39
BAB IV FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DASAR KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA KTN sebagai kidung yang menggunakan metrum demung sawit memiliki dua jenis bait, yaitu kawitan dan pengawak (penawa dan pemawak). Kawitan adalah bagian awal yang berfungsi untuk memulai bab baru atau cerita yang baru. Kawitan ini memiliki dua bait dengan nada yang berbeda dengan pengawak. Pengawak yang terdiri atas pemawak dan penawa, dimana pemawak adalah nyanyian pendek dan penawa adalah nyanyian panjang yang digunakan untuk menyanyikan sebuah cerita sampai satu bab cerita habis (Sugriwa, 1977:11). Secara tradisional KTN menggunakan metrum demung sawit dengan pembagian kawitan dan pangawak seperti yang telah diuraikan di atas. Pembagian ini belum memberikan perbedaan-perbedaan yang tegas tentang tata cara menembangkan KTN dasar dan variasinya. Untuk itu, bab ini menjelaskan dan menguraikan fitur-fitur suprasegmental dasar KTN. Secara khusus, fitur-fitur suprasegmental berkaitan dengan sistem fonetis khususnya vokal tanpa mengesampingkan pengaruh konsonan di setiap suku kata yang membangun satu baris KTN. Setiap ujaran fitur yang diluncurkan pada setiap suku kata tidak selalu sama, tetapi ada kalanya fitur-fitur tersebut berbeda disesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Fitur-fitur vokal yang mungkin terealisasi dalam setiap KTN dapat dijabarkan sebagai berikut. 39
40
Depan Tinggi
Tengah
Belakang
i
u Ʊ
ɪ
Setengah tinggi Tengah
o
ǝ
e ɛ
Setengah rendah
ɜ
ɔ ɒ
æ a
Rendah
ɑ
Tempat dan cara artikulasi konsonan (Pastika, 2005:29) antara lain, seperti di bawah ini. Cara Artikulasi Tak bersuara Hambat Bersuara Tak bersuara afrikat Bersuara Frikatif Tak bersuara Nasal Lateral Getar Semivokal
Bilabial p b
Tempat Artikulasi Alveolar Alveo Velar palatal t k d
Glotal
g c ʤ
m
s n
h n
ŋ
l r J Tabel 001 Fitur konsonan
w
Setiap fitur-fitur yang diaktualisasikan tidak benar-benar sama antara satu dan lainnya. Ada fitur-fitur tambahan yang menyertai tiap-tiap fitur segmental
41
sehingga menghasilkan perpaduan yang harmonis khususnya dalam KTN. Adanya uraian tentang fitur segmental di atas, memberikan gambaran awal untuk meneliti fitur suprasegmental. Adapun fitur suprasegmental yang dianaisis pada bab ini, yaitu ritme, tekanan, intonasi, dan durasi. Keempatnya akan dijelaskan terpisah.
4.1 Ritme Ritme berhubungan dengan perulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam kidung, irama berupa pengulangan yang teratur dalam suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptakan gelombang yang memperindah kidung. Untuk mempermudah analisis, diberikan beberapa simbol pada tiap-tiap kriteria ritme. Adapun simbol yang digunakan, yaitu (─) untuk suara lemahlembut, simbol (U) untuk suara berat dan keras, simbol (R) untuk suara rendah, suara menengah (M), dan simbol (T) untuk suara tinggi. Selain keras-lembut dan tinggi-rendah nada, diperhitungkan pula pemenggalan berapa silabel yang sebaiknya ditembangkan sebelum mengambil jeda untuk bernapas. Untuk itu, setiap pemenggalan diberikan tabel yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut ritme yang terdapat dalam KTN diuraikan satu persatu (Zoetmulder, 1985:121, Pradodo, 2005:40--43). Pertama, kawitan mempunyai dua bentuk, yaitu pendek dan panjang. Kawitan pendek tersusun atas silabel yang lebih sedikit dibandingkan dengan
42
kawitan panjang yang memiliki silabel lebih banyak. Untuk itu ritme yang dimiliki keduanya berbeda. Pertama bait kawitan pendek, yaitu sebagai berikut. Wuwusan bupati ring patali nagantun subaga wirya siniwi kajrihing sang para ratu salwaning jambuwarsa di prasamatur kembang tawon.
Terjemahan: Diceritakan Sri Baginda di negara Patali masyhur keagungannya dijunjung ditakuti oleh para raja- terutama di daerah Jambuwarsa semuanya menghaturkan hasil bumi.
Berdasarkan hasil speech analyzer, ritme kawitan pendek dapat dibuat berdasarkan kolom di bawah ini. Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
wu
wu
san
bu
pa
ti
T
T
T-R
R
M
T
─
─
U
U
─
─
Tabel 002 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris i Kriteria Tinggirendah Keraslembut
rɪŋ
pa
ta
Silabel li nã
gan
tʊn
M
M
T
T
T
M-R
R
U
─
─
─
U
─
─
Tabel 003 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris ii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
su
ba
gǝ
Silabel wir jǝ
M
M-T
T
M
─
U
─
U
si
nĩ
wi
T
T-M
M
R
U
─
─
─
Tabel 004 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris iii
43
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel pa sa ŋ
ka
ʤri
h ɪŋ
M
M
T
T
─
U
U
U
rǝ
ra
tu
M
M
M
R
─
─
─
─
Tabel 005 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris iv Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel bu ʤam
sa
lwa
n ɪŋ
M
M-T
T
M
─
U
U
─
war
sa
di
T
T-M
M
R
─
U
─
U
Tabel 006 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris v Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel prǝ
sa
mǝ
tʊr
kǝm
baŋ
ta
won
M
M
T
T-R
R
M
M
M-T
─
─
U
U
─
─
─
─
Tabel 007 Ritme dasar kawitan pendek KTN baris vi Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa ritme kawitan pendek tidaklah terlalu sulit untuk ditembangkan. Ritme dasar kawitan pendek KTN tidak rumit karena hanya satu sampai tiga silabel yang mendapatkan perubahan suara dari tinggi ke rendah ataupun sebaliknya. Apabila dalam penembangan disertai simbol [T] dengan [U] maka diberikan sedikit variasi tanpa menurunkan nada. Demikian pula sebaliknya apabila [M] atau [R] disertai [U], maka sedikit variasi untuk menggetarkan silabel tersebut tanpa adanya penurunan atau nada naik. Di samping itu, pemenggalan silabel untuk mengambil jeda bervariasi, mulai dari enam silabel sampai dengan delapan silabel. Pemenggalan ini berfungsi untuk mengatur dan mengambil napas guna melanjutkan nada pada silabel selanjutnya. Pemenggalan yang terjadi biasanya merupakan satu kesatuan frasa.
44
Salah satu silabel, yaitu [pa] yang dinyanyikan dengan suara menengah dengan suara lembut. Silabel ini dapat dilihat pada gambar yang terekam dalam speech analyser di bawah ini:
Gambar 006 Ritme dasar silabel [pa] kawitan pendek KTN baris i Contoh ritme lainnya pada silabel [tƱr]. Silabel ini memiliki perubahan tingkatan suara dari suara tinggi ke suara rendah. Oleh karena itu, silabel ini juga disertai dengan suara yang lebih berat. Suara berat muncul karena adanya perubahan tingkat suara dari suara tinggi ke suara rendah. Hal ini terekam dalam gambar di bawah ini.
Gambar 007 Ritme dasar silabel [tƱt] kawitan pendek KTN baris vi
45
Kedua, kawitan panjang yang memiliki silabel lebih banyak tentunya disertai dengan ritme yang berbeda. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan pun berbeda. Wetning raja wibawa mas manik penuh makinda ya ta ring bahu danda Sri Narendra Sri Singapati ujaring Mpu Bagawanta ri denira panca nana brateng kapanca sia aturyang darma nurageng buh.
Terjemahan: Sebagai wujud kemegahan dan kebesaran, emas, intan berlian menghiasi tangan beliau. Oleh para bhagawanta beliau diberi gelar Sri Singapati karena beliau dapat menaklukan Pancadrya beliau dengan melaksanakn brata upacara Sia, seolah-olah bagaikan Sanghyang Dharma yang dihormati di dunia.
Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
wet
n ɪŋ
ra
ʤǝ
wi
ba
wǝ
M
M-T
R
R
M
M
M
U
U
─
─
─
U
─
Tabel 008 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris i Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
mãs
mã
n ɪʔ
pǝ
nʊh
M
M
T
M
M-R
U
─
─
U
U
Tabel 009 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris ii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel mã
kɪn
dǝ
jǝ
tǝ
rɪŋ
ba
u
dan
dǝ
M
M
M
M
T
M
M
M
T
M-R
─
─
U
─
U
U
─
─
─
─
Tabel 010 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris iii
46
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
sri
drǝ
Silabel sri
si
ŋǝ
pa
ti
M
T
M
M
M
M
R
U
U
U
─
─
─
─
nã
ren
M
M
U
─
Tabel 011 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris iv Kriteria Tinggirendah Keraslembut
rɪŋ
Silabel mpu ba
gǝ
wan
tǝ
M
M-T
T-M
M-R
M
R
R
─
U
─
U
─
─
─
u
ʤa
M ─
Tabel 012 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris v Kriteria Tinggirendah Keraslembut
ri
de
nĩ
Silabel pan rǝ
M
M
M
M
M
M
M
M
─
U
─
─
─
U
─
U
cǝ
nã
nǝ
Tabel 013 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris vi Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
bra
ta ŋ
kǝ
pan
cǝ
sjǝ
M
M-T
T
T-M
M
R
─
U
─
─
U
U
Tabel 014 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris vii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel j
a
tur
r ang
dar
mǝ
nu
ra
g ɛŋ
bʊh
M
T
T
T
M
M
M
M
M-R
─
U
U
U
─
─
─
U
U
Tabel 015 Ritme dasar kawitan panjang KTN baris viii Data yang didapatkan di atas, dapat dinyatakan sebagai penuntun awal atau dasar untuk menembangkan KTN. Namun, ada beberapa hal yang berbeda
47
dari kawitan pendek. Pada kawitan pendek pemenggalan silabel hanya berkisar antara enam sampai dengan delapan silabel, sedangkan pada kawitan panjang silabel dipenggal mulai dari lima silabel sampai dengan sepuluh silabel. Perbedaan pemenggalan ini berdasarkan adanya jeda pada saat menembangkan kidung KTN. Kontur suara yang dimainkan di sini dimulai dengan suara tinggi (T) yang kemudian berakhir dengan suara rendah (R). Namun, di tengah-tengah penggalan baris terjadi improvisasi, suara baik dari suara menengah (M), naik ke suara tinggi (T), maupun dari suara tinggi (T) turun ke suara rendah (R), atau dari suara rendah (R) ke suara menengah (M) begitu juga sebaliknya. Ini masih merupakan nada dasar sehingga variasi-variasi yang terjadi tidak terlalu kompleks dan panjang, misalnya penembangan dari suara rendah ke suara menengah ataupun dari suara tinggi turun ke nada rendah. Salah satu contoh silabel yang dinyanyikan dengan suara menengah ke suara tinggi, yaitu silabel [rɪŋ]. Silabel ini adalah suara berat karena adanya perubahan tingkat suara dari suara rendah ke suara tinggi. Perubahan ini dapat terekam pada gambar di bawah ini.
Gambar 008 Ritme dasar silabel [rɪŋ] kawitan panjang baris v
48
Selain itu, pada ritme kawitan panjang juga terdapat suara rendah dengan kontur lembut. Ritme ini terjadi pada silabel [tǝ] pada baris kelima. Data ini sesuai dengan yang terekam pada speech analyser, yaitu sebagai berikut.
Gambar 009 Ritme dasar silabel [tǝ] kawitan panjang KTN baris v Setelah membahas ritme kawitan KTN, selanjutnya dibahas mengenai ritme pemawak dan penawa yang ada dalam KTN. Ritme dasar pemawak dan penawa secara sederhana dapat dijelaskan berdasarkan cara di atas. Salah satu bait pemawak yang dijadikan contoh, yaitu seperti berikut. Tuhwatut bhiseka nrepati Sri Keswaryadala dala kusuma patranglung Eswarya raja laksmi Sang Kula menuhi raja kwehing bala di warga mukya sira kriana patih Sang Niti Bandeswara patrarum.
Terjemahan: Di tiap-tiap desa bersenang-senang, berpesta pora diiringi bunyi gamelan seperti semar pegulingan, suara rebab dan seruling serta kidung bersahut-sahutan, termasuk upacara widhiwidhana pawiwahan yang dilaksanakan oleh orang tua terhadap anaknya yang cantik.
Adapun ritme yang terjadi pada bait pemawak dapat dijelaskan dengan kolom di bawah ini:
49
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
tʊt
bi
Silabel se
ka
nrǝ
pa
ti
M
T
M
M
M
T
T-M
R
─
─
─
─
U
─
U
─
tu
w
h ǝ
M ─
Tabel 016 Ritme dasar pemawak KTN baris i Silabel
Kriteria
sri
ke
swa
ryǝ
da
lǝ
M
M
T
T-M
M
R
U
U
U
U
─
─
Tinggirendah Keraslembut
Tabel 017 Ritme dasar pemawak KTN baris ii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel da
lǝ
ku
su
mǝ
pa
trǝ
ŋlʊŋ
R
R
M
M
M
T
T
M-R
─
─
─
─
─
U
─
U
Tabel 018 Ritme dasar pemawak KTN baris iii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel ra ʤǝ
lak
smi
M-R
R
M
M
M-R
U
U
─
─
U
e
swa
rǝ
T
T
U
U
j
Tabel 019 Ritme dasar pemawak KTN baris iv Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel sa ŋ
ku
lǝ
mn ɔ
hi
ra
ʤǝ
M
M
M
M
M-T
T
M-R
─
─
─
U
─
U
U
Tabel 020 Ritme dasar pemawak KTN baris v
50
Silabel
Kriteria
h ɪŋ
ba
lǝ
di
war
gǝ
T
T-R
R
R
M
M
M-R
U
U
─
─
─
U
─
w
k ɛh
Tinggirendah Keraslembut
Tabel 021 Ritme dasar pemawak KTN baris vi Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
mu
kja
si
rǝ
krjǝ
nǝ
pa
tih
M
M
M
M
M
T
T
T-M
─
U
─
─
U
─
─
U
Tabel 022 Ritme dasar pemawak KTN baris vii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel de swa
rja
pa
trǝ
rʊm
saŋ
nĩ
ti
ban
T
T
T-M
M
M
M
M
M-T
T
T-R
U
U
─
─
U
U
U
U
─
U
Tabel 023 Ritme dasar pemawak KTN baris viii Ritme pemawak di atas memberikan penjelasan bahwa suara ringan terjadi baik pada suara dengan nada rendah (R), menengah (M), maupun tinggi (T), tetapi bila terjadi suara dengan nada naik atau turun secara bersamaan pada suatu silabel maka terjadi pula suara berat dan berliku-liku. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan pada suara untuk menaikkan nada dan perlahan-lahan menurunkan nada. Kemampuan dasar pada pemawak KTN tidak terlalu sulit karena naik-turun suara hanya terjadi pada satu nada. Hampir setiap pemenggalan yang terjadi diakibatkan oleh adanya jeda antara satu frasa menuju frasa yang lainnya. Contoh silabel [tƱt] ditembangkan dengan suara tinggi dengan kontur lembut. Silabel ini mendapat ritme demikian karena pada silabel sebelumnya
51
dinyanyikan dengan suara menengah. Untuk menunjukkan adanya keindahan nada maka suara yang digunakan menjadi lebih tinggi pada silabel [tƱt] karena silabel ini mengakhiri kata {tuhwatut}. Silabel ini dapat terekam pada gambar di bawah ini.
Gambar 010 Ritme dasar silabel [tƱt] pemawak KTN baris i Pada bait kedua terjadi suara berat pada empat silabel sekaligus. Keempatnya adalah silabel [sri], [ke], [swa], dan [rjǝ]. Selain silabel [rjǝ], silabelsilabel tersebut hanya dinyanyikan dengan satu tingkat suara, tetapi disertai dengan suara berat. Hal ini dapat dilihat pada rekaman speech analyser di bawah ini.
52
Gambar 011 Ritme dasar pemawak KTN baris ii Ritme penawa KTN dibahas selanjutnya. Penawa yang berarti panjang, sudah tentu memiliki silabel yang lebih banyak dibandingkan dengan pemawak. Ritme yang dimiliki tidak sama dengan pemawak karena adanya pengaruh jumlah silabel serta pengaruh lainnya. Ritme penawa berdasarkan salah satu bait yang dijadikan contoh, dapat dijelaskan seperti di bawah ini. Pirang warsa Sri nrepati Swaryadala tustangering sana kalang diwa rahayu Sri Nara pati lagya gugulingan ring taman ring yasa ngurda angunggul yaya misreng tawang tinumpya ta kinukir kamala kinanda kanda langu hinupacareng santun.
