BAB IV ANALISIS STANDAR PENILAIAN PROPOSAL PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN IMPLIKASINYA DI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) CABANG PEKALONGAN
A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pekalongan Bank Muamalat Cabang Pekalongan bukan sekedar lembaga keuangan bank yang bersifat sosial saja, tetapi juga lembaga bisnis dalam rangka memperbaiki perekonomian umat. Oleh karena itu dana yang dikumpulkan dari nasabah harus disalurkan kepada nasabah lainnya yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Cabang Pekalongan kepada nasabahnya adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan nasabah dan pihak BMI Cabang Pekalongan itu sendiri. Sasaran pembiayaan yang dilakukan oleh BMI Cabang Pekalongan adalah semua sektor ekonomi yang memerlukan pembiayaan seperti, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa. Pembiayaan atau pemberian kredit adalah kegiatan yang sangat penting bagi BMI Cabang Pekalongan karena sebagian besar pendapatan diperoleh dari usaha ini.
74
75
Fungsi pembiayaan sangat penting bagi kelangsungan hidup organisasi oleh karena itu pemberian kredit harus berdasarkan kaidah-kaidah sebagai berikut :1 a. Dana yang disalurkan harus kembali dengan aman. b. Menghasilkan pendapatan bagi hasil yang dapat mendukung pertumbuhan organisasi secara wajar. c. Dapat membantu usaha mitranya (pengambil pembiayaan). Dengan mengakses jasa keuangan BMI Cabang Pekalongan, para pengusaha mempunyai sumber keuangan lain di saat mereka membutuhkan modal tambahan. BMI Cabang Pekalongan mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan nasabah, dimana BMI Cabang Pekalongan dapat memberikan fasilitas murabahah dengan jangka waktu sesuai dengan kesepakatan. Akad murabahah umumnya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang investasi dan modal kerja. BMI Cabang Pekalongan merupakan salah satu lembaga keuangan yang menyediakan berbagai macam pembiayaan antara lain, yaitu pembiayaan murabahah (hubungan akad jual beli antara nasabah dengan bank dengan pembayaran tangguh atau angsuran), pembiayaan sewa beli rumah, toko, mobil, rehab rumah, dan pembiayaan modal investasi atau modal kerja, yang mana di satu pihak Bank Muamalat menyediakan sebagian dari modal usaha, sementara di pihak lain Bank Muamalat dapat terlibat dalam proses manajemen
1
serta berbagai produk perbankan syari’ah lainnya. Diantara
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta : Kencana, 2005, hlm 67.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
76
berbagai produk tersebut, pembiayaan murabahah adalah produk yang paling diminati oleh para nasabah. Murabahah merupakan salah satu produk penyaluran dana yang cukup digemari oleh BMI Cabang Pekalongan karena karakteristiknya yang profitable, mudah dalam penerapan dan dengan resiko yang ringan untuk diperhitungkan. Seperti halnya BMI Cabang Pekalongan dalam menyalurkan pembiayaan
kepada
nasabah
lebih
banyak
menggunakan pembiayaan murabahah dibandingkan dengan produk lain seperti mudharabah, musyarakah dan ijarah. Dalam penerapannya BMI Cabang Pekalongan bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual barang tertentu yang dibutuhkan anggota. Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekalongan bisa diperoleh dengan cara calon nasabah mendatangi langsung kantor Bank Muamalat Indonesia cabang Pekalongan untuk mengajukan permohonan pembiayaan, atau bisa disebut dengan word in client (WIC), yaitu calon nasabah datang sendiri ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Atau berdasarkan referensi, yaitu nasabah mengetahui dari rekan kerja, karyawan BMI, atau teman sejawat yang pernah mengajukan pembiayaan di BMI cabang Pekalongan. Dan dengan cara jemput bola, yaitu marketing mencari nasabah yang ingin dibiayai dalam merintis dan mengembangkan usahanya ataupun dalam melancarkan aktivitas finansialnya. Tahap awal dalam proses pembiayaan yaitu permohonan pembiayaan secara langsung kepada marketing Bank Muamalat Indonesia cabang
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
77
Pekalongan untuk kemudian ditindaklanjuti secara tertulis dalam proses pengumpulan data-data oleh debitur. Proses pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekalongan adalah sebagai berikut:2 1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada CS (Customer Service). 2. CS (Customer Service) memberikan kelengkapan data pengajuan pembiayaan tersebut kepada SA Lending (Service Assistant Lending) untuk dilakukan pengecekan legalitas data nasabah terkait data penilaian permohonan pembiayaan dan pemeliharaan data jaminan di bagian Unit Support Penanaman Dana (USPD), 3. SA Lending menyerahkan data permohonan pembiayaan tersebut pada bagian pembiayaan (Marketing), 4. Marketing melakukan kembali pemeriksaan kelengkapan data atau collect data yang meliputi cek kelayakan data, cek DSR (debt service ratio) atau kemampuan pembayaran angsuran oleh nasabah debitur, analisa jaminan pembiayaan, serta analisa data-data pembiayaan, di bagian Unit Support Penanaman Dana (USPD), 5. Dalam proses kelayakan data mencakup beberapa aspek diantaranya : aspek keuangan (rekapitulasi laporan keuangan), aspek agunan / jaminan, aspek risiko, aspek yuridis (legalitas usaha), Aspek Analisis Teknis (perputaran usaha nasabah), aspek pemasaran, dan Aspek AMDAL. (tiga 2
