap penambahan Capital Intensity 1% akan 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menurunkan effective tax rate sebesar -0,048 dengan asumsi variabel lain konstan. 4. Koefisien regresi variabel Inventory Intensity adalah negatif sebesar -0,093. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan Inventory Intensity 1% akan menunrunkan effective tax rate sebesar 0,093 dengan asumsi variabel lain konstan. 5. Koefisien regresi variabel Size adalah positif sebesar 0,011. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan Size 1% akan meningkatkan effective tax rate sebesar 0,011 dengan asumsi variabel lain konstan. 6. Koefisien regresi variabel Profitabilitas adalah negatif sebesar 0,235. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan Profitabilitas 1% akan menurunkan effective tax rate sebesar 0,235 dengan asumsi variabel lain konstan. 7. Koefisien regresi variabel Leverage adalah positif sebesar 0,004. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan Leverage 1% akan meningkatkan effective tax rate sebesar 0,235 dengan asumsi variabel lain konstan. F.
PEMBAHASAN 1.
Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Penghindaran Pajak Pada penelitian Ini ditemukan bahwa Corporate Social Responsibility tidah berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lanis & Richardson
(2012),
Yoehana
(2013),
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Purwanggono
(2015),yang
menunjukan corporate social responsibility berpengaruh secara signifikan terhadap perngindaran pajak. Dan hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dudi Wahyudi (2015) yang menunjukan bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Beberapa hal bisa menjadi penyebab dari hasil yang tidak diharapkan ini, pertama mungkin karena masih rendahnya praktek aktivitas corporate social responsibility (CSR) di Indonesia, dapat dilihat dari banyaknya perusahaan di Indonesia, tetapi hanya baru beberapa perusahaan yang sudah menjalankan aktivitas corporate social responsibility (CSR) dengan maksimal dan menerbitkan sustainability report, karena masih rendahnya praktek corporate social responsibility (CSR), maka signifikansinya tidak berpengaruh sama sekali terhadap penghindaran pajak, dengan kata lain corporate
social
responsibility
tidak
dapat
di
jadikan
indikator
penghindaran pajak, kedua hasil yang tidak signifikan mungkin di sebabkan oleh factor sampel yang kurang sehingga menjadikan hasil analisis regresi ini menjadi bias. 2.
Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak Pada Penelitian ini ditemukan bahwa Capital Intensity berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak.Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007), Noor et al
74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2010), dan Darmadi dan Zulaikha (2013), yaitu Capital Intensity berpengaruh terhadap Pengindaran Pajak. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan yang lebih menekankan capital intensive atau cenderung lebih banyak berinvestasi modal akan memiliki tarif pajak efektif yang lebih rendah (Gupta dan Newberry, 1997) dan hal tersebut juga mengindikasikan naiknya tingkat penghindaran pajak hal ini dikarenakan bebas depresiasi dari asset tersebut lebih besar sehingga beban perusahaan juga akan besar, dengan kata lain laba yang di peroleh semakin kecil begitu juga dengan pendapatan kena pajak perusahaan tersebut. Pengukuran variabel capital intensity adalah membagi nilai buku total asset tetap bersih terhadap total asset tetap perusahaan, sehingga apabila perusahaan yang ingin melakukan penghindaran pajak tentunya bisa melakukan investasi modal pada asset tetap bersih, hal tersebut di mungkinkan karena perlakuan pajak yang memperbolehkan perusahaan untuk menyusutkan asset tetapnya dengan periode yang lebih pendek dari umur ekonomisnya(Gupta dan Newberry,1997: Derashid dan Zhang, 2003: Richardson dan Lanis, 2007: dalam Lestari 2010.) 3.