Terjemahan: Malamnya tiada diceritakan lagi, keesokan pada pagi harinya setelah baginda raja selesai mandi, beliau berganti pakaian dengan berbusana sutra putih dengan sabuk serba mewah dan asri buatan negeri seberang utara. Gigi beliau putih bersih karena sudah bersikat gigi, selanjutnya mengadakan pemujaan duduk pada balai “danta” (pewedan) yang agak tinggi, duduk dikelilingi air mancur yang menakjubkan.
Berdasarkan bait penawa KTN yang dijadikan contoh, maka ritme penawa dapat diuraikan dengan menggunakan tabel-tabel di bawah ini.
53
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
pi
Silabel nrǝ pa
ra ŋ
war
sǝ
sri
T
T
T
T
T
T
─
U
U
─
U
U
ti
swar
rjǝ
da
lǝ
T
T
M
T
M
R
─
U
U
U
─
─
Tabel 024 Ritme dasar penawa KTN baris i Silabel
Kriteria TinggiRendah KerasLembut
tus
tǝ
ŋe
rɪŋ
sa
nǝ
M
M
T
T
T
M
─
U
U
U
─
─
Tabel 025 Ritme dasar penawa KTN baris ii Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel ka
la ŋ
di
wǝ
ra
ha
yu
M
M
M
M
M-T
T
T-M
─
─
─
─
─
─
─
Tabel 026 Ritme dasar penawa KTN baris iii Silabel sri pa nã rǝ
Kriteria TinggiRendah KerasLembut
ti
T
T
T-M
M-T
M-R
U
─
─
─
U
Tabel 027 Ritme dasar penawa KTN baris iv Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel la
j
gǝ
gu
gu
lɪŋ
ŋãn
rɪŋ
ta
mãn
M
M
M
M
M
M
M-T
T
T-M
─
─
─
─
─
─
U
─
─
Tabel 028 Ritme dasar penawa KTN baris v
54
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
Silabel rɪŋg
ja
sǝ
ŋʊr
dǝ
a
ŋʊŋ
g ʊl
T
M
T-M
R
R
M
M
M-R
U
─
U
U
─
─
─
U
Tabel 029 Ritme dasar penawa KTN baris vi Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
ja
jǝ
mɪs
rɛŋ
ta
waŋ
M
M
M
M-T
T
M-R
─
─
─
U
─
U
Tabel 030 Ritme dasar penawa KTN baris vii Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
n ʊm
pja
tǝ
ki
nũ
kɪr
M
M
M
M-R
M
R
M-R
─
─
U
─
─
─
U
ti
Tabel 031 Ritme dasar penawa KTN baris viii Silabel
Kriteria Tinggirendah Keraslembut
kǝ
ma
lǝ
ki
nãn
dǝ
kan
dǝ
la
ŋũ
R
M
M
M
M
M
M
M
M
T-M
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
Tabel 032 Ritme dasar penawa KTN baris ix Kriteria Tinggirendah Keraslembut
i
nũ
pa
R
M
M
─
─
─
Silabel ca
rɛŋ
san
tʊn
M
M
M
M-R
─
U
─
U
Tabel 033 Ritme dasar penawa KTN baris x
Ritme-ritme yang ada dalam tiap-tiap baris memang tidak sama, tetapi tata cara pengambilan nada biasanya dimulai dengan nada datar, yaitu tidak langsung
55
menukik naik ke nada atas atau turun. Kebanyakan terjadi suara yang datar pada tiap-tiap silabel, yang dimainkan di sini adalah nada perlahan naik atau turun menuju silabel berikutnya. Meskipun demikian, tetap terjadi nada naik-turun secara bersamaan pada sebuah silabel. Bait penawa KTN, dipenggal menjadi sepuluh baris, tiap-tiap baris memiliki 5--12 silabel. Pemenggalan ini berdasarkan adanya jeda pada saat menembangkan meskipun dalam ortografisnya tidak terdapat pemenggalan yang pasti karena ditulis secara lurus tidak disertai koma (,) untuk menandakan suatu baris. Salah satu contoh ritme pada silabel [waŋ] pada baris ketujuh dinyanyikan dengan suara menengah ke suara rendah. Suara ini memiliki kontur berat. Hal ini terjadi karena silabel ini merupakan silabel terakhir pada baris ini sehingga diperlukan penurunan tingkat suara untuk mengakhirinya. Selain itu, silabel ini merupakan silabel tertutup yang menginginkan adanya kontur suara berat. Hal tersebut diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 012 Ritme dasar {tawaŋ} penawa KTN baris vii
56
Selain terdapat perubahan suara pada silabel [waŋ], juga terdapat kontur ringan dengan suara tinggi pada silabel [ta]. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh dari silabel selanjutnya yang akan mengakhiri sebuah baris. Berdasarkan pemaparan di atas, ritme dasar KTN dapat di bagi menjadi empat bait. Keempat bait tersebut adalah kawitan pendek, kawitan panjang, pemawak, dan penawa. Tiap-tiap bait ini dapat digeneralisasi seperti bentuk di bawah ini. Pertama ritme kawitan pendek KTN:
Baris I
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V Baris VI
T
T
T-R
R
M
T
─
─
U
U
─
─
M
M
T
T
T
M-R
R
U
─
─
─
U
─
─
M
M
T
T
M
M
M
R
─
U
U
U
─
─
─
─
M
M-T
T
M
T
T-M
M
R
─
U
U
─
─
U
─
U
M
M
T
T-R
R
M
M
M-T
─
─
U
U
─
─
─
─
M
M
T
T-R
R
M
M
M-T
─
─
U
U
─
─
─
─
Tabel 034 Ritme dasar kawitan bawak KTN
57
Kedua, ritme dasar kawitan panjang KTN yaitu sebagai berikut. Baris I
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI
Baris VII
Baris VIII
M
M-T
R
R
M
M
M
U
U
─
─
─
U
─
M
M
T
M
M-R
U
─
─
U
U
M
M
M
M
T
M
M
M
T
M-R
─
─
U
─
U
U
─
─
─
─
M
M
M
T
M
M
M
M
R
U
─
U
U
U
─
─
─
─
M
M
M-T
T-M
M-R
M
R
R
─
─
U
─
U
─
─
─
M
M
M
M
M
M
M
M
─
U
─
─
─
U
─
U
M
M-T
T
T-M
M
R
─
U
─
─
U
U
M
T
T
T
M
M
M
M
M-R
─
U
U
U
─
─
─
U
U
Tabel 035 Ritme dasar kawitan panjang KTN
58
Ketiga, ritme dasar pemawak KTN, yaitu sebagai berikut. Baris I
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI
Baris VII
Baris VIII
M
M
T
M
M
M
T
T-M
R
─
─
─
─
─
U
─
U
─
M
M
T
T-M
M
R
U
U
U
U
─
─
R
R
M
M
M
T
T
M-R
─
─
─
─
─
U
─
U
T
T
M-R
R
M
M
M-R
U
U
U
U
─
─
U
M
M
M
M
M-T
T
M-R
─
─
─
U
─
U
U
T
T-R
R
R
M
M
M-R
U
U
─
─
─
U
─
M
M
M
M
M
T
T
T-M
─
U
─
─
U
─
─
U
T
T
T-M
M
M
M
M
M-T
T
T-R
U
U
─
─
U
U
U
U
─
U
Tabel 036 Ritme dasar pemawak KTN
59
Terakhir, ritme penawa dasar KTN, yaitu sebagai berikut. Baris I
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI
Baris VII
Baris VIII
Baris IX
Baris X
T
T
T
T
T
T
T
T
M
T
M
R
─
U
U
─
U
U
─
U
U
U
─
─
M
M
T
T
T
M
─
U
U
U
─
─
M
M
M
M
M-T
T
T-M
─
─
─
─
─
─
─
T
T
T-M
M-T
M-R
U
─
─
─
U
M
M
M
M
M
M
M-T
T
T-M
─
─
─
─
─
─
U
─
─
T
M
T-M
R
R
M
M
M-R
U
─
U
U
─
─
─
U
M
M
M
M-T
T
M-R
─
─
─
U
─
U
M
M
M
M-R
M
R
M-R
─
─
U
─
─
─
U
R
M
M
M
M
M
M
M
M
T-M
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
R
M
M
M
M
M
M-R
─
─
─
─
U
─
U
Tabel 037 Ritme dasar penawa KTN Berdasarkan tabel-tabel di atas, telah ditemukan empat bait ritme dasar KTN dan pembagian baris-baris yang terdapat dalam tiap-tiap bait. Setiap bait memiliki ritme dasar tersendiri karena perbedaan jumlah suku kata yang terdapat pada tiap-tiap bait. Perbedaan tinggi rendah suara yang jatuh pada silabel juga memengaruhi perbedaan ritme. Selain itu, juga terdapat suara berat dan ringan yang memerlukan teknik khusus untuk menembangkannya.
60
4.2 Tekanan Tekanan atau aksen pada konsep telah diuraikan dengan jelas dan berguna untuk memberikan penanda sederhana antara kata atau bagian kalimat dalam satu kesatuan kalimat. Penanda yang diberikan pada bagian kalimat atau kalimat secara menyeluruh berbeda dengan tekanan yang muncul pada kata tersendiri. Menurut Ladefoged (1993: 118), pada sebuah kalimat cenderung dihindari adanya tekanan yang terlalu dekat pada kata yang terdiri atas silabel, bahkan hanya terjadi satu tekanan pada bagian kalimat (frasa dan klausa) atau kalimat tersebut. Akan tetapi masih mungkin terjadi lebih dari satu tekanan pada tiap-tiap bagian kalimat yang tersusun dalam metrum KTN. Oleh karena itu, analisis tekanan pada KTN tidak berdasarkan analisis tekanan tiap-tiap kata, tetapi dianalisis dari frasa, klausa, dan kalimat. Berdasarkan hal tersebut, maka simbol yang digunakan adalah (+) untuk menandai silabel yang mendapatkan tekanan.
4.2.1 Tekanan Dasar Kawitan KTN Kawitan mempunyai dua bait, yaitu nyanyian pendek dan nyanyian panjang. Nyanyian pendek mengawali permulaan kidung yang dinyanyikan dalam KTN. Analisis tekanan ini sama seperti analisis ritme dalam KTN dengan memberikan simbol-simbol yang telah dijelaskan di atas. Penjelasan lebih lanjut diberikan di bawah ini. Kriteria
wuwʊsan wu
bupati
san bu pa wʊ Tekanan + + Tabel 038 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris i
ti -
61
patali
nãgantʊn ga rɪŋ nã tʊn Tekanan + + + Tabel 039 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris ii Kriteria
Kriteria
rɪŋ
pa
su
subag ǝ ba
ta
li
wirjǝ wir jǝ
sinĩwi si
wi
gǝ nĩ Tekanan + + + + Tabel 040 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iii Kriteria
kaʤrɪhɪŋ
saŋ
-
ratu
parǝ
ka
pa ra ʤrɪ h ɪng saŋ rǝ Tekanan + + + + Tabel 041 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iv
tu -
warsadi sal wanɪŋ ʤambu w sa l a bu war sa nɪŋ ʤam Tekanan + + + + Tabel 042 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris v Kriteria
Kriteria
prǝsamǝtʊr sa mǝ
kǝmbaŋ
di -
tawɔn
ta prǝ tʊr kǝm ba ŋ Tekanan + Tabel 043 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris vi
wɔn +
Tabel di atas merupakan contoh kawitan pendek pada KTN. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tekanan pertama muncul pada silabel [san] pada kata {wuwusan} juga terjadi tekanan untuk menyambung ke silabel berikutnya. Silabel ini memiliki rentang waktu 2,2605 milidetik dengan frekuensi 300 Hz. Silabel berikutnya bukanlah bagian dari kata {wuwusan} sehingga memerlukan tenaga untuk melanjutkan intonasi yang terjadi. Tekanan yang terjadi tidak sebesar pada silabel [wu]. Meskipun demikian tekanan ini berpengaruh untuk loncat ke silabel awal dari kata yang baru. Gambar terekam seperti di bawah ini.
62
Gambar 013 Tekanan dasar {wuwusan} kawitan pendek KTN baris i Tekanan yang muncul selanjutnya terjadi pada silabel [bu] dan [ti] pada kata {bupati}. Silabel [bu] memiliki durasi 0,6735 milidetik dengan puncak silabel berada pada 201 Hz, sedangkan silabel [ti] memilki durasi 1,9251 milidetik dengan puncak silabel 152 Hz. Ini terjadi karena adanya tekanan pada napas penembang untuk memindahkan silabel sebelumnya, yaitu [san] menuju silabel berikutnya [bu] yang memiliki daerah artikulasi yang berbeda. Selanjutnya pada silabel [ti] penekanannya disebabkan oleh adanya perpindahan nada dari nada tinggi pada silabel [pa] yang kemudian turun satu nada pada silabel [ti]. Untuk menyeimbangkan suara yang dikeluarkan maka diberikan tekanan agar tetap terkontrol dan dapat berpadu dengan nada yang sebelumnya. Hal itu terekam dalam gambar di bawah ini.
63
Gambar 014 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris i Tekanan yang muncul terjadi pada silabel [rɪŋ] yang merupakan satu kata, kemudian pada silabel [pa] dan [ta] pada kata {patali}. Kekuatan tekanan ini terletak pada silabel [ta] yang memiliki puncak silabel dengan frekuensi 300 Hz. Tekanan ini bermula pada silabel [rɪŋ] yang kemudian dilanjutkan ke silabel berikutnya. Penekanan ini diberikan untuk mendorong nada ke nada yang lebih tinggi. Setelah silabel [ta] terjadi penurunan nada perlahan-lahan sehingga tidak memerlukan tekanan sebesar tekanan untuk mendorong nada naik perlahan. Adapun gambaran yang dapat ditangkap seperti yang terekam dalam speech analyzer di bawah ini.
64
Gambar 015 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris ii
Terlihat pada gambar di atas, perlahan-lahan nada dasar naik dari silabel [rɪŋ] yang kemudian turun pada silabel [li] secara perlahan. Meskipun demikian, kekuatan suara penembang memberikan fluktuasi nada. Fluktuasi yang terjadi tidak melampaui puncak tekanan pada silabel [ta] sehingga tekanan yang diberikan tidak lebih besar pada silabel berikutnya. Selanjutnya terjadi tekanan pada silabel [su] dan [gǝ] pada kata {subaga} dan [jə] pada kata {wirya}. Keadaan ini sama dengan tekanan yang terjadi sebelumnya, tetapi pada kasus ini puncak tekanan berada pada silabel [jə] yang merupakan akhir dari kata [wirjə]. Selanjutnya tekanan terjadi pada silabel [nĩ] pada kata {siniwi}. Tekanan ini muncul pada karena adanya permainan nada yang mengharuskan silabel tengah mendapatkan tekanan untuk mendorong silabel [wi] mengeluarkan suara lebih lepas guna mengakhiri pemenggalan ini. Tekanan ini juga memengaruhi kata selanjutnya, yaitu {kajrihing}. Tekanan terjadi pada
65
silabel [jrIh] dan [hIŋ]. Silabel [jrIh] memiliki frekuensi tertinggi 221 Hz dengan panjang silabel 0.6361 milidetik dan [hIŋ] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz dengan panjang silabel 1.3189 milidetik. Tekanan selanjutnya diberikan pada silabel [rǝ] untuk menurunkan nada. Silabel [rǝ] memiliki frekuensi paling rendah, yaitu 189 Hz dengan durasi 1.4414 milidetik. Pengaruh tekanan pada silabel [rǝ] juga terdapat pada silabel [ra], yaitu untuk membantu mendorong silabel [tu] mengakhiri pemenggalan ini dengan sempurna.
Gambar 016 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris iii Pada penggalan baris selanjutnya tekanan yang besar diberikan kepada silabel [lwa] dan [nɪŋ] pada kata {salwaning}. Silabel [lwa] mendapat tekanan karena adanya ritme naik-turun yang menyebabkan perlunya silabel ini berhatihati untuk mengolah suara yang keluar. Penyebab yang hampir sama juga menyebabkan tekanan diberikan pada silabel [nɪŋ] untuk mengolah nada agar dapat dinaikkan kemudian turun. Silabel ini memiliki frekuensi puncak 300 Hz dengan durasi 2.0833 milidetik. Selanjutnya masih dalam penggalan baris yang
66
sama terjadi pada silabel [bu] dan [war] pada kata {jambu warsadi}. Silabelsilabel ini diberikan tekanan karena pada silabel [bu] didorong untuk naik satu tingkat dari nada sebelumnya, sedangkan silabel [war] diberikan tekanan untuk melakukan variasi nada naik-turun secara bersamaan dalam sebuah silabel. Pada baris {prasamatur kembang tawon} silabel yang diberikan tekanan yang paling besar adalah silabel [tʊr] dan [won]. Silabel-silabel ini diberikan tekanan untuk memudahkan menurunkan nada pada silabel [tʊr] dan menaikkan nada pada silabel [won]. Silabel [tʊr] memiliki frekuensi terendah 189 Hz, sedangkan silabel [won] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz, seperti terdapat pada gambar di bawah ini.