Diperoleh dari Bagian Personalia BMI Cabang Pekalongan Ibu Yurinda Arum P
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
78
aspek
terakhir
digunakan
sebagai
tambahan
untuk
pembiayaan
nonkonsumsi) 6. Marketing bersama anggota USPD melakukan taksasi atau analisis pembiayaan meliputi taksasi jaminan, yaitu untuk menilai jaminan yang diagunkan tersebut mengcover pembiayaan yang diajukan atau tidak, dan analisis kelayakan usaha yang dijalankan, karena aspek ini mempengaruhi tingkat kemampuan angsuran dan berapa jumlah pembiayaan yang akan dicairkan. 7. Validasi permohonan pembiayaan untuk mendapatkan persetujuan atau tidaknya dari komite pembiayaan, meliputi ketua, sekretaris, dan anggota. 8. Pengikatan, meliputi pengikatan akad pembiayaan dan pengikatan jaminan. Pengikatan ada dua jenis yaitu pengikatan notariil, yakni pengikatan dengan menggunakan jasa notaris dan pengikatan bawah tangan, yakni pengikatan yang dibuat oleh bank dan disepakati oleh kedua belah pihak (bank dan nasabah). Pengikatan ini dilakukan oleh USPD, marketing, dan nasabah. 9. Penerimaan jaminan, pengamanan/penyimpanan semua dokumen asli pembiayaan, dilakukan oleh administrasi pembiayaan. 10. Pencairan pembiayaan meliputi administrasi dan dokumentasi pencairan, dilakukan oleh bagian operasional pembiayaan dan bagian administrasi keuangan. 11. Pembinaan dan pengawasan meliputi monitoring angsuran, penagihan (kolektibility), pelaporan pembinaan dan pengawasan, dilakukan oleh
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
79
marketing yang menangani pembiayaan. support/ka bag pembiayaan dan kepala cabang. 12. Penyelesaian pembiayaan, yaitu penagihan dan penyelesaian secara hukum apabila
nasabah mengalami
wan
prestasi
dapat
diatasi dengan
reseheduling, restrukturing, reconditioning dan legitasi (penyerahan). Semua langkah tersebut berlaku untuk nasabah baru maupun nasabah yang akan mengajukan pembiyaan ulang. Bila berdasarkan wawancara dan data-data sementara yang disampaikan oleh nasabah permohonan tersebut layak untuk diteruskan, maka petugas perlu segera melakukan analisa yang bertujuan untuk menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai cukup layak (feasible).3 Namun jika pembiayaan yang diajukan ditolak, maka marketing pembiayaan akan memberikan surat tolakan permohonan pembiayaan kepada nasabah.
B. Analisis Standar Penilaian Proposal Pembiayaan Murabahah Di
Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pekalongan 1. Kriteria Proposal Pembiayaan Murabahah Pembiayaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam dunia perbankan, begitu juga dengan Bank Muamalat Indonesia. Proses pembiayaan yang sehat akan berimplikasi pada investasi halal dan baik serta menghasilkan return yang maksimal. 3
Lukman Pandu Wijaya, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, Edisi Kedua, 2005, hlm. 88
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
80
Dalam dunia bank syariah praktek mudharabah dan musyarokah hingga saat ini masih belum menjadi primadona jenis pembiayaan, bahkan di beberapa lembaga pembiayaan praktek pembiayaan akad ini merupakan praktek yang dihindari atau katakanlah sebagai anak tiri. Mengapa ini terjadi? Secara pasti rasanya sulit untuk menjawabnya, namun dari hasil pengamatan dan kajian di lapangan ditemukan beberapa kendala stagnasi pembiayaan, antara lain :4 1. Belum adanya manual teknis yang mampu memberikan petunjuk pengelola untuk bertidak secara rasional. 2. Trauma sejarah mudharabah dan musyarokah 3. Kelemahan sumber daya manusia. 4. Pengaruh praktek konvensional bank Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analilis pembiayaan di bank syariah adalah sebagai berikut:5 1. Pendekatan Analisis Pembiayaan Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan oleh para pengelola bank syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu:
4
Muhammad, Manajemen Baitul Mal wat Tamwil, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Syariah, 1998, hlm. 65 5 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hlm. 260-265
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
81
a. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam. b. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguhsungguh terkait dengan karakter nasabah. c. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil. d. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam. e. Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. Selain pendekatan di atas, pendekatan Filosofi Tiga Pilar juga dapat digunakan dalam menganalisa pembiayaan : 6 a. Kredibilitas Manajemen Nasabah 1) Kejujuran, iktikad baik personal 2) Kemampuan mengelola usaha b. Kemampuan Membayar Kembali (Repayment Capacity) 1) Kemampuan usaha nasabah untuk menghasilkan laba dari produk dan jasa yang dijalankan oleh nasabah.
