41
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1. Parameter Dan Pengukuran Pemancar PT. MAC Pengumpulan data berikut dilakukan oleh penulis pada saat pengerjaan instalasi, test dan commissioning pemancar DVB-T milik PT. MAC yang berada di Cipondoh Tangerang. Ketiga pemancar menggunakan setting yang sama, Setting parameternya adalah sebagai berikut : Merk Pemancar
: Electrosys
Tipe
: T314WN 9KW VHF DVB-T
Power
: 9 kW
Frekuensi
: 290.5 MHz, 313.5 MHz dan 320.5 MHz
Bandwidth
: 7 MHz
Jenis jaringan
: SFN (Single Frequency Network)
Mode
: 8k
Constellation
: 64QAM
Input TS
: Transport Stream ASI MPEG 2 atau MPEG-4
FEC Code rate
: 3/4
Guard Interval
: 1/32
TS ASI data rate
: - MPEG-2 = + 3.5 Mbits/s VBR (variable bit rate) dan - MPEG-4 = + 2.0 Mbits/s pada VBR
Pengukuran dilakukan menggunakan ETL TV Analyzer merk Rohde & Schwarz. Test & commissioning pada perangkat pemancar DVB-T ini meliputi : 1. Modulation analysis
: - Constellation diagram - MER dan BER
2. Channel analysis
: - Amplitude dan phase - Amplitude dan group delay
3. Spectrum
: - Power Level dan Shoulder attenuation
4. Modululation Error
: - Quadrature Error dan Amplitudo Imbalance
42
4.2.
Contellations Diagram
Gambar 4.1. Contellations diagram pemancar 1 Exciter A dan B
Pada gambar diatas semua titik konstelasi berapa pada kotaknya tidak ada yang menyebar atau blur. Pemancar-1 Exc. A lebih bagus karena semua titik kontelasi sangat fokus.
Gambar 4.2. Contellations diagram pemancar-2 Exciter A dan B
Untuk pemancar-2 kontelasi lebih jelek daripada pemancar 1 terutama saat menggunakan exciter B karena tampak blur dan ada sedikit noise, namun hal ini masih dalam batas toleransi karena masih berada dalam batas kotaknya.
43
Gambar 4.3. Contellations diagram pemancar-3 Exciter A dan B
Dari pengukuran diatas menunjukkan constellations diagram pemancar-3 Exc. A lebih jelek karena tidak fokus dan ada sedikit noise, namun masih dalam batas kotaknya.
4.3.
Modulation Error Rate
Gambar 4.4. MER pemancar-1 Exciter A dan B MER pemancar-1 Exciter A dan B sangat bagus, nilai MER tertinggi berada ditengah-tengah carrier (dari 0 – 6816) yaitu sekitar 40 dB, bahkan untuk pemancar-1 Exciter A MERnya lebih dari 40 dB.
44
Gambar 4.5. MER pemancar-2 Exciter A dan B
Pada pemancar-2 nilai MER merata di semua carrier, pada awal-awal carrier nilai MER cukup tinggi yaitu hampir 39.0 dB dan MER terendah ada pada carrier ke 6716 yaitu 37.0 dB kemudian naik lagi di akhir carrier.
Gambar 4.6. MER pemancar-3 Exciter A dan B
Pada pemancar-3 Exciter A nilai MER lebih bagus daripada Exc. B, sedangkan kondisi MER pada awal carrier cukup rata pada kisaran 38 dB, kemudian ditengah-tengah naik hingga mencapai 39 dB namun turun drastis pada carrier ke 6700 an hingga menyentuh 37 dB.
45
4.4.
Bit Error Rate
Gambar 4.7. BER pemancar-1 Exc. A dan Exc. B
Pada pemancar-1 ini nilai BER : before Viterbi maupun before Reed Solomon dan after Reed Solomon sangat bagus, baik pada Exciter A maupun Exciter B karena nilainya dibawah 1.0e-8 artinya hanya ada 1 error dari 100 juta data yang dikirim.
Gambar 4.8. BER pemancar-2 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-2 ini nilai BER before Viterbi sangat bagus yaitu 1.0 e-9, namun BER before Reed Solomon exc. A lebih bagus daripada Exc. B dan BER baik pada Exciter A maupun Exciter B lebih jelek dari pemancar-1 karena nilainya dibawah 1.0e-7 artinya ada 1 error dari 10 juta data yang dikirim.
46
Gambar 4.9. BER pemancar-3 Exc. A dan Exc. B Nilai BER before Viterbi sangat bagus yaitu 1.0 e-9 pada pemancar-3 ini, namun BER before Reed Solomon exc. A turun menjadi 1.0 e-8 dan BER after Reed Solomon menjadi dibawah 1.0e-7 pada Exciter A maupun Exciter B, artinya ada 1 error dari 10 juta data yang dikirim.
4.5.
Channel Analysis : Amplitudo dan Phase
Gambar 4.10. Amplitudo dan Phase pemancar-1 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-1 Exc A, awal carrier phase naik kemudian turun ditengah carrier dan naik lagi di akhir carrier, kenaikan phase pada Exc A mencapai 4o, sementara amplitudo merata pada semua carrier. Phase Exc A lebih jelek 2o dibanding Exc. B.