Gambar 017 Tekanan dasar kawitan pendek KTN baris vi Setelah membahas tekanan dasar pada kawitan pendek, sekarang dilanjutkan tekanan dasar pada kawitan panjang. Tekanan yang terjadi di tiap-tiap silabel dijelaskan di bawah ini.
67
Kriteria Tekanan
wɛtnɪŋ
ra ʤǝ ra
wibawǝ ba
wi
wɛt n ɪŋ ʤǝ + + + Tabel 044 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris i mãn ɪʔ
mãs
Kriteria
wǝ -
pǝnʊh
mãs mã n ɪʔ pǝ Tekanan + + Tabel 045 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris ii Kriteria
mãkɪndǝ
jǝ
tǝ
rɪŋ ba
Tekanan
Tekanan
Kriteria Tekanan
Kriteria
Kriteria
sri
nãrɛndrǝ
sri
sri
-
siŋǝpati pa ŋǝ
si
mpu
u ʤarɪŋ u
-
mpu ba ʤa rɪŋ + + + Tabel 048 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris v ri
denĩrǝ de
pancǝ pan cǝ
tǝ -
nãnǝ
nĩ rǝ nã + + Tabel 049 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vi bratɛŋ
kǝpancǝ pan
bra
atur
Tekanan
ti
bag ǝwantǝ wan gǝ
tɛŋ kǝ cǝ Tekanan + + Tabel 050 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vii Kriteria
dǝ -
nã rɛn drǝ + + + Tabel 047 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris iv
ri
Tekanan
bahudandǝ u dan
mã kɪn dǝ jǝ tǝ rɪŋ + + + Tabel 046 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris iii sri
Kriteria
nʊh -
rJaŋ
nurag ɛŋ a tur nu ra r aŋ g ɛŋ + + Tabel 051 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris viii j
darmǝ dar mǝ
nǝ -
sjǝ sjǝ -
bʊh bʊh -
68
Tekanan pada penggalan baris pertama diberikan pada silabel [wɛt] dan [nɪŋ]. Tekanan ini diberikan untuk memulai awal bait yang baru. Tekanan ini befungsi untuk menjaga kestabilan dalam menembangkan bait kawitan panjang KTN. Silabel [wɛt] memiliki frekuensi tertinggi 268 Hz dengan nada menengah datar, sedangkan [nɪŋ] memiliki frekuensi tertinggi 300 Hz dengan nada tinggi. Silabel kedua diberikan tekanan untuk mendorong nada naik dan kemudian perlahan-lahan turun. Untuk tekanan ini diperlihatkan pada speech analyser di bawah ini.
Gambar 018 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris i Selain itu, silabel [ba] juga mendapat tekanan dalam penembangannya. Tekanan ini diberikan untuk memberikan pelepasan suara pada silabel [wa]. Karena tekanan ini, maka untuk mengakhiri sebuah baris pada pemenggalan ini menjadi lebih mudah.
69
Pada penggalan baris selanjutnya tekanan diberikan pada silabel [nɪʔ] dan [pǝ]. Silabel [nɪʔ] pada kata {manik} mendapat tekanan untuk menaikkan nada. Karena silabel [nɪʔ] merupakan silabel tertutup oleh fitur [ʔ], maka pada silabel [pǝ] pada kata {penuh} juga didesak dengan tekanan untuk melanjutkan nada yang telah ditembangkan. Silabel [nɪʔ] memiliki frekuensi 300 Hz durasi 1,0816 milidetik dengan nada naik, sedangkan silabel [pǝ] memiliki frekuensi 300 Hz durasi 0,4535 milidetik.
Gambar 019 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris ii Tiga silabel diberikan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Silabel yang mendapatkan tekanan adalah [dǝ], [jǝ], dan [tǝ]. Silabel [dǝ] pada kata {makinda}, sedangkan {ya} dan{ta} merupakan satu kata penghubung. Tekanan diberikan pada tiap-tiap silabel karena mulai dari silabel [dǝ] nada perlahan-lahan naik sampai pada silabel [tǝ] yang kemudian perlahan turun. Untuk melakukan
70
improvisasi tersebut maka diperlukan tenaga dan suara yang lebih besar dibandingkan dengan nada yang lainnya. Silabel [dǝ] memiliki frekuensi puncak sebesar 300 Hz yang kemudian turun pada silabel [jǝ] dengan frekuensi 63 Hz, sedangkan silabel [tǝ] dengan frekuensi puncak 300 Hz kembali menaikkan nada dari yang sebelumnya turun. Penggalan baris selanjutnya tiga silabel mendapat tekanan, yaitu silabel [na] dan [rɛn] pada kata {narendra} dan silabel [pa] pada kata {singapati}. Silabel [na] memiliki frekuensi terendah 224 Hz dengan puncak frekuensi mencapai 300 Hz, sedangkan silabel [rɛn] memiliki frekuensi 300 Hz. Berdasarkan frekuensi tersebut terjadi naik turun nada pada satu kata yang sama dengan dua silabel yang berbeda serta memerlukan tekanan yang stabil. Selanjutnya pada silabel [pa] tekanan terjadi dengan puncak frekuensi sebesar 266 Hz. Tekanan ini diberikan untuk memudahkan penggalan silabel terakhir dengan nada turun. Silabel [rɪŋ] pada kata {ujaring}, [mpu] dan [wan]
pada kata
{bagawanta} mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Tekanan ini diberikan untuk menggetarkan suara pada silabel [rɪŋ] sehingga memerlukan tekanan dengan puncak frekuensi 300 Hz selama 1,4471 milidetik. Pada silabel [mpu] diberikan tekanan untuk melakukan nada naik dan turun secara bersamaan. Silabel [mpu] memiliki frekuensi tertinggi 290 Hz dan yang terendah adalah 175 Hz dengan durasi 3,0265 milidetik. Silabel [wan] mendapat tekanan sebesar 260
71
Hz untuk memberikan pelepasan suara yang maksimal pada silabel [tǝ] untuk mengakhiri baris ini. Silabel [nĩ] dan [cǝ] diberikan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Silabel [nĩ] terdapat dalam kata {denira}, sedangkan silabel [cǝ] terdapat pada kata {panca}. Silabel-silabel ini diberikan tekanan karena membutuhkan tenaga yang besar untuk melakukan improvisasi nada, yaitu dari nada naik ke nada turun dalam waktu yang singkat. Silabel [nĩ] mempunyai frekuensi 248 Hz - 300 Hz dengan durasi 1,3050 milidetik, sedangkan silabel [cǝ] memiliki frekuensi 188 Hz – 260 Hz dengan durasi 1,2530 milidetik. Selanjutnya, yang diberikan tekanan adalah silabel [taŋ] pada kata {bratang} dan silabel [cǝ] pada kata {kepancasya]. Silabel ini diberikan tekanan karena silabel [taŋ] merupakan silabel tertutup sehingga memerlukan tekanan untuk mengakhiri sebuah kata dan langsung melanjutkan irama pada kata selanjutnya yang memiliki daerah artikulasi yang berbeda, yaitu silabel [pan]. Silabel ini memiliki frekuensi 190 Hz – 290 Hz dengan durasi 2,1529 milidetik. Silabel [cǝ] mendapat tekanan karena silabel ini berada setelah silabel tertutup sehingga terjadi pelepasan suara yang lebih besar. Frekuensi yang diberikan pada silabel ini berkisar 167 Hz – 230 Hz dengan durasi 1,1590 milidetik. Hal itu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
72
Gambar 020 Tekanan dasar kawitan panjang KTN baris vii
Pada penggalan baris terakhir terjadi tekanan pada silabel [rjaŋ] pada kata {atur hyang} dan [dar] pada kata {darma}. Silabel ini diberikan tekanan karena terjadi suara-suara berat yang mengharuskan adanya nada naik pada silabel [rjaŋ] setelah silabel [tʊr], sedangkan pada silabel [dar] terjadi nada turun secara cepat dengan durasi waktu yang singkat. Silabel [rjaŋ] memiliki frekuensi dari 246 Hz menuju 300 Hz secara stabil dengan durasi 1, 5709 milidetik, sedangkan silabel [dar] memiliki frekuensi dari 145 Hz sampai dengan 88 Hz dengan durasi 2,0134 milidetik. Demikianlah tekanan-tekanan yang terjadi dalam kawitan KTN. Variasi tekanan ini terjadi berkaitan juga dengan adanya suara berat berliku-liku atau adanya silabel tertutup disertai perbedaan daerah artikulasi antarkonsonan.
73
4.2.2 Tekanan Dasar Pemawak Bait pemawak memiliki tekanan-tekanan yang bervariasi. Untuk bait yang dijadikan bahan analisis adalah bait pemawak yang dijadikan bahan analisis dalam ritme di atas. Penggalan-penggalan baris disertai tekanan yang terjadi dapat dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini:
Kriteria Tekanan
biseka
tuhwatʊt tu -
bi
w
se
h ǝ tʊt nrǝ + Tabel 052 Tekanan dasar pemawak KTN baris i sri
Kriteria Tekanan
Kriteria Tekanan
Kriteria Tekanan
Kriteria Tekanan
Kriteria Tekanan
ka
nrǝpati pa
ti
+
-
keswarjǝdalǝ
sri
swa
ke
da rǝ + + + Tabel 053 Tekanan dasar pemawak KTN baris ii dalǝ
kusumǝ su
da
lǝ -
patrǝ
ŋlʊŋ
ku pa lǝ mǝ trǝ + Tabel 054 Tekanan dasar pemawak KTN baris iii eswrjǝ swa
e
ŋlʊŋ +
laksmi
raʤǝ
ra lak rjǝ ʤǝ + + Tabel 055 Tekanan dasar pemawak KTN baris iv sa ŋ
mnɔhi
kulǝ
smi -
ra ʤǝ
n
ku mɔ hi ra sa ŋ lǝ + + Tabel 056 Tekanan dasar pemawak KTN baris v k wɛhɪŋ w
balǝ ba
di di
ʤǝ +
warg ǝ war
k ɛh hɪŋ lǝ + + Tabel 057 Tekanan dasar pemawak KTN baris vi
gǝ -
74
Kriteria
mukjǝ mu kjǝ
Tekanan
si
patɪh pa
j
rǝ kr ǝ nǝ + + Tabel 058 Tekanan dasar pemawak KTN baris vii
Tekanan
Kriteria
krjǝnǝ
sirǝ
sa ŋ sa ŋ -
nĩti ti
ban
bandeswarjǝ de swa
tɪh -
patrǝ rʊm j
pa
nĩ rǝ + + Tabel 059 Tekanan dasar pemawak KTN baris viii
trǝ -
rʊm +
Penggalan baris pertama terjadi pada silabel [tʊt] pada kata {tuhatut} dan [pa] terdapat pada kata {nrepati}. Silabel [tʊt] mendapatkan tekanan karena merupakan silabel tertutup yang terletak pada akhir kata. Silabel ini juga mempertahankan nada tetap tinggi sehingga memerlukan tekanan yang lebih besar. Silabel [tʊt] memiliki frekuensi secara konstan 300 Hz – 310 Hz dengan durasi 1,1554 milidetik. Silabel [pa] mendapat tekanan karena terjadi nada naikturun secara bersamaan yang memerlukan frekuensi hingga 320 Hz dengan durasi 2,0947 milidetik. Di bawah ini diberikan gambar silabel [tƱt] yang mendapatkan tekanan.
Gambar 021 Tekanan dasar pemawak KTN baris i
75
Pada penggalan baris selanjutnya, tekanan diberikan pada silabel [ke] dan [rjǝ] pada kara {keswarya} dan pada silabel [da] pada kata {dala}. Silabel [ke] mendapat tekanan karena adanya suara berat yang menyertai silabel ini sehingga memerlukan penekanan-penekanan untuk tidak menaikkan atau menurunkan suara. Di pihak lain, silabel [rjǝ] diberikan tekanan karena terjadi penurunan nada dan terjadi luncuran bunyi [j]. Frekuensi yang terjadi berkisar antara 229 Hz – 300 Hz dengan durasi 1,4206 milidetik. Terjadinya nada naik yang cukup signifikan menyebabkan adanya tekanan pada silabel [da] dengan frekuensi dari 196 Hz menuju 300 Hz yang memerlukan durasi 1,2920 milidetik.
Gambar 022 Tekanan dasar pemawak KTN baris ii Silabel [pa] dengan frekuensi 175 Hz – 234 Hz dan durasi 1,0628 milidetik terjadi karena adanya pengaruh dari kenaikan nada. Silabel sebelumnya ditembangkan dengan suara menengah, sedangkan silabel [pa] ditembangkan dengan suara tinggi. Untuk itu, silabel [pa] mendapatkan tekanan agar pelepasan suara pada silabel berikutnya dapat terjalin serasi. Selain silabel tersebut, terjadi pula tekanan pada silabel [ŋlʊŋ] pada kata {patranglung} yang merupakan
76
silabel terakhir dan terjadi variasi nada naik-turun dalam tempo yang singkat, yaitu 2,4765 milidetik dari frekuensi 320 Hz menuju 257 Hz. Silabel pertama pada penggalan baris berikutnya mendapatkan tekanan, yaitu pada silabel [e] pada kata {eswaryadala}. Silabel ini mendapatkan tekanan karena dimulai dengan nada tinggi sehingga untuk mempertahankan nada diperlukan tekanan dengan frekuensi 310 Hz dengan durasi 0,5723 milidetik. Satu silabel pada kata {laksmi}, yaitu [lak] mendapatkan tekanan untuk memberikan peluang pada silabel [smi] melakukan improvisasi pada ritme yang terjadi, yaitu dari suara tinggi ke suara rendah. Silabel ini memiliki frekuensi 181--235 Hz dengan durasi 0,8912 milidetik. Kejadian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 023 Tekanan dasar pemawak KTN baris iv Nada rendah yang terjadi pada awal penggalan baris berikutnya menyebabkan tekanan yang diberikan cukup besar, khususnya pada silabel pertama, yaitu [saŋ] yang merupakan sebuah kata yang berjenis artikula. Frekuensi yang diberikan sebesar 198 Hz dengan durasi 0,9350 milidetik. Silabel
77
[hi] pada akhir kata {menuhi} mendapatkan tekanan karena merupakan puncak nada pada kata tersebut dengan frekuensi 300 Hz dan durasi 1,8489 milidetik. Tekanan juga diberikan pada silabel [ʤǝ] pada kata {raja} karena terjadi puncak nada dengan frekuensi 340 Hz dengan durasi 2,7428 milidetik yang menyebabkan pelepasan bunyi silabel memerlukan tenaga yang lebih besar. Hal tersebut terekam pada gambar di bawah ini.
Gambar 024 Tekanan dasar pemawak KTN baris v Silabel [kwɛh] mendapat tekanan karena adanya nada tinggi pada permulaan baris tersebut. [kwɛh] memiliki frekuensi 277 Hz dengan durasi 0,5259 milidetik. Silabel ini mendapat tekanan karena adanya pengaruh dari fitur-fitur yang melekat pada silabel ini. Selain itu, silabel ini ditekan untuk mendorong suara yang keluar pada silabel selanjutnya, yaitu pada silabel [hɪŋ]. Dua silabel mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya, yaitu [kjǝ] pada kata {mukya} dan silabel [krjǝ] pada kata {kriana}. Kedua silabel ini diberikan tekanan. Pertama, tekanan pada silabel [kjǝ] untuk menstabilkan suara
78
yang dikeluarkan karena terjadi suara berat pada silabel ini, sedangkan silabel [krjǝ] dengan nada rendah yang harus mendorong silabel selanjutnya untuk menaikkan nada sehingga memerlukan tekanan yang lebih besar. Tiap-tiap silabel memiliki frekuensi tertinggi 207 Hz pada silabel [kjǝ] dengan durasi 0,0745 milidetik, sedangkan [krjǝ] mempunyai frekuensi terendah 196 Hz dengan durasi 0,4219 milidetik. Pada penggalan baris terakhir terdapat tiga silabel yang mempunyai tekanan yaitu [ti] pada kata {niti} dan [rʊm] pada kata {patrarum}. Pada silabel [ti] terjadi nada naik dan turun dalam tempo yang relatif singkat, yaitu 2,2771 milidetik dengan puncak frekuensi 290 Hz. Karena silabel [pa] mendapat kenaikan nada yang berjenjang untuk kemudian diturunkan pada silael [trǝ], maka silabel [rʊm] mendapat kenaikan kemudian diturunkan untuk mengakhiri kidung juga disertai tekanan. Tiap-tiap silabel memiliki frekuensi 290 Hz pada silabel [ti] dengan durasi 2,2809 milidetik, sedangkan silabel [rʊm] mendapat durasi 2,8167 dengan frekuensi 340 Hz menuju 168 Hz.