6
Hisyam Iskhak, Materi Kuliah Analisis Pembiayaan Bank Syariah, 2010, Tidak Diterbitkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
82
2) Manajemen arus kas usaha nasabah dimasa lalu (historical cash flow), termasuk proyeksi arus kas (projected cash flow) dimasa mendatang merupakan ukuran utama. c. Jaminan yang Diserahkan 1) Harga jual kembali agunan 2) Kemudahan menjual agunan 3) Kelengkapan dan keabsahan dokumen agunan Hal ini sejalan dengan yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia
Cabang
Pekalongan,
dimana
dalam
menilai
proposal
pembiayaan lebih menekankan pada aspek kolektabilitas dan jaminan. 7 Selain hal tersebut, capacity juga menjadi penekanan dalam analisis proposal pembiayaan. Dimana kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan seseorang untuk berbisnis. 8
2. Prinsip Analisis Pembiayaan Dalam pemberian kredit membutuhkan suatu analisis terhadap usaha yang dilakukan debitur untuk menentukan suatu keputusan dalam pemberian kredit. Salah satu cara menilai kegiatan usaha debitur adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip kredit pada aspek-aspek usaha debitur. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan adalah berupa analisis 5C dan 7P. Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu :
7
Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 1 Febuari 2011 8 BMI, Materi Pelatihan “Core Financing” Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT, BTM, Koperasi Syariah), hlm. 4
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
83
a. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil. c. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. d. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank. e. Condition artinya keaaan usaha atau nasabah prospek atau tidak. Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1C, yaitu constrain artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. Penilaian dengan menggunakan analisis 7P adalah sebagai berikut :9 a. Personality, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Sifat, kepribadian calon debitur dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. b. Party, mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter. c. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. d. Prospect, untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
9
Frengky Lady, “Evaluasi Kelayakan Pemberian Kredit Oleh PT BPR Artha Panggung Perkasa Trenggalek”, Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2008, Skripsi, Tidak Diterbitkan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
84
e. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. f. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindunngan. Perlindungan dapat berupa barang atau orang atau jaminan asuransi.
3. Tujuan Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah : Pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah : a. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam b. Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan c. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak
4. Prosedur Analisis Pembiayaan Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syariah :
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
85
a. Berkas dan pencatatan b. Data pokok dan analisis pendahuluan, meliputi : 1. Realisasi pembelian, produksi dan penjualan 2. Rencana pembelian, produksi dan penjualan 3. Jaminan 4. Laporan keuangan 5. Data kualitatif dari calon debitur c. Penelitian data d. Penelitian atas realisasi e. Penelitian atas rencana usaha f. Penelitian dan penilaian barang jaminan g. Laporan keuangan dan penelitiannya
5. Keputusan Permohonan Pembiayaan a. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan b. Wewenang pengambilan keputusan
6. Aspek Yang Dianalisis Ada beberapa aspek yang perli diperhatikan oleh pejabat bank dalam melakukan analisis pembiayaan, di antaranya adalah :10 a. Aspek yuridis b. Calon debitur cakap hukum
10
Anonimous, Pedoman Pengelolaan Bank Syariah, Jakarta: LPPBS, 1993, hlm. 58
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
86
c. Usahanya tidak liar d. Aspek pemasaran e. Siklus hidup produk f. Produk substitusi g. Perusahaan pesaing h. Tingkat kemampuan daya beli masyarakat i. Program promosi j. Daerah pemasarannya k. Faktor musim l. Manajemen pemasaran m. Kontrak penjualan n. Aspek teknis o. Lokasi usaha p. Fasilitas gedung bangunan usaha q. Mesin-mesin yang dipakai r. Proses produksi s. Aspek keuangan t. Kemampuan memperoleh untung u. Sisa-sisa pinjaman dengan pihak lain v. Beban rutin di luar kegiatan usaha w. Arus kas (cash flow) x. Aspek jaminan y. Syarat-syarat jaminan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
87
z. Syarat ekonomis, dan syarat yuridis 7. Alat Analisis Alat analisis pembiayaan dapat berupa angket 8. Rumusan Hasil Analisis Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan hasil analisis pembiayaan :11 a. Identitas pemohon b. Umur calon antara 22-50 tahun c. Alamat rumah jelas, jika kontrak : masih berapa tahun calon kontrak d. Diusaha rumah calon dekat berada di wilayah kerja bank syariah yang bersangkutan e. Identitas usaha f. Pengalaman usaha minimal 2 tahun g. Lokasi usaha strategis h. Status usaha bukan sambilan i. Status tempat usaha diprioritaskan milik sendiri j. Aspek pasar k. Barang yang dijual/diproduksi tidak terlalu banyak pesaing dan memang dibutuhkan banyak orang.upaya kreatif dan inovatif perlu dimiliki agar dapat melihat peluang-peluang pasar yang dapat dimasuki sekaligus dapat memperoleh untung.