47
Gambar 4.11. Amplitudo dan Phase pemancar-2 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-2 Exc A, phase naik ditengah carrier hingga mencapai 8o dan di akhir carrier malah turun sampai 10o, sementara phase pada Exc B hanya 6o batas bawahnya tidak sampai 8o, sedangkan amplitudo pada Exc A naik turun sepanjang carrier semntara Exc B lebih stabil pada kisaran + 0.2 dB.
Gambar 4.12. Amplitudo dan Phase pemancar-3 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-3 Exc A, amplitudo cenderung stabil pada awal carrier yaitu + 0.2 dB namun turun dan naik drastis pada akhir carrier hingga + 4 dB, sedangkan pada exciter B phase cenderung naik di awal carrier dan stabil pada pertengahan carrier, phase terendah ada pada -10o dan tertinggi 4o. Penyimpangan phase sebear ini masih dalam batas toleransi karena tidak sampai 45o.
48
4.6.
Channel Analysis : Amplitudo dan Group Delay
Gambar 4.13. Amplitudo vs Group Delay pemancar-1 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-1 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay pada start awal carrier naik dan stabil di tengah-tengah kemudian naik lagi di akhir carrier, kenaikan phase ini ternya tidak berbanding lurus dengan amplitudo.
Gambar 4.14. Amplitudo vs Group Delay pemancar-2 Exc. A dan Exc. B Pada pemancar-2 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay pada start awal carrier naik dan stabil di tengah-tengah carrier, namun kemudian naik drastis di akhir carrier hingga mencapai 200 ns. Kenaikan di akhir carrier ini tidak mempengaruhi kinerja pemancar karena di tengah-tengah stabil.
49
Gambar 4.15. Amplitudo vs Group Delay pemancar-3 Exc. A dan Exc. B Sama dengan pemancar lain, pada pemancar-3 baik pada Exc A maupun Exc. B group delay juga naik pada awal carrier naik dan stabil di tengah-tengah carrier, namun kemudian naik drastis di akhir carrier hingga mencapai 200 ns.
4.7.
Shoulder Attenuation
Gambar 4. 16. Shoulder Attenuation TX 1 Exc A dan Exc B
Pada pemancar-1 exc. A shoulder attenuation yaitu lebih rendah 2 dB dari exc. B, namun level ini masih diatas batas 30 dB.
50
Gambar 4. 17. Shoulder Attenuation TX 2 Exc A dan Exc B
Pada pemancar-2 shoulder attenuation untuk exc. A dan exc. B seimbang dan berada pada kisaran +50.0 dB. Level ini sangat bagus karena jauh diatas ambang minimum (30 dB).
Gambar 4. 18. Shoulder Attenuation TX 3 Exc A dan Exc B
Pada pemancar-3 shoulder attenuation untuk exc. A dan exc. B tidak seimbang disisi Lower dan Upper, pada lower berada pada kisaran +51.0 dB. Meski tidak seimbang shoulder attenuation masih sangat bagus karena jauh diatas ambang minimum.
51
4.8.
Grafik Pengukuran
4.8.1. MER vs EVM
Gambar 4.19. Grafik MER vs EVM MER akan naik ketika EVM naik, hal ini karena kesalahan modulasi diakibatkan oleh kesalahan dari vektor konstelasi. Begitu sebaliknya jadi MER berbanding lurus dengan EVM
4.8.2. Amplitudo vs Phase
Gambar 4.20. Grafik Amplitudo vs Phase
Penyimpangan phase tidak berakibat terhadap amplitudo, begitu pula sebaliknya. Hal ini karena dengan menaikkan amplitudo tidak bisa memperbaiki kesalahan phase yang diakibatkan oleh proses modulasi.
52
4.8.3. Amplitudo vs Quadrature Error
Gambar 4.21. Grafik Amplitudo vs Quadrature Error
Amplitudo Imbalance tidak berbanding lurus dengan Quadrature Error, Pada saatu Amplitudo Imbalance besar justru Quature Errornya kecil seperti yang terjadi pada pemancar-1 Exc. A atau pemancar-3 Exc. B.
4.9.
Jumlah Isi Siaran Dengan menggunakan jenis enkripsi MPEG-2 dimana jumlah data transport stream rata-rata 3.5 Mbit/s maka jumlah isi siarannya adalah : X isi siaran
= Net data rate TS data rate
= 23.751337 Mbit/s 3.5 Mbit/s
= 6.7860963
Maksimal 6 siaran yang bisa dimuat pada masing-masing pemancar Sehingga total channel televisi yang disiarkan adalah 3 x 6 = 18 channel
Sedangkan jika menggunakan enkripsi MPEG-4 yang rata-rata data transport streamnya 2.0 Mbits/s maka jumlah isi siarannya adalah : X isi siaran
= 23.751337 Mbit/s 2.0 Mbit/s
= 11.875669
Ada maksimal 11 isi siaran yang bisa dimuat pada masing-masing pemancar sehingga total channel televisi yang disiarkan adalah 3 x 11 = 33 channel.