4.2.3 Tekanan Dasar Penawa Penggalan baris-baris penawa bervariasi. Variasi-variasi ini menyebabkan adanya perbedaan tekanan. Keterkaitan tekanan yang muncul dengan variasi suara tinggi-rendah menjadi penting karena menjadi patokan dasar untuk melakukan improvisasi dengan pemanjangan-pemendekan suara pada nyanyian KTN.
79
Adapun penggalan bait yang dijadikan dasar analisis tekanan sama seperti bait pada ritme. Untuk penjelasan lebih mendetail dijabarkan di bawah ini. sri
nrǝpati swarjǝdalǝ w sri nrǝ pa ti s ar rjǝ da + + + + Tabel 060 Tekanan dasar penawa KTN baris i
Kriteria
pira ŋ pi ra ŋ
Tekanan
+
warsǝ war sǝ
tustǝ
Kriteria
ŋǝ
rɪŋ
tus
kalaŋ
Kriteria
rahayu
diwǝ
di ra ha laŋ wǝ + + Tabel 062 Tekanan dasar penawa KTN baris iii sri
Kriteria
Kriteria Tekanan
Kriteria Tekanan
yu -
nãrǝpati pa
sri
ti
nã rǝ + + Tabel 063 Tekanan dasar penawa KTN baris iv
Tekanan
Tekanan
nǝ -
ka
Tekanan
Kriteria
san ǝ sa
tǝ ŋe rɪŋ + + + Tabel 061 Tekanan dasar penawa KTN baris ii
Tekanan
lagjǝ la +
gu
j
gugulɪŋãn gu lɪŋ
-
rɪŋ
tamãn ta
gǝ ŋãn rɪŋ + Tabel 064 Tekanan dasar penawa KTN baris v rɪŋ
jasǝ
ŋʊrd ǝ
+
ja
mɪsrɛŋ
jǝ mɪs rɛŋ + + Tabel 066 Tekanan dasar penawa KTN baris vii
mãn -
aŋʊŋgʊl
ja a rɪŋg sǝ ŋʊr dǝ ŋʊŋ + + Tabel 065 Tekanan dasar penawa KTN baris vi jajǝ
lǝ -
g ʊl -
tawaŋ ta +
waŋ -
80
Kriteria
ti
Tekanan
Kriteria
kǝmalǝ kinãnd ǝ kandǝ ma ki kan kǝ lǝ nãn dǝ dǝ + Tabel 068 Tekanan dasar penawa KTN baris ix
i
Tekanan
kin ũ kɪr ki
tǝ nũ + + Tabel 067 Tekanan dasar penawa KTN baris vii
Tekanan
Kriteria
ti nʊm pja tǝ pja n ʊm
-
in ũpacarɛŋ pa
kɪr -
laŋũ la -
ŋũ +
santʊn ca
san
nũ rɛŋ + + Tabel 069 Tekanan dasar penawa KTN baris x
tʊn +
Berdasarkan tabel-tabel di atas diketahui bahwa tekanan-tekanan yang diberikan cukup bervariasi. Pada penggalan baris pertama tekanan terjadi pada silabel [pi] pada kata {pirang}, silabel [nrǝ] dan [ti] pada kata {nrepati}, dan pada silabel [rjǝ] dan [da] pada kata {eswaryadala}. Silabel [pi] mendapat tekanan untuk memulai sebuah nada yang baru pada penawa demung sawit KTN yang mengharuskan adanya nada tinggi serta menstabilkan suara pada silabel selanjutnya. Silabel [pi] memiliki frekuensi tertinggi 290 Hz dengan durasi 0,3991 milidetik. Pada silabel [nrǝ] dan [ti] terjadi tekanan karena adanya suara tinggi yang kemudian pada silabel [nrǝ] durasi yang diperlukan sangat singkat, yaitu 0,3292 milidetik. Di samping itu juga untuk mendorong tekanan pada silabel [ti]. Pada silabel [ti] harus diolah nada naik-turun secara bersamaan dengan durasi 1,7435 milidetik. Untuk itu silabel [nrǝ] memerlukan frekuensi tertinggi 350 Hz
81
dan silabel [ti] memerlukan frekuensi 330 Hz. Selanjutnya, silabel [rjǝ] dan [da] mendapat tekanan karena berbeda penyebab. Silabel [rjǝ] mendapat tekanan karena adanya perubahan nada dari nada tinggi ke nada rendah secara bersamaan dalam silabel tersebut sehingga memerlukan frekuensi dari 300 Hz turun menjadi 218 Hz dengan durasi 1,2437 milidetik. Di pihak lain silabel [da] mendapat tekanan karena harus menaikkan nada dari nada rendah sebelumnya. Oleh karena itu, silabel [da] memerlukan frekuensi 193 Hz naik menjadi 310 Hz.
Gambar 025 Tekanan dasar penawa KTN baris i Pada penggalan baris kedua silabel yang mendapatkan tekanan adalah [tǝ] pada kata {tusta}, silabel [rɪŋ], dan silabel [sa] pada kata {sana}. Ketiga silabel ini mendapatkan tekanan karena adanya variasi nada. Silabel [tǝ] mengalami kenaikan nada dari nada sedang ke nada tinggi. Untuk itu diperlukan frekuensi dari 197 Hz naik menjadi 300 Hz dengan durasi 0,8256 milidetik. Pada silabel [rɪŋ] terjadi sebaliknya, yaitu nada diturunkan dari nada tinggi yang memerlukan frekuensi 300 Hz menjadi 223 Hz dengan durasi 1,2056 milidetik. Tekanan pada
82
silabel [sa] terjadi karena pengaruh dari silabel [nǝ]. Silabel [sa] ditekan untuk melanjutkan tembang dari suara tinggi lalu turun ke suara menengah pada silabel [nǝ].
Gambar 026 Tekanan dasar penawa KTN baris ii Dua silabel mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya, yaitu [ra] dan [ha]. Kedua penggalan tersebut terdapat pada kata yang sama yaitu {rahayu}. Kedua silabel ini mendapat tekanan besar karena adanya permainan nada pada silabel [ra] dan [ha], sedangkan pada silabel-silabel sebelumnya hanya irama-irama datar yang ditembangkan. Untuk itu, penekanan ini digunakan untuk menaikkan nada pada silabel [ra] dan mencapai puncaknya pada silabel [ha]. Pada silabel [ha] yang diberikan tekanan ini kemudian berfungsi untuk mendorong silabel [ju] untuk mengakhiri baris ini dengan indah dengan nada yang seimbang, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
83
Gambar 027 Tekanan dasar penawa KTN baris iii Kedua silabel ini memiliki frekuensi yang berbeda. Silabel [ra] memiliki frekuensi 173 Hz naik menjadi 310 Hz dengan durasi 1,3258 milidetik, sedangkan silabel [ha] memiliki frekuensi stabil 290 Hz dengan durasi 0,3049 milidetik. Hanya silabel [pa] pada baris iv yang mendapatkan tekanan. Suara yang dihasilkan digunakan untuk mendorong nada naik-turun pada silabel [ti] yang mengakhiri baris ini. Silabel [pa] memiliki frekuensi dari 189 Hz naik menjadi 300 Hz dengan durasi 0,6813 milidetik. Tiga silabel mendapatkan tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Ketiga silabel tersebut, yaitu [la] pada kata {lagia}, [rɪŋ], dan [ta] pada kata {taman}. Silabel [la] mendapat tekanan karena merupakan nada awal untuk memulai baris ini dan untuk menjaga suara agar tetap pada nada sedang saat silabel [la] ditembangkan. Tekanan pada silabel [la] berfungsi juga untuk mendorong suara agar tetap berada pada jalur nada sedang pada lima silabel berikutnya sampai pada silabel [rɪŋ] yang mendapatkan tekanan kembali.
84
Tekanan pada silabel [rɪŋ] disebabkan untuk mendorong suara agar mempunyai kekuatan untuk menaikkan nada. Pengaruh tekanan ini juga dirasakan pada silabel [ta] yang masih mendapatkan tekanan untuk menjaga kestabilan suara agar dapat melakukan improviasi nada naik-turun serta mengakhiri sebuah baris pada silabel [mãn].
Gambar 028 Tekanan dasar penawa KTN baris v Pada penggalan baris selanjutnya hanya terdapat dua silabel yang mendapat tekanan, yaitu [rɪŋ] dan [a] pada kata {angunggul}. Sama seperti penjelasan sebelumnya, yaitu silabel [rɪŋ] merupakan permulaan yang harus memberikan suara stabil kepada empat silabel selanjutnya maka diberikan tekanan yang lebih besar. Tekanan ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan suara penembang untuk bisa mempertahankan nada yang sama pada keempat silabel berikutnya. Setelah itu, terjadi jeda sejenak, yaitu 0.1345 milidetik antara silabel [dǝ] dan [a]. Akibat adanya jeda tersebut, tekanan kembali terjadi pada silabel [a] untuk mendorong suara karena terjadi silabel tertutup setelahnya. Perbedaan
85
penyebab tersebut juga bedampak pada frekuensi yang dimiliki, yaitu silabel [rɪŋ] memiliki frekuensi di antara 256 Hz-300 Hz dengan durasi 1,1703 milidetik, sedangkan silabel [a] memiliki rentang frekuensi dari 184 Hz -- 230 Hz dengan durasi 0,5444 milidetik. Silabel [ja] pada kata {yaya}, [rɛŋ] pada kata {misreng}, dan [waŋ] pada kata {tawang} mendapatkan tekanan disebabkan oleh adanya perubahan irama. Pada silabel [ja] yang merupakan permulaan suara sengaja diberikan tekanan untuk memberikan kesamaan irama pada dua silabel berikutnya yang perlahan irama naik pada silabel [rɛŋ]. Puncak naiknya nada menyebabkan adanya jeda 0,0880 milidetik sehingga tekanan juga terjadi pada silabel [ta] yang berfungsi untuk mendorong kembali irama yang sebelumnya sempat terhenti. Ketiga silabel ini memiliki perbedaan frekuensi karena tekanan yang diberikan juga dengan alasan yang berbeda. Tekanan pada silabel [ja] memiliki frekuensi puncak 213 Hz yang berada paling awal dengan durasi 0,4735 milidetik, silabel [rɛŋ] memiliki frekuensi dari 196 Hz – 310 Hz dengan durasi 1,2996 milidetik, dan silabel [ta] memiliki frekuensi dari 300 Hz menjadi 256 Hz dengan durasi 0,3222 milidetik. Gambar silabel [waŋ] yang mendapatkan tekanan adalah sebagai berikut.
86
Gambar 029 Tekanan dasar penawa KTN baris vii Dua silabel, yaitu [pja] pada kata {tinumpya} dan [ta] mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya. Tekanan pada silabel [p ja] terjadi karena pada silabel sebelumnya, yaitu [nʊm] merupakan silabel tertutup dan terjadi jeda 0,0615 milidetik disertai perubahan nada dari nada tinggi menjadi lebih tinggi pada silabel [p ja] yang kemudian turun perlahan pada silabel yang sama. Silabel [pja] memiliki frekuensi 370 Hz turun menjadi 247 Hz dengan durasi 0,2502 milidetik. Berbeda halnya dengan silabel [ta] yang diberikan tekanan karena adanya naik-turun nada secara bersamaan. Silabel [ta] memiliki frekuensi awal 271 Hz naik menjadi 300 Hz yang kemudian turun menjadi 183 Hz dengan durasi 1,7123 milidetik. Dua silabel yang mendapat tekanan pada penggalan baris selanjutnya adalah silabel [kǝ] pada kata {kamala} dan silabel [ŋũ] pada kata {langu} yang merupakan silabel terakhir pada beris tersebut. Silabel [kǝ] mendapat tekanan di awal karena adanya pengaruh dari silabel-silabel selanjutnya dengan suara menengah. Untuk itu diperlukan adanya penekanan di awal guna melancarkan
87
penembangan pada silabel-silabel berikutnya. Silabel [ŋũ] terjadi karena hanya silabel ini yang mendapatkan improviasi, sedangkan silabel yang lain iramanya sama. Silabel ini memerlukan frekuensi puncak 269 Hz dengan durasi 2,0067 milidetik. Pada penggalan baris terakhir hanya ada dua silabel yang mendapatkan tekanan. Silabel tersebut, yaitu silabel [nũ] pada kata {inupacareng} dan [tʊn] pada kata {santun}. Tekanan muncul akibat adanya vokal tinggi yang ditembangkan dengan nada rendah [i] di depan silabel [nũ] sehingga silabel [nũ] ditembangkan dengan suara yang lebih berat disertai nada rendah yang menghasilkan tekanan yang lebih berat juga. Sebaliknya, untuk mengakhiri bait penawa KTN maka silabel terakhir, yaitu [tʊn] mendapat tekanan untuk mengakhiri dengan menurunkan irama kidung.
Gambar 030 Tekanan dasar penawa KTN baris x Berdasarkan hasil pemaparan pada tiap-tiap subbab mengenai tekanan yang terjadi dalam KTN dapat diuraikan secara ringkas bagaimana tekanan
88
tersebut terjadi. Tiap-tiap bait KTN yang telah dijelaskan pada subbab ritme KTN. KTN terdiri atas empat bait. Pertama tekanan pada kawitan pendek dapat diberikan gambaran umum, yaitu sebagai berikut.
Baris I Baris II Baris III Baris IV Baris V Baris VI
-
-
+
-
+
-
+
-
+
-
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
-
-
+
+
-
+
+
-
-
+
+
-
+
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
Tabel 70 Tekanan dasar kawitan pendek KTN Kedua, bait kawitan panjang memiliki aturan tekanan sebagai berikut. Baris I Baris II Baris III Baris IV Baris V Baris VI Baris VII Baris VIII
+
+
-
-
-
+
-
-
-
+
+
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
+
-
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
+
+
-
-
-
-
Tabel 71 Tekanan dasar kawitan pendek KTN
-
-
89
Ketiga, bait pemawak juga memiliki aturan tersendiri mengenai tekanan-tekanan yang jatuh pada silabel. Aturan tekanan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk tabel di bawah ini: Baris I Baris II Baris III Baris IV Baris V Baris VI Baris VII Baris VIII
-
-
+
-
-
-
-
+
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
Tabel 072 Tekanan dasar pemawak KTN
-
-
+
90
Terakhir, bait penawa memiliki aturan tekanan tersendiri pula. Aturannya, yaitu sebagai berikut. Baris I Baris II Baris III Baris IV Baris V Baris VI Baris VII Baris VIII Baris IX Baris X
+
-
-
-
-
+
+
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
+
+
-
+
-
-
-
-
-
+
+
-
+
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
+
+
-
-
-
+
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+
-
+
-
-
+
+
+
Tabel 073 Tekanan dasar penawa KTN Demikianlah aturan tekanan yang dapat ditemukan dalam tiap-tiap bait KTN. Perbedaan tekanan terjadi karena adanya pengaruh ritme. Selain itu, juga untuk memberikan perbedaan antara tembang yang satu dan tembang bait yang lainnya.