11
Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
88
l. Sumber bahan baku yang dipakai mudah diperoleh, cukup murah, dan jika memungkinkan dapat didaur ulang m. Aspek pengelola n. Mempunyai perencanaan usaha ke depan yang detail o. Mempunyai pengalaman dan tenaga terampil p. Mempunyai catatan usaha, seperti: buku jurnal, laporan transaksi, catatan laba/rugi, dll q. Aspek ekonomi r. Produk yang diproduksi dan dijual tidak merusak lingkungan, baik barang jadi maupun limbahnya s. Produk yang dibuat tidak dilarang oleh agama maupun negara t. Peminjam harus mempunyai modal minimal 30% dari pembiayaan yang diajukan ke bank syariah u. Korelasi persentase kemampuan membayar anggota pembiayaan harus 30% dari kemampua menabungnya
9. Rekomendasi Analisis Gambaran kesimpulan rekomendasi analisis pembiayaan di bank syariah dapat disimpulkan sebagai berikut : Berikut contoh form rekomendasi pembiayaan : 12
Petugas Penganalisis :
12
Tanggal :
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hlm.
266-267
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
89
ASPEK
KONDISI
A. KARAKTER ANGGOTA 1. Apakah bersikap tenang dan terbuka?
Ya/Tidak
2. Apakah rumah tangganya rukun dan tenteram?
Ya/Tidak
3. Apakah dikenal baik oleh RT/ulama?
Ya/Tidak
4. Apakah kondisi ekonominya baik/meningkat?
Ya/Tidak
5. Apakah tepat janji?
Ya/Tidak
6. Apakah anggota pengajian?
Ya/Tidak
B. ASPEK KELAYAKAN USAHA
Ya/Tidak
1. Apakah merupakan usaha pokok?
Ya/Tidak
2. Telah memiliki pengalaman usaha yang lama?
Ya/Tidak
3. Apakah bahan mudah diproleh?
Ya/Tidak
4. Apakah prospek pasar bagus?
Ya/Tidak
5. Telah memiliki pelanggan tetap?
Ya/Tidak
6. Apakah usaha sejenis di sekitar tidak banyak?
Ya/Tidak
7. Apakah omsetnya stabil?
Ya/Tidak
8. Persentase keuntungan di atas 20%?
Ya/Tidak
9. Apakah pemohon mengalami kendala dalam usaha?
Ya/Tidak
C. KEMAMPUA MENGEMBALIKAN PINJAMAN
Ya/Tidak
1. Apakah kewajiban angsuran < 1/3 penerimaan kas?
Ya/Tidak
2. Aset usaha > pinjaman?
Ya/Tidak
3. Tingkat keuntungan layak dibanding mark-up?
Ya/Tidak
D. MODAL USAHA
Ya/Tidak
1. Modal sendiri < 30% dari nilai pinjaman?
Ya/Tidak
2. Tidak memiliki pinjaman lain?
Ya/Tidak
3. Pinjaman akan dipakai usaha?
Ya/Tidak
E. JAMINAN
Ya/Tidak
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
90
1. Suami/istri/anak bersedia ikut akad?
Ya/Tidak
2. Bersedia menyerahkan jaminan?
Ya/Tidak
3. Nilai jaminan lebih tinggi dari pinjaman?
Ya/Tidak
4. Ada penjamin?
Ya/Tidak
5. Bersedia infaq?
Ya/Tidak
F. KONDISI EKONOMI
Ya/Tidak
1. Pasang surut harga tidak membahayakan usaha?
Ya/Tidak
2. Tidak ada larangan pemerintah tentang produk?
Ya/Tidak
3. Tidak ada larangan pemerintah tentang tempat?
Ya/Tidak
4. Pemasaran produk tersebut tidak sporadis?
Ya/Tidak
5. Tidak ditentang adat istiadat setempat?
Ya/Tidak
6. Usaha tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan?
Ya/Tidak
KESIMPULAN Kesimpulan dari data kuisioner analisis harus menunjukkan jawaban positif "YA" (untuk seluruh pertanyaan). Jika ada salah satu dijawab "TIDAK" , maka harus dipertimbangkan
Ya/Tidak
lagi dengan sebaik-baiknya dengan data-data tambahan lain yang mungkin dapat diperoleh. Pada setiap bank tentunya memiliki metode sendiri untuk mengetahui calon nasabah debiturnya, setelah melakukan konfirmasi dengan pihak BMI Cabang Pekalongan pada penilaian terhadap calon kelayakan nasabah terkait proposal pembiayaan yang diajukan, BMI Cabang Pekalongan kurang lebih menggunakan daftar pertanyaan yang sama dengan literatur di atas.13
13
Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 12 Oktober 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
91
Setiap proposal pembiayaan yang diajukan oleh account officer yang, mewakili unit bisnis, wajib terdahulu direview oleh Financing Risk Officer (FRO) Area sebelum diputuskan oleh Komite Pembiayaan Cabang/Area oleh Branch Manager ataupun oleh Area Manager. Namun apabila pengajuan pembiayaan melebihi limit Branch Manager, maka proposal pembiayaan harus diteruskan ke Financing Risk Management (FRM) Unit di Head Office untuk direview oleh FRO kantor pusat dan atau Risk Management Division (RMD) Head sebelum diputuskan oleh Financing Support Division Head, direksi ataupun oleh direktur utama sesuai dengan limit pengambilan keutusan pembiayaan yang dimilikinya. 14 Membahas