Pengaruh Inventory Intensity terhadap Penghindaran Pajak Pada Penelitian ini dapat ditemukan bahwa Inventory Intensity berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Richardson dan Lanis (2007), Noor et 75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
al (2010), dan Darmadi dan Zulaikha (2013), yaitu Inventory Intensity berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. Variabel Inventory Intensity memiliki pengaruh subtitusi dari capital intensity, capital intensity dan inventory intensity merupakan bauran asset yang menjadi satu sama lain. Metode pencatatan persediaan sebuah perusahaan baik LIFO maupun FIFO dapat mempengaruhi kewajiban perpajakan namun hal ini tidak dapat di deteksi pada penelitian kali ini, selama perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan yang sama baik untuk tujuan pajak ataupun pencatatan komersial, maka hal ini akan mempengaruhi tariff
pajak efektif yang tentunya menggambarkan
perusahaan melakukan penghindaran pajak atau tidak (Gupta dan Newberry, 1997) Inventory Intensity di ukur dari total ending inventory perusahaan, perhitungan cost of good sold (harga pokok persediaan), diambil dari jumlah beginning ditambah total pembelian persediaan selama satu tahun dikurangi ending inventory, semakin besar total ending inventory, semakin kecil cost of good sold (harga pokok persediaan) maka penghasilan kena pajak perusahaan akan semakin besar, karena cost of good sold merupakan salah satu komponen pengurang dalam perhitungan PKP. Ha tersebut menggambarkan inventoy intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak 4.
Pengaruh Size terhadap Penghindaran Pajak 76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada Penelitian ini dapat ditemukan bahwa Size berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Richardson dan Lanis (2007), Noor et al (2010), dan Darmadi dan Zulaikha (2013), Ardyansyah dan Zulaikha (2014), yaitu Size berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. Hasil ini menunjukan bahwa perusahaan yang besar mampu untuk mengatur perpajakan dengan tax planning sehingga dapat tercapai tax saving yang optimal (Lestari, 2010), tax saving menggambarkan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan dengan cara yang legal, dengan demikian pajak yang dibayarkan akan lebih kecil sehingga besarnya TPE perusahaan lebih kecil dan dapat di ambil kesimpulan bahwa discretionary tax avoidance naik, hal tersebut juga di dukung dengan teori kekuasaan politik (political power) yang menjelaskan bahwa perusahaan yang besar akan memiliki sumber daya yang besar untuk mempengaruhi proses politik yang di kehendaki dan menguntungkan perusahaan termasuk tax planning sehingga mereka dapat melakukan aktivitas penghindaran pajak untuk mencapai optimal tax saving (Siegfried, 1972, dalam Lestari 2010).
5.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada Penelitian ini dapat ditemukan bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Richardson dan Lanis (2007), Noor et al (2010), dan Darmadi dan Zulaikha (2013), Ardyansyah dan Zulaikha (2014), yaitu Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. Profitabilitas adalah salah satu indikator bagi perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan dimana laba merupakan faktor terpenting dalam penentuan besarnya pembayaran tarif pajak efektif, maka semakin tinggi nilai dari laba bersih dan semakin tinggi profitabilitasnya, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah kewajiban perpajakan(Chen, et, al, 2010) 6.
Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak Pada Penelitian ini dapat ditemukan bahwa Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak Hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Darmadi dan Zulaikha (2013), Ardyansyah dan Zulaikha (2014), yaitu Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Penghindaran Pajak. Semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari hutang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari hutang tersebut yang akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan tidak 78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menjadikan perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang sebesarbesarnya (Kurniasih dan Sari, 2013:61). Ramlall (dalam Margaretha dan Ramadhan, 2010:120) menyatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila interest tax shield seimbang dengan leverage related cost seperti financial distress dan bankruptcy. Untuk menghindari adanya penggunaan hutang 100% maka diperhitungkan juga biaya hutang atau financial distress yang disebut juga cost of bankruptcy yang menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai keuntungan optimal dari pembiayaan 100% hutang. Cost of bankruptcy meliputi biaya langsung berupa biaya hukum dan administrasi likuidasi perusahaan termasuk di dalamnya biaya reorganisasi serta biaya-biaya tidak
langsung.Perusahaan
juga
cenderung
menggunakan
sumber
pembiayaan internal, lalu hutang dan terakhir menggunakan equity. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan Lanis (2007) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat leverage yang tinggi akan mengakibatkan beban pajak yang rendah dimana biaya bunga yang ditimbulkan oleh pembiayaan dengan hutang merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari pajak (tax deductible). Hal ini membuat perusahaan lebih memilih untuk melakukan kegiatan modal dengan hutang
79
http://digilib.mercubuana.ac.id/
supaya dapat memanfaatkan keuntungan dari beban pajak yang ditimbulkan.
80
http://digilib.mercubuana.ac.id/