4.3 Intonasi Telah dijelaskan pada konsep bahwa intonasi tuturan biasa dan nyanyian berbeda karena adanya nada yang dimiliki oleh tiap-tiap silabel pada nyanyian tersebut. Karena KTN adalah nyanyian, maka dasar analisis intonasi terdapat pada
-
91
nada. Intonasi KTN lebih mengkhususkan naik-turunnya nada pada sebuah silabel (Ladefoged, 1993: 113). Tiap-tiap silabel memiliki intonasi yang berbeda. Perbedaan ini merupakan harmonisasi dari nyanyian KTN itu sendiri yang memberikan keindahan tersendiri pada tiap-tiap bait. Intonasi dianalisis dengan dua cara, pertama dianalisis dengan memberikan intonasi langsung pada penggalan baris tiap-tiap bait KTN. Kedua intonasi dipecah berdasarkan silabel. Untuk itu, diperlukan beberapa simbol dalam analisisnya. Simbol-simbol yang digunakan, antara lain simbol (─) untuk intonasi datar, simbol (/) untuk intonasi naik, simbol (\) untuk intonasi turun. Tiap-tiap analisis dipenggal seperti di atas menggunakan tabel dan berdasarkan adanya jeda dimana satu frasa ditembangkan. Pertama, intonasi yang dijabarkan adalah kawitan pendek. Sampel bait yang digunakan sama seperti di atas.
wʊ
wʊ san san
bu bu
─
¯\
─
wu
Kriteria Intonasi
wu ─
pa
ti pa
ti
─
─
Tabel 074 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris i
Kriteria rɪŋ Intonasi
─
rɪŋ pa ─
pa ta _/
ta
li nã gan tʊn li ga nã ¯
¯\
─
Tabel 075 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris ii
tʊn ¯\
92
su
Kriteria Intonasi
ba
su
ba
gǝ
─
_/
─
gǝ wir wir _/\_
jǝ si nĩ wi si jǝ nĩ
wi
─
─
─
─
Tabel 076 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris iii
ka ʤrɪ
Intonasi
hɪŋ
sa ŋ
ka
ʤrɪ
h ɪng
saŋ
pa pa
─
─
─
─
─
Kriteria
rǝ
ra
rǝ
tu ra
tu
¯\
─
─
Tabel 078 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris iv
sa
sa lwa nɪŋ ʤam bu war sa l a bu war nɪŋ ʤam
─
_/
Kriteria Intonasi
di
w
¯\
─
─
_/
sa
di
─
─
Tabel 079 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris v
prǝ sa mǝ tʊr kǝm ba ŋ ta
Kriteria Intonasi
wɔn
prǝ
sa
mǝ
tʊr
kǝm
baŋ
ta
wɔn
─
─
_/
/\
─
─
─
_/
Tabel 080 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris vi
Intonasi pada kawitan pendek KTN tidak terlalu rumit karena hanya dua sampai dengan empat silabel yang mendapatkan intonasi yang rumit. Macammacam intonasi yang muncul bervariasi. Kebanyakan dengan intonasi datar yang dilambangkan dengan (─). Intonasi ini memegang peranan penting untuk menentukan nada, ada beberapa intonasi datar yang muncul dengan suara rendah, ada pula dengan suara tinggi. Untuk memastikan hal tersebut apakah menggunakan suara rendah, sedang, atau tinggi sebaiknya kembali melihat ritme
93
kawitan pendek. Untuk simbol (¯\) menunjukkan adanya nada dengan intonasi datar yang kemudian turun secara langsung pada kawitan pendek ini. Intonasi ini muncul secara acak, baik pada silabel terbuka maupun silabel tertutup. Ada pula intonasi lain yang muncul pada kawitan ini, yaitu ( / ) yang berarti terdapat intonasi naik pada silabel ini dari nada silabel sebelumnya atau sebaliknya ( \ ) terdapat intonasi turun secara langsung pada silabel tersebut dari nada pada silabel sebelumnya. Di pihak lain, muncul juga intonasi dengan ( _/\_ ) yang berarti adanya intonasi datar pada silabel tersebut yang kemudian perlahan naik, sesudah mencapai puncaknya intonasi pada silabel tersebut turun perlahan kemudian intonasi kembali datar. Intonasi lain yang muncul adalah ( _/ ) dimana silabel yang mendapatkan simbol ini terjadi intonasi datar terlebih dahulu beberapa saat barulah terjadi intonasi naik. Satu contoh gambar yang merekam intonasi pada baris kedua, yaitu sebagai berikut.
Gambar 031 Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris ii Pada gambar di atas, pada silabel [pa] terjadi intonasi datar. Pada silabel [tá] terjadi intonasi datar kemudian naik perlahan. Intonasi turun terjadi pada
94
silabel [nà] dan silabel [tƱn]. Contoh intonasi (_/\_) terdapat pada silabel [wÎr] seperti yang terekam pada gambar di bawah ini.
Gambar 032. Intonasi dasar kawitan pendek KTN baris iii Pada gambar di atas, tampak silabel [wÎr] dimulai dengan intonasi datar. Perlahan-lahan intonasi dinaikkan kemudian turun. Hal tersebut dapat terjadi karena silabel tersebut merupakan silabel berat. Setelah membahas intonasi pada kawitan pendek, selanjutnya akan dibahas mengenai intonasi dasar pada kawitan panjang. Untuk menyeragamkan hasil analisis, contoh data yang digunakan sama dengan analisis ritme dan tekanan kawitan panjang. Berdasarkan hasil speech analyser dapat dibuatkan tabel di bawah ini:
wɛt
Kriteria Intonasi
wɛt
n ɪŋ
─
¯\
nɪŋ ra ─
ʤǝ wi ba wǝ wi ba ʤǝ
ra
─
─
─
Tabel 081 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris i
wǝ ─
95
mãs mã nɪʔ pǝ nʊh
Kriteria mãs
mã
nɪʔ
pǝ
nʊh
─
─
─
─
_/\_
Intonasi
Tabel 082 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris ii
mã kɪn dǝ jǝ tǝ rɪŋ ba hu dan dǝ ba u dǝ jǝ tǝ rɪŋ
Kriteria Intonasi
mã
kɪn
─
─
─
─
─
¯\
─
─
dan
dǝ
─
─
Tabel 083 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris iii
sri
nã
nã rɛn drǝ sri si ŋǝ pa ti sri si rɛn drǝ ŋǝ
─
─
_/
sri
Kriteria Intonasi
─
─
─
pa
ti
─
¯\
─
Tabel 084 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris iv
Kriteria u Intonasi
ʤa ─
─
u ʤa rɪŋ mpu ba gǝ wan tǝ mpu ba wan rɪŋ gǝ _/ \_ ─ ─ ─
tǝ ─
Tabel 085 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris v Kriteria
Intonasi
ri
de
ri de nĩ rǝ pan cǝ nã nǝ pan nĩ rǝ cǝ
nã
nǝ
─
─
─
─
─
/
─
─
Tabel 086 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris vi
bra
tɛŋ
kǝ pan cǝ sjǝ pan kǝ cǝ
─
_/
─
bra
Kriteria Intonasi
tɛŋ
─
─
Tabel 087 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris vii
sjǝ ─
96
Kriteria Intonasi
a
tur
─
_/
a tur rJaŋ dar mǝ nu ra gɛŋ bʊh dar nu ra rja ŋ mǝ g ɛŋ ─
─
_/
─
─
─
bʊh ¯\
Tabel 088 Intonasi dasar kawitan panjang KTN baris viii Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa intonasi yang digunakan hampir sama dengan intonasi pada kawitan pendek. Intonasi yang juga muncul dalam kawitan pendek ini ( \ ). Jadi, kebanyakan intonasi yang digunakan dengan intonasi naik. Kebanyakan silabel terakhir pada tiap-tiap penggalan baris adalah dengan intonasi datar dan intonasi turun. Hanya satu silabel terakhir yang disertai dengan variasi (_/\_). Berbeda halnya dengan intonasi awal pada tiap-tiap baris yang dimulai dengan intonasi datar untuk meneruskan kepada silabel-silabel selanjutnya. Intonasi yang sederhana tidak menentukan bahwa ini akan mudah ditembangkan. Penyebab munculnya kesulitan adalah mengatur suara yang tepat untuk menyesuaikan nada-nada dengan intonasi yang ada. Kemunculan intonasi di atas berfungsi untuk mengatur jalannya irama KTN. Perpaduan antara ritme, tekanan, dan intonasi menghasilkan suatu keharmonisan suara. Untuk itu, di bawah ini diberikan gambar mengenai intonasi yang terjadi pada baris kedua.
97
Gambar 033 Intonasi kawitan panjang KTN baris ii Pada gambar di atas, yang menjadi sorotan adalah silabel terakhir. Silabel [nƱh] yang memiliki intonasi datar kemudian naik lalu turun dan kembali datar. Intonasi ini bertujuan untuk mengakhiri baris ini. Untuk itu, diperlukan intonasi yang sedikit rumit. Kerumitan ini tidak selalu muncul di akhir baris. Intonasi dasar pemawak KTN dibahas selanjutnya. Berdasarkan hasil speech analyser dengan menggunakan data yang sama dengan analisis ritme dan tekanan dapat di jabarkan sebagai berikut.
Kriteria Intonasi
tu
h wǝ
─
─
tu hwa tʊt bi se ka nrǝ pa ti bi se ka tʊt nrǝ
pa
ti
─
_/
─
─
─
─
─
Tabel 089 Intonasi dasar pemawak KTN baris i
sri
sri ke
─
/
Kriteria Intonasi
ke
swa swa ─
rjǝ
da
lǝ
j
rǝ
da
lǝ
─
_/
¯\
Tabel 090 Intonasi dasar pemawak KTN baris ii
98
da lǝ ku su mǝ pa ku su mǝ
Kriteria Intonasi
da
lǝ
─
─
─
─
trǝ ŋlʊŋ pa trǝ
─
─
ŋlʊŋ
─
_/\_
lak
smi
─
_/\_
ʤǝ ra
ʤǝ
─
_/\_
Tabel 091 Intonasi dasar pemawak KTN baris iii
e swa rjǝ ra ʤǝ lak ra rjǝ ʤǝ
Kriteria Intonasi
e
swa
─
─
─
_/\
smi
─
Tabel 092 Intonasi dasar pemawak KTN baris iv
sa ŋ
ku
lǝ
mn ɔ mn ɔ
─
─
─
─
sa ŋ
Kriteria Intonasi
ku lǝ
hi ra hi _/
Tabel 093 Intonasi dasar pemawak KTN baris v
k wɛ hɪŋ ba lǝ di war gǝ ba di war lǝ
Kriteria Intonasi
w
k ɛh
hɪŋ
─
/
─
─
─
gǝ
─
¯\
Tabel 094 Intonasi dasar pemawak KTN baris vi
Kriteria Intonasi
mu
kjǝ
─
─
mu kjǝ si rǝ krjǝ nǝ pa tɪh si pa rǝ krjǝ nǝ ─
─
─
/
tɪh
─
_/\_
Tabel 095 Intonasi dasar pemawak KTN baris vii
Kriteria sa ŋ Intonasi
─
saŋ nĩ ti ban de swa rjǝ pa trǝ rʊm ti ban de swa pa nĩ rjǝ trǝ
rʊm
─
_/\_
¯\
─
─
─
\
_/\_
Tabel 096 Intonasi dasar pemawak KTN baris viii
─
99
Pemawak dimulai dengan intonasi datar di setiap baris. Variasi intonasi yang muncul masih sederhana mengingat data ditembangkan dengan nada dasar. Di samping itu kebanyakan menggunakan intonasi datar. Beberapa silabel ditembangkan dengan intonasi naik, turun, atau naik-turun secara bersamaan. Intonasi dengan simbol (_/) muncul karena silabel tersebut mendapatkan intonasi datar yang kemudian naik perlahan. Pada silabel lain terdapat silabel dengan simbol (¯\) yang berarti nada datar kemudian turun. Intonasi dengan nada datar kemudian naik lalu turun perlahan dan datar (_/\_) juga terjadi pada bentuk pemawak. Seberapa intonasi ini memerlukan suara perlu diperhatikan juga ritme dan tekanan yang muncul. Perpaduan suara yang tepat dengan intonasi menghasilkan irama yang harmonis. Intonasi juga menunjang sejauh mana dapat dilakukan improvisasi pada sebuah silabel. Salah satu baris yang dijadikan contoh adalah baris terakhir seperti di bawah ini.
Gambar 034. Intonasi dasar pemawak KTN baris viii Pada gambar di atas, tampak bahwa silabel [pâ] dinyanyikan dengan intonasi datar kemudian naik lalu turun dan kembali datar. Silabel tersebut merupakan silabel berat yang boleh mendapatkan perubahan intonasi. Selain
100
silabel [pâ], silabel [rƱm] juga mendapatkan intonasi yang rumit. Intonasinya dimulai dengan kontur datar kemudian naik lalu turun dan berakhir dengan kontur datar. Penawa dengan jumlah suku kata lebih banyak dan dipenggal dalam sepuluh baris memiliki berbagai macam intonasi. Dalam analisis ini data penawa yang sama dianalisis. Intonasi berdasarkan hasil data speech analyser intonasi penawa dapat dijelaskan di bawah ini.
pi ra ŋ war sǝ sri nrǝ pa ti swa rjǝ da lǝ war sǝ sri nrǝ pa ti swar rjǝ
Kriteria pi
ra ŋ
─
─
Intonasi
─
─
─
─
─
─
─
─
da
lǝ
─
¯\
Tabel 097 Intonasi dasar penawa KTN baris i
tus tǝ ŋǝ rɪŋ sa n ǝ
Kriteria Intonasi
tus
tǝ
ŋe
rɪŋ
sa
nǝ
─
─
─
─
─
¯\
Tabel 098 Intonasi dasar penawa KTN baris ii
Kriteria Intonasi
ka
laŋ
─
─
ka laŋ di wǝ ra ha di ra wǝ ─
─
ju
_/
ha
ju
─
\_
Tabel 099 Intonasi dasar penawa KTN baris iii
sri
Kriteria Intonasi
sri
nã
─
─
nã rǝ
pa
rǝ
ti pa
ti
─
/
¯\
Tabel 100 Intonasi dasar penawa KTN baris iv
101
la gjǝ gu gu lɪ ŋãn rɪŋ ta mãn gu gu ta lɪŋ ŋãn rɪŋ
Kriteria Intonasi
la
gjǝ
─
─
─
─
─
─
─
_/
mãn _/\_
Tabel 101 Intonasi dasar penawa KTN baris v
rɪŋ
Kriteria
ja sǝ
ŋʊr d ǝ
rɪŋg
ja
sǝ
ŋʊr
/
─
¯\
─
Intonasi
a ŋʊŋ a dǝ ─
g ʊl
ŋʊŋ
g ʊl
─
_/\
─
Tabel 102 Intonasi dasar penawa KTN baris vi
ja jǝ mɪs rɛŋ ta
Kriteria Intonasi
waŋ
ja
jǝ
mɪs
rɛŋ
ta
waŋ
─
─
─
_/
─
_/\
Tabel 103 Intonasi dasar penawa KTN baris vii
ti
n ʊm
n ʊm pja
─
─
─
ti
Kriteria Intonasi
p ja
tǝ
kɪr
tǝ
ki n ũ ki
nũ
kɪr
¯\
─
─
_/\_
Tabel 104 Intonasi dasar penawa KTN baris viii
kǝ
kǝ ma lǝ ki nãn dǝ kan d ǝ la ŋũ ma ki kan d ǝ la lǝ nãn dǝ
ŋũ
─
─
¯\
Kriteria Intonasi
─
─
─
─
─
─
─
Tabel 105 Intonasi dasar penawa KTN baris ix
Kriteria Intonasi
i
nũ
─
─
i n ũ pa ca rɛŋ san tʊn pa ca san rɛŋ ─
─
─
─
Tabel 106 Intonasi dasar penawa KTN baris x
tʊn _/\_
102
Penawa memiliki intonasi datar pada awal setiap baris. Terdapat intonasi (─) yang merupakan simbol untuk intonasi datar, tetapi diselipkan juga getaran pada silabel tanpa menaikkan atau menurunkan nada. Intonasi lain yang muncul sama
seperti
intonasi-intonasi,
baik
pada
kawitan
maupun
pemawak.
Keistimewaan penawa adalah adanya satu baris yang memiliki hanya satu silabel yang memiliki simbol (_/\_) dan silabel yang lain mendapatkan intonasi datar. Setiap silabel mendapatkan intonasi datar, naik, maupun turun kembali pada irama yang terdapat dalam penawa. Semakin banyak silabel yang memiliki variasi intonasi maka semakin rumit bait tersebut ditembangkan. Contoh baris yang memiliki intonasi datar adalah baris pertama. Hal tersebut terekam pada gambar di bawah ini:
Gambar 035 Intonasi dasar penawa KTN baris i Pada gambar di atas tampak bahwa sebagian besar silabel yang terdapat pada baris pertama ditembangkan dengan intonasi datar. Tidak ada perubahan kontur suara yang terjadi pada maasing-masing silabel tersebut. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa intonasi KTN secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu intonasi kawitan pendek, kawitan
103
panjang, pemawak, dan penawa. Pertama, intonasi umum kawitan pendek yaitu sebagai berikut.
Baris I ─
─
¯\
─
─
─
─
─
_/
¯
¯\
─
¯\
─
_/
─
_/\_
─
─
─
─
─
─
─
─
─
¯\
─
─
─
_/
¯\
─
_/
─
─
─
─ _/ /\ ─ ─ Tabel 107 Intonasi dasar kawitan pendek KTN
─
_/
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI ─
104
Bait kawitan panjang mempunyai intonasi umum seperti di bawah ini.