tentang
standar
penilaian
proposal
pembiayaan
murabahah, tentu tak lepas dari manajemen resiko yang timbul dari setiap pembiayaan yang diajukan. Konsentrasi pembahasan Prosedur Manajemen Resiko Pembiayaan disini adalah pada peranan Risk Management Division (RMD) di dalam rangkaian proses penyaluran pembiayaan. Dalam hal ini setiap pengajuan proposal pembiayaan, khusus untuk exposure baru dan exposure tambahan, wajib terlebih dahulu dilakukan risk assessment oleh Risk Management Division (RMD) untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin timbul dari disalurkannya pembiayaan oleh bank kepada nasabah, sebelum melewati tahapan proses penyaluran pembiayaan selanjutnya.15
14
Hisyam Iskhak, Materi Kuliah Analisis Pembiayaan Bank Syariah, 2010, Tidak Diterbitkan 15 Ibid
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
92
2. Uji Kelayakan Usaha Terhadap Proposal Pembiayaan Murabahah. Apabila diteliti sisi aktiva neraca bank pada umum dengan cermat, akan terlihat bahwa sebagian besar dana operasional setiap bank umum diputarkan
dalam
pembiayaan
yang
diberikan.
Kenyataan
ini
menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis perbankan yang terbesar yang berakibat pada kredit/ pembiayaan bermasalah bahkan macet, yang akan mengganggu operasional dan likuiditas bank. Risiko pembiayaan bermasalah/ macet dapat diperkecil dengan melakukan analisa pembiayaan, yang tujuan utamanya adalah menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan pembiayaan yang mereka pinjam dan membayar margin keuntungan dan bagi hasil sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan. Berdasarkan penilaian ini, bank dapat memberikan tinggi rendahnya resiko yang akan ditanggung. Dengan demikian, pihak bank dapat memutuskan apakah permintaan pembiayaan yang diajukan ditolak, diteliti lebih lanjut atau diluluskan (kalau perlu dengan
memasukkan
syarat-syarat
khusus
ke
dalam
perjanjian
pembiayaan). Penilaian resiko wajib dilaksanakan atas setiap pengajuan pembiayaan yang diusulkan oleh setiap account officer, yang mewakili unit bisnis untuk semua jenis pembiayaan: 16 a. Pembiayaan konsumtif
16
BMI, Training Account Manajer Muamalat Institute, 2010, Tidak Diterbitkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
93
b. Pembiayaan modal kerja c. Pembiayaan individual, retail, UMKM, maupun korporat Kelayakan debitur dapat dinilai atau dilihat dengan cara sebagai berikut :17 1. Penghasilan nasabah setelah dikurangi tanggungan atau dapat dilihat dari kelancaran usahanya 2. Legalitas lengkap dan bebas dari pembiayaan bermasalah seperti surat yang dijadikan agunan, surat yang menjadi syarat-syarat pembiayaan 3. Jaminan / Agunan, objek jaminan harus mengcover minimal 90 % dari pembiayaan yang diajukan Selain itu kelayakan debitur juga dianalisa dengan menggunakan analisis standar 5 of C, yaitu : 1. Character, berkaitan dengan sifat / karakter atau niat calon nasabah dengan
bank,
meliputi
tanggungjawab
terhadap
kewajibannya,
kebioasaan nasabah, kejujuran, bersifat terbuka atau tertutup 2. Capacity, berkaitan dengan aspek manajemen, aspek produksi dan pemasaran, serta aspek keuangan 3. Capital, berkaitan dengan struktur modal nasabah 4. Collateral, jaminan yang telah dimiliki yang dimiliki, yang diberikan penjamin kepada bank 5. Condition, prospek atau keadaan usaha nasabah
17
Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 24 Mei 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
94