Baris I ─
¯\
─
─
─
─
─
─
─
─
─
_/\_
─
─
─
─
¯\
─
─
─
─
─
─
_/
─
─
─
─
─
¯\
─
─
_/
\_
─
─
─
─
─
─
─
/
─
─
─
─
─
_/
─
─
─
─
─
_/ ─ ─ _/ ─ ─ Tabel 108 Intonasi dasar kawitan panjang KTN
─
Baris II
Baris III Baris IV
Baris V
Baris VI Baris VII
Baris VIII ¯\
─
105
Intonasi bait pemawak dapat digambarkan secara umum seperti tabel di bawah ini Baris I ─
─
─
─
─
─
─
_/
─
/
─
─
_/
¯\
─
─
─
─
─
─
─
_/\_
─
─
_/\
─
─
─
_/\_
─
─
─
─
_/
─
_/\_
─
/
─
─
─
─
¯\
─
─
─
─
─
/
─
─
─ ¯\ ─ ─ ─ \ Tabel 109 Intonasi dasar pemawak KTN
─
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI
Baris VII _/\_
Baris VIII _/\_
─
_/\_
106
Terakhir, intonasi umum penawa juga dirangkum dengan tabel di bawah ini: Baris I ─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
¯\
─
─
─
─
_/
─
\_
─
─
─
/
¯\
─
─
─
─
─
─
_/
─
_/\_
/
─
¯\
─
─
─
─
_/\
─
─
─
_/
─
_/\
─
─
─
¯\
─
─
_/\
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
─
¯\
Baris II
Baris III
Baris IV
Baris V
Baris VI
Baris VII
Baris VIII
Baris IX ─
─
¯\
Baris X ─ ─ ─ ─ _/\__ Tabel 110 Intonasi dasar penawa KTN
Berdasarkan analisis intonasi di atas disertai juga pertimbangan analisis ritme dan tekanan dapat dibuat semacam tata cara menembangakn KTN dengan lebih mudah. Adapun intonasi yang diberikan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Sebagai contoh diambil kawitan pendek seperti di bawah ini.
107
Wuwusan bupati / ring patali nagantun / subaga wirya siniwi / kajrihing sang
para ratu / salwaning jambuwarsadi / prasamatur kembang tawon //
Contoh cara menembangkan di atas masih dalam bentuk sederhana dan variasi yang minim. Khusus mengenai variasi dibahas pada Bab V. Mengenai cara menembangkannya digunakan tanda (/) berfungsi untuk memisahkan baris satu dengan baris yang lainnya, sedangkan tanda (//) untuk mengakhiri sebuah bait. Pemisahan antara baris yang satu dengan baris yang lain ditandai dengan adanya jeda yang singkat. Fungsi jeda untuk memberikan penembang kesempatan mengambil nafas dan melanjutkan tembangan ke baris berikutnya.
4.4 Durasi Durasi merujuk pada pengertian yang telah dijelaskan pada konsep. Durasi adalah waktu yang diperlukan untuk menembangkan sebuah silabel. Selain itu, durasi digunakan
untuk
menentukan apakah
terjadi pemendekan
atau
pemanjangan sebuah silabel. Durasi pemendekan dan pemanjangan yang terjadi diukur berdasarkan data yang telah diukur menggunakan speech analyser. Secara sederhana, pemanjangan dan pemendekan dapat dilihat dalam intonasi, tetapi belum dinyatakan berapa lama durasi yang diperlukan. Untuk itu, pada bagian ini khusus dibicarakan berapa lama durasi yang diperlukan oleh tiap-tiap silabel KTN dalam nada dasar. Data KTN yang digunakan dalam analisis ini sama dengan analisis pada subbab sebelumnya, yaitu hanya mengambil empat nada (kawitan
108
pendek, kawitan panjang, pemawak, dan penawa). Tiap-tiap data yang telah diproses dengan speech alayser diurakain di bawah ini dengan ukuran milidetik. Pertama analisis durasi kawitan pendek KTN. Sampel data yang digunakan sama dengan sampel data pada analisis sebelumnya. Hal ini untuk mempermudah analisis dan memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antara ritme, tekanan, intonasi, dan durasi. Keterkaitan tersebut dibahas selanjutnya. Untuk memperjelas analisis, durasi disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
wuwʊsan bupati san bu
wu
pa wʊ 1.0676 0.2928 2.2283 0.5651 1.3384 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 111 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris i
rɪŋ 0.7281 milidetik
pa
ta
rɪŋ patali nãgantʊn li nã
gan
0.6524 1.0570 0.4808 1.7143 1.0836 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 112 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris ii
ti 1.9521 milidetik
tʊn 1.4481 milidetik
subagǝ wirjǝ sinĩwi wir si wi gǝ jǝ nĩ 0.8408 1.5534 0.5595 2.1689 1.3749 2.0969 0.9197 1.4146 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 113 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris iii su
ba
kaʤrɪhɪŋ saŋ parǝ ratu pa ra tu ʤrɪ h ɪng saŋ rǝ 0.6399 0.6108 1.3154 1.5209 0.6151 1.4414 0.8356 1.5165 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 114 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris iv ka
109
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
salwan ɪŋ ʤambu warsadi sa l a bu war sa di nɪŋ ʤam 0.6637 1.4159 2.1559 0.4596 1.1801 1.7431 0.9187 1.1125 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 115 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris v w
prǝsamǝtʊr kǝmbaŋ tawɔn sa
ta prǝ mǝ tʊr kǝm baŋ wɔn 0.7604 0.3560 1.3173 2.2567 0.2189 0.6241 0.1883 2.4094 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Milidetik Tabel 116 Durasi dasar kawitan pendek KTN baris vi Berdasarkan tabel yang memaparkan durasi yang diperlukan di atas, dapat dijelaskan mengenai adanya pemanjangan dan pemendekan yang terjadi pada tiap-tiap silabel. Pada pemenggalan pertama terjadi pemanjangan silabel pada silabel [saːn] dengan durasi 2.2283 milidetik. Pemanjangan ini berkaitan dengan intonasi pada [saːn] yang mengharuskan adanya intonasi naik dan turun secara bersamaan pada silabel ini. Untuk itu, diperlukan waktu yang lebih panjang untuk melakukannya. Pemanjangan juga terjadi pada silabel [paː] dan [tīː], tetapi tidak sepanjang yang terjadi pada silabel [saːn]. Ini disebabkan oleh intonasi datar yang terjadi pada silabel ini dan tidak ada intonasi naik atau turun secara bersamaan pada satu silabel. Selain pemanjangan, terjadi juga pemendekan pada silabel [wʊ] yang memerlukan durasi hanya 0.2928 milidetik untuk menembangkannya. Pemendakan terjadi di sini karena adanya desakan dari silabel sebelumnya dan harus menjaga napas untuk memberikan peluang pada silabel [saːn] ditembangkan dengan durasi yang lebih lama. Pemanjangan terjadi pada silabel [táː], [nãː], [gaːn], dan [tʊːn]. Silabel [táː] dengan durasi 1.0570 milidetik mengalami pemanjangan durasi karena
110
adanya intonasi naik sehingga tidak dapat ditembangkan dengan waktu yang singkat. Silabel [nãː] dengan durasi 1.7143 milidetik terjadi pada pemenggalan bait selanjutnya. Ini terjadi karena pada silabel ini terdapat intonasi datar dan kemudian turun secara perlahan-lahan untuk menstabilkan suara yang dikeluarkan serta mengatur aliran napas agar tidak terputus pada saat melanjutkannya ke silabel berikutnya. Dengan durasi 1.0836 milidetik, silabel [gaːn] mengalami pemanjangan karena diapit oleh dua silabel yang diperpanjang yaitu [nãː] dan [tʊːn]. Oleh karena itu, silabel [gaːn] tetap ditembangkan lebih panjang meskipun tidak mengalami kenaikan atau penurunan intonasi untuk memberikan keharmonisan pada intonasi satu kata tersebut. Di pihak lain, silabel [tʊːn] mendapat pemanjangan karena adanya intonasi turun yang merupakan silabel terakhir pada pemenggalan ini meskipun terjadi dengan durasi 1.4481 milidetik. Namun, tidak terjadi pemendekan pada nada tiap-tiap silabel. Pada pemenggalan selanjutnya terjadi beberapa pemanjangan, yaitu pada silabel [báː], [wÎːr], [jǝː], [siː], dan [wiː]. Silabel [báː] mendapat pemanjangan karena adanya intonasi datar kemudian naik perlahan. Berbeda halnya dengan pemanjangan pada silabel [wÎːr] yang mendapat intonasi datar kemudian naik lalu turun. Oleh karena itu diperlukan waktu hingga 2.1689 milidetik. Pemanjangan ini disebabkan oleh silabel [wÎːr] merupakan silabel tertutup fitur /r/ dengan getar yang memerlukan suara lebih panjang untuk menembangkannya. Akibat adanya pemanjangan suara tersebut memengaruhi silabel berikutnya, yaitu silabel [jǝː]
111
yang secara tidak langsung juga ditembangkan dengan durasi yang lebih panjang dengan durasi 1.3749 milidetik. Pengaruh pemanjangan ini juga terjadi pada silabel selanjutnya, yaitu [siː] dengan durasi 2.2029 meskipun tidak terjadi intonasi naik ataupun turun. Ini bisa terjadi karena fitur desis pada [s] memengaruhi suara yang dikeluarkan. Silabel [wiː] juga mendapat pemanjangan karena
merupakan silabel terakhir
untuk memperindah
intonasi akhir.
Pemendekan kecenderungan tidak terjadi pada pemenggalan ini, mengingat ini merupakan tembang
yang dinyanyikan sehingga
kebanyakan mendapat
pemanjangan suara. Silabel yang mendapat pemanjangan pada pemenggalan selanjutnya adalah silabel [hɪːng], [saːŋ], [rǝː], dan [tuː]. Dari keempat silabel tersebut, hanya silabel [rǝː] yang mendapat intonasi naik, sedangkan ketiga silabel lainnya ditembangkan dengan intonasi datar. Pemanjangan ketiga silabel ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pada silabel [hɪːng] mendapat pemanjangan karena adanya perubahan suara dari silabel berikutnya dan silabel [hɪːng] ditembangkan dengan suara tinggi. Untuk itu, penembangannya tidak dapat dilakukan dengan cepat
karena
dapat
merusak
harmonisasi
tembang
yang
dinyanyikan.
Pemanjangan pada silabel [hɪːng] juga berdampak pada adanya pemanjangan silabel [saːŋ] yang dinyanyikan dengan suara tinggi juga sehingga untuk menstabilkan suara yang dikeluarkan dilakukan pemanjangan juga. Di pihak lain, silabel [rǝː] medapat pemanjangan dengan durasi 1.4414 milidetik karena adanya
112
intonasi turun pada silabel ini. Silabel terakhir, yaitu [tuː] mendapat pemanjangan untuk mengakhiri tembang pada pemenggalan bait ini. Silabel-silabel selanjutnya yang mendapatkan pemanjangan adalah silabel [lwáː], [nɪːŋ], [búː], [wàːr], dan [diː]. Pemanjangan silabel ini terjadi karena adanya intonasi naik pada silabel [lwáː] dan kemudian turun pada silabel [nɪːŋ]. Karena kedua silabel tersebut masih berada pada satu kata, maka terjadi pemanjangan sekaligus pada dua silabel yang berurutan. Sementara itu, silabel [búː] mendapat pemanjangan sebagai akibat adanya intonasi datar kemudian naik pada silabel ini. Silabel [búː] yang memegang intonasi naik lalu kemudian beralih ke silabel [wàːr] secara tidak langsung memberikan pengaruh pemanjangan pada silabel [wàːr] meskipun pada silabel [wàːr] tidak terjadi perubahan intonasi. Silabel [diː] dengan intonasi datar dipanjangkan untuk mengakhiri intonasi pada pemenggalan ini. Pada pemenggalan baris terakhir terjadi beberapa pemanjangan, yaitu pada silabel [maː] dengan durasi 1.3173 milidetik, silabel [tʊr] dengan durasi 2.2567 milidetik, dan silabel [wɔːn] dengan durasi 2.4094 milidetik. Selain pemanjangan suara, terjadi juga pemendekan suara pada silabel [kǝm] dengan durasi 0.2189 milidetik dan silabel [ta] dengan durasi 0.1883 milidetik. Pemanjangan pada tiaptiap silabel tersebut dipengaruhi oleh intonasinya. Silabel [mǝ] dengan intonasi datar lalu naik memerlukan waktu yang lebih lama untuk menembangkannya agar
113
paduan suara dengan silabelnya terjalin harmonis. Sebaliknya silabel [tʊːr] diperpanjang karena terjadi dua intonasi yang berbeda sekaligus, yaitu intonasi naik kemudian turun. Satu silabel terakhir yang mendapatkan pemanjangan suara adalah [wɔːn] yang merupakan silabel terakhir dari tembang KTN. Silabel terakhir ini dinyanyikan dengan intonasi datar lalu naik. Oleh karena itu, diperlukan adanya durasi yang lebih panjang agar tembang kawitan pendek ini dapat diakhiri dengan indah dan harmonis. Selain sebab munculnya pemanjangan, pemendekan juga disebabkan oleh pengaruh silabel yang mendapatkan pemanjangan suara. Silabel [kǝm] diperpendek karena pengaruh silabel [tʊːr] yang diperpanjang sehingga masuk ke silabel [kǝm] yang merupakan silabel tertutup dengan fitur [ǝ] yang dapat diperpendek. Pemendekan ini juga berpengaruh pada silabel [ta]. Untuk mengeluarkan suara yang optimal pada silabel [wɔːn] agar berakhir dengan intonasi yang harmonis maka silabel [ta] diperpendek penembangannya. Selanjutnya dibahas mengenai durasi pada kawitan panjang. Sampel yang dianalisis sama dengan sampel pada analisis sebelumnya. Ini untuk memberikan kemudahan dan kelengkapan pada saat menganalisis KTN. Untuk itu, durasi diberikan dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini. Kriteria Durasi
wɛtn ɪŋ
ra ʤǝ ra
wi
wibawǝ ba
wɛt nɪŋ ʤǝ 0.9688 2.1025 0.5394 0.7531 0.3634 1.1996 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 117 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris i
wǝ 1.7862 milidetik
114
mãnɪʔ
mãs
Kriteria
pǝnʊh
mãs mã n ɪʔ pǝ 0.7991 0.4475 1.0779 0.4389 milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 118 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris ii
Durasi
Kriteria
mãkɪndǝ
ba
tǝ
kɪn dǝ jǝ tǝ 0.6983 1.3381 0.5254 2.2600 milidetik milidetik milidetik milidetik
mã 1.1160 milidetik
Durasi
jǝ
u
n ʊh 2.4558 milidetik
rɪŋ rɪŋ 0.9838 milidetik
bahudand ǝ dan
dǝ 0.9999 1.0086 2.0418 milidetik milidetik milidetik Tabel 119 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris iii
0.3563 milidetik
sri Kriteria
sri
Durasi
sri
nãrɛndrǝ
1.2263 milidetik
nã 1.3391 milidetik
rɛn 0.9467 milidetik
drǝ 1.8514 milidetik
sri 0.9151 milidetik
siŋǝpati si
pa ti ŋǝ 0.3008 1.0346 0.9430 2.2460 milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 120 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris iv mpu
uʤarɪŋ
Kriteria
u
Durasi
0.8992 milidetik
ʤa 0.5855 milidetik
rɪŋ 1.4471 milidetik
mpu 2.5130 milidetik
bagǝwantǝ ba
wan gǝ tǝ 0.5576 1.1080 0.8431 1.8256 milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 121 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris v
115
Kriteria
ri
denĩrǝ
ri
Durasi
pancǝ
de
Pan
nĩ rǝ cǝ 1.0219 0.6028 1.3085 2.0270 1.0159 1.2530 milidetik milidetik milidetik milidetik Milidetik milidetik nãnǝ nã Nǝ 0.7561 1.5315 milidetik milidetik Tabel 122 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris vi bratɛŋ
Kriteria
sjǝ
kǝpancǝ pan
bra
tɛŋ kǝ cǝ sjǝ 0.8860 1.8228 2.1474 2.1948 0.8658 1.8519 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 123 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris vii
Durasi
atur Kriteria Durasi
nu
rJaŋ
a
tur
1.0795 milidetik
0.6933 milidetik nuragɛŋ ra
j
r aŋ 1.5709 milidetik
darmǝ dar 2.0259 milidetik
mǝ 1.2343 milidetik b ʊh
g ɛŋ b ʊh 0.8089 0.3541 1.2331 2.5728 milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 124 Durasi dasar kawitan panjang KTN baris viii Durasi pada kawitan panjang tidak selalu sama antara satu silabel dan silabel lainnya. Berdasarkan tabel di atas, durasi yang diperlukan oleh tiap-tiap silabel menunjukkan perbedaan. Pada pemenggalan pertama, silabel yang mendapat pemanjangan adalah silabel [nɪːŋ] dengan durasi 2.1025 milidetik, [wǝː] dengan durasi 1.7862 milidetik. Pemanjangan ini terjadi karena pengaruh intonasi datar kemudian turun pada silabel [nɪːŋ]. Di samping itu, pada silabel
116
[waː] terjadi pemanjangan suara karena silabel ini harus mengakhiri pemenggalan pertama dari bait kawitan panjang. Untuk itu, jika suara yang dikeluarkan pendek, maka akhir dari pemenggalan ini tidak sempurna sehingga dipanjangkanlah suara silabel [waː] ini. Selain pemanjangan, terjadi pula pemendekan pada silabel [wi] dengan durasi 0.3634 milidetik. Pemendekan ini terjadi karena pengaruh tekanan yang diberikan pada silabe [ba] yang ditembangkan setelah silabel [wi]. Pada pemenggalan selanjutnya terjadi pemanjangan suara pada silabel [nʊːh] dengan durasi 2.4558 milidetik. Pemanjangan ini berkaitan dengan intonasi yang terjadi pada silabel ini. Intonasi yang terjadi, yaitu intonasi datar kemudian naik perlahan lalu setelah mencapai puncaknya turun perlahan dan kembali ke intonasi semula. Beberapa intonasi terjadi sekaligus pada silabel ini sehingga secara tidak langsung waktu yang diberikan untuk menembangkannya lebih lama. Di samping itu, silabel [nʊːh] juga merupakan silabel terakhir pada pemenggalan bait ini, maka harus diakhiri dengan intonasi yang lebih panjang. Pada pemenggalan selanjutnya terjadi pemanjangan suara pada silabel [mãː], [dǝː], [tǝː], [uː], dan [dǝː]. Pada silabel [mãː] terjadi pemanjangan karena memulai sebuah penggalan baru meskipun dengan nada datar. Pada silabel [dǝː] juga dipanjangkan karena mendapatkan tekanan untuk memberikan suara yang lebih besar pada silabel-silabel selanjutnya. Silabel [tǝː] mendapatkan durasi 2.2600 milidetik karena adanya intonasi datar kemudian turun secara perlahan. Berbeda dengan silabel [uː] yang diperpanjang karena terdiri atas satu fitur saja sehingga kalau dinyanyikan dengan durasi yang lebih pendek, maka menyebabkan
117
ketidakharomisan antara intonasi dan ritme silabel ini. Silabel [dǝː] merupakan silabel akhir dari pemenggalan ini sehingga diperlukan pemanjangan suara agar jatuhnya suara tidak terdengar kaku. Beberapa
silabel
yang
mendapatkan
pemanjangan
suara
pada
pemenggalan selanjutnya adalah silabel [sriː], [nãː], [drǝː], dan [tiː]. Pada awal tembang ini dimulai dengan silabel [sriː] yang memerlukan durasi 1.2263 milidetik. Berdasarkan durasi tersebut dapat dikatakan bahwa silabel ini mengalami pemanjangan sebagai akibat dari adanya pelepasan suara berintonasi datar dan kemudian berlanjut terjadi pemanjangan suara pada silabel berikunya, yaitu [nãː] dengan durasi 1.3391 milidetik. Pemanjangan pada silabel [nãː] ini terjadi untuk memberikan tekanan pada silabel [rɛːn] yang mendapatkan intonasi naik. Meskipun terjadi intonasi naik, silabel [rɛːn] tidak mengalami pemanjangan suara karena merupakan silabel tertutup. Namun, pemanjangan suara terjadi pada silabel selanjutnya, yaitu [drǝː] yang merupakan silabel terbuka dan setelah tekanan terjadi pada silabel [rɛːn] suara didorong dengan sempurna pada silabel [drǝː]. Silabel terakhir mendapatkat durasi selama 2.2460 milidetik, yaitu silabel [tiː]. Ini terjadi karena silabel [tiː] berfungsi untuk mengakhiri nada ini dengan intonasi turun. Pada
pemenggalan
selanjutnya,
beberapa
silabel
mendapatkan
pemanjangan suara. Silabel-silabel tersebut adalah [uː], [rɪːŋ], [mpùː], [gǝː], dan
118
[tǝ]. Silabel [u] mendapat pemanjangan karena hanya terdiri atas satu fitur. Satu fitur ini menyebabkan pengaruh pada silabel berikutnya [ʤa] yang ditembangkan datar dengan suara normal, tetapi pada silabel [rɪːŋ] ditembangkan dengan durasi yang lebih panjang dengan durasi 1.4471 milidetik disertai dengan intonasi naik. Untuk melanjutkan tembang pada silabel [mpùː] maka terjadi pemanjangan suara. Pemanjangan ini juga disertai dengan penurunan intonasi kemudian menjadi intonasi datar yang memerlukan durasi 2.5130 milidetik. Selanjutnya terjadi pemanjangan dua silabel dengan intonasi datar, yaitu silabel [gǝː] dan [tǝː]. Kedua silabel ini dipanjangkan karena memiliki alasan yang berbeda. Silabel [gǝː] dengan durasi 1.1080 milidetik dipanjangkan karena adanya pengaruh dari silabel [ba] yang dengan suara normal, sedangkan silabel [tǝː] dengan durasi 1.8256 milidetik karena merupakan silabel terakhir pada pemenggalan ini. Pemenggalan selanjutnya didominasi oleh pemanjangn suara. Terjadi pemanjangan pada lima silabel, yaitu [riː], [nĩː], [rǝː], [cǝː], dan [nǝː]. Selain silabel [rǝː], terjadinya pemanjangan karena adanya intonasi datar sehingga suara yang dikeluarkan bisa terkendali. Silabel [rǝː] mendapat pemanjangan suara dengan durasi 2.0270 milidetik karena adanya intonasi naik. Intonasi naik ini menyebabkan perlu durasi yang lebih panjang dibandingkan dengan silabel lainnya.
119
Silabel [tɛːŋ] mendapat durasi 1.8228 milidetik karena adanya intonasi datar kemudian naik sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Selain silabel tersebut, silabel [kǝː] mendapat pemanjangan suara karena adanya pengaruh pada silabel [tɛːŋ] yang mendapat pemanjangan sekaligus juga mendapat tekanan. Untuk melanjutkan pemanjangan suara pada silabel [kǝː], silabel [paːn] juga mendapat pemanjangan suara selama 2.1948 milidetik. Pada silabel terakhir pada pemenggalan ini juga terjadi pemanjangan suara, yaitu silabel [sjǝː] dengan durasi 1.8519 milidetik. Akan tetapi, pada pemenggalan ini tidak terjadi pemendekan suara. Silabel pertama pada pemenggalan terakhir, yaitu [aː] mendapat pemanjangan suara karena hanya terdiri atas satu fitur sehingga sangat terbuka kesempatan untuk memanjangkan suaranya. Durasi yang diperlukan untuk memanjangkan suaranya, yaitu 1.0795 milidetik. Selain itu, silabel yang mendapatkan pemanjangan suara adalah silabel [rjaːŋ], [daːr], [gɛːŋ], dan [bʊːh]. Keempat silabel ini mendapat pemanjangan karena pengaruh intonasi datar dan tidak terdapat intonasi lain pada silabel ini. Berdasarkan analisis di atas, diketahui bahwa terjadi kecenderungan pemanjangan silabel pada setiap pemenggalan. Ini terjadi karena kidung ditembangkan sehingga memerlukan suara dan durasi yang lebih lama. Pemendekan jarang terjadi karena menembangkan berbeda dengan tuturan biasa yang tidak memerlukan ritme dan intonasi yang teratur. Karena pengaruh ritme,
120
tekanan,
dan
intonasi
inilah
pemanjangan
lebih
mendominasi
pada
penembangannya. Selanjutnya dibahas mengenai durasi pemawak KTN. Sampel yang digunakan masih sama dengan analisis sebelumnya. Seperti pada analisis kawitan, analisis pada bagian ini juga dijabarkan dalam bentuk tabel. biseka
tuhwatʊt
Kriteria
tu
Durasi
h wǝ 0.3593 milidetik
0.9309 milidetik
nrǝ 0.5450 milidetik
se
0.6412 milidetik
ka
0.3179 1.1124 milidetik milidetik
nrǝpati pa
ti
2.1043 1.7115 milidetik milidetik Tabel 125 Durasi dasar pemawak KTN baris i
sri Kriteria
bi
t ʊt 1.1554 milidetik
keswarjǝdalǝ
sri
da rǝ lǝ 0.8007 1.3990 0.4605 1.2879 0.7001 1.8431 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 126 Durasi dasar pemawak KTN baris ii
Durasi
Kriteria Durasi
ke
w
dalǝ da 05534 milidetik patrǝ
pa 1.0628 milidetik
sa
lǝ 0.6900 milidetik
ku 0.4943 milidetik
kusumǝ su 0.2943 milidetik
mǝ 0.5705 milidetik
ŋlʊŋ
trǝ ŋlʊŋ 1.5386 2.4800 milidetik milidetik Tabel 127 Durasi dasar pemawak KTN baris iii
121
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
eswrjǝ swa
e
laksmi
ra ʤǝ
ra lak rjǝ ʤǝ 0.5723 0.4614 2.0450 0.2649 0.5589 0.8759 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 128 Durasi dasar pemawak KTN baris iv saŋ saŋ 0.9386 milidetik
mn ɔ
ku
w
k ɛh 0.5295 milidetik
Durasi
ra ʤǝ hi
ra
di
balǝ
warg ǝ
ba di war hɪŋ lǝ 2.0411 0.1772 0.5105 0.9802 0.5369 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 130 Durasi dasar pemawak KTN baris vi mukjǝ
Kriteria
2.3161 milidetik
lǝ ʤǝ 0.1756 0.7761 0.5773 1.8489 0.4407 2.7305 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 129 Durasi dasar pemawak KTN baris v
k wɛhɪŋ
Kriteria
mnɔhi
kulǝ
smi
krjǝnǝ
sirǝ
mu
si kjǝ rǝ krjǝ 0.5930 0.7465 0.2991 0.8925 0.4219 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik
Durasi
gǝ 1.7984 milidetik
nǝ 1.3514 milidetik
patɪh pa
tɪh 0.2903 2.5871 milidetik milidetik Tabel 131 Durasi dasar pemawak KTN baris vii kriteria Durasi
saŋ saŋ 1.1723 milidetik
bandeswarjǝ de swa
nĩti
ti ban nĩ 0.3776 2.2698 0.5181 0.6300 milidetik milidetik milidetik milidetik
0.8479 milidetik
patrǝ rʊm pa 1.0871 milidetik
trǝ rʊm 0.7893 2.8167 milidetik milidetik Tabel 132 Durasi dasar pemawak KTN baris viii
rjǝ 1.2544 milidetik
122
Pemawak memiliki jumlah silabel yang lebih sedikit dari penawa. Pada pemenggalan pertama terjadi beberapa pemanjangan suara pada silabel [tʊːt], [kaː], [páː], dan [tiː]. Pemanjangan silabel ini terjadi karena mendapat intonasi datar. Selain itu, pada silabel [páː] terjadi pemanjangan suara karena adanya intonasi datar kemudian naik. Inilah yang memerlukan durasi yang lebih lama dibandingkan dengan silabel lainnya, yaitu menghabiskan durasi 2.1043 milidetik. Pemendekan suara terjadi pada silabel [hwa] dan [se] karena pengaruh dari fiturfitur yang lemah. Oleh karena itu, kedua silabel ini lebih mudah untuk dipendekkan daripada dipanjangkan saat menembangkannya. Pada pemenggalan kedua terjadi beberapa pemanjangan suara. Silabel yang mendapat pemanjangan adalah [keː], [rjǝː], dan [lǝː]. Silabel [keː] mendapat pemanjangan suara karena adanya intonasi naik pada silabel ini. Durasi yang dibutuhkan untuk melakukan pemanjangan suara adalag 1.3990 milidetik. Di samping itu, silabel [rjǝː] mendapat pemanjangan suara juga disebabkan oleh perubahan intonasi pada silabel berikutnya, yaitu pada silabel [dáː]. Silabel terakhir kembali mendapat pemanjangan suara, yaitu pada silabel [lǝː] dengan durasi 1.8431. Pemanjangan ini berfungsi untuk mengakhiri sebuah pemenggalan kidung dengan harmonis. Tiga silabel berurutan mendapatkan pemanjangan suara, yaitu [paː], [trǝː], dan [ŋlʊːŋ]. Ini terjadi karena adanya pengaruh intonasi. Pengaruh ini menyebabkan di silabel-silabel awal, terjadi intonasi datar disertai suara yang
123
normal, kemudian pada saat memasuki silabel [paː] mulai terjadi pemanjangan perlahan. Klimaks pemanjangan ini terjadi pada silabel [ŋlʊːŋ]. Silabel [ŋlʊːŋ] ditembangkan dengan pemanjangan yang memerlukan durasi 2.4800 milidetik dengan intonasi datar kemudian naik lalu turun dan datar kembali. Pemendekan juga terjadi pada silabel [su] dengan durasi 0.2943 milidetik. Pemendekan ini terjadi karena pengaruh silabel-silabel kuat yang berada sebelum dan sesudah silabel [su] yang ditembangkan lebih panjang dibandingkan dengan silabel [su]. Pada pemenggalan selanjutnya dua silabel mendapat pemanjangan suara. Silabel tersebut adalah silabel [rjǝː] dengan durasi 2.0450 milidetik dan silabel [smiː] dengan durasi 2.3161 milidetik. Keduanya sama-sama dipengaruhi oleh intonasi. Pertama, silabel [rjǝː] memiliki intonasi datar kemudian naik dan turun secara perlahan. Hampir seperti silabel [rjǝː], silabel [smiː] juga memiliki intonasi datar kemudian naik dan turun secara perlahan, tetapi silabel [smiː] kembali ke intonasi datar pada akhir penembangannya karena mengakhiri pemenggalan silabel ini. Pada pemenggalan selanjutnya terjadi pemanjangan suara sebanyak dua silabel yaitu silabel [hiː] dan [ʤǝː],. Di pihak lain terjadi dua pemendekan suara, yaitu silabel [ku] dan [mnɔ]. Pemanjangan suara pada silabel tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari intonasi. Pertama pada silabel [hiː] dengan durasi 1.8489 milidetik terjadi intonasi datar kemudian naik perlahan. Setelah itu silabel selanjutnya tidak dinyanyikan dengan intonasi naik, tetapi hanya mendatar dengan
124
durasi normal. Silabel kedua yang mendapat pemanjangan suara adalah [ʤǝː] dengan durasi 2.7305 milidetik karena adanya intonasi datar kemudian naik lalu turun perlahan kembali ke nada datar. Untuk itu, diperlukan waktu yang lebih lama untuk menembangkannya. Selain itu, silabel [ʤǝː] merupakan silabel terakhir sehingga mengakhiri sebuah pemenggalan bait harus dinyanyikan dengan indah dan tepat. Di samping terjadi pemanjangan, juga terjadi pemendekan yaitu pada silabel [ku] dengan durasi 0.1756 milidetik karena adanya pengaruh dari tekanan yang terjadi pada silabel sebelumnya, yaitu silabel [saŋ]. Sebaliknya silabel [mnɔ] yang terdiri dari dua silabel yaitu [mǝ] dan [nũ] yang ditembangkan menjadi satu silabel akibat adanya pengaruh fitur [ǝ]. Silabel [hɪːŋ] dan [gǝː] mendapat pemanjangan suara. Silabel [hɪːŋ] ditembangkan dengan durasi 2.0411 milidetik karena adanya pengaruh intonasi naik pada silabel ini, sedangkan silabel [gǝː] yang memiliki intonasi datar lalu naik perlahan kemudian turun kembali datar menghabiskan waktu 1.7984 milidetik. Pemanjangan ini murni terjadi karena adanya pengaruh intonasi pada tiap-tiap silabel. Kecenderungan pemanjangan tampak terjadi pada pemenggalan bait ini. Meskipun demikian tetap terjadi pemendekan suara yaitu pada silabel [ba] yang hanya memerlukan waktu 0.1772 milidetik untuk menembangkannya. Dua silabel kembali mendapat pemanjangan suara pada pemenggalan bait ini. Dua silabel tersebut adalah silabel [nǝː] yang memerlukan durasi 1.3514