Disamping menggunakan 6C, dalam penilaian suatu kredit guna menilai layak atau tidak untuk diberikan kredit dapat dilakukan juga dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu :18 a. Aspek yuridis/hukum Aspek ini menyangkut masalah legalitas badan usaha serta ijinijin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. b. Aspek pemasaran Aspek ini menyangkut kemampuan daya beli masyarakat, keadaan kompetisi, kualitas produksi. c. Aspek keuangan Aspek ini menyangkut sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. d. Aspek teknis/operasi Aspek ini menyangkut kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, lokasi, lay out ruangan. e. Aspek manajemen Aspek ini menyangkut struktur organisasi, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. f. Aspek sosial ekonomi
18
Dahlan Siama, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hlm. 107-110
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
95
Aspek ini menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat. Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi. 19 Dalam proses pengajuan pembiayaan, setelah proses solisitasi, maka perlu diadakan evaluasi terhadap proposal pembiayaan yang diajukan. Tahapan evaluasi yakni: 20 1. Evaluasi kelayakan usaha yang akan dibiayai. Dalam tahap ini dapat dilakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. a. Analisa Kualitatif 1. Aspek manajemen a) Menilai karakter dan kemampuan dalon debitur serta organisasi perusahaan calon debitur (akhlak dan integritas). b) Latar belakang pendidikan dan keahlian. c) Kemampuan melakukan fungsi manajemen : produksi (termasuk di dalamnya aspek bahan baku dan proses produksi), pemasaran dan keuangan. d) Kemampuan mengelola faktor produksi, material, tenaga kerja, alat produksi, administrasi dan keuangan, hubungan industrial, dan sebagainya. 19
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UMP AMP YKPN, 2002,
hlm.259 20
BMI, Training Account Manajer Muamalat Institute, 2010, Tidak Diterbitkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
96
e) Ketekunan dan profil kerja. f) Reputasi dalam menepati janji di lingkungan usahanya melalui suppliernya, pelanggan dan tetangga maupun trade checking dengan lembaga keuangan lainnya. g) Regenerasi pengelola usaha 2. Aspek pengelolaan usaha a) Ketersediaan bahan baku dan kesinambungan produksinya (aspek bahan baku). b) Menganalisa produk yang dihasilkan calon debitur masih memiliki peluang pasar (aspek pemasaran). c) Menilai perusahaan calon debitur mampu menghasilkan produk dengan kualitas baik dan harga yang dapat bersaing di pasar (aspek kualitas produk) d) Menilai bagaimana barang dapat dengan lancar sapai ke konsumen. e) Bagaimana kondisi persaingan penjualan barang sejenis dan dimana possisi nasabah. 3. Aspek keuangan nasabah Menilai sejauh mana permodalan yang dimiliki nasabah dalam pengembangan usahanya dan apabila terdapat resiko kerugian seberapa
kemampuan
modalnya
untuk
menanggungnya
(solvabilitas) yang dapat dihitung melalui perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dengan cara jumlah hutang dibagi dengan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
97
modal, dimana jika semakin besar prosentasenya maka semakin jelek kemampuan bayar perusahaan tersebut. Menilai usaha calon nasabah kalau direalisasikan pembiayaan, akan menguntungkan nasabah dan bank. Dan calon debitur dapat membayar seluruh kewajibannya dengan mendapatkan keutungan yang memadai (rentabilitas). Rentabilitas dapat dilihat dari profit margin (laba : penjualan), Return On Equity (ROE) yang dapat dihitung dari laba : modal, dan Return On Assets (ROA) yang diperoleh dari perhitungan laba : asset. Menilai kemampuan nasabah dalam menyediakan dana yang likuid, guna menutup kewajiban jangka pendeknya dari waktu ke waktu (likuiditas), dimana semakin tinggi jumlahya maka semakin baik. Likuiditas dapat diukur dari Quick Ratio yang diperoleh dari aktiva lancar-persedian : hutang lancar, dan Current Ratio yang didapat dari perhitungan aktiva lancar : pasiva lancar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa keuangan:21 1.
Data harus up date
2.
Kebenaran dan kewajaran data ahrus diteliti, cocokkan dengan siklus usaha dan siklus kas yang sudah diketahui
3.
Sterssing yang berbeda pada bidang usaha yang berbeda
b. Analisa Kuantitatif 21
Hisyam Iskhak, Materi Kuliah Analisis Pembiayaan Bank Syariah, 2010, Tidak
Diterbitkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
98
1. Analisa Trend (Horizontal) a) Untuk membandingkan kinerja usaha nasabah pada dua atau lebih perode laporan keuangan, sesuai kebutuhan. b) Ratio dan pos-pos penting neraca dan laba/rugi yang diperbandingkan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
analisis,
terutama untuk mengetahui ratio pertumbuhan. 2. Analisa Rasio-Rasio Keuangan (Vertikal) Analisa dengan memperbandingkan antar pos penting dalam laporan keuangan dalam satu periode tertentu. Rasio-rasio yang dibandingkan yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan ratio rentabilitas. a) Rasio likuiditas Yakni
kemampuan
penyediaan
kas
guna
menutupi
kewajibannya dalam jangka pendek. 1) Quick rasio = (kas + bank + piutang) : hutang lancar 2) Current rasio = aktiva lancar : hutang lancar Semakin besar semakin baik (likuid) b) Rasio solvabilitas Yakni kemampuan nasabah untuk membayar seluruh kewajibannya dari modal atau asset yang dimiliki. 1) DER (Debt to Equity Ratio) = (hutang lancar + hutang jangka panjang) : modal Semakin besar semakin jelek.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
99
c) Rasio rentabilitas Yakni untuk menukur kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi usaha. 1) PM (Profit Margin) = laba bersih : pendapatan 2) ROE (Return On Equity) = laba : modal 3) ROA (Return On Assets) = laba : asset Semakin besar semakin baik. 3. Analisa Cash Flow a) Analisa dengan melihat arus kas berupa pemasukan dan pengeluaran kas secara riil, sehingga dapat diketahui surplus atau defisit serta sumber-sumber kas yang ada. b) Sangat diperlukan untuk mengetagui perputaran usaha nasabah, agar diketahui kebutuhan kas dari waktu ke waktu. c) Pendekatan yang dipergunakan yakni memilah kedalam pos-pos tertentu, seperti pos opersional atau pos non operasional. Dalam pemberian pembiayaan kepada pihak internal Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, diterapkan plafon Dirthy Income (DI) sebesar 70% atau 40% dari Take Home Pay (THP).22
2. Evaluasi dokumentasi legalitas, taksasi jaminan, checking (BI, trade, personal). 23 a. Aspek legal dan syariah 22
Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 24 Mei 2011 23 BMI, Training Account Manajer Muamalat Institute, 2010, Tidak Diterbitkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
100
1. Menilai barang yang diusahakan a) Halal b) Thoyyib c) Bermanfaat d) Memenuhi kaidah hukum positif maupun syariah 2. Menilai legalitas lainnya a) Calon debitur b) Badan usaha perusahaan c) Kredibilitas perusahaan d) Agunan 3. Proses pembiayaan sesuai dengan aspek syariah b. Aspek jaminan nasabah 1. Collateral valuation Ketepatan dalam menilai harga jaminan, kesesuaian dengan pembiayaan. 2. Liquidity Proses likuidasi cepat apabila terjadi masalah pembiayaan, mudah diuangkan, dan milik sendiri. 3. Depreciability Penyusutan/kadar jaminan, lebih baik jika harta tetap. 4. Marketability Pasar/kemudahan dalam menjual. Strategis, jalan memadai, kondisi tanah dan bangunan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
101
5. Controlability Pengawasan
jaminan.
Lokasi
jelas,
batas-batas,
legalitas,
penguasaan dokumen. Pada intinya jaminan merupakan garansi yang mengikat baik secara moral maupun material dari nasabah,untuk itu terhadap jaminan perlu dilakukan investigasi yang teliti dan akurat (dituangkan dalam bentuk laporan) menyangkut hal-hal sebagai berikut:24 1. Nilai taksasi dan likuidasi, dimana objek jaminan harus mengcover 90 % dari pembiayaan yang diajukan. 2. Kondisi dan letak jaminan 3. Kepemilikan, dalam hal kepemilikan harus diketahui secara jelas bahwa status obyek tidak dalam sengketa dan potensial bermasalah. Dalam hal pembiayaan murabahah di BMI Cabang Pekalongan, dimana yang menjadi banyak minat nasabah yakni pembiayaan modal kerja dan renovasi rumah, pihak bamk menerapkan prosentase jaminan yang ideal adalah 110%.25 c. Checking Untuk mengetahui kolektabilitas calon nasabah dilakukan pengecekan yang antara lain dapat dilakukan melalui BI checking atau
24
Hisyam Iskhak, Materi Kuliah Analisis Pembiayaan Bank Syariah, 2010, Tidak Diterbitkan 25 Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 24 Mei 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
102
sesama bank. Karakteristik nasabah juga dapat diketahui dengan menanyakan
bagaimana
kondisi
pribadinya
melalui
supplier,
pelanggan dan tetangganya. 26
C. Implikasi Standar Penilaian Proposal Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pekalongan. Dalam suatu penilaian proposal pembiayaan bila berasaskan wawancara dan data-data sementara yang disampaikan oleh nasabah permohonan tersebut layak untuk diteruskan, maka petugas perlu segera melakukan analisa yang bertujuan untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai cukup layak (feasible).27 Hal ini menunjukkan bahwa dalam penilaian suatu proposal pembiayaan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tentunya setiap bank memiliki standar yang berbeda meski pada dasarnya hampir sama, hanya saja menitikberatkan pada segmen yang disesuaikan dengan kebutuhan atau mungkin visi dan misi dari bank yang bersangkutan. Berdasarkan pada penilaian proposal pembiayaan, tentunya akan berdampak ke tahap berikutnya. Misalnya dalam proses pelunasan pembiayaan yang jika dalam penilaian proposal pembiayaannya kurang teliti, akan mengakibatkan Non Performing Financing. 26 27