125
milidetik dan silabel [tɪːh] dengan durasi 2.5871 milidetik. Kedua silabel ini mendapat pemanjangan suara akibat adanya pengaruh intonasi, yaitu intonasi naik pada silabel [nǝː] dan intonasi datar kemudian naik lalu turun serta kembali datar terjadi pada silabel [tÎːh]. Pada pemenggalan bait terakhir terjadi pemanjangan suara sebanyak empat silabel. Keempat silabel ini adalah [tiː], [rjǝː], [paː], dan [rʊːm]. Adanya pemanjangan suara terjadi karena pengaruh dari intonasi. Pertama silabel [tiː] mendapat pemanjangan suara karena adanya intonasi datar kemudian turun pada saat yang bersamaan. Pada silabel [rjǝː] hanya terjadi intonasi turun, tetapi memerlukan keterampilan, yaitu turun secara perlahan-lahan agar tidak jauh melenceng dari nada yang diharapkan. Ketiga, silabel [pa] dan [rʊm] mendapat pemanjangan karena intonasi dimulai dengan intonasi datar kemudian naik lalu turun secara perlahan kembali ke datar. Hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya pemanjangan durasi tiap-tiap bait. Sama seperti halnya pada kawitan, pada pemawak juga lebih banyak terjadi pemanjangan suara dibandingkan dengan pemendekan. Ini terjadi karena banyaknya
silabel
yang
memungkinkan
untuk
dipanjangkan
daripada
dipendekkan. Terjadinya pemanjangan juga disebabkan oleh faktor intonasi yang melekat pada tiap-tiap silabel pada saat bait ini ditembangkan. Pada metrum demung sawit penawa durasi yang diperlukan terkait dengan jumlah silabel pada tiap-tiap pemenggalan. Untuk mengetahui secara jelas
126
bagaimana pemanjangan tersebut terjadi diuraikan dalam tabel seperti di bawah ini dan kemudian dijelaskan penyebab pemanjangan ataupun pemendekan suara yang terjadi. pira ŋ
Kriteria
pi
Durasi
Nrǝ 0.7630 Milidetik
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
0.4031 milidetik nrǝpati pa
Durasi
raŋ 0.8139 milidetik
war
sri
sǝ 0.8756 milidetik
0.2899 milidetik
0.4635 milidetik
swarjǝdalǝ
tustǝ
ti
w
da rjǝ 0.3292 1.7497 0.5029 1.2437 0.7462 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 133 Durasi dasar penawa KTN baris i
s ar
ŋǝ
rɪŋ
sa tǝ ŋǝ rɪŋ 0.5544 0.8213 0.4723 1.3811 0.8714 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 134 Durasi dasar penawa KTN baris ii kalaŋ ka 0.2343 milidetik
lǝ 2.1326 milidetik
sanǝ
tus
nǝ 1.5673 milidetik
rahaju
diwǝ
di ra ha ju la ŋ wǝ 0.8535 0.3985 0.3247 1.3238 0.3104 2.0366 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 135 Durasi dasar penawa KTN baris iii sri
Kriteria
sri
warsǝ
sri
nãrǝpati
pa nã rǝ 1.0451 0.3655 0.9260 0.6813 milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 136 Durasi dasar penawa KTN baris iv
ti 1.7795 milidetik
127
lag jǝ
Kriteria
la
Durasi
gugulɪŋãn gu
j
gu
gǝ 0.9519 0.3961 milidetik milidetik
0.7520 milidetik
lɪ 0.599 milidetik
0.2412 milidetik
rɪŋ
ŋãn 0.9376 milidetik
tamãn ta
rɪŋ 1.2049 milidetik
0.2764 milidetik Tabel 137 Durasi dasar penawa KTN baris v rɪŋ
Kriteria
jasǝ
rɪŋg 1.1514 milidetik
Durasi
mãn 2.1754 milidetik
ja 0.3399 milidetik
ŋʊrdǝ sǝ 1.9519 milidetik
ŋʊr 0.4185 milidetik
dǝ 0.3658 milidetik
aŋʊŋgʊl a
ŋʊŋ g ʊl 0.4601 2.0544 milidetik milidetik Tabel 138 Durasi dasar penawa KTN baris vi
0.5444 milidetik
Kriteria Durasi
Kriteria Durasi
jajǝ
tawa ŋ ta
jǝ mɪs rɛŋ 0.4735 0.8394 0.4214 1.2996 0.3222 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 139 Durasi dasar penawa KTN baris vii
ti 0.2871 milidetik
Kriteria Durasi
mɪsrɛŋ
ja
kǝ 0.6212 milidetik
ti n ʊm pja tǝ p ja n ʊm
waŋ 2.0039 milidetik
kinũ kɪr ki
tǝ nũ kɪr 0.7236 0.2502 1.7208 0.7923 0.4136 2.1923 milidetik milidetik milidetik Milidetik milidetik milidetik Tabel 140 Durasi dasar penawa KTN baris viii kǝmalǝ ma 0.3265 milidetik kand ǝ
kinãndǝ lǝ 0.6094 milidetik
ki 0.4071 milidetik
nãn 0.4783 milidetik la ŋũ
dǝ 0.3915 milidetik
128
kan
la dǝ 0.6192 0.3463 milidetik milidetik Tabel 141 Durasi dasar penawa KTN baris ix
0.4649 milidetik
Kriteria Durasi
i
in ũpacarɛŋ pa
ŋũ 2.0067 milidetik
santʊn ca
san
nũ rɛŋ tʊn 0.2465 1.4438 0.5683 0.4194 0.6440 0.5444 2.4060 milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik milidetik Tabel 142 Durasi dasar penawa KTN baris x
Berdasarkan hasil analisis speech analyser diketahui bahwa durasi yang diperlukan oleh tiap-tiap silabel telah dijabarkan pada tabel di atas. Pada pemenggalan pertama yang terdiri atas dua belas silabel terdapat tiga silabel yang mendapatkan pemanjangan. Pemanjangan suara ini terjadi pada silabel [tiː], [rjǝ], dan [lǝː]. Silabel [tiː] dan [rjǝː] mengalami pemanjangan bukan karena adanya pengaruh dari intonasi. Pemanjangan ini disebabkan oleh intonasi datar yang terdapat pada kedua silabel. Pada kedua silabel itu terjadi jeda sebelum memasuki silabel baru pada kata selanjutnya. Namun, pemanjangan pada silabel [lǝː] dengan durasi 2.1326 milidetik terjadi karena adanya pengaruh intonasi. Pada silabel ini terjadi intonasi datar kemudian turun perlahan. Adanya perbedaan intonasi sekaligus pada sebuah silabel memerlukan durasi yang lebih panjang. Di samping terjadi pemanjangan suara, pada pemenggalan ini juga terjadi pemendekan suara. Pemendekan suara terjadi pada silabel [war] dengan durasi 0.2899 milidetik. Pemendekan ini terjadi disebabkan oleh faktor tekanan. Pada silabel sebelumnya terjadi tekanan sehingga pada silabel ini dinyanyikan lebih pendek daripada yang seharusnya.
129
Pada pemenggalan selanjutnya dua silabel mendapatkan pemanjangan suara, yaitu silabel [rɪːŋ] dan [nǝː]. Kedua silabel ini memiliki perbedaan sebab mengapa terjadinya pemanjangan suara. Pertama, silabel [rɪːŋ] mendapat pemanjangan karena pengaruh dari fiturnya, yaitu terdapat fitur [ŋ] yang harus dinyanyikan dengan suara panjang untuk mendapatkan harmonisasi suara dengan silabel-silabel berikutnya. Berbeda dengan silabel terakhir yang terdapat pemenggalan ini, yaitu silabel [nǝː] mendapatkan pemanjangan suara karena adanya pengaruh dari intonasi. Intonasi datar kemudian turun terjadi secara bersamaan pada silabel ini sehingga memerlukan durasi yang lebih panjang untuk menyanyikannya yaitu dengan durasi 1.5673 milidetik. Hanya dua silabel mendapat pemanjangan pada pemenggalan selanjtunya. Kedua silabel tersebut, yaitu [raː] dan [juː]. Kecenderungan ini sama dengan pemenggalan sebelumnya, yaitu dua silabel mendapatkan pemanjangan suara. Kemiripan intonasi antara pemenggalan ini menyebabkan terjadinya pemanjangan suara yang sama. Silabel [raː] dipanjangkan karena pengaruh intonasi datar, sedangkan silabel [nǝː] mendapat pemanjangan suara karena adanya intonasi datar kemudian turun. Hal ini terjadi sama dengan pemenggalan sebelumnya. Pada pemenggalan ini terdapat satu pemendekan suara, yaitu pada silabel [ka] dengan durasi 0.2343 milidetik. Pemendekan durasi ini terjadi karena pengaruh silabel selanjutnya, yaitu [laŋ] yang merupakan silabel kuat karena mengandung fitur [ŋ].
130
Pada pemenggalan selanjutnya, terjadi dua pemanjangan silabel, yaitu silabel [sriː] dan [tiː]. Kedua silabel ini berada pada awal dan akhir pada pemenggalan ini. Pertama, silabel [sriː] mendapatkan pemanjangan suara karena adanya intonasi datar dan disertai oleh fitur [r] pada silabel ini. Kedua silabel [tiː] mendapat pemanjangan suara karena merupakan akhir dari pemenggalan bait ini serta dipengaruhi oleh intonasi. Intonasi yang terdapat pada silabel ini adalah datar dan turun secara perlahan sehingga memerlukan durasi 1.7795 milidetik. Pada pemenggalan bait ini tidak terdapat pemendekan suara. Pada pemenggalan selanjutnya yang terdiri atas sembilan suku kata tetapi hanya dua silabel yang mendapatkan pemanjangan suara, yaitu silabel [rÌːŋ] dan [mãːn]. Kedua pemanjangan suara ini murni dipengaruhi oleh intonasi yang terjadi. Silabel [rÌːŋ] dengan durasi 1.2049 milidetik memeroleh intonasi datar kemudian turun perlahan, sedangkan silabel [mãːn] yang mendapatkan durasi 2.1754 milidetik menunjukkan intonasi datar kemudian naik lalu turun perlahan barulah kembali ke intonasi datar. Pada pemenggalan ini terjadi beberapa pemendekan suara, yaitu silabel [gu] dan [ta]. Silabel [gu] mendapat pemendekan suara karena terjadi pengulangan silabel [gu] sehingga pada penembangan silabel kedua terjadi pemendekan suara, sedangkan pada silabel [ta] terjadi pemendekan suara karena pengaruh dari pemanjangan suara pada silabel [mãːn] yang memerlukan tenaga dan napas yang lebih panjang sehingga pada silabel [ta] penembangannya dipendekkan. Selain pengaruh itu, silabel-silabel tersebut
131
dipendekkan karena pengaruh banyaknya suku kata yang terdapat pada satu pemenggalan bait ini. Pemenggalan selanjutnya terdapat pada tiga silabel yang mendapat pemanjangan suara yaitu silabel [rÍːŋ], [sǝː], dan [gʊːl]. Ketiga silabel ini mendapatkan pemanjangan suara karena alasan yang sama, yaitu pengaruh intonasi. Pada silabel [rÍːŋ] dengan durasi 1.1514 terjadi intonasi naik pada saat memulai bagian ini. Oleh karena itu, diperlukan kestabilan suara, yaitu dengan memanjangkannya sehingga memasuki silabel berikutnya yang berintonasi datar dapat tetap stabil. Intonasi datar kemudian turun memengaruhi durasi yang diperlukan oleh silabel [sǝː] yaitu menghabiskan waktu selama 1.9519 milidetik. Berbeda dengan silabel [gʊːl] yang memerlukan waktu selama 2.0544 milidetik untuk menembangkannya karena adanya intonasi datar lalu naik-turun kembali datar secara bersamaan sehingga pemanjangan suara sangat perlu untuk dilakukan. Pemenggalan suara selanjutnya terjadi dua pemanjangan suara. Kedua silabel tersebut, yaitu [rɛːŋ] dan [wâːŋ]. Sama seperti permasalahan pemanjangan, kedua silabel ini juga dipengaruhi oleh adanya intonasi. Intonasi pada silabel [rɛːŋ] dimulai dengan intonasi datar kemudian naik menyebabkan durasi yang diperlukan untuk menembangkannya selama 1.2996 milidetik. Silabel [wâːŋ] memerlukan durasi 2.0039 milidetik karena adanya intonasi datar kemudian naik
132
lalu turun perlahan. Namun, pada silabel ini tidak terjadi intonssi datar untuk mengakhiri pemenggalan bait ini. Pemenggalan selanjutnya menyebabkan adanya dua pemanjangan suara, yaitu pada silabel [tǝː] dan [kÎːr]. Silabel-silabel ini mendapatkan pemanjangan suara karena adanya pengaruh intonasi. Intonasi datar lalu turun pada silabel [tǝː] menyebabkan terjadi durasi yang lebih panjang daripada intonasi datar, yaitu selama 1.7208 milidetik. Intonasi akhir, yaitu datar lalu naik kemudian turun dan datar kembali pada intonasi [kÎːr] memerlukan durasi selama 2.1923 milidetik. Selain pemanjangan, pemendekan juga terjadi pada silabel [ti] dan [p ja] yang memerlukan durasi kurang dari 0.3000 milidetik. Kedua silabel ini diperpendek disebabkan oleh dua faktor yang berbeda. Silabel [ti] diperpendek karena pengaruh dari silabel berikutnya yang merupakan silabel tertutup sehingga silabel [ti] dalam penembangannya diperpendek. Faktor pengaruh silabel selanjutnya yang diperpanjang menjadi penyebab mengapa silabel [p ja] ditembangkan lebih pendek daripada penembangan normal. Hanya satu silabel yang mendapatkan pemanjangan suara pada pemenggalan ini, yaitu silabel [ŋũː] dengan durasi 2.0067 milidetik. Ini terjadi karena pada silabel-silabel sebelumnya tidak terdapat intonasi lain selain intonasi datar dan tekanan yang diberikan juga tidak terlalu banyak. Hal ini tidak terjadi pada silabel [ŋũː] karena silabel ini memiliki intonasi datar kemudian turun
133
perlahan. Selain itu, silabel [ŋũː] juga merupakan silabel terakhir pada pemenggalan bait ini. Pemenggalan terakhir terjadi dua silabel yang diperpanjang, yaitu silabel [nũː] dan [tʊːn]. Silabel [nũː] yang berintonasi datar ditembangkan dengan durasi 1.4438 milidetik agar terjadi perpaduan yang tepat antara silabel [i] dan silabel [pa]. Ini terjadi karena silabel [i] merupakan silabel yang terdiri atas hanya satu fitur, sedangkan silabel [pa] adalah silabel yang terdiri atas dua fitur, yaitu fitur [p] dan [a]. Silabel lain yang mendapat pemanjangan suara adalah silabel [tʊːn] dengan durasi 2.4060 milidetik. Ini terjadi karena intonasi pada silabel ini adalah intonasi datar kemudian naik lalu turun dan kembali ke datar. Di samping itu, silabel ini juga merupakan silabel terakhir dari bait ini sehingga memerlukan adanya keindahan untuk mengakhiri sebuah tembang KTN. Kebanyakan silabel pada tiap-tiap metrum KTN dinyanyikan dengan suara yang diperpanjang. Ini dapat terjadi karena bukan tuturan biasa yang cara pelafalannya dapat dipercepat. Penembangan tiap-tiap silabel memerlukan keahlian khusus dan juga keterampilan mengolah rasa yang dimiliki sehingga apa yang ditembangkan menjadi satu nada yang harmonis dan padu. Pemanjangan suara yang terjadi pada masing-masing bait berdasarkan analisis di atas didapatkan beberapa kecenderungan. Pertama, kecenderungan terjadinya pemanjangan silabel yang terdiri atas satu fitur, yaitu fitur silabis. Sebagai salah satu contoh, terjadi pada silabel [uː] pada baris kelima bait kawitan panjang. Kedua, kecenderungan terjadinya pemanjangan suara pada silabel
134
terbuka lebih besar daripada silabel tertutup. Hal tersebut dapat terjadi karena silabel terbuka diakhiri oleh fitur silabis yang memungkinkan seseorang untuk menembangkannya lebih lama karena tidak terdapat koda yang menghalanginya. Ketiga, silabel terbuka yang mendapat sisipan fitur [+labialisasi] atau [+palatalisasi] mengalami kecenderungan untuk diperpanjang penembangannya, sebagai contoh silabel [lwa]. Kecenderungan tersebut dapat terjadi karena adanya bunyi luncuran yang menyisip diantara kosonan dan vokal. Dan terakhir, silabel yang disertai koda kecenderungan dapat diperpanjang apabila terdapat fitur [lateral], [-malar], atau fitur [+sonoran], sebagai contoh silabel [rɪːŋ] yang pada penembangannya mengalami pemanjangan di setiap kemunculannya.