BMI, Training Account Manajer Muamalat Institute, 2010, Tidak Diterbitkan Lukman Pandu Wijaya, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, Edisi Kedua,
hlm. 88
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
103
Selain karena proses awal penilaian suatu pembiayaan kurang teliti, berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya Non Performing Financing :28 1. Kualitas karakter nasabah 2. Kualitas arus kas 3. Rasio utang terhadap ekuitas 4. Jumlah jaminan 5. Pengasumsian terlalu optimis saat membuat proyeksi arus kas tanpa kehati-hatian sehingga realisasi aliran kas tersebut jauh di bawah proyeksi. Adanya Non Performing Financing tentu secara langsung maupun tidak akan menimbulkan resiko bagi pihak bank. Diantara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut :29 1. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. 2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelinya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut. 3. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolah oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya, karena itu sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa
28
Amir machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010, hlm. 105 29 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani Press, 2003, hlm. 106-107
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
104
spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah
menandatangani
kontrak
pembelian
dengan
penujalnya,
barangtersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain. 4. Dijual, karena ba’i al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang tersebut menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika demikian, resiko untuk default akan besar. Sebagai catatan dapat dinyatakan bahwa dalam jenjang manapun persetujuan pemberian kredit itu diberikan, para pejabat pengambil keputusan
untuk
menyetujui
pemberian
kredit
harus
dapat
mempertanggungjawabkan kepada bank bahwa : a. Keputusan pemberian kredit tersebut didasarkan pada hasil analisis kredit yang proporsional. b. Kredit tersebut dapat diharapkan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah. c. Kredit tersebut telah memenuhi ketentuan kebijaksanaan pokok penyaluran kredit yang telah digariskan oleh bank. d. Keputusan pemberian kredit bebas dari pengaruh pihak ketiga yang ikut berkepentingan dalam pemberian kredit tersebut. Selain beberapa langkah di awal, pada tahap penilaian proposal pembiayaan sangat urgen diadakan analisis pembiayaan. Dengan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
105
adanya analisis pembiayaan dapat dicegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh calon nasabah debitur. Terdapat beberapa cara dalam melakukan analisis kredit antara lain analisis kredit berdasarkan prinsip studi kelayakan proyek yang akan dibiayai. Analisis yang dapat dijadikan alternatif yakni analisis 6A. Metode analisis 6A adalah metode analisis pembiayaan yang lebih teliti, tepat dan akurat. Berdasarkan ketentuan BI, pihak bank diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan nasabah debitur untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Aspek-aspek tersebut adalah :30 a. Analisis aspek yuridis Analisis aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuanketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang memperoleh bantuan pembiayaan dari bank. b. Analisis aspek pasar dan pemasaran Analisis pada aspek ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan pembiayaan bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan yang memenangkan persaingan adalah yang cakap dan kompetitif. c. Analisis aspek teknis 30
Lukman Panduwijaya, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm.
92-98
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
106
Analisis aspek ini bertujuan menilai seberapa jauh kemampuan pengelola
proyek
dalam
mempersiapkan
dan
melaksanakan
pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak sebagai suatu bussiness entity. d. Analisis aspek manajemen Analisis aspek ini bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun dan pada saat perusahaan sudah beroperasi. e. Analisis aspek keuangan Analisis ini bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan. Analisis yang dilakukan berbeda tergantung kepada jenis proyek, misalnya proyek baru, proyek perluasan, proyek rehabilitasi, diversifikasi produk dan lain-lain. f. Analisis aspek sosial-ekonomi Analisis ini bertujuan menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan pembiayaan bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
107
ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat. Dari wacana di atas, Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pekalongan secara garis besar sudah mengimplementasikannya dalam melakukan penilaian dan menganalisis proposal pembiayaan. Sehingga dengan telah dilaksanakannya prosedur penilaian proposal pembiayaan yang sesuai dengan standar diharapkan dapat menekan angka Non Performing Financing dan mendeteksi sejak dini bila terjadi default atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Hal ini terbukti dari angka ratarata Non Performing Financing selama beberapa bulan terakhir mencapai 0,56% dari Rp 108 miliar pembiayaan murabahah yang ada di Bank Muamalat Indonesia (BMI) Cabang Pekalongan, dimana standar NPF jika bank ingin dikatakan sehat adalah tidak lebih dari 3% dari pembiayaan tersebut.31
31
Wawancara dengan Bpk. Hisyam Iskhak, Account Officer Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekalongan, 12 Oktober